Anda di halaman 1dari 7

DESKRIPSI DIRI

TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL (TKS)


Pendamping PKH

PUSAT PENGEMBANGAN PROFESI PEKERJA SOSIAL DAN PENYULUH SOSIAL


BADAN PENDIDIKAN PENELITIAN DAN PENYULUHAN SOSIAL
KEMENTERIAN SOSIAL RI
2022
DESKRIPSI DIRI TKS PENDAMPING SOSIAL PKH

PETUNJUK UMUM
 Deskripsi diri dibuat berdasarkan tugas sebagai pendamping sosial PKH terkait dengan
penanganan kasus/masalah
 Kasus/permasalahann yang disajikan merupakan kasus/permasalahan nyata dan bukan hasil
rekaan.
 Jelaskan 2 Kasus/permasalahan yang berbeda (masing masing disajikan pada bagian A dan B).
 Kasus yang diangkat harus terkait dengan upaya anda melakukan perubahan perilaku KPM atau
pihak yang terkait dengan aktifitas pendampingan anda kearah keberfungsian sosial
 Deskripsi dibuat dengan jelas sesuai dengan perintah pada setiap bagian.

A. Deskripsi kasus 1

1. Uraikan kasus/permasalahan yang anda tangani sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai
Pendamping PKH. Gambaran kasus/permasalahan yang dijelaskan sekurang kurangnya 150
kata dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Apa masalahnya
b. Kapan dan dimana masalah itu terjadi
c. Siapa pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan
d. Mengapa masalah itu terjadi

1. Kasus/Permasalahan yang pernah saya tangani sebagai Tenaga Kesejahteraan Sosial


Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Dusun Teluk Waru Desa Labuan
Tereng Kecamatan Lembar pada tahun 2022 adalah kasus verifikasi dan validasi
(verval) keluarga miskin lansia yang tidak ditemukan. Berikut rincian kasus tersebut:
a. Keluarga miskin lansia atas nama SR 70 tahun memiliki 3 anak bernama AR,
DS, BD. AR berusia 32 tahun, DS berusia 30 tahun dan BD berusia 26 tahun.
SR tinggal bersama AR sedangkan kedua anaknya DS dan BD tinggal di
kecamatan yang berbeda dari SR. Jarak rumah DS, BD dan tempat tinggal SR
cukup jauh. Masalah yang terjadi yaitu pendamping tidak menemukan SR di
rumah setelah beberapa kali dilakukan kunjungan saat kegiatan verifikasi dan
validasi (verval) keluarga miskin.
b. Permaslahan ini terjadi ketika saya melakukan kunjungan ke rumah SR untuk
melakukan kegiatan verifikasi dan validasi (verval) namun tidak menemukan
satu orangpun di rumah tersebut. Lokasi rumah SR yaitu di dusun Teluk Waru
Desa Labuan Tereng Kecamatan Lembar sedangkan rumah kedua anaknya DS
dan BD berlokasi di Dusun Terong Tawah Desa Terong Tawah Kecamatan
Labuapi.
c. Dalam penanganan Kasus/Permasalahan SR ini, adapun pihak-pihak yang
terlibat yaitu: SR, AR, DS, BD, DC selaku ketua KPM PKH Dusun Teluk Waru,
Kepala Dusun Teluk Waru, Kepala Dusun Terong Tawah, EK selaku
Pendamping PKH Dusun Terong Tawah dan saya sendiri sebagai Pendamping
PKH Dusun Teluk Waru.
d. Kasus/Permasalahan yang dialami oleh SR ini awalnya terjadi ketika akhir-akhir
ini SR sering sakit-sakitan sedangkan AR bersama istri sibuk kerja dari pagi
hingga malam sehingga tidak bisa merawat SR. Akibatnya SR meminta AR
untuk mengantarkan ke rumah DS. Kebetulan DS tidak bekerja sehingga bisa
merawat SR.
2. Berdasarkan kasus tersebut, uraikan langkah langkah penanganannya. Masing masing aspek
sekurang kurangnya 100 kata.
a. Pendekatanan awal yang dilakukan
1. Membangun Komunikasi
Setelah beberapa kali melakukan kunjungan ke rumah SR namun tidak menemukan
satu orangpun, saya berusaha mencari informasi pada kepala dusun Teluk Waru
terkait keberadaan SR. Setelah ditemui di rumahnya ternyata kepala dusun Teluk
Waru menceritakan bahwa SR sudah tinggal bersama anaknya DS dimana rumah
DS berlokasi di dusun Terong Tawah kecamatan Labuapi. Berada cukup jauh dari
rumah SR. Akhirnya saya memutuskan untuk menghubungi EK selaku pendamping
PKH di wilayah tersebut. Keesokan harinya saya bersama EK berkunjung ke rumah
kepala dusun terong tawah untuk meminta izin melakukan kunjungan ke rumah DS
terkait kegiatan verifikasi dan validasi. Kemudian kami melakukan kunjungan ke
rumah DS dan menemui RS. Namun sayangnya DS tidak mengijinkan kami untuk
melakukan verifikasi dan validasi terhadap ibunya RS. Alasan DS tdak mengijinkan
karena sudah sering dilakukan pendataan namun sampai saat ini ibunya belum
pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
2. Membangun Kepercayaan
Dengan adanya larangan dari DS untuk melakukan verval membuat saya sebagai
pendamping mengalami kesulitan. Namun hal tersebut bukan menjadi halangan.
Saya berusaha memperoleh kepercayaan DS dengan cara memberikan keyakinan
terkait kegiatan tersebut. Dimana kegiatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa
keluarga miskin tersebut benar-benar layak memperoleh bantuan. Saya pun berusaha
meyakinkan suami DS terkait pentingnya mengikuti langkah-langkah kegiatan
verval tersebut.

b. Mengidentifikasi masalah dan potensi/sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi


masalah
1. Identifikasi masalah:
Saya mengidentifikasi masalah yang dihadapi SR yaitu sebagai berikut:
a. SR sering sakit sehingga harus tinggal bersama DS karena AR kerja dari pagi
hingga sore sehingga tidak ada waktu untuk merawat SR.
b. DS sebagai anak dari SR tidak mengizinkan saya untuk melaksanakan verifikasi
dan validasi sebab sudah sering ibunya didata namun sampai saat ini belum
menerima bantuan.

2. Potensi/sumber yang dapat dimanfaatkan:


Potensi adalah segala kekuatan yang dimiliki baik secara internal maupun eksternal
yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan. Sumber adalah segala
sesuatu yang berharga atau bernilai yang dapat digunakan untuk memecahkan
permasalah. Misalnya sumber informal, sumber formal, dan sumber
kemasyarakatan. Potensi yang dapat dimanfaatkan adalah kesadaran diri dari DS
untuk mengizinkan ibunya (SR) untuk dilakukan verifikasi dan validasi. Selain itu
juga potensi yang dapat dimanfaatkan adalah dorongan dan semangat serta motivasi
dari suami DS serta dari dalam diri SR sendiri agar mau mengikuti langkah-langkah
verifikasi dan validasi. Begitupun kepala dusun terong tawah agar bisa memberikan
penguatan dan keyakinan pada DS agar tidak bersikukuh melarang saya untuk
melaksanaan verfikasi dan validasi.
c. Rencana pemecahan masalah
Rencana pemecahan masalah yang dilakukan oleh pendamping, kepala dusun dan
tentunya pihak keluarga SR adalah dengan menjalin komunikasi yang baik. Hal ini
dilakukan sebagai langkah awal agar melancarkan dan memudahkan pemecahan masalah
yang dalam hal ini keluarga SR yang tidak mau mengikuti verval. Dengan komunikasi
yang baik antara pendamping dan klien tentunya bisa membangun kepercayaan klien
kepada pendamping, sehingga klien (SR) mau mengikuti kegiatan verval. Selanjutnya,
rencana pemecahan masalah adalah dengan cara berdiskusi dan bermusyawarah dengan
SR bersama keluarga dengan menghadirkan beberapa sumber penting yaitu; anak-anak
SR, keluarga terdekatnya, kepala dusun dan beberapa tetangga dekatnya.

d. Melaksanakan pemecahan masalah


Setelah pendamping dan pihak-pihak yang terkait menyusun dan menyepakati rencana
pemecahan masalah yang dihadapi oleh SR. Maka pendamping dan pihak-pihak terkait
tersebut melaksanakan rencana pemecahan masalah tersebut pada hari yang sudah
ditentukan, maka kami berdiskusi dan mengadakan musyawarah dengan SR terkait
dengan masalah yang dihadapi sekarang yakni tidak mau mengkuti verval. Kami
memberikan motivasi dan sudut pandang yang baik apabila SR mengikuti kegatan verval
ini. Dampak baik yang dimaksud yakni; dengan mengikuti verval maka kemungkinan
besar data SR akan direkomendasikan untuk masuk data terpadu kesejahteraan sosial
(DTKS) sehingga kemungkinan diwaktu yang akan datang SR akan mendapatkan
bantuan dari pemerintah. Dengan demikian SR tidak perlu mengeluarkan biaya lagi
ketika berobat di layanan kesehatan karena kemungkinan akan mendapatkan kartu
Indonesia sehat (KIS).

e. Megevaluasi hasil yang dicapai dan yang belum dicapai


Dari pelaksanaan pemecahan masalah yang sudah kami lakukan dengan cara
musyawarah bersama pihak-pihak terkait yaitu SR, DS, BD, suami DS, kepala dusun,
keluarga dekat SR, dan tetangga dekat DS maka hasil yang dapat kami capai sebagai
pendamping sosial PKH dalam kasus ini adalah SR mau mengikuti kegiatan verifikasi
dan validasi. SR sangat bermotivasi untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah di
kemudian hari. Hasil yang sudah kami capai sebagai pendamping sosial sampai sejauh
ini, tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan peran aktif semua pihak terkait.

f. Terminasi atau pengakhiran penanganan masalah


Pengakhiran penanganan masalah pada kasus ini karena hasil yang dapat dicapai oleh
pendamping berkat bantuan dan peran aktif beberapa pihak seperti kepala dusun Terong
Tawah, keluarga, tetangga terdekatnya dan dari klien sendiri (SR). SR sempat tidak mau
mengikuti kegiatan verval karena larangan dari DS namun pada akhirnya setelah
diyakinkan melalui musyawarah dari para pihak akhirnya SR bersedia. Pengakhiran
penanganan kasus/permasalah yang dialami SR ini kami akhiri setelah pendamping
melakukan kunjungan ke rumah DS, kemudian kami melakukan pengambilan gambar
(foto) pada SR beserta amiduknya serta rumah SR di Dusun Teluk Waru Desa Labuan
Tereng. Pihak keluarga yang awalnya tidak mengizinkan akhirnya mengucapkan terima
kasih atas upaya kami. Kunjungan yang dilakukan untuk kasus/permasalahan ini baik
pendamping sosial dan pihak terkait juga dihentikan.
3. Berdasarkan penanganan kasus tersebut, jelaskan masing-masing aspek dibawah ini
sekurang-kurangnya 100 kata.

a. Pengetahuan/konsep yang digunakan (sekurang kurangnya 3 pengetahuan/ konsep yang


relevan).
Tiga pengetahuan/konsep yang relevan yang saya gunakan adalah:
1. Dalam agama islam, terdapat beberapa kewajiban yang dilakukan oleh anak
semasa kedua orang tua masih hidup, yaitu mentaati semua perintahnya. Dengan
catatan perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah SWT. Hukum
mentaati kedua orangtua adalah wajib atas setiap muslim dan haram hukumnya
mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai dan
menyakiti mereka berdua. Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh
mendurhakai apa saja yang diperintahkan oleh kedua orangtua. “Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan
menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat
kamu kembali”. (Q.S. Luqman [31]: 15)
2. Permasalahan kemiskinan merupakan Persoalan yang terjadi secara umum di
Indonesia bahkan global. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik disebutkan
bahwa indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan
Indonesia periode bulan September tahun 2016 sampai dengan bulan maret
tahun 2017 di Indonesia mengalami peningkatan dari aspek angka kemiskinan
(Tribhuwana et al., 2019).
3. Proses verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
dengan menggunakan metode home visit diharapkan akan menghasilkan data
baru yang dapat dijadikan pengambilan kebijakan oleh kementerian sosial guna
menentukan masyarakat yang benar-benar berhak untuk menerima bantuan
social dan yang tidak berhak menerima bantuan sosial. Metode home visit
adalah metode yang dilakukan dengan cara datang langsung menemui rumah
calon penerima manfaat bantuan sosial. Dengan menggunakan metode home
visit, data yang didapatkan dilapangan akan valid dan kecil kemungkinan untuk
terdapat asumsi pribadi. Metode home visit menurut Sudrajat dalam adalah salah
satu jenis kegiatan pendukung layanan bimbingan yang dilakukan oleh mentor
dalam rangka mengumpulkan dan melengkapi data atau informasi tentang
responden (Sholeh, 2021).
4. DTKS adalah Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang meliputi Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), Penerima Bantuan dan Pemberdayaan
Sosial serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan (PSKS). DTKS memuat 40%
penduduk yang mempunyai status kesejahteraan social terendah. Keberadaan
DTKS digunakan sebagai rekomendasi bagi Pemerintah dalam memberikan
program bantuan sosial untuk masyarakat miskin dan rentan (Kemensos, 2019).
b. Teknik teknik yang digunakan dalam penanganan kasus 1

Teknik-teknik yang digunakan dalam kasus 1 adalah:


1. Saya menggunakan teknik wawancara untuk menggali kebenaran informasi dari
kasus/permasalahan yang terjadi dengan melibatkan semua pihak terkait.
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung
antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk
mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya. Wawancara
dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara
kepada narasumber. Dalam penanganan masalah SR tidak mau mengikuti verval
ini wawancara merupakan teknik yang paling mendasar untuk mengetahui akar
permasalahannya.
2. Saya menggunakan teknik diskusi dan musyawarah dalam penanganan masalah
SR yang tidak mau mengikuti verval. Dalam hal ini diskusi dan musyawarah
dengan melibatkan semua pihak terkait seperti SR, DS, BD, suami DS, kepala
dusun, keluarga dekat SR, dan tetangga dekat DS akan membantu kita dalam
memecahkan masalah sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
3. Saya menggunakan teknik motivasi, edukasi, pendekatan emosional dan solusi.
Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan
seseorang untuk mencapai tujuan. Edukasi disini saya artikan untuk memberikan
pemahaman bahwa verifikasi dan validasi itu penting. Pendekatan emosianal
dalam kasus ini merupakan suatu usaha untuk menggugah perasaan
dan emosi klien dalam meyakini, memahami diri sendiri, dan untuk mencapai
tujuan pendekatan ini menggunakan metode ceramah, bercerita dan sosiodrama.
Solusi dalam kasus ini adalah kita membantu SR agar mau mengikuti verifikasi
dan validasi (verval).

c. Nilai nilai/ kode etik yang diterapkan dalam penanganan kasus 1


Nilai-nilai/kode etik yang diterapkan dalam pananganan kasus ini adalah:
Nilai yang diterapkan ketika bekerja dengan Klien antara lain: nilai-nilai sosial atau
norma-norma yang berlaku pada masyarakat di mana Klien tinggal. Penulis senantiasa
pula memperhatikan dan komitmen menerapkan Kode Etik Profesi penulis sebagai
pendamping sosial. Satun dalam melayani, Berintegritas tinggi, serta Profesional dalam
mengambil langkah atau memutuskan suatu permasalahan. Penulis juga harus
memberikan keteladanan pada Klien untuk selalu menerapkan nilai-nilai sesuai dengan
adat dan budaya masyarakat, nilai-nilai agama, nilai susila, hukum serta, serta berbagai
nilai lainnya. Pendamping harus mampu menempatkan diri di manapun berada, mampu
merasakan apa yang Klien rasakan, bijak memandang suatu permasalahan dari berbagai
arah bukan hanya dari satu arah sudut pandang pendamping saja. Menghidupkan rasa
simpati dan empati, senantiasa menanamkan disiplin dan menghargai orang lain. Dalam
kasus ini, selain kurangnya pemahaman Klien tentang verifikasi dan validasi Klien juga
terpengaruh larangan DS terkait kegiatan pendataan seperti ini yang berujung sia-sia.
Sehingga, pendamping harus dapat berkomunikasi dengan baik saat proses intervensi
terhadap masalah tersebut karena berkaitan dengan adat dan kebiasaan yang dipegang
keluarga SR. Secara profesional pendamping harus mampu memberikan pemahaman
pada klien terkait pentingnya kegiatan verifikasi dan validasi. Hal tersebut diingatkan
secara santun dan tetap memperhatikan kondisi klien tanpa menggurui. Membangun
kedekatan sosial dan emosional yang baik.
PERNYATAAN PENYUSUN
Saya yang membuat deskripsi diri ini menyatakan bahwa semua yang saya diskripsikan adalah benar
aktivitas saya dan saya sanggup menerima sanksi apapun apabila pernyataan ini dikemudian hari
terbukti tidak benar

……………………………..,
……………………….......

_____________________
Nama Jelas

Anda mungkin juga menyukai