Disusun oleh:
Nama
: Fajar Nugraha
Nim
: A 2100 90 173
Semester/Kelas
: II. D
Jurusan
BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH
Alamat Rumah
Karanganyar,
Jawa Tengah
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 15 Tahun
Agama
: Islam
Kelas
:9G
NIS
: 12088
Orang tua
Pekerjaan
C. SUMBER INFORMASI
Informasi diperoleh dari siswa tersebut. Berdasar dari pengakuan pribadi.
2. Tujuan umum : Hasil wawancara dan observasi ini, nantinya akan digunakan
sebagai dasar dalam menentukan sebuah program yang bertujuan untuk
meminimalisasi prevalensi perilaku perkelahian sekolah pada siswa-siswi SMP
Muhammadiyah 1 Surakarta. Mengingat sebagai suatu komunitas, tentunya antara
siswa yang satu dengan siswa yang lain banyak memiliki kesamaan, baik dari segi
fase perkembangan, status sosial orang tua, dan tingkat ekonomi. Sehingga hasil
wawancara dan observasi terhadap saudara Puguh ini nantinya akan dapat
digunakan sebagai dasar yang relevan dalam menentukan sebuah program
penanganan untuk mengurangi prevalensi perilaku perkelahian pada siswa-siswi
SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.
TEORI RUJUKAN
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih
hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahaptahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan
memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang
paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran
bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar.
Padahal bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, para orangtua hendaknya berkenan menerima remaja
sebagaimana adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orangtua para
remaja hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah membangkitkan
semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si remaja.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan
sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18
tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun
masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola
hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba
walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan
kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.
Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal
ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas.
Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut
sebagai kenakalan remaja.
Dewasa ini, kenakalan remaja telah menjadi penyakit ganas di tengah-tengah
masyarakat, mengingat remaja merupakan bibit pemegang tampuk pemerintahan negara
di masa depan. Lebih parah, berbagai kasus kenakalan remaja tersinyalir telah
meresahkan masyarakat, semisal kasus perkelahian, kasus asusila seperti free sex,
pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Oleh berbagai praktisi media bahkan para pemerhati
sosial hal ini telah banyak digubris dan dicari benang merahnya. Hanya saja, sejauh ini
usaha tersebut belum terlihat goal dan terkesan hanya sebagai bahan berita di media
massa dan diskursus oleh berbagai kalangan yang belum ada realisasi khusus.
Sejatinya, kenakalan semacam itu normal terjadi pada diri remaja karena pada masa
itu mereka sedang berada dalam masa transisi: anak menuju dewasa. Seperti pemikiran
Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985: 73), perilaku menyimpang atau jahat
kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal. Terkait
dengan kenakalan remaja, dalam bukunya yang berjudul Rules of Sociological Method
disebutkan bahwa dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak
mungkin dihapusnya secara tuntas. Dengan demikian, perilaku dikatakan normal sejauh
perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut
terjadi dalam batas-batas tertentu dan dilihat pada suatu perbuatan yang tidak disengaja.
Namun, kontras dengan pemikiran tersebut, kenyataan yang akhir-akhir ini terjadi adalah
kenakalan remaja yang disengaja, yakni dilakukan dengan kesadaran.
Dalam kehidupan para remaja sering kali diselingi hal hal yang negative dalam
rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman temannya
di sekolah maupun lingkungan pada saat dia di rumah. Hal hal tersebut dapat berbentuk
positif hingga negative yang serng kita sebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan
remaja itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum
maupun norma sosial. Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul
Moedikdo,SH adalah :
1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anakanak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti
mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk
menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke
remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak lakilaki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya
hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ
reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga
terjadi pada fase ini. Akibatnya, remajaremaja ini cenderung bersikap suka mengkritik
(karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan
ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang
dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan
diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya
bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut. Selain itu, pada masa ini remaja
juga
cenderung
lebih
berani
mengutarakan
keinginan
hatinya,
lebih
berani
Bodoh sekali kamu !", dan sebagainya. Tetapi perhatian seolah-olah orang tua mengerti
bahwa masalah itu berat sekali bagi remajanya, akan terekam dalam otak remaja itu
bahwa orang tuanya adalah jalan keluar ang terbaik baginya. Ini akan mempermudah
orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
2. Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu
menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa
hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi
remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang
begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja
wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris
ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan
malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan
pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan
baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan
seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan
gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini. Di samping itu, remaja mulai mengerti
tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka
ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar
diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka
melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat,
dan
mereka
bergabung
dengan
kelompok
yang
disukainya
dan
membuat
daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai
dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah
tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
4. Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna,
baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal
yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran
mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada
menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya,
minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol
akan terlihat jelas pada fase ini. Kenakalan remaja Kenakalan remaja biasanya dilakukan
oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya,
baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa
remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang
begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflikkonflik
yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para
pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar
dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi
lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan
sebagainya. Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang
tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh
keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya
proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus
diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan
mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Penilaian
1. Sopan Santun
baik
2. Pergaulan
cukup
cukup
kadang2
sering
selalu
7. Membolos sekolah
tdk pernah
Penilaian
Baik
Selalu
Baik
Baik
5. Komunikasi
Baik
Selalu
Observasi rumah dilakukan pada tanggal 1 Juni, adapun untuk aspek penelitian
perkelahian diperoleh dari pengakuan kakak Puguh. Hasil observasi menunjukkan Puguh
adalah Sering melakukan tindakan berkelahi dengan teman sebayanya. Namun tindakan
itu sebagian besar dilakukan karena pengaruh dari orang lain, bukan dari diri sendiri.
