Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PELAKSANAAN LAYANAN

PRAKTIK BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Genap Mata Kuliah


Konsentrasi Pendidik BK Keluarga

Oleh :
DESI RATNA YUNIATI
14.0301.0022

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas dari
sistem nilai yang ada di masyarakat tertentu. Sistem nilai menentukan perilaku
anggota masyarakat. Berbagai sistem nilai ada di masyarakat yaitu: a) nilai agama
saat ini degradasi terhadap agama sangat terasas sekali, semua agama merasakan
bahwa kebanyakan umatnya kurang setia pada agama yang dianutnya. b)
degradasi nilai adat istiadat, yang sering disebut tata susila atau kesopanan, hal ini
dapat dibuktikan pada perilaku anak-anak, remaja saat ini. c) degradasi nilai-nilai
sosial, sebagaimana kita saksikan saat ini, masyrakat sangat individualis
mementingkan diri sendiri dalam segala hal, enggan berbagi harta, pikiran ,saran
dan pendapat, tidak mau bergaul terutama dengan orang rendahan, memutusan tali
silaturrahmi terutama dengan keluarga. d) degradasi kesakralan keluarga, seperti
yang kita lihat saat ini banyak sekali kekisruhan keluarga, banyak sekali kasus
suami membunuh istrinya, dan sebaliknya, ayah membunuh anaknya dan
sebaliknya.
Namun tak dapat dipungkiri, bahwa keluarga modern mempunyai ciri utama
kemajuan dan perkembangan di bidang pendidikan, ekonomi dan pergaulan.
Kebanyakan keluarga modern berada di perkotaan, mungkin juga ada keluarga
modern tinggal di pedesaan, akan tetapi jarang berinteraksi dengan masyrakat
pedesaan. Kelengkapan alat transportasi dan komunikasi memungkinkan mereka
cepat berinteraksi di kota yaitu dengan keluarga lainnya. Namun dibalik semua
itu, terdapat krisis keluarga, artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tak
teratur dan terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan
kehidupan anak-anaknya terutama remaja. Berikut ini adalah faktor-faktor
penyebab terjadinya krisis keluarga yaitu: kurang atau putus komunikasi diantara
anggota keluarga terutama ayah dan ibu, sikap egosentrisme, masalah ekonomi,
masalah kesibukan, masalah pendidikan, masalah perselingkuhan, jauh dari agma.
Dari sekian banyak masalah keluarga yang telah disebutkan di atas, pasti ada
jalan keluar untuk penyelesaian. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan krisis keluarga. Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan
cara modern atau yang sering disebut dengan cara ilmiah. Pemecahan masalah
keluarga dengan cara tradisional terbagi dua bagian. Pertama, kearifan atau
dengancara kasih sayang, kekeluargaan. Kedua orang tua dalam menyelesaikan
krisis keluarga terutama yang berhubungan dengan masalah anak dan istri. Cara
ilmiah adalah cara konseling keluarga (family conseling). Cara ini adalah yang
telah dilakukan oleh para ahli konseling diseluruh dunia. Ada dua pendekatan
dilakukan dalam hal ini: 1). Pendekatan individual atau juga disebut konseling
individual yaitu upaya menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien. 2).
Pendekatan kelompok (family conseling). Yaitu diskusi dalam keluarga yang
dibimbing oleh konselor keluarga.

B. Tujuan
1. Untuk memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota
keluarga.
2. Untuk engubah gangguan dan ketidakfleksibelan peran dan kondisi.
3. Untuk memberikan pelayanan sebagai model dan pendidikan peran
tertentu yang ditunjukan kepada anggota keluarga.
C. Manfaat
1. Membantu anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai secara
emosional bahwa dinamika keluarga adalah kait-mengait diantara anggota
keluarga.
2. Membantu anggota keluarga agar menyadari jika satu anggota
bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada persepsi, ekspektasi dan
interaksi anggota lain.
3. Agar tercapai keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan dan
peningkatan setiap anggota.
4. Mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari hubungan
parental.
ANALISIS HASIL TABULASI PENYEBARAN
ANGKET PERMASALAHAN KELUARGA

Kami menyebar angket permasalahan keluarga pada masyarakat pada ibu-ibu


pengurus Posyandu di Dusun Tlatar Desa Krogowanan Kecamatan Sawangan
Kabupaten Magelang dengan jumlah responden 20 orang.
Dari hasil pengisian angket tersebut kemudian kami melakukan analisis
dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel (Tabel Tabulasi Data Angket
terlampir) dan mendapatkan hasil permasalahan dari urutan yang memiliki nilai
tertinggi sampai terendah sebagai berikut :
No. Aspek Permasalahan Jumlah Total
1. Komunikasi 168
2. Sosial Budaya 158
3. Latar Belakang Keluarga 144
4. Pendidikan Keluarga 119
5. Agama 117
6. Hubungan Seksual 95
7. Ekonomi 88

Analisis tabulasi angket tersebut berguna untuk mengidentifikasi kebutuhan


dari ibu-ibu Posyandu di Dusun Tlatar Desa Krogowanan Kecamatan Sawangan
Kabupaten Magelang. Dari hasil analisis tersebut kemudian kami memberikan
layanan bimbingan dan konseling berdasarkan dari hasil analisis tabulasi angket
tersebut. Layanan bimbingan dan konseling yang kami berikan kepada ibu-ibu
pengurus Posyandu yaitu bimbingan klasikal, layanan bimbingan kelompok,
layanan konseling kelompok dan layanan konseling individu. Kemudian tema
yang kami berikan dalam layanan tersebut sesuai dengan hasil analisis tabulasi
angket tersebut.
Pada halaman selanjutnya kami terdapat empat laporan terkait dengan empat
layanan yang kami laksanakan. Di dalam laporan tersebut berisi proses layanan
berlangsung dari awal sampai akhir.
LAPORAN PELAKSANAAN LAYANAN
PRAKTIK KONSELING INDIVIDUAL

A. Identitas Konseli
Nama : LN
Alamat : Tlatar, Krogowanan, Sawangan
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Etnis : Jawa
B. Deskripsi Masalah yang dikeluhkan (Profil Konseli)
Setelah melakukan pendekatan dan wawancara dengan konseli, dapat
diperoleh identifikasi masalah, dari tahap tersebut diketahui beberapa hal tentang
konseli beserta permasalahan yang dihadapinya, uraiannya adalah sebagai berikut:
LN mengeluhkan sedang memiliki masalah yang mengganggu pikirannya
akhir-akhir ini. Dia menikah dengan pacarnya setelah dia tamat dari bangku SMA,
suaminya juga tamatan SMK. Permasalahannya adalah setelah menikah dia
ditinggal suami bekerja di salah satu perusahaan otomotif di Jakarta. Saya sering
melihat statusnya di akun bbmnya, dia sering menuliskan persoalan dirinya yang
jauh dari suami. Setelah saya berkomunikasi lebih lanjut, LN menyetujui menjadi
konseli saya dan melakukan konseling individu. Persoalannya tentang kehidupan
rumah tangganya, karena dia tinggal dengan mertua dan kakak iparnya. Masalah-
masalah kecil sering menjadi masalah besar. Suatu ketika istri dari kakak iparnya
yang sedang hamil ingin makan mie ayam, kemudian meminta LN untuk
membelikannya padahal suami juga ada dirumah. Namun LN menolaknya karena
memang sedang membantu ibu mertuanya mengemasi sayuran untuk dijual. Lalu
istri dari kakak iparnya merasa tersinggung dan marah-marah sampai melempari
tubuh LN dengan sayuran. Setelah kejadian itu LN pulang kerumah orang tuanya
hingga sekarang. Keadaan emosi LN masih belum stabil untuk menghadapi segala
persoalan rumah tangga, karena usinya yang terbilang masih muda. LN tipe orang
yang sensitif, namun lebih sering memendam perasaannya sendiri. Dia tidak ingin
orang tuanya ikut sedih.
(uraian menggambarkan profil konseli yang menyangkut masalah yang
dikeluhkan, keadaan faktor kognitif konseli, faktor emosi, tingkah laku, faktor
fisik, dan faktor-faktor sosial yang terkait dengan masalah konseli)
C. Diagnosis
Faktor yang menyebabkan permasalahan LN muncul adalah sebagai berikut :
1. Faktor Internal
Faktor internal yang berasal dari diri konseli dan menyebabkan
persoalannya muncul adalah karena konseli merasa tertekan baru menikah
sudah ditinggal kerja suami yang tempatnya jauh. Faktor usia LN yang
terbilang masih muda juga ikut menambah persoalannya semakin
berkepanjangan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang menyebabkan permasalahan LN muncul adalah
kondisi keluarga mertua yang acuh terhadap LN. Orang tua dari suaminya
menuntut balas budi dari anaknya dan menyuruh anaknya untuk bekerja di
luar kota.
D. Prognosis
Berdasarkan analisis permasalahan dan diagnosis diatas, maka permasalahan
tersebut dapat dientaskan melalui kegiatan konseling individu. Guna membantu
permasalahan LN, tahapan rencana pemberian bantuan yang akan diberikan
kepada LN adalah sebagai berikut :
1. Menyambut konseli dengan terbuka dan penuh keakraban
2. Mengerti dan berusaha memahami apa yang dirasakan konseli
3. Membantu konseli dalam pengambilan keputusan atas perilaku-perilaku
yang akan dilakukan
4. Memberikan gambaran-gambaran baik gambaran positif maupun negatif
mengenai perilaku yang diambil
5. Memberi pemahaman untuk menjadi diri sendiri dalam kehidupannya,
sehingga konseli lebih optimis dan semangat dalam menjalani
aktivitasnya
6. Membantu konseli untuk selalu berusaha berfikir secara positif dalam
menjalani aktivitasnya sebagai seorang istri.
7. Memberi pemahaman tentang bagaimana cara menghadapi
permasalahan-permasalahan rumah tangganya, baik dengan mertua
maupun anggota keluarga yang lain.
E. Tujuan Konseling
Konseli melakukan perubahan perilaku, mengkronstruksi pikiran,
mengembangkan kemampuan mengatasi situasi kehidupan, membuat keputusan
yang bermakna bagi dirinya dan berkomitmen untuk mewujudkan keputusan
dengan penuh tanggungjawab dalam kehidupannya.
F. Hasil Layanan yang dicapai
Pada awalnya LN tidak mau mengkomunikasikan permasalahannya dengan
suami maupun anggota keluarga lain, pasca konseling ini dia akan melakukan
perubahan perilaku untuk mencoba berkomunikasi secara baik-baik dengan
suaminya, keluarga dari suaminya dan berkomitmen untuk mewujudkan
keputusannnya tersebut dengan penuh tanggungjawab. Serta LN berusaha untuk
mengembangkan kemampuannya untuk mengatasi situasi dalam kehidupan rumah
tangganya.
G. Layanan Konseling
1. Pendekatan yang digunakan
Treatment yang digunakan dalam membantu menyelesaikan masalah
konseli adalah Pendekatan CCT (Clien Centered Therapy). Pendekatan ini
berpusat pada klien karena dalam proses konseling, konselor memberikan
kesempatan luas kepada klien untuk membuat keputusan. CCT mendasarkan
pandangannya pada sifat dan hakekat manusia. Klien diberi tanggung jawab
dalam pengambilan keputusan lewat konseling, memberikan kebebasan
kepada klien untuk mengekspresikan dirinya dan menentukan cara
menyelesaikan maslahnya. Dasar dari pendekatan CCT adalah bahwa ada
kekuatan-kekuatan atau kemampuan-kemampuan tertentu dalam diri individu
untuk tumbuh dan berkembang, menyesuaikan diri dan memiliki dorongan
yang kuat ke arah kedewasaan dan kemampuan-kemampuan tersebut harus
dihargai.
a. Konsep Dasar
CCT didasari oleh suatu teori kepribadian yang disebut self theory
yang menjelaskan bahwa kepribadian manusia ada 3, yaitu:
1) Organisme, merupakan keseluruhan dan kesatuan individu
2) Lapangan fenomenal, merupakan keseluruhan pengalaman individu
yang sifatnya sadr dan tidak sadar
3) Self, merupakan bagian yang berdiferensiasi dari lapangan
fenomenal yang terdiri atas pola-pola pengmatan yang sadar serta
nilai-nilai dari aku sebagai subyek dan obyek
b. Teknik
Teknik yang dipakai yaitu teknik wawancara, dimana didalam
wawancara terdapat teknik:
1) Acceptance (peneriman)
2) Respect (rasa hormat)
3) Understanding (mengerti, memahami)
4) Reassurance (menentramkan hati, meyakinkan)
5) Encouragement (dorongan)
6) Limited questioning (pertanyaan terbatas)
7) Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)
c. Langkah-langkah konseling yang ditempuh
Kegiatan konseling diawali oleh praktikan dengan memberikan
penjelasan tentang maksud dari konseling, serta menjelaskan asas-asas
yang ada dalam konseling sehingga konseli lebih percaya kepada
praktikan dan konseli mau secara terbuka menceritakan masalahnya.
Konseli pun menceritakan semua permasalahan yang sedang
dialaminya. Mulai dari latar belakang permasalahan, faktor permasalahan
sampai bagaimana keadaan emosi konseli saat masalah tersebut muncul.
Pada saat konseli menceritakan masalahnya, praktikan pun
memposisikan diri dengan baik menggunakan teknik-teknik komunikasi
konseling yang ada. Sehingga konseli lebih terbuka mengenai
masalahnya tersebut. Dalam hal ini praktikan menggunakan kemampuan
attending dan empatinya.
Guna mengatasi maslah krisis kepercayaan diri yang dialami konseli,
praktikan member penjelasan-penjelasan mengenai kepercayaan diri.
Selain itu praktikan mendorong konseli untuk lebih positif dalam berpikir
dan lebih optimis dalam menjani kehidupannya terutama kehidupan
sosial disekolah. Praktikan pun memberikan gambaran-gambaran positif
dan negative mengenai keoercayaan diri, sehingga konseli nantinya
diharapkan mampu memutuskan perilaku apa yang akan diambil. Dimana
konseli nantinya bertanggungjawab atas keputusannya tersebut.
Lagkah-langkah konseling yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1) Pra Konseling
a) Mengumpulkan dan menganalisis data konseli secara
komprehensif (potensi, masalah, latar belakang kondisi konseli)
b) Menyusun RPL konseling
c) Menata ruang
d) Kesiapan pribadi konselor
2) Proses Konseling
a) Membangun relasi
b) Melaksanakan tahapan dan menggunakan teknik konseling
sesuai teori yang dipilih baik secara tunggal maupun integratif.
c) Menutup proses konseling
3) Pasca Konseling
Membuat laporan konseling
d. Pelaksanaan konseling
Hari, Tanggal : Selasa, 30 Mei 2017
Pertemuan ke- : 3 (tiga)
Waktu : pukul 16.30 s/d selesai
Tempat : kediaman LN
H. Tindak Lanjut
Berdasarkan kesepakatan dengan konseli, konselor memonitoring dan
mengevaluasi tindakan/perilaku yang telah direncanakan konseli.

Magelang, Juni 2017


Praktikan,

(Desi Ratna Yuniati)


LAPORAN PELAKSANAAN LAYANAN
PRAKTIK BIMBINGAN KLASIKAL

A. Topik Permasalahan / Bahasan : Membangun Keluarga Sejahtera


B. Jenis Layanan : Informasi
C. Fungsi Layanan : Pemahaman
D. Tujuan Layanan : Konseli memiliki pemahaman dan
kesadaran diri tentang pentingnya membangun keluarga sejahtera.
E. Hasil Yang Dicapai : Peningkatan pemahaman konseli mengenai
cara bagaimana membangun keluarga sejahtera.
F. Sasaran Kegiatan : Ibu-ibu pengurus posyandu Dsn. Tlatar
G. Uraian Kegiatan :
Tahapan Uraian Kegiatan Nilai-Nilai Pend.
Kegiatan Praktikan Peserta (Konseli) Karakter
Apersepsi  Memperkenalkan  Bertanggungjawab
diri  Berdisiplin
 Mengecek  Jujur
kehadiran peserta.  Sopan
 dll  Peduli
 Kerja Keras
Eksplorasi  Pendekatan /  Sikap yang baik
Metode yang  Toleransi
digunakan dalam  Kebenaran
layanan  Tidak mudah
bimbingan putus asa
Elaborasi  Uraian inti  Kreatif
kegiatan  Mandiri
Konfirmasi  Memberikan  Rasa Ingin Tahu
umpan balik  Menghargai
 Memberikan
Pertanyaan kekurangan dan
 Memberikan kelebihan
Kesempatan untuk
bertanya
Penutup  Memberikan
Kesimpulan
 Menutup
pertemuan

H. Materi Layanan : Membangun Keluarga Sejahtera (Materi


Terlampir)
I. Sumber Bahan : Kasriyati. Membangun dan Membina
Keluarga Sejahtera Mandiri. Artikel Ilmiah. Diambil dari
http://kulonprogokab.go.id (diakses tanggal 28 Mei 2017)
J. Tempat Penyelenggaraan : Kediaman Bpk. Kepala Dusun
K. Waktu : 40 Menit
L. Hari/ Tanggal :
M. Pihak Yang Dilibatkan/Disertakan : -
N. Alat dan Perlengkapan : Laptop, hardcopy materi layanan
O. Keterkaitan dengan layanan lain : Himpunan Data Pendukung
P. Rencana Penilaian :
1. Evaluasi Proses :
a. Konselor mengadakan refleksi mengenai kegiatan klasikal.
b. Sikap konseli dalam megikuti kegiatan.
c. Cara konseli menyampaikan pendapat atau bertanya : sesuai dengan
topik/ kurang sesuai dengan topik/ntidak sesuai dengan topik.
d. Cara konseli memberikan penjelasan terhadap pertanyaan konselor :
mudah dipahami/ tidak mudah/ sulit dipahami.
2. Evaluasi Hasil :
a. Merasakan suasana pertemuan : menyenangkan/ kurang
menyenangkan/ tidak menyenangkan.
b. Topik yang dibahas : sangat penting/ kurang penting/ tidak penting.
c. Cara konselor menyampaikan : mudah dipahami/ tidak mudah/ sulit
dipahami
d. Kegiatan yang diikuti : menarik/ kurang menarik/ tidak menarik untuk
diikuti.
Q. Tindak Lanjut
Menindaklanjuti bimbingan klasikal dalam bentuk monitoring kegiatan.
R. Catatan Khusus : -

Magelang, Juni 2017


Praktikan,

(Desi Ratna Yuniati)


LAPORAN PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING KELOMPOK

A. Nama Anggota Kelompok:


1. SL
2. EN
3. SA
4. MT
5. K
B. Hari/ Tanggal : Sabtu/ 17 Juni 2017
C. Tujuan Layanan
Memfasilitasi konseli untuk dapat menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi di dalam keluarga.
D. Waktu : pukul 14.00 s/d selesai
E. Tempat : Kediaman Bpk. Kepala Dusun
F. Deskripsi Masalah : Permasalahan Anak
G. Uraian Kegiatan
a. Tahap Pembentukan
1) Konselor meminta anggota kelompok untuk membaca doa menurut
kepercayaan masing-masing sebagai pembukaan
2) Mengucapkan rasa terima kasih pada anggota kelompok telah
bersedia hadir dalam kegiatan
3) Konselor mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan
kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling
4) Menjelaskan asas-asas, dan cara dalam konseling kelompok
5) Konselor meminta anggota kelompok untuk saling
memperkenalkan dan mengungkapkan diri secara berantai
6) Konselor mengajak anggota kelompok untuk menyerukan jargon
penyemangat ketika PK mengucapkan “Ibu Pintar” konseli
menjawab “Siap Membangun Bangsa” dengan mengepalkan tangan
kedepan, sebagai usaha pengakraban dan penghangatan antar
anggota kelompok.
b. Tahap Peralihan
1) Menjelaskan kegiatan bimbingan kelompok yang akan ditempuh
pada tahap berikutnya.
2) Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap
menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya
3) Membahas suasana yang terjadi
c. Tahap Kegiatan
1) Konselor memulai kegiatan inti dengan mengumpulkan
permasalahan konseli. Konseli mengungkapkan masalah secara
sukarela tanpa ditunjuk.
a) Ibu SL mengungkapkan permasalahannya terlebih dahulu,
beliau mengungkapkan tentang kegelisahannya karena nilai
matematika anaknya rendah.
b) Ibu EN mengungkapkan mengenai permasalahan anaknya
yang menurut dia sering menjadi profokator ketika bermain
dengan teman-temannya.
c) Ibu SA juga mengungkapkan hal yang sama mengenai
kegelisahannya, bahwa anaknya juga sering tidak ada teman
untuk bermain karena sering menjadi profokator ketika
bermain.
d) Ibu MT mengungkapkan mengenai masalah anaknya yang
memiliki motivasi belajar rendah.
2) Konselor mengembalikan kepada kelompok masalah siapa yang
akan dibahas. Kemudian semua menyepakati masalah yang akan
diselesaikan terlebih dahulu yaitu masalah Ibu SL.
3) Konselor meminta kepada anggota kelompok lain untuk
memberikan tanggapan ataupun bertanya kepada Ibu SL mengenai
permasalahannya.
a) Menurut Ibu EN sebagai orangtua jangan memandang
kemampuan anak hanya dilihat dari nilai matematika.
Orangtua diharapkan dapat selalu mendukung dan memantau
potensi yang dimiliki oleh anaknya. Menanyakan kepada anak
minat atau arah potensinya itu dimana. Kemundian Ibu EN
juga memberikan solusi terhadap permasalahan anak Ibu SL
yang nilai matematikanya rendah, diantaranya yaitu dengan
mengikuti kegiatan bimbingan belajar (les) dan memberi
kesempatan anak untuk belajar secara kelompok dengan
temannya agar dapat saling tanya jawab ketika belajar.
b) Ibu SL menanggapi bahwa benar kecenderungan arah minat
anaknya yaitu pada pelajaran bahasa inggris.
c) Kemudian konselor mengembalikan kepada Ibu SL mengenai
solusi yang sudah diberikan oleh Ibu EN apakah dapat diterima
dan beliau menjawab terimakasih dan akan mencoba untuk
menerapkannya.
d) Karena waktu dipandang masih cukup, anggota kelompok
memutuskan untuk membahas satu permasalahan lagi, yaitu
permasalahannya Ibu EN yang hampir sama dengan
permasalahannya Ibu SA mengenai kegelisahannya bahwa
anaknya sering menjadi profokator ketika bermain dengan
temannya.
e) Karena permaslahannya hampir sama Ibu EN dan Ibu SA
saling memberi tanggapan dan solusinya. Setelah berdiskusi
cukup lama justru Ibu EN dapat membuat solusi sendiri bahwa
sebagai orangtua dapat mengarahkan sifat profokator anaknya
tersebut kearah yang lebih positif seperti memunculkan sifat
kreatif dan inovatif. Kemudian Ibu SA juga menerima solusi
dari Ibu EN.
4) Konselor menyimpulkan saran, pendapat, dan solusi dari anggota
kelompok
Dari diskusi yang panjang disimpulkan bahwa sebagai orangtua
dalam menyikapi permasalahan anaknya diharapkan dapat terus
memberikan dukungan dan mengarahkan anaknya tidak sesuai dengan
yang orangtua harapkan namun sesuai dengan potensi dan sifat yang
dimiliki anak.
d. Tahap Pengakhiran
1) Konselor mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan bimbingan
kelompok
2) Anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan
bimbingan kelompok.
3) Membahas kegiatan selanjutnya
4) Mengemukakan pesan dan harapan
5) Memberikan apresiasi dengan mengajak anggota kelompok bertepuk
tangan dan menyerukan jargon penyemangat lagi ketika PK
mengucapkan “Ibu Pintar” konseli menjawab “Siap Membangun
Bangsa” dengan mengepalkan tangan kedepan.
6) Berdoa dan mengucapkan salam
F. Rencana Penilaian
1. Evaluasi Proses
a. Konselor terlibat dalam menumbuhkan antuisme peserta dalam
mengikuti kegiatan.
b. Konselor membangun dinamika kelompok
c. Konselor memberikan penguatan peserta dalam membuat langkah
yang akan dilakukan.
2. Evaluasi Hasil
a. Mengajukan pertanyaan untuk mengungkap penagalaman konseli
dalam kegiatan.
b. Mengamati perubahan perilaku peserta setelah kegiatan.
G. Tindak Lanjut
Menetapkan tindak lanjut kegiatan yang dibutuhkan secara individual setiap
anggota kelompok sehingga masalah konseli betul-betul terentaskan.
Magelang, Juni 2017
Praktikan,

