Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS

Nama : Sabrina Ayu Wulandari

NIM : 2201419032

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

1. Seorang Guru mengatakan ke muridnya, kamu kok bodoh sekali, pertanyaan segampang
itu tidak bisa kamu jawab
 TIDAK BOLEH, Mengatakan 'bodoh' kepada anak sama dengan menghancurkan
kemampuan berinteraksi mereka. Anak yang dilabeli bodoh' akan menerima diri
mereka sendiri sebagai pribadi yang tidak diinginkan alias ditolak. Anak yang
demikian akan merasa diri tidak dihargai, tidak dicintai, cenderung memilih jalan
yang mudah, tidak berani mengambil resiko, dan tidak dapat berprestasi, memiliki
penghargaan diri yang rendah dan dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi
lingkungan, baik lingkungan kerja-maupun lingkungan pergaulannya. Masa
pertumbuhan dan perkembangan, anak sedang berupaya membangun konsep diri
(self concept). Apabila informasi yang mereka terima dari luar bersifat negatif,
maka konsep diri mereka pun cenderung negatif. Jarang ditemui anak yang
mampu menunjukkan tindakan yang berlawanan arah dengan anggapan negatif
yang ditujukan kepada mereka. Maksudnya, sulit menemukan anak yang mampu
membuktikdh dirinya tidak bodoh meskipun dikatakan bodoh. Setiap anak
memiliki kemampuan yang berbeda-berbeda. Anak yang satu tidak sama dengan
anak yang lain. Kalau ada anak yang minim dalam mata pelajaran matematika,
fisika, atau ilmu-ilmu eksakta lainnya, belum tentu ia minim juga dalam mata
pelajaran bahasa inggris, bahasa indonesia, dsb. Begitu pula, mungkin ada anak
yg maximal dalam mata pelajaran eksakta tetapi belum tentu ia maksimal dalam
mata pelajaran non eksakta. Jadi, adalah tidak perlu mengatakan 'bodoh' kepada
anak hanya karena ia minim dalam mata pelajaran atau hal tertentu.
2. Anak 10 tahun disuruh orangtuanya mengamen di jalanan dan si anak senang
melakukannya
 TIDAK BOLEH, karena sebagai orang tua, mereka harus bertanggung jawab
dengan kehadiran anak tersebut dari finansial adan sosial. Jika anak suka
melakukannya maka pasti ada stimulus dari orang tua, misal: nanti akan mendapat
uang. Seharusnya orang tua mencari nafkah bukan meminta anak untuk ke
jalanan. Kelak suatu saat, anak tersebut pasti memiliki mental yang berbeda. Anak
usisa 10 tahun seharusnya duduk di bangky sekolah bukan mengamen di jalanan.
3. Ayah memukul anaknya yang terlambat pulang ke rumah sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan
 TIDAK BOLEH. Karena saya tidak pernah membenarkan mendidik anak dengan
cara kasar. Setiap anak pasti bisa dinasehati terlebih dahulu. Banyak konsekuensi
berbahaya dari memukul anak, dan dengan jelas mengidentifikasi bahwa
hukuman fisik hanya memiliki satu hasil positif, yaitu kepatuhan langsung dalam
jangka pendek. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan berupa hilangnya
indikator neurologis, fisik, perilaku, kognitif, emosional, dan perkembangan
sosial. Anak yang terbiasa dipukul, tumbuh menjadi orang egois dan antisosial.
Dia bisa melegalkan kekerasan dalam mengungkapkan emosi saat menjadi remaja
dan dewasa. Gangguan psikologis pada anak yang jarang dipuji, dan lebih sering
mendapat kekerasan baik secara verbal maupun fisik.
4. Sekelompok anak memanggil teman sekolahnya gajah jelek karena badannya yang
gendut
 TIDAK BOLEH, karena Perilaku senang negatif tidak berdampak negatif bagi si
pengejek, tapi juga korban yang diejek.Berikut dampak anak senang menikmati.
