Anda di halaman 1dari 9

Pendahuluan

Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di Negara Amerika Serikat.
Sekitar seperempat jumlah penduduk dewasa menderita hipertensi, dan insidensinya lebih tinggi
dikalangan Afro-Amerika setelah usia remaja. Penderita hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
terhadap kelainan di jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti gangguan pada saraf,
ginjal, dan pembuluh darah.

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg pada pemeriksaan yang berulang.

Tujuan
Definisi

Hipertensi atau yang dikenal juga dengan istilah tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan
sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.
Seseorang dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg pada pemeriksaan yang berulang (PERKI,2015)

Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer


(essensial) dan hipertensi sekunder.

1. Hipertensi primer (esensial)


Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Terdapat sekitar 90-95%
kasus. Biasanya karena ada faktor genetik,
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi yang sebagian besar diketahui penyebabnya, biasanya berasal dri adanya
gangguan pada fungsi ginjal, jantung, hormonal, maupun penggunaan obat-obatan
tertentu.

Menurut The Eight Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII), klasifikasi hipertensi pada orang
dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.
(Tabel 2.)
Epidemiologi

Angka kejadian kasus hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Jumlah
kasus yang terdata pada tahun 2015 sebanyak 970 juta orang, sedangkan jumlah kasus di
Amerika terdata sebanyak 77,9 orang dewasa terkena hipertensi dengan perbandingan 1 dari 3
orang terkena hipertensi. Estimasi jumlah kasus hipertensi pada tahun 2025 akan semakin naik
menjadi 1,56 miliyar kasus hipertensi di dunia.

Etiologi

Sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Namun,
berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua yakni hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Hipertensi primer penyebabnya tidak diketahui secara pasti, biasanya disebabkan
karena faktor genetik, sedangkan hipertensi sekunder biasanya disebabkan karena adanya
kerusakan atau disfungsi organ seperti tercantum dibawah ini :

a. Gangguan ginjal (2-6% dari seluruh pasien hipertensi).


- Renal parenchymal disease : penyakit glomerular, penyakit polikistik, uropati
obstruktif).
- Renovascular disease : penyempitan pada arteri diginjal karena aterosklerosis dan
dysplasia fibromuskuler.
b. Gangguan Endokrin
- Kelainan adrenokortikal : aldosteronisme primer, hyperplasia adrenal kongenital,
sindrom cushing.
- adrenal medullary tumors : pheochromocytoma.
- Thyroid disease : hipertiroid, hipotiroid.
- Akromegali
- Carcinoid tumor
c. Penggunaan obat-obatan
- Kontrasepsi oral, simpatomimetik, glukokortikoid, mineralokortikoid, siklosporin,
dll.
d. Kehamilan : preeklamsia dan eklamsia
e. Gangguan Neurologi : Sleep apnea, peningkatan tekanan intracranial
Faktor resiko
Banyak fakor yang dapat meningkatkan tekanan darah. Faktor-faktor ini secara garis besar dibagi
menjadi 2 yakni, faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi.

1. Faktor resiko yang dapaat dimodifikasi


- Obesitas
- Inaktifitas fisik
- Merokok
- Konsumsi makanan tinggi sodium
- Konsumsi alkohol
- Stress
- Diabetes Melitus
2. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
- Usia
- Riwayat keluarga
- Ras (Suku)

Patofisiologi

Berbagai mekanisme terjadinya peningkatan tekanan darah merupakan penyimpangan


dari peengendalian secara fisiologi (normal) tekanan darah, dimana secara fisiologis tekanan
darah dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi perifer total. Curah jantung dipengaruhi oleh
volume darah dimana volume darah sangat bergantung pada keseimbangan natrium. Resistensi
perifer total bergantung pada efektifitas saraf dan hormonal.

Ginjal berperan penting dalam regulasi atau pengendalian tekanan darah melalui sistem
Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS). Ketika tekanan arteri turun sangat rendah, ginjal
nantinya akan mengeluarkan suatu enzim protein yang disebut dengan renin. Renin disekresikan
oleh sel jukstaglomerulus ginjal dimana nantinya renin ini akan mengubah angiotensinogen
menjadi angiotensin I. Angiotensin I memiliki efek vasokonstriktor ringan namun belum cukup
untuk menyebabkan perubahan bermakna pada sirkulasi, sehingga nantinya angiotensin 1 diubah
menjadi angiotensin II dengan bantuan angiotensin converting enzyme (ACE). Efek dari
angiotensin II ini nantinya akan meningkatkan resistensi perifer dan volume darah dengan cara
stimulasi sekresi aldosterone sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi natrium.

Diagnosis

Pada dasarnya, hipertensi tidak memberikan gejala yang spesifik. Umunya pada saat anamnesis,
keluhan yang sering diutarakan oleh penderita berkaitan dengan :
a. Peningkatan Tekanan darah : sakit kepala paling sering didaerah occipital dan dikeluhkan
pada saat bangun pagi dan berkurang secara spontan setelah beberapa jam, dizziness,
mudah lelah.
b. Gangguan vaskuler : penglihatan agak berkurang/kabur karena perubahan di retina,
angina pectoris.
Anamnesis lain yang menunjang :
- Riwayat hipertensi dalam keluarga disertai riwayat peningkatan tekanan darah
secara menetap.
- ada tidak riwayat Infeksi saluran kemih berulang, bisa dikaitkan dengan
Pyelonefritis kronis.
- Nokturia mengesankan adanya gangguan ginjal
- Adanya faktor resiko seperti merokok, diabetes mellitus, dyslipidemia.
- Gaya hidup seperti diet, aktivitas fisik, pekerjaan, dll.

Pemeriksaan fisik

- Pemeriksaan head to toe


- Pemeriksaan Tekanan darah
- Pemeriksaan Body Mass Index (BMI)

Pemeriksaan penunjang

- Pemeriksaan urin lengkap (UL)


- Elektrolit serum (K, Na, Ca, P)
- Darah Lengkap (DL)
- Profil Lipid
- Gula darah
- Elektrokardiogram
- BUN dan kreatinin serum
- Foto thorax

Tatalaksana

Tujuan dari tatalaksana hipertensi adalah :

1. Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit jantung dan ginjal.


2. Terapi tekanan darah hingga dibawah 140/90 mmHg atau tekanan darah <130/80 pada
penderita diabetes atau penyakit ginjal kronis.
3. Mencapai target tekana darah sistolik terutama pada usia ≥50 tahun

Terapi Farmakologi
Terapi Non farmakologis

disamping pengobatan farmakologis, modifikasi kebiasaan hidup harus selalu dilakukan pada
penatalaksaan penderita hipertensi. Modifikasi kebiasaan hidup dilakukan pada setiap penderita
hipertensi, meskipun cara ini tidak dapat dilakukan sebagai cara tunggal untuk setiap derajat
hipertensi, akan tetapi bermanfaat untuk membantu menurunkan tekanan darah, membantu
memperbaiki efikasi obat antihipertensi dan cukup potensial dalam menurunkan faktor resiko
kardiovaskuler. Modifikasi kebiasaan hidup untuk pencegahan dan penatalaksanaanhipertensi
adalah sebagai berikut :

1. Menurunkan berat badan (index massa tubuh diusahakan 18,5-24,9 kg/m2) diperkirakan
dapat membantu menurunkan TDS 5-20 mmHg/10 kg BB
2. Diet dengan asupan cukup kalium dan calcium dengan mengkonsumsi makanan berserat
seperti buah, sayur, serta rendah lemak hewani dan mengurang lemak jenuh. Diharapkan
dapat membantu meurunkan TDS sebanyak 8-14 mmHg
3. Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100mmol/hari (6 gram NaCl), diharapkan
dapat menurunkan TDS 2-8 mmHg.
4. Meningkatkan aktivitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30 menit/hari.
5. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol.

Anda mungkin juga menyukai