Anda di halaman 1dari 9

KEKERASAN TERHADAP PENANAMAN DISIPLIN ANAK

DISEKOLAH DASAR
VIOLENCE AGAINST CHILDREN'S CULTURING DISCIPLINE AT SCHOOL
BASE

Dewi Putri Batubara1


Fakultas ilmu sosial,Universitas Negeri Medan

Email : dewiputri123batubara@gmail.com

ABSTRACT
This article discusses violence against inculcating discipline in children at school, which of
course is children with an age range of 7-12 years, and the object in this discussion is the
schoolchildren. And this violence can come from friends, or teachers (people who educate),
regarding discipline. we already know, that discipline is the most important thing that must be
applied in the world, in society and at school. Especially in elementary school, where the age is
still very young, who must understand all the rules, discipline, mutual respect from the bottom.
to this child, it is not very good for the child, because it can attack the child physically, and
mentally, so most likely the child is even lazy to go to school, so the consequences are fatal to
the inculcation of the discipline. children who do not have discipline, are angry, lazy, and like to
fight, and that usually happens due to mental pressure, right? he faced at school.
Keywords : violence.discipline This article also discusses a little about the new program,
namely child-friendly schools, to create good cooperation between teachers and students in
schools without any elements of violence or discrimination.

ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai kekerasan terhadap penanaman disiplin anak
disekolah,yang tentunya anak dengan kisaran umur 7-12 tahun,dan objek dalam pembahasan ini
adalah anak di sekolah dasar tersebut.dan kekerasan tersebut bisa datang dari orang tua ,maupun
gurunya ( orang yang mendidik),mengenai disiplin sudah kita ketahui,bahwa disiplin itu hal
paling utama yang harus diterapkan dalam dunia,di masyarakat maupun di sekolah.Terutama di
sekolah dasar,dimana umur masih sangat belia,yang harus memahami segala
aturan,displin,saling menghormati dari dasarnya.kekerasan terhadap penanaman disiplin kepada
anak ini,sangat tidak baik untuk anak,karena,dapat menyerang fisik,maupun mental
anak,sehingga kemungkina besar anak malah malas untuk pergi bersekolah,sehingga akibatnya
fatal terhadap penanaman disiplin tersebut.dan kemungkina besar setelah anak tersebut
dewasa,maka akan tumbuh menjadi anak yang tidak memiliki disiplin,pemarah,malas,dan suka
melawan,dan hal itu biasaya terjadi akibat tekanan mental yang dihadapinya semasa sekolah.
Artikel ini juga membahas sedikit tentang program baru yaitu sekolah ramah anak,untuk
membuat kerjasama yang baik antara guru dan siswa disekolah tanpa adanya unsur kekerasan
atau diskriminasi.
Kata kunci : kekerasan,disiplin

PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Secara umum dan harfiah seorang anak,harus diajarkan sejak dini untuk memiliki
disiplin terutama di lingkungan yang luas baik di masyarakat maupun disekolah. Sebagai
orangtua sebagai tiang utama dalam pembentukan karakter anak haruslebih ekstra lagi
untuk membimbing, karena tentu anak adalah harapan bangsa dimasa depan,yang harus
mempunyai disiplin yang tinggi,dan disiplin.dam setelah dari orang tua maka disiplin
selanjutnya akan ditanamkan di sekolah yang diarjarkan oleh seorang guru.disini kita
akan memandang bagaimana cara guru untuk menanamkan disiplin kepada anak didik
tersebut.terutama pada sekolah dasar
Karakter anak harus dibentuk sejak dini,,dan salah satu dari karakter itu adalah
disiplin.apabila orangtua acuh terhadap disiplin anak maka tentunya anak akan tumbuh
menjadi seorang pribadi yang lebih keras kepala,namun, jika orangtua berperan aktif
dalam petumbuhan anak dan melatihnya,maka anak anak akan lebih mudah untuk
menerima nasihat.terutama bagi anak.di sekolah dasar (SD) seorang pengajar harus
melatih disiplin anak,agar dapat menghargai waktu,mengargai orang lain,tertib,menerima
pendapat orang lain,selalu mengerjakan tugas,tidak telat sekolah,dan tidak membuat
masalah disekolah maupun diluar sekolah.namun kita ketahui bahwa seorang anak kecil
tenyunya masih labil,ada yang susah diatur dan sebagian mudah diatur,mungkin disini
kita berfokus pada anak yang susah diatur,selain dari anak, guru disekolah juga,ada yang
sabar dalam menerapkan disiplin kepada anak,dan ada juga yang memiliki emosional
yang tinggi kepada anak,jika guru salah dalam menerapkan disiplin kepada anak,contoh
menghukumnya dengan cara kekrasan seperti yang diatur dalam undang undang nomor
23,tahun 2002 yang menyatakan bahwa “ Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”disini
ditegaskan bawa setiap anak berhak,hidup tumbuh,dalam artian anak bebas belajar dari
kesalahan tanpa merasakan serangan fisik dari seorang guru.
Guru yang tmungkin mudah meluapkan emosi ini tentunya akan mudah marah
terhadap anak yang tidak disiplin disekolah.seperti anak yg telat datang sekolah,anak yg
ribut dalam kelas,anak yang tidak menyelesaikan pekerjaan rumah,dan anak yang
bertengkar dengan temannya,serta hal lain yang melanggar nilai disiplin anak disekolah
.sehingga menyebabkan kekerasan,seperti,mencubit anak,menjewer telinga
anak,menepuk kepala bahkan menyuruh anak didik lari mengelilingi lapangan. mungkin
bagi sebagian orang, ini adalah hal yang biasa untuk mengukum anak agar jera,namun
hal ini justru berakibat fatal,karena perlakuan buruk seperti ini akan membuat anak
menjadi anak yang bebal,kebal dan malas untuk pergi bersekolah.undang undang yang
mengatur ini dalam pasal 23 tahun 2022 tentang perlindungan anak,bagi sebagian
sekolah sudah menjalankan undang2 ini,namun untuk sebagian sekolah dasar
menghukum anak dengan kekerasan fisik,masih ditemukan.

Lantas pada pembahasan kali ini,jika undang undang tersebut telah dicetuskan,mengapa
masih ada sekolah yang melanggar aturan tersebut?,bagaimanakah sebenarnya hal yang
baik untuk menerapkan disiplin anak tanpa menyerang fisik maupun mentalnya?dan
bagaimana studi kasus suatu sekolah dasar yang masih melakukan kekerasan fisik dalam
melatih disiplin anak.

B. RUMUSAN MASALAH

 Mengapa kekerasan di sekolah terhadap penanaman disiplin anak sering terjadi ?


 Bagaimana cara yang benar dalam mengajarkan anak mengenai pentingnya
disiplin yang baik dan benar ?