Orang tua Puguh pun sangatlah perhatian kepada setiap tingkah lakunya. Setiap ada
permasalahan yang dirasa membutuhkan bantuan, orang tua nya pun selalu ada untuk
membantu menyelesaikan masalah Puguh. Orang tua nya memperlakukan secara baik
dan bijak. Tidak ada penekanan dalam cara berkomunikasi antara orang tua dengan
Puguh. Sehingga Puguh pun merasa bebas namun mempunyai tanggung jawab
melakukan kebebasannya.
2. HASIL WAWANCARA
Wawancara dilakukan pada tanggal 1 Juni, karena keterbatasan waktu wawancara
hanya dilakukan kepada Puguh untuk melengkapi hasil observasi. Adapun hasil
wawancara dengan Puguh disajikan seperti dibawah ini :
++ Terkadang teman saya terlebih dahulu untuk memulai perkelahian antara kami.
+ dapat diberikan contoh?
++ contohnya. Pada waktu sholat saya diganggu oleh teman saya.
+ kenapa anda malah berkelahi di waktu sholat guh?
++ karena begini mas. Saya tidak tenang jika sholat saya diganggu, apalagi dengan
keterlaluan.
+ maksudnya? Apakah teman anda melakukan dengan tindakan fisik ?
++ iya mas, pada saat saya sholat terkadang dia mencolek colek saya dan kadang
membisikkan perkataan yang tidak baik yang tidak patut didengar.
+ anda langsung tersulut?
++ jelas donk mas. Apalagi waktu itu saya juga baru gak mood bercanda
+apa reaksi teman teman lainnya?
++ mereka mendukung saya mas, karena saya dalam posisi benar namun juga salah.
+ dapat diperjelas maksudnya?
++ salah saya karena belum bisa mengendalikan diri dengan baik. Setelah itupun orang
tua dipanggil di sekolah.
+ bagaimana reaksi kedua orang tua kamu?
++ marah pastinya mas.
+ menurut informasi dari teman, kamu juga sering keluar masuk saat jam pelajaran?
++ iya mas ..hehe
+kok bisa begitu?
++ ajakan teman saya
+ seringnya kalau keluar di waktu jam pelajaran kemana?
++ biasa mas, jajan di kantin.
+reaksi guru kamu gimana? Melihat kelakuanmu seperti itu?
++ dimarahinlah mas.
+ lalu apa yang membuat Puguh sering keluar di waktu jam pelajaran?
++ Bosan
+ maksud mu? Apakah di rumah tidak pernah dimarahin orang tua?
++ Mereka selalu marah ketika mendengar laporan dari guru saya mas.
+ kenapa gak mencoba merubah sikap?
2. Faktor eksternal
Lingkungan sekolah. Kondisi sekolah yang belum sesuai dengan harapan Puguh
juga sangat berpengaruh. Terutama teman teman Puguh yang selalu menjahilinya
dengan segala cara. Sehingga tidak salah apabila Puguh melakukan perlawanan
terhadap mereka yang mengganggu kehidupannya.
kluyuran tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan
kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih untuk
disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk
mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasan teman
yang baik.
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Makna Ayat
Allah mewajibkan kepada semua manusia agar patuh dan taat kepada orang tua. Karena
seorang ibu itu mengandung dengan segala kepayahan dan kesulitan. Seorang ibupun
menyusui sampai berusia dua tahun. Allah mengharuskan pula agar bersyukur kepadaNya atas semua nikmat yang diberikan dengan cara melakukan semua bentuk taat. Dan
hendaknya berterima kasih pula kepada orang tua dengan cara melakukan kebaikan dan
taat. Karena semua akan kembali kepada Allah, dan Allah akan membalas semua
perbuatan yang dilakukan manusia.
Surat Luqman ayat 17
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).
Makna Ayat
Dalam ayat ini Luqman menyuruh anaknya untuk menegakan shalat. Karena shalat
merupakan tiang agama dan sebagai penolak keburukan dan kemungkaran. Kemudian
menyuruh pula agar anaknya selalu menyeru dan mengajak kepada kebaikan, juga
menolak semua bentuk kemungkaran. Karena mengajak pada kebaikan dan menolak
keburukan itu adalah jalan yang ditempuh para Nabi dan selayaknya orang-orang pun
melakukan hal demikian karena hal itu adalah bentuk perilaku sangat mulia dan
terhormat.
Surat luqman ayat 18
18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan.
Makna Ayat
Janganlah sombong dan takabur, hendaknya rendah diri dan banyak tersenyum. Karena
Allah tidak suka kepada orang yang sombong dan suka membangakan dirinya sendiri.
Sebaliknya Allah Swt sangat dekat dengan orang yang rendah diri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa setiap remaja dalam kegiatan untuk menemukan jati dirinya, sering
melakukan perbuatan
yang
negative terkadang
menuju
hal
yang tidak
B. Saran
Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang untuk menemukan jati dirinya
perlu ditanami sikap menghargai dan menghormayi orang lain. Sekolah dan Orang
tua juga perlu terlibat di dalam pembentukan jati diri anak anak mereka untuk
menjadi manusia yang berakhlakhul kholimah. Terutama Orang tua, di keluarga
terlebih dahulu anak menemukan jati dirinya. Keluarga juga merupakan tempat
utama dan pertama anak menemukan jati dirinya. Orang tua yang baik pasti bisa
menular kepada anak anak mereka. Kemudian di sekolah, Sekolah juga harus dapat
menanamkan moral, tindakan dan perilaku yang baik yang membuat siswa tidak
melakukan tindakan penyimpangan. Dan yang terakhir adalah diri anak sendiri. Dia
ingin menjadi baik atau buruk tergantung pribadi masing masing anak/ siswa.
REFERENSI
1. Marsudi,
Drs
Saring
dkk
.2010.Layanan
Bimbingan
Konseling
di