Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI KASUS PENDIDIKAN DI

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Tugas ini disusun sebagai pengganti ujian akhir semester .


Dosen Pengampu: Djumali

Disusun oleh:

Nama

: Fajar Nugraha

Nim

: A 2100 90 173

Semester/Kelas

: II. D

Jurusan

: Pend. Ekonomi Akuntansi

PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010

BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH

LAPORAN HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI KASUS PENDIDIKAN DI


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MUHAMMADIYAH 1
SURAKARTA
A. IDENTITAS SISWA
Nama

: Puguh Maulana Tetuko

Tempat & Tanggal Lahir

: Surakarta, 25 September 1995

Alamat Rumah

: Jl. Salak 3 no 86 Perumnas Palur,

Karanganyar,

Jawa Tengah
Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 15 Tahun

Agama

: Islam

Kelas

:9G

NIS

: 12088

Orang tua

: Lombo Tetuko/ Tri Wahyuni

Pekerjaan

: Swasta/Ibu rumah tangga

B. PELANGGARAN YANG DILAKUKAN


Sering berkelahi dengan teman satu sekolah

C. SUMBER INFORMASI
Informasi diperoleh dari siswa tersebut. Berdasar dari pengakuan pribadi.

D. TUJUAN DILAKUKANNYA WAWANCARA DAN OBSERVASI


1. Tujuan khusus : Untuk mengetahui latar belakang perilaku berkelahi saudara
Puguh dan untuk menentukan langkah-langkah penanganannya.

2. Tujuan umum : Hasil wawancara dan observasi ini, nantinya akan digunakan
sebagai dasar dalam menentukan sebuah program yang bertujuan untuk
meminimalisasi prevalensi perilaku perkelahian sekolah pada siswa-siswi SMP
Muhammadiyah 1 Surakarta. Mengingat sebagai suatu komunitas, tentunya antara
siswa yang satu dengan siswa yang lain banyak memiliki kesamaan, baik dari segi
fase perkembangan, status sosial orang tua, dan tingkat ekonomi. Sehingga hasil
wawancara dan observasi terhadap saudara Puguh ini nantinya akan dapat
digunakan sebagai dasar yang relevan dalam menentukan sebuah program
penanganan untuk mengurangi prevalensi perilaku perkelahian pada siswa-siswi
SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

TEORI RUJUKAN

Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih
hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahaptahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan
memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang
paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran
bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar.
Padahal bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, para orangtua hendaknya berkenan menerima remaja
sebagaimana adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orangtua para
remaja hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah membangkitkan
semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si remaja.

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan
sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18
tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun
masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola
hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba
walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan
kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.
Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal
ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas.
Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut
sebagai kenakalan remaja.
Dewasa ini, kenakalan remaja telah menjadi penyakit ganas di tengah-tengah
masyarakat, mengingat remaja merupakan bibit pemegang tampuk pemerintahan negara
di masa depan. Lebih parah, berbagai kasus kenakalan remaja tersinyalir telah
meresahkan masyarakat, semisal kasus perkelahian, kasus asusila seperti free sex,

pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Oleh berbagai praktisi media bahkan para pemerhati
sosial hal ini telah banyak digubris dan dicari benang merahnya. Hanya saja, sejauh ini
usaha tersebut belum terlihat goal dan terkesan hanya sebagai bahan berita di media
massa dan diskursus oleh berbagai kalangan yang belum ada realisasi khusus.
Sejatinya, kenakalan semacam itu normal terjadi pada diri remaja karena pada masa
itu mereka sedang berada dalam masa transisi: anak menuju dewasa. Seperti pemikiran
Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985: 73), perilaku menyimpang atau jahat
kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal. Terkait
dengan kenakalan remaja, dalam bukunya yang berjudul Rules of Sociological Method
disebutkan bahwa dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak
mungkin dihapusnya secara tuntas. Dengan demikian, perilaku dikatakan normal sejauh
perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut
terjadi dalam batas-batas tertentu dan dilihat pada suatu perbuatan yang tidak disengaja.
Namun, kontras dengan pemikiran tersebut, kenyataan yang akhir-akhir ini terjadi adalah
kenakalan remaja yang disengaja, yakni dilakukan dengan kesadaran.
Dalam kehidupan para remaja sering kali diselingi hal hal yang negative dalam
rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman temannya
di sekolah maupun lingkungan pada saat dia di rumah. Hal hal tersebut dapat berbentuk
positif hingga negative yang serng kita sebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan
remaja itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum
maupun norma sosial. Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul
Moedikdo,SH adalah :
1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anakanak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti
mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk
menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.

