dipatuhi, dan anak dipandang memiliki kewajiban terhadap orang tua. Berbeda
dengan konflik yang dialami teman sebaya yang bersifat setara dan fakultatif.
Banyak yang beranggapan bahwa konflik orang tua-remaja disebabkan oleh
sikap remaja yang menentang orang tuanya. Penentangan remaja terhadap orang tua
sesungguhnya tidak relevan jika dipandang sebagai rendahnya atau menurunnya nilai
moral remaja. Konflik orang tua dengan remaja dalam porsi yang moderatif dalam
hubungan orang tua-remaja. Penentangan remaja terhadap orang tua pun sebenarnya
bersifat terbatas, dan tidak mencakup nilai-nilai dasar dan moralitas.
Cara pandang orang tua dan remaja terhadap konflik dan ketidaksetujuan di
antara mereka sering kali berbeda. Orang tua selalu melihat dari sudut pandang
kewenangan orang tua dan tatanan sosial. Dalam menghadapi ketidaksetujuan dengan
remaja,
orang
tua
sering
membenarkan
sudut
pandangnya
berdasarkan
kewenangannya sebagai orang tua atau peraturan sosial. Dari sudut pandang remaja,
mematuhi atau menurut pada pendapat orang tua setelah terjadinya perbedaan.
Penentangan, atau konflik tidak selalu berarti telah selesai.
Berdasarkan buku Sri Lestari (2012:112) yang mengutip pendapat EllisSchwabe dan Thornburg (1986) mengungkap 10 area yang sering menjadi konflik
antara orang tua dan remaja, yaitu pacaran, pemilihan teman, pemanfaatan waktu
luang, perilaku pribadi, sikap di sekolah, tugas pekerjaan rumah, penggunaan uang,
penggunaan telepon, cara berpakaian, dan menonton televisi. Tiga hal yang sering
menjadi konflik antara remaja dengan ayah secara berturut-turut adalah penggunaan
uang, tugas pekerjaaan rumah, dan penggunaan telepon. Adapun tiga hal yang sering
menjadi konflik antara remaja dengan ibu adalah tugas pekerjaan rumah, penggunaan
3
uang, dan cara berpakaian. Secara umum remaja perempuan dua kali lebih sering
berkonflik dengan ibu daripada anak laki-laki. Dalam hal pemilihan teman, prilaku
pribadi, tugas pekerjaan rumah, dan cara berpakaian, baik remaja laki-laki dan
perempuan sering berkonflik dengan ibu dari pada ayah. Secara umum ibu lebih
memerhatikan aspek-aspek kepribadian, sedangkan ayah lebih peduli pada persiapan
menjelang masa dewasa.
Komunitas tempat remaja berada juga mempengaruhi kenakalan remaja,
termasuk diantaranya adalah nilai-nilai yang dipercayai oleh komunitas tersebut.
Apakah komunitas tersebut menekankan pada nilai hedonisme sehingga remaja akan
melakukan apa pun untuk memuaskan dirinya ataukah komunitas tersebut
menekankan pada nilai-nilai moral seperti kejujuran dan kerja keras, tentulah semua
ini akan mempengaruhi remaja dalam mengambil suatu tindakan. Terutama, bila di
dalam komunitas tersebut terdapat banyak model yang melakukan tindakan kriminal
serta kurangnya ketegasan hukuman atas tindakan yang mereka lakukan, maka para
remaja akan menjadi lebih berani mengikuti contoh yang negatif. Contohnya, bila di
suatu komunitas tindakan pencurian dan penodongan dianggap sebagai sesuatu yang
biasa tanpa adanya sanksi hukum yang jelas, yang mungkin disebabkan karena aparat
hukum sudah merasa tidak mampu mengatasi daerah tersebut, terlebih lagi bila para
anggota komunitas juga bersifat apatis dan membiarkan saja, maka akan mudah
sekali bagi para remaja untuk meniru tindakan mencuri dan menodong untuk
mendapatkan uang dengan cepat dan mudah tanpa ada konsekuensi hukumnya. Di
lain pihak, bila dalam lingkungan atau komunitas tersebut nilai kejujuran dijunjung
tinggi dan setiap pencuri serta penodong yang tertangkap dikenai sanksi hukum serta
4
sosial dari masyarakat sekitarnya, maka para remaja akan berpikir dua kali sebelum
melakukan tindakan mencuri atau menodong.
Sekolah juga memiliki peran penting dalam menunjang terjadinya kenakalan
remaja. Kurangnya keberhasilan akademis seperti nilai akademis yang rendah dan
ketidakmampuan
untuk
menyesuaikan
diri
dengan
program
sekolah,
ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau bergaul dengan baik dengan guru,
semua ini dapat menjadi pencetus munculnya tingkah laku kenakalan remaja.
Sekolah merupakan suatu hal yang penting bagi remaja, karena di sekolah remaja
bertemu dengan teman-teman sebaya yang sedang berada pada tahap perkembangan
yang sama pada dirinya. Sekolah yang terlalu menuntut remaja untuk menjadi seperti
apa yang diharapkan sekolah tanpa memperhatikan kemampuan remaja akan
membuat remaja merasa tertekan. Begitu pula bila guru di sekolah bersikap menolak
siswa serta tidak mau memahami remaja. Seseorang yang merasa tertekan tentu akan
berusaha keluar dari tekanan tersebut dengan berbagai cara. Bagi remaja yang tidak
dapat menyesuaikan diri di sekolah, tidak dapat menyesuaikan diri dengan program
sekolah dan dengan gurunya, mungkin ia akan menjadi lebih sering membolos
sekolah, membuat ribut di kelas, dan tindakan yang lainnya. Peran guru di sekolah
merupakan sesuatu yang sangat penting. Guru yang menunjukkan kontrol diri yang
baik, penuh kehangatan, dan bersahabat dalam interaksinya di kelas akan lebih
mudah berhubungan dengan remaja. Remaja akan lebih terbuka kepada mereka. Guru
yang demikian dapat membantu remaja untuk mencapai keberhasilan akademis dan
belajar menghargai diri sendiri serta dengan demikian dapat mengurangi kenakalan
remaja.
5
benang merah yang terentang dari satu faktor ke faktor yang lainnya. Hal ini
berkaitan dengan orang tua. Dalam faktor sosiologis, latar belakang keluarga, akan
didapati mengenai orang tua. Faktor psikologis menyorot hubungan antara remaja
dan orang tua. Sementara itu, faktor biologis menyiratkan adanya hubungan atau
pengaruh genetik yang tentu saja diperoleh dari orang tua terhadap remaja.
Berdasarkan
uraian
di
atas
kehadiran
seorang
konselor
penting
dalam
menanggulangi kenakalan remaja. Karena seorang remaja perlu seorang teman untuk
bertukar pikiran serta menjadi seorang sahabat. Untuk itu seorang konselor harus
memiliki keterampilan mendidik yang kreatif dan konseling yang dinamis, agar jeli
melihat setiap masalah yang ada di lingkungan sekitarnya. Dalam menanggulangi
kenakalan remaja ini di perlukan suatu pertolongan yang disebut konseling edukatif.
Menurut Clinebell (2002:426):
Konseling edukatif merupakan proses menolong yang mengintegrasikan
berbagai pemahaman dan metode dari dua fungsi pastoral yang tujuannya
serupa, yaitu: membantu perkembangan kebutuhan orang. Pendekatan ini
mencakup penyampaian pengetahuan, keyakinan serta nilai tertentu secara
tepat, dan keterampilan penanggulangan yang merupakan bagian terpenting
dari proses konseling. Konseling yang bersifat mendidik jauh melampaui
penyampaian informasi saja. Ia membantu orang untuk mengerti menilai dan
kemudian menerapkan informasi yang relevan untuk menanggulangi situasi
kehidupan mereka yang khusus
Dengan melakukan konseling edukatif di lingkungan sekolah maupun di
dalam masyarakat dapat mencegah terjadinya masalah di masa depan. Konseling
edukatif yang bersifat mendidik dan menyampaikan pengetahuan yang relevan,
6
mampu membaca masalah dan merasakan apa yang dirasakan orang lain sehingga
lebih terampil dalam menolong, karena konseling edukatif merupakan jembatan
yang menghubungkan konseling pastoral. Konseling dengan pendidikan mempunyai
tujuan yang sama, yaitu memaksimalkan pertumbuhan orang secara utuh. Konseling
merupakan metode pendidikan untuk menolong orang agar tidak lagi mempelajari
yang salah tetapi agar dia mempelajari sikap, ide, keterampilan berelasi (hubungan),
dan nilai yang kreatif. Untuk itu seorang konselor pendidikan sangat diperlukan
dalam mengatasi masalah yang terjadi di dalam lingkungan sekolah dan di
masyarakat seperti kenakalan remaja yang marak terjadi sekarang ini.
Adapun tujuan dari konseling edukatif ada tiga yaitu: 1) Menemukan fakta,
konsep, nilai, keyakinan, keterampilan, bimbingan, atau nasihat yang dibutuhkan
oleh orang dalam mengatasi masalah mereka; 2) Mengkomunikasikan hal ini secara
langsung atau membantu orang menemukannya (misalnya melalui bacaan); 3)
Menolong orang memanfaatkan informasi ini untuk mengerti situasinya, membuat
keputusan yang baik, atau menanggulangi masalahnya secara konstruktif.
terlebih dahulu sehingga dapat diselesaikan lewat pendampingan dengan hasil yang
baik antara lain:
1. Apakah kenakalan remaja itu?
2. Apa saja penyebab-penyebab kenakalan remaja?
3. Perilaku apa saja yang merupakan kenakalan remaja?
4. Bagaimana model pendampingan dan konseling pastoral bagi kasus
kenakalan remaja?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pendampingan dan
Konseling Pastoral yang dilakukan konselor dalam menangani Kenakalan Remaja
Akibat Kekerasan Dalam Keluarga di KPA Tapanuli Utara Tahun 2015 antara lain:
1. Memahami pengertian kenakalan remaja
2. Mengetahui penyebab kenakalan
3. Memahami perilaku-perilaku remaja yang mengarah kepada kenakalan
4. Untuk mengetahui model pendampingan dan konseling pastoral yang tepat
untuk menanggulangi kenakalan remaja.
D. Manfaat Penelitian
9
Akibat Kekerasan
Dalam Keluarga.
3. Bagi Remaja
1. Dapat memberikan informasi mengenai Pendampingan Dan Konseling
Pastoral Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Akibat Kekerasan
Dalam Keluarga.
2. Sebagai bahan masukan bagi remaja.
E. Metode Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode studi kasus.
Hasil dari kasus yang dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran yang lengkap
terorganisir secara baik dan menghasilkan data deskriptif baik berupa kata-kata
tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati melalui
bentuk percakapan.
10
Dalam metode studi kasus pastoral berdasarkan buku E.P Ginting (2011:32)
yang mengutip pendapat TJ.G. Hommes mengatakan ada 4 kegiatan atau tugas yang
berhubungan dalam metode ini yaitu:
1. Deskripsi kasus berisikan rekaman secercah kenyataan tentang situasi problematis
peristiwa atau keadaan tertentu pada diri seseorang atau kelompok yang
dituliskan si peneliti sejauh yang diketahui si peneliti. Dalam hal ini perlu
objektivitas dan kelengkapan data merupakan tekanan penting untuk penulisan
kasus.
