Anda di halaman 1dari 7

CONTOH KASUS MODEL ASESSMENT MIKRO DAN MAKRO

1. MIKRO
Kasus Anak Berhadapan Dengan Hukum

ABH merupakan salah satu pemerlu pelayanan kesejahteraan


sosial, keberadaan ABH perlu di perhatikan. Mengingat bahwa ABH
tmbuh berkembang berdasarkan kasus-kasus kriminaitas maupun
kekerasan fisik. Secara konsep ABH merupakan kasus dalam arag mikro
ke dan mezzo. Pemerintah dalam mengembalikan keberfungsian sosial
ABH sebagai pelaku ataupun korban melalui pelayanan sosial. Pelayanan
sosial yang diberikan kepada ABH berupa lembaga sosial yaitu LP2A.
LP2A dalam menagani ABH dibantu oleh Sakti Peksos. Sakti Peksos
ketika melakukan pendampingan ABH dibantu oleh Tenaga Kesejahteraan
Sosial Anak (TKSA) dibagi perdivisi baik ABH pelaku ataupun korban.

Tugas Pekerja Sosial adalah membantu untuk memenuhi


terwujudnya pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan anak dari
pelantaran, eksplotasi, dan diskriminasi. Supaya anak dapat tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

Korban kasus ABH sebut saja MN. MN merupakan salah satu


ABH di Kabupaten Jombang. MN berstatus ABH pada waktu Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Kelas I. MN dengan jenis kelamin perempuan.
MN menghadapi permasalahan dengan kondisi ekonomi yang sedengan.
Di lingkungan keluarga MN kurang perhatian dari orang tua yang
membuat MN mulai mengenal pergaulan luar. Semenjak MN bertemanan
dengan anak punk dan akhirnya menyeret dia kedalam lingkungan anak
punk. MN pernah dilecehkan secara seksual oleh temanteman punknya
bahkan tidak terhitung jumlah anak punk yang menyetubuhinya.
Perjalanan MN berhenti disaat ada kasus penganiayaan yang berhasil
dibongkar oleh Tim Reskrim Polsek Ngoro, selain itu peran MN dalam
kasus itu diketahui membantu Mansur (pacar) sebagai pihak yang
memancing korban keluar rumah, setelah keluar rumah korban dibacok
hingga nyaris tewas. MN juga terlibat dalam kasus perampasan sepeda
motor di Bareng, peran MN ikut turut serta atas perintah Mansur (pacar).
Akhirnya Polisi berhasil menangkap Mansur dan kelompok, karena MN
ada dalam kelompok itu dan turut diamankan oleh LP2A.

Dalam hal ini pekerja sosial melakukan tahap assessment yang


merupka Langkah awal dalam mengidentifikasi dan menilai permasalahan
dengan menggunakan pendekatan mikro dalam menangani kasus ABH.
Pendampingan yang di lakukan oleh pekerja sosial ABH di LP2A meliputi;
verifiksi dan idntifikasi, assessment awal (outreach), assessment lanjutan,
penanganan kasus, dan referral ( layanan medis, advokasi hukum, layanan
pikologis, layanan sosial dan layanan pendidikan).

LP2A dalam menangani kasus ABH menggunakan alat bantu dengan


model ecomap dan genomap, Karena alat bant tersebut dapat membantu
pekerja sosial menjelaskan permasalahan ABH menggunakan symbol yang
tercantum dalam alat tersebut, meliputi struktur keluarga dan hubungan
ABH dengan lingkunga sekitarnya.

1) Alat genogram

alat genogram merupakan diagram yang mirip dengan pohon keluarga.


Genogram dapat mendeskripsikan hubungan ABH dengan anggota
keluarga. Menurut Chrzastowksi (2011:635) menjelaskan bahwa
genogram adalah menciptakan kesempatan unik untuk mengeksplorasi
dan menceritakan ulang kisah-kisah keluarga sehingga memungkinkan
re-authoring. Oleh karena itu, penggunaan alat bantu genogram yang
dilakukan oleh pekerja sosial LP2A ketika pendampingan ABH dapat
menggambarkan dan menganalisa pengaruh ABH dalam anggota
keluarga selama tiga generasi dengan berbagai aspek tertentu.
Menurut Widodo, dkk (2010:22) menyatakan bahwa penggunaan alat
bantu genogram juga menggali informasi biologis terhadap ABH yaitu
usia, suku bangsa, agama, jenis, kelamin, pendidikan, kondisi keluarga
menurut klien. Maka dari itu, penggunaan alat bantu genogram yang
dilakukan oleh pekerja sosial LP2A dalam pendampingan ABH
meliputi tinggi badan, berat badan, warna kulit, jenis rambut (ikal,
kriting, dan lurus), pendidikan formal dan informal ABH dan keluarga
ABH, dan kondisi pekerjaan orang tua ABH.Hal tersebut, pekerja
sosial untuk mengetahui aspek biologis ABH secara mendalam tentang
sejarah keluarga ABH menggunakan simbol yang tercantum dalam
alat genogram.