(Desi Ratna Yuniati)


LAPORAN PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN KELOMPOK

A. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan Kelompok


B. Jenis Topik : Topik Tugas
C. Topik Layanan : Membangun Keluarga Berencana
D. Bidang : Bidang Pribadi
Bimbingan
E. Fungsi Layanan : Pemahaman, Pemeliharaan dan Pengembangan
F. Tujuan Layanan : Menambah wawasan, ketrampilan, nilai dan sikap
peserta mengenai keluarga berencana.
G. Hasil yang ingin : Peningkatan pemahaman peserta mengenai
dicapai pentingnya membangun keluarga berencana.
H. Sasaran Layanan : Triyani
Dwi Lestari
Lia Kusumadewi
R Asri Endang P.
Ch Erna S.
I. Hari/ Tanggal : Minggu/ 18 Juni 2017
J. Jam Layanan : 13.00 s/d selesai
K. Tempat Layanan : Rumah Praktikan
L. Pelaksana : Desi Ratna Yuniati
Layanan
M. Pihak yang : -
dilibatkan
N. Alat yang dipakai : -
O. Catatan Khusus :
P. Uraian Kegiatan :
1. Tahap : a. Salam, PK mengucapkan “Assalamua’laikum
Pembentukan wr.wb” dan selamat sore.
b. Ucapan terimakasih atas kehadiran, PK
mengucapkan rasa terima kasih kepada anggota
kelompok yang telah bersedia hadir dalam
kegiatan, serta memberikan keterangan semoga
keikhlasan anggota kelompok karena telah
berkenan hadir dibalas oleh Tuhan YME.
c. Berdoa, PK memimpin untuk membaca doa
menurut kepercayaan masing-masing sebagai
pembuka agar kegiatan diberikan kelancaran.
d. Penyampaian maksud dan tujuan kegiatan, PK
menyampaikan alasan mengapa dikumpulkan
ditempat tersebut diatas yaitu untuk
melaksanakan diskusi bersama atau sharing
mengenai beberapa hal yang penting sesuai
kebutuhan.
e. Penyampaian pengertian, tujuan, dan manfaat,
PK menyampaikan pengertian bimbingan
kelompok adalah salah satu layanan dalam
bimbingan konseling yang membahas hal-hal,
topik, atau permasalahan yang penting pada
saat ini, sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari
bimbingan kelompok ini yaitu untuk
menambah ketrampilan, nilai, norma dan sikap
anggota kelompok mengenai keluarga
berencana. Selain itu, tujuan bimbingan
kelompok yang lain adalah untuk mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi,
wawasan dan sikap yang menunjang
perwujudan tingkah laku yang lebih efektif
bagi para anggota kelompok. Kemudian PK
menjelaskan kepada anggota kelompok
mengenai manfaat bimbingan kelompok:
1) Menjalin keakraban sesama anggota
kelompok.
2) Memperoleh banyak wawasan baru.
3) Melatih ketrampilan berkomunikasi.
f. Penyampaian asas-asas bimbingan kelompok,
PK menyampaikan harapan kepada anggota
kelompok agar dapat secara sukarela dan
terbuka menyampaikan gagasan, ide maupun
pendapatnya. Kemudian dapat menjaga rahasia
seandainya terdapat hal-hal yang dianggap
penting oleh kelompok, serta dapat bersikap
normatif sesuai dengan adat kebiasaan
masyarakat dilingkungan sekitar.
g. Keakraban, PK memperkenalkan diri dan
dilanjutkan peserta juga memperkenalkan diri.
Kemudian PK meminta anggota kelompok
untuk menyerukan jargon penyemangat ketika
PK mengucapkan “Ibu Pintar” konseli
menjawab “Siap Membangun Bangsa” dengan
mengepalkan tangan kedepan, sebagai usaha
pengakraban dan penghangatan antar anggota
kelompok.
2. Tahap : a. Menanyakan dan memastikan kesiapan
Peralihan anggota, PK menanyakan kepada anggota
kelompok apakah sudah siap untuk
melanjutkan kegiatan selanjutnya.
b. Menjelaskan kembali secara singkat mengenai
pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan
kelompok, PK menyampaikan kembali secara
singkat mengenai bimbingan kelompok dan
menyampaikan aturan dalam berdiskusi, yaitu
ketika anggota kelompok akan menyampaikan
gagasan, ide, maupun pendapatnya agar dapat
mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
c. Menegaskan janji kerahasiaan, PK
menyampaikan kembali kepada anggota
kelompok, bahwa apabila terdapat hal-hal yang
dianggap penting dan rahasia oleh kelompok
maka diharapkan dapat menjaga rahasia
tersebut agar tidak sampai diketahui oleh orang
lain.
3. Tahap : a. Menentukan topik, topik tugas mengenai
Kegiatan membangun keluarga berencana.
b. Prolog atau pengantar dari pimpinan kelompok,
PK menyampaikan mengenai latar belakang
pentingnya untuk membangun keluarga
berencana.
c. Penyampaian pengalaman baik yang bersifat
langsung maupun tidak langsung oleh anggota
kelompok:
1) Ibu Antik : menyampaikan bahwa secata
teori telah memahami mengenai program
keluarga berencana, namun secara
praktiknya beliau juga gagal untuk
menerapkan program dua anak cukup.
Beliau memiliki anak 4 dengan jarak yang
tidak dekat-dekat.
2) Ibu Lia : menyampaikan pengalaman
bahwa beliau sebenarnya dia juga
menrencanakan untuk mengatur jarak
kelahiran anak. Namun ketika mengunjungi
bidan ternyata dengan kondisi tubuh dan
kesehatan beliau hanya cocok untuk KB
dengan IUD. Ada perasaan takut, dan
akhirnya karena menunda-menunda untuk
memasang KB menjadi gagal untuk
mengatur jarak kelahiran anak.
3) Ibu Antik juga memberikan tanggapan
mengenai pengalaman dari Ibu Lia, bahwa
benar untuk melakukan KB tidak bisa
sembarangan, pengalaman beliau juga
bahwa dulu ketika akan melakukan KB
dengan alasan kesehatan dan kondisi rahim
beliau disarankan hanya menggunakan
IUD. Beliau takut dan mau melakukan KB
suntik takut gemuk, ketika ada solusi lain
dengan melakukan vasektomi namun
ternyata ada persyaratan tertentu.
d. Pembahasan Apa, Mengapa, dan Bagaimana
(AMB).
1) Apa yang dimaksud dengan keluarga
berencana?
a) Ibu Nik : mempersiapkan jarak
kelahiran anak dengan program dua
anak cukup.
b) Ibu Dwi : upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
c) Ibu Antik : menambahkan pernyataan
Ibu Dwi yaitu upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga
melalui program keluarga berencana
atau lebih dikenal dengan dua anak
lebih baik.
d) Ibu Lia : memberikan keterangan
bahwa menurutnya keluarga berencana
itu tidak hanya cukup dengan dua anak
dalam keluarga, namun perencanaan
pendidikan, keuangan dll.
2) Mengapa perlu membangun keluarga
berencana?
a) Ibu Lia : dengan merencanakan jarak
kelahiran anak akan mendapatkan
kasih sayang yang cukup dari orangtua.
b) Ibu Dwi : agar orangtua dapat lebih
fokus dalam mendidik anak dan dapat
lebih memahami karakter anaknya.
c) Ibu Antik : dengan merencanakan
segala sesuatu dalam keluarga baik itu
pendidikan, ekonomi, dan kesehatan
keluarga akan lebih termanagemen.
3) Bagaimana cara untuk mewujudkan
keluarga berencana ?
a) Ibu Lia : mengatur jarak kelahiran anak.
b) Ibu Nik : merencanakan keuangan
keluarga dan pendidikan anak.
c) Ibu Antik : mengarahkan anggota
keluarga untuk bersama-sama menjaga
kesehatan agar tercipta keluarga sehat
dan berkualitas. Bagi Ibu-ibu yang
melakukan KB juga diharapkan dapat
selalu mengontrol kesehatan dengan
mengikuti posyandu secara rutin. Ibu
Antik juga menambahkan dari segi
pendidikan anak, sebagai orang tua
diharapkan dapat terus mencari
informasi terkait isu-isu pendidikan
seperti beasiswa, sekolah yang bagus
untuk anak itu seperti apa dll.
e. Membuat kesimpulan atau komitmen anggota
kelompok.
4. Tahap : a. Penyampaian kesan dan pesan oleh perwakilan
Pengakhiran anggota kelompok.
1) Ibu Lia : dengan adanya bimbingan
kelompok ini mendapatkan ilmu baru.
2) Ibu Antik : memperoleh pengalaman yang
baru dan melalui diskusi ini dapat
memahami teorinya.
b. Kesepakatan kegiatan yang akan datang atau
selanjutnya.
c. Mengakhiri dengan jargon yang sama agar
menciptakan kesan yang mendalam, PK
menyampaikan permohonan maaf apablia
dalam bertuturkata dan bersikap ada hal-hal
yang menginggung peserta. Doa sebagai
penutup, berdoa menurut keyakinan dan
kepercayaan masing-masing.
5. Evaluasi 1.: a. Evaluasi Proses
1) Konselor terlibat dalam menumbuhkan
antuisme peserta dalam mengikuti kegiatan.
2) Konselor membangun dinamika kelompok
3) Konselor memberikan penguatan peserta
dalam membuat langkah yang akan dilakukan.
2. b. Evaluasi Hasil
1) Mengajukan pertanyaan untuk mengungkap
penagalaman konseli dalam kegiatan.
2) Mengamati perubahan perilaku peserta setelah
kegiatan.

