Oleh :
DESI RATNA YUNIATI
14.0301.0022
A. Latar Belakang
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas dari
sistem nilai yang ada di masyarakat tertentu. Sistem nilai menentukan perilaku
anggota masyarakat. Berbagai sistem nilai ada di masyarakat yaitu: a) nilai agama
saat ini degradasi terhadap agama sangat terasas sekali, semua agama merasakan
bahwa kebanyakan umatnya kurang setia pada agama yang dianutnya. b)
degradasi nilai adat istiadat, yang sering disebut tata susila atau kesopanan, hal ini
dapat dibuktikan pada perilaku anak-anak, remaja saat ini. c) degradasi nilai-nilai
sosial, sebagaimana kita saksikan saat ini, masyrakat sangat individualis
mementingkan diri sendiri dalam segala hal, enggan berbagi harta, pikiran ,saran
dan pendapat, tidak mau bergaul terutama dengan orang rendahan, memutusan tali
silaturrahmi terutama dengan keluarga. d) degradasi kesakralan keluarga, seperti
yang kita lihat saat ini banyak sekali kekisruhan keluarga, banyak sekali kasus
suami membunuh istrinya, dan sebaliknya, ayah membunuh anaknya dan
sebaliknya.
Namun tak dapat dipungkiri, bahwa keluarga modern mempunyai ciri utama
kemajuan dan perkembangan di bidang pendidikan, ekonomi dan pergaulan.
Kebanyakan keluarga modern berada di perkotaan, mungkin juga ada keluarga
modern tinggal di pedesaan, akan tetapi jarang berinteraksi dengan masyrakat
pedesaan. Kelengkapan alat transportasi dan komunikasi memungkinkan mereka
cepat berinteraksi di kota yaitu dengan keluarga lainnya. Namun dibalik semua
itu, terdapat krisis keluarga, artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tak
teratur dan terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan
kehidupan anak-anaknya terutama remaja. Berikut ini adalah faktor-faktor
penyebab terjadinya krisis keluarga yaitu: kurang atau putus komunikasi diantara
anggota keluarga terutama ayah dan ibu, sikap egosentrisme, masalah ekonomi,
masalah kesibukan, masalah pendidikan, masalah perselingkuhan, jauh dari agma.
Dari sekian banyak masalah keluarga yang telah disebutkan di atas, pasti ada
jalan keluar untuk penyelesaian. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan krisis keluarga. Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan
cara modern atau yang sering disebut dengan cara ilmiah. Pemecahan masalah
keluarga dengan cara tradisional terbagi dua bagian. Pertama, kearifan atau
dengancara kasih sayang, kekeluargaan. Kedua orang tua dalam menyelesaikan
krisis keluarga terutama yang berhubungan dengan masalah anak dan istri. Cara
ilmiah adalah cara konseling keluarga (family conseling). Cara ini adalah yang
telah dilakukan oleh para ahli konseling diseluruh dunia. Ada dua pendekatan
dilakukan dalam hal ini: 1). Pendekatan individual atau juga disebut konseling
individual yaitu upaya menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien. 2).
Pendekatan kelompok (family conseling). Yaitu diskusi dalam keluarga yang
dibimbing oleh konselor keluarga.
B. Tujuan
1. Untuk memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota
keluarga.
2. Untuk engubah gangguan dan ketidakfleksibelan peran dan kondisi.
3. Untuk memberikan pelayanan sebagai model dan pendidikan peran
tertentu yang ditunjukan kepada anggota keluarga.
C. Manfaat
1. Membantu anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai secara
emosional bahwa dinamika keluarga adalah kait-mengait diantara anggota
keluarga.
2. Membantu anggota keluarga agar menyadari jika satu anggota
bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada persepsi, ekspektasi dan
interaksi anggota lain.
3. Agar tercapai keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan dan
peningkatan setiap anggota.
4. Mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari hubungan
parental.
ANALISIS HASIL TABULASI PENYEBARAN
ANGKET PERMASALAHAN KELUARGA
A. Identitas Konseli
Nama : LN
Alamat : Tlatar, Krogowanan, Sawangan
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Etnis : Jawa
B. Deskripsi Masalah yang dikeluhkan (Profil Konseli)
Setelah melakukan pendekatan dan wawancara dengan konseli, dapat
diperoleh identifikasi masalah, dari tahap tersebut diketahui beberapa hal tentang
konseli beserta permasalahan yang dihadapinya, uraiannya adalah sebagai berikut:
LN mengeluhkan sedang memiliki masalah yang mengganggu pikirannya
akhir-akhir ini. Dia menikah dengan pacarnya setelah dia tamat dari bangku SMA,
suaminya juga tamatan SMK. Permasalahannya adalah setelah menikah dia
ditinggal suami bekerja di salah satu perusahaan otomotif di Jakarta. Saya sering
melihat statusnya di akun bbmnya, dia sering menuliskan persoalan dirinya yang
jauh dari suami. Setelah saya berkomunikasi lebih lanjut, LN menyetujui menjadi
konseli saya dan melakukan konseling individu. Persoalannya tentang kehidupan
rumah tangganya, karena dia tinggal dengan mertua dan kakak iparnya. Masalah-
masalah kecil sering menjadi masalah besar. Suatu ketika istri dari kakak iparnya
yang sedang hamil ingin makan mie ayam, kemudian meminta LN untuk
membelikannya padahal suami juga ada dirumah. Namun LN menolaknya karena
memang sedang membantu ibu mertuanya mengemasi sayuran untuk dijual. Lalu
istri dari kakak iparnya merasa tersinggung dan marah-marah sampai melempari
tubuh LN dengan sayuran. Setelah kejadian itu LN pulang kerumah orang tuanya
hingga sekarang. Keadaan emosi LN masih belum stabil untuk menghadapi segala
persoalan rumah tangga, karena usinya yang terbilang masih muda. LN tipe orang
yang sensitif, namun lebih sering memendam perasaannya sendiri. Dia tidak ingin
orang tuanya ikut sedih.
(uraian menggambarkan profil konseli yang menyangkut masalah yang
dikeluhkan, keadaan faktor kognitif konseli, faktor emosi, tingkah laku, faktor
fisik, dan faktor-faktor sosial yang terkait dengan masalah konseli)
C. Diagnosis
Faktor yang menyebabkan permasalahan LN muncul adalah sebagai berikut :
1. Faktor Internal
Faktor internal yang berasal dari diri konseli dan menyebabkan
persoalannya muncul adalah karena konseli merasa tertekan baru menikah
sudah ditinggal kerja suami yang tempatnya jauh. Faktor usia LN yang
terbilang masih muda juga ikut menambah persoalannya semakin
berkepanjangan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang menyebabkan permasalahan LN muncul adalah
kondisi keluarga mertua yang acuh terhadap LN. Orang tua dari suaminya
menuntut balas budi dari anaknya dan menyuruh anaknya untuk bekerja di
luar kota.
D. Prognosis
Berdasarkan analisis permasalahan dan diagnosis diatas, maka permasalahan
tersebut dapat dientaskan melalui kegiatan konseling individu. Guna membantu
permasalahan LN, tahapan rencana pemberian bantuan yang akan diberikan
kepada LN adalah sebagai berikut :
1. Menyambut konseli dengan terbuka dan penuh keakraban
2. Mengerti dan berusaha memahami apa yang dirasakan konseli
3. Membantu konseli dalam pengambilan keputusan atas perilaku-perilaku
yang akan dilakukan
4. Memberikan gambaran-gambaran baik gambaran positif maupun negatif
mengenai perilaku yang diambil
5. Memberi pemahaman untuk menjadi diri sendiri dalam kehidupannya,
sehingga konseli lebih optimis dan semangat dalam menjalani
aktivitasnya
6. Membantu konseli untuk selalu berusaha berfikir secara positif dalam
menjalani aktivitasnya sebagai seorang istri.
7. Memberi pemahaman tentang bagaimana cara menghadapi
permasalahan-permasalahan rumah tangganya, baik dengan mertua
maupun anggota keluarga yang lain.
E. Tujuan Konseling
Konseli melakukan perubahan perilaku, mengkronstruksi pikiran,
mengembangkan kemampuan mengatasi situasi kehidupan, membuat keputusan
yang bermakna bagi dirinya dan berkomitmen untuk mewujudkan keputusan
dengan penuh tanggungjawab dalam kehidupannya.
F. Hasil Layanan yang dicapai
Pada awalnya LN tidak mau mengkomunikasikan permasalahannya dengan
suami maupun anggota keluarga lain, pasca konseling ini dia akan melakukan
perubahan perilaku untuk mencoba berkomunikasi secara baik-baik dengan
suaminya, keluarga dari suaminya dan berkomitmen untuk mewujudkan
keputusannnya tersebut dengan penuh tanggungjawab. Serta LN berusaha untuk
mengembangkan kemampuannya untuk mengatasi situasi dalam kehidupan rumah
tangganya.
G. Layanan Konseling
1. Pendekatan yang digunakan
Treatment yang digunakan dalam membantu menyelesaikan masalah
konseli adalah Pendekatan CCT (Clien Centered Therapy). Pendekatan ini
berpusat pada klien karena dalam proses konseling, konselor memberikan
kesempatan luas kepada klien untuk membuat keputusan. CCT mendasarkan
pandangannya pada sifat dan hakekat manusia. Klien diberi tanggung jawab
dalam pengambilan keputusan lewat konseling, memberikan kebebasan
kepada klien untuk mengekspresikan dirinya dan menentukan cara
menyelesaikan maslahnya. Dasar dari pendekatan CCT adalah bahwa ada
kekuatan-kekuatan atau kemampuan-kemampuan tertentu dalam diri individu
untuk tumbuh dan berkembang, menyesuaikan diri dan memiliki dorongan
yang kuat ke arah kedewasaan dan kemampuan-kemampuan tersebut harus
dihargai.
a. Konsep Dasar
CCT didasari oleh suatu teori kepribadian yang disebut self theory
yang menjelaskan bahwa kepribadian manusia ada 3, yaitu:
1) Organisme, merupakan keseluruhan dan kesatuan individu
2) Lapangan fenomenal, merupakan keseluruhan pengalaman individu
yang sifatnya sadr dan tidak sadar
3) Self, merupakan bagian yang berdiferensiasi dari lapangan
fenomenal yang terdiri atas pola-pola pengmatan yang sadar serta
nilai-nilai dari aku sebagai subyek dan obyek
b. Teknik
Teknik yang dipakai yaitu teknik wawancara, dimana didalam
wawancara terdapat teknik:
1) Acceptance (peneriman)
2) Respect (rasa hormat)
3) Understanding (mengerti, memahami)
4) Reassurance (menentramkan hati, meyakinkan)
5) Encouragement (dorongan)
6) Limited questioning (pertanyaan terbatas)
7) Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)
c. Langkah-langkah konseling yang ditempuh
Kegiatan konseling diawali oleh praktikan dengan memberikan
penjelasan tentang maksud dari konseling, serta menjelaskan asas-asas
yang ada dalam konseling sehingga konseli lebih percaya kepada
praktikan dan konseli mau secara terbuka menceritakan masalahnya.
Konseli pun menceritakan semua permasalahan yang sedang
dialaminya. Mulai dari latar belakang permasalahan, faktor permasalahan
sampai bagaimana keadaan emosi konseli saat masalah tersebut muncul.
Pada saat konseli menceritakan masalahnya, praktikan pun
memposisikan diri dengan baik menggunakan teknik-teknik komunikasi
konseling yang ada. Sehingga konseli lebih terbuka mengenai
masalahnya tersebut. Dalam hal ini praktikan menggunakan kemampuan
attending dan empatinya.
Guna mengatasi maslah krisis kepercayaan diri yang dialami konseli,
praktikan member penjelasan-penjelasan mengenai kepercayaan diri.
Selain itu praktikan mendorong konseli untuk lebih positif dalam berpikir
dan lebih optimis dalam menjani kehidupannya terutama kehidupan
sosial disekolah. Praktikan pun memberikan gambaran-gambaran positif
dan negative mengenai keoercayaan diri, sehingga konseli nantinya
diharapkan mampu memutuskan perilaku apa yang akan diambil. Dimana
konseli nantinya bertanggungjawab atas keputusannya tersebut.
Lagkah-langkah konseling yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1) Pra Konseling
a) Mengumpulkan dan menganalisis data konseli secara
komprehensif (potensi, masalah, latar belakang kondisi konseli)
b) Menyusun RPL konseling
c) Menata ruang
d) Kesiapan pribadi konselor
2) Proses Konseling
a) Membangun relasi
b) Melaksanakan tahapan dan menggunakan teknik konseling
sesuai teori yang dipilih baik secara tunggal maupun integratif.
c) Menutup proses konseling
3) Pasca Konseling
Membuat laporan konseling
d. Pelaksanaan konseling
Hari, Tanggal : Selasa, 30 Mei 2017
Pertemuan ke- : 3 (tiga)
Waktu : pukul 16.30 s/d selesai
Tempat : kediaman LN
H. Tindak Lanjut
Berdasarkan kesepakatan dengan konseli, konselor memonitoring dan
mengevaluasi tindakan/perilaku yang telah direncanakan konseli.
Alfabeta
Vol.13 (2)
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
PRAKTIK KONSELING INDIVIDUAL
1. Nama Konseli : LN
2. Alamat : Tlatar, Krogowanan, Sawangan
3. Jenis Kelamin :P
4. Umur : 21 tahun
5. Hari, Tanggal : Sabtu, 3 Juni 2017
6. Waktu : 30 menit
7. Tempat : Rumah LN
8. Gejala yang nampak/keluhan : Sering membuat status di media sosial
tentang kegelisahannya dan upload foto-foto sedih.
2017)
M. Uraian Kegiatan
1. Tahap Awal
a. Konselor menyapa peserta (konseli) dengan kalimat salam.
a. Pernyataan tujuan b. Konselor menyampaikan tujuan khusus yang akan dicapai
meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotor.
b. Pembentukan
Menjelaskan proses pelaksanaan kegiatan bimbingan melalui diskusi
kelompok
kelompok dengan membahas topik membangun keluarga berencana.
Memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan secara
c. Konsolidasi operasional dan menanyakan kepada peserta (konseli) tentang
kegiatan yang akan dilakukannya.
d. Tahap Peralihan
Guru BK/konselor
a. Guru BK/konselor menanyakan kesiapan kelompok dalam
menanyakan kalau
melaksanakan tugas.
ada siswa yang
b. Guru BK/konselor memberi kesempatan bertanya kepada setiap
belum mengerti dan
anggota kelompok tentang tugas-tugas yang belum mereka pahami.
memberikan
c. Guru BK/konselor menjelaskan kembali secara singkat tentang
penjelasan
tugas dan tanggung jawab peserta dalam melakukan kegiatan.
(Storming).
Guru BK/konselor
menyiapkan siswa
a. Guru BK/konselor menanyakan kesiapan kelompok dalam
untuk melakukan
melaksanakan tugas.
komitmen tentang
b. Setelah semua peserta menyatakan siap, kemudian guru BK/
kegiatan yang akan
konselor memulai masuk ke tahap inti.
dilakukan
(Norming)
2. Tahap Inti/Kerja
Pelaksanaan sosiodrama
3. Tahap Pengakhiran
a. Guru BK/konselor memberikan penguatan terhadap aspek tertentu
dari hasil sosiodrama.
Guru BK/konselor b. Guru BK/konselor menyimpulkan hasil sosiodrama
memimpin diskusi c. Merencanakan tindak lanjut yaitu mengembangkan aspek
kerjasama.
d. Menutup kegiatan layanan secara simpatik (Framming)
N. Evaluasi
a. Guru BK/konselor terlibat dalam menumbuhkan antusiasme
peserta dalam mengikuti kegiatan.
1. Evaluasi Proses b. Guru BK/konselor membangun dinamika kelompok.
c. Guru BK/konselor memberikan penguatan pada peserta
didik/konseli dalam melaksanakan kegiatan
a. Mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengalaman konseli
dalam bimbingan kelompok.
2. Evaluasi Hasil
b. Mengamati perubahan perilaku peserta didik/konseli setelah
bimbingan kelompok.
Sumber :
www.antaranews.com
http://gloriabetsy.blogspot.com/2012/12/konsep-keluarga-sejahterah.html
http://jumridahusni.blogspot.com/2011/02/norma-keluarga-kecil-bahagia-
sejahtera.html
MATERI BIMBINGAN KELOMPOK
KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI
I. Pendahuluan
1
3. Kesehatan Seksual
Hubungan seks antara suami dan isteri yang sah dalam pernikahan
sebagai ungkapan rasa kasih sayang antara dua insan, disamping sebagai
pemenuhan hubungan biologis baik untuk pria maupun wanita.Hubungan
seksual yang sehat akan melahirkan anak yang sehat
5. pendidikan seks
2
8. Cara membina hubungan seksual yang sehat
c. Menghindari stres
d. Menjalani komunikasi keterbukaan antara pasangan
e. Menghayati, mengamalkan perintah dan larangan Agama
f. Setia kepada pasangan
Masa subur adalah waktu di mana sel telur yang telah matang potensial
untuk dibuahi oleh sperma. Usia subur setiap bulan secara teratur akan terjadi
pematangan satu atau lebih sel telur. Cara menghitung masa subur misal
seorang dengan siklus normal 28 hari maka ovulasi diperkirakan akan terjadi
pada 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Untuk melihat rata-rata siklus
menstruasi dicatat selama 3 bulan berturut-turut, tetapi bila siklus
menstruasinya tidak teratur 28 hari maka perlu ada penghitungan khusus.
3
melakukan hubungan seksual atau lama berpuasa melakukan hubungan
seksual dan akan hilang sendirinya. Bila kondisi lama biasanya faktor
psikologis seperti tergesa-gesa, hubungan suali isteri tidak harmonis dll.
b. Ejakulasi terhambat
c. Impotensi
d. Frigiditas
4
kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang
bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh semua orang.
• Resiko melahirkan 2 anak relatif lebih kecil dari pada lebih 2 anak
• Jarak tiap kehamilan cukup aman adalah 3 sampai dengan 4 tahun
• Usia paling aman hamil sekitar 20 – 30 tahun
5
18. Partisipasi Pria dalam ber-KB
Partisipasi dalam ber-KB secara moderen meliputi MOP dan Kondom ( untuk
lengkapnya pada seri Catin ” Tanggung jawab suami pada kesehatan reproduksi
dan KB di keluarga )
Sumber : Buku Keluaran dari BKKBN ( Bahan Buku Saku Sosialisasi KB Pria