Dampak negatif dari senangnya anak akan mengalami si pengejek. Senang akan
jadi kebiasaan dan terbawa sampai ke lingkungan luar rumah. Lebih celaka jika
ternyata di luar, si anak termasuk disegani teman-temannya. Ia bisa dengan
melihat objek teman-temannya. Memang tak semua anak yang jadi korban ejekan
akan marah/ tergantung dari kepribadian masing-masing anak. Kalau memang
cuek, tidak membalas dengan mencari kekurangan "lawan"nya, maka tidak akan
terjadi "perkelahian" gara-gara saling ejek. Bisa terbawa sampai si anak dewasa.
Tentu akan mengubahnya bila anak baru dinasehati setelah ia besar, sudah
menjadi kebiasaan sehari-hari. Apalagi jika dalam diri si anak yang diejek sudah
terbentuk semacam labeling, misal, Si Gendut, Si Pincang, Si Bodoh atau
sebagainya, sulit sekali bagi anak untuk melepaskan diri dari label-label tersebut.
Anak merasa, di mana pun ia berada, baik di rumah, sekolah maupun lingkungan
permainannya, selalu diejek dengan kata-kata yang sama. walaupun anak telah
berusaha berusaha keras untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik, tetap saja
hasilnya sama, yaitu selalu bahan ejekan. Lebih parah lagi bila si anak termasuk
sensitif. Ia semakin introvert atau menutup diri dari orang lain. Tapi malah bisa
berdampak sebaliknya, ia menjadi sangat agresif. Ia akan menyerang balik dengan
cara mencari korban yang lebih lemah dari dirinya.
5. Seorang guru memarahi dan membentak anak didiknya dengan katakata kasar karena si
anak susah diatur
 TIDAK BOLEH, guru adalah seseorang yang harusnya memberikan contoh yang
baik kepada siswa. Memarahi dengan kata kata kasar sebenarnya sudah termasuk
kekerasan dalam sekolah. Murid yang susah diatur harus diberi kesabaran yang
lebih. Jika kita sebagai guru memarahinya dengan kata kata yang kasar ia akan
lebih memiliki energy yang negatif yang ditimbulkan dari kata kata kasar tersebut.
6. Seorang anak berkulit gelap dan mempunyai gigi tonggos. Di depan kelas, gurunya
mengatakan bahwa dia harus ikut dalam acara TV yang berjudul ‘make over’ supaya saat
dewasa ada laki-laki yang mau menikahinya
 TIDAK BOLEH, karena celaan dari seorang guru bukan hanya membuat malu
karena ditertawakan, tetapi juga akan membuay seorang anak kehilangan percaya
diri dan menumbuhkan rasa benci bahkan dapat menghilangkan semangat belajar
mereka. Tugas seorang guru seharusnya membuat anak anak percaya diri dan
penuh semangat, kalimat ejekan yang diberikan kepada anak hanya membuat
anak anak down dan malu.
7. Seorang guru bersedia membantu muridnya mengerjakan PR asalkan si anak bersedia
membersihkan rumah dan halaman sang guru
 TIDAK BOLEH, karena para pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam
mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran dan diharapkan secara maksimal
dalam menjalankan proses pembelajaran. Jadi seorang guru harus membantu
mengerjakan tugas jika siswa tidak paham bagaimana mengerjakannya. Tidak
boleh denga embel embel si anak harus bersedia membersihkan rumah dan
halaman sang guru. Karena tugas utama seorang guru adalah membantu siswa
dalam pendidikannya.
8. Seorang laki-laki dewasa melakukan hubungan seks dengan pacarnya yang berusia 17
tahun, dan pacarnya mengatakan ia melakukannya secara sukarela
 TIDAK BOLEH, hal tersebut sama halnya dengan seks bebas. Sederhananya,
pengertian seks bebas yang biasa dikenal di masyarakat Indonesia adalah perilaku
seksual yang dilakukan di luar nikah. Dan di dalam praktiknya, hal tersebut bisa
