Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aisyah Sandwi Putri

NIM : A510210067
Kelas : 3B

Analisis Bullying pada Anak terutama Anak Sekolah Dasar


#Penyebab Bullying pada Anak
Penyebab bullying pada anak ada banyak faktor. Namun yang sering ditemukan yaitu
adanya ketidakseimbangan antara pelaku dengan korban. Bisa berupa ukuran badan, fisik,
kepandaian komunikasi, gender hingga status sosial. Selain itu, adanya penyalahgunaan
ketidakseimbangan kekuatan untuk kepentingan pelaku dengan cara mengganggu atau
mengucilkan korban. Penyebab lain yang menyertai biasanya terkait lingkungan pergaulan
yang salah dan pengaruh teman sebaya dan lain-lain. Karena untuk usia SD, anak ada di fase
ketekunan versus rendah diri. Percaya diri vs rendah diri sering terjadi di sekolah.
Selain itu, bullying kurang mendapat perhatian sehingga jatuh korban. Perhatian yang
kurang ini bisa disebabkan karena memang efek bullying yang tidak tampak secara langsung.
Juga tidak terendus karena banyak korban yang tidak melapor; entah itu karena takut, malu
atau diancam maupun karena alasan yang lain. Bullying secara kasat mata tampak seperti
guyonan biasa kepada anak-anak. Jangan kira ini tidak menimbulkan dampak serius. Ejekan
atau olokan secara verbal sangat berbahaya bagi anak. Biasanya orang tua dan guru
menganggap teguran sudah cukup untuk mengakhiri candaan di sekolah. Padahal, ini
sebenarnya luka psikis atau emosional yang lebih dalam serta menyakitkan dan efeknya bisa
jangka panjang. Kemudian juga karena minimnya pengetahuan guru dan orang tua tentang
bullying dan dampaknya terhadap anak. Pengetahuan ini sangat penting untuk melihat apakah
masalah di sekitar anak serius atau tidak.
#Dampak Bullying Bagi Anak
Bagi anak yang menjadi korban, tentu saja berdampak pada masalah kesehatan mental
mereka. Anak merasa terisolasi secara sosial, tidak memiliki teman dekat atau sahabat dan
tidak memiliki hubungan baik dengan orang tua. Ini bisa menjadi trauma panjang. Trauma ini
mempengaruhi penyesuaian diri anak dengan lingkungan, terutama sekolah. Beberapa
penelitian menunjukan, bullying menjadi faktor utama yang bisa mempengaruhi prestasi
akademik hingga putus sekolah.
Bagi anak yang menjadi pelaku, bullying bisa membuat si pelaku memiliki empati
yang minim dalam interaksi sosial. Biasanya mengalami perilaku abnormal, hiperaktif hingga
prososial. Ini berkaitan dengan respons pelaku terhadap lingkungan sosial sekitarnya. Ada
juga, lanjutnya, anak yang jadi korban plus jadi pelaku bullying. Ini tingkat gangguan
mentalnya menjadi lebih besar. Anak-anak di level ini merupakan individu yang mengalami
prososial, hiperaktif. Ini menjadi lebih besar dan lebih mengkhawatirkan. Karena itu perlu
perhatian dan tindakan yang tepat dari sekolah maupun orang tua.
#Solusi untuk Mengatasi Bullying
Bagaimana Solusinya? Iklim sekolah harus diperhatikan. Sekolah harus punya
program pencegahan, intervensi maupun sosialisasi yang efektif. Sinergi antara sekolah dan
orang tua sangat penting dibangun dan diperkuat lagi. Komunikasi yang aktif sekolah dan
orang tua penting dilakukan. Orang tua perlu mengetahui detail informasi mengenai
perkembangan sekolah dan anak mereka.
Jika perlu sekolah punya divisi khusus yang menangani komunikasi dengan orang tua.
Sekolah bisa membuka hotline yang setiap saat bisa orang tua hubungi. Bisa juga sekolah
membuat website interaktif. Hal lain yang penting diperhatikan juga yaitu memperbaiki
komunikasi antara orang tua dan anak di rumah. Pola asuh yang baik adalah yang bisa
memberikan kesempatan kepada anak mengungkapkan apa yang ada di pikiran dan hatinya.
#Peran Guru
Kenapa Bullying bisa terjadi? Dimana peran guru?
Perlu ditandaskan lagi sebagai tenaga kependidikan guru tidak hanya berperan sebagai
penyampai materi pelajaran tetapi juga berperan sebagai pendidik (Maria, 2014).  Guru
seharusna selalu menanamkan pada anak didiknya supaya bisa percaya diri berani  dalam
kebenaran. Sehingga ketika anak didiknya dalam posisi yang benar kemudian dibully
temannya, dia bisa melawan, dan hasilya kegiatan bullying tersebut tidak terjadi lagi.
Kebanyakan guru sekarang ini menngabaikan tentang kewajibannya sebagai pendidik dan
tidak sedikit pula mereka yang mengabaikan tentang dampak bulyying atau mereka
menganggap bahwa seperti itu adalah hal yang wajar bahkan tanpa disadari terkadang
gurunya juga melakukan tindakan tidak terpuji semcam itu.
Anak didik itu perlu diajari tidak hanya dimarahi. Jadi jangan hanya memarahi anak
didiknya yang sering menakali temannya  tapi sebagai guru juga harus mengajari anak
didiknya untuk tidak melakukan bullying, paling tidak degan menerapkan pada diriya sendiri
dengan cara tidak melakukan bullying kepada anak didiknya.  Banyak kasus yang terjadi guru
biasanya mengatakan kepada anak didiknya hal yang yang kurang pas. Misalnya mengatakan
“kamu itu selalu terlambat masuk kelas”, “kamu itu pemalas” dan lain lain. Hal semacam itu
sudah termasuk bullying kalau itu dilakukan secara berulang-ulang, dan perkataan tadi akan
termindset di fikiran anak dan mereka akan merasa “oh iya aku itu pemalas” sehigga jadilah
mereka pemalas yang sesungguhnya.
Penting untuk disampaikan pengetahuan tentang bullying kepada guru dan peserta
didik. Supaya mereka sama-sama sadar bahwasanya hal seremeh itu menyebabkan akibat
yang sangat fatal. Seorang pendidik harus mengerti bagaimana mengatasi siswa yang suka
membully. Seorang pendidik harus tahu bagaimana latar belakang siswa yang memiliki
“perilaku yang berbeda” sehingga bisa menerapkan metode yang tepat untuk mengatasi siswa
tersebut. Sebagai peserta didik juga jangan sampai memeberikan peluang untuk di bully,
karena kasus bullying bisa terjadi jika ada celah di dalamnya. Selagi dalam koridor kebenaran
jangan takut, harus berani melawan untuk menegakkan kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai