Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Identitas Konseli

Nama : Adinda Eka Cristiana (DK)

TTL : banyuwangi, 27 april 2005

Alamat : Tegaldlimo

Umur : 17 tahun

Kelas : XII MIPA 2

Sekolah : MA Amanatullah

Asrama : AM (Maryam 1)

Domisili : PP. Amanatullah

Nama Ayah : Anang suwandi

Pekerjaan : wirausaha

Umur : 40 tahun

Nama Ibu : Peni cahyanti

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Umur : 35 tahun

I.2 Latar Belakang Konseli

a. Gambaran Permasalahan Konseli

Adinda Eka Cristiana merupakan siswi kelas XII MIPA 2. Dia sosok

perempuan yang ceria, cantik dan mudah bersosialisasi. Dia dilahirkan dari

ibu Bernama Peni cahyanti dan ayah Bernama Anam muswandi. Ia sekarang

menempat di pondok pesantren. Sebelum di pondok pesantren Amanatullah

dia mondok di pondok berasan. Dia dari kecil diasuh oleh neneknya

sehingga Ketika pulang kerumah pun ia lebih nyaman dan seringnya di

rumah neneknya daripada dirumah orang tuanya. Orang tuanya cerai Ketika

ia belum genap berumur 1 tahun. Dari kecil dia kurang adanya kasih sayang

dari orang tua. Karena pada berumur 5 tahun ibunya menjadi TKW di

negara Singapura. ibunya sempat pulang ke jawa, tidak lama kemudian

1
pergi lagi menjadi TKW di negara hongkong Ketika itu DK masih kelas 6 SD.

Ibunya nikah lagi tanpa sepengetahuan DK. Menikah di muncar dan tinggal

disana. Di rumah mertua ibu DK. Dan mempunyai anak 1. Yang dari itu

menjadi adik DK dari ibu kandungnya. Ayah kandungnya menikah lagi 3

bualanan yang lalu dan menempat di jember. Ayah kandungnya menikah

dengan perempuan janda mempunyai anak 2. Yang disitu menjadi adik DK

dari ayah kandungnya. DK berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ayah

tirinya bekerja sebagai nelayan. Dan DK juga masih mendapatkan nafkah

dari ayah kandungnya. Dengan dipaketkan barang atau transfer uang. Dan

itu diberikan jika ia memintanya. Seringnya Ketika waktu kiriman di

pondok, DK sering dikirim oleh nenek dan tante nya yang memiliki anak

yang mondok di PP. Amanatullah juga.

Sekilas orang melihat seperti anak yang nakal. Namun sebenarnya

dia berhati baik. Alasan kenapa saya memilih dia sebagai klien saya, karena

pada waktu itu posisi saya memberikan tes kepribadian melalui tulisan dan

tanda tangan. Dari beberapa siswi yang maju untuk memperlihatkan tulisan

dan tanda tangannya, DK lah siswi yang menangis Ketika saya menyebutkan

keluarga dalam analisis saya. Setelah saya berikan assessment memang

butuh adanya penanganan yang lebih lanjut dari siswi tersebut.

Melalui tes kepribadian dan rangkaian tahap konseling,

Permasalahan yang DK alami ialah ia masih belum bisa menerima keadaan

kalau orang tua kandungnya pisah atau cerai. Ia masih berkeinginan kalau

orang tua kandungnya itu rujuk Kembali. Dan ia sebenarnya ingin ikut ayah

kandungnya yang berada di jember. Karena ia merasa ayahnya yang

mengerti keadaannya dan tau yang DK mau. Ia banyak menuangkan keluh

kesah mengenai keluarganya kepada neneknya. Karena disitu ia sudah

merasa nyaman dan dapat bercerita dengannya. Di rumah ibu kandungnya

ia merasa kurang nyaman karena memang kurang adanya interaksi

didalamnya. Ia sering diam di kamar dan menjalankan perintah ibunya

2
Ketika disuruh. DK jarang berkomunikasi dengan ayah tirinya karena dia

merasa belum bisa menerima keadaan ini. Dan ayahnya juga jarang memulai

pembicaraan dengan DK, selain itu juga ayahnya sering bekerja berlayar

menjadi nelayan. Yang dari situ membuat DK masih canggung berbicara

dengan ayah tirinya. Sehingga membuat suasana rumah kurang bisa

mencair. Ia lebih sering dirumah neneknya dibandingkan dirumahnya

sendiri.

b. Analisis terhadap Dinamika Psikologis

Dinamika psikologis merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri

individu, mencakup sikap, persepsi, emosi dan perilaku yang

mempengaruhi mental atau psikisnya dalam menyesuaikan diri dengan

keadaan dan perubahan, serta menghadapi dan menyelesaikan konflik

sehari-hari dalam pikiran, perasaan maupun perbuatan. jika dilihat dari

permasalahan DK, kurang bisanya menerima keadaan orang tua yang

broken home salah satu penyebabnya adalah pola asuh orang tua yang

kurang membawa dia dari masalalu. kurangnya kasih sayang orang tua.

Kurang adanya interaksi antara anak dan orang tua sehingga membuat DK

menjadi canggung untuk ngobrol bersama orang tuanya. dari permasalahan

tersebut membuat DK menjadi seorang yang takut untuk melangkah karena

masih diberatkan dengan sebuah keadaan. Membuat esmosionalnnya tidak

stabil, karena ia bingung untuk meluapkannya dimana. Bingung untuk

menentukan keputusan Langkah kedepannya.

I.3 Rumusan Masalah

a. bagaimana menangani permasalahan seorang klien yang belum bisa

menerima keadaan bahwa orang tuanya broken home?

b. bagaimana menangani permasalahan klien yang terjebak dalam lingkup

pergaulan

3
I. 4 Tujuan Pelaksanaan Konseling

a. untuk menangani permasalahan seorang klien yang belum bisa menerima

keadaan bahwa orang tuanya broken home

b. untuk menangani permasalahan klien yang terjebak dalam lingkup

pergaulan

c. untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menghadapi klien

dan proses untuk perbaikan diri

4
BAB II

PROSES

a) Tahap Awal

Proses awal sangatlah penting dalam proses konseling. Karena jika

konselor langsung menggali masalah klien, itu akan berakibat pada klien.

Klien akan merasa kurang nyaman dan tidak mengutarakan

permasalahannya secara sempurna. Di tahap awal ini konselor mengenali

klien dari nama, tempat tinggal dan sebagainya. Sebelum memasuki

tahap assessment. Tahap awal ini juga berfungsi untuk menstabilkan

emosi klien. Sebagai konselor, kita harus memberikan pemahaman

terhadap klien mengenai dirinya, potensi yang klien miliki, dan

lingkungan sekitarnya. Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan

mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan

konstruktif.

Pertama saya mengenal klien ini dengan lewat saya memberikan tes

kepribadian melalui tulisan dan tanda tangan. Dari beberapa siswi yang

maju untuk memperlihatkan tulisan dan tanda tangannya, DK lah siswi

yang menangis Ketika saya menyebutkan keluarga dalam analisis saya.

Setelah saya berikan assessment memang butuh adanya penanganan

yang lebih lanjut dari siswi tersebut. Mulai saya gali sedikit demi sedikit

informasi tentangnya. Dan selanjutnya saya menawarkan untuk dia

menjadi klien saya. Dan dia pun bersedia dan menandatangani lembar

persetujuan yang saya berikan. Saya ngobrol ringan dan sembari

menganalisa masalah yang ia alami. Tak sesekali ia tertawa dan cair

dalam guyonan kita. Namun setelah ngobrol dan sedikit demi sedikit ia

bercerita mengenai hal yang ia rasakan. Dia juga sering berlinang air

mata dan berusaha menahannya untuk jatuh. Dari situ dia leluasa

bercerita mengenai masalahnya.

5
b) Tahap Proses

 Assessment

Assessment dalam konseling merupakan mengukur suatu

proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum, selama dan

setelah konseling tersebut dilaksanakan/ berlangsung. Assessment

merupakan satu bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang ada

dalam konseling (baik kelompok maupun konseling individual).

Assessment dalam rangka kerja bimbingan dan konseling memiliki

kedudukan strategis, karena posisi sebagai dasar dalam perencanaan

program bimbingan konseling yang sesuai kebutuhan, dimana

kesesuaian program dan gambaran kondisi konseli dan kondisi

lingkungannya dapat mendorong pencapaian tujuan layanan

bimbingan dan konseling.

Dalam kasus masalah yang dialami oleh DK ini saya pertama

menggali mengenai kehidupan dia di pondok, pergaulannya hingga

keluarganya. sedikit demi sedikit ia menceritakan masalahnya. Dan

ternyata Ia memiliki masalah keluarga dan ia masih belum bisa

menerima keadaan tersebut. Orang tuanya pisah/ cerai sejak ia

berumur 1 tahun. Dari kecil dia kurang adanya kasih sayang dari

orang tua. Karena pada berumur 5 tahun ibunya menjadi TKW di

negara Singapura. ibunya sempat pulang ke jawa, tidak lama

kemudian pergi lagi menjadi TKW di negara hongkong Ketika itu DK

masih kelas 6 SD. Ibunya nikah lagi tanpa sepengetahuan DK.

Menikah di muncar dan tinggal disana. Di rumah mertua ibu DK.

Dan mempunyai anak 1. Yang dari itu menjadi adik DK dari ibu

kandungnya. Ayah kandungnya menikah lagi 3 bualanan yang lalu

dan menempat di jember. Ayah kandungnya menikah dengan

perempuan janda mempunyai anak 2. Yang disitu menjadi adik DK

dari ayah kandungnya. DK berasal dari keluarga yang berkecukupan.

Ayah tirinya bekerja sebagai nelayan. Dan DK juga masih

6
mendapatkan nafkah dari ayah kandungnya. Dengan dipaketkan

barang atau transfer uang. Dan itu diberikan jika ia memintanya.

Seringnya Ketika waktu kiriman di pondok, DK sering dikirim oleh

nenek dan tante nya yang memiliki anak yang mondok di PP.

Amanatullah juga.

Ia masih berkeinginan kalau orang tua kandungnya itu rujuk

Kembali. Dan ia sebenarnya ingin ikut ayah kandungnya yang berada

di jember. Karena ia merasa ayahnya yang mengerti keadaannya dan

tau yang DK mau. Ia banyak menuangkan keluh kesah mengenai

keluarganya kepada neneknya. Karena disitu ia sudah merasa

nyaman dan dapat bercerita dengannya. Di rumah ibu kandungnya

ia merasa kurang nyaman karena memang kurang adanya interaksi

didalamnya. Ia sering diam di kamar dan menjalankan perintah

ibunya Ketika disuruh. DK jarang berkomunikasi dengan ayah

tirinya karena dia merasa belum bisa menerima keadaan ini. Dan

ayahnya juga jarang memulai pembicaraan dengan DK, selain itu

juga ayahnya sering bekerja berlayar menjadi nelayan. Yang dari situ

membuat DK masih canggung berbicara dengan ayah tirinya.

Sehingga membuat suasana rumah kurang bisa mencair. Ia lebih

sering dirumah neneknya dibandingkan dirumahnya sendiri. Ia

merasa ingin berada di keluarga ayah kandungnya karena ia merasa

nyaman disana. Sebaliknya dia ingin menuruti kata ibu kandungnya

bahwa ia harus ikut Bersama ibu kandungnya. Untuk

perkuliahannya pun dia masih bingung mau mengambil prodi apa

dan universitas mana. Karena ayah kandungnya berkeinginan bahwa

DK menjadi pekerja marketing sedangkan DK ingin menjadi

pembisnis.

Masalah lain yang dihadapi oleh DK adalah masalah

mengenai pertemanan. DK termasuk anak yang baik hati, ramah dan

7
mudah bergaul dengan orang lain. DK berteman dengan siapa saja

teman yang ada dikelasnya. Namun sekarang ia termasuk anak yang

dibenci dikelasnya. Karena dia memiliki teman berinisial RV.

Sebelumnya memang RV tidak disukai dikelas. Melihat keadaan RV

yang selalu disindir dan sering menyendiri, DK pun merasa iba atas

keadaan tersebut. Dia berusaha menemani RV dan berteman

dengannya. Semakin hari mereka berdua semakin berteman dekat.

Hal tersebut yang membuat DK juga tidak disenangi oleh teman-

temannya. Sebenarnya teman-teman DK sudah mengingatkan namun

DK tetap berteman dengan RV. Karena DK berfikiran kalau RV itu

tidak seburuk yang teman-temannya kira. Banyak dari teman-teman

DK yang merasa kalau DK semakin berubah Ketika berteman dengan

RV. Tambah malas-malasan. Dalam hal ini DK terpengaruh oleh RV.

Sering kali DK dan RV dijadikan bahan omongan dikelas namun

mereka bodo amat atas hal itu. DK terkadang mengingatkan RV. Dan

RV sebenarnya patuh dan mau melakukannya jika DK yang

menyarankan. Sampai sekarang mereka tetap berteman dengan

kondisi teman-temannya tidak menyukainya.

 Diagnose

Diagnosis dalam proses konseling merupakan usaha pembimbing

(konselor) menetapkan latar belakang masalah atau faktor-faktor

penyebab timbulnya masalah pada siswa. Setelah mendiagnosis,

selanjutnya pembimbing menetapkan Langkah-langkah bantuan

yang akan diambil (prognosis).

Di tahap diagnosis ini saya mengamati bahwa klien masih belum

bisa menerima keadaannya. Dengan latar belakang kedua orang

tuanya broken home. Dia berusaha meredam itu semua dengan cara

ia banyak bergaul dengan teman-teman dan terkadang ia juga perlu

waktu sendiri. Dengan kurangnya kasih sayang dari orang tua, dia

merasa bimbang dan takut untuk mengambil sebuah keputusan.

8
Karena merasa tidak ada pendampingan didalamnya. DK juga anak

yang baik, namun dalam masalah ini ditakutkan DK terpengaruh

dalam pergaulannya. Yang seharusnya ia mempengaruhi RV berubah

menjadi lebih baik, takutnya DK kurang membawa itu dan malah DK

yang terpengaruh atas kebiasaan buruk.

 Prognosa

Prognosis merupakan tahap menetapkan alternatif Tindakan

bantuan yang akan diberikan berdasarkan hasil diagnosis. Rumusan

akhir dari Langkah diagnosis adalah mengenai jenis dan bentuk

masalah berdasarkan hasil analisis dan sintetis. Berdasarkan hasil

diagnosis yang saya peroleh, saya mengambil teori gestalt Dan

menerapkan Teknik kursi kosong dalam proses penanganannya.

Terapi gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perl adalah

bentuk terapi eksisitensial yang berpijak pada premis bahwa

individu-individu menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima

tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan.

Terapi gestalt berfokus pada apa dan bagaimana-nya tingkah laku

dan pengalaman disini dan sekarang dengan memadukan bagian-

bagian kepribadian yang tak pernah dan tidak diketahui. Kursi

kosong merupakan teknik dalam konseling gestalt yang

dikembangkan oleh Frederick Fritz Pearls, dimana teknik ini

merupakan teknik permainan peran dimana klien memerankan

dirinya sendiri dan peran orang lain atau beberapa aspek

kepribadiannya sendiri yang dibayangkan duduk atau berada di

kursi kosong.

Dalam tahap prognosa ini saya menerapkan teori dan Teknik

sesuai dengan penjelasan sebelumnya.

 Treatment

Treatment dalam proses konseling merupakan Tindakan

menetapkan dan melakukan cara yang tepat dalam mengatasi

9
kesulitan atau masalah kasus dengan program yang teratur dan

sistematis. dalam kasus yang tengah saya tangani kali ini saya

menggunakan Teknik kursi kosong hal ini bertujuan untuk

memperkuat apa yang ada dipinggir kesadaran klien,

mengeksplorasikan polaritas, proyeksi-proyeksi, dan introyeksi di

dalam diri klien. Dalam tahap treatment ini, saya menggiring fikiran

klien untuk memposisikan dia berada dalam 2 belah sisi. Saya

meminta klien berada dalam posisi ayahnya dan seakan dia

menasehati dirinya sendiri. Setelah puas mengutarakan maksud dari

ayahnya, klien saya alihkan berada di posisi dia sendiri. Dan

menanggapi apa yang telah ayahnya sampaikan. Disini tugas

Konselor adalah mendorong klien untuk mengungkapkannya

melalui kata-kata, bahkan melalui caci makian pun diperbolehkan,

yang terpenting adalah klien dapat menyadari pengalaman-

pengalaman yang selama ini tidak diakuinya.

Setelah dilakukan secara berulang, akhirnya klien merasa

memahami keadaan yang telah terjadi. Bagaimana Ketika menjadi

posisi orang tuanya. dan Langkah apa yang akan ia tuju kedepannya.

c) Tahap Pengakhiran

 Evaluasi

Dalam tahap evaluasi ini saya menggunakan pendekatan SFBC.

dimana terapi tersebut berfokus pada solusi. didasari oleh filosofi

postmodern sebagai landasan konseptual pendekatan-pendekatan

tersebut. Setelah melakukan rangkaian tahapan konseling, dalam

tahap pengakhiran ini saya mengukur tingkat kecemasan pada diri

klien dengan menggunakan skala 1 sampai 10. Dan saya memakai

pendekatan SFBC didalamnya. Setelah ada 3 pertemuan dengan

klien, saya mengajukan skala ini pada klien. Dan dari angka 1 sampai

10 saat ini klien merasakan masalahnya sudah berada di angka 3. Hal

10
tersebut menandakan bahwa dari rangkaian tahap konseling dapat

membawa hasil kepada klien.

 Tindak lanjut

Dengan melihat waktu praktek kerja lapangan yang sangat

singkat, hal tersebut tidak memungkinkan untuk kita tetap

memantau klien secara berkelanjutan. Hanya cukup dengan 1 bulan

itu untuk kita manfaatkan dalam penanganan dan meninjau dari

hasil dari proses konseling yang kita lakukan. mungkin ada sedikit

arahan dalam proses saya yang mengarahkan klien untuk tetap focus

pada cita-cita dan mengurangi untuk menyendiri dan mengingat-

ingat masa lalunya yang ingin ia gali lagi. Tetap teguh dalam

pendirian dan jangan sampai dia terbawa dalam pergulan yang tidak

diinginkan.

d) Orientasi Teknik dan Pendekatan Konseling

Dalam kasus yang tengah saya tangani kali ini saya menggunakan

Teknik kursi kosong hal ini bertujuan untuk memperkuat apa yang ada

dipinggir kesadaran klien, mengeksplorasikan polaritas, proyeksi-

proyeksi, dan introyeksi di dalam diri klien. Dalam tahap treatment ini,

saya menggiring fikiran klien untuk memposisikan dia berada dalam 2

belah sisi. Saya meminta klien berada dalam posisi ayahnya dan seakan

dia menasehati dirinya sendiri. Setelah puas mengutarakan maksud dari

ayahnya, klien saya alihkan berada di posisi dia sendiri. Dan menanggapi

apa yang telah ayahnya sampaikan.

11
BAB III

VERBATIM

1. Nama konseli : Adinda Eka Cristiana (DK)

2. Kela : XII MIPA 2

3. Hari, tanggal : senin & jum’at, 28 & 2 November 2022

4. Pertemuan : 1 dan 2

5. Waktu : 2 x 30 menit

6. Tempat : laboratorium dan gazebo

7. Keterangan : Klien : A

Konselor : B

Saya mendapatkan klien ini Ketika saya melaksanakan tes kepribadian

melalui grafologi di kelas XII MIPA 2. Sebelumnya Saya tanya nama dan

rumahnya. Dan kemudian saya gali beberapa masalah dengan melalui membaca

tulisan dan tanda tangan.

A : Assalamualaikum kak...

B : waalaikumsalam.. silahkan masuk

A : apakah saya mengganggu waktu kakak?

B : Oh tidak.. kebetulan saya lagi santai ini. Bagaimana? Ada yang bisa kakak

bantu?

A : kak saya “DK” siswi kelas XII MIPA 2 kemarin yang kakak berikan tes

kepribadian

B : oh iya... gimana dek.. mungkin dari penjelasan mengenai hasil tes yang kakak

sampaikan ada tanggapan..

A :Iya kak.. (sambil menahan tangis)

B : loh... iya adek tenangkan diri adek dulu

Selesai..

Assessment

B : adek ada masalah dengan keluarga adek?

A : iya kak. (sedikit malu untuk mengungkapkan)

B : adek tinggal Bersama siapa kalo pas pulang pondok?

12
A : saya tinggal Bersama nenek saya kak

B : di daerah mana?

A : nenek saya asli tinggal di daerah tegaldlimo kak

B : emmhh.. kalau ayah dan ibu?

A : ibu saya... (sambil menahan tangis) sudah cerai dengan ayah saya sejak saya

berumur 1 tahun. Dia kemudian pergi ke luar negeri untuk menjadi TKW.

Tepatnya di singapura. Sempat pulang Ketika saya kelas 6 SD kemudian

berangkat lagi ke hongkong. Mendapat beberapa tahun kemudian pulang dan

menikah lagi. Waktu itu saya masih SMP. Menikah dengan ayah saya yang

sekarang. Dia bekerja sebagai nelayan.

B : lalu ayah kandungnya adek?

A : ayah tinggal di jember kak. 3 bulanan yang lalu dia menikah lagi dan tinggal

disana. Menikah dengan janda mempunyai anak 2.

B : lalu adek sekarang bagaimana perasaannya memiliki keluarga baru dan ayah

adek mempunyai keluarga baru pula?

A : saya masih belum bisa menerima keadaan ini kak. Saya sayang dengan ayah

saya. Dan dia yang bisa memahami saya. Saya kurang nyaman dengan keluarga

dari ibu. Seringnya Ketika saya dirumah, suasananya dingin. Saya sering berada

di kamar dan keluar kamar jika di perintah ibu. Ayah tiri saya kurang banyak

bicara kepada saya. Yang membuat saya sungkan dari hal itu.

B : lalu adek kalau mau cerita atau curhat , gimana?

A : saya lebih nyaman curhat dengan nenek saya. Dan saya seringnya juga

tinggal dengan nenek saya dibandingkan dirumah ibu. Ya mungkin karena dari

kecil saya sudah disana.. tapi kalau masalah pondok dan pertemanan saya curhat

ke sahabat saya satu kelas kak..

B : untuk keluarga dari ayah kandungnya adek? Gimana?

A : ayah dulu masih sering kerumah nenek sih kak.. tapi sekarang tidak lagi.

Sudah sibuk di jember. Saya memandang keluarga ayah kandung saya lebih

nyaman dan Bahagia. Dan itu yang membuat saya ingin ikut dengan kelurga

ayah kandung saya. Tapi apa boleh buat.. dulu ibu kandung saya menyuruh

13
untuk ikut dengan ibu saja. Namun untuk besok waktu saya sudah kuliah,

mungkin saya akan ikut dengan ayah kandung saya. Saya usahakan itu.

B : untuk pembiayaan sekolah dan mondoknya adek gimana?

A : dari ibu kandung, tapi kalau ayah kandung masih ngirim juga. Tapi hanya

paket terkadang juga transfer. Itupun jika saya meminta

Diagnose

B : sampai saat ini adek masih belum bisa menerima keadaan?

A : iya kak.

Prognosa

B : sekarang adek ikuti intruksi dari kakak ya.. kita menggunakan Teknik kursi

kosong

B : sekarang adek posisikan dan bayangkan adek menjadi ayah kandungnya

adek. Kira-kira apa yang ayah akan sampaikan ke diri adek... sudah..

A : “dek kamu itu yang kuat disana. Ayah selalu ada kok buat adek. Memang

keadaan tidak berpihak dengan kita. Adek sudah mempunyai keluarga sendiri

disana dan ayah juga sudah mempunyai keluarga sendiri disini. Adek udah

dewasa, fokus denga napa yang adek cita-citakan ayah disini selalu mendoakan

adek”

B : sekarang adek posisikan dan bayangkan adek menjadi diri adek sendiri

A : “iya yah.. saya akan berusaha menerima keadaan ini. Meski kita sudah tak

seperti dulu tapi adek tetap sayang ayah” (berlinang air mata)

B : iya sudah.. dari nasehat ayah yang adek ucapkan tadi, adek sudah merasa

tenang?

A : sudah kak

Dengan selang waktu beberapa hari kemudian lanjut ke penanganan masalah

kedua

A : kak pengen ngobrol lagi dengan kakak

B : iya dek boleh.. gimana

A : kak sebenarnya saya ada masalah dengan teman-teman sekelas saya

B : sudah lama apa baru-baru ini?

14
A : mulai awal kelas XII kak. Jadi saya sekarang berteman dengan RV. Dia itu

anak yang disukai dikelas. Sebenarnya teman-teman saya sudah mengingatkan

saya untuk jauh dari dia. Karena menurut teman sekelas saya, saya berubah

Ketika berteman dengan RV. Saya kasihan dengan RV kak.. sebenarnya di itu

tidak seburuk yang teman-teman saya kira. Jadi Ketika di kelas, teman-teman

saya gosipin RV saya hanya diam dan dalam batin saya berkata kalau dia tidak

sejahat itu.