Deskripsi merupakan tahapan pertama dalam metode studi kasus yang berisikan
pemaparan atau penggambaran si peneliti dengan kata-kata yang jelas dan terinci
serta seobjektif mungkin. SEAGST menyebutkan ada empat yang menentukan
nilai suatu deskripsi, sebagai berikut:
a. Jelas, artinya orang luar dapat membaca kasus itu dan mengerti tentang apa
yang terjadi sehingga penulis dapat memisahkan mana yang sudah diketahui
dan mana yang belum diketahui.
b. Padat, artinya memuat informasi yang relevan untuk memahami situasi,
khususnya masalah-masalah kunci dalam kasus itu.
c. Cukup memadai, artinya suatu kasus hendaknya memuat banyak informasi
sehingga memungkinkan untuk menganalisanya.
d. Objektif, artinya melihat gejala yang muncul sebagai mana adanya dan bukan
melalui keterlibatan si peneliti, bukan meninggalkan subjektivitas atau
menjadi lawan subjektivitas tetapi sebagai pelengkap yang lebih baik.
Sifat deskripsi kasus adalah:
a. Disajikan secara pendek dan padat,
b. Dituliskan dalam urutan yang jelas,
c. Penulisan disusun seobjektif mungkin, dan
d. Tidak mengandung rumusan analisis ataupun interpretasi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai topik kasus yaitu:
a. Menyebut orang yang terpenting dalam kasus itu (nama samaran),
b. Menyebutkan tempat yang fiktif untuk meningkatkan daya ingat,
c. Memilih permasalahan yang pokok dalam kasus itu, dan
d. Topik/judul kasus sudah dapat memberikan gambaran tentang isi.
2. Persepsi analisis atau analisa merupakan upaya yang kritis tentang dinamika
perasaan, pendapa-pendapat serta relasi yang berada dalam kasus itu.
Mempergunakan pengetahuan setempat dalam konteks yang dapat menerangi
dinamika yang ada dalam kasus.
Ada empat pertanyaan yang dikembangkan dalam analisa yaitu:
1. Siapakah tokoh-tokoh terpenting yang tersangkut dalam kasus itu. Bagaimana
pendiriannya? Bagaimana purbasangkanya?
2. Bagaimana pandangan penulis sendiri/ purbasangkanya sendiri.
3. Apakah faktor-faktor luar yang memainkan peranan dalam kasus ini?
4. Bagaimana implikasi pokok yang pastoral. Persoalan pastoral teologis; apa
pokok di dalam kasus.
3. Interpretasi merupakan bagian dimana peneliti mendekati secara kritis dan kreatif
tentang masalah pokok dan unsur-unsur yang penting yang ada dalam kasus
dengan kacamata teologi dan tradisi iman Kristen agar ditemui dasar-dasar
11
teologis yang memadai dan kena (relevan) untuk menjawab masalah pokok dan
faktor-faktor pendukung yang menimbulkan masalah pokok. Sebagai pengamat
yang jauh tetapi sudah masuk ke dalam, dengan menggunakan berbagai ilmu
teologia yang pernah kita alami.
4. Dalam bagian aksi pastoral akan disusun perencanaan aksi pastoral yang
menjawab masalah pokok yang bersifat teologis maupun terhadap akar-akar
permasalahan pokok tersebut secara tepat guna. Masalah pokok dan akar-akar
permasalahan pokok tersebut didekati secara konkrit dengan memakai dasar
teologis serta memanfaatkan hasil-hasil analisa yang mempergunakan berbagai
disiplin ilmu manusia yang ada.
Ada empat kemampuan dalam MSKP, yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan kasus dengan teliti, objektif, sederhana, dan teliti
menulis kasus.
2. Untuk menganalisa kasus agar dalam situasi baru, anda tidak cepat-cepat
mengkategorikan situasi itu. Dengan imajinasi kita melihat beberapa
kemungkinan.
3. Untuk menginterpretasikan secara kritis dan kreatif.
4. Kita harus mampu lebih kritis dan kreatif dalam menginterpretasikan kasus
tersebut.
F. Kerangka berfikir
Pendampingan dan Konseling Pastoral
1. Pengertian Pendampingan dan Konseling Pastoral
1.1. Pengertian Pendampingan
Istilah
pendampingan
memiliki
arti
menyertai,
bersama-sama,
sama.
12
14
kehidupan gerejawi kita, hal ini merupakan tugas pendeta yang harus menjadi
gembala bagi jemaatnya atau dombanya.
Van Beek (2007:10) menuliskan: Kata pastoral berasal dari bahasa Latin
yang berarti gembala. Seorang yang bersifat pastoral adalah seseorang yang
bersifat gembala, yang bersedia merawat, memelihara, melindungi dan menolong
orang lain.
Susabda (1997:4) berpendapat:
Pastoral adalah hubungan timbal balik (inter-personal relationship) antara
hamba Tuhan sebagai konselor dengan konselinya (klien, orang yang
meminta bimbingan) ke dalam suatu suasana percakapan konseling yang
ideal (kondusif atmosfer yang memungkinkan konseli betul-betul dapat
mengenal dan mengerti apa yang terjadi pada dirinya sendiri, tentang
persoalannya, kondisi hidupnya dalam relasi dan tanggungjawabnya pada
Tuhan dan mencoba mencapai dengan tekanan, kekuatan dan kemampuan
seperti yang sudah diberikan Tuhan kepadanya).
15
Dari pengertian umum dan pendapat para ahli yang telah dijelaskan
terdahulu dapat dipahami bahwa pengertian Pastoral : Suatu cara atau upaya
pelayanan yang dilakukan oleh hamba Tuhan sebagai konselor yang menerima
panggilan Tuhan untuk menolong warga jemaat yang menghadapi masalah dalam
kehidupannya, untuk melaksanakan tugas konselor memiliki keahlian yang khusus
mempergunakan metode pendekatan dan perckapan yang dilakukan dengan kasih.
1.4. Pengertian Konseling Pastoral
Menurut E.P. Ginting (2002:22), konseling pastoral merupakan suatu
pendampingan yang memberikan terapi yang dilakukan oleh gembala/ pendeta atau
pelayan Kristen lainnya.
Menurut Tuu (2007:25-26):
Konseling pastoral adalah pelayanan yang dilakukan gereja dengan melayat
dan mencari satu per satu jemaat yang sedang bergumul dalam hidupnya.
Pencarian dan pelawatan itu dilakukan untuk menolong mereka melalui suatu
percakapan yang interaktif, timbal balik, dan mendalam. Melalui percakapan
itu, konselor mendampingi, membimbing, dan mengarahkan konseli untuk
menemukan solusi. Dari rumusan tersebut yang perlu diperhatian antara lain:
1. Konseling pastoral merupakan tugas yang sangat penting dilaksanakan
oleh gereja. Jemaat yang bermasalah adalah domba-domba milik Kristus.
Sebagai orang yang dipercayakan Kristus, kita perlu menggembalakan
mereka.
2. Konseli yang bergumul perlu dikunjungi, dicari, dan diperhatikan agar
mereka dapat ditolong. Jika mereka mengalami persoalan, goncangan dan
pergumulan hidup, merekka butuh pertolongan konselor.
3. Pertolongan itu dilakukan melalui proses konseling. Percakapan ini bukan
percakapan biasa, tetapi sangat spesifik. Respon konseling sangat khas
dengan memakai pola-pola respon probing, understanding, supporting,
interpretation, evaluation dan action, yang terarah menuju solusi.
4. Percakapan itu berlangsung timbal-balik, mendalam dan terarah.
Percakapan itu sangat spesifik karena saling memberi, memengaruhi,
mencari inti persolan, dan mengarah pada sebuah solusi. Konselor tidak
mengambil alih persoalan dengan memberi nasihat-nasihatnya kepada
konseli.
16
5. Perubahan terjadi karena iman dan ketaatan pada firman Tuhan. Hasil
akhir konseling adalah perubahan sikap dan perilaku konseli. Hal ini dapat
terjadi karena imannya bertumbuh lewat membaca, merenungkan dan
mempraktikkan firman Tuhan
Menurut Mesach (2002:16) Konseling Pastoral ialah suatu persfektif
Kristen yang mencari upaya untuk menolong atau menyembuhkan dengan cara
menghadiri situasi kehidupan seseorang yang mengalami kesulitan.
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa konseling pastoral adalah
proses pemberian bimbingan yang terus menerus kepada seorang klien oleh
konselor agar mampu mengenal diri sendiri, mampu mengatur hidupnya dan
mengubah kepribadiannya menjadi lebih baik.
2. Dasar Teologis Konseling Pastoral
Konseling pastoral merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam
kehidupan orang Kristen. Dimana melalui konseling yang dilakukan oleh para
konselor dapat memberikan pertolongan kepada warga Kristiani yang mengalami
masalah.
Menurut Tuu (2007:10-18), dasar dan syarat yang kuat dalam
melaksanakan konseling pastoral
1. Yehezekiel 34; Allah adalah Gembala
2. Yohanes 10: Kristus Sebagai Gembala Agung
Dalam kiprahnya selama melayani di dunia, Yesus Kristus tampil
dalam empat karya,
1. Ia tampil sebagai guru
2. Yesus tampil sebagai pembebas
3. Yesus tampil sebagai penyembuh
4. Yesus tampil sebagai gembala
3.
Yohanes 21; Gembalakanlah!
Karena Allah lebih dahulu mengasihi kita dalam Kristus, bagian kita
adalah menyambut, menerima serta memiliki kasih.
4. 1 Petrus 5; Sikap Gembala
Dalam pendampingan konseling ada beberapa sikap yang perlu
dikembangkan
17
tekad agar konseli ingin berubah baik sikap dan perilaku kepada hal-hal
yang lebih baik dan positif.
7. Menyelesaikan dosa melalui Kristus
Seorang konselor juga harus membimbing konseli pada jalan Tuhan, di
mana konseli ingin berdamai dengan Tuhan melalui mengakui segala dosa
dan kekurangan dihadapan Kristus.
8. Pertumbuhan iman
Melalui pengakuan dosa dihadapan Tuhan, konselor akan terus
mengarahkan dan membimbing konseli pada suatu pengharapan yang
hidup dalam pertumbuhan iman kepada Kristus.
9. Melibatkan konseli dalam persekutuan jemaat
Konselor harus mengaktifkan konseli dalam kegiatan-kegiatan yang ada di
gereja dengan tujuan mempercepat proses pemulihan dan pertumbuhan
iman konseli bersama jemaat yang lainnya.
10. Mampu menghadapi persoalan selanjutnya
Seorang konselor yang baik harus mengarahkan konseli agar mampu
mendewasakan diri serta bertanggung jawab terhadap masalahnya sendiri.
Artinya konseli harus bisa mandiri dan mampu untuk menghadapi
persoalan selanjutnya.
Menurut Clinebell (2002:36):
Tujuan dari konseling pastoral adalah memperlengkapi perkembangan
potensi-potensi orang secara maksimum pada tiap-tiap tahap
kehidupannya, dengan cara memberi sumbangan baik bagi pertumbuhan
orang lain maupun perkembangan masyarakat dalam, yang mana semua
orang akan memperoleh kesempatan untuk menggunakan potensi mereka.
Membantu orang mencapai kebebasan dari penjara kehidupan yang tidak
dihayati. Konselor adalah seorang pembebas yang memampukan
terjadinya suatu proses pembebasan dirinya sendiri sehingga dapat
menghayati hidup yang lebih bermakna. Melalui pengalaman yang
membebaskan ini orang akan menemukan kebahagiaanadalah gerakan
yang terus berjalan kearah penghayatan kehidupan yang lebih melimpah,
penuh sukacita dan produktif. Keutuhan merupakan suatu proses
pertumbuhan, bukan pencapaian tujuan yang sudah mantap.
Berdasarkan buku Gunarsa (1996:23-26) yang mengutip pendapat George
dan Cristiani (1981) mengemukakan tujuan utama konseling yaitu:
1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku.
2. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu.
3. Meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan.
4. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan.