Adapun gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah


kepada kenakalan remaja :
1. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut
menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
2. Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di
sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak
menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan
diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing.
3. Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah
yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini
sering terbawa kepada kegoncangan emosi.
4. Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang
berbeda dengan ketakutan anal-anak normal.
5. Anak-anak yang suka berbohong.
6. Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah
atau di rumah.
7. Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik
terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka.
8. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.
Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami
periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :

1. Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)


2. Masa pubertas (14 - 16 tahun)
3. Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
4. Dan periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)

1. Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)

Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke
remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak lakilaki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya
hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ
reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga
terjadi pada fase ini. Akibatnya, remajaremaja ini cenderung bersikap suka mengkritik
(karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan
ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang
dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan
diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya
bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut. Selain itu, pada masa ini remaja
juga

cenderung

lebih

berani

mengutarakan

keinginan

hatinya,

lebih

berani

mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat


mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja
tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan
kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani
menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun
peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke
tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat
untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan
teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya
daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara. Tapi, pada saat yang sama,
mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika
mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis.
Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik
yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat,
bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah
sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat. Orang tua tidak
boleh berpikir, "Ya ampun... itu kan hal kecil. Masa kamu tidak bisa menyelesaikannya ?

Bodoh sekali kamu !", dan sebagainya. Tetapi perhatian seolah-olah orang tua mengerti
bahwa masalah itu berat sekali bagi remajanya, akan terekam dalam otak remaja itu
bahwa orang tuanya adalah jalan keluar ang terbaik baginya. Ini akan mempermudah
orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
2. Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu
menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa
hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi
remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang
begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja
wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris
ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan
malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan
pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan
baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan
seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan
gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini. Di samping itu, remaja mulai mengerti
tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka
ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar
diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka
melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat,
dan

mereka

bergabung

dengan

kelompok

yang

disukainya

dan

membuat

peraturanperaturan dengan pikirannya sendiri.


3. Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan
dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga
bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini
berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat

daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai
dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah
tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
4. Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna,
baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal
yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran
mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada
menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya,
minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol
akan terlihat jelas pada fase ini. Kenakalan remaja Kenakalan remaja biasanya dilakukan
oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya,
baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa
remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang
begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflikkonflik
yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para
pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar
dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi
lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan
sebagainya. Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang
tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh
keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya
proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus
diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan
mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya.

BAB II
PEMBAHASAN

WAWANCARA & OBSERVASI


Dasar-dasar teori diatas kemudian dijadikan sebagai acuan untuk membuat guide
interview & check-List untuk mendapatkan informasi mengenahi latar belakang masalah
yang sedang dihadapi oleh saudara Puguh.
1. HASIL OBSERVASI
CHECK LIST UNTUK OBSERVASI KONDISI SUBJEK SAAT INI

