Anda di halaman 1dari 24

INSTRUMEN UJI PORTOFOLIO

UJIAN SERTIFIKASI PEKERJA SOSIAL

2. DESKRIPSI DIRI

PUSAT PENGEMBANGAN PROFESI


PEKERJA SOSIAL DAN PENYULUH SOSIAL
BADIKLIT PENSOS KEMENTERIAN SOSIAL
2021
DESKRIPSI DIRI JABATAN FUNGSIONAL PEKERJA SOSIAL

PETUNJUK UMUM
 Deskripsi diri dibuat berdasarkan kepada aktifitas nyata yang saudara sedang atau telah
lakukan.
 Gambarkan dengan jelas 2 aktifitas yang saudara sedang atau sudah lakukan berkaitan
dengan penyelenggaraan kesejahteraan sosial
 Dua aktifitas yang digambarkan harus berbeda
 Deskripsi dibuat dengan jelas sesuai dengan perintah pada setiap bagian

A. Deskripsi Aktifitas/Kegiatan 1

1. Uraikan aktifitas/kegiatan yang sedang atau telah dilakukan yang sesuai dengan
bidang tugas saudara. Gambaran aktifitas/ kegiatan yang dijelaskan sekurang
kurangnya 150 kata dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Apa aktifitas /kegiatannya
b. Kapan dan dimana dilakukannya
c. Siapa pihak-pihak yang terlibat dalam aktifitas tersebut
d. Mengapa aktifitas tersebut dilakukan (tujuan)
Deskripsi aktifitas 1:
Tugas saya saat ini di Dinas Sosial Kabupaten Cirebon adalah sebagai Pekerja
Sosial Muda, saya pernah menangani beberapa kasus berdasarkan pengaduan
masyarakat salah satu diantaranya adalah pada bulan Agustus tahun 2021
melakukan Penanganan Kasus Penyandang Disabilitas Terlantar di Desa Losari
Lor Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon.
Kegiatan ini dilakukan berawal dari adanya pengaduan kepada kami selaku
Pekerja Sosial melalui media sosial (telepon WA) bahwa ada penyandang
disabilitas terlantar sebut saja namanya DY seorang laki-laki yang berusia 29
tahun yang memerlukan penanganan karena yang bersangkutan telah ditinggal
oleh ke dua orang tuanya sedangkan dia tidak memiliki saudara kandung
lainnya, sementara ini dia dititipkan dan tinggal di rumah saudaranya yaitu adik
kandung Kakeknya yang bernama Tan Ken Tjo (TK) dimana kondisi
perekonomian kakeknya ini termasuk keluarga kurang mampu karena dalam
keluarga ini tidak ada yang bekerja mencari nafkah, sehingga TK merasa
terpaksa dengan dititipkannya DY di keluarganya.
Dalam kegiatan ini ada beberapa pihak yang terlibat dalam penanganan
keterlantaran yang bersangkutan diantaranya adalah tentu saja Kepala Dusun
setempat, Kuwu dan Perangkat Desa Losari Lor, Camat dan Kepala Seksi
Perekonomian dan Kesra Kecamatan Losari, TKSK Losari, Kepala Bidang
Rehabilitasi Sosial dan Kepala Seksi Penyandang Disabilitas, Anak, dan Lanjut
Usia Dinas Sosial Kabupaten Cirebon dan 3 (tiga) Balai milik Kementerian Sosial
RI yaitu BBRVBD Cibinong, BRSPDSRW Melati Bambu Apus, dan BRSTW Budi
Dharma Bekasi
Kegiatan ini kami lakukan dengan tujuan diantaranya untuk memastikan
pemenuhan kebutuhan dasar klien, mengentaskan permasalahan penyandang
disabilitas dari keterlantarannya, serta mengupayakan agar dimasa yang akan
datang klien dapat hidup mandiri dengan segala keterbatasan yang dimilikinya.
2. Berdasarkan kegiatan tersebut, uraikan langkah langkah pelaksanaan kegiatannya.
Masing masing aspek sekurang kurangnya 100 kata.