R. Tindak Lanjut : Dapat dilaksanakan tidak hanya satu kali pertemuan


karena berdiskusi mengenai keluarga sangat
dibutuhkan oleh peserta.

Magelang, Juni 2017


Praktikan,

Desi Ratna Yuniati


NPM 14.0301.0022
DAFTAR PUSTAKA

Kasriyati. Membangun dan Membina Keluarga Sejahtera Mandiri. Artikel Ilmiah.

Diambil dari http://kulonprogokab.go.id (diakses tanggal 28 Mei 2017)

Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Artikel Ilmiah. Diambil dari

http://bkkbn.go.id (diakses tanggal 28 Mei 2017)

Lubis, Namora Lumongga. 2013. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam

Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana

Willis, Sofyan. S. 2008. Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung:

Alfabeta

Yurnalis. 2014. Sosialisasi Bimbingan Konseling Keluarga. Jurnal Nasional.

Vol.13 (2)
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
PRAKTIK KONSELING INDIVIDUAL

1. Nama Konseli : LN
2. Alamat : Tlatar, Krogowanan, Sawangan
3. Jenis Kelamin :P
4. Umur : 21 tahun
5. Hari, Tanggal : Sabtu, 3 Juni 2017
6. Waktu : 30 menit
7. Tempat : Rumah LN
8. Gejala yang nampak/keluhan : Sering membuat status di media sosial
tentang kegelisahannya dan upload foto-foto sedih.

Magelang, Juni 2017


Praktikan,

Desi Ratna Yuniati


NPM 14.0301.0022
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
PRAKTIK KONSELING KELOMPOK

1. Nama Konseli : SL, EN, SA, MT, K, AE


2. Alamat : Tlatar, Krogowanan, Sawangan
3. Hari, Tanggal : Sabtu, 3 Juni 2017
4. Pertemuan ke- : 1 (satu)
5. Waktu : 45 menit
6. Tempat : Rumah Bapak Kepala Dusun
7. Media yang diperlukan :-

Magelang, Juni 2017


Praktikan,

Desi Ratna Yuniati


NPM 14.0301.0022
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
BIMBINGAN KLASIKAL

A. Topik Permasalahan / Bahasan : Membangun Keluarga Sejahtera


B. Aspek Perkembangan : Pengembangan Diri
C. Bidang Bimbingan : Bimbingan Pribadi
D. Jenis Layanan : Informasi
E. Fungsi Layanan : Pemahaman
F. Tujuan Layanan : Konseli memiliki pemahaman dan
kesadaran diri tentang pentingnya membangun keluarga sejahtera.
G. Hasil Yang Ingin Dicapai : Peningkatan pemahaman konseli
mengenai cara bagaimana membangun keluarga sejahtera.
H. Sasaran Kegiatan : Ibu-ibu pengurus posyandu Dsn. Tlatar
I. Uraian Kegiatan :
Tahapan Uraian Kegiatan Nilai-Nilai Pend.
Kegiatan Praktikan Peserta Karakter
(Konseli)
Apersepsi  Memperkenalka  Bertanggungjawab
n diri  Berdisiplin
 Mengecek  Jujur
kehadiran  Sopan
peserta.  Peduli
 dll  Kerja Keras
Eksplorasi  Pendekatan /  Sikap yang baik
Metode yang  Toleransi
digunakan  Kebenaran
dalam layanan  Tidak mudah
bimbingan putus asa
Elaborasi  Uraian inti  Kreatif
kegiatan
Konfirmasi  Memberikan  Mandiri
umpan balik  Rasa Ingin Tahu
 Memberikan  Menghargai
Pertanyaan kekurangan dan
 Memberikan kelebihan
Kesempatan
untuk bertanya
Penutup  Memberikan
Kesimpulan
 Menutup
pertemuan

J. Materi Layanan : Membangun Keluarga Sejahtera (Materi


Terlampir)
K. Sumber Bahan : Kasriyati. Membangun dan Membina
Keluarga Sejahtera Mandiri. Artikel Ilmiah. Diambil dari
http://kulonprogokab.go.id (diakses tanggal 28 Mei 2017)
L. Tempat Penyelenggaraan : Kediaman Bpk. Kepala Dusun Tlatar
M. Waktu : 40 Menit
N. Hari/ Tanggal :
O. Semester : Genap.
P. Pihak Yang Dilibatkan/Disertakan : -
Q. Alat dan Perlengkapan : Laptop, hardcopy materi layanan
R. Keterkaitan dengan layanan lain : Himpunan Data Pendukung
S. Rencana Penilaian :
1. Evaluasi Proses :
a. Konselor mengadakan refleksi mengenai kegiatan klasikal.
b. Sikap konseli dalam megikuti kegiatan.
c. Cara konseli menyampaikan pendapat atau bertanya : sesuai dengan
topik/ kurang sesuai dengan topik/ntidak sesuai dengan topik.
d. Cara konseli memberikan penjelasan terhadap pertanyaan konselor :
mudah dipahami/ tidak mudah/ sulit dipahami.
2. Evaluasi Hasil :
a. Merasakan suasana pertemuan : menyenangkan/ kurang
menyenangkan/ tidak menyenangkan.
b. Topik yang dibahas : sangat penting/ kurang penting/ tidak penting.
c. Cara konselor menyampaikan : mudah dipahami/ tidak mudah/ sulit
dipahami
d. Kegiatan yang diikuti : menarik/ kurang menarik/ tidak menarik untuk
diikuti.
T. Tindak Lanjut
Menindaklanjuti bimbingan klasikal dalam bentuk monitoring kegiatan.
U. Catatan Khusus : -
Magelang, Juni 2017
Praktikan,