19
pandangan, termasuk segala yang sangat rahasia dan pribadi dapat dibuka oleh
konseli.
6. Grup Konseling
Dalam konseling ini banyak pendapat dan pikiran yang muncul. Jadi, konseli
dapat saling belajar dari pendapat dan pengalaman rekan-rekannya sehingga
dapat memperkaya pengetahuan yang dapat menguatkan seseorang dalam
menjalani kehidupannya.
5. Fungsi Pendampingan dan Konseling Pastoral
Menurut Van Beek (2007:13-15), ada enam fungsi pendampingan pastoral
yaitu:
1. Fungsi membimbing
Menolong orang lain untuk mampu memilih dan mengambil keputusan yang
tepat terhadap masalah yang dihadapinya.
2. Fungsi mendamaikan/memperbaiki hubungan
Menolong klien untuk membangun hubungan yang baik dengan orang yang
dekat dengan konseli yakni keluarga. Dalam hal ini konselor harus bijaksana
dan bersifat netral, tidak boleh memihak.
3. Fungsi menopang/menyokong
Memberikan waktu dan kehadiran di tengah-tengah klien yang sedang dalam
masalah agar klien tidak merasa sendiri
4. Fungsi menyembuhkan
Dengan pendampingan yang beralaskan kasih sayang, rela mendengarkan
segala keluhan batin, dan kepedulian yang tinggi akan membuat seseorang
yang menderita mengalami rasa aman dan kelegaan sebagai pintu masuk kea
rah penyembuhan yang sebenarnya.
5. Fungsi mengasuh
Memberikan kekuatan kepada klien agar mampu melanjutkan kehidupan.
6. Fungsi mengutuhkan
Untuk memberikan penguatan terhadap fisik, sosial, mental, dan spiritual
pada klien yang mengalami penderitaan.
Dengan demikian fungsi pastoral adalah pendampingan pastoral yang
holistik, yaitu layanan yang diberikan kepada sesama manusia secara utuh
baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual secara seimbang. Dalam pelayanan
holistik ini dapat kita lihat bahwa pelayanan Yesus yang bersifat utuh. Yesus tidak
hanya memperhatikan hal-hal spiritual saja tetapi Ia memperhatikan fisik juga.
Misalnya Matius 14:34-36 Yesus menyembuhkan banyak orang sakit. Yohanes 6:2
Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat
21
muda, sifat-sifat khas pada masa remaja. Delinquent berasal dari kata latin
delinquere yang berarti terabaikan, mengabaikan yang kemudian diperluas
artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut,
pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.
Delinquency itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan
dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda dibawah umur 22 tahun.
Hal ini berhubungan dengan remaja yang duduk di bangku sekolah yang
dikategorikan dalam remaja madya yakni umur 15-18 tahun.
Kejahatan anak remaja ini disebut sebagai salah satu penyakit
masyarakat atau penyakit sosial. Jadi penyakit sosial atau penyakit masyarakat
adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar
norma-norma umum, adat istiadat, hukum formal, atau tidak bisa
diintegrasikan dalam pola tingkah-laku umum. Atau dalam istilah lain
kenakalan tersebut merupakan penyimpangan sosial yang sukar diorganisir,
sulit diatur dan ditertibkan sebab pelakunya memakai cara pemecahan sendiri
yang nonkonvensional, tidak umum, luar biasa dan abnormal sifatnya.
Biasanya mereka mengikuti kemauan dan cara sendiri demi kepentingan
pribadi. Karena itu tingkah-laku tersebut dapat merugikan dan mengganggu
subyek pelaku sendiri dan atau masyarakat luas.
Tingkah-laku menyimpang atau kenakalan dapat juga diartikan sebagai
diferensiasi sosial, karena terdapat diferensiasi atau perbedaan yang jelas
dalam tingkah-lakunya, yang berbeda dengan ciri-ciri karakteristik umum, dan
bertentangan dengan hukum, atau melanggar peraturan formal.
23
lain
kurikulum
yang
berubah-ubah
sehingga
sekolah
kurang
siap
melaksanakan, keadaan guru yang kurang memenuhi syarat dari segi tingkat
pendidikan, fasilitas sekolah yang tidak lengkap atau memadai maupun
masalah kesiswaan yang menyebabkan menurunnya tata krama sosial dan etika
moral dalam praktek kehidupan sekolah yang mengakibatkan sejumlah akses
atau dampak negatif. Ekses tersebut antara lain semakin maraknya berbagai
penyimpangan norma, kehidupan agama dan sosial kemasyarakatan yang
terwujud dalam bentuk kenakalan kenakalan remaja di sekolah.
Menurut EB Surbakti, (2008:202) bentuk kenakalan remaja:
1. Pornografi
2. Kemalasan
3. Perkelahian
4. Pergaulan bebas
5. Kelalaian
6. Tindak kriminal
7. Penentangan
Sementara Sudarsono (1995:13) yang termasuk kenakalan remaja antara
lain sebagai berikut:
1. Perbuatan awal yaitu berbohong dan tidak jujur
2. Perkelahian antar remaja
3. Mengganggu teman
4. Berkata kasar dan tidak hormat kepada guru dan orangtua
5. Merokok
25
6. Menonton fornografi
Jenis kenakalan remaja yang dimaksud adalah perilaku
yang
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis dari kenakalan remaja meliputi hubungan
remaja dengan orang tua dan faktor kepribadian remaja itu sendiri.
Suasana dalam keluarga, hubungan antara orang tua dengan remaja.
Salah satu penyebab terjadinya delinkuensi terletak pada perlakuan
orang tua terhadap anak pada masa pras ekolah, seperti penolakan
dari orang tua terhadap anaknya, baik dari pihak ibu atau dari pihak
ayah. Pengabaian dari orang tua dapat dimasukkan ke dalam hal ini
sebagai indikator adanya penolakan dari orang tua. Pengabaian
(neglect) dibedakan menjadi lima jenis (Rice, 1999).
a. Pengabaian fisik (physical neglect): meliputi kegagalan dalam
memenuhi kebutuhan atas makanan, pakaian, dan tempat
tinggal yang memadai.
b. Pengabaian emosional (emotional neglect): meliputi perhatian,
perawatan, kasih sayang, dan afeksi yang tidak memadai dari
orang tua, atau kegagalan untuk memenuhi kebutuhan remaja
akan penerimaan, persetujuan, dan persahabatan.
c. Pengabaian intelektual (intellectual neglect): termasuk di
dalamnya kegagalan untuk memberikan pengalaman yang
menstimulasi intelek remaja, membiarkan remaja membolos
sekolah tanpa alasan apa pun, dan semacamnya.
d. Pengabaian sosial (sosial neglect): meliputi pengawasan yang
tidak memadai atas aktivitas sosial remaja, kurangnya
perhatian dengan siapa remaja bergaul, atau karena gagal
mengajarkan atau mensosialisasikan kepada remaja mengenai
bagaimana bergaul secara baik dengan orang lain.
e. Pengabaian moral (moral neglect): kegagalan dalam
memberikan contoh moral atau pendidikan moral yang positif
kepada remaja.
Pengabaian orang tua terhadap remaja seperti menolak remaja
secara emosional dan tidak menunjukkan pada remaja bahwa mereka
mencintai serta memperhatikan mereka sama halnya dengan
penganiayaan fisik. Tidak adanya keakraban antara orang tua dengan
anak, sikap yang kasar satu dengan yang lainnya, dan
ketidakmampuan orang tua untuk menegakkan control atas anak
mereka. Afeksi dalam hubungan antara orang tua dan remaja
memegang peranan penting dalam menentukan delinkuensi. Faktor
kepribadian remaja juga dapat menjadi penyebab seorang remaja
melakukan tindakan delinkuen. Harga diri yang rendah, kurangnya
control diri, deprivasi akan kasih sayang, atau bahkan adanya
psikopatologi, merupakan hal-hal yang termasuk dalam kepribadian.
Teori perkembangan dari Erikson mengatakan bahwa masa
remaja merupakan tahap ketika krisis identitas harus diselesaikan.
Perubahan biologis pada remaja menyebabkan perubahan dalam
ekspektasi atau harapan sosial pada mereka. Identitas secara
sederhana dapat dikatakan sebagai gabungan dari motivasi, nilai,
29
kemampuan, dan gaya remaja yang sesuai dengan tuntutan peran yang
diletakkan pada remaja. Remaja yang delinkuen mengalami
kegagalan dalam menemukan identitas peran mereka. Rendahnya
kompetensi yang mereka miliki, yang dapat dihubungkan dengan
rendahnya harga diri mereka, juga merupakan salah satu yang harus
mereka hadapi derkaitan dengan identitas mereka. Remaja yang
merasa gagal atau tidak mampu untuk memenuhi identitas peran yang
dibebankan kepada mereka akan memilih jalan pengembangan
identitas yang negatif.
Kurangnya kontrol diri pada remaja juga merupakan salah satu
penyebab delinkuensi. Remaja yang delinkuen mungkin gagal
mempelajari tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak;
mungkin mereka mengetahui perbedaan antara tingkah laku yang
diterima dengan yang tidak diterima, namun mereka gagal
mengembangkan kontrol yang memadai untuk menggunakan
perbedaan tersebut dalam bertingkah laku. contohnya, seorang anak
gadis yang mencuri telepon genggam (handphone)
temannya
walaupun ia tahu itu adalah perbuatan yang salah, namun ia tetap
melakukannya karena ia ingin bisa pamer kepada teman-temannya
bahwa ia juga memiliki handphone.
Deprikasi kasih sayang remaja sangat berkaitan dengan
pengasuhan orang tua. Deprikasi kasih sayang ini mungkin
mempengaruhi konsep diri dari remaja yang bersangkutan. Remaja
yang mengalami deprikasi kasih sayang mungkin akan memiliki
anggapan yang salah, misalnya: dirinya memang tidak pantas
disayangi, dirinya adalah anak yang jahat sehingga tidak disayangi
orang tua, dan semacamnya.
3. Faktor biologis
Faktor biologis adalah pengaruh elemen fisik dan organik dari
remaja sendiri. Elemen fisik, organik, atau biologis dapat
berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap tindakan
kenakalan remaja. Pada beberapa remaja delinkuen didapati adanya
kekurangmatangan perkembangan pada sistem belahan depan
(frontal lobe) otak yang dapat menghasilkan disfungsi neurofisiologis
dan tingkah laku delinkuen. Hal ini menyebabkan mereka tidak dapat
bertindak berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Kecenderungan
delinkuensi juga merupakan warisan dari orang tua, seperti
temperamen merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh genetik,
sehingga terdapat kemungkinan bahwa seorang anak akan memiliki
kecenderungan untuk bersifat kasar yang diturunkan oleh orang
tuanya.
Surbakti (2008:206) mengemukakan penyebab kenakalan
remaja adalah:
1. Perceraian orang tua
30
2. Pengaruh tontonan
3. Remaja hasil hubungan gelap
4. Penelantaran
5. Otoritas
6. Perbedaan pola pikir
7. Lingkungan
Menurut Gunarsa (2009:279-281), ada berbagai pola pengasuhan orang tua
yang mempengaruhi perilaku remaja.
Pengasuhan Otoriter
Orang tua tidak pernah memperdulikan pendapat dari remaja. Mereka
menerapkan gaya hukuman pada kepada setiap anak yang tidak sesuai dengan
keinginan orang tua. Orang tua tidak melakukan komunikasi yang baik terhadap
anak. Pola pengasuhan otoriter ini sering kali membuat anak remaja
memberontak. Terlebih lagi bila orang tuanya keras, tidak adil, dan tidak
menunjukkan afeksi. Remaja akan bersifat bermusuhan (hostile) kepada orng tua
serta sering kali menyimpan perasaan tidak puas terhadap kontrol dan dominasi
dari orang tua mereka. Hal ini dapat mempengaruhi kepribadian remaja yang
agresif yaitu meniru tingkah laku orang tua atau agresi menjadi salah satu cara
pelampiasan dari remaja.