a. Tahap Persiapan

Berdasarkan informasi awal yang diterima pekerja sosial untuk kasus tersebut
diatas pertama tama kami berkoordinasi terlebih dahulu dengan TKSK Losari
menanyakan keberadaan klien tersebut di wilayahnya. Setelah terkonfirmasi
benar adanya pekerja sosial mulai menyiapkan instrumen asesmen dan format
laporan sosial sebagai dasar pelaksanaan tugas, kemudian kami berkoordinasi
dengan Kuwu dan Kadus setempat untuk dapat ijin melakukan pendekatan awal
kepada pihak keluarga tempat DY tinggal. Selain itu pekerja sosial juga
berkoordinasi dengan Kepala Bidang Rehabilitas Sosial dan Kepala Seksi
Rehabilitasi Penyandang Disabilitas, Anak, dan Lanjut Usia Dinas Sosial guna
mendapatkan dukungan apabila kemudian ada yang harus dipenuhi dalam
penanganan kasus ini.

b. Tahap Pelaksanaan

Dalam pelaksanaannya pekerja sosial melakukan pendekatan awal dengan


melalukan pertemuan di Kecamatan Losari dengan Camat, Kasi Perekonomian
dan Kesra, Kuwu Losari Lor dan Kadus setempat untuk mendapatkan dukungan
dan informasi awal mengenai kondisi klien (DY). Kemudian diantar oleh Kepala
Dusun menuju rumah tinggal DY untuk melakukan asessmen kepada DY dan
keluarga di tempat DY tinggal. Hasil asessmen diketahui bahwa klien DY adalah
penyandang disabilitas tuna daksa (tidak bisa berjalan) dan tuna wicara sejak
dari kecil. Klien hidup sendiri setelah kedua orang tuanya meninggal. Ayahnya
meninggal sejak lama namun ibunya baru saja meninggal 3 (tiga) bulan lalu.
Sejak itulah DY dititipkan ke kakeknya bapak Tan Ken Tjo. Kondisi keluarga
kakeknya ini juga kekurangan karena dalam hidupnya sehari hari mereka
mengandalkan pemberian dari anaknya yang berkerja di Jakarta. Mereka tinggal
berlima dalam satu rumah. Salah satu anak dari kakek TK ini juga mengalami
kecacatan karena penyakit diabetes, kakek dan neneknya sudah tidak bekerja
apapun karena sudah lanjut usia dan sakit sakitan, dengan demikian walaupun
kakek ini masih mampu memenuhi kebutuhan dasar DY tetapi merasa
keberatan jika DY tinggal untuk selamanya ditempat itu. Kondisi DY sendiri
meskipun penyandang disabilitas tetapi masih bisa melakukan aktivitas
mengurus dirinya sendiri seperti makan, mandi, Bab, Bak, dan berganti pakaian.
DY juga meskipun tuna wicara namun kondisi pendengarannya masih baik
sehingga masih dapat berkomunikasi dengan pekerja sosial melalui isyarat dan
tulisan. DY juga pernah belajar menulis karena pada waktu ibunya masih ada dia
pernah dititipkan disebuah yayasan milik gereja dan disitulah dia belajar
membaca dan menulis.
Dari hasil asesmen itu ditemukan bahwa administrasi kependudukan DY belum
lengkap hanya memiliki Surat keterangan Penduduk saja dan belum memiliki
Kartu Keluarga dan KTP dengan begitu kami langsung menghubungkan yang
bersangkutan kepada Perangkat Desa/ Puskesos agar bisa diproses KK dan
KTPnya.
Setelah proses asessmen dilakukan pekerja sosial terus melakukan komunikasi
kepada klien untuk menumbuhkan semangatnya dan memberinya alternatif
untuk mau dibawa ke Balai Rehabilitasi Penyandang Disabilitas karena pada
awalnya yang bersangkutan belum mau dibawa ke balai. Proses berikutnya
sambil menunggu kesiapan klien pekerja sosial membuat laporan sosialnya dan
mengidentifikasi sistem sumber yang mungkin ada disekitar wilayah klien yang
dapat membantu menangani permasalahan klien. Bekerja sama dengan rekan
sejawat yaitu pekerja sosial pertama dan pekerja sosial ahli madya kami
kemudian memutuskan untuk mengirimkan surat permohonan penanganan
penyandang disabilitas ke Kementerian Sosial RI.
Pada tanggal 25 Agustus 2021 kami mendapat kunjungan awal respon kasus dari
Kementerian Sosial RI yang menurunkan 3 (tiga) Balai Rehabilitasi Sosial nya
yaitu BBRVBD Cibinong, BRSPDSRW Melati Bambu Apus, dan BRSTW Budhi
Dharma Bekasi. Bantuan sosial berupa sembako diberikan kepada klien dan
keluarganya.