2) Model ecomap
Alat ecomap merupakan peta jaringan ABH yang
menghubungkan individu dengan lingkungan sosialnya meliputi
hubungan dengan keluarga, hubungan dengan tetangga, dan
hubungan pergaulan. Menurut Widodo, dkk (2010:22) menyatakan
bahwa penggunaan alat bantu ecomap juga menggali informasi
tentang assessment psikologis (pemikiran, perasaan, keinginan,
kebutuhan dan aspirasi, harapan dan motivasi), assessment sosial
(yang menyangkut relasi klien dengan orang tua atau keluarganya),
dan assessment spritual (keyakinan dan harapan klien). Maka dari
itu, penggunaan alat bantu ecomap yang dilakukan oleh pekerja
sosial LP2A dalam pendampingan ABH meliputi assessment
psikologi yaitu ABH merasa minder, assessment sosial yaitu
melihat hubungan ABH dengan keluarga, pergaulan, masyarakat,
dan assessment spiritual meliputi agama dan cita-cita ABH.
Hal tersebut, penggunaan alat bantu ecomap yang
dilakukan oleh pekerja sosial LP2A untuk mengetahui hubungan
ABH secara mendalam, maka pekerja sosial membutuhkan simbol
untuk menjelaskan hubungan ABH dengan lingkungan sosialnya.
Menurut Sheafor, dkk (1999:312) menjelaskan bahwa ecomap
adalah menempatkan klien dalam konteks sosial dengan
menggunakan lingkaran untuk mewakili faktor-faktor yang
mempengaruhi kehidupan mereka, simbol-simbol yang bervariasi
digunakan untuk menggambarkan interaksi di kehidupan sosial
mereka Proses pendampingan assessment yang dilakukan oleh
Sakti Peksos dalam menangani permasalahan ABH menggunakan
alat bantu berupa ecomap dan genogram. Kedua alat bantu tersebut
memiliki tujuan tersediri dalam assessment.
Alat bantu genogram yang digunakan oleh Sakti Peksos
adalah untuk menggali informasi ketika home visit, home visit
dilakukan oleh Sakti Peksos adalah untuk mengetahui terkait
struktur keluarga, pekerjaan orang tua, usia orang tua, dan
hubungan anak dengan orang tua (anak kandung, anak angkat, dan
anak tiri). Sedangakan alat bantu ecomap digunakan oleh Sakti
Peksos ketika melakukan outreach, home visit, dan Temu
Penguatan Anak dan Keluaga (TEPAK).
Dalam kegiatan outreach yang dilakukan oleh Sakti Peksos
adalah untuk mengetahui kronologi permasalahan ABH.
Selanjutnya, Sakti Peksos melakukan kegiatan home visit untuk
menggali informasi lebih dalam mengenai riwayat pendidikan,
prestasi belajar, latar belakang sosial ekonomi, biopsikososial, latar
belakang pengalaman yang dilakukan oleh ABH, lingkungan orang
tua, lingkungan pergaulan ABH, lingkungan tetangga, dan
psikologis. Setelah itu, Sakti Peksos mengadakan kegiatan TEPAK
untuk memecahkan permasalahan ABH melalui traumatic healing,
hypnotheraphy, family parenthing, memberikan informasi baru,
menawarkan kejar paket yang diadakan oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten Jombang, dan membangun kedekatan orang tua dengan
anaknya.

Penggunaan alat bantu ecomap dan genogram yang dilakukan oleh


Sakti Peksos menghasilkan indikator keberhasilan yang baik
berupa memahami kebutuhan dan permasalahan ABH, maka Sakti
Peksos dapat memberikan intervensi yang baik berupa program
pelayanan sosial LP2A terhadap ABH meliputi riferal kasus
(apabila KTP ABH tidak di wilayah Jombang, maka Sakti Peksos
akan melakukan referal ke lembaga wilayah domisili ABH),
rujukan kasus (Sakti Peksos membutuhkan keterlibatan pihak lain
dalam penangan ABH), intervensi medis (ABH dalam kondisi
kedaruratan), intervensi psikologis (ABH dalam kondisi kritis
secara psikis atau psikologi ABH yang labil), dan rehabilitasi
(ABH dalam kondisi di shelter).

Selanjutnya, kebutuhan dan permasalahan sudah dicapai


oleh ABH, maka Sakti Peksos dapat melakukan terminasi dengan
ABH. Karena keberfungsian sosial ABH dapat terpenuhi secara
jasmani dan rohani. Sehingga dengan terpenuhi kebutuhan jasmani
dan rohani, maka ABH dapat kembali ke lingkungan keluarga,
lingkungan pergaulan, dan lingkungan masyarakat.