Aspek Yang diobservasi

Penilaian

1. Sopan Santun

baik

2. Pergaulan

cukup

3. Keseriusan dalam mengikuti pelajaran

cukup

4. Mematuhi peraturan sekolah

kadang2

5. Mengikuti kegiatan ekstra

sering

6. Mencatat materi pelajaran

selalu

7. Membolos sekolah

tdk pernah

CHECK LIST UNTUK OBSERVASI HUBUNGAN


SUBJEK DENGAN ORANG TUA
Aspek Yang diteliti

Penilaian

1. Perhatian orang tua

Baik

2. Menghormati orang tua

Selalu

3. Cara orang tua berinteraksi dengan anak.

Baik

4. Cara anak berinteraksi dengan orang tua.

Baik

5. Komunikasi

Baik

6. Patuh terhadap aturan orang tua.

Selalu

Observasi rumah dilakukan pada tanggal 1 Juni, adapun untuk aspek penelitian
perkelahian diperoleh dari pengakuan kakak Puguh. Hasil observasi menunjukkan Puguh
adalah Sering melakukan tindakan berkelahi dengan teman sebayanya. Namun tindakan
itu sebagian besar dilakukan karena pengaruh dari orang lain, bukan dari diri sendiri.

Orang tua Puguh pun sangatlah perhatian kepada setiap tingkah lakunya. Setiap ada
permasalahan yang dirasa membutuhkan bantuan, orang tua nya pun selalu ada untuk
membantu menyelesaikan masalah Puguh. Orang tua nya memperlakukan secara baik
dan bijak. Tidak ada penekanan dalam cara berkomunikasi antara orang tua dengan
Puguh. Sehingga Puguh pun merasa bebas namun mempunyai tanggung jawab
melakukan kebebasannya.

2. HASIL WAWANCARA
Wawancara dilakukan pada tanggal 1 Juni, karena keterbatasan waktu wawancara
hanya dilakukan kepada Puguh untuk melengkapi hasil observasi. Adapun hasil
wawancara dengan Puguh disajikan seperti dibawah ini :

+ Selamat siang guh


++ Siang mas
+maaf mengganggu waktumu sebentar
++ tidak apa-apa mas
+ terima kasih. Kalau noleh tahu, apa saja kegiatan kamu di sekolah selain belajar?
++ biasanya saya ke masjid. Daripada hanya diam dan canda tawa saja.
+ kenapa kamu tidak bercanda dengan teman teman kamu lainnya?
++ saya juga meluangkan waktu untuk bercanda dengan teman teman saya, namun ada
batasannya.
+ uwh. Dengar dari kakak kamu, kamu sering berkelahi ya?
++ iya mas.
+ kenapa bisa kayak gitu guh?
++ sebetulnya kalau berkelahi saya jarang untuk memulainya.
+ maksudnya?

++ Terkadang teman saya terlebih dahulu untuk memulai perkelahian antara kami.
+ dapat diberikan contoh?
++ contohnya. Pada waktu sholat saya diganggu oleh teman saya.
+ kenapa anda malah berkelahi di waktu sholat guh?
++ karena begini mas. Saya tidak tenang jika sholat saya diganggu, apalagi dengan
keterlaluan.
+ maksudnya? Apakah teman anda melakukan dengan tindakan fisik ?
++ iya mas, pada saat saya sholat terkadang dia mencolek colek saya dan kadang
membisikkan perkataan yang tidak baik yang tidak patut didengar.
+ anda langsung tersulut?
++ jelas donk mas. Apalagi waktu itu saya juga baru gak mood bercanda
+apa reaksi teman teman lainnya?
++ mereka mendukung saya mas, karena saya dalam posisi benar namun juga salah.
+ dapat diperjelas maksudnya?
++ salah saya karena belum bisa mengendalikan diri dengan baik. Setelah itupun orang
tua dipanggil di sekolah.
+ bagaimana reaksi kedua orang tua kamu?
++ marah pastinya mas.
+ menurut informasi dari teman, kamu juga sering keluar masuk saat jam pelajaran?
++ iya mas ..hehe
+kok bisa begitu?
++ ajakan teman saya
+ seringnya kalau keluar di waktu jam pelajaran kemana?
++ biasa mas, jajan di kantin.
+reaksi guru kamu gimana? Melihat kelakuanmu seperti itu?
++ dimarahinlah mas.
+ lalu apa yang membuat Puguh sering keluar di waktu jam pelajaran?
++ Bosan
+ maksud mu? Apakah di rumah tidak pernah dimarahin orang tua?
++ Mereka selalu marah ketika mendengar laporan dari guru saya mas.
+ kenapa gak mencoba merubah sikap?