c. Tahap pengakhiran

Dari hasil kunjungan 3 (tiga) Balai dari Kementerian Sosial RI kemudian


disepakati dan disetujui oleh keluarga juga klien mau dibawa ke salah satu balai
yaitu Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensosrik Rungu Wicara
Melati Bambu Apus Jakarta Timur. Pekerja Sosial pun menyiapkan segala
sesuatunya untuk proses pengantaran klien, termasuk berkoordinasi dengan
yayasan lama klien yang mau ikut membantu menyiapkan kursi roda untuk DY.
Ditengah tengah persiapan itu ada kabar dari salah seorang paman klien yang
menyanggupi untuk membawa klien ke Jakarta, maka pada tanggal 9 September
2021 klien di jemput oleh pamannya dengan membawa surat pengantar dari
Dinas Sosial untuk kemudian diantarkan ke BRSPDSRW Melati Bambu Apus.

3. Berdasarkan aktifitas/kegiatan tersebut, jelaskan masing-masing aspek dibawah ini


sekurang-kurangnya 100 kata.

a. Pengetahuan/konsep yang digunakan (sekurang kurangnya 3 pengetahuan/


konsep yang relevan).

Dalam menangani kasus ini pekerja sosial menggunakan konsep disabilitas


dimana menurut UU No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dimana
Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk
berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya
berdasarkan kesamaan hak. Secara fisik klien DY adalah seorang penyandang
disabilitas fisik dan tuna wicara yang seharusnya mendapatkan kesempatan
yang sama dalam upaya mengembangkan dirinya melalui kemandirian sebagai
manusia yang bermartabat, sehingga mereka terhindar dari penelantaran dan
eksploitasi, pelecehan dan segala tindakan diskriminatif, serta pelanggaran hak
asasi manusia.
Konsep berikutnya adalah keterlantaran yang menurut Kamus Besar bahasa
Indonesia (KBBI) bahwa terlantar adalah kondisi tidak terpelihara, serba tidak
kecukupan (tentang kehidupan), tidak terpelihara, tidak terawat, tidak terurus,
terbengkalai, tidak terselesaikan. Dalam kasus ini bahwa DY adalah penyandang
disabilitas dan ada potensi terlantar karena sudah tidak memiliki keluarga inti
dan hanya diurus oleh keluarga jauhnya yang kesulitan secara ekonomi.
Selanjutnya adalah Rehabilitasi Sosial dimana menurut UU No. 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial bahwa Rehabilitasi Sosial adalah proses
refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
Maka dalam kasus ini DY sebagai penyandang disabilitas terlantar perlu
mendapatkan rehabilitasi sosial yang sesuai dengan kebutuhannya agar kelak
dapat melaksanakan fungsi sosialnya kembali secara wajar di masyarakat yaitu
dengan membawanya ke Balai Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas.

b. Teknik teknik yang digunakan dalam pelaksanaan aktifitas/kegiatan 1

Beberapa teknik juga digunakan pekerja sosial dalam menangani permasalahan


DY dalam pendekatan awal kita membangun komunikasi dan relasi selain
dengan klien dan keluarganya juga dengan beberapa pihak yang mungkin bisa
membantu dalam penanganan kasus ini seperti perangkat desa dan petugas
Puskesos (Pusat Kesejahteraan Sosial) yang ada di Desa. Engagement
dimaksudkan agar klien memiliki kepercayaan/trust terhadap saya sebagai
pekerja sosial, berikutnya digunakan juga wawancara untuk menggali
permasalahan secara utuh dan mendalam terhadap apa yang dialami klien,
mengajukan pertanyaan, mendengar, mencatat, kemudian menuangkannya ke
dalam laporan sosial. Pekerja Sosial juga melakukan observasi untuk
mengetahui potensi sumber yang ada di lingkungan klien yang mungkin dapat
membantu klien dalam upaya menyelesaikan masalahnya. Ketika ditemukan
klien belum memiliki adminduk pekerja sosial menghubungkan klien dengan
petugas Puskesos dan perangkat desa agar dapat dibantu proses pembuatan
administrasi kependudukannya. Pekerja Sosial juga berkomunikasi dengan
paman DY untuk dapat membantu dalam proses menjemput dan mengantarkan
klien ke Balai rehabilitasi sosial yang telah dirujuk.
c. Nilai nilai/ kode etik yang diterapkan dalam pelaksanaan aktifitas/kegiatan 1