Pengasuhan Otoritatif
Pola pengasuhan otoritatif merupakan salah satu pola pengasuhan yang
Pengasuhan Permisif
Pengasuhan permisif merupakan salah satu pola pengasuhan yang
1.
berjalan pada jalan yang benar. Adapun yang menjadi cara khusus yang
dilakukan konselor dalam menanggulangi kenakalan adalah sebagai
berikut:
a. Mengamati gerak-gerik remaja dan juga faktor penyebab yang
menimbulkan kenakalan.
b. Memberikan perhatian khusus
Dalam hal memberikan perhatian khusus, konselor harus
berperan sebagai sahabat dan juga komunikator. Dimana
konselor harus menjalin hubungan yang baik dengan remaja.
c. Mengawasi penyimpangan tingkahlaku remaja khususnya dalam
lingkungan sekolah.
d. Memberikan bimbingan
Dimana bimbingan merupakan proses memberikan bantuan,
arahan, tuntunan, dan petunjuk yang harus dilakukan secara
berkesinambungan oleh pembimbing kepada yang dibimbing di dalam
mengatasi persoalan-persoalan hidupnya sehingga ia dapat menentukan
sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab. Adapun bimbingan yang
diberikan berupa:
Memberikan wejangan baik berupa nasihat, arahan kepada
remaja.
Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkahlaku baik
dan merangsang hubungan sosial yang baik.
Membantu remaja untuk menemukan jalan keluar dari masalahmasalah yang dihadapi remaja.
Mengarahkan pribadi remaja terhadap penyadaran nilai-nilai
sosial, moral dan etika.
2. Tindakan represif yakni tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan
remaja atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat.
Usaha ini dilakukan dengan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap
perbuatan dan pelanggaran.
Dalam hal ini konselor ataupun orang tua menetapkan atau membuat suatu
peraturan atau tata tertib yang disepakati bersama dan apabila peraturan
tersebut dilanggar maka remaja akan dikenakan hukuman.
a. Di dalam lingkungan keluarga atau di rumah remaja harus menaati
peraturan dan tata cara yang berlaku. Di samping peraturan tentu perlu
adanya semacam hukuman yang dibuat orang tua terhadap pelanggaran
tata tertib dan tata cara keluarga. Dalam hal ini perlu diperhatikan
bahwa pelaksanaan tata tertib dan tata keluarga harus dilakukan dengan
konsisten.
b. Di sekolah dan lingkungan sekolah, kepala sekolah, guru juga
berwenang dalam pelaksaan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib
sekolah. Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk
memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar dan
orangtua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan team
guru atau pembimbing dan juga pemberian hukuman yang setimpal
sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.
34
1.
2.
3.
4.
6.
7.
8.
Identitas
Orang tua harus membekali anak remajanya dengan identitas yang
jelas sehingga mereka mampu menyatakan identitasnya sebagai remaja yang
bertanggung jawab dan tidak mudah terombang-ambing oleh berbagai
pengajaran yang berpotensi menyesatkan.
Kejujuran
Kejujuran membangun kebersamaan di atas landasan saling
mempercayai sehingga mendorong hidup menjadi produktif, kejujuran berarti
menjauhkan diri dari tindakan manipulasi, penipuan, kebohongan, merugikan
orang lain, atau mementingkan diri sendiri. Kejujuran merupakan modal
menuju hidup masa depan yang lebih baik.
Kesadaran
Kesadaran merupakan bentuk pengawasan yang berasal dari hati
nurani.
Komitmen
Bertanggung jawab dan menghormati rencana pribadi karena
komitmen berhubungan dengan harga diri.
5. Keberanian untuk menolak dan menyatakan tidak bagi pergaulan yang
tidak sesuai dengan etika dan moral atau melanggar kepatutan sosial.
Kerohanian
Menuntun remaja untuk menjaga kesucian hidup dan
mempertahankan diri dari berbagai godaan yang menjatuhkan kita ke dalam
dosa.
Kepercayaan
Memberikan kepercayaan kepada remaja untuk mengelola dirinya dan
mendorong remaja belajar mengambil keputusan dan menentukan jalan
hidupnya.
Etika dan moral
Menuntun setiap langkah remaja untuk senantiasa menjaga
perilakunya agar tidak mencemarkan dirinya sebagai remaja.
mendorong,
menggigit,
membenturkan,
mengancam
40
keterpurukan, dan membuat klien mengerti bahwa masih ada yang peduli dan mau
menolongnya keluar dari masalah yang dihadapi asal kita berusaha dan membangun
sosialisasi yang baik dengan orang lain dan percaya kepada diri sendiri bahwa sesulit
apapun masalah pasti ada jalan keluarnya sehingga klien mampu menyelesaikan
masalah dan mengambil keputusan yang tepat dan terbaik.
Pendampingan yang tepat dilakukan untuk menolong remaja yang mengalami
kekerasan dalam keluarga adalah konseling edukatif. Konseling edukatif dalam
membimbing mempunyai dua model yaitu: bimbingan edukatif dan bimbingan
induktif. Konseling pastoral edukatif menggabungkan kedua metode ini dalam
berbagai perbandingan. Metode induktif memanfaatkan pengetahuan dan pemahaman
konselor yang berasal dari tradisi, studi, dan pengalaman religius. Metode edukatif
berusaha menyingkapkan masalah batiniah dan hikmat konseli, sehingga terjadilah
perjumpaan diantara kedua unsur ini, yaitu masalah dan hikmat konseli dengan
pengetahuan dan pemahaman konselor. Metode konseling ini juga digunakan untuk
membantu orang mengurangi kelemahan emosional dan konflik batin. Jika tidak,
43
maka hal tersebut akan mencegah orang mengerti, mengevaluasi, memilah-milah, dan
kemudian memanfaatkan berbagai ide yang relevan. Konselor edukatif tidak hanya
membantu orang untuk memperoleh keterampilan dalam penanggulangan masalah
secara konstruktif tetapi ikut serta dalam masalah tersebut.
Ada enam asumsi yang merupakan fondasi teoritis dari konseling edukatif:
1. Pengetahuan intelektual adalah sumber daya yang penting untuk
menanggulangi realitas secara konstruktif.
2. Kebanyakan konseli mempunyai daerah kepribadian yang bebas dari
konflik yang dapat memanfaatkan informasi yang diterima dalam session
konseling edukatif dan tugas pembaca di antara session konseling.
3. Konselor memiliki pengetahuan, nilai, dan keterampilan yang dapat
bermanfaat bagi banyak konseli.
4. Keterampilan konseling dapat menolong orang untuk memanfaatkan
informasi yang relevan.
5. Fakta, pemahaman, nilai, keterampilan dapat membantu banyak orang
menanggulangi tantangan yang mereka hadapi dengan lebih efektif.
6. Konseling dapat dilakukan di mana saja dengan cara memperagakan
sikap, keyakinan, nilai, dan perilaku konstruktif.
Ada tiga langkah untuk membantu orang tua yang melakukan tindakan kekerasan
terhadap anaknya yaitu:
1. Menyadarkan bahwa penyiksaan anak adalah suatu dosa (1 Yohanes 1:8,10),
dan hanya dengan mengaku dosa itu di hadapan Allah, ia akan mendapat
pengampunan dan penyucian.
44
lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut (Markus 9:42). Berdasarkan ayat ini keluarga
adalah rencana Allah yang seharusnya menjadi dasar sukacita dan kebahagiaan anak.
Dan sebagai seorang ayah haruslah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak yaitu:
Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu,
tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan (Efesus 6:4). Dan Kolose
3:21 Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. Hai
hamba-hamba. Dengan doa dan kesadaran emosi yang dikuasai kita dapat menegur dan
memukul anak dengan kasih sehingga disiplin yang dibuat mendidik dan membangun
mereka dan bukannya menghancurkan.
Bagi Tuhan semua anak itu merupakan berkat bahkan janin berhak memperoleh
kehidupan dan kedudukan. Sebelum Aku membentuk engkau dalam Rahim ibumu, Aku
telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah
menguduskan engkau, aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa
(Yeremia 1:5).
Bahkan Tuhan memberikan perlindungan hukum kepada anak bahkan janin. Apabila
ada yang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk kepada seorang perempuan
yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak mendapat
kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan
oleh suami perempuan itu kepadanya menurut putusan hakim. Tetapi jika perempuan itu
mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa
ganti nyawa (Keluaran 21:22-23).
Sebagai orangtua harusnya mendidik anak-anaknya agar mereka tidak tersesat dan
menyimpang dari ajaran Tuhan. Didiklah orang muda menurut jalan yang patut
46
baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu. (Amsal
22:6). Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya,
melebihi orang yang merebut kota (Amsal 16:32). Karena emosi yang tidak terkontrol
oleh kemarahan orangtua membuat anak-anak terluka dalam karena kata-kata adalah
pedang yang tajam yang berbahaya jika salah digunakan. Masa remaja yang pahit, katakata negatif yang diterima dan cara disiplin oleh orangtuanya bahkan pukulan yang
dilayangkan kepada remaja tanpa sadar menjadi pola acuan dalam hidupnya.
G. Pelaksanaan Penelitian
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober s/d Februari, 2016.
2. Tempat
Penelitian ini dilakukan di KPAID Tarutung KabupatenTapanuli Utara.
KPAID Kabupaten Tapanuli Utara berdiri pada tahun 2007.
www,smansax1-edu-com/2014/09/fungsi-dan-tujuan-komnas-perlindungan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merupakan lembaga resmi yang
memiliki wewenang memberi referensi, rujukan, pertimbangan dan pengawasan
atas penyelenggaraan perlindungan anak di Indonesia. KPAI dibentuk
berdasarkan Keppres No. 77 Tahun 2004. UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang memuat bahwa KPAI adalah lembaga Negara
independen.
KPAI dibentuk berdasarkan amanat UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak. UU tersebut disahkan oleh sidang Paripurna DPR pada
47
tanggal
22
september
2002
dan
ditandatangani
Presiden
Megawati
peraturan
perundang-undangan
yang
berkaitan
dengan
kuantitas,
kualitas,
dan
utilitas
laporan
pengawasan
perlindungan anak.
48
: Remaja X
Tanggal lahir
: 22 Agustus 1997
Umur
: 18 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Status
: Belum menikah
Agama
: Kristen Protestan
49
Pendidikan
: SMP
BAB II
DESKRIPSI KASUS
Remaja X Adalah anak pertama dari dua bersaudara. Keluarga remaja X
merupakan keluarga yang bahagia. Tetapi kebahagiaan itu sirna setelah ayah remaja X
meninggal dunia. Dibesarkan oleh orangtua tunggal membuat kebutuhan keluarga kurang
terpenuhi. Sehingga ibu remaja X menikah lagi dengan seorang laki-laki dengan harapan
50
dapat mengubah kehidupan lebih baik dan dapat membiayai hidup. Tetapi yang terjadi
tidak seperti yang diharapkan. Remaja X dengan ayah tirinya tidak pernah akur. Ayah tiri
remaja X sangat keras dalam mendidik remaja X sehingga remaja X kecewa kepada ayah
tirinya. Ibu remaja X hanya bisa diam dan tidak dapat melakukan apapun untuk membela
anaknya. Karena memang pada dasarnya remaja X merupakan anak tiri dan kurang
diperhatikan oleh ayahnya dimana remaja X menambah beban dalam hidupnya. Ayah
remaja X harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Pengaruh ekonomi keluarga memang sering memicu permasalahan dalam
rumah. Karena merasa tertekan akhirnya remaja X tidak melanjutkan sekolahnya ke
jenjang yang lebih tinggi. Remaja X hanya tamat SMP. Mengingat usianya masih usia
sekolah, remaja X merasa minder terhadap teman-teman seusianya yang sedang belajar
di SMA. Dia merasa hidupnya tidak berguna, sehingga remaja X mencari kesenangan
bersama teman-temannya yang senasib dengan dia. Remaja X jarang pulang ke rumah
karena remaja X tidak pernah bisa dekat dengan ayah tirinya. Jika remaja X pulang ke
rumah selalu mendapat omelan dari ayah tirinya yang menguatkan hati remaja X untuk
pergi dari rumah. Melihat hal ini hati ibu remaja X teriris. Dia menikah lagi untuk
mendapat kebahagiaan dan mampu menyekolahkan anak-anaknya serta memberikan
kehidupan yang layak. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, kebahagiaan itu semakin
sirna. Akhirnya orangtua remaja X memilih untuk bercerai daripada saling menyakiti.