B : gini dek.. saran dari kakak adek harus mempunyai prinsip atau pegangan

hidup. Jadi boleh adek berteman dengan RV. Tapi adek jangan terpengaruh

kebiasaan buruknya. Dalam berteman itu butuh yang Namanya mengingatkan.

Jadi kalau RV berbuat salah, jangan sungkan untuk mengingatkan. Karena itu

teman adek. Kalau bukan adek siapa lagi. Dan tetap menerima saran dari teman-

teman sekelas adek. Bagaimanapun mereka juga teman-teman adek.

A : tapi alhamdulillah kak. RV itu kalau saya nasehati agak nurut dengan saya

daripada teman-teman saya.

B : oh iya bagus kalau gitu. Jadi adek lebih enak untuk mengarahkan dan

memberi saran

A : iya kak. Terimakasih atas waktu dan arahan dari kakak

Evaluasi

B : iya dek sama-sama.. oh iya dari pertemuan awal kita sampai sekarang ini,

yang adek rasakan dari angka 10 sampai 1 masalah adek sekarang sampai di

angka berapa?

A : alhamdulillah saya agak lebih tenang kak. Dan sudah berada di angka 3

B : emmhhh iya syukurlah kalau begitu.. adek yang semangat ya belajarnya

A : iya kak terimakasih banyak (memeluk)

B : iya dek sama-sama

A : iya sudah kak saya Kembali ke kelas dulu

B : iya dek silahkan..

A : assalamualaikum..

B : waalaikumsalam..

15
BAB IV

PENUTUP

4.3 Kesimpulan

Konseling atau penyuluhan adalah proses pemberian bantuan

yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu yang mengalami

sesuatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi

klien. Dengan melihat keadaan di pondok pesantren yang mana santri

sekaligus siswa masih butuh akan adanya pengarahan dan bimbingan

didalamnya. Dan bimbingan konseling juga sangat berperan penting. Dan

dengan kasus yang saya tangani memakai teori gestalt yang mana

merupakan bentuk terapi eksisitensial yang berpijak pada premis bahwa

individu-individu menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima

tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan.

Dan menerapkan Teknik kursi kosong untuk penyelesaian masalahnya.

4.4 Rekomendasi

Melihat keadaan pondok pesantren dan sekolah yang mana

pengurusnya adalah mayoritas kelas XII MA. Dan mereka memiliki

banyak tanggung jawab tak hanya menjadi pengurus pesantren juga tapi

mereka juga menjadi aktivis organisasi di sekolahnya. Dengan posisi usia

masih labil mereka dituntut untuk berfikir sedemikian itu. Yang saya

rekomendasikan untuk pondok untuk mendirikan Lembaga konseling,

mengingat begitu pentingnya konseling di pondok pesantren. dan untuk

sekolah tetap mengatur jam guru BK. Dan meletakkan BK untuk berdiri

sendiri tidak dibawah naungan kesiswaan. Dan dapat membuat ruangan

khusus BK. Agar dalam penanganan masalah siswa dapat berjalan

dengan sesuai yang diharapkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://binus.ac.id/knowledge/2019/01/prinsip-gestalt-dalam-mendesain-

ui-part-1/#:~:text=Apa%20itu%20Prinsip%20Gestalt%3F%20Gestalt,Max

%20Wertheimer%2C%20and%20Wolfgang%20K%C3%B6hler.

http://lib.unnes.ac.id/40934/1/tesis%20full.pdf

https://uia.e-journal.id/guidance/article/download/875/669/

#:~:text=Sedangkan%20Teknik%20kursi%20kosong%20adalah,lain%20dan

%20menjadi%20under%20dog.\

https://dosen.ung.ac.id/JumadiTuasikal/home/2020/1/30/50-defenisi-

konseling.html

https://www.slideshare.net/nur-arifaizal-basri/studi-kasus-

diagnosisprognosis-treatment-follow-up

TENTANG PENULIS

Nama : Nadia Putri Kholifah

17
NIM : 19122110013

Prodi : BKI 7B

Fakultas : FDKI

TTL : Banyuwangi, 25 Februari 2001

Alamat : Glagahagung, Purwoharjo, Banyuwangi

DPL : Rizqon Al-Musafiri, M.Pd

Tempat PKL : MA Amanatullah

18

Anda mungkin juga menyukai