Pentingnya kode etik dalam profesi Pekerja Sosial tidak dapat dihindarkan. Etika
(ethic) adalah nilai-nilai dalam tindakan yang memengaruhi preferensi untuk
perilaku dalam sebuah hubungan benar dan salah (Levi 1993:2 dalam Sugeng
Pujileksono 2019:194). Oleh karena itu dalam penanganan kasus ini pekerja
sosial juga menerapkan beberapa prinsip/nilai/etika dalam membangun
hubungan pertolongan antara pekerja sosial dengan klien seperti prinsip
individualisasi yang diterapkan dalam bentuk pengakuan dan pemahaman dari
setiap kualitas unik klien, bahwa DY adalah seorang individu yang memiliki
kekuatan dibalik kelemahannya yaitu bahwa klien dengan kondisinya yang
terbatas secara fisik namun mampu mengurus dirinya sendiri dan sangat
bersemangat untuk ikut ke balai. Pekerja Sosial memperlakukan klien sebagai
orang dengan hak dan kebutuhan bukan sebagai objek atau kasus.
Pekerja Sosial juga menerapkan prinsip penerimaan dimana pekerja sosial
menerima klien apa adanya sengan mendengarkan dan memperhatikan secara
tulus apa yang disampaikan klien dan keluarganya. Selain itu juga klien diberikan
kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri, pekerja sosial hanya
menyediakan alternatif bagi klien. DY diberikan waktu untuk berpikir dan
mempertimbangkan apakah mau ke balai atau tidak.
Disisi lain pekerja sosial juga menerapkan prinsip kesadaran diri bahwa pekerja
sosial menyadari dalam penanganan kasus DY ini memiliki keterbatasan diluar
kemampuan dirinya sehingga kemudian dilakukan sistem rujukan dengan
merujuk klien ke tempat yang lebih tepat yaitu pada Balai Rehabilitasi Sosial
penyandang Disabilitas.

B. Deskripsi Aktifitas/Kegiatan2

1. Uraikan aktifitas/kegiatan yang sedang atau telah dilakukan yang sesuai dengan
bidang tugas saudara. Gambaran aktifitas/kegiatan yang dijelaskan sekurang
kurangnya 150 kata dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Apa aktifitas/kegiatannya
b. Kapan dan dimana dilakukannya
c. Siapa pihak-pihak yang terlibat dalam aktifitas tersebut
d. Mengapa aktifitas tersebut dilakukan (tujuan)
Deskripsi aktifitas2:

Kasus ke-2 yang pernah saya lakukan dalam melaksanakan tugas saya saat ini di
Dinas Sosial Kabupaten Cirebon sebagai Pekerja Sosial Muda, adalah pada bulan
Juni tahun 2021 saya ditugaskan oleh Kepala Dinas Sosial melalui Kepala Bidang
Rehabilitasi Sosial untuk melaksanakan Kegiatan Tindak Lanjut Proposal
Permohonan Bantuan bagi Lanjut Usia Terlantar di Wilayah Desa Guwa Lor
Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon.

Kegiatan ini berawal dari masuknya Proposal Permohonan Bantuan bagi Lanjut
Usia Terlantar di Wilayah Desa Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten
Cirebon tahun 2021 ke Dinas Sosial Kabupaten Cirebon dimana Pemerintah
Desa setempat mengusulkan permohonan bantuan bagi penanganan sebanyak
80 (delapan puluh) orang lanjut usia terlantar di Desanya karena banyaknya
data lanjut usia terlantar di Desa Guwa Lor.

Kegiatan ini melibatkan beberapa pihak dalam penyelesaiannya diantaranya


selain Kuwu, Kepala Dusun dan Puskesos Desa Guwa Lor juga Camat Kaliwedi,
TKSK Kaliwedi, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial dan Kepala Seksi Penyandang
Disabilitas, Anak, dan Lanjut Usia Terlantar Dinas Sosial Kabupaten Cirebon juga
BAPPELITBANGDA Kabupaten Cirebon dalam perencanaan anggaran
pelaksanaan kegiatan.

Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah untuk mengetahui kondisi lanjut usia
terlantar dan permasalahannya di Desa Guwa Lor dan kegiatan apa yang bisa
dilakukan untuk membantu penanganan permasalahan lanjut usia terlantar di
Desa Guwa Lor tersebut.