Setelah sekian lama hidup menjanda dan membesarkan kedua anak tidak dapat merubah
keadaan yang sudah hancur. Remaja X sudah terlanjur putus sekolah. Pada suatu hari ibu
remaja X bertemu dengan seorang pria yang mampu menerima kehidupannya dan ingin
membangun keluarga yang bahagia bersamanya. Akhirnya ibu remaja X menikah lagi
51
dengan seorang pendeta. Tetapi pada saat pernikahan berlangsung remaja X tertangkap
basah sedang mencuri sepeda motor warga sehingga remaja X dilaporkan pada pihak
yang berwajib dan remaja X ditahan selama seminggu di rutan Tarutung. Akibat yang
dialami remaja X membuat Dia bersedih, cemas, putus asa, cepat tersinggung, minder
dan merasa malu kepada teman-temannya dan juga kepada masyarakat terutama kepada
orangtuanya.
Akibat dari masalah itu remaja X tidak memiliki semangat untuk hidup lagi
serta cenderung tertutup bahkan dia tidak mau bertemu dengan siapapun karena merasa
sangat malu. Dengan kejadian yang dialami remaja X membuat dia prustasi, kehilangan
harapan dalam menjalankan hidupnya. Remaja X sering mengurung diri, jarang
berbicara, menjadi pemurung serta tidak mau makan. Dalam hai ini penulis ingin
membantu remaja X dengan melakukan konseling kepada remaja X dan mendampingi
masalah yang dihadapi oleh remaja X dengan cara mendekatkan diri kepada dia, agar
remaja X mau lebih terbuka dan dapat bangkit dari masalah yang dihadapinya serta
mampu menerima kenyataan hidup yang sedang dialami.
Kehadiran seorang pelayan pastoral sangat dibutuhkan untuk memberikan
pendampingan kepada remaja X yang saat ini sedang mencari identitas diri agar tidak
tersesat dan dapat mengubah kebiasaan buruknya menjadi lebih baik. Dalam
menyelesaikan masalah ini penulis melakukan pendekatan dengan konseling edukatif.
Dengan menerapkan konseling edukatif diharapkan mampu menolong klien keluar dari
masalah yang sedang dihadapinya.
52
BAB III
ANALISA KASUS
Terjadinya perubahan dalam diri seseorang baik perubahan dalam sikap,
pikiran, mental dan kesehatan dipengaruhi oleh banyak hal. Demikian pula dalam
53
kasus ini ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hingga menjadi suatu
masalah dan penyakit dan faktor-faktor itu adalah:
1. Faktor Spiritual
Suseno (1990:14) menuliskan:
Spritualitas adalah ketegangan batin dalam setiap sikap yang kita ambil,
tetapi spritual bukan sembarangan keterarahan karena nafsu atau pamrih,
melainkan keterarahan yang berdasarkan sesuatu yang rohani yang
mengatasi kita sendiri, maka spritualitas orang Kristen ditentukan oleh
iman.
Dengan demikian bahwa spritualitas adalah keteraturan dan keterarahan
dalam iman, sehingga spritualitas itu bukanlah agama melainkan gaya hidup
manusia yang memancarkan iman melalui perbuatan dan tingkah laku dalam
55
kehidupan sehari-hari. Dalam kasus ini, remaja X yang terlahir dari orang tua
yang beragama Islam, namun karena ayah remaja X meninggal dunia, ibu remaja
X menikah lagi dengan seorang laki-laki yang beragama Kristen sehingga remaja
X mengikut ibunya beragama Kristen. Mengenai agama remaja X kurang
menerima karena dengan terlahir di keluarga Islam dan remaja X akan mengubah
kepercayaannya lagi menjadi seorang Kristen itu membuat remaja X tidak dekat
dengan pencipta bahkan Remaja X tidak percaya yang namanya agama.
2. Faktor Sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana manusia itu mempunyai sifat
saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya dan tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam tindakan-tindakannya manusia
juga sering menjurus kepada kepentingan-kepentingan masyarakat.
54
55
Dari pendapat di atas jelas bahwa pendidikan dalam rumah tangga sangat
menentukan bagi kehidupan anak juga masa depannya. Dalam hal ini keluarga
remaja X kurang memberikan kehidupan yang aman kepada remaja X yang
membuat remaja X tidak memiliki iman, tidak percaya diri, tidak mempunyai
semangat dan merasa bersalah.
3. Faktor Psikologi
Secara psikologi kekerasan dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku
pada semua orang yaitu seperti hilangnya semangat hidup, merasa tidak berarti
dengan masalah yang dihadapi, wajah terlihat murung dan tidak punya daya tahan
tubuh yang kuat, merasa kesepian walau berada di tempat yang ramai, hal inilah
yang mendominasi korban dan membuatnya mengalami gangguan mental dan
jiwanya.
Dalam hal ini remaja X adalah korban kekerasan dalam keluarga yang
membuat remaja X tertekan batin dan berusaha mencari jalan keluar dengan
melakukan perbuatan yang tidak pantas. Sehingga saat remaja X berhadapan
dengan hukum membuat remaja X semakin terpuruk, putus asa, rasa malu
terhadap keluarga dan masyarakat serta kuatir akan masa depannya.
X hanya seorang anak tiri yang tidak diharapkan kehadirannya dalam keluarga
karena menambah beban dalam hidup. Banyak orang batak yang berpendapat
bahwa setiap anak itu adalah harta yang paling berharga dan berkat dari Tuhan
yang harus disyukuri. Tapi berbeda dengan remaja X yang hanya menyandang
kedudukan sebagai anak tiri yang tidak pernah diperhatikan dan selalu ditekan
dan ayah remaja X sering melakukan kekerasan kepada remaja X karena dia
bukanlah anak kandungnya. Dalam hal ini perlu diubah pemikiran orangtua yang
menganggap anak tiri itu tidak penting dan tidak memiliki kedudukan bahkan
tidak perlu dihargai. Pada hakekatnya semua anak terlahir ke dunia ini untuk
dirawat, dijaga, diberikan kasih sayang serta diberikan kehidupan yang layak.
5. Faktor Ekonomi
Dalam kasus ini jelas persoalan ekonomi mempengaruhi kebahagiaan
keluarga. Karena ekonomi keluarga yang rendah memicu permasalahan dalam
rumah tangga. Apalagi pada saat sekarang ini untuk mendapatkan segala sesuatu
membutuhkan uang padahal penghasilan tidak mencukupi kebutuhan keluarga
apalagi untuk biaya sekolah. Hal inilah yang membuat remaja X putus sekolah
dan hanya mengecap pendidikan sampai SMP saja. Hal ini membuat remaja X
kecewa dan putus asa.
57
BAB IV
INTERPRETASI
Sering terdengar keluhan para remaja bahwa keluarga tidak mempunyai arti
apa-apa. Sebenarnya jauh sebelumnya arti keluarga sudah harus dipupuk, supaya
tetap mempunyai arti dan kelak bermanfaat pada masa remaja dan dalam
mempersiapkan kedewasaannya. Seorang remaja sangat memerlukan perhatian dari
orang tua karena pada masa remaja dalah masa transisi dari anak-anak menjadi
dewasa. Masa remaja adalah masa pencarian identitas yang sangat membutuhkan
semangat dan kasih sayang dari keluarga. Berbeda dengan remaja X yang kurang
mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya, remaja X sering berantam dengan
ayahnya yang membuat remaja X menjadi anak yang nakal sehingga dia mau
melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan anak remaja seusianya.
Permasalahan yang dihadapi oleh remaja X adalah ketidakberdayaan untuk
menghadapi setiap masalah yang datang menghampiri hidupnya, yang menimbulkan
rasa takut, gelisah, malu dan hilangnya harapan karena remaja X sulit untuk bergaul
dengan masyarakat akibat perbuatannya yang membuat remaja X berhadapan dengan
hukum.
Permasalahan yang dialami remaja X mengharapkan suatu pemulihan serta
dorongan
dari
orangtua,
keluarga
serta
orang-orang
terdekatnya.
Karena
permasalahan yang dialami remaja X merupakan salah satu ujian yang diijinkan
Tuhan dalam kehidupan remaja X agar remaja X menguatkan iman dan supaya lebih
58
59
dekat kepada Tuhan. Dalam hal ini perilaku remaja X yang berubah menjadi nakal
merupakan pelariannya dari masalah yang datang menerpa hidupnya. Mengingat
masa depannya tidak akan cerah karena dia tidak bisa melanjutkan sekolah dan
pernah berurusan dengan hukum membuat remaja X semakin tertekan dan dia merasa
dia tidak akan diterima lagi di dalam keluarga dan di tengah-tengah masyarakat.
Salah satu hal yang di inginkan oleh remaja X adalah dorongan dari pihak
keluarga dalam pemulihannya. Begitu banyak masalah yang dihadapi remaja X
dalam dirinya bahkan di tengah-tengah keluarga. Setelah kematian ayahnya begitu
banyak penderitaan yang menguji keluarga mereka.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang dapat membantu dalam
menyelesaikan masalah:
1. Kematangan emosi dan pikiran
Kedewasaan seseorang tidaklah ditentukan oleh umur dan fisik, namun
ditentukan oleh cara berpikir bagaimana bisa mengendalikan emosi dengan
baik serta dapat mengatasi masalahnya sendiri dengan mengambil keputusan
yang tepat.
2. Perhatian/pengertian
Diperhatikan dan dimengerti adalah kebutuhan semua manusia karena
itu adalah sebuah kenyataan yang sangat penting untuk melanjutkan
kelangsungan hidup.
59
Setiap manusia pasti ingin dirinya diterima orang lain apa adanya.
Sikap saling menerima dalah tindakan yang saling menghargai dan
menghormati eksistensi orang lain, juga saling menguatkan dan menopang.
Teladan bagi manusia untuk saling menerima adalah Yesus Kristus yang
telah lebih dahulu menerima kita apa adanya, dengan itulah manusia
memperoleh keselamatan karena Yesus menerima dan mengampuni dosa
dunia. Dengan menerima orang lain apa adanya adalah tindakan ucapan
syukur karena Yesus terlebih dahulu menerima manusia yang berdosa,
lemah, dan jahat.
4. Kepercayaan
Tercapainya suatu hubungan yang baik dan harmonis dalam keluarga
dan terhadap sesama perlu ada sikap saling percaya. Sikap percaya harus
didukung dengan kejujuran di dalam hubungan antar sesama baik itu dalam
hubungan bermasyarakat dan dalam hubungan keluarga. Sikap mempercayai
juga merupakan sikap menerima, menghargai dan menghormati orang lain.
