Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENGUMPULAN DATA DENGAN TEKNIK TRIANGULASI

SMP NEGERI 13 MAGELANG


Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Lapangan
Mata Kuliah Asesmen BK

Disusun Oleh :
Ardian Tama
Ika Nuraini J.A.

14.0301.0019
14.0301.0021

Desi Ratna Yuniati


Amita Sulistyoningrum
Hanif Nur Rahman

14.0301.0022
14.0301.0026
14.0301.0028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2016

PENDAHULUAN
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang
dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan

dan menganalisis data. Ide

dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik
sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut
pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda

akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu,


triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh
peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi
sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.
Sebagaimana diketahui dalam penelitian kualitatif peneliti itu sendiri
merupakan instrumen utamanya. Karena itu, kualitas penelitian kualitatif sangat
tergantung pada kualitas diri penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan
penelitian merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semakin banyak
pengalaman seseorang dalam melakukan penelitian, semakin peka memahami
gejala atau fenomena yang diteliti. Namun demikian, sebagai manusia, seorang
peneliti sulit terhindar dari bias atau subjektivitas. Karena itu, tugas peneliti
mengurangi semaksimal mungkin bias yang terjadi agar diperoleh kebenaran
utuh. Pada titik ini para penganut kaum positivis meragukan tingkat
keilmiahan penelitan kualitatif. Malah ada yang secara ekstrim menganggap
penelitian kualitatif tidak ilmiah.
Sejarahnya, triangulasi merupakan teknik yang dipakai untuk melakukan
survei dari tanah daratan dan laut untuk menentukan satu titik tertentu dengan
menggunakan beberapa cara yang berbeda. Ternyata teknik semacam ini terbukti
mampu mengurangi bias dan kekurangan yang diakibatkan oleh pengukuran
dengan satu metode atau cara saja. Pada masa 1950an hingga 1960an, metode
tringulasi tersebut mulai dipakai dalam penelitian kualitatif sebagai cara untuk
meningkatkan pengukuran validitas dan memperkuat kredibilitas temuan
penelitian dengan cara membandingkannya dengan berbagai pendekatan yang
berbeda.
Karena menggunakan terminologi dan cara yang mirip dengan model
paradigma positivistik (kuantitatif), seperti pengukuran dan validitas, triangulasi
mengundang perdebatan cukup panjang di antara para ahli penelitian kualitatif
sendiri. Alasannya, selain mirip dengan cara dan metode penelitian kuantitatif,
metode yang berbeda-beda memang dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek
yang berbeda, tetapi toh juga akan menghasilkan data yang berbeda-beda pula.
Kendati terjadi perdebatan sengit, tetapi seiring dengan perjalanan waktu,

metode triangulasi semakin lazim dipakai dalam penelitian kualitatif karena


terbukti mampu mengurangi bias dan meningkatkan kredibilitas penelitian.
Dalam berbagai karyanya, Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi
sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji
fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda.
Sampai saat ini, konsep Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di
berbagai bidang. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu: (1)
triangulasi metode, (2) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan
dengan kelompok), (3) triangulasi sumber data.
1. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi
atau data dengan cara yang berdeda. Dalam hal ini kami menggunakan metode
wawancara, obervasi, angket dan anecdotal record. Untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi
tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara
terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau
pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa
menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi
tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil
yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data
atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan
kebenarannya.
2. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih
dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui
memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek
penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu
harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik
kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari
triangulasi.
3. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu
melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui
wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat
(participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi,

catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu
akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan
memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang
diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran handal.
Kami memperoleh data dan informasi terkait permasalahan konseli dari
konseli itu sendiri, orang tua (ibu), dan teman bermain konseli.
Setelah itu kami menyusun rencana program pemberian layanan,
diantaranya :
1; Layanan Informasi
Tema : Pentingnya Komunikasi dalam keluarga
2; Layanan Informasi
Tema : Komunikasi yang Baik dengan Guru Ketika Pelajaran di Kelas
3; Layanan Bimbingan Kelompok
Tema : Komunikasi dalam Keluarga
4; Layanan Bimbingan Kelompok
Tema : Cara Membangun Suasana Nyaman dalam Keluarga
5; Layanan Konseling Individu
Tema : Bosan di Rumah
6; Layanan Konseling Kelompok
Tema : Hubungan dalam Keluarga

TRIANGULASI METODE
HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI
I

II

IDENTITAS KLIEN
1 Nama Klien
2 Tempat tanggal lahir
3 Jenis Kelamin
4 Agama
5 Alamat
6 Jumlah Saudara
7 Kelas
IDENTITAS ORANG TUA
1 Ayah
a Nama

: BDS
: Magelang, 26 Desember 2003
: Laki-laki
: Islam
: Mertoyudan
:1
: VII

:S

b
c
d
e
f
1

Pekerjaan
Agama
Umur
Pendidikan terakhir
Alamat

: PNS
: Islam
: 55 Tahun
: SMEA
: Mertoyudan

Nama
Pekerjaan
Agama
Umur
Pendidikan terakhir
Alamat

: AA
: Ibu Rumah Tangga
: Islam
: 45 Tahun
: SLTA
: Mertoyudan

Ibu
a
b
c
d
e
f

III LATAR BELAKANG

Latar Belakang Ekonomi


Pekerjaan ayahnya sebagai supir di dinas kebersihan pertamanan dan tata
kota Magelang dengan penghasilan rata-rata Rp.2.500.000 /bulan. Kondisi
ekonomi keluarga BDS tergolong mampu. Uang saku yang diberikan setiap
harinya yaitu sebesar Rp. 12.000.
2 Latar Belakang Pendidikan
BDS berasal dari SD N Sukorejo 3, sekarang dia berada di bangku kelas
VII SMP Negeri 13 Kota Magelang.
1 Latar Belakang Pergaulan
Dalam kesehariannya di sekolah BDS memiliki kelompok bermain yang
terdiri dari laki-laki semua. BDS tidak hanya bergaul bersama teman-teman
kelompoknya saja tetapi dia juga tidak menghindar dari teman-temannya
yang lain. Bergaul dengan teman secara biasa. Merasa lebih senang dan tidak
bosan jika sudah bermain.
1 Latar Belakang Keluarga
BDS tinggal bersama kedua orangtuanya di Mertoyudan. Anak ke-2 dari
2 bersaudara.
2 Latar Belakang Pribadi
1; Penampilan (Ekspresi wajah, Kerapian, Suara)
a; Ekspresi wajah
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap BDS
mengenai ekspresi wajah. Dia adalah anak yang memiliki ekspresi
1

muka yang datar, tidak banyak bicara cenderung pendiam dan tertawa
ketika sedang bersama teman-temannya.
b; Kerapian
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap BDS
mengenai kerapiannya di sekolah, BDS berpakaian sesuai dengan
peraturan sekolah dan cukup baik dalam menjaga kerapiannya dari
awal hingga akhir jam sekolah.
c; Suara
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap BDS
mengenai suara. BDS memiliki suara yang besar dan tegas.
2; Sifat
Orangnya mudah emosi, jail, dan kurang kontrol dalam berbicara.
ANGKET HUBUNGAN SOSIAL SISWA
No.
Pernyataan
1; Saya seorang anak tunggal

Checklist ()

2;

Saya hidup tidak bersama orang tua sendiri

3;

Selalu bertengkar dengan adik/kakak

4;

Ayah dan ibu pulang kerja terlalu sore

5;

Tidak pernah bercengkerama (bergembira) dengan ayah dan

6;

ibu
Di rumah hampir tidak ada waktu untuk diri sendiri, selalu

7;

sibuk dengan tugas rumah


Pertengkaran ayah dan ibu di rumah mengganggu pikiran
saya

8;

Mata pencaharian orang tua mengganggu pikiran saya

9;