C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menganalilis berbagai kekerasan anak terhadap penerapan disiplin
di sekolah.mengamati tingkat kekerasan yang anak alami dalam penerapan disiplin
deisekolah disini saya menggunakan metode kualitatif dalam mencari sumber atau info
mengenai kekerasan anak,saya mendapatkan sumber dari berbagai media internet
maupun media social,serta dari beberapa jurnal maupun sebagian artikel.
D. TUJAUN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian yag dilakukan secara metode kualitatif ini
adalah,untuk mengetahui,di zaman sekarang ini berapa banyak kekerasan yang dialami
oleh anak saat belajar untuk disiplin,dan undang undang yang mengatur mengani
kekerasan anak,serta sudah dijalankan kah undang undang tersebut? Serta bagaimana
cara yang baik dan benar untuk mengajarka anak disiplin disekolah.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Orang tua sebagai pondasi utama dalam pengembangan karakter anak dqan lingkungan
utama untuk tumbuh dqan berkembang harus senantiasa menjadi pendengar setia anak dan
mampu mendengarkan keluhan kebahagian dan keseharian anak., memperhatikan pergaulan
sehari hari, mengatur waktu anak, memberikan perhatian dan waktu kepada anak. Dan
kemudian yang paling penting peran orangtua yaitu mampu mendidik anak agar taat kepada
agama yang di anut sehingga anak akan memiliki budi pekerti yang baik.karena sebelum anak
terjun kepada dunia pendidikan di sekolah,peran orang tualah yang paling pertama dan
utama.meski anak akan diarjarkan lebih mendalam mengenai disiplin disekolah
dan kemudian orangtua harus mampu menerapkan displin kepada anak baik berupa
mengajarkan anak untuk bersikap jujur, menghargai orang lain, bersikap sopan, dan yang paling
utama adalah orangtua harus mengajarkan anak pada konsekuensi dari perbuatan mereka yang
salah. Dilain sisi orangtua harus mampu melindungi anak dqan juga orangtua harus menumbuh
kembangkan anak sesuai bakat dqan juga minat anak.dan agar saat anak sudah terjun ke dunia
pendidikan,mereka tidak merasa tersiksa akan aturan aturan yang harus mereka jalankan selama
bersekolah. Jika kebutuan anak seperti kasih sayang, perasaan dicintai sudah terpenuhi maka
akan terjalin hubungnan yang baik antara orangtua dan anak sehingga anak akan merasa aman
dan terbentuk karakter yang baik. Karakter bisa dibentuk dengan berbagai macam hal seperti
lingkungan kegiatan sehari hari, keturunan dan juga perasaan. Lingkungan memeberikan
pengaruh kuat bagi setiap anak, setiap perilaku dan sugesti kepada anak akan menjadi contoh
dan
akan di tiru oleh anak, dan sama hal nya di sekolah terkusus kepada murid SD sebagai guru
attau tenaga pengajar memiliki peran yang juga tidak kalah penting dari orangtua. Sebagai guru
dan pendidik bertugas untuk mendidik anak anak asuh atau murid dan merupakan tokoh penting
juga dalam membentuk karakter anak sebagai asset Negara. Sebagai guru harus memberikan
ajaran dan menanamkan nilai nilai terpuji bagi anak didik, memperbaiki sikap buruk anak dan
menjelaskan apa yang baik dilakukan dan juga buruk untuk dilakukan. Guru harus mampu untuk
membantu watak anak murid dengan berbagai cara seperti keteladanan, cara berbicara sopan dan
baik saat menyampaikan sesuatu dan mampu membantu anak untuk toleransi dari berbagai hal
yang terkait dengan peserta didik.
Namun dibeberapa sekolah malah melakukan hal yang berbanding terbalikdalam
penerapan disiplin terhadap anak sekolah dasar ini,sebagian guru,mengajarkan disiplin dengan
cara yang salah dimata hukum.nah untuk saat ini sebagai calon seorang guru harus
memperhatikan banyak hal agar terciptanya Program sekolah ramah anak. Program ini
merupakan salah satu program yang dikeluarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan anak. Salah satu indikator dari sekolah ramah anak adalah adanya kebijakan
anti kekerasan. Kebijakan anti kekerasan tersebut diwujudkan ke dalam berbagai hal baik secara
tertulis maupun praktik-praktik baik yang tidak tertulis, salah satunya adalah adanya penerapan
disiplin positif.
Menurut Undang-Undang No 23 tahun 2002 pasal 16 ayat 1 tentang Perlindungan
Anak kekerasan merupakan penganiayaan terhadap anak disertai dengan kekerasan
fisik maupun emosional yang berdampak pada perkembangan anak. Anak yang sering
mendapatkan kekerasan fisik maupun emosional akan menimbulkan masalah perilaku di usia-
usia berikutnya. Misalnya sulit berkonsentrasi, malas sekolah, kurang percaya diri, mudah
cemas, dan lain-lain.
Cara untuk mendisplinkan anak,di sekolah maupun diluar sekolah memang bukan lah hal
yang mudah,banyak tantangan,tenaga dan menguras emosional dalam mengajarkan anak disiplin
terutama disekola dasar,karena yang diajarkan oleh seorang guru bukan lah hanya 1 atau 2
orang,melain kan ratusan siswa,namun menggunakan kekerasan untuk mendisplinkan anak
bkanlah cara yang tepat karena menurut saa satu pakar Slade & Wissow (2004) hukuman fisik
akan menyebabkan anak mengalami permasalahan di kemudian hari. Artinya hukuman fisik atau
kekerasan fisik termasuk juga kekerasan emosional tidak efektif untuk membentuk disiplin pada
anak. Tujuan disiplin adalah untuk membentuk karakter anak. Penanaman dispilin idealnya
dilakukan sejak masih anak-anak. Penanaman displin sebaiknya dilakukan dengan pendekatan
positif tanpa kekerasan.dan bentuk positif yang dimaksud adalah mengukum anak dengan
memberikannya tugas yang sedikit lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya,jika seorang
anak telat datang kesekolah ( telat masuk kedalam kelas),maka biarkan masuk,lalu buat dia
berdiri didepan kelas sekita 10-15 mnt,hukuman2 seperti ini tentunya tidak akan membuat
mental anak menurun,itu sebabnya masih sangat banyak hal yang tidak keras dapat melatih
disiplin anak.tanpa melakukan tindakan fisik.
Sebenarnya kekerasan disekolah bukan hanya keras soal fisik,seperti
memukul,mencubit,menyuruh lari lapangan hingga 20 putaran,namun emosional dan mental juga
sebenarnya suatu bentu kekerasan,karena kadang kala guru dapat melontarkan suatu perkataan
kepada siswa,saat siswa tidak disiplin,hal itu dapat merusak mental seorang anak,sehingga
membuat ia membenci ssekolaH bahkan dirinya sendiri.itu sebabnya di Indonesia di sahkan nya
undang undang mengenai perlindungan anak yaitu uu no 23 tahun 2022 yang disahkan resmi