Ada beberapa dinamika yang melandasi interpretasi yang bermanfaat
bagi tuan X yaitu:
1. Dinamika Teologis
Dalam kasus ini permasalahan yang dihadapi remaja X
adalah sangat tertekan batin akibat kesulitan yang dialaminya yang
membuat dia putus asa dan kehilangan harapan. Sikap diam dan
tidak mau bicara dan bergaul dengan orang lain adalah gambaran
kekecewaan yang dialaminya. Namun terkadang remaja X
60
tidak semua yang dia pikirkan itu jadi kenyataan Tuhan telah
menentukan jalan hidup kita Hati manusia memikir-mikirkan
jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya
(Amsal 16:9). Untuk itu kita harus mengandalkan Tuhan dalam
hidup kita dan segala keinginan dan harapan kita serahkan dalam
tangan-Nya. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan,
yang menaruh harapannya pada Tuhan (Yeremia 17:7).
Dan remaja X berusaha memaafkan perbuatan ayah tirinya
sering membuat remaja X kecewa walaupun dia tahu bahwa
betapa sulitnya mengasihi orang yang membenci kita. Memang
pada dasarnya Tuhan Yesus tidak menyuruh kita untuk menyukai
setiap orang, tetapi mengasihi setiap orang bahkan orang yang
menganiaya dan memusuhi kita. Kita tidak diberi tugas untuk
menghakimi, tetapi mengasihi dan melayani. Berkatilah siapa
yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk (Roma
12:14).
Remaja lemah akibat dosa yang dilakukannya dia merasa
gagal dan tidak mampu lagi untuk menang. Sebenarnya kegagalan
bukan dosa, tetapi dosa adalah kegagalan. Justru dalam kegagalan
dan kelemahan itulah kita belajar dan itu merupakan kuasa Tuhan
menjadikan kita sempurna.
2. Dinamika Pastoral
62
63
BAB V
AKSI PASTORAL
Mengandung rumusan dengan gagasan dalam rangka menyajikan alternatif.
Sebelum membantu klien mengatasi permasalahannya, seorang konselor harus lebih
dahulu mengetahui diagnosa permasalahan klien. Tujuannya adalah untuk
memudahkan konselor mengenali permasalahan klien dan konselor melakukan
pendampingan yang tepat. Data-data si klien harus diketahui si konselor dengan jelas.
Pendampingan dan konseling pastoral bertujuan untuk menolong orang bertumbuh di
dalam kekuatan hidup rohaninya sehingga tujuan itu memperkuat semua aspek
kehidupan klien. Perubahan dapat terjadi ketika hati dan pikiran klien berdamai
dengan dirinya sendiri, iman yang kuat, berdoa serta mengucap syukur dan
mempunyai relasi yang baik dengan sesama. Tujuan ini dapat tercapai dalam
kehidupan klien apabila ada orang yang bersedia mendampingi dan menopang, maka
kehadiran seorang konselor sangat dibutuhkan.
Untuk membantu penyelesaian masalah yang dihadapi remaja X yang saat ini
sedang kehilangan harga diri maka dengan memahami dan memperhatikan hasil
64
analisa dan interpretasi terhadap pergumulan klien, maka aksi pastoral yang
dilakukan konselor adalah:
1. Memahami kehadiran dirinya (Pengenalan akan pergumulan)
a. Melakukan
pendekatan
terhadap
keluarga
remaja
dengan
menemaninya
dan
mampu
memahami
serta
menerima
setiap
kekurangannya.
3. Menghidupkan kembali kehidupan kerohaniannya
Konselor dalam hal ini berusaha meyakinkan remaja X atas masalah
yang dihadapinya. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, karena Tuhan
memberikan cobaan tidak melebihi batas kemampuan kita. Setiap
pergumulan boleh hadir dalam hidup kita, kita meminta kekuatan untuk
melaluinya. Karena Tuhan memberikan kesanggupan kepada setiap umatNya untuk melalui setiap permasalahan yang dihadapi. Dan tidak lupa
untuk mengajak remaja X beribadah dan berdoa bersama. Mengingatkan
remaja X untuk kuat, konselor hanyalah perpanjangan tangan Tuhan
menjadi pendamping bagi remaja X. Yang memberikan kekuatan serta
kesembuhan kerohaniannya adalah Tuhan Yesus, Sang Konselor Yang
Agung.
Adapun tindak lanjut yang konselor berikan adalah membantu remaja X dan
keluarga bertumbuh dalam Kristus. Dimana sebagai manusia tidak terlepas dari
persoalan hidup, permasalahan ekonomi, sakit penyakit dan sebagainya. Dalam hal
ini konselor membantu remaja X dan keluarga untuk dapat bersama-sama tumbuh
dalam pengharapan di dalam Tuhan. Memberikan kata-kata positif yang penuh
pengharapan. Mengingatkan remaja X dan keluarganya untuk belajar mengatasi
pergumulan hidup dengan cara mengandalkan Tuhan dalam kehidupan mereka.
Remaja X dan keluarga harus mampu membuang segala kekuatiran karena segala
sesuatu indah pada waktunya dan rancangan Tuhan adalah rancangan damai
sejahtera.
66
Adapun tindak lanjut sikap yang diberikan seorang konselor adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan remaja X sebagai pribadi yang membutuhkan pengampunan
dan keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus (Galatia 6:1) dan menolong
remaja X melihat realita persoalan hidupnya.
2. Mengarahkan remaja X untuk tidak kuatir tentang permasalahan hidup
yang dialami tetapi menyerahkan segala persoalan kehidupannya ke
dalam tangan Tuhan (Filifi 4:6).
3. Menjadi seorang teman bahkan sahabat, sehingga remaja X lebih terbuka
dan dapat menyampaikan isi hati dan perasaannya.
4. Mengarahkan remaja X untuk lebih dekat lagi dengan Pencipta agar lebih
mampu dan kuat dalam mengahadapi persoalan hidupnya secara
bertanggung jawab.
Dalam proses penyembuhan remaja X, konselor mengajak keluarga untuk
bersama-sama mencari solusi yang tepat. Adapun solusi yang ditawarkan konselor
adalah:
1. Mengarahkan klien untuk memahami dan mau menerima keadaan remaja
X yang pernah bermasalah dengan hukum agar remaja X tidak merasa
sendiri dan tertekan.
2. Mengarahkan klien agar mampu memaafkan dirinya sendiri dan
membuang rasa bersalah yang dapat mengganggu pikirannya.
67
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang Pendampingan Dan Konseling Pastoral
Terhadap Kenakalan Remaja Akibat Kekerasan Dalam Keluarga Di KPAID
Kabupaten Tarutung maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
1. Banyak remaja yang menjadi korban kekerasan dalam keluarga yang
mengakibatkan remaja mencari kesenangan di luar rumah.
2. Remaja yang mengalami kekerasan dalam keluarga perlu didampingi agar mereka
tidak tertekan dan putus asa.
3. Ketidak harmonisan dalam keluarga mengakibatkan remaja mengekspresikan
perasaannya melalui tindakan kenakalan.
4. Pola asuh keluarga yang terlalu ketat atau terlalu longgar. Hal ini terjadi sebagai
ekspresi kasih orangtua yang berwujud kasihan. Sebaliknya ketakutan orangtua
68
B. SARAN
69
1. Menjadikan konseling keluarga sebagai kegiatan yang harus diikuti oleh setiap
keluarga, mengingat dukungan keluarga sangat membantu dalam proses
pemulihan. bagi remaja korban kekerasan dalam keluarga.
2. Perlu adanya pengembangan konseling keluarga yang efektif untuk mendukung
konseling, mengingat kenakalan remaja saat ini semakin meningkat.
3. Perlu mengetahui cara membesarkan anak dengan baik.
4. Mengingat bahwa peranan orangtua sangat berpengaruh pada remaja pada masa
perkembangan dan pertumbuhan mereka, karena itu hendaknya orangtua
memberikan waktu dan perhatian yang intensif untuk membina anak-anak dalam
hal menjalin komunikasi dalam keluarga sehingga kesulitan dan pengalaman
remaja di sekolah maupun dalam pergaulan dapat disalurkan kepada orangtua. Hal
ini dapat dilakukan dalam kebersamaan melalui acara makan bersama, rekreasi
bersama dan sebagainya.
5. Mengingat bahwa kondisi lingkungan fisik dalam keluarga amat berpengaruh pada
remaja, maka diharapkan orangtua berupaya untuk memperhatikan penataan fisik
dalam keluarga sehingga keinginan dan perasaan remaja untuk memiliki ruang
pribadi
dan
keinginan
untuk
dapat
dihargai
kesendiriannya
dapat
terakomodasikan.
6. Pembinaan keagamaan bagi remaja perlu ditingkatkan baik dalam keluarga
maupun sekolah. Pembinaan agama dalam keluarga diarahkan pada internalisasi
dan sosialisasi nilai-nilai positif yang dapat memotivasi remaja untuk berprilaku
positif terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial maupun lingkungan
psikologis. Pembinaan agama di sekolah diarahkan bukan hanya menyentuh segi
70
kognitif remaja, tetapi lebih banyak diarahkan pada segi afektif yang
menumbuhkan sikap dan perilaku yang berwawasan lingkungan.
7. Orangtua di rumah serta guru di sekolah diharapkan menggunakan pola asuh bagi
remaja secara bina kasih dan menghindari pola asuh dalam bentuk unjuk kuasa
dan lepas kasih.
8. Penelitian tentang kenakalan remaja ini perlu dilanjutkan dengan penelitian yang
lebih komprehensif antara lain dengan memperluas obyek penelitian pada remaja.
9. Kepada remaja yang mengalami kekerasan dalam keluarga hendaknya tidak putus
asa dengan mengambil jalan pintas. Tetaplah membangun rasa percaya diri dan
memberikan perubahan sikap yang nyata dengan mengikuti kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat dalam perubahan sikap dan yang paling utama mendekatkan diri
kepada Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab. 2011. LAI: Jakarta.
Beek AART. Van. 2007. Pendampingan Pastoral. Jakarta. BPK Gunung Mulia.
Clinebell, Howard. 2002. Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral.
Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Crabb, Larry. 1995. Konseling Yang Efektif dan Alkitabiah. Bandung: Kalam Hidup.
Ginting, E.P. 2002. Gembala Dan Konseling Pastoral. Yogyakarta: Yayasan Andi.
Ginting, E.P. 2011. Metode Studi Kasus Pastoral. Bandung: Bina Media Informasi
Gunarsa, Singgih. D. 2003. Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Gunarsa, Singgih. D. 2009. Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi
Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, Singgih. D. 1996. Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
71
72
LAMPIRAN
DATA KONSELI
Nama
: Remaja X
: 18 Tahun
Status
: Belum menikah
Agama
: Kristen Protestan
Pendidikan
: SMP
DATA PENDAMPING
73
Nama
: Denni S. Hutauruk
Keterangan
Verbatim I
Tanggal Interview : Selasa, 22 Desember 2015
a. Situasi :
Sebelum konselor berkunjung ke rumah konseli, konselor terlebih dahulu ke KPAID
Daerah Tapanuli Utara untuk memperoleh data dan informasi yang jelas tentang
klien.
b. Permulaan
Konselor 1 :
Ketua KPAID 2
Konselor 2 :
Begini pak,,, saya sedang menyusun skripsi dan judul skripsi saya tentang
kenakalan remaja akibat kekerasan dalam keluarga. Apakah ada remaja yang
bermasalah yang sedang ditangani Bapak??
Ketua KPAID 3
Iya,, saya tahu pak, apakah tidak ada anak SMP atau anak SMA yang
Ohhh iya nya pak?? Tapi bapak bilang tadi tidak ada. (sambil tersenyum)
Ketua KPAID 5
Ketua KPAID 6
Anak pasal 1 ayat (1), Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,
74
termasuk anak yang masih dalam kandungan. Artinya batas usia dewasa
menurut aturan ini adalah 18 ke atas.