terjadi antara satu pasangan atau satu orang dengan berganti-ganti pasangan.
Budaya Seks bebas lebih banyak menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan
dan martabat kaum remaja atau dewasa yang melakukannya. Dampak negatif
tersebut adalah: Hilangnya kehormatan dan jatuhnya baik di hadapan Tuhan
maupun sesama manusia, serta merusak masa dan merusak kenangan buruk yang
berdampak buruk bagi pelakunya bahkan seluruh lingkungan. Kehormatan sangat
penting bagi setiap manusia, terutama pada wanita. Jika kehormatan tersebut
sudah hilang maka akan jelas terlihat perbedaannya dengan wanita yang masih
menjaganya. Ketika seorang remaja sudah melakukan seks bebas, maka
pikirannya akan selalu tertuju pada hal negatif tersebut. Rasa ingin berulangnya
selalu ada, sehingga tingkat kefokusannya dalam mengikuti proses belajar akan
menurun. Malas belajar, malas mengerjakan tugas dan lain sebagainya dapat
menurunkan prestasi remaja tersebut. Hamil diluar nikah akan sangat
menimbulkan masalah bagi pelaku. Terutama bagi remaja yang masih sekolah,
pihak sekolah akan mengeluarkan pelaku jika ketahuan siswanya ada yang hamil.
Sedangkan bagi pelaku yang kuliah hamil diluar nikah akan menimbulkan rasa
malu yang luar biasa terutama orang tua. Terjadinya seks bebas di kalangan
remaja dikarenakan banyak faktor, yang paling utama adalah pesatnya
perkembangan jaman. Hal tersebut membuat pergaulan bebas sehingga banyak
remaja yang bergaul tanpa batasan dan etika. Dari faktor-faktor penyebab seks
bebas yang terurai diatas, dapat diketahui bahwa hal-hal tersebut harus
diperhatikan dan harus dihindari dari remaja. Pengetahuan dari dampak- dampak
yang dihasilkan seks bebas, ternyata sangat mempengaruhi masa depan remaja.
Bayangkan jika seorang remaja yang hamil akibat seks bebas itu terpaksa harus
putus sekolah akibat ulahnya. Bilamana seorang remaja ternyata terinfeksi oleh
penyakit HIV, pastilah remaja itu harus diasingkan agar tidak menularkan
penyakit. Dari dampak- dampak diatas, dikethaui bahwa ada peningkatan remaja
dari awal mungkin sudah diberikan pemahaman yang benar mengenai seks bebas.
Perlu ada dan diingatkan terus untuk melakukan refleksi moral agar kelak remaja
tersebut memahami mengenai seks bebas dan paham dengan risiko yang
ditanggung apabila melakukannya. Remaja harus berkembang menjadi dewasa
tanpa seks bebas dan narkoba.
9. Karena ketahuan merokok di sekolah, sekelompok siswa di satu sekolah dihukum.
Sebagian disuruh membersihkan WC, sebagian lainnya dijemur diterik matahari sambil
hormat bendera
 KADANG- KADANG. Untuk membersihkan WC mungkin boleh dilakukan
karena itu juga termasuk menjaga kebersihan sekolah, tetapi untuk berjemur
diterik matahari saya tidak terlalu setuju karena matahari yang terik bisa
menyebabkan siswa pingsan dan malah menimbulkan masalah yang baru lagi.
10. Seorang siswi SMP dihukum lari keliling lapangan 50 kali dan push-up 50 oleh seniornya
karena terlambat mengikuti kegiatan salah satu ekstrakurikuler.
 TIDAK BOLEH, fisik seorang siswi tidak sekuat seorang siswa, dan menurut
saya hukungan tersebut terlalu berat untuk diberikan. Seharusnya kita
memberikan toleransi jika ia terlambat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler jika
memang ia memiliki kepentingan yang mendadak. Pemberian hukuman juga tidak
boleh asal asalan karena hal tersebut bisa menyebabkan masalah lain.

Anda mungkin juga menyukai