2. Berdasarkan kegiatan tersebut, uraikan langkah langkah pelaksanaan kegiatannya.


Masing masing aspek sekurang kurangnya 100 kata.

a. Tahap Persiapan

Langkah-langkah persiapan yang saya lakukan untuk melaksanakan kegiatan


Tindak Lanjut Proposal Permohonan Bantuan bagi Lanjut Usia Terlantar di
Wilayah Desa Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon ini adalah
berkoordinasi dengan Kuwu Guwa Lor lalu membuat dan mengirimkan surat
permohonan untuk melakukan Asessment dan identifikasi lanjut usia terlantar
di Desa Guwa Lor yang ditujukan kepada Camat Kaliwedi dan Kuwu Guwa Lor.
Instrumen asessmen dan identifikasi pun disiapkan sebagai alat untuk
melakukan asessmen awal guna mengidentifikasi terlebih dahulu identitas,
kriteria, permasalahan dan kebutuhan dari lanjut usia terlantar ini. Saya juga
berkoordinasi dengan rekan sejawat untuk dapat bersama-sama melaksanakan
kegiatan ini. Setelah disepakati waktu pelaksanaan kegiatan dengan pihak desa
setempat saya menuju lokasi wilayah Desa Kaliwedi. Kami mengadakan
pertemuan awal dengan pihak Desa yang dihadiri oleh Perangkat Desa, masing-
masing kepala Dusun dan Petugas Pusat Kesejahteraan Sosial untuk
mengkonfirmasi data yang telah disampaikan ke Dinas Sosial Kabupaten Cirebon
dalam Proposal permohonan bantuan yang mereka ajukan.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan yang diawali dengan pertemuan


dengan para kepala Dusun dan Petugas Puskesos Guwa Lor untuk memverifikasi
data awal yang mereka sampaikan apakah masih ada orangnya atau sudah
meninggal dunia dan sebagainya. Dalam pertemuan itu Pekerja Sosial juga
memberikan penjelasan mengenai kriteria lanjut usia terlantar. Setelah kriteria
lanjut usia terlantar dan dipilah dari data yang disampaikan pada Proposal
terdapat data yang sudah meninggal dan beberapa data kurang sesuai dengan
kriteria lanjut usia terlantar dikarenakan masih tinggal dan ditanggung
kehidupannya oleh anak anaknya, ada juga yang usaianya belum termasuk
dalam usia lanjut yaitu dibawah 60 tahun maka kemudian disepakati sejumlah
data yang akan dilakukan asessmen dan identifikasi dengan melakukan
kunjungan langsung kepada lanjut usia terlantar tersebut.
Kunjungan dilakukan dengan menggunakan kendaraan motor saya beserta
kawan pekerja sosial lainnya diantar oleh para kadus mengunjungi rumah untuk
bertemu langsung dengan klien. Sebanyak 25 orang lanjut usia terlantar yang
memenuhi kriteria untuk mendapatkan bantuan telah di asessmen dan
diidentifikasi permasalahan dan kebutuhannya.
Dari hasil asessment tersebut pekerja sosial membuat laporan dan memberikan
rekomendasi untuk tindak lanjut pemberian bantuan berupa kebutuhan dasar
khususnya pemenuhan makanan pokok yang setiap hari diberikan kepada lanjut
usia terlantar kepada Kepala Dinas Sosial melalui Kepala Bidang Rehabilitasi
Sosial.

c. Tahap pengakhiran

Tahapan akhir dari kegiatan Tindak Lanjut Proposal Permohonan Bantuan bagi
Lanjut Usia Terlantar di Wilayah Desa Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi
Kabupaten Cirebon ini yaitu setelah menyampaikan laporan hasil asessmen
kepada Kepala Dinas melalui kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, pekerja sosial
bersama Kepala Seksi Penyandang Disabilitas, Anak, dan Lanjut Usia Dinas Sosial
kemudian membuat rancangan perencanaan dan penganggaran juga menyusun
Kerangka Acuan Kerja agar dapat melaksanakan kegiatan pemberian bantuan
permakanan kepada lanjut usia terlantar di Kabupaten Cirebon untuk tahun
anggaran 2022 tentu dengan berkoordinasi juga dengan kepala Sub Bagian
Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan Dinas Sosial dan disampaikan kepada
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
(BAPPELITBANGDA) Kabupaten Cirebon untuk kemudian dapat diinput pada
sistem perencanaan daerah.

3. Berdasarkan aktifitas/kegiatan tersebut, jelaskan masing-masing aspek dibawah ini


sekurang-kurangnya 100 kata.

a. Pengetahuan/konsep yang digunakan (sekurang kurangnya 3 pengetahuan/


konsep yang relevan).