oleh mantan presiden Indonesia,megawati soekarno putri pada tahun 22 oktober 2022.dan
diundangkan oleh bambang kesowo,sekretaris Negara republic Indonesia.
Suatu kasus yang saya ambil di dalam kekerasan saat mendisplinkan anak,di kecamatan
umbulharjo,gedongtengen,dan ngampilan,di mana peneliti tersebut mengamati bahwa kekerasan
yang terjadi kepada anak disana sebagian besar kekerasan saat mendisplinkan anak.dan factor
tersebut dilakukan Karena kondisi psikologis dan dalam hal mengelola emosi.terdapat surve
yang telah peneliti dapatkan di kecamatan tersebut berdasarkan KPAI pada tahun 2012,87%
anak mengalami kekerasan disekolah. Didalam penelitian tersebut dikatakan bahwa terkadang
orang tua ( guru) keras dalam mendisplinkan anak karena beberapa factor pemicunya,yaitu yang
pertama kondisi sosialnya,yang meliputi kondisi ekonomi maupun lingkungan pendidik yang
tidak maupun kurang nyaman.biasanya kondisi tersebut dapat memicu stress sehingga terkadang
mereka melampiaskan emosional mereka terhadap anak anak dalam hal cara
mendisplinkan.selanjutnya bisa saja karena kekerasan masa lalu yang dihadapi oleh
pendidik,sehingga terbawa hingga saat mendidik siswa disekolah.
Didalam artikel penelitian tersebut dikatakan bahwa Disiplin adalah cara yang dilakukan
oleh orang dewasa untuk mengajarkan kepada anak-anak perilaku yang benar dan salah supaya
bisa berperilaku yang diterima oleh masyarakat.itu sebabnya sangat perlu kepada seorang guru
disekolah mendidik disiplin anak dengan baik dan benar,bukan dengan cara yang keras karena
anak mudah meniru,ntah meniru yang salah maupun yang benar,maka tugas guru lah yang
mengajarkan disiplin anak sebagai mana mestinya.adapun cara yang baik dalam mendisplinka
anak menurut fingersspot.com :
a. Mengenali siswa lebih dekat
Walaupun siswa yang diajakan tidak sedikit,namun sudah tugas guru untuk melakukan
pendekatan terhadap siswanya,dengan adanya pendekatan tersebut itu akan memicu
seorang murid senang dengan gurunya,jika seorang murid senang dengan guru nya maka
apapun yang dikatan oleh guru nya murid akan melakukan nya denga benar dan senang
hati.selain itu murid akan lebih bersemangat untuk pergi kesekolah,otomatis dia tidak
akan terlambat datang,kemudian mengerjakan tugas tugas yang telah diberikan,maka
otomatis disiplin anak dapat membaik melalui pendekatan guru dengann siswa nya
tersebut.
b. Membuat aturan bersama
Mengajak anak untuk diskusi merupakan metode yang tepat,yag dimaksud
disni,mendiskusika peraturan peraturan yang harus dijalankan,serta hukuman yang akan
diterima jika melanggar aturan tersebut.disini hukumannya akan didiskusikan bersama
atara siswa dengan gurunya,sehingga siswa akan lebih berhati hati untuk tidak melanggar
aturan yang telah ditentukan.
c. Memberikan perhatian dan juga kasih sayang
Mendidik semua murid dengan kasih sayang,tidak pandang bulu serta tidak mendiskriminasi
siswa,dengan hal ini siswa akan lebih patuh serta menyayangi gurunya kembali.sedangka
jika guru pilih kasih serta mendiskriminasi siswa maka tentunya siswa akan lebi
berontak,membenci gurunya karna merasa dibedabedakan,malas bersekolah dan tentunya
tidak akan mengerjakan tugas yang diberikan.maka satu satunya jalan dalam menerapkan
disiplin anak yang baik dan benar ini adalah,menyayangi semua siswa tanpa terkecuali.
Dalam artikel ini saya mengambil sedikit kasus atau contoh mengenai bentuk
kekerasan yang pernah terjadi antara guru dan siswa dalam penerapan disiplin
disekolah.
a. Guru memukul siswa (S) kelas 3 SD hingga bagian mata kanannya berdarah,
karena S suka ngobrol dengan temannya saat pelajaran berlangsung, mengakibatkan
anak berhenti sekolah, mengaku trauma bersekolah. (September 2012, kasus di Kota
Batu Malang).
b. Guru menampar pipi siswa (X) kelas 4 SD hingga berdarah, gara-gara (X)
mencampur catatan dan latihan dalam satu buku, buku milik siswa dirobek dan
dilempar.
Dari kasus tersebut bisa kita lihat bahwa suatu kekerasan sangat berdampak besar
terhadap anak yang mengalaminya,seperti pada kasus pertama,yang memilih untuk
berhenti sekolah dan bahkan mengalami trauma,padahal jelas kita ketahui bahwa
anak adalah harapan bangsa menuju bangsa yang lebih baik.namun jika anak berhenti
sejak dari dasarnya,maka harapan bangsa juga akan lenyap begitu saja.dan tentunya
hal ini sangat disayangkan
Dan sebelumnya kekerasan mengenai penerapan disiplin anak sebenarnya tidak
hanya terjadi disekolah,namun banyak juga terjadi di rumah,oleh orang tua sendiri.
a. Kasus orang tua di Cibubur (Mei, 2015) yang menelantarkan anak-anaknya dan
kerap melakukan tindak kekerasan pada anak semata-mata untuk mendisiplinkan
anak
Ini adalah suatu contoh tindak kekerasan dirumah,semata mata orang tua
menghukum anak hanyak untuk membuat mereka lebih disiplin,padahal hal
tersebut hanya akan membuat anak lebih berontak.namun pada artikel kali ini kita
akan berfokus pada kekerasan yang terjadi disekolah.
Itu sebabnya anak harus diberikan perlindungan lebih
Dan undang undang yang mengatur mengenai perlindungan anak yang dimuat dalam undang
undang nomor 23 tahun 2002 ini,telah disahkan dan banyak diterapkan dalam masyarakat
maupun dalam sekolah,namun tentunya selalu ada saja golongan atau tempat yang tidak
mematuhi hukum,serta sering melanggar aturan tersebut.itu sebabnya.masih banyak ( marak)
anak anak yang mengalami kekerasan.apalagi kekerasan yang mereka alami saat belajar untuk
disiplin.it sebabnya dalam hal ini sekolah ramah anak dicetuskan oleh pihak pengagas dalam hal
ini adalah pemerintah melalui kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
republic Indonesia ( kemenPPPA) sebagai upaya untuk memeberikan perlindungan hak hak di
sekolah.ini berdasarkan peraturan menteri nomor 8,tahun 2014
Di dalam sekolah ramah anak ini memiliki prinsip yaitu,anak dijamin bisa menikmati hak anak
untuk pendidikan tanpa di diskriminasi,didasarkan pada disabilitas,gender,suku
bangsa,agama,serta latar belakang orang tua.terciptanya sekolah ramah anak itu sangat penting
yaitu untuk membangun paradigma baru dalam mendidik dan mengajar peserta didik untuk
menciptakan generasi baru tanpa kekerasan,menumbuhkan kepedulian orang dewasa serta
memenuhi hak dan melindungi anak dari hal hal yang tidak dinginkan.

KESIMPULAN
Disiplin adalah cara orang tua ataupun guru,untuk mengajarkan anak sesuatu yang benar
ataupun salah,penyebab kekerasan paling tinggi disekolah adalah saat menerapkan
disiplin kepada anak didik. Dan cara untuk mendidik anak adalah dengan cara yang
positif dan eektif bukan denga sebuah kekerasan. Berdasarkan penelitian kualitatif
ini,dapat disimpulkan bahwa,kekerasan di sekolah saat mengajarkan anak untuk disiplin
cukup besar,dapat dilihat di studi kasus suatu artikel yag di terbitkan oleh universitas
dahlan Yogyakarta,kekerasan anak disekolah terhadap penerapan disiplin mencapai
87,6%.dan melakukan kekerasan pada anak disekolah sangat tidak dibenarkan,karena
dapat merusak mental,psikis,semangat seorang anak.selain dari itu anak juga akan
membenci guru maupun dirinya sendiri,kemudian di usia selajutnya,semakin dewasa
maka akan semakin tidak terarah,maka mari kita sama sama untuk mematuhi berjalannya
undang undang,untuk tidak melakukan kekerasan pada anak di sekolah ( undang undang
no 23 tahun 2022 ) ,tidak melakukan diskriminasi untuk alasan apapun,dan menjalankan
program sekolah ramah anak,yaitu program yang secara sadar berupaya menjamin dan
memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung
jawab. Prinsip utama adalah non diskriminasi kepentingan, hak hidup serta penghargaan
terhadap anak.
Penerapan disiplin kepada anak memang hal yang paling penting,agar jalan anak untuk
mencapai suatu hal menjadi lebih ter arah,namun mengajarkan disiplin dengan cara yang
baik tanpa membuat siswa merasa terancam,dan mengajarkan anak dengan cara yang
positif agar tidak menimbulkan masalah kepada anak di usia selanjutnya,serta anak tidak
mengalami masalah dikemudian hari,dan yang paling penting untuk diketahui guru
maupun orang tua saat menerapkan disiplin pada anak adalah,mengajarkan mereka
dengan penuh kasih sayang,tanpa adanya suatu kekerasan.

SARAN
1. Melalui artikel jurnal ini sekiranya bisa dijadikan sebagai panduan guru maupun
orang tua dalam mendisplinkan anak dengan cara yang layak dan mematuhi
aturan perundang undangan yang mengatur tentang perlindungan anak.
2. Bagi mahasiswa apalagi calon guru,perlunya mengetahu serta mempelajari suatu cara
untuk membuat anak didik disiplin tanpa kekerasan dan tanpa melakukan
diskriminasi
3. Untuk masyarakat perlunya untuk menjalankan aturan pemerintah serta
undang undang dengan baik dan benar agar tidak terjadi hal yang tidak kita
inginkan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karna berkat dan rahmatnya
saya bisa menyelesaikan tugas membuat jurnal ini dengan tepat waktu,jurnal ini
adalah salah satu tgas untuk memenuhi nilai pada mata kuliah Hukum HAM,dan
terimakasih kepada bapak dosen yang saya hormati,Bapak Majda El Muhtaj,Selaku
dosen pengampu pada mata kuliah ini.yang telah memberikan waktu dan kesempatan
untuk saya dapat menyelesaikan artikel ini dengan judul “ kekerasan terhadap
penerapan disiplin anak disekolah dasar”,akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih dan semoga makalah jurnal ini dapat menjadi panduan untuk setiap
kalangan yang membutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Kostelnik, dkk. (2007). Developmentally Appropriate Curriculum. Ohio: Pearson


Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 TentangPerlindunganAnak.

isdikbud.langsakota.go.id/berita/sekolah-ramah-anak-dalam-satuan-pendidikan
2015), Contoh kasus kekerasan terhadap Anak dan Dampaknya, diakses dari
www/ayahbunda.co.id/ artikelbalita,psikologi.
Berkowitz, L. (1993). Emotional Behavior. Mc. Graw-Hill Inc. Covey, S. (1998). The 7
Habits of Highly Effective Teens. New York: A Fireseide Book

Anda mungkin juga menyukai