Konselor 7 :
Oohh ia nya pak itulah pak mengenai skripsi saya, apa saya dapat
dengan judul skripsi saya pak, mengenai kenakalan remaja akibat kekerasan
dalam keluarga. Apa ada kasus yang sama dengan judul skripsi saya yang
sedang bapak tangani di KPAID ini pak????
Ketua KPAID 8
Terimakasih pak, saya butuh kasus yang masih baru, misalnya bulan
lebih jauh lagi mengenai kasus yang akan adek teliti, karena bapak ada
urusan keluar kota.
Konselor 10
Selamat pagi juga dek,, jangan lupa telpon bapak jika mau
Penutup :
Pada bagian ini penutup pembicaraan, konselor berjanji ingin datang lagi ke KPAID
untuk memperoleh data yang akurat tentang klien yang akan dikonselingi.
Verbatim II
Tanggal Interview : Selasa, 12 Januari 2016
a.
Situasi
75
Pada kunjungan ke dua, konselor sudah membuat janji untuk datang ke KPAID jam 2
siang.
b. Proses Verbatim
Konselor 12
Ketua KPAID 11
Konselor 13
Terimakasih pak..
Ketua KPAID 12
penelitianmu, apa yang adek perlukan dari kantor ini, bapak akan membantu
semaksimal mungkin (sambil tersenyum).
Konselor 14
saya untuk penyusunan skripsi ini pak, yaitu remaja yang benar-benar
mengalami perubahan tingkah laku akibat kekerasan yang dialami dalam
keluarga pak.
Ketua KPAID 13
Oke adek tinggal pilih mana yang adek suka, ini data-
data yang adek minta (sambil menyerahkan data-data klien yang telah
ditangani di KPAID).
Konselor 15
yang berdomisili di sekitar Tarutung ini aja pak, agar saya mudah melakukan
penelitian, pak.
Ketua KPAID 14
Baiklah dek, ini ada kartu keluarga dari anak ini, dan kalau
adek mau hari ini bisa kita datangkan ke kantor. (sambil meraih handphone).
Konselor 16
Ketua KPAID 15
kantor) remaja X dalam perjalanan menuju kantor, kita tunggu satu jam lagi.
Konselor 17
Baiklah pak, sebelum adek itu datang, saya ingin tau lebih banyak
tentang dia, apa kegiatannya sekarang, apa yang dia lakukan hingga
berurusan dengan hukum dan mengenai keluarganya juga pak.
Ketua KPAID 16
mungkin adek dah pernah dengar, kakak lagi nyusun skripsi tentang
kenakalan remaja, kakak butuh seorang klien dalam penelitian kakak.
Apakah adek bersedia menjadi klien kakak dek???
Klien 3 : Boleh kak, tapi saya ingin tau seperti apa dan apa yang saya lakukan untuk
membantu kakak
Konselor 21
dua hari lagi kakak akan menemui adek di kantor ini dan kakak butuh
informasi dari adek, tentang sekolah adek, pekerjaan orangtua adek, dan halhal yang menyangkut pribadi adek dan keluarga Nanti kakak buat
pertanyaan-pertanyaan dan adek cukup menjawab yang menurut adek itu
jawaban yang tepat tidak ada unsur kebohongan. (sambil tersenyum)
Kklien 4 : Ohh gitu yah kak,,, pasti saya akan membantu kakak..
Konselor 22
kamis kita jumpa lagi di kantor ini, kalau adek tidak keberatan
Klien 5 : Saya usahakan kak
Konselor 23
keluarga.
Klien 6 : Ia kak.. (sambil melangkah meninggalkan kantor dan ketua KPAID
datang ke kantor)
Ketua KPAID 18
Konselor 24
Sudah pak dan adek itu bersedia menjadi klien untuk penelitian
saya pak Bagaimana cara saya mendekati adek itu dan keluarganya pak,
agar aku bisa dekat dengan mereka pak..
77
Ketua KPAID 19
terhadap adek itu dan keluarganya harus konsultasi dulu sama bapak jadi kita
akan melakukan pertemuan di kantor ini karena adek itu masih dalam
penanganan kami..
Konselor 25
Penutup :
Pada bagian ini penutup pembicaraan, konselor berjanji akan datang lagi untuk
menindaklanjuti perkunjungan.
Verbatim III
Tanggal Interview
a. Situasi
Pada kunjungan ketiga ini, konselor bertemu dengan klien dan ketua KPAID di kantor
KPAID Kabupaten Tapanuli Utara.
b. Proses Verbatim:
Konselor 26
Siang juga
ditinggal???
Klien 10+Konselor 29 :
Konselor 30
Iya pak
Kalau kakak boleh tau,,,, apa aja aktifitas adek selama seminggu
ini???
Klien 11 : Banyak sih kak Membantu orangtua di rumah kak. (sambil tersenyum)
78
Konselor 31
dek,,, misalnya adek bosan, pengen kumpul-kumpul sama teman atau pengen
menyendiri gitu
Klien 12 : Pasti kak hanya saja aku malu keluar dari rumah jadi lebih memilih di
rumah aja sama keluarga..
Konselor 32
Kenapa adek malu keluar rumah,,, apa yang membuat adek jadi
Kenapa harus malu dek Percaya diri aja, kalau adek dilihati
orang kan itu karena adek manis, atau jangan-jangan mereka jatuh hati sama
adek (sambil tersenyum)
Klien 14 : Itu tidak mungkin kak Mana ada orang yang suka lagi melihat aku,,, yang
ada mereka membenciku. (dengan raut wajah sedih)
Konselor 34
Adek tidak boleh pesimis gitu .Kakak suka kok sama adek,,,
bagi kakak adek itu manis, sopan dan menarik gitu Kalau adek mau,,
kakak mau kok jadi teman adek, adek boleh cerita sama kaka tentang apa
saja, kakak akan mendengarkan adek
Klien 15 : Serius kaka mau jadi temanku??? Ada-ada aja kakak ini, nanti kakak tau aku
siapa, aku yakin kakak juga akan menjauh dariku Nggak ada orang kak
yang mau berteman dengan aku, aku sendirian kak nggak ada teman berbagi,
nggak ada yang peduli samaku aku muak kak melihat semua orang yang
menertawakan aku (dengan raut wajah sedih)
Konselor 35
Jangan sedihlah dek,, kan ada kakak yang mau jadi teman adek
Kalau adek mau kita pergi jalan-jalan atau makan bareng, kakak mau kok
Kakak tidak tau apa masalah adek kalau adek tidak mau cerita dengan
kakak
Klien 16 : Aku belum bisa cerita sama kakak, aku belum sanggup untuk cerita kak
Konselor 36
mau bicara..
Klien 17 : Kakak, boleh aku pulang sekarang, aku ada kerjaan yang harus aku kerjakan
di rumah, tadi sudah janji sama mama
79
Konselor 37
Iya dek tapi sebelum adek pulang kita berdoa dulu ya dek, adek
mau???
Klien 18 : ( Seketika remaja X menatap saya, lalu menganggukkan kepala pertanda dia
mau untuk berdoa bersama).
Konselor 38
Klien 19 : (bergegas untuk pulang) terimakasih kak sudah mau menjadi temanku
Konselor 39
Penutup:
Konseli belum mau terbuka atas masalah yang dihadapinya, dan konselor berjanji akan
melakukan pertemuan lagi dengan konseli.
Verbatim IV
Tanggal Interview : Selasa, 19 Januari 2016
a.
Situasi :
Pada kunjungan ini, konselor dan klien bertemu di kantor KPAID Tarutung
b. Proses Verbatim
Konselor 40
Klien 24 : Nggak kak aku tidak suka dekat sama mereka mending di rumah kak aku
nonton daripada bergabung sama mereka.
Konselor 45
sebaya kita, kita bisa bercanda bersama, teman curhat, setidaknya kita bisa
memperoleh pelajaran yang berharga dari mereka Memang mereka tidak
bisa memberi solusi atas masalah apa yang kita hadapi, tapi setidaknya ada
yang mau mendengarkan kita
Klien 25 : Aku nggak pengen bergabung sama mereka, aku nggak mau mereka
berteman samaku hanya saat bersama aja tapi di belakangku mereka
menertawakan aku Udalah kak aku nggak mau basa-basi sama mereka,
cukup tau ajalah aku siapa mereka, mereka hanya ada saat kita senang, saat
susah seperti ini mereka tidak ada yang peduli... Apalagi waktu aku tidak
melanjutkan sekolah ke SMA mereka memandang rendah samaku Aku
benci sama mereka kak..
Konselor 46
Kakak tau dek, hal ini memang sulit bagimu, terkadang tidak
semua teman bisa jadi sahabat yang menerima kita apa adanya Tapi perlu
adek tau, kita butuh teman walau hanya sekedar menilai dan memperhatikan
kita, jadi jika mereka menertawakan kita dan gosipin kita di belakang itu tak
perlu kita risaukan, setidaknya mereka menghabiskan waktunya hanya
memperhatikan kita, kita seperti artiskan dek banyak penggemar (sambil
tersenyum)
Klien 26 : Ada benarnya juga ya kak, biar saja mereka menilai dan ngomong sesuka
hatinya samaku yang penting mereka tidak mengganggu aku
Konselor 47
perlu kita pikirkan. Kita tetap lakukan aktifitas kita, kita tetap ceria, kita tidak
boleh berikan celah untuk mereka untuk memberikan penilaian yang negatif
sama kita. Saat mereka melihat kita tetap semangat mereka akan berangsurangsur diam..
Klien 27 : Akan kucoba kak,,, tapi masalahnya aku tidak tau bagaimana caranya
melakukan sesuatu yang dapat mengubah hidupku.
81
Konselor 48
pendeta,, nah adek mulailah bergabung dengan ibadah remaja setiap malam
minggu, adek ikut setiap ibadah evanggelisasi Nah, jika adek mau
memulainya mulai minggu ini dan seterusnya kakak yakin akan banyak yang
mau menjadi teman adek dan keluarga adek pun pasti senang jika adek
mau mendekatkan diri kepada Tuhan. Terkhusus bapak dia akan bangga
sama adek karena adek mau berubah lebih baik Semakin dekat kita sama
Tuhan, kita akan semakin kuat Yakinlah adek apapun yang menjadi
pergumulan adek selama ini pasti ada solusi yang Ditawarkan Tuhan untuk
melalui semua masalah tersebut, yakinlah bahwa masa depan itu sungguh ada
tergantung bagaimana cara kita berusaha untuk menggapainya.
Klien 29 : Terimakasih kak atas masukan dari kakak, aku akan mencoba memulainya
kak
Konselor 50
: Baiklah dek
Iya dek Sebelum adek pulang kita berdoa dulu ya dek, karena
Klien 32 : Terimakasih untuk semuanya kak, aku pamit pulang. (sambil mengayunkan
tangan untuk bersalaman)
Konselor 53
sama keluarga..
Klien 33 : Ia kak pasti
c.
Penutup:
82
Dalam tahap ini, konseling pastoral tetap berjalan di KPAID, komunikasi antara
konselor dan konseli semakin meningkat dan lebih baik. Karena konseli sudah semakin
terbuka akan apa yang dirasakannya. Hal ini membuat pembicaraan semakin menarik dan
konselor menemukan bahwa dalam hal ini konseli tidak percaya diri, dan menutup diri
dari masyarakat. Tetapi saat konselor memberikan masukan kepada konseli, konseli
menerima dan ingin melakukannya.
Verbatim V
Tanggal Interview : Kamis, 21 Januari 2016
a.