Dalam melaksanakan kegiatan ini ada beberapa konsep yang digunakan oleh
pekerja sosial diantaranya yaitu konsep lanjut usia dimana dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia bahwa Lanjut
Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (enam puluh) tahun
keatas. Lanjut usia ada yang potensial dan yang tidak potensial. Lanjut Usia
Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa sedangkan Lanjut Usia
Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Konsep berikutnya adalah keterlantaran yang menurut Kamus Besar bahasa


Indonesia (KBBI) bahwa terlantar adalah kondisi tidak terpelihara, serba tidak
kecukupan (tentang kehidupan), tidak terpelihara, tidak terawat, tidak terurus,
terbengkalai, tidak terselesaikan. Sehingga definisi Lanjut usia telantar dalam
lampiran Peraturan Menteri Sosial Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pendataan Dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Dan Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial adalah seseorang yang berusia 60
(enam puluh) tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya. Kriteria Lanjut Usia terlantar adalah:
a. tidak terpenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan; dan
b. terlantar secara psikis, dan sosial

Pekerja Sosial berikutnya menggunakan konsep Perlindungan Sosial dimana


dalam Undang Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
menyebutkan bahwa Perlindungan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan
untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial.
Perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari
guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau
masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan
kebutuhan dasar minimal
Perlindunga Sosial bagi Lanjut Usia yaitu adalah upaya Pemerintah dan/atau
masyarakat untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak
potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
b. Teknik teknik yang digunakan dalam pelaksanaan aktifitas/kegiatan2

Dengan menggunakan teknik Fokus Grup Diskusi yang dilakukan di pada


pertemuan awal pekerja sosial dengan pihak Desa termasuk di dalamnya Kepala
Dusun dan Petugas Puskesos dalam upaya menemukenali kriteria lanjut usia
terlantar di daerahnya kemudian ditemukan beberapa orang tidak termasuk
kriteria dimaksud sehingga disepakati untuk tidak dilakukan assesment kepada
mereka.
Teknik lain yang dilakukan pekerja sosial dalam asessmen adalah dengan
wawancara/interview mendalam untuk mengumpulkan informasi, membangun
relasi/hubungan dan mengetahui permasalahan dan kebutuhan klien. Selain itu
pekerja sosial juga harus mampu mendengarkan dengan aktif apa yang
disampaikan klien dalam kegiatan ini adalah lanjut usia terlantar. Observasi
juga digunakan menggali informasi mengenai permasalahan yang akan
diselesaikan.

c. Nilai nilai/ kode etik yang diterapkan dalam pelaksanaan aktifitas/kegiatan2

Pentingnya kode etik dalam profesi Pekerja Sosial tidak dapat dihindarkan. Etika
(ethic) adalah nilai-nilai dalam tindakan yang memengaruhi preferensi untuk
perilaku dalam sebuah hubungan benar dan salah (Levi 1993:2 dalam Sugeng
Pujileksono 2019:194). Oleh karena itu dalam penanganan kasus ini pekerja
sosial juga menerapkan beberapa prinsip/nilai/etika dalam membangun
hubungan pertolongan antara pekerja sosial dengan klien seperti prinsip
penerimaan (Principle of Acceptance) bahwa pekerja sosial menyiratkan
pemahaman yang tulus dengan klien, menerima klien dan memperlakukan
mereka secara manusiawi dengan mempertimbangkan dan memberi mereka
martabat dan harga diri, penerapan prinsip ini dilakukan ketika pekerja sosial
home visit ke rumah klien meskipun rumah klien sangat tidak layak, kotor,
berdebu namun pekerja sosial tidak menunjukan sikap kurang suka sehingga
melahirkan respon klien yang positif dan klien dapat lebih terbuka untuk
menyampaikan masalahnya.
Pekerja sosial mecoba memahami perasaan dan emosi klien namun tidak
terlibat secara emosional dalam masalahnya, pekerja sosial menerapkan etika
keterlibatan emosional yang dikendalikan. Mendengarkan cerita para lansia
dengan berbagai latar belakang keterlantarannya dapat mengakibatkan pekerja
sosial terlibat secara emosional namun hal tersebut tidak boleh terjadi.
PERNYATAAN PENYUSUN
Saya yang membuat deskripsi diri ini menyatakan bahwa semua yang saya diskripsikan
adalah benar aktivitas saya dan saya sanggup menerima sanksi apapun apabila pernyataan
ini dikemudian hari terbukti tidak benar

Sumber, September 2021

LESI HERAWATI,S.Sos.,MPSSp.
DOKUMENTASI KASUS 1
DOKUMENTASI KASUS 2

Anda mungkin juga menyukai