2. MAKRO

1. Pertumbuhan Ekonomi Terganggu

Dampak dari permasalahan ekonomi makro yang merasakan dampak adalah


kalangan bisnis, pengusaha dan produksi. Misalnya pabrik besar dan perusahaan
maupun usaha bisnis lainnya. Tidak dapat dipungkiri, jika perusahaan mengalami
kesulitan sampai terjadi kebangkrutan, dampak paling luas pun akan merambah
ke pertumbuhan ekonomi. Ketika pertumbuhan ekonomi terganggu tentu saja
akan berdampak pada pertumbuhan sektor perekonomian yang lain. Contoh
kasus yang hangat kita rasakan saat ini. Kasus masker akibat pandemic corona.
Karena virus Covid-19 harga semakin melambung tinggi.

Masyarakat rela berdesak-desakan membeli masker, sekalipun dengan harga yang


sangat tinggi. Pihak penjual pun memanfaatkan momen ini untuk meraup
keuntungan tiga bahkan empat kali lipat dari hari biasa. Sedangkan dari pihak
pabrik, tidak bisa memproduksi masker dengan permintaan sangat tinggi dalam
waktu singkat.

Alasannya tentu saja dari segi operator karyawan, tingginya permintaan masker
10 kali lipat lebih banyak, didukung dengan pembelian bahan pokok untuk
memproduksi masker. Skala lebih kompleks lagi, permasalahan ekonomi makro
tentu saja akan mengganggu kelangsungan bisnis pemula maupun pelaku bisnis
lama.

2. Tajamnya Angka Pengangguran dan Kemiskinan

Permasalahan ekonomi makro yang tidak dapat dihindari, semakin banyak


pengangguran. Akibat perusahaan yang tidak mampu bersaing dan bertahan,
akhirnya bangkrut. Mau tidak mau harus melakukan PHK karyawan demi bisa
berdiri. Harusnya bisa merekrut karyawan baru, justru menambah angka
pengangguran. Padahal, satu perusahaan anggap saja bisa mempekerjakan 35
karyawan. Jika dikalikan 10 perusahaan sudah berapa karyawan yang diserap?
Sedangkan jika 10 perusahaan hanya tersisa 5 perusahaan yang bertahan, sisanya
bangkrut, maka akan menyumbang 175 karyawan menganggur.

Ada satu hal yang perlu kita pahami kenapa terjadi perusahaan atau usaha bisnis
yang mengalami kebangkrutan? Jawabannya sederhana. Karena banyak
perusahaan yang menjual produk barang mereka untuk kalangan masyarakat
menengah ke bawah. Sedangkan di masa sulit, di sektor lain juga banyak yang
melakukan pengurangan karyawan (angka pengangguran meningkat)

3. Terjadinya Krisis Nilai Tukar Uang Terhadap Utang Luar Negeri

Seperti yang kamu tahu bahwa Indonesia memiliki permasalahan ekonomi


makro. Salah satunya bentuk utang ke luar negeri. Nah, ketika terjadi
permasalahan ekonomi makro, maka bisa menimbulkan krisis nilai tukar, dimana
devisa negara akan mendapatkan dampak terburuk. Devisa negara salah satu
sektor yang akan mendapatkan dampak terburuknya. Selain itu juga, dampak ini
juga akan dirasakan oleh investor maupun perusahaan yang memiliki kerjasama
luar negeri atau menjalankan kerjasama ekspor impor penjualan. Tentu saja
mereka akan mengalami masalah yang sangat serius.

Tidak perlu jauh-jauh, contoh sederhana perusahaan yang ada di Indonesia


mendapatkan suntikan dana dari pihak luar. Ketika terjadi permasalahan ekonomi
makro, maka suntikan dana yang sudah diberikan akan ditarik atau dikembalikan.
Jika suntikan sedikit mungkin tidak masalah, bagaimana jika nominalnya banyak?
Tentu saja ini bisa berdampak langsung terhadap keberlangsungan perusahaan
sekaligus anak karyawannya.

Belum lagi masalah utang di luar negeri. Tidak hanya utang negara, perusahaan
yang memiliki utang di luar negeri pun akan mendapatkan dampak. Dimana
hutang tersebut tidak mendapatkan perlindungan dari negara. Dampak
buruknya, dapat menimbulkan pembengkakan utang dalam sekali waktu saja.

4. Terjadi Inflasi

Terjadinya inflasi tinggi akan berpengaruh pada tingginya utang luar negeri yang
mempengaruhi dunia perbankan di Indonesia. Bentuk kesulitan yang paling
terasa masalah likuiditas. Akibatnya terjadi kemacetan di sektor usaha akibat
terlalu besar beban utang negara. Perusahaan swasta maupun non swasta pun
juga mendapatkan pengaruhnya. Akibat terjadinya inflasi, dimana asset-aset yang
mereka miliki pun terkuras akibat tidak bisa meminjam pinjaman bank. Belum
lagi dengan UKM yang tidak bisa meminjam uang atau mengawali usaha lewat
hutang bank sebagai modal. Masalah inflasi di Indonesia pernah terjadi di tahun
2004 yang mencapai 10,5%

Anda mungkin juga menyukai