Pendapat keluarga yang kolot menyebabkan saya

dapat meneruskan sekolah


10; Saya merasa kurang mendapatan perhatian orang tua
11; Orang tua saya terlalu banyak bepergian
12; Orang tua sering mencampuri urusan saya
13; Sukar menyesuaikan diri dengan orang tua

tidak

14; Saya merasa kurang merasa senang (tidak kerasan) di rumah


15; Kehidupan di rumah kurang teratur
16; Saya ingin mengadakan perubahan di rumah
17; Keluarga saya kurang tolong menolong
18; Ayah dan ibu hidup berpisah
19; Keluarga kami berantakan (broken home, tidak harmonis)
20; Saya mempunyai ayah/ibu tiri
21; Tidak suka bergaul dengan orang yang kedudukannya lebih
rendah
22; Tidak suka bergaul dengan orang yang kedudukannya lebih
tinggi
23; Sering merasa malu bergaul dengan kawan lain jenis
kelamin
24; Sering merasa iri hati atas prestasi orang lain
25; Sukar untuk mendapatkan kawan
26; Tidak suka bertamu
27; Enggan menerima tamu
28; Merasa harga diri kurang
29; Sering merasa curiga terhadap orang lain
30; Bersikap kaku dan tidak toleransi
31; Bersifat dingin dalam pergaulan
32; Sering menyesali diri sendiri
33; Sering ingin bunuh diri
34; Merasa tidak mempunyai harapan (pesimis)
35; Saya ingin tampak lebih menarik
36; Saya ingin sekali dikagumi
37; Saya ingin mempunyai kawan yang akrab
38; Saya merasa diri saya tidak sebaik orang lain

39; Saya mempunyai kebiasaan jelek


40; Saya ingin hidup lebih tenang
41; Tidak senang bermain dalam kelompok
42; Sering gagal dalam usaha mencari kawan dekat
43; Saya sukar bergaul
44; Merasa tidak disenangi kawan-kawan di luar sekolah
45; Saya sama sekali tidak berminat terhadap organisasi
46; Saya terlalu aktif dalam organisasi
47; Saya sukar menyesuaikan diri
48; Saya mudah tersinggung
49; Takut bergaul dengan orang yang lebih tua
50; Tidak pernah menjadi pemimpin
51; Tidak pernah mengemukakan pendapat
52; Sering bertentangan pendapat dengan orang lain
53; Sukar menerima kekalahan
54; Selalu ingin berkuasa dalam pergaulan
55; Saya sering bingung bila berhadapan dengan orang banyak
56; Merasa malu jika berhadapan dengan orang banyak
57; Mudah marah
58; Sering tidak sabar
59; Sering tidak menepati janji
60; Sering ditegur karena kurang sopan

HASIL DARI PENGISIAN ANGKET


Kami meminta BDS untuk mengisi angket yang sesuai dengan kondisi diri,
harapan dan perasaan yang sedang dialami. BDS mengisi bahwa dia kurang
merasa senang (tidak kerasan) di rumah, ingin mengadakan perubahan di rumah,

sering menyesali diri sendiri, ingin mempunyai kawan yang akrab, ingin hidup
lebih tenang, dan dia mengaku terlalu aktif dalam organisasi.

TRIANGULASI SUMBER DATA


Hasil wawancara dengan BDS
Dia mengungkapkan bahwa dia memiliki suatu permasalahan yang berkaitan
dengan salah satu guru yang mengajar dikelasnya mata pelajaran matematika. Dia
sering dimarahi gurunya karena dia dianggap membuat kegaduhan dikelas.
Padahal dia sedang bertanya dengan temannya mengenai materi yang belum dia
kuasai. Sampai sekarang dia menjadi trauma dan malas mengikuti pelajaran
matematika dengan guru tersebut karena sering dimarahi.
Ketika ditanya terkait dengan angket yang diisi oleh BDS, dia merasa kurang
senang (tidak kerasan) di rumah karena tidak ada yang bisa diajak untuk guyon.
Dia ingin sekali mengadakan perubahan dirumah. Agar dia bisa merasa kerasan
dirumah.
Hasil wawancara dengan orang tua
Ibu mengungkapkan bahwa mendidik antara anak laki-laki dan anak perempuan
itu berbeda. Menghadapi anak laki-laki tidak perlu dengan kekerasan tetapi
dengan mengarahkan atau ucapan yang mendidik. Konseli sering menjaili
kakaknya padahal kakaknya tidak ingin dijaili sehingga mengakibatkan
pertengkaran. Saat di rumah, konseli belajar dengan didampingi ibunya. Saat
belajar pun konseli juga sering mencoret-coret atau menggambar. Jika ditanya
pada konseli, belajar dengan diselingi coret-coret atau menggambar tersebut tetap
nyaman dalam belajar.
Hasil wawancara dengan saudara perempuan
Berdasarkan penuturan kakaknya, konseli sering menjaili terutama saat sedang
mengerjakan tugas atau sedang sibuk sehingga membuat sang kakak jengkel dan
akhirnya bertengkar. Sebenarnya konseli merasa bosan atau tidak nyaman di
rumah karena kesepian jika ingin mengajak bercanda dengan orang rumah cukup
susah. Padahal niat konseli untuk mencairka suasana di rumah.
Hasil wawancara dengan teman

Berdasarkan penuturan teman di rumah, konseli adalah orang yang mudah


bergaul, seru, dan asik. Sering mencairkan suasana dengan melawak dengan
temannya. Jarang bercerita mengenai hal yang pribadi.

TRIANGULASI ANTAR PENELITI


1; Ardian Tama

2;

3;

4;

5;

Konseli merasa kurang nyaman atau bosan saat di rumah. Dia selalu ingin
bermain dengan temannya.
Ika Nuraini Juni Astuti
Ibu konseli menyadari antara anak perempuan dan laki-laki itu berbeda dan
hal itu menyadarkan ibu konseli bahwa perlu mengarahkan seperti dengan
ucapan dan tidak dengan kekerasan. Saat belajar di rumah, konseli terkadang
didampingi oleh ibunya. Konseli mengikuti organisasi OSIS.
Desi Ratna Yuniati
Konseli merasa kesepian karena saat di rumah tidak bisa bercanda atau
bercengkerama secara bebas. Konseli merasa tertekan di rumah karena
merasa apa yang dilakukannya selalu dinasihati. Konseli dan kakaknya
kadang bertengkar karena kakaknya tidak ingin diganggu saat sibuk tetapi
konseli menjailinya.
Amita Sulistyoningrum
Pada saat belajar, konseli sering mencoret-coret atau menggambar. Saat
ditanyakan apakah nyaman dengan belajar seperti itu konseli menjawab
nyaman dana apa yang dipelajari masuk ke memori otaknya. Konseli perlu
diarahkan untuk mengembangkan bakat atau potensinya.
Hanif Nur Rahman
Konseli mudah bergaul dan hal tersebut membuatnya nyaman saat tidak di
rumah. Konseli terkadang berusaha mencairkan suasana di rumah dengan
bergurau atau menjaili kakaknya, tetapi kakaknya tidak suka diganggu saat
sedang sibuk. Saat di sekolah, konseli sering ngobrol dengan temannya di
kelas karena sebagai pelampiasan saat di rumah.

SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


LAYANAN INFORMASI
Judul/Spesifikasi Layanan
: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga
2 Bidang Bimbingan
: Bimbingan Pribadi
3 Fungsi Layanan
Agar siswa dapat memahami pentingnya komunikasi dalam keluarga.
4 Standar Kompetensi
Membantu siswa untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi.
Dalam mewujudkan pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab melalui
komunikasi dalam keluarga .
5 Indikator Pencapaian
Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan siswa dapat:
a Menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk selalu meningkatkan
komunikasi dalam keluarga.
b Dapat menciptakan dan menumbuhkan komunikasi keluarga yang
baik dan benar.
1 Sasaran Layanan
: Siswa kelas VII SMP Negeri 13 Kota
Magelang
2 Uraian Kegiatan dan Materi Layanan
a; Uraian Kegiatan
1; Kegiatan awal
a; Pembimbing membuka kegiatan layanan
b; Pembimbing mengecek kehadiran siswa
c; Pembimbing melakukan permainan atau ice breaking Rumus
Benar Salah
2; Kegiatan inti
a; Pembimbing memberikan pengantar tentang materi yang akan
disampaikan
b; Pembimbing menjelaskan materi
c; Pembimbing menayangkan video berkaitan dengan materi kepada
siswa
d; Siswa diminta menanggapi atau berkomentar mengenai video
tersebut
1

3; Kegiatan akhir
a; Siswa bersama pembimbing menyimpulkan materi yang telah

disampaikan
b; Pembimbing menutup kegiatan layanan
b; Materi Layanan
Terlampir
8. Tempat Penyelenggaraan Layanan
: Ruang kelas
9. Waktu
: 45 Menit
Tanggal
: 31 Desember 2016
Semester
: II
10. Penyelenggara Layanan
: Praktikan
11. Alat & Perlengkapan
a) Power Point
b) Permainan
c) Video
12. Sumber
a) http://eppiul.blogspot.co.id/2013/01/pentingnya-komunikasi-dalamkeluarga.html
13. Rencana Penilaian
a; Laiseg
b; Laijapen

Magelang, 31 Desember 2016


Perencana Kegiatan Layanan

Tama Ika Desi Amita Hanif


PENTINGNYA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA
Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan ini di mana
pun dan kapan pun.

Termasuk dalam lingkungan keluarga. Pembentukan

komunikasi intensif, dinamis, dan harmonis dalam keluarga pun menjadi dambaan
setiap orang. Peranan keluarga terutama orang tua, menjadi amat penting bagi
pembentukan karakter

seorang anak. Terlebih lagi bila anak tersebut mulai

memasuki masa remaja.


Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa anakanak

menuju masa dewasa. Menurut definisi dari WHO (World Health

Organization)

mengatakan bahwa remaja adalah mereka yang berusia 10-19

tahun. Masa remaja ini,

diawali dengan pubertas. Pubertas adalah tahapan

perkembangan manusia yang

mengawali masa remaja. Seseorang mulai

memasuki masa puber ketika berumur 9-10 tahun dan akan berakhir pada umur
berkisar 15-16 tahun (BKKBN, Modul 1 Kesehatan Reproduksi Remaja).
Pada masa remaja, seseorang akan mengalami berbagai perubahan
mengenai dirinya, baik perkembangan fisik maupun psikologis. Remaja pada
umumnya sangat rentan terhadap pengaruh dari lingkungannya. Karena di masa
inilah remaja banyak

mengalami berbagai problema mengenai jiwa

psikologisnya. Yang tanpa disadari

remaja tersebut akan mengalami proses

pencarian identitas diri. Hal ini sering kali disebut dengan krisis identitas diri.
Ditambah lagi dengan kuatnya arus globalisasi yang terjadi di era ini. Segala
aspek kehidupan menjadi mendunia karena adanya perkembangan teknologi dan
informasi yang semakin pesat. Di samping memiliki banyak manfaat positif,
namun juga berdampak negatif. Karena itulah remaja sangat

memerlukan

bimbingan dari orang tuanya.


Bila dalam proses pencarian identitas diri tersebut, tidak dibina dengan
baik. Sangat dikhawatirkan nantinya terjadi berbagai hal yang tidak diinginkan.
Karena remaja cenderung ingin mencoba-coba hal baru tanpa mengetahui
akibatnya. Sebagai contoh hal negatif tersebut yakni adanya pergaulan bebas
yang tidak mengindahkan norma dan hukum yang berlaku, remaja yang
mengkonsumsi obat-obatan terlarang (narkoba) dan lain-lainnya. Padahal
pergaulan bebas dapat menularkan PMS (Penyakit Menular Seksual). Infeksi dari
penyakit PMS tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan seumur hidup,
termasuk kemandulan dan rasa sakit kronis. Lebih membahayakan lagi
meningkatkan resiko penularan HIV yang menimbulkan penyakit AIDS.

Di

samping itu, remaja putri dapat mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, yang
dapat memicu aborsi tidak aman, hingga dapat menyebabkan kematian. Atau pun
juga menimbulkan pernikahan dini sebagai jalan pintas untuk menutupi aib.
Padahal

menikah pada usia dini di jaman modern ini, sungguh sangat

disayangkan. Sebab dapat menghancurkan masa depan sang remaja.


Keluarga merupakan tempat di mana proses interaksi sosial primer
berlangsung dan menjadi tempat ditanamkannya pendidikan moral dan agama.

Sehingga keluarga terutama orangtua harus ikut bertanggung jawab dalam


membimbing anaknya. Orangtua menjadi sumber utama informasi dan menjadi
motor pengawasan dan pembinaan terhadap perkembangan para generasi muda
yang nantinya akan melanjutkan cita-cita

bangsa. Komunikasi efektif dapat

menjadi jalan bagi orangtua untuk memantau dan membimbing anaknya. Namun
terkadang, orangtua dan remaja terlalu sibuk dengan kegiatannya masing-masing
sehingga enggan untuk berbincang-bincang bersama.

Remaja cenderung

menganggap bahwa mencurahkan isi hati kepada orangtua adalah hal yang tidak
begitu menyenangkan. Karena mereka mengira jika nantinya orangtua akan
terlalu mengatur dirinya. Remaja juga merasa dirinya ragu-ragu dan malu untuk
menceritakan isi hatinya. Demikian pula orangtua yang kadang malas untuk
bercengkrama dengan anaknya. Bahkan ada anggapan jika komunikasi remaja
dengan orang tua sering bermasalah.

Sehingga tak heran, bila hubungan

kekeluargaan menjadi kurang harmonis akibat tidak ada jalinan komunikasi yang
baik. Bila begitu pengawasan dan pemantauan keluarga terhadap remaja menjadi
sulit. Padahal melalui komunikasi efektif antara remaja dan keluarga terutama
orangtua, dapat diketahui berbagai perkembangan dan masalah yang sedang
dialami remaja, agar yang lebih dewasa dapat menuntunnya.
Sebaiknya sejak dini orangtua, keluarga, dan remaja mulai saling bekerja
sama untuk mewujudkan cara efektif untuk membentuk komunikasi yang lebih
menyenangkan

dalam lingkungan keluarga. Menurut Prof. Dr. dr. H. Aris

Sudiyanto, Sp.KJ (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran (UNS)
mengatakan bahwa peran orang tua dan guru cenderung berkembang ke arah
otoriter, memvonis, mencurigai atau menghukum kesalahan remaja akibatnya
akan mendapat perlawanan dari anak. Selanjutnya ia mengatakan, yang efektif
dan dianjurkan bagi orangtua adalah berperan sebagai pembimbing (memberikan
konsultasi), pendamping (mengikuti atau menyertai), atau sahabat (saling
mencurahkan isi hati atau gagasan) remaja. Remaja pada umumnya tidak
menyukai apabila dirinya terlalu dikekang dengan tanggung jawab tanpa
kebebasan. Biasanya bila orangtua terlalu mengatur remaja sedemikian rupa
akibatnya remaja akan merasa tertekan hingga ingin memberontak. Bila seperti itu

kemungkinan besarnya adalah remaja menjadi merasa tidak nyaman berada di


lingkungan keluarga. Remaja ingin dihormati segala pendapatnya, walaupun
memang terkesan gegabah dan semaunya sendiri.
Keharmonisan keluarga tentu menjadi dambaan setiap remaja.
Berdasarkan pengamatan terhadap bayi, apabila terjadi perdebatan dan
permasalahan dalam keluarga ia merasa peka, bingung, dan menangis. Sama
seperti remaja yang sangat tidak menginginkan problem dalam keluarga.
Komunikasi efektif dapat terwujud bila ada rasa saling percaya, perhatian,
menghargai, dan tidak egoisme antara remaja dan orangtua. Di waktu yang
bijaksana, setidaknya orangtua dan remaja saling menceritakan sesuatu yang
terjadi pada hari itu, dengan penuh kejujuran. Orangtua lebih bersikap seakan
menjadi seorang sahabat karib dari pada menjadi pendikte. Keakraban menjadi
kuncinya. Bila demikian, remaja merasa lebih leluasa dalam mengungkapkan
perasaannya, tanpa harus takut orangtua akan terlalu mengaturnya. Jika remaja
memiliki masalah, diharapkan orang tua memberikan dorongan, motivasi, solusi,
dan dukungan.
Dorongan sebagai penyemangat remaja agar ia tidak lekas putus asa. Motivasi
untuk memberikan acuan, sehingga remaja memiliki banyak nasihat sebagai arah
jalan hidupnya. Solusi untuk membantu menyelesaikan masalah bagi remaja.
Serta dukungan sebagai langkah untuk meningkatkan kepercayaan diri remaja
dengan pilihan yang ia putuskan. Berbagai norma tetap menjadi panduan dalam
mendidik remaja. Norma kesopanan mengajarkan etiket hidup, norma kesusilaan
mengajarkan kepribadian diri, norma hukum melatih disiplin bertanggung jawab,
dan norma agama petunjuk jalan arah hidup. Ke-empatnya selalu berkaitan.
Di awal masa remaja, sang remaja biasanya masih bingung mengenai
banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Orangtua seharusnya memberikan
beberapa informasi yang sudah sepantasnya remaja dapatkan. Tidak ada salahnya
juga bila bumbu humor menjadi penghangat suasana diskusi. Lengkapilah
perbincangan dengan penuh kasih sayang dan rasa empati sehingga remaja merasa
bahagia. Selanjutnya membuat remaja senang untuk mencurahkan isi hatinya,
sehingga pengawasan, pemantauan, dan pembimbingan orangtua terhadap remaja
menjadi mudah.

Pemantauan meliputi seluruh aspek kehidupan remaja. Baik pemantauan


pergaulan, pendidikan, psikologis jiwa, kesehatan reproduksi, maupun kondisi
fisik. Komunikasi yang efektif dan menyenangkan dalam keluarga dapat menjadi
jalan bagi orang tua untuk dapat membina anaknya supaya anaknya dapat tercipta
sebagai remaja yang handal, tangguh, dan berkwalitas supaya tegar dalam
menghadapi masa depan. Sebab remaja adalah generasi muda penerus bangsa
yang harus dijaga agar tidak rusak akibat terkoyak perkembangan jaman yang
selain membawa dampak positif juga negatif. Oleh sebab itulah remaja yang
nantinya akan menjadi pilar penyangga masa depan bangsa harus benar-benar
dijaga dan dididik dengan baik.

SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


LAYANAN INFORMASI
1;
2;
3;

4;

5;

6;
7;

Judul/Spesifikasi Layanan
: Komunikasi yang Baik dengan Guru ketika
Pelajaran di Kelas
Bidang Bimbingan
: Bimbingan Belajar dan Sosial
Fungsi Layanan
Agar siswa dapat memahami pentingnya komunikasi yang baik dengan guru
ketika pelajaran di kelas.
Standar Kompetensi
Membantu siswa untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi.
Dalam mewujudkan pribadi yang beretika melalui komunikasi yang baik
dengan guru ketika pelajaran di kelas.
Indikator Pencapaian
Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan siswa dapat:
a; Menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk selalu meningkatkan
komunikasi yang baik dengan guru saat pelajaran di kelas.
b; Dapat menciptakan dan menumbuhkan komunikasi dengan guru yang
baik dan benar.
Sasaran Layanan
: Siswa kelas VII SMP Negeri 13 Kota
Magelang
Uraian Kegiatan dan Materi Layanan
b; Uraian Kegiatan
1; Kegiatan awal
a; Pembimbing membuka kegiatan layanan
b; Pembimbing mengecek kehadiran siswa
c; Pembimbing melakukan permainan atau ice breaking Rumus
Benar Salah
2; Kegiatan inti
a; Pembimbing memberikan pengantar tentang materi yang akan
disampaikan
b; Pembimbing menjelaskan materi
c; Pembimbing menayangkan video berkaitan dengan materi kepada
siswa

d; Siswa diminta menanggapi atau berkomentar mengenai video

tersebut
3; Kegiatan akhir
a; Siswa bersama pembimbing menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
b; Pembimbing menutup kegiatan layanan
c; Materi Layanan
Terlampir
8. Tempat Penyelenggaraan Layanan
: Ruang kelas
9. Waktu
: 45 Menit
Tanggal
: 31 Desember 2016
Semester
: II
10. Penyelenggara Layanan
: Praktikan
11. Alat & Perlengkapan
a) Power Point
b) Permainan
c) Video
12. Sumber
a) http://www.eurekapendidikan.com/2014/10/membangun-komunikasiantara-guru-dan.html
13. Rencana Penilaian
a; Laiseg
b; Laijapen

Magelang, 31 Desember 2016


Perencana Kegiatan Layanan

Tama Ika Desi Amita Hanif


MEMBANGUN KOMUNIKASI ANTARA GURU DAN SISWA DALAM
PROSES BELAJAR MENGAJAR
Membangun Komunikasi dalam Proses Belajar Mengajar Komunikasi
adalah sesuatu yang mudah, susahnya ialah apabila kita tidak menyebutnya
dengan perkataan yang mudah. (T.S. Matthews) Eureka Pendidikan - Sebegai
tenaga pengajar professional, seorang guru haruslah mampu dalam memahami
hal-hal yang bersifat filosofis dan koseptual. Seorang guru juga harus mampu

dalam melaksanakan dan mengetahui hal-hal yang bersifat teknis pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Yang dimaksud hal teknis disini adalah berhubungan
dengan kelas terutama dalam kegiatan belajar dan pengelolaan kelas dan berusaha
menciptakan interaksi kelas dalam proses belajar mengajar. Kegagalan dalam
sebuah proses belajar mengajar sangatlah umum kita jumpai, bahkan kita sering
menjumpai hal semacam ini. Kegagalan dalam kegiatan belajar mengajar pada
umumnya dikarenakan faktor komunikasi yang tidak diperkuat. Lemahnya
komunikasi dalam kelas membuat pengajar mengalami kesusahan dalam
mengelola kelas. Hal-hal semacam inilah yang harus kita hindari supaya
kegagalan dalam menjalan proses belajar mengajar tidak terulang kembali. Hal
yang perlu kita lakukan agar meminimalisir kegagalan dalam proses belajar
mengajar adalah dengan menguasai bagaimana cara berkomunikasi yang benar di
dalam kelas. Untuk mengembangkan komunikasi dalam kelas supaya tujuan
pembelajaran tercapai, ada beberapa pola komunikasi yang perlu kita ketahui dan
kita terapkan sekaligus kita kembangkan. Komunikasi Sebagai Aksi atau
Komunikasi Satu Arah Komunikasi jenis ini menuntut guru untuk berperan aktif
melakukan aksi dalam memberi sebuah materi dan siswa difungsikan sebagai
penerima aksi. Memang dalam menggunakan komunikasi jenis ini, siswa akan
cenderung pasif dikelas karena guru yang akan lebih aktif. Ceramah adalah
sebuah komunikasi yang secara umum kurang dapat membuat siswa menjadi
hidup. Siswa akan cenderung merasa bosan dikelas karena tidak terlalu banyak
melakukan kegiatan. Komunikasi Sebagai Interaksi atau Komunikasi Dua Arah
Yang dimaksud komunikasi dua arah adalah keikutsertaan semua anggota kelas
baik guru maupun siswa. Guru dan siswa dapat berperan sama, sebagai aksi
maupun penerima aksi. Tidak hanya guru yang memberikan aksi, tapi dengan
komunikasi jenis ini, siswa juga dapat berperan sebagai aksi. Seorang guru dapat
memperoleh jawaban dari kegiatan siswa yang dilakukan di dalam kelas.
Komunikasi jenis ini akan memperlihatkan hubungan dua arah antara guru dan
siswa dengan tetap menjaga batasan sebagai guru dan siswa. Namun komunikasi
jenis ini, pelajar tidak bisa melakukan interaksi dengan sesama pelajar di dalam
kelasnya karena mereka hanya melakukan interaksi antara guru dan siswa. Pelajar
tidak dapat berdiskusi dengan sesama temannya, keduanya hanya dapat saling
memberi dan menerima karena komunikasi ini membuat kegiatan guru dan siswa
relative sama. Komunikasi Banyak arah atau Komunikasi Sebagai Transaksi
Komunikasi banyak arah adalah komunikasi yang melibatkan interaksi guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa yang lainnya. Proses pembelajaran yang
menggunakan pola komunikasi semacam ini akan membuat kegiatan siswa dalam
kelas menjadi berkembang. Mereka dapat melakukan interaksi dengan sesama
teman selain hanya dengan guru. Kegiatan siswa akan lebih optimal dengan
interaksi semacam ini, tentu dengan peran seorang guru sebagai pengawas dalam