++ sensasi mas. Hehe.


+ tapi tidak dengan hal itu saja kan cara membuat sensasi.
++ sekali kali mas.
+apakah tidak pernah mendengarkan wejangan orang tua?
++selalu mendengarkan mas. Pada dasarnya saya anak yang baik.
+ kenapa Puguh bisa seyakin itu?
++ karena saya kalau tidak diwarai tidak pernah memulainya
+ berarti kurang proteksi diri?
++ hehe iya sih mas.
+ menurut Puguh, apakah orang tua telah penuh mendidik anda dengan baik?
++ Sudah mas. Tapi saya nya yang bleler.
+ apakah gak malu ma orang tua, kalau mereka selalu dipanggil sekolah?
++ malu mas, tapi gimana lagi. Seperti yang saya jelaskan tadi. Saya gak pernah
menyulut permasalahan / tidak pernah mendahului masalah. Saya selalu membela diri
walau dengan tindakan.
+ bagaimana dengan tugas tugas kamu di sekolah jika melihat kelakuan kamu seperti ini
guh?
++ kadang baik, kadang jelek. Hehe
+ banyak jeleknya mesti?
++ hehe. Tentu donk mas.
+ dengar dengar disukai banyak cewek di sekolahan?
++kata siapa mas (malu).
+ ya sudah untuk sementara waktu cukup dahulu ya guh. Makasi telah meluangkan
waktu.
++sama sama mas.

Kesimpulan dari wawancara tersebut adalah :


1. Pribadi baik
2. Mampu membagi waktu
3. Belum mampu mengendalikan diri

4. Faktor lain yang menyebabkan perkelahian.


5. Ikut ikutan teman
6. Tidak suka pelajaran yang lama
7. Ingin terkenal
8. Mudah terpengaruh
9. Tidak mampu memahami saran orang tua dan pengendalian diri rendah

Hasil wawancara menunjukkan bahwa perilaku berkelahi di sekolah yang dilakukan


saudara Puguh disebabkan oleh beberapa factor diantaranya:
1. Faktor internal
Faktor emosi, dalam hal ini adalah ketidakmampuan subjek secara emosi dalam
mensikapi sikap teman teman dia yang selalu menggoda dan selalu mengusik
ketenangan yang Puguh rasakan. Faktor emosi yang belum begitu stabil sangat
berpengaruh dalam pembentukan diri.

2. Faktor eksternal
Lingkungan sekolah. Kondisi sekolah yang belum sesuai dengan harapan Puguh
juga sangat berpengaruh. Terutama teman teman Puguh yang selalu menjahilinya
dengan segala cara. Sehingga tidak salah apabila Puguh melakukan perlawanan
terhadap mereka yang mengganggu kehidupannya.

Pengaruh kawan sepermainan. Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan


adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin
tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki
teman dari kalangan terbatas. Untuk menghindari masalah yang akan timbul
akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang
sesuai, orangtua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan
sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung
jawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-ada. Berilah
pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan
memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak

kluyuran tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan
kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih untuk
disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk
mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasan teman
yang baik.

B. Penanganan Kasus melalui Bimbingan Islam


Surat Luqman ayat 14



14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Makna Ayat
Allah mewajibkan kepada semua manusia agar patuh dan taat kepada orang tua. Karena
seorang ibu itu mengandung dengan segala kepayahan dan kesulitan. Seorang ibupun
menyusui sampai berusia dua tahun. Allah mengharuskan pula agar bersyukur kepadaNya atas semua nikmat yang diberikan dengan cara melakukan semua bentuk taat. Dan
hendaknya berterima kasih pula kepada orang tua dengan cara melakukan kebaikan dan
taat. Karena semua akan kembali kepada Allah, dan Allah akan membalas semua
perbuatan yang dilakukan manusia.
Surat Luqman ayat 17


17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).