(Desi Ratna Yuniati)


RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
PRAKTIK BIMBINGAN KELOMPOK

A. Komponen Layanan Layanan dasar


B. Bidang Layanan Bidang Pribadi
C. Fungsi Layanan Pemahaman , Pencegahan, Pemeliharaan dan Pengembangan
Menambah wawasan, ketrampilan, nilai dan sikap peserta mengenai
D. Tujuan
keluarga berencana.
E. Topik Tugas
F. Materi Membangun Keluarga Berencana
G. Sasaran Layanan Ibu-ibu pengurus posyandu Dsn. Tlatar
H. Metode dan Teknik Diskusi Kelompok
I. Waktu 45 menit
J. Media/Alat -
Tanggal
K.
Pelaksanaan 10 Juni 2017
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Artikel

L. Sumber Bacaan Ilmiah.Diambil dari http://bkkbn.go.id (diakses tanggal 28 Mei

2017)

M. Uraian Kegiatan
1. Tahap Awal
a. Konselor menyapa peserta (konseli) dengan kalimat salam.
a. Pernyataan tujuan b. Konselor menyampaikan tujuan khusus yang akan dicapai
meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotor.

b. Pembentukan
Menjelaskan proses pelaksanaan kegiatan bimbingan melalui diskusi
kelompok
kelompok dengan membahas topik membangun keluarga berencana.
Memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan secara
c. Konsolidasi operasional dan menanyakan kepada peserta (konseli) tentang
kegiatan yang akan dilakukannya.
d. Tahap Peralihan
Guru BK/konselor
a. Guru BK/konselor menanyakan kesiapan kelompok dalam
menanyakan kalau
melaksanakan tugas.
ada siswa yang
b. Guru BK/konselor memberi kesempatan bertanya kepada setiap
belum mengerti dan
anggota kelompok tentang tugas-tugas yang belum mereka pahami.
memberikan
c. Guru BK/konselor menjelaskan kembali secara singkat tentang
penjelasan
tugas dan tanggung jawab peserta dalam melakukan kegiatan.
(Storming).
Guru BK/konselor
menyiapkan siswa
a. Guru BK/konselor menanyakan kesiapan kelompok dalam
untuk melakukan
melaksanakan tugas.
komitmen tentang
b. Setelah semua peserta menyatakan siap, kemudian guru BK/
kegiatan yang akan
konselor memulai masuk ke tahap inti.
dilakukan
(Norming)
2. Tahap Inti/Kerja
Pelaksanaan sosiodrama
3. Tahap Pengakhiran
a. Guru BK/konselor memberikan penguatan terhadap aspek tertentu
dari hasil sosiodrama.
Guru BK/konselor b. Guru BK/konselor menyimpulkan hasil sosiodrama
memimpin diskusi c. Merencanakan tindak lanjut yaitu mengembangkan aspek
kerjasama.
d. Menutup kegiatan layanan secara simpatik (Framming)
N. Evaluasi
a. Guru BK/konselor terlibat dalam menumbuhkan antusiasme
peserta dalam mengikuti kegiatan.
1. Evaluasi Proses b. Guru BK/konselor membangun dinamika kelompok.
c. Guru BK/konselor memberikan penguatan pada peserta
didik/konseli dalam melaksanakan kegiatan
a. Mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengalaman konseli
dalam bimbingan kelompok.
2. Evaluasi Hasil
b. Mengamati perubahan perilaku peserta didik/konseli setelah
bimbingan kelompok.

Magelang, Juni 2017


Praktikan,

(Desi Ratna Yuniati)


Dokumentasi
MATERI BIMBINGAN KLASIKAL

Membangun dan Membina Keluarga Sejahtera Mandiri

Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas


perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang
layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi,
selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan. KB (Keluarga Berencana) merupakan salah satu program pemerintah
dalam rangka mengentaskan kemiskinan, yaitu dengan cara mengatur perkawinan,
mengatur reproduksi, mengatur jarak kelahiran, dan mengatur jumlah anak yang ideal
dalam suatu keluarga. Program KB diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, sehingga bisa memutus mata rantai kemiskinan. Logika sederhananya,
lebih mudah mendidik dan mengasuh 1 atau 2 orang anak daripada 5 sampai 7 anak
dengan kondisi ekonomi pas-pasan.
Studi kasus di negara-negara maju, kesadaran akan pentingnya keluarga kecil
bahagia, sehat, dan sejahtera sudah menjadi hal yang sangat mendasar. Di Cina
misalnya, ada Undang-Undang yang mengatur bahwa setiap keluarga hanya boleh
memiliki satu orang anak, dan apabila lebih akan mendapat sangsi yang berat. Di
Amerika, pasangan menikah banyak yang tidak berani memiliki anak karena belum
memiliki pekerjaan tetap yang bisa menjamin ekonomi rumah tangga. Namun
berbeda halnya dengan masyarakat Indonesia. Kita sering mendapatkan pasangan
yang sudah memiliki 1-3 anak namun belum memiliki pekerjaan tetap. Oleh karena
itu, untuk membangun kesadaran tentang pentingnya KB maka perlu dilakukan
sosialisasi terus menerus dengan berbagai pendekatan sosial.
Keberhasilan program KB akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, kegagalan KB akan berakibat pada ledakan jumlah penduduk dan
menimbulkan masalah sosial karena keterbatasan lapangan pekerjaan, keterbatasan
pangan, dan sebagainya. Sehingga, jumlah pengangguran akan meningkat, jumlah
kemiskinan bertambah, dan seterusnya. Pada prinsipnya, program KB tidak hanya
dikhusukan kepada masyarakat miskin, tetapi kepada seluruh lapisan masyarakat
dalam satu kesatuan pembangunan perempuan. Di samping manfaat KB juga
berkaitan dengan masalah kesehatan keluarga terutama para Ibu. BKKBN pada 2010
menargetkan peserta KB baru sekitar 7;1 juta. Dari jumlah itu, 3,7 juta di antaranya
adalah keluarga prasejahtera, sejahtera I, dan keluarga miskin.
Program KB sangat terkait dengan kebijakan pemberdayaan perempuan
dalam mendukung terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender. Kebijakan itu
diterjemahkan dalam beberapa program aksi. Pertama, peningkatan kesempatan bagi
kaum perempuan untuk menikmati pendidikan di semua jejaring, sehingga mereka
memiliki posisi tawar yang tinggi menuju terciptanya keadilan dan kesetaraan gender.
Kedua, peningkatan partisipasi masyarakat untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu dan anak serta menjaga kesehatan reproduksi, termasuk dalam keluarga
berencana. Ketiga, peningkatan akses kaum perempuan untuk berusaha di bidang
ekonomi produktif, termasuk mendapatkan modal pelatihan usaha, program perluasan
kesempatan kerja dan informasi pasar, sehingga dapat mendorong lahirnya
kemandirian kaum perempuan dalam berwirausaha. Keempat, peningkatan partisipasi
perempuan dalam pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan, sehingga
tercipta kesinambungan perempuan di berbagai sector. Kelima, peningkatan
perlindungan terhadap perempuan dan anak guna mencegah terjadinya diskriminasi,
eksploitasi, kekerasan dan bahkan tindak perdagangan perempuan dan anak
(Traffiking) yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip keterpaduan dan
keseimbangan.
A. Konsep Keluarga Sejahtera
Pembangunan masyarakat sangat tergantung kepada kehidupan keluarga yang
menjadi bagian inti dari masyarakat itu, sehingga keluarga memiliki nilai strategis
dalam pembangunan nasional serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia
seutuhnya. Masalah yang kita hadapi saat ini masih banyaknya keluarga di Indonesia
ini yang berada dalam kondisi prasejahtera, adalah kewajiban kita semua untuk
meningkatkan mereka sehingga mencapai keluarga sejahtera. Untuk mewujudkan
tujuan pembangunan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya pembinaan keluarga
dari berbagai aspek kehidupan termasuk segi kesehatannya. Perawat dengan perannya
sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai andil yang cukup besar dan
sangat diharapkan dalam mewujudkan upaya pembinaan keluarga tersebut sehingga
terciptalah suatu keluarga sejahtera yang pada akhirnya akan membentuk masyarakat
dan Negara yang sejahtera pula.
B. Pengertian Sejahtera
Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan, antara lain :”
“Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan
tentram”. (Depdiknas, 2001:1011)
“Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”.
(BKKBN,1994:5)
Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan
juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan
kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga
1. Faktor intern keluarga
a. Jumlah anggota keluarga
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak
hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan
saran pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah,
saran untuk transportasi dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih
memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil.
b. Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga.
Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya,
akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan
hati. Sebaliknya tempat tinggal yang tidak teratur, tidak jarang meninbulkan
kebosanan untuk menempati. Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara
anggota keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa
nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat tinggal.
c. Keadaan sosial ekonomi kelurga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah
keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik
atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan
hati dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan
yang benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak
dengan adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling
mempercayai.
d. Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat
meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan
keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin banyak sumber-sumber keuangan/
pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun
sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah,
pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.
2. Faktor ekstern
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya
kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan,
karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan
kesejahteraan keluarga.
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin
anggota keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:
• Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
• Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
• Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita
rendah, inflasi. (BKKBN, 1994 : 18-21)
D. Tahapan-Tahapan Kesejahteraan
1. Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need)
secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan
dan KB.
• Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga
• Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam
sehari.
• Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja,
sekolah atau berpergian.
• Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.
• Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran
kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara
minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti
kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi.
Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan
sosial psikologi belum terpenuhi yaitu:
• Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
• Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur.
• Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru
pertahun
• Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah
• Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat
• Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.
• Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin.
• Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini
• Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai
kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
3. Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga
telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.
Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah
terpenuhi (a s/d n telah terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:
• Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.
• Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
• Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
• Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.
• Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.
• Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.
• Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi
daerah.
4. Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan
berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan
pengembangan telah terpenuhi (a s/d u) telah terpenuhi) namun kepedulian belum
yaitu:
• Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial/masyarakat dalam bentuk material.
• Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan
atau yayasan atau instansi masyarakat. (BKKBN,1994:21-23).
• Kesejahteraan pada hakekatnya dapat terpenuhinya kebutuhan (pangan,
sandang, dan papan) yang harus dipenuhi dengan kekayaan atau pendapatan
yang dimiliki barulah dikatakan makmur dan sejahtera
E. Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
1. Keluarga kecil bahagia sejahtera.
Berdasarkan undang-undang no. 10 tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri atas suatu suami, istri dan anaknya, atau ayah dengan
anaknya atau ibu dengan anaknya.Keluarga sejahtera merupakan keluarga yang sah
menurut agama dan undang-undang serta memiliki ketahanan, baik secara fisik
maupun non-fisik, mampu memperbaiki dan meningkatkan kondisi mental, fisik dan
sosial keluarga serta mampu menanamkan nilai-nlai luhur budaya bangsa dan agama.
Untuk menciptakan keluarga sejahtera hendaknya ditumbuh kembangkan
kedsadaran di tengah masyarakat pentingnya norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera, yang dilandasi oleh rasa tanggung jawab, nilai-nilai agama dan nilai-nilai
luhur bangsa.
2. Peranan alat kontrasepsi dalam keluarga berencana.
Program Keluarga Berencana dilakukan dengan cara menjarangkan atau mengatur
atau mengendaikan kelahiran.
Beberapa cara mengontrol proses kelahiran antara lain:
a. Pengangkatan gonad atau uterus.
1) Pengangkatan testes dinamakan hastrasi.
2) Pengangkatan ovarium dinamakan oophorektomi.
3) Pengangkatan uterus dinamakan histeroktomi.
b. Sterilisasi.
Pada laki-laki dilakuksan dengan cara memotong saluran sperma.
Sedangkan pada perempuan dengan cara memotong atau mengikat
tubavalopi.
c. Kontrasepsi.
Merupakan usaha pencegahan pembuahan tanpa merusak kesuburan
dengan cara:
1) Cara alami, yaitu mencegah kehamilan dilakukan dengan cara
melakukan kopulasi di luar vagina.
2) Cara kimiawi, dengan metode spermisidal dan hormonal.
3) Cara mekanis, meliputi pemakaian kondom ataupun dengan
menggunakan IUD (Infra Ufrime Devide)
3. Proses sosialisasi Keluarga bahagia dan sejahtera.
Fungsi keluarga dalam masyarakat salah satunya fungsi sosialisasi bagi anak-
anak. Menurut Yaumil Agoes A. (1995:6) proses sosialisasi adalah proses menjadikan
seseorang dalam hal ini anak, tumbuh kembang sebagai warga masyarakat yang
memahami, menghayati dengan tingkahlaku yang sesuai dengan kebiasaan dan adat
istiadat pada masyarakat setempat, yang melipiti niali-nilai dan norma-norma. Nilai-
nilai yang diinginkan antara lain:
a. Nilai tatakrama.
b. Nilai sopan-santun.
c. Nilai kebersamaan dan gotong royong.
d. Nilai teloransi.
e. Nilai ketelitian, kerapian, kedisiplinan dan kesempurnaan.
f. Nilai kesabaran dan keuletan.
Kasriyati, S.Pd.
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB)
Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo

Sumber :
www.antaranews.com
http://gloriabetsy.blogspot.com/2012/12/konsep-keluarga-sejahterah.html
http://jumridahusni.blogspot.com/2011/02/norma-keluarga-kecil-bahagia-
sejahtera.html
MATERI BIMBINGAN KELOMPOK
KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

I. Pendahuluan

Salah satu tujuan dari membentuk


keluarga agar mempunyai keturunan yang
sehat jasmani dan rohani. Orang tua
menginginkan anaknya sehat jasmani, kuat
dan terampil dengan otak yang cerdas
dengan hati nurani yang lembut dan
bertaqwa, sehingga orang tua selalu
memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa
agar dikarunia anak yang sehat jasmani,
anak soleh, anak yang berbudi pekerti.

“ Disanalah Zakariyya mendoa kepada


Tuhannya seraya berkata “ Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang
anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa ( Q.s. Ali Imran
ayat 38 )

Namun kita sering lupa akan adanya bahaya mengenai kesehatan


reproduksi yang menyebabkan ibu meninggal sewaktu hamil atau melahirkan
dan anak yang mati sewaktu dalam kandungan atau dilahirkan, Tugas utama
wanita adalah Reproduksi seperti haid, hamil, melahirkan, menyusui dimana
tugas tersebut tidak dapat digantikan oleh laki-laki
Propinsi Bengkulu masih tinggi dalam soal ibu melahirkan berdasarkan hasil
SDKI tahun 2002-2003 sebesar 307 per 100.000 ibu melahirkan dan 53 anak
meninggal per 1.000 anak lahir, sehingga dari informasi singkat bagi calon
pengantin untuk dapat memperhatikan masalah Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana untuk memperoleh keturunan yang sehat.

1. Apa itu Reproduksi

Re adalah kembali dan produksi artinya menghasilkan sehingga


pengertian dari Reproduksi adalah proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan (anak) demi kelestarian hidupnya.

2. Apa Kesehatan Reproduksi

Keadaan sehat menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi


dimana sehat tidak hanya bebas penyakit atau kecacatan berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya
“Baik buruknya seorang anak adalah terletak pada baik atau buruknya asuhan
ibunya. Sorga nerakanya seorang anak diakherat kelak, adalah tergantung
pada sikap dan perilaku ibunya “

1
3. Kesehatan Seksual

Keadaan sehat secara mental dan fisik dalam melakukan hubungan


seksual antara pria dan wanita yang diikat dalam tali perkawinan yang sah.

4. Hubungan seksual yang sehat

Hubungan seks antara suami dan isteri yang sah dalam pernikahan
sebagai ungkapan rasa kasih sayang antara dua insan, disamping sebagai
pemenuhan hubungan biologis baik untuk pria maupun wanita.Hubungan
seksual yang sehat akan melahirkan anak yang sehat

5. pendidikan seks

• seks adalah keadaan biologis manusia yang membedakan laki-laki dan


perempuan
• Reproduksi seksual : alat kelamin/organ reproduksi
• Rangsangan atau gairah seksual/ketertarikan pada seseorang
• Hubungan seksual : hubungan seks bila laki-laki dan perempuan merasa
terangsang satu sama lain dan sampai terjadi pertemuan organ seks laki-
laki dengan perempuan

6. Bagaimana Gambar Organ Reproduksi Perempuan dan Laki-laki

organreproduksi organ reproduksi


perempuan laki-laki

7. Apa Menstruasi atau Haid

Sepasang indung telur setiap bulan


melepaskan sel telur yang sudah matang
bersamaan itu terjadi penebalan dinding rahim
yang berguna sebagai tempat menempelnya sel
telur yang sudah dibuahi oleh sperma. Bila sel
telur tidak dibuahi lapisan dinding yang menebal
akan lepas yang dikeluarkan dalam bentuk darah
dan sisa-sisa jaringan selaput dalam rahim,
keluarnya darah setiap bulan tersebut disebut
dengan Haid. Menstruasi yang wajar setiap 28 hari.

2
8. Cara membina hubungan seksual yang sehat

a. Menjaga kebersihan alat reproduksi


• Pakaian dalam harus rutin diganti
• Mencuci alat reproduksi selesai hubungan seksual

b. Berperilaku hidup bersih dan sehat

• Tidak berganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual


• Tidak menggunakan alat/sarana yang menyakitkan
• Tidak merokok
• Istirahat yang cukup
• Hindari narkoba
• Melaksanakan olah raga yang secara teratur dan terukur
• Makan makanan yang bergizi seimbang

c. Menghindari stres
d. Menjalani komunikasi keterbukaan antara pasangan
e. Menghayati, mengamalkan perintah dan larangan Agama
f. Setia kepada pasangan

9. Apa yang dimaksud dengan masa subur?

Masa subur adalah waktu di mana sel telur yang telah matang potensial
untuk dibuahi oleh sperma. Usia subur setiap bulan secara teratur akan terjadi
pematangan satu atau lebih sel telur. Cara menghitung masa subur misal
seorang dengan siklus normal 28 hari maka ovulasi diperkirakan akan terjadi
pada 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Untuk melihat rata-rata siklus
menstruasi dicatat selama 3 bulan berturut-turut, tetapi bila siklus
menstruasinya tidak teratur 28 hari maka perlu ada penghitungan khusus.

10. Apa hubungan seksual yang tidak sehat

Gangguan hubungan seksual pada umumnya disebabkan oleh adanya


gangguan fisik ( kelelahan, sakit ) dan psychis ( beban pikiran )

11 Jenis hubungan seksual yang tidak sehat

a. Apa itu Ejakulasi Dini

Pengeluaran cairan sperma pria


yang terlalu cepat sebelum atau sesudah
masuknya penis keliang senggama.
Penyebab adalah faktor psikologis,
cemas dan perasaan tidak mampu
melakukan hubungan seksual biasanya
dialami oleh pengantin baru sewaktu

3
melakukan hubungan seksual atau lama berpuasa melakukan hubungan
seksual dan akan hilang sendirinya. Bila kondisi lama biasanya faktor
psikologis seperti tergesa-gesa, hubungan suali isteri tidak harmonis dll.

b. Ejakulasi terhambat

Tidak mampu ejakulasi di dalam liang


senggama disebabkan faktor psikologis yaitu
adanya anggapan bahwa seks suatu kotor,
perbuatan dosa atau ketakutan akan terjadi
kehamilan dapat juga gangguan fisik seperti
anatomi pada penis, kerusakan saraf atau
pengaruh obat-obatan tertentu.

c. Impotensi

Tidak mampunya pria melakukan hubungan seksual


karena kemampuan ereksi penis kurang atau tidak ada.
Penyebabnya psikologis: ketakutan, mitos seks yang keliru,
trauma masa kecil dan organik seperti : kencing manis,
anemia berat dan obat-obatan tertentu.

d. Frigiditas

Tidak adanya nafsu seksual pada wanita, sehingga gagal mencapai


orgasme, normal bila sedang stress, keletihan/kelelahan, sedang sakit atau
adanya kepercayaan salah tentang seks, takut hamil, kurangnya harmonis
hubungan dengan suami.

12. Bagaimana mengatasi hubungan seksual yang tidak sehat

Gangguan kesehatan seksual perlu diantisipasi untuk mencegah keretakan


ketahanan keluarga

• Melibatkan suami isteri untuk mengurai sebab akibat


• Menjalin hubungan suami isteri yang dilandasi kasih sayang dan rasa cinta
• Mengurangi stres dan meningkatkan kepercayaan diri
• Menerapkan pola hidup sehat
• Menciptakan suasana yang menyenangkan
• Terapi oleh konselor, dokter
• Dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.

13. Keluarga Berencana

Membantu PUS dan Perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi,


mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens

4
kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang
bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh semua orang.

14. Kontrasepsi Rasional, efektif dan Efisien

Pemakaian kontrasepsi disesuaikan dengan masa Reproduksi dan


kecocokan dari Peserta KB.
Secara Reproduksi dibagi menjadi 3 masa yaitu :

a. Masa menunda kehamilan/kesuburan, bagi wanita


usia dibawah 20 tahun :
- Bila belum kawin menunda perkawinan
- Bila telah kawin jangan hamil sebelum berusia 20
tahun
b. Masa mengatur kehamilan/kesuburan, bagi isteri
yang berusia 20 – 30 tahun untuk mengatur
kehamilan dengan jarak kelahiran antara anak
pertama dan kedua adalah 3 sampai 4 tahun dan jumlah anak dua orang
saja.
c. Masa mengakhiri kehamilan/kesuburean, bagi isteri yang telah terusia
diatas 30 tahun atau sudah mempunyai anak dua untuk tidak melahirkan
lagi.

15. Alat Kontrasepsi apa yang sesuai ?

Masa menunda Masa mengatur kehamilan Masa mengakhiri


kehamilan kesuburan
< 20 tahun 20 – 30 tahun 30 <
- Pil KB - IUD - suntikan - Kontap - Implant
- IUD - Pil - Implant - IUD - Kondom
- Cara - Cara Sederhana - Kontap - Suntik
Sederhana - Kondom - Pil
- Kondom

16. Bagaimana menghindari resiko kehamilan :

• Resiko melahirkan 2 anak relatif lebih kecil dari pada lebih 2 anak
• Jarak tiap kehamilan cukup aman adalah 3 sampai dengan 4 tahun
• Usia paling aman hamil sekitar 20 – 30 tahun

17. Ciri Kontrasepsi yang Rasional, Efektif dan Efisien


• efektif tinggi
• Dipakai untuk jangka panjang
• Tidak menambah kelainan yang sudah ada

5
18. Partisipasi Pria dalam ber-KB

Partisipasi dalam ber-KB secara moderen meliputi MOP dan Kondom ( untuk
lengkapnya pada seri Catin ” Tanggung jawab suami pada kesehatan reproduksi
dan KB di keluarga )

19. Dimana di dapat alat kontrasepsi

* Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Toko Obat

Sumber : Buku Keluaran dari BKKBN ( Bahan Buku Saku Sosialisasi KB Pria

Anda mungkin juga menyukai