Situasi :
Pada kunjungan ini, konselor atas ijin dari ketua KPAID dan kesediaan konseli
dengan keluarga, konselor datang mengunjungi klien di rumah konseli dan ini
merupakan kunjungan yang pertama di lakukan konselor di rumah remaja X.
b. Proses Verbatim
Konselor 54
Ibu Klien 1 :
(tiba-tiba membuka pintu) Syalom juga dek Adek yang dari kantor
Ibu Konseli 2 :
Konselor 57
Mohon maaf duluan ya inang siapa tau nanti aku salah bicara atau
Nggak apa-apa kok dek Tanya aja apa yang ingin adek ketahui dari
inang, tadi juga ketua KPAID sudah menjelaskan tujuan kedatangan adek
kesini dan inang senang adek datang berkunjung ke rumah kami Tidak
perlu sungkan-sungkan.
Konselor 58
kan dia nggak sekolah lagi, apa dia tidak mau melanjut lagi ke SMA gitu
83
soalnya sekarang ini ada sekolah pembaharuan bagi yang tidak tamat sekolah
bisa melanjut di sana inang..
Ibu Klien 5 :
Inang pernah menawarkan itu sama adekmu, tetapi dia tidak amu lagi
Ohhh ianya inang kenapa dia harus malu,, bahkan yang sudah
Masalah sekolah dia nggak peduli lagi inang, dia tidak ingin membahas
itu yang ada sekarang bagaimana caranya biar dia kembali lagi seperti dulu
lagi,,, ceria, suka bergaul dengan masyarakat, terbuka,,, inang sudah
kehilangan jati dirinya yang dulu..
Konselor 60
Ibu Klien 7 :
Ini salah inang dek Setelah ayah adekmu ini meninggal, inang sangat
sedih dan terluka. Inang kehilangan semangat. Inang tidak bisa membiayai
kehidupan keluarga dan satupun keluarga tidak ada yang mau membantu
Waktu itu ada seorang pria yang peduli sama kami, dia mau menyapa inang,
dia peduli dengan kesedihan kami dan suatu saat dia mengajak inang untuk
membangun keluarga dengan dia Inang berpikir dia dapat mengubah
kehidupan kami lebih baik, karena selama itu dia baik sama inang dan dia
sering menyapa anak-anak jika bertemu di jalan
Konselor 61
Ohh ia nya inang.. Jadi apa yang membuat inang bercerai dengan
bapak itu???
Ibu Klien 8 :
Hmmm (menghela nafas). Dia berubah dek, tidak seperti pertama kami
Konselor 62
Inang yang sabar ya,, semuakan sudah berlalu jadi tidak perlu lagi
disesali. Saat ini inang sudah bahagia dengan amang Hutabarat berilah
semangat buat si adek, berusahalah mendengarkan dia, sepertinya adek itu
kurang perhatian inang,, dia pun tidak mau bergabung dengan temantemannya, dia bilang dia malu dan nggak suka berteman dengan mereka.
Saya bingung inang, apa yang membuat adek itu menutup diri
Ibu Klien 9 :
Awalnya dia suka bergabung dengan teman-temannya, tapi saat dia putus
sekolah dia merasa minder dan dia jadi sering malas pulang ke rumah,
bahkan dia mau marah-marah tidak menentu Bahkan setelah dia pernah
tertangkap basah mencuri sepeda motor warga sini membuat ia semakin
terpuruk dia jadi jarang keluar rumah, dia lebih sering mengurung diri di
kamar. Inang sangat kasihan sama adekmu ini tapi inang tak bisa melakukan
apapun dia tidak mau mendengar, hanya diam saja jika inang ajak bicara
Konselor 63
mengingatkan dia..
Konselor 64
mengikuti ibadah evanggelisasi si adek mau membuka diri dan mau lebih
terbuka lagi sama inang, dan inang akan melihat senyumnya kembali
(sambil tersenyum)
Ibu Klien 11 :
kembali tersenyum dan mau menjadi teman dia dan adek mau peduli dengan
kehidupan keluarga inang Tadi sebelum adek datang ketepatan dari
KPAID tadi nelpon bilangkan adek amu kesini, dia bilang sama inang, kakak
itu baik mak,,, Aku suka berteman dengan kakak itu.. Dia senang berteman
denganmu dek Inang minta tolong sama adek, tetaplah berteman dengan
85
dia, berikan dia semangat karena dia mau mendengarkan adek Bawakanlah
dia dalam doamu ya dek..?
Konselor 65
baik untuk dia, dan saya akan selalu bawakan dia dalam doaku
Terimakasih inang atas waktunya dan sekarang saya mau pamit pulang,
sampaikan salamku untuk adek dan keluarga (sambil bergegas dan
mengayunkan tangan untuk bersalaman) selamat sore inang..
Ibu Klien12
c. Penutup:
Konselor sudah mengetahui lebih banyak masalah yang dihadapi klien dan konselor akan
mengunjungi klien lagi untuk memberikan semangat.
Verbatim VI
Tanggal Interview : Selasa, 26 Januari 2016
a. Situasi :
Pada kunjungan ini, konselor ingin lebih dekat lagi dengan klien dan berharap klien
sudah mau melakukan perubahan dalam hidupnya. Konselor dan konseli bertemu di
Kantor KPAID.
b. Proses Verbatim
Konselor 66
Klien 34
Konselor 67
: Sepertinya adek lagi bahagia nih Kaka boleh tau dong apa yang buat
adek senang???
Klien 35
Konselor 68
Klien 36
: Sehat kak Itulah kak yang mau aku bilang sama kakak,,, mama aku
sekarang lebih perhatian samaku kak
Konselor 69
Klien 37
: Sudah kak,,, tapi aku masih ikut-ikut aja kak,, kadang aku malu kak
sama mereka. Aku segan kali cakapin mereka, takut nggak direspon
gitu.
Konselor 70
Konseli 38
: Segan kali aku kak Aku nggak berani takut ditolak nanti aku kecewa
lagi
Konselor 71
: Kakak ngerti dek,,, ini memang sulit untukmu. Tapi jika kita tidak
pernah mencoba bagaimana kita tau kita bisa Semua memang butuh
proses tapi kakak yakin adek bisa melakukannya. Ini semua demi
kebaikan adek. Jika mereka dekat sama adek, adek akan punya teman
untuk berbagi cerita. Saat adek ada masalah adek dapat meminta pendapat
dari mereka. Untuk itu kakak minta sama adek untuk berusaha membuka
diri kepada mereka.
Konseli 39
: Ia kak saya akan mencoba kak menurut kakak cara termudah berteman
dengan mereka kak???
Konselor 72
Konseli 40
: Iya kak nanti akan kucoba kak... (dengan suara yang pelan seakan-akan
ragu)
Konselor 73
Konseli 41
: Aku ,,,,,,,, sebenarnya aku tidak bisa melakukannya kak Masih susah
kali aku membuka diri untuk mereka,,, aku lebih suka menyendiri saat ini
kak
Konselor 74
: Loh, kenapa adek ngomong gitu,,, tadi bilang iya sekarang pengen
sendiri kakak bingung deh sama adek ada apa sebenarnya
Konseli 42 : (dengan wajah sedih) Aku belum bisa terima kak masalah ini, aku malu
bergabung sama mereka, aku pengangguran, tidak tamat sekolah, pernah
dipenjara.. Kakak tidak tau hatiku tertekan aku takut bicara aku kuatir
akan hidupku. Tidak ada lagi masa depanku kak Nggak ada yang bisa
diharapkan dariku kak, aku tidak bisa buat mama bahagia aku bisanya
buat mama malu sama semua orang Aku benar-benar tidak berguna
kak..
Konselor 75
Konseli 43
: Sangat sulit untuk melakukan itu kak Aku belum bisa memaafkan
diriku kak
Konselor 76
: Dek,,, tidak ada yang sulit selagi kita mau bangkit dan berusaha.
Maafkanlah orang-orang yang pernah membuatmu sakit hati, buang
semua dendammu, kebencianmu Kakak tau itu sulit dilakukan untuk
memaafkan orang yang menyakiti kita tetapi adek perlu tau tidak ada
gunanya juga kita memendan kesalahan orang lain kita harus memberikan
pengampunan bagi mereka, dengan mengampuni mereka yang membuat
88
kita sakit hati kita akan bisa tersenyum. Menyimpan amarah dan
kebencian kepada oranglain sama aja kita menyimpan sampah dalam
hidup kita tetapi dengan melepaskan pengampunan kepada mereka hidup
kita akan tenang.
Konseli 44
Konselor 77
Konseli 45
Konselor 78
: Kakak ingin kamu menjadi orang yang baik, meskipun adek pernah
melakukan perbuatan yang salah tetapi satu hal yang perlu adek tau setiap
orang belum tentu baik, tetapi selalu ada kebaikan pada setiap orang. Dan
aku yakin kebaikan itu masih ada dalam dirimu, untuk itu tunjukkanlah
pada semua orang bahwa kamu bisa melakukan kebaikan dan masih
punya masa depan yang cerah Yang paling utama serahkanlah seluruh
hidupmu kepada Tuhan biarkan Tuhan yang bekerja dalam hdupmu.
89
Konseli 46
: Iya kak Aku minta sama kakak untuk membawakan aku dalam doa
kakak agar aku bisa melepaskan pengampunan kepada mereka yang telah
menyakitiku agar aku tidak menyimpan dendam buat mereka.
Konselor 79
Konseli 47
: Iya kak Doakanlah kak agar aku diberi kekuatan untuk menjalani
hidup dan keluargaku tetap dalam lindungan Tuhan.
Konselor 80
Konseli 48
Konselor 81
Konseli 49
c.
Penutup:
Pada pertemuan ini klien sudah berusaha bergabung dengan teman sebaya
dalam pelayanan di gereja tapi belum bisa berdamai dengan hatinya dengan
bantuan konselor klien sudah menyadari keadaan dirinya dan ingin berubah
dan memperbaiki diri.
Verbatim VII
Tanggal Interview : Senin, 1 Februari 2016
a.
Situasi :
pada kunjungan ini, konselor menjumpai konseli di kantor KPAID tarutung dalam
hal ini konseli sudah lebih baik dan penuh semangat.
b. Proses Verbatim
Konselor 82
ketua KPAID)
Ketua KPAID 24
Konselor 84
keadaannya??
Klien 51 : Sehat juga kak
Konselor 85
Baguslah
sekarang??
Klien 55 : Itulah yang membuat aku bahagia kak, mama sekarang sudah lebih perhatian
samaku, mama sering ngajak aku ngobrol dan menyemangatiku kak
(sambil tersenyum bahagia)
Konselor 89
berjalan dengan baik dan adek semakin dekat dengan keluarga dan adek
semakin dekat juga tentunya kepada Tuhan
Klien 56 : Mudah-mudahanlah kak Jangan lupa kakak bawakan aku dalam setiap
doa-doa kakak, dan aku juga akan berdoa semoga kakak bisa wisuda tahun
ini
Konselor 90
Amin
mendoakanmu untuk lebih baik dan tetap semangat menjalani hidup Dek,
untuk ada kakak lihat dan untuk kenangan nantinya, kakak boleh foto
bersama dengan adek??
Klien 57 : Dengan senang hati kak (sambil mengatur gaya untuk berfoto)
Konselor 91
Klien 59 : Terimakasih juga kak karena kakak sudah mau berteman dengan saya Saya
pamit pulang Selamat sore kakak..
Konselor 93
Iya Dek.. Tapi jika bapak butuh adek nanti untuk melakukan
c. Penutup :
Pada akhir pertemuan ini konselor sudah mengakhiri penelitian dan konselor
sangat bahagia dapat melakukan penelitian dengan baik..
92