Makna Ayat
Dalam ayat ini Luqman menyuruh anaknya untuk menegakan shalat. Karena shalat
merupakan tiang agama dan sebagai penolak keburukan dan kemungkaran. Kemudian
menyuruh pula agar anaknya selalu menyeru dan mengajak kepada kebaikan, juga
menolak semua bentuk kemungkaran. Karena mengajak pada kebaikan dan menolak
keburukan itu adalah jalan yang ditempuh para Nabi dan selayaknya orang-orang pun
melakukan hal demikian karena hal itu adalah bentuk perilaku sangat mulia dan
terhormat.
Surat luqman ayat 18

18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan.

Makna Ayat
Janganlah sombong dan takabur, hendaknya rendah diri dan banyak tersenyum. Karena
Allah tidak suka kepada orang yang sombong dan suka membangakan dirinya sendiri.
Sebaliknya Allah Swt sangat dekat dengan orang yang rendah diri.

Pelajaran Dalam Ayat


1. Menjelaskan arti hikmah, yaitu bersyukur kepada Allah Swt dengan cara taat dan
selalu ingat kepadaNya. Dan orang yang bersyukur itu pasti orang memiliki akal
sehat
2. Pentingnya memberi nasehat yang baik, sekaligus memberi solusi (irsyad) kepada
siapa saja
3. Keharusan taat kepada orang tua dan mempelakukan mereka dengan lembut dan
sayang.

4. Pengukuhan pedoman, Tidak boleh patuh kepada seseorang jika menyuruh


berbuat dosa kepada Allah Swt. Dan ini berlaku kepada orang tua untuk tidak
taat atas kemauan mereka ketika diperintah melakukan keburukan.
5. Wajib mengikuti jalan yang benar sesuai Al-Quran dan Sunnah dan haramnya
mengikuti jalan yang tidak berdasar kepada kedua pusaka itu

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa setiap remaja dalam kegiatan untuk menemukan jati dirinya, sering
melakukan perbuatan

yang

negative terkadang

menuju

hal

yang tidak

mencerminkan mereka sebagai salah satu siswa ataupun anggota masyarakat.


Tindakan itu dilakukan dengan sadar untuk mendapat pengakuan dari teman teman
mereka dan menganggap dirinya telah melewati masa kanak kanak menuju fase
remaja. Namun, juga perlu diingat. Bukan dengan cara cara negative saja mereka
dapat menemukan jati dirinya sebagai remaja. Cara yang bersifat positif pun bisa
digunakan untuk menemukan jati dirinya. Bahkan lebih baik daripada tindakan
negative.

B. Saran
Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang untuk menemukan jati dirinya
perlu ditanami sikap menghargai dan menghormayi orang lain. Sekolah dan Orang
tua juga perlu terlibat di dalam pembentukan jati diri anak anak mereka untuk
menjadi manusia yang berakhlakhul kholimah. Terutama Orang tua, di keluarga
terlebih dahulu anak menemukan jati dirinya. Keluarga juga merupakan tempat
utama dan pertama anak menemukan jati dirinya. Orang tua yang baik pasti bisa
menular kepada anak anak mereka. Kemudian di sekolah, Sekolah juga harus dapat
menanamkan moral, tindakan dan perilaku yang baik yang membuat siswa tidak
melakukan tindakan penyimpangan. Dan yang terakhir adalah diri anak sendiri. Dia
ingin menjadi baik atau buruk tergantung pribadi masing masing anak/ siswa.

REFERENSI
1. Marsudi,

Drs

Saring

dkk

.2010.Layanan

Bimbingan

Sekolah.Surakarta: Muhammadiyah University press.


2. Ensiklopedi Indonesia.
3. Sudarsono, 1995, Kenakalan Remaja, Jakarta:Rineka Cipta.

Konseling

di

Anda mungkin juga menyukai