kelas sekaligus sebagai penggerak. Kebebasan dalam bereksperi membuat siswa


menjadi lebih aktif. Melakukan diskusi dengan sesama teman membuat
komunikasi siswa menjadi lebih berkembang. Karena pada dasarnya melakukan
komunikasi atau sering berbicara juga secara tidak langsung akan mengasah otak
agar tidak tumpul. dalam kegaitan belajar siswa, tentulah memerlukan beberapa
aspek yang mendorong atau memungkinkan siswa melakukan komunikasi secara
baik sesuai dengan apa yang sedang dia pelajari dalam kelas. Jangan sampai
karena mereka aktif bahasan yang mereka perbincangkan jauh menyimpang dari
apa yang seharusnya mereka pelajari dan mereka komunikasikan dalam sebuah
diskusi kelas. Untuk mengatasi masalah seperti ini, maka peran guru sangatlah
dibutuhkan sebagai managerial kelas. Sebuah pengaturan dalam proses belajar
mengajar sangatlah dibutuhkan. Maka, seorang guru haruslah memiliki strategi
dalam membangun komunikasi yang baik dalam kelas. Dalam membangun
komunikasi dalam kelas agar tercapai proses belajar mengajar yang mengarah
pada suksesnya tujuan belajar, minimal ada lima strategi yang perlu
dikembangkan untuk membangun komunikasi yang efektif, diantaranya Respek
Saling menghargai akan membuat seseorang merasa bahwa dirinya merasa
nyaman dan akan berbalik menghargai orang yang telah memberinya
penghargaan. Mengawali komunikasi dengan sebuah rasa saling menghargai
memang haruslan dilakukan diawal sebelum proses belajar mengajar dimulai.
Seorang guru akan sukses berkomunikasi dengan siswa bila dia melakukannya
dengan penuh respek terhadap siswa. Jika hal ini dilakukan, maka dengan
sendirinya siswa juga akan menaruh respek terhadap guru. Gunakanlah identitas
anda sebagai seorang pendidik bukan pengajar, hilangkan semua atribut dan
anggaplah mereka semua seperti anak kandung disekolah. Empati Empati
merupakan sebuah kemampuan menempatkan diri terhadap situasi yang sedang
dirasakan oleh orang lain. Seorang guru dituntut untuk mampu menjadi
pendengan dan mengerti apa yang sedang dirasakan oleh anak didiknya. Menjadi
teman curhat, mempu membaca gerak tubuh siswa.Guru yang baik adalah guru
yang tidak meminta siswa untuk mengerti kondisi gurunya. guru yang baik
adalah guru yang mampu mengerti kondisi anak didiknya. Mengerti psikologis
setiap siswa, memahami dan berusaha untuk mencarikan solusi untuk siswa yang
bersangkutan. Merangkul semua siswa seolah mereka adalah teman adalah
seorang guru panutan bagi setiap anak didiknya. Seorang guru yang baik harusnya
mampu untuk tidak membedakan mana yang pintar yang rajin, yang bandel atau
bahkan yang selalu menuruti perintah gurunya. Semua haruslah diberikan porsi
yang sama dalam hal empati. Jangan karena kenakalannya maka hukuman yang
tidak mendidik diberikan kepada siswa tersebut. Dalam hal secaman ini, seorang
guru dituntut untuk melibatkan mata hati dan perasaan dalam memahami berbagai
perihal yang ada pada anak didiknya. Audible Audible berarti dapat didengarkan

atau dapat dimengerti dengan baik. Penyampaian yang baik dalam kelas akan
lebih mudah diterima daripada yang menggunakan bahasa terlalu rumit.
Penampilan yang rapi tutur bahasa yang sopan merupakan sebuah cara dalam
menarik perhatian siswa agar komunikasi yang akan dilakukan dapat berjalan
dengan baik. Jelas Maknanya Seorang guru harus berusaha untuk tidak
menimbulkan makna ganda pada saat menyampaikan sebuah permasalah terhadap
siswa. Agar pesan yang disampaikan tidak menimbulkan makna ganda, seorang
guru hendaknya mampu menguasai bahasa mereka. Penggunaan bahasa yang
sering digunakan oleh anak didik akan lebih dapat dimengerti daripada
menggunakan bahasa orang dewasa. Rendah hati Sikap rendah hati seorang guru
mengandung makna jika dia sangat menghargai anak didiknya. Tidak memandang
rendah terhadap siswa yang dianggapnya bodoh sekalipun. Fathurrohman, P dan
Sutikno M,S. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. Bandung
RELATED POSTS : Kurikulum Pendidikan 1964 Kurikulum Pendidikan 1964
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum pendidikan di Indonesi Read More... Kurikulum Pendidikan
1968 Kurikulum Pendidikan 1968Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari
Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidika
Read More... Pengertian Hubungan Sosial dan Pengaruhnya Terhadap remaja
Pengertian Hubungan Sosial dan Pengaruhnya Terhadap remaja Pengertian
Hubungan Sosial Eureka Pendidikan. Hubungan sosial individu berk Read
More... Pengertian dan Definisi Remaja dalam Teori Perkembangan Peserta didik
Pengertian dan Definisi Remaja dalam Teori Perkembangan Peserta didik Eureka
Pendidikan. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tah Read More...
Pembelajaran Berbasis Information and Communication Technology (ICT)
Pembelajaran Berbasis Information and Communication Technology (ICT)
Eureka Pendidikan. Proses pembelajaran adalah kegiatan dari proses be Read
More... 0 RESPONSE TO "MEMBANGUN KOMUNIKASI ANTARA GURU
DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR" Posting Lebih
BaruPosting LamaBeranda Entri Populer30 HariArsip Blog Definisi Sampling
Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling Definisi Sampling Serta Jenis Metode
dan Teknik Sampling Eureka Pendidikan . Sampel atau contoh secara sederhana
dapat diartikan sebagai ... Definisi Masalah dan Jenis-Jenis Masalah Dalam
Penelitian Definisi Masalah dan Jenis-Jenis Masalah Dalam Penelitian Eureka
Pendidikan . Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada berbagai permas...
Pengertian dan Jenis-Jenis Variabel dalam Penelitian dan Evaluasi Pengertian dan
Jenis-Jenis Variabel dalam Penelitian dan Evaluasi Eureka Pendidikan . Penelitian
adalah suatu proses mencari tahu sesuatu... Kurikulum Berbasis Kompetensi :
Kurikulum 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi : Kurikulum 2004 Eureka
Pendidikan . Kurikulum pendidikan yang berlaku pada tahun 2004 adalah

kurikulum 2... Hakikat Epistimologi Dalam Kajian Filsafat Ilmu Hakikat


Epistemologi Dalam Kajian Filsafat Ilmu Eureka Pendidikan .

SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


KONSELING KELOMPOK
1;
2;
3;
4;

5;

6;
7;

Judul/Spesifikasi Layanan
: Hubungan dalam Keluarga
Bidang Bimbingan
: Bimbingan Sosial
Fungsi Layanan
Agar siswa dapat memahami pentingnya hubungan dalam keluarga.
Standar Kompetensi
Membantu siswa untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi.
Dalam mewujudkan pribadi yang baik melalui hubungan dalam keluarga .
Indikator Pencapaian
Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan siswa dapat:
a; Menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk selalu meningkatkan
hubungan dalam keluarga.
b; Dapat menciptakan dan menumbuhkan hubungan keluarga yang baik.
Sasaran Layanan
: 7 Siswa kelas VII SMP Negeri 13 Kota
Magelang
Uraian Kegiatan dan Materi Layanan
a; Uraian Kegiatan
1; Tahap pembentukan
a; Salam
b; Doa
c; Ucapan terimakasih atas kehadiran anggota
d; Penyampaian maksud dan tujuan kegiatan
e; Penyampaian pengertian,tujuan, dan manfaat KKp
f; Penyampaian asas-asas dalam pelaksanaan KKp
g; Keakraban dengan Bercermin
2; Tahap Peralihan
a; Menanyakan kesiapan anggota kelompok
b; Penjelasan tata cara
c; Penegasan kerahasiaan anggota kelompok
3; Tahap Kegiatan
a; Penentuan permasalahan
b; Penyampaian prolog
c; Penyampaian pengalaman

d; Pembahasan apa,mengapa,bagaimana
a; Apa ?
b; Mengapa ?
c; Bagaimana ?
e; Penyampaian kesimpulan
f;

Penegasan komitmen

Tahap Pengakhiran
a; Penyampaian pesan dan kesan dari anggota kelompok
b; Membuat kesepakatan pertemuan yang akan datang
c; Doa penutup
b; Materi Layanan
Terlampir
4;

8. Tempat Penyelenggaraan Layanan


9. Waktu
Tanggal
Semester
10. Penyelenggara Layanan
11. Alat & Perlengkapan
a) Power Point
b) Permainan
c) Video
13. Rencana Penilaian

: Ruang kelas
: 45 Menit
: 31 Desember 2016
: II
: Praktikan

a; Laiseg
b; Laijapen

Magelang, 31 Desember 2016


Perencana Kegiatan Layanan

Tama Ika Desi Amita Hanif

SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


BIMBINGAN KELOMPOK
1;
2;
3;
4;

5;

6;
7;

Judul/Spesifikasi Layanan
: Komunikasi dalam Keluarga
Bidang Bimbingan
: Bimbingan Pribadi
Fungsi Layanan
Agar siswa dapat memahami pentingnya hubungan dalam keluarga.
Standar Kompetensi
Membantu siswa untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi.
Dalam mewujudkan pribadi yang baik melalui hubungan dalam keluarga .
Indikator Pencapaian
Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan siswa dapat:
a; Menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk selalu
meningkatkan hubungan dalam keluarga.
b; Dapat menciptakan dan menumbuhkan hubungan keluarga yang
baik.
Sasaran Layanan
: 7 Siswa kelas VII SMP Negeri 13 Kota
Magelang
Uraian Kegiatan dan Materi Layanan
b; Uraian Kegiatan
1; Tahap pembentukan
a; Salam
b; Doa
c; Ucapan terimakasih atas kehadiran anggota
d; Penyampaian maksud dan tujuan kegiatan
e; Penyampaian pengertian,tujuan, dan manfaat KKp
f; Penyampaian asas-asas dalam pelaksanaan KKp
g; Keakraban dengan Bercermin
2; Tahap Peralihan
a; Menanyakan kesiapan anggota kelompok
b; Penjelasan tata cara
c; Penegasan kerahasiaan anggota kelompok
3; Tahap Kegiatan
a; Penentuan permasalahan
b; Penyampaian prolog

c; Penyampaian pengalaman
d; Pembahasan apa,mengapa,bagaimana
a; Apa ?
b; Mengapa ?
c; Bagaimana ?
e; Penyampaian kesimpulan

Penegasan komitmen
5; Tahap Pengakhiran
a; Penyampaian pesan dan kesan dari anggota kelompok
b; Membuat kesepakatan pertemuan yang akan datang
c; Doa penutup
c; Materi Layanan
f;

Terlampir
8. Tempat Penyelenggaraan Layanan
9. Waktu
Tanggal
Semester
10. Penyelenggara Layanan
11. Alat & Perlengkapan
a) Power Point
b) Permainan
c) Video
12. Sumber

: Ruang kelas
: 45 Menit
: 31 Desember 2016
: II
: Praktikan

a) http://dhinipedia.blogspot.co.id/2012/01/komunikasi-dalamkeluarga.html
13. Rencana Penilaian
a; Laiseg
b; Laijapen

Magelang, 31 Desember 2016


Perencana Kegiatan Layanan

Tama Ika Desi Amita Hanif


KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

A. Dasar-dasar komunikasi dalam keluarga


Secara etimologis atau menurut asal katanya istilah komunikasi berasal dari
bahasa latin, yaitu comunication, yang akar katanya adalah communis,
tetapi bukan partai komunis dalam kegiatan politik. Arti communis adalah sama,
dalamarti kata sama makna yaitu sama makna mengenai suatu hal.
[1]Secara terminologis komunikasi proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang pada orang lain. Dalam terminologi yang lain komunikasi dapat
dipandang sebagai proses penyampaian informasi dalam pengertian ini,
keberhasilan komunikasi sangat tergantung dari penguasaan materi dan
pengaturan cara-cara penyampaiannya. Sedangkan pengirim dan penerima pesan
bukan merupakan komponen yang menentukan.
Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari
kehidupan manusia. Mulyana pernah berujar, bahwa tanpa melibatkan diri dalam
komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara
sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena caracara berperrilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan
pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi. Jadi komunikasi
adalah inti dari semua hubungan dengan tingkat kedalaman yang bervariasi yang
ditandai dengan kejujuran, keterbukaan, pengertian, dan saling percaya di antara
kedua belah pihak.
Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan
perkawinan. Didalamnya hidup bersama pasangan suami istri secara sah karena
pernikahan.
Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit atau lingkungan
masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling bawah dari
satu lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah tangga ini sangat sentral
seperti diungkapkan oleh Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa keluarga rumah
tangga adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa keluarga rumah tangga
berdirilah suatu kampung kemudian berdiri suatu kota. Dari beberapa kota berdiri
daru propinsi, dan dari beberapa propinsi berdiridatu negara.[2]
Pada dasaranya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam satu atap.
Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami istri dan saling

interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk komunikasi baru yang
disebut keluarga. Karenanya keluargapun dapat diberi batasan sebagai sebuah
group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita perhubungan mana
sedikit banyak bertsanggung lama untuk menciptakan dan membesarkan anakanak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial
yang terdiridari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini
mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat
manusia.
Ketika sebuah keluarga terbentuk, komunikasi baru karena hubungan darahpun
terbentuk pula. Di dalamnya ada suami, istri dan anak sebagai penghuninya.
Saling berhubungan, saling berinteraksi di antara mereka melahirkan dinamika
kelompok karena berbagai kepentingan, yang terkadang bisa memicu konflik
dalam keluarga.
Oleh karena itu, konflik dalam keluarga harus diminimalkan untuk mewujudkan
keluarga seimbang dan bagaimana cara berkomunikasi dalam keluarga dengan
baik. Keluarga seimbang adalah keluarga yang ditandai keharmonisan hubungan
(relasi) antara ayah dan ibu antara ayah dan anak serta antara ibu dan anak. Setiap
anggota keluarga tahu tugas dan tanggung jawab masing-masing dan dapat
dipercaya.[3]
Tak dapat dipungkiri, hubunganyang menjadi kepedulian kebanyakan orang
adalah hubungan dalam keluarga, keluarga mewakili suatu konstelasi hubungan
yang sangat khusus.[4]
Dilingkungan keluarga, komunikasi juga sangat besar kedudukannya dalam
mempertahankan kelangsungan hidup keluarga yang bersangkutan. Tanpa
dibarengi dengan pelaksanaan komunikasi yang terbuka antar anggota dalam
suatu keluarga dipastikan tidak akan terjadi keharmonisan di dalamnya.
Dalam keluarga juga paling sering terjadinya proses komunikasi dan informasi
pendidikan. Bukanlah pendidikan awalnya dari keluarga? Sebagian besar perilaku
orangtua dan lingkungannya dalam keluarga, akanselalu mendapatkan proses
pendidikan sepanjang anak-anak masih diasuh di dalamnya.
Didalam lingkungan keluarga memang tidak hanya terjadi proses komunikasi
pendidikanlain seperti komunikasi massa (setidaknya sebagai anggota audiens
pemirsa dan pembaca media massa).

Infromasi dalam lingkungan keluarga pun menyertai kehadiran proses


komunikasi, baik langsung ataupun tidak langsung. Seperti halnya proses
komunikasi, proses perjalanan informasi dalam lingkungan keluarga selalu sejalan
sebagai penyerta proses komunikasi.[5]
B. Pola Komunikasi dan Interaksi dalam Keluarga
Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan
keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara,
berdialog, bertukar pikiran dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan
antara anggota anggota keluarga pun sukar untuk dihindari. Oleh karena itu,
komunikasi antara suami dan sitri, komunikasi antara ayah, ibu dan anak,
komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan anak dan
komunikasi antar anak dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam rangka
membangun pendidikan yang baik dalam keluarga. Persoalannya adalah pola
komunikasi bagaimana yang sering terjadi dalam kehidupan keluarga?
Berdasarkan kasusistik perilaku orang tua dan anak yang sering muncul dalam
keluarga, maka pola komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga adalah
berkisar di seputar model stimulus Respons ( S-R ), model interaksional,
hubungan antar peran, model ABX.
1. Model stimulus respons
Pola komunikasi yang biasanya terjadi dalam keluarga adalah model stimulus
respons ( S-R ). Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses aksi
reaksi yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal
(lisan tulisan) isyarat-isyarat nonversal, gambar-gambar dantindakan-tindakan
tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara
tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan
informasi atau gagasan, proses ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak
efek.
2. Model Interaksional
Model Interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model S-R
mengasumsikan manusia adalah pasif, model interaksional menganggap manusia
jauh lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna
yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi.

Berapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol,
makna, penafsiran, dan tindakan.[6]
3. Hubungan antar peran
Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan antar
peran hal ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga
dilaksanakan melalui komunikasi.[7]
4. Model ABX
Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara
anggota keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari
perspektif

psikologi-sosial. Newcomb menggambarkan

bahwaseseorang

(A)

menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X).


yaitu (1) orientasi A terhadap X, yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek
yang harus didekati atau dihindari dari atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan
kognitif), (2) orientasi A terhadap B dalam pengertian yang sama.
C. Aneka Komunikasi dalam Keluarga
1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu atau
kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan efektif tidaknya
suatu kegiatan komunikasi bergantung dari ketepatan kata-kata atau kalimat dalam
mengungkapkan sesuatu.
Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga
setiap hari orang tua selalu ingin berbincang-bincang kepada anaknya., canda dan
tawa menyertai dialog antara orang tua dan anak.
2. Komunikasi non verbal
Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya dalam bentuk verbal,
tetapi juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi nonverbal
suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal. Fungsi
komunikasi verbal sangat terasa jika, komunikasi yang dilakukan secara verbal
tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas.
3. Komunikasi Individual
Komunikasi individual atau komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang
sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam sebuah
interaksi antarpribadi, antara suami dan istri, antara ayah dan anak, antara ibu dan
anak, antar anak dan anak.
4. Komunikasi kelompok

Hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat penting untuk dibina dalam
keluarga keakraban hubungan itu dapat dilihat dari frekuensi pertemuan antara
orang tua dan anak dalam suatu waktu dan kesempatan. Suadahwaktunya orang
tua meluangkan waktu dan kesempatan untukduduk bersama dengan anak-anak,
berbicara, berdialog dalam suasana santai.[8]
D. Tahap Tahap Perkembangan Komunikasi Keluarga[9]
a.
Keluarga dengan anak anak prasekolah
Pada tahap ini dari lahir hingga usia 6 tahun, anak anak ada pada tahun puncak
untuk mempelajari bahasa. Kemampuan berbahasa terutama diperoleh dari
keluarga khususnya dari interaksi anatara anak dan pengasuh utama, ibunya. Anak
anak memulai kemampuan berbahasa dengan menggunakan kata kata tunggal.
Anatara usia 18 24 bulan, ungkapan ungkapan dua kata muncul. Menjelangn
usia 3 tahun anak- anak menguasai kira kira seribu kata, dan mulai usia 4-5
tahun mereka memperoleh kira-kira 50 kata setiap bulan.
b.
Keluarga dengan anak anak usia sekolah
Anak anak semakin mengalami kebebasan sejalan dengan pertambahan usia.
Mereka memperoleh pengaruh tidak hanya lewat komunikasi keluarga yang masih
merupakan kekuatan dominan, tapi juga lewat komunikasi dengan pihak pihak
di luar keluarga. Dua dimensi komunikasi orang tua-anak menjadi penting ;
penerimaan penolakan dan kontrol otonomi.
c.
Keluarga dengan anak anak remaja
Tahap ini cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik sehubungan dengan
bertambahya kebebasan anak anak. Masalah masalah otonomi dan kontrol
menjadi sangat tajam pada tahun tahun ini. Anak anak remaja mulai
mengalihkan komunikasi dari komunikasi keluarga kepada komunikasi dengan
teman- teman sebaya . Karena perubahan perubahan fisiologis dan psikologis
yang dialami remaja, topik topik tertentu menjadi perhatian mereka. Pendeknya,
usia remaja merupakan tantangan terbesar bagi komunikasi keluarga. Bila orang
tua dan anak dapat mengatasi badai, komunikasi selanjutnya akan lebih lancar.
Selanjutnya dapat disimpulkan dengan pertambahan usia, hubungan kita dengan
saudara- saudara kandung tetap penting. Misalnya, penelitian di Universitas
Purdue menunjukkan bahwa wanita yang mempunyai hubungan akrab dengan
seorang saudara perempuannya mengalami kurang depresi dalam kehidupan

lanjutnya. Klagsbrun melaporkan, berdasarkan survey, bahwa wanita lebih


cenderung merasa akrab dengan saudara- saudara perempuannya dibandingkan
dengan pria terhadap saudara-sudara prianya dan bahwa saudara-saudara kandung
lebih cenderung akrab sebagai orang orang dewasa bila perbedaan usia mereka
tidak lebih dari lima tahun antara yang satu dengan lainnya.
E. Etika Komunikasi Keluarga dalam Islam
Dalam konteks komunikasi di masyarakat, ada 2 kata yang dirasa perlu
dibicarakan di sini, yaitu etika dan etiket. Etika adalah kata benda. Bahasa
Inggrisnya adalah ethics yang berarti etika atau tata susila.
Sementara itu etiket adalah suatu kata yang berasal dari bahasa Prancis etiquette,
yang secara harfiah berarti peringatan. Secara maknawi berarti persyaratan
konvensional mengenai prilaku tata cara dalam masyarakat beradab memelihara
hubungan baik antara sesama manusianya.
Ketika di kaitkan dengan komunikasi, maka etika ibu menjadi dasar pijakan dalam
berkomunikasi antar individu atau kelompok. Etika memberikan landasan moral
dalam membangun tata susila terhadap semua sikap dan perilaku individu atau
kelompok komunikasi. Dengan demikian, tanpa etika komunikasi itu dinilai tidak
etis.
Secara garis besar, etika komunikasi dalam Islam dapat dibagi menjadi dua, yaitu
etika komunikasi transendental (hablum minallah) dan etika komunikasi insani
(hablumminannas). Etika komunikasi dalam Islam dibangun berdasarkan petunjuk
yang

diisyaratkan

oleh Al-Quran dan Al-Sunnah.

Islam mengajarkan

berkomunikasi itu dengan penuh beradaban, penuh penghormatan, penghargaan


terhadap orang yang di ajak bicara, dan sebagainya.[10]
Ada 6 (enam) prinsip etika komunikasi dalam Islam yaitu prinsip qawlan karima
(perkataan yang benar/lurus), prinsip qawlan marufa (perkataan yang baik),
prinsip qawlan layyina (perkataan yang lemah lembut), dan prinsip qawlan
maisura (perkataan yang pantas)
1.
Qawlan Karima ( Perkataan yang benar / lurus )
Komunikasi yang baik tidak dinilai dari tinggi rendahnya jabatan atau pangkat
seseorang, tetapi ia dinilai dari perkataan seseorang cukup banyak orang yang
gagal berkomunikasi dengan baik kepda orang lain disebabkan mempergunakan
perkataan yang keliru dan berpotensi merendahkan orang lain.

Islam mengajarkan agar memeprgunakan perkataan yang mulia dalam


berkomunikasi kepada siapapun seperti terdapat dalam ayat Al-Quran yang
berbunyi :









Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.(Al-Israa : 23)
2.
Qawlan Sadida ( Perkataan jujur )
Berkata benar berarti berkata jujur, apa adanya, jauh dari kebohongan orang yang
jujur adalah orang yang dapat dipercaya setiap perkataan yang keluar dari
mulutnya selalu mengandung kebenaran.
Dalam kehidupan keluarga, masalah berkata benar ini penting apalagi dalam
konteks pendidikan anak. Islam mengajarkan agar orang tua selalu berkata benar
kepada anak. Berbicara kepada orang lain harus benar katakan yang benar itu
benar dan yang salah itu salah.
3.
Qawlan marufa (berkata yang baik/pantas)
Qawlan marufa dapat diterjemahkan dengan ungkapan yang pantas / baik.
Dalam surat al-baqarah ayat 263 Allah berfirman :


Perkataan yang baik dan pemberian ma'af lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi
Maha Penyantun (Al-Baqarah : 263).
Islam mengajarkan agar ketika memberi orang lain yang minta sedekah disertai
dengan perkataan yang baik, bukan diiringi dengan perkataan kasar sebab
perkataan yang kasar dapat menyakiti perasaan orang lain.
4.
Qawlan Baligha ( berkata yang bermanfaat / mengena jiwa )
Qawlan baligha adalah komunikasi yang efektif dalam Al-Quran Allah swt
berfirman :



Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,

dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa pada jiwa
seseorang. Dalam keluarga komunikasi mereka. (An-Nisaa : 63)
Ayat diatas memberikan isyaratbahwa komunikasi itu efekif bila perkataan yang
disampaikan itu berbekas yang berbekas di jiwa adalah penting. Komunikasi
seperti ini hanya terjadi bila komunikasi yang berlangsung itu efektif mengenai
sasaran. Artinya apa yang dikomunikasikan itu secara terus terang, tidak berteletele sehingga tepat mengenai sasaran yang dituju.
5.
Qawlan Layyina ( berkata yang lemah lembut )
Islam mengajarkan agar menggunakan komunikasi yang lemah lembut kepada
siapapun. Dalam keluarga orang tua sebaiknya berkomunikasi pada anak dengan
cara lemah lembut, jauh dari kekerasan dan permusuhan. Dengan menggunakan
komunikasi yang lemah lembut, selain ada perasaan bersahabat yang menyusup ke
dalam telung hati anak. Ia juga berusahamenjadi pendengar yang baik, perintah
menggunakan perkataan yang lemah lembut ini terdapat dalam Al-Quran yang
berbunyi:


Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". ( Thaahaa : 44)
6.
Qawlan Maiusura ( perkataan yang pantas )
Dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan dianjurkan untuk mempergunakan
bahasa yang mudah ringkas, dan tepat sehingga mudah dicerna dan dimengerti.
Dalam Al-Quran ditemukan istilah qawlan manusia yang merupakan salah satu
tuntunan untuk melakukan komunikasi dengan mempergunakan bahasa yang
mudah dimengerti dan melegakan perasaan.[11]
F. Faktor faktor yang mempengaruhi Komunikasi Keluarga
Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi
dengan baik kepada orang lain. Dilain waktu seseorang mengeluh tidak dapat
berkomunikasi dengan baik kepada orang lain.
Dalam keluarga, ketika dua orang berkomunikasi, sebetulnya mereka berada
dalam

perbedaan

untuk

mencapai

kesamaan

pengertian

dengan

cara

mengungkapkan dunia sendiri yang khas, mengungkapkan dirinya yang tidak


sama dengan siapapun. Sekalipun yang berkomunikasi ibu adalah antara suami
dan istri antara ayah dan anak antara ibu dan anak, dan antara anak dan anak,

hanya sebagian kecil mereka itu sama-sama tahu, sama-sama mengalami, sama
pendapat, dan sama pandangan.[12]
Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi kimunikasi da,am keluarga,
seperti yang akan duraikan berikut ini :
a.
Citra diri dan citra orang lain
Citra diri atau merasa diri, maksudnya sama saja. Ketika orang berhubungan dan
berkomunikasi dengan orang lain, dua mempunyai citra diri dia merasa dirinya
sebagai apa dan bagaimana. Setiap orang mempunyai gambaran gambaran
tertentu mengenai dirinya statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran
itulah yang menentukan apa dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring bagi
apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang
berlangsung disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan
persepsi orang.
Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi cara dan kemampuan
orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran tang khas bagi dirinya.
Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah, ingusan, tak
tahu apa-apa, harus di atur, maka ia berbicara secara otoriter. Akhirnya, citra diri
dan citra orang lain harus saling berkaitan, saling lengkap-melengkapai.
Perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dancara komunikasi.
b.
Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit
berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa,
merasa irihati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
c.
Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara
yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan
yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana
di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal.
Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap
masyarakat memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi yang
berlangsungpun harus taat norma.
d.
Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan
strategis.

Dinamika

hubungan

dalam

keluarga

dipengaruhi

oleh

pola

kepemimpinan. Karakteristik

seorang pemimpin

akan menentukan pola

komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk


hubungan-hubungan tersebut. Menurut Cragan dan Wright, kepemimpinan adalah
komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah
tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan
keefektifan komunikasi kelompok.
e.
Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pastimenggunakan bahasa sebagai
alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang
dipergunakan oleh orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu
objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang
digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat.
Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi.
f.
Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara
sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada
anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia
masing-masing yang harus dipahami.[13]
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri, 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam
Keluarga, Jakarta : Rineka Cipta.
M. Yusuf, Pawit, 2009. Ilmu Informasi Komunikasi dan Kepustakaan, jakarta :
bumi Aksara.
Mulyona, Deddy, 2005. Nuansa-nuansa Komunikasi, Bandung : Remaja
Rosdakarya
Tubss L.Stewart dan Sylvia Moss,Human Communication, Bandung : Remaja
rosda Karya
http://aliyahnuraini.wordpress.com/2009/04/04/komunikasi-keluarga.

SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


BIMBINGAN KELOMPOK
1; Judul/Spesifikasi Layanan

: Cara Membangun Suasana Nyaman dalam

Keluarga
2; Bidang Bimbingan
: Bimbingan Pribadi
3; Fungsi Layanan
Agar siswa dapat memahami pentingnya membangun suasana nyaman dalam
keluarga.
4; Standar Kompetensi
Membantu siswa untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi.
Dalam mewujudkan pribadi yang baik dengan membangun suasana nyaman
dalam keluarga .
5; Indikator Pencapaian
Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan siswa dapat:
a; Menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk selalu membangun
suasana nyaman dalam keluarga.
b; Dapat menciptakan dan menumbuhkan suasana nyaman dalam keluarga.
6; Sasaran Layanan
: 7 Siswa kelas VII SMP Negeri 13 Kota
Magelang
7; Uraian Kegiatan dan Materi Layanan
a; Uraian Kegiatan
1; Tahap pembentukan
a; Salam
b; Doa
c; Ucapan terimakasih atas kehadiran anggota
d; Penyampaian maksud dan tujuan kegiatan
e; Penyampaian pengertian,tujuan, dan manfaat KKp
f; Penyampaian asas-asas dalam pelaksanaan KKp
g; Keakraban dengan Bercermin
2; Tahap Peralihan
a; Menanyakan kesiapan anggota kelompok
b; Penjelasan tata cara
c; Penegasan kerahasiaan anggota kelompok
3; Tahap Kegiatan
a; Penentuan permasalahan
b; Penyampaian prolog
c; Penyampaian pengalaman
d; Pembahasan apa,mengapa,bagaimana
a; Apa ?
b; Mengapa ?
c; Bagaimana ?

e; Penyampaian kesimpulan
f; Penegasan komitmen
4; Tahap Pengakhiran
a; Penyampaian pesan dan kesan dari anggota kelompok
b; Membuat kesepakatan pertemuan yang akan datang
c; Doa penutup
b; Materi Layanan
Terlampir
8. Tempat Penyelenggaraan Layanan
: Ruang kelas
9. Waktu
: 45 Menit
Tanggal
: 31 Desember 2016
Semester
: II
10. Penyelenggara Layanan
: Praktikan
11. Alat & Perlengkapan
a) Power Point
b) Permainan
c) Video
12. Sumber
a)
13. Rencana Penilaian
a; Laiseg
b; Laijapen
Magelang, 31 Desember 2016
Perencana Kegiatan Layanan

Tama Ika Desi Amita Hanif

SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


KONSELING INDIVIDU
1;
2;
3;
4;

Judul/Spesifikasi Layanan
: Bosan di Rumah
Bidang Bimbingan
: Bimbingan Pribadi
Fungsi Layanan
: Pengentasan
Standar Kompetensi
Membantu konseli untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi.

Dalam mewujudkan pribadi yang menyenangkan saat di dalam rumah.


5; Indikator Pencapaian
Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan konseli dapat:
a; Menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk selalu meningkatkan
kenyamanan di
dalam rumah.
b; Dapat menciptakan dan menumbuhkan kenyamanan agar tidak bosan di
dalam rumah.
6; Sasaran Layanan
7; Tempat Penyelenggaraan Layanan

: Konseli (BDS)
: Ruang kelas

8; Waktu

: 45 Menit

Tanggal
Semester
10. Penyelenggara Layanan
11. Pendekatan yang digunakan

: 31 Desember 2016
: II
: Praktikan
: Family therapy

Magelang, 31 Desember 2016


Perencana Kegiatan Layanan

Tama Ika Desi Amita Hanif

Anda mungkin juga menyukai