Anda di halaman 1dari 22

PENDAMPINGAN SOSIAL PADA ANAK JALANAN

DI RUMAH PERLINDUNGAN SOSIAL ANAK (RPSA)


KOTA MAKASSAR

SOCIAL WORKERTO STREET CHILDREN IN THE HOUSE OF SOCIAL


PROTECTION OF CHILDREN (RPSA)
IN MAKASSAR CITY

MIFTAHULKHAIR

Pendidikan IPS Kekhususan Pendidikan Sosiologi


Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengkaji, dan menjelaskan (i) Tahapan
Pendamping sosial yang dilakukan terhadap anak jalanan di Kota Makassar, (ii) faktor pendukung dan
faktor penghambat yang terjadi dari pendampingan sosial di Rumah Perlindungan Sosial Anak
(RPSA) di Kota Makassar dan (iii) dampak dari Pendampingan sosial terhadap anak jalanan di Rumah
Perlindungan Sosial Anak (RPSA) di Kota Makassar.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Penentuan informan pada penelitian ini menggunakan
Teknik purposive sampling. Dimana peneliti cenderung memilih informan secara variatif berdasarkan
(alansan), yaitu jumlah informan 16 orang. Informan dari pihak tokoh masyarakat 2 orang, informan
dari pihak orangtua 5 orang, informan dari pihak anak 5 orang dan RSPA 4 orang.
Hasil penelitian in imenunjukkan bahwa: (i) Tahapan pendampingan yang dilaksanakan di
Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Turikale Makassar adalah Perencanaan meliputi
pendampingan terhadap anakbinaan, menentukan jadwal, materi dan metode serta permainan yang
akan digunakan. (ii) Faktor Pendukung Kesabaran pendampingan dalam observasi yang dilakukan
oleh pendamping di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Turikale Makassar hubungan yang
terlihat antara pendamping dengan anak jalanan yang menjadi binaan terjalin dengan baik, faktor
penghambat Kurangnya tenaga pendamping yang ada dirumah perlindungan sosial anak tidak
seimbang dengan jumlah anak jalanan yang menjadi binaan dan kurangnya support dari orang tua.
(iii) Dampak pendampingan Anak Jalanan di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Turikale
Kota Makassar adalah pendampingan pada anak jalanan dapat mengatasi permasalahan belajar anak
jalanan, anak menjadi terampil karena deberikan fasilitas keterampilan sesuai bakatnya, dapat
merubah mind set (polapikir) orang tua anak tersebut agar tidak mengulangi penyimpangan sosial
terhadap anak dan mengharmonisasikan hubungan anak dan orang tua. Karena adanya proses
pendampingan sehingga perilaku negatif anak tersebut dapat berkurang
Kata Kunci:Pendampingan sosial, Orangtua,Anak Jalan.
ABSTRACT

This study aims to identify, examine, and explain (i) social assistant stages performed on
street children in Makassar, (ii) supporting factors and inhibiting factors that occur from social
assistance at Child Social Protection House (RPSA) in Makassar and (iii) the impact of Social
Assistance on street children at Child Social Protection House (RPSA) in Makassar City.
This type of research is qualitative descriptive. Data collection techniques used are
observation, interview and documentation. Determination of informants in this study using purposive
sampling technique. Where researchers tend to choose informants varied based on (alansan), namely
the number of informants 16 people. Informants from the community leaders 2 people, informants
from the parents 5 people, informants from the child 5 people and RSPA 4 people.
The results of this study indicate that: (i) Stages of mentoring conducted at Child Social
Protection House (RPSA) Turikale Makassar is Planning includes mentoring of children, setting
schedule, materials and methods and games to be used. (ii) Supporting Factors Patience patience in
observation conducted by assistant at Child Social Protection House (RPSA) Turikale Makassar
visible relationship between escort and street children who become well-built, inhibiting factors Lack
of existing counterparts at home social protection children balanced with the number of street children
who became the target and the lack of support from parents. (iii) Impact of street children's assistance
in Child Social Protection House (RPSA) Turikale Makassar City is accompaniment to street children
can overcome the problem of learning of street children, children become skilled because given skill
facilities according to his talent, can change mind set (polapikir) so as not to repeat the social
deviation of children and harmonize the relationship of children and parents. Because of the
mentoring process so that the child's negative behavior can be reduced.
Keywords: Social Assistance, Parents, Road Children
PENDAHULUAN adanya masalah keluarga atau pilihanya
sendiri.
Masalah sosial pada dasarnya adalah
masalah yang terjadi antar warga masyarakat Pada umumnya, secara sosial anak
yang kemudian mempengaruhi proses relasi jalanan kurang diterima masyarakat dan
sosial. Tidak semua masalah yang ada dalam dianggap sebagai penganggu ketertiban umum.
kehidupan manusia adalah masalah sosial. Masyarakat biasanya hanya peduli dengan cara
Munculnya masalah sosial menimbulkan memberikan recehan. Marginal, rentan dan
kriminalitas dan perilaku menyimpang pada eksploitatif adalah istilah-istilah yang tepat
masyarakat. Maka dari itu anak jalanan untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan
merupakan salah satu permasalahan yang ada anak jalanan. Marginal karena melakukan jenis
di tengah-tengah masyarakat pada saat ini. pekerjaaan yang tidak jelas jenjang karirnya,
Kunci pemahaman masalah sosial adalah kurang dihargai, dan pada umumnya tidak
terletak pada kondisi yang tidak diharapkan, menjanjikan prospek apapun di masa depan.
oleh sebab itu diperlukan upaya untuk Rentan karena resiko yang harus ditanggung
melakukan perubahan. akibat jam kerja yang sangat panjang dari segi
kesehatan maupun sosial sangat rawan.
Masalah Sosial kekerasan pada anak Adapun disebut ekploitatif karena biasanya
di kota Makassar dari komnas perlindungan memiliki posisi tawar-menawar (bargaining
anak (komnas PA) dari januari 2013 kekerasan position) yang sangat lemah, tersubordinasi
fisik 294 kasus (28%), kekerasan psikis 203 dan cenderung menjadi objek perlakuan yang
(20%), kekerasan seksual 535 kasus (52%) sewenang-wenang dari ulah preman atau
(Majalah Internal BBPPKS Kementerian oknum aparat yang tidak bertanggung jawab.
Sosial RI, 2013). Kekerasan seksual tersebut
terjadi di dalam rumah oleh orang-orang Anak-anak yang hidup di jalanan,
terdekat seperti Paman, bahkan orang tua bukan saja rawan dari ancaman tertabrak
sendiri (Incest). Rumah Sendiri Sudah tidak kendaraan, tetapi acapkali juga rentan terhadap
menjadi tempat teraman seperti sudah di serangan penyakit akibat cuaca tidak
persepsikan anak-anak sejak dahulu. Perlakuan bersahabat atau kondisi lingkungan yang
salah meliputi perbuatan ataupun penelantaran buruk seperti tempat pembuangan sampah.
yang mengakibatkan morbiditas dan mortalitas Perilaku anak jalanan tidak terkendali
(Fakih, 2003). Jadi langkah-langkah positif (anarkis) karena tidak ada yang mengajari.
tersebut memerlukan partisipasi banyak pihak Orangtua tidak memberikan perhatian yang
seperti pendampingan sosial anak jalanan yang sewajarnya.
di lakukan oleh pekerja sosial anak satuan
bakti sosial (Sakti peksos) di RPSA Kota Selain itu faktor ekonomi yang
Makassar. membelenggu kehidupan anak jalanan turut
berperan. Anak-anak mengambil alih fungsi
Menurut Departemen Sosial RI sebagai pencari nafkah di jalanan. Anak-anak
pengertian anak jalanan adalah sebuah istilah jalanan patut mendapatkan kehidupan yang
umum yang mengacu pada anak-anak yang baik yakni memperoleh lingkungan yang baik
mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, dan dapat diterima dengan baik di dalam
namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Seperti yang tercantum menurut
keluarganya. Anak jalanan seharusnya masih UNICEF dalam Undang-Undang Perlindungan
berada di sekolah tetapi mereka telah Anak Tentang Hak dan Kewajiban Anak Pasal
menjalani kehidupan jalanan untuk mencari 8 yakni setiap anak berhak memperoleh
nafkah. Aktivitas anak jalanan beraneka layanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
macam diantaranya ada yang beraktivitas dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan
sebagai pengamen, pengemis, pedagangan sosial. Anak merupakan generasi penerus
asongan, tukang semir sepatu dan sebagainya. bangsa, jadi anak adalah sumber daya manusia
Anak jalanan dilihat dari intensitas dan (SDM) yang sangat potensial untuk
penyebabnya berada dijalanan tidak dapat dikembangkan. Anak diharapkan mampu
disamakan. Dilihat dari penyebabnya, dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia
dimungkinkan tidak semua anak jalanan turun yang sehat jasmani dan rohani, cerdas,
kejalanan karena tekanan ekonomi, namun bertanggung jawab dan bermoral. Anak adalah
bisa karena pergaulan, kabur dari rumah, aset bangsa yang akan menentukan
kelangsungan hidup, kualitas dan kemajuan reintegrasi bagi anak yang memrlukan
suatu bangsa di waktu yang akan datang. perlindungan secara khusus sehingga anak
dapat tumbuh kembang sacara wajar. Anak-
Keberadaan RPSA (Rumah anak jalanan yang berada Rumah Perlindungan
Perlindungan Sosial Anak) sebagai Sosial Anak (RPSA) Di Kota Makassar
kepanjangan pemerintah dibentuk untuk didampingi oleh pendamping sosial dengan
menjawab tingginya berbagai permasalahan cara memperlakukan anak seperti halnya hidup
anak-anak yang memerlukan perlindungan dalam suatu keluarga agar anak jalanan
khusus. Sebagaimana diamanatkan dalam mampu mengenal aturan dan nilai maupun
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 norma yang ada selain itu juga agar intensitas
tentang Perlindungan Anak, pasal 59. bahwa anak turun ke jalan berkurang bahkan lepas
negara, pemerintah dan lembaga negara dari kehidupan jalanan. Pada kenyataannya
lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab anak-anak ini belum sepenuhnya mampu lepas
untuk memberikan perlindungan khusus dari jalanan, beberapa waktu anak jalanan
kepada anak yang diterlantarkan, anak yang masih ke jalanan meskipun sudah tidak bekerja
berkonflik hukum, anak korban pelecahan kembali.
seksual dan ekonomi, anak yang menjadi
korban penyalahgunaan NAPZA, anak korban Sebagai salah satu lembaga sosial
penculikan, anak korban kekerasan fisik dan yang ada di kota Makassar yakni Rumah
atau mental, anak yang menyandang cacat, Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Di Kota
anak korban perlakuan salah dan penelantaran Makassar masih melaksanakan program
termasuk anak-anak yang berada dalam situasi pendampingan bagi anak jalanan hingga saat
darurat serta anak yang berada dalam ini. Sesungguhnya banyak penelitian mengenai
kelompok minoritas dan terisolasi. Hal pengentasan anak jalanan namun belum
tersebut diperkuat dengan terbitnya Surat terlihat kondisi yang membaik maka peneliti
Keputusan Bersama (SKB) yang menganggap penelitian ini masih penting
ditandatangani oleh Menteri Sosial, Menteri untuk dilaksanakan. Peneliti mengamati
Kesehatan, Meneg PP dan Kapolri tentang bagaimana proses pelaksanaan program
Pelayanan Terpadu Korban Tindak Kekerasan pendampingan anak jalanan dalam
terhadap Perempuan dan Anak. SKB memberi mengentaskan anak jalanan di Rumah
mandat kepada Kementerian Sosial untuk Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Di Kota
mendirikan Rumah Perlindungan Sosial Anak Makassar.
(RPSA). Dalam fungsinya, RPSA sebagai
temporary shelter dan Protection Home, Pendampingan merupakan suatu
memberikan perlindungan, pemulihan, proses yang bertujuan untuk menyelesaikan
rehabilitasi, advokasi, reunifikasi dan permasalahan yang dihadapi oleh orang yang
reintegrasi bagi anak yang mengalami tindak didampingi. Menurut Albertina Nasri Lobo
kekeraan dan perlakuan salah atau yang (2008: 33) pendampingan yaitu sebagai suatu
memerlukan perlindungan khusus, sehingga strategi yang umum digunakan oleh
kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan pemerintah dan lembaga non-profit dalam
partisipasi anak dapat terjamin. upaya meningkatkan mutu dan kualitas sumber
daya manusia (SDM), sehingga mampu
Rumah Perlindungan Sosial Anak mengindentifikasikan dirinya sebagai bagian
(RPSA) Di Kota Makassar adalah lembaga dari permasalahan yang dialami dan berupaya
yang memberikan perlindungan kepada anak untuk mencari alternatif pemecahan masalah
yang membutuhkan perlindungan khusus yang dihadapi.
dalam bentuk. 1) Temporary Sheller, yaitu unit
pelayanan perlindungan pertama yang bersifat Pendampingan adalah suatu proses
responsive dan segera bagi anak-anak yang relasi sosial antara pendamping dengan korban
mengalami tindak kekerasan dan perlakuan dalam bentuk pemberian kemudahan (fasilitas)
salah, atau yang memerlukan perlindungan untuk mengidentifiasi keutuhan dan
khusus.2) Protection Home, yaitu unit memecahkan masalah serta mendorong
pelayanan perlindungan lanjutan dari tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan
temporary sheller yang berfungsi memberikan keputusan sehingga kemandirian korban secara
perlindungan, rehabilitasi, pemulihan dan berkelanjutan dapat diwujudkan Departemen
Sosial (2007: 4). Pendampingan merupakan
sebuah suatu proses untuk meningkatkan taraf membantu orang agar membantu dirinnya
atau kualitas hidup masyarakat. Melalui suatu sendiri. Dalam konteks ini peranan pekerja
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan sosial seringkali diwujudkan dalam
sumber daya manusia (SDM), yang kapasitasnya sebagai pendamping, bukan
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakata itu sebagai penyempuh atau pemecah masalah
sendiri. Masyarakat yang didampingi dengan (problem solver) secara langsung”. Khomsan
pendamping harus memiliki tujuan yang sama. (1999: 8)
Pada pelaksanaan pendampingan, pendamping
hanya memberikan bimbingan, saran dan Pendampingan sosial sangat
bantuan konsultatif tidak mempunyai menentukan kerberhasilan program
kekuasaan lebih. penanggulangan kemiskinan utamanya anak
jalanan. Peran pendamping umumnya
Pendampingan merupakan suatu mencakup tiga peran utama, yaitu: fasilitator,
aktivitas yang dilakukan dapat bermakna pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-
pembinaan, pengajaran, pengarahan, dalam peran teknis bagi masyarakat miskin yang
kelompok yang lebih berkonotasi pada didampinginya.
menguasai, mengendalikan dan mengontrol.
Kata pendampingan lebih bermakna pada a) Fasilitator. Merupakan peran yang
kebersamaan, kesejajaran, samping, berkaitan dengan pemberian motivasi,
menyamping dan karenanya kedudukan antara kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat.
keduanya (pendamping dan yang didampingi) Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran
sederajat, sehingga tidak ada dikotomi antara ini antara lain menjadi model, melakukan
atasan dan bawahan. Hal ini membawa mediasi dan negosiasi, memberi dukungan,
implikasi bahwa peran pendamping hanya membangun konsensus bersama, serta
sebatas pada memberikan alternatif, saran dan melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan
bantuan konsultatif dan tidak pada sumber.
pengambilan keputusan (BPKB Jawa Timur b) Pendidik. Pendamping berperan
dalam Rina Erviyati (2012). Menurut Nurnita aktif sebagai agen yang memberi masukan
Widyakusuma (2013) pendampingan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan
merupakan kegiatan yang diyakini mampu dan pengalamannya serta bertukar gagasan
mendorong terjadinya pemberdayaan fakir dengan pengetahuan dan pengalaman
miskin secara optimal. Perlunya masyarakat yang didampinginya.
pendampingan dilatar belakangi oleh adanya Membangkitkan kesadaran masyarakat,
kesenjangan pemahaman diantara pihak yang menyampaikan informasi, melakukan
memberikan bantuan dengan sasaran penerima konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi
bantuan. masyarakat adalah beberapa tugas yang
Jadi dari pendapat di atas dapat berkaitan dengan peran pendidik.
disimpulkan bahwa pendampingan adalah c) Perwakilan masyarakat. Peran ini
suatu kegiatan untuk membantu individu atau dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi
kelompok yang didampingi untuk antara pendamping dengan lembaga-lembaga
memecahkan masalah yang dihadapi agar eksternal atas nama dan demi kepentingan
dapat hidup mandiri dan berperan dalam masyarakat dampingannya. Pekerja sosial
masyarakat. Pendamping hanya berperan dapat bertugas mencari sumber-sumber,
memfasilitasi bersama-sama individu atau melakukan pembelaan, menggunakan media,
kelompok dalam memecahkan masalah. Peran meningkatkan hubungan masyarakat, dan
antara pendamping dengan yang didampingi membangun jaringan kerja.
adalah sederajat jadi dalam pelaksanaanya
tidak ada istilah atasan maupun bawahan. d) Peran-peran teknis. Mengacu pada
aplikasi keterampilan yang bersifat praktis.
2. Peran Pendampingan sosial Pendamping dituntut tidak hanya mampu
Pendampingan sosial merupakan suatu menjadi ‘manajer perubahan” yang
strategi yang sangat menentukan keberhasilan mengorganisasi kelompok, melainkan pula
program pemberdayaan masyarakat. “Sesuai mampu melaksanakan tugas-tugas teknis
dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni sesuai dengan berbagai keterampilan dasar,
seperti; melakukan analisis sosial, mengelola
dinamika kelompok, menjalin relasi, yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan
bernegosiasi, berkomunikasi, memberi secara informal maupun formal.
konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber
dana b) Tahap Assesment.

3. Fungsi Pendampingan Mencakup proses pengidentifikasian


masalah (kebutuhan yang dirasakan atau
Pendampingan adalah salah satu dari feltneeds) dan juga sumberdaya yang di miliki
teknik pemberdayaan yang mempunyai fungsi klien.
penting. menurut Totok S. Wiryasaputra
(2006: 88) fungsi pendampingan yakni sebagai c) Tahap Perencanaan Alternatif
berikut: Program atau Kegiatan

a) Menyembuhkan Pada tahap ini agen perubah secara


partisipatif mencoba melibatkan warga untuk
b) Menopang berpikir tentang masalah yang mereka hadapi
dan bagaimana cara mengatasinya.
c) Membimbing
d) Tahap Pemformulasian Rencana
d) Memperbaiki hubungan Aksi
e) Memberdayakan (empowering), Pada tahap ini agen perubah secara
4. Prinsip- Prinsip Pendamping Sosial partisipatif mencoba melibatkan warga untuk
berpikir tentang masalah yang mereka hadapi
Menurut Departemen sosial (2007: 9) dan bagaimana cara mengatasinya.
dalam melaksanakan tugasnya, pendamping
harus berpedoman dan memegang teguh e) Tahap Pelaksanaan
prinsip-prinsip sebagai berikut: Merupakan tahap pelaksanaan
a) Penerima (acceptance). perencanaan yang telah dibuat dalam bentuk
program dan kegiatan secara bersama-sama
b) Individualisasi (individualization). oleh masyarakat/kelompok dampingan.
c) Tidak meghakimi (non- f) Tahap Evaluasi
judgemental).
Merupakan pengawasan dari warga
d) Kerahasiaan (confidentiality). dan petugas terhadap program yang sedang
berjalan pada pengembangan masyarakat dan
e) Rasional (rationality). Pendamping
sebaiknya dilakukan dengan melibatkan
5. Tahapan Pendampingan Sosial warga.

Keberhasilan pendampingan tidak g) Tahap Terminasi


dapat dipisahkan dari kemampuan maupun
Merupakan tahap “pemutusan”
ketrampilan yang dimiliki oleh pendamping.
hubungan secara formal dengan komunitas
Keteraturan dalam melaksanakan tahapan
sasaran. Albertina Nasri Lombo (2003: 44-45).
pendampingan menjadi kunci keberhasilan.
Tahapan pendampingan menurut Adi (2003: 6. Pendekatan Pendampingan Sosial
250-258) tahapan dalam pendampingan secara
umum meliputi: a) Pendekatan Ekologi dan Psikososial

a) Tahapan Persiapan Banyaknya keluarga miskin yang


mengirim anak-anaknya ke Lembaga
Tahap ini mencakup penyiapan Kesejahteraan Sosial Anak menjelaskan situasi
petugas (yang dimaksudkan untuk belum terbangunnya sistem ekonomi untuk
menyamakan persepsi antar anggota tim agen mendukung keluarga-keluarga tersebut.
perubah mengenai pendekatan apa yang akan Demikian pula semakin banyaknya panti yang
dipilih dan penyiapan lapangan, yang bertugas dibangun tanpa memperhatikan kebutuhan
melakukan studi kelayakan terhadap daerah anak dan keluarganya, menggambarkan nilai-
nilai masyarakat yang belum sepenuhnya
menyadari pentingnya pengasuhan berbasis menjalin ikatan ini sekalipun anak terpaksa
keluarga. tinggal dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak;
Disamping itu, masih banyak faktor
yang belum mendukung terlaksananya 2) asesmen terhadap anak dan
pelayanan, diantaranya terbatasnya kapasitas keluarga, untuk mendapat pemahaman tentang
pengasuh anak-anak, belum optimalnya situasi pengasuhan oleh orang tua dan
kinerja yang berwenang dalam mengatur keluarga. Secara spesifik pendekatan ekologi
pengasuhan anak, belum tersedianya tenaga juga memberikan dasar untuk melakukan
profesional yang bekerja mendukung anak dan asesmen secara kontekstual. Misalnya,
keluarganya, dan belum terintegrasinya bidang asesmen untuk memahami cara pandang
tugas antar berbagai pemangku kepentingan tentang pengasuhan dan pengaruhnya pada
dalam pelayanan anak. Berbagai kelemahan anak serta keluarga dalam konteks budaya
tersebut membelajarkan tentang pentingnya tertentu;
kerja sama antar berbagai komponen dalam
pengasuhan anak baik keluarga inti maupun 3) pengakuan bahwa tidak ada anak
keluarga akternatif dan Lembaga yang memiliki pengalaman yang sama. Anak
Kesejahteraan Sosial Anak. harus diperlakukan sebagai individu berbeda,
dengan latar belakang dan pengalaman yang
Pendekatan ekologi mendasarkan pada berbeda pula dan.
sinergi berbagai pihak agar dapat bekerja demi
kepentingan terbaik anak. Berdasarkan 4) pendekatan ini juga memberi
pemikiran tersebut, penyusunan standar penekanan pada aspek praktikal, dimana
dilakukan dengan mempertimbangkan situasi standar yang diperuntukkan bagi anak dan
anak dan keluarga, serta kondisi komunitas keluarga harus berguna dan bermanfaat secara
dimana anak berada. Sejalan dengan hal itu riil, dan bukan sekedar mempertimbangkan
pula, respon terhadap kebutuhan anak dan kesesuaiannya dengan program dari
Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga pemerintah atau pemangku kepentingan
Kesejahteraan Sosial Anak keluarganya harus sebagai penyusun kebijakan.
disesuaikan dengan konteks kehidupan serta b) Perspektif Kekuatan/Strength
latar belakang anak dan keluarga. Selain itu Perspective
diperlukan pula dukungan dari pihak-pihak
lainnya agar orang tua atau keluarga dapat “All humans, somewhere within, have
melaksanakan tugasnya secara tepat. the urge to be heroic; to transcend
circumstances, to develop one’s powers, to
Di sisi lain, pendekatan psikososial overcome adversity, to stand up and be
memungkinkan pihak-pihak yang kompeten counted.” Dennis Saleebey (2005)
dan berkepentingan untuk melakukan asesmen
yang akurat terhadap anak dan keluarganya. Standar Nasional Pengasuhan Untuk
Hasil asesmen sangat penting bagi Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
pengambilan keputusan pengasuhan anak dan Pendekatan ini terfokus pada kekuatan dan
dukungan yang perlu diberikan baik bagi anak sumber daya yang dimiliki anak, keluarga juga
maupun keluarganya. Melalui pendekatan ini, komunitas di sekitar mereka. Kinerja tenaga
standar merekomendasikan dilakukannya profesional dibutuhkan sebatas untuk
asesmen terhadap aspek fisik (bio), psiko, membantu memaksimalkan kekuatan dan
sosial dan spiritual anak, orang tua atau sumber daya ini, guna menyelesaikan
anggota keluarga lainnya dan calon keluarga permasalahan yang dihadapi anak dan
pengganti. keluarganya serta mengoptimalkan
pemanfaatan sumber-sumber di sekitar
Secara konkrit, pendekatan- mereka. Pelayanan melalui Lembaga
pendekatan tersebut dipraktikan dalam Kesejahteraan Sosial Anak yang di dalamnya
beberapa aspek, diantaranya adalah: melibatkan tenaga
1) kesadaran bahwa anak memiliki profesional dimaksudkan untuk
ikatan emosional dan psikologis dengan memfasilitasi dan memberdayakan anak,
keluarga dan komunitas tempat tinggalnya. keluarga, dan komunitas dalam mengatasi
Oleh karena itu, anak harus terus dapat
permasalahan melalui berbagai sumber daya kotor dan sebagian besar tidak mengenal nilai-
yang menjadi kekuatan, untuk kemudian nilai keluhuran Sudarsono (2004:56).
bersama-sama mencapai tujuan yang
diharapkan. Menurut Surbakti dkk (1997)
berdasarkan kajian di lapangan, secara garis
Secara konkrit, pendekatan ini besar anak jalanan dibedakan dalam tiga
diterapkan melalui beberapa prinsip: kelompok yakni:
1) Pengakuan bahwa anak, bersama a) Children on the street, yaitu anak-
keluarga dan komunitas adalah ahli anak yang mempunyai kegiatan ekonomi
sebenarnya bagi kehidupan mereka. sebagai pekerja anak di jalan, namun masih
mempunyai hubungan yang kuat dengan orang
2) pengakuan terhadap kekuatan yang tua. Sebagian penghasilan anak dijalanan
dimiliki anak, keluarga, dan komunitasnya; diberikan kepada orang tua Soedijar dan
karenanya, perlu dilakukan identifikasi Sanusi dalam Bagong Suyanto (2010: 186).
terhadap kekuatan tersebut selain identifikasi Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah
terhadap permasalahan dan kebutuhan. untuk membantu memperkuat penyangga
3) pengakuan terhadap kapasitas ekonomi keluarga karena beban atau tekanan
pihak-pihak yang selama ini tinggal dan kemiskinan Bagong Suyanto (2010: 187).
bekerja bersama anak sebagai sumber daya b) Children of the street, yakni anak-
yang signifikan. Disamping pengakuan anak yang berpartisipasi penuh dijalanan, baik
terhadap perlunya keahlian profesional dari secara sosial maupun ekonomi. Beberapa
para profesional, pelatihan dan dukungan diantara anak jalanan masih mempunyai
harus terus diberikan kepada pihak-pihak yang hubungan dengan orang tua, tetapi frekuensi
dapat berperan sebagai sumber daya tersebut. pertemuan tidak menentu. Banyak diantara
4) pengakuan bahwa Lembaga anak jalanan ini karena sebab kekerasan atau
Kesejahteraan Sosial Anak (d/h Panti Asuhan) pergi dari rumah. Berbagai penelitian
memiliki potensi untuk mendukung menunjukan bahwa anak-anak kategori ini
terbangunnya sistem pengasuhan anak yang sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik
mendukung pengasuhan berbasis keluarga secara sosial-emosional, fisik maupun seksual
sesuai dengan kepentingan terbaik anak. Irwanto dkk dalam Bagong Suyanto (2010:
187). Kekerasan dapat dilakukan oleh preman
B. Anak Jalanan atau anak jalanan yang lebih tua atau berkuasa.
1. Pengertian Anak Jalanan c) Children from families of the street,
yakni anak-anak yang berasal dari keluarga
Anak jalanan yaitu anak yang
yang hidup dijalanan. Walaupun anak-anak ini
sebagian besar waktunya berada di jalanan
mempunyai hubungan kekeluargaan yang
atau ditempat-tempat umum. Secara umum
cukup kuat, tetapi hidup terombang-ambing
anak jalanan dengan gelandangan merupakan
dari suatu tempat ketempat yang lain dengan
istilah yang sama. Anak jalanan menurut
segala resikonya. Menurut Bagong Suyanto
Dinas Sosial Provinsi Yogyakarta adalah anak
(2010: 187) Salah satu ciri penting dari
yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian
kategori ini adalah pemampangan kehidupan
besar waktunya untuk melakukan kegiatan
anak jalanan sejak anak masih bayi bahkan
hidup sehari-harinya di jalan, sampai dengan
masih dalam kandungan.
umur 5- 21 tahun. Dinsos (2010: 6).
Dari pendapat diatas dapat
Anak jalanan memiliki kesamaan
disimpulkan bahwa anak jalanan adalah
dengan gelandangan dilihat dari cara hidupnya
anakanak yang beraktivitas sehari-hari atau
di jalanan. Gelandangan adalah para subyek
hidup dijalanan (tidak menetap). Anak jalanan
yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap,
dapat juga dapat diartikan anak-anak yang
juga secara yuridis maupun autentik. Di
hidup atau mencari nafkah di jalan meskipun
samping itu juga merupakan kelompok yang
masih mempunyai keluarga. Anak jalanan
tidak memiliki pekerjaan tetap dan layak
mempunyai tugas mencari nafkah untuk
menurut ukuran masyarakat umumnya, juga
keluarganya.
termasuk orang-orang yang tidak menetap,
2. Faktor dan Penyebab Anak Turun e) Faktor Psikologis. Adanya
ke Jalan perpecahan atau keretakan dalam keluarga.
Munculnya anak jalanan dapat f) Faktor Kultural. Pasrah pada nasib
disebabkan karena bermacam-macam dana adat istiadat yang merupakan rintangan
permasalahan yang dihadapai oleh anak. dan hambatan mental.
Secara umum penyebab banyak faktor yang
mempengaruhi anak terjerumus ke jalanan, g) Faktor Lingkungan. Pada
seperti: kesulitan keuangan keluarga, atau gelandangan yang telah berkeluarga atau
tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan rumah mempunya anak, secara tidak langsung sudah
tangga orang tua, dan masalah khusus nampak adanya pembibitan gelandangan.
menyangkut hubungan anak dengan orang tua h) Faktor Agama. Kurangnya dasar-
Bagong Suyanto (2010: 196). dasar ajaran agama, sehingga menyebabkan
Daerah yang menjadi tempat tipisnya iman.
bertambahnya anak jalanan yaituperkotaan. Kemiskinan umumnya menjadi
Perkotaan merupakan lingkungan yang penyebab utama anak turun ke jalan. Menurut
multikultural. Persaingan hidup yang ketat Soetomo (2008: 316) kondisi yang dikatakan
menyebabkan munculnya kalangan menengah kurang kondusif terutama dilihat dari situasi
atas maupun menengah bawah. Kalangan yang tidak mendukung proses belajar,
menengah atas dengan ekonomi kuat dan kebiasaan hidup tidak teratur, pemilihan
pendidikan tinggi dapat mencapai taraf hidup aspirasi yang terbatas, kebiasaan mengundur
yang layak. Kesenjangan akan terjadi pada pemuasan mendadak dari kebutuhannya dan
kalangan memengah kebawah bertahan hidup stigma yang menjadi cap keluarga miskin yang
dengan stretegi survival yang beragam. akan berpengaruh bagi kepribadian anak.
Sedangkan dari kedua model tersebut masih
terdapat kelompok lain yang seakan-akan Berbagai faktor timbulnya
terlempar dari percaturan ekonomi. Bagi gelandangan antara lain: factor kemiskinan
kelompok ini, hanya terdapat dua (struktural dan pribadi), factor keterbatasan
kemungkinan yang dapat dilakukan, yaitu kesempatan kerja (factor intern maupun
menjadi pengemis atau terjun ke dunia hitam ekstern), factor yang berhubungan dengan
atau kriminal Usman (2008: 143). urbanisasi, yang masih ditambah lagi dengan
factor pribadi seperti: malas, tidak biasa
Menurut Sudarsono (2004: 59) disiplin; biasa hidup sesuai keinginan sendiri;
penyebab interen gelandangan karena sifat biasa untuk tidak merasa perlu mengidahkan
malas, tidak mau bekerja, mental yang tidak kaidah-kaidah normative yang berlaku umum
kuat, adanya cacat fisik dan cacat psikis. Ramlong Naning (1982: 75). Faktor-faktor
Sedangkan faktor eksteren sebagai berikut: tersebut membuat terganggunya konsep fungsi
a) Faktor Ekonomi. Kurangnya sosial yang menjadikan anak-anak mempunyai
lapangan pekerjaan, kemiskinan dan akibat beban berbagai tugas dan peranan.
rendahnya pendapatan per kapita dan tidak Seseorang yang menjadi anak jalanan
tercukupinya kebutuhan hidup. tidak hanya dilihat dari sebagai individu yang
b) Faktor Geografi. Daerah asal yang terlepas dari lingkungannya berbaur.
minud dan tandus, sehingga tidak Lingkungan anak jalanan mempunyai aturan
memungkinkan untuk pengolahan tanahnya. main yang disepakati berdasarkan hasil
konsensus dalam komunitas anak jalanan. Pola
c) Faktor Sosial. Arus urbanisasi yang yang dikembangkan dalam komunitas akan
semakin meningkat dan kurangnya partisipasi mempengaruhi pemikiran dan gaya bertindak
masyarakat dalam usaha kesejahteraan. anak jalanan. Oleh karena itu memberikan
penyadaran terhadap anak jalanan yang sudah
d) Faktor Pendidikan. Relatif dicap negatif sebagai calon-calon pelaku
rendahnya pendidikan menyebabkan kriminal, dapat dilakukan dengan melakukan
kurangnya bekal ketrampilan untuk hidup penguatan-penguatan lingkungan yang mampu
yang layak dan kurangnya Pendidikan memberikan penyadaran bagi anak jalanan
informal dalam keluarga dan masyarakat. sehinggga tindakan dan pemikiran bisa
mengubah kesan bahwa mejnadi anak jalanan perlindungan serta perlakuan yang hangat dari
dengan selalu berada di jalanan tidak pekerja sosial. Pada lembaga yang permanen
menguntungkan baginya Edi Suharto dkk disediakan pelayanan pendidikan, ketrampilan,
(2011: 189). kebutuhan dasar, kesehatan, kesenian dan
pekerjaan bagi anak jalanan.
Dari kesimpulan di atas anak turun ke
jalanan karena adanya beberapa faktor yakni c) Community based, yaitu model
seperti kemiskinan keluarga, tekanan penanganan yang melibatkan seluruh potensi
permasalahan dalam keluarga dan pergaulan masyarakat, terutama keluarga atau orang tua
juga dapat menjadi faktor pemicu anak anak jalanan. Pendekatan bersifat preventif,
menjadi anak jalanan. Pada kenyataanya tidak yakni mencegah agar anak tidak kembali
hanya terjadi pada anak-anak dengan ekonomi terjerumus kehidupan jalanan. Keluarga
kelas bawah namun anak kalangan menengah diberikan penyuluhan tentang pengasuhan
dapat terpengaruh menjadi anak jalanan karena anak dan upaya peningkatan taraf hidup,
faktor lingkungan, emosi dan permasalahan sementara anak-anak diberi kesempatan
keluarga. Lingkungan sangat membantu anak pendidikan formal maupun informal, pengisian
jalanan untuk mau keluar dari lingkungan waktu luang, dan kegiatan lainnya yang
komunitas atau jalanan dan hidup secara layak. bermanfaat. Pendekatan ini bertujuan
meningkatkan kemampuan keluarga dan
3. Penanganan ataupun Pendekatan Untuk masyarakat agar sanggup melindungi,
Anak Jalanan mengasuh, dan memenuhi kebutuahan anak-
Penanganan terhadap anak jalanan anaknya secara mandiri. Bagong Suyanto
yang selama ini dilakukan tidak mudah. (2010: 201).
Berbagai upaya dari lembaga sosial atau Terdapat dua hal yang harus
pemerintah sudah dilaksanakan. Untuk diperhatikan sebelum melakukan intervensi ke
menangani permasalahan anak hingga ke akar- lapangan. Pertama, modal yang dibutuhkan
akarnya bukan dengan program yang bersifat untuk melaksanakan program adalah sikap
karitatif. Sikap karitatif dengan empati dan kesediaan meghilangkan sikap
memperlakukan anak-anak jalanan sebagai predujice terhadap anak jalanan yang sama
objek amal dan memberikan santunan yang sekali tidak menyelesaikan masalah. Kedua,
sifatnya temporer hanya akan melahirkan sebagai manusia anak jalanan adalah anak-
ketergantungan, bahkan meniadakan anak yang berhak memperoleh kesempatan
keberdayaan dan tekad self help anak jalanan untuk tumbuh berkembang secara wajar,
itu sendiri Bagong Suyanto (2010: 200). sehingga sewajarnya jika diberi kesempatan
Menurut Tata Sudrajat (1996) untuk menampilkan eksistensinya sebagai
pendekatan yang biasa dilakukan oleh LSM bagian dari keinginan untuk beraktualisasi
dalam penanganan anak jalanan adalah: Bagong Suyanto (2010: 204).

a) Street based, yakni model Anak jalanan berhak mendapatkan


penanganan anak jalanan di tempat anak kesempatan terutama dalam bidang
jalanan berasal atau tinggal, kemudian para pendidikan. Pendidikan harus bersikap
street educator datang untuk berdialog, humanis yang artinya orientasi pendidikan
mendampingi bekerja, memahami situasi serta tidak lagi pada tuntutan pelajaran tetapi lebih
menempatkan diri sebagai teman. Anak-anak kepada peserta didik yang bersangkutan
diberi materi pendidikan dan ketrampilan, Munawir Yusuf (2005: 119). Dari paparan
disamping itu anak jalanan juga memperoleh diatas dapat disimpulkan penanganan anak
kehangatan hubungan dan perhatian sehingga jalanan dapat dilakukan dengan berbagai
menumbuhkan keprcayaan satu sama lain yang pendekatan dan upaya-upaya penanganan yang
berguna bagi tujuan intervensi. tepat, mengingat latar belakang dari anak
jalanan yang berbeda-beda.
b) Centre based, adalah pendekatan
atau penanganan anak jalanan di lembaga atau C. Rumah Perlindungan Sosial Anak
panti. Anak-anak yang ditampung dalam (RPSA)
program ini diberikan pelayanan seperti pada 1. Pengertian Rumah Singgah
malam hari diberikan makanan dan
Menurut Departemen Sosial RI (1994: manusiawi. Sumber manusiawi mencakup
4) Rumah Perlindungan Sosial anak adalah antara lain pamong belajar, fasilitator, tutor,
perantara anak jalanan dengan pihak-pihak warga belajar, pimpinan lembaga dan
yang akan membantu mereka. Rumah singgah masyarakat. Sumber non-manusiawi meliputi
merupakan proses informal yang memberikan fasilitas, alat-alat, waktu, biaya, lingkungan
suasana pusat realisasi anak jalanan terhadap sosial budaya, fisik dan sebagainya.
system nilai dan norma di masyarakat.
b) Merupakan kegiatan untuk
Penelitian ini akan dilaksanakan di mengerahkan atau menggunakan sumber-
Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) di sumber yang terbatas secara efisien dan efektif
Kota Makassar. Terletak di jalan Langgau No. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan”.
68 Kel. La’latang Kec. Tallo Kota Makassar.
Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) di D. Landasan Teori
Kota Makassar adalah program yang di buat 1. Teori Strukturasi Anthony Giddens
oleh Dinas Sosial Makassar. Rumah
Perlindungan Sosial Anak (RPSA) di Kota Pemikiran Anthony Giddens tentang
Makassar sampai saat ini melakukan teori strukturasi “The Constitution Of Society
pendampingan terhadap 75 anak jalanan yang Teori Strukturasi untuk Analisis Sosial”. Teori
berbeda-beda lokasi. Komitmen dari Rumah strukturasi Anthony Giddens membahas
Perlindungan Sosial Anak (RPSA di Kota sebuah fenomena sosial yang terjadi di dalam
Makassar adalah sebagai kawasan bagi anak- masyarakat secara terus-menerus, dan terpola
anak jalanan menuju kehidupan secara normal. dalam lintas ruang dan waktu.
2. Pendampingan Rumah Teori strukturasi terletak pada
Perlindungan Sosial Anak (RPSA) di Kota pemikiran tentang struktur, sistem, dan dwi
Makassar rangkap struktur. Struktur didefinisikan
sebagai “properti-properti yang berstruktur
Fokus penelitian ini yakni pada salah (aturan dan sumber daya) properti yang
satu program yang ada di Rumah Perlindungan memungkinkan praktik sosial serupa yang
Sosial Anak (RPSA) di Kota Makassar. dapat dijelaskan untuk eksis disepanjang ruang
Program pengentasan anak jalanan melalui dan waktu, yang membuatnya menjadi bentuk
pendampingan yang dilaksanakan RPSA di sistemik.” Giddens berpendapat bahwa
Kota Makassar menarik untuk ditelaah. struktur hanya ada didalam dan melalui
Program ini dilaksanakan di lokasi-lokasi yang aktivitas manusia Ritzer (2004: 510).
telah disebutkan sebelumnya diatas dan
dilaksanakan setiap minggu. Unsur-unsur 2. Teori Interaksi Sosial
dalam pendampingan ini meliputi pemenuhan
Adapun teori yang digunakan peneliti
kebutuhan pangan dan nutrisi, identifikasi
sebagai landasan berpikir tentang
anak jalanan, penyuluhan dalam bidang
pendampingan sosial terhadap anak jalanan
kesehatan, pendampingan psikologis dan
dirumah Perlindungan Sosial (RPSA) di Kota
pendampingan advokasi anak. Sementara itu
Makassar adalah teori John Lewis Gillin,
yang menjadi unsur di dalam rumah singgah
Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan
meliputi Pengurus Yayasan Diponegoro,
sosial yang dinamis, menyangkut hubungan-
pengelola, pendamping, anak jalanan, orangtua
hubungan antara individu atau antar kelompok.
anak jalanan dan aktivitas atau program yang
Sementara itu, Booner menyatakan bahwa
di jalankan oleh rumah singgah.
interakasi sosial adalah suatu hubungan antara
Pengertian perencanaan dalam dua atau lebih individu, dimana kelakuan-
pendidikan luar sekolah menurut Sudjana kelakukan individu tersebut mempengaruhi
(1992: 42) adalah: individu lain atau sebaliknya.
a) Upaya yang berkaitan dengan METODE PENELITIAN
penyusunan rangkaian tindakan yang akan
A. Jenis Penelitian
dilakukan untuk mencapai tujuan dengan
mempertimbangkan sumber-sumber yang Pendekatan penelitian yang digunakan
tersedia atau disediakan. Sumber- sumber itu dalam penelitian ini adalah pendekatan
meliputi sumber manusiawi dan non-
kualitatif dan metode penelitian yang Beberapa pertimbangan menggunakan
dipergunakan adalah metode penelitian Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) di
deskriptif kualitatif. Melaui pendkatan ini Kota Makassar sebagai setting penelitian
diharapkan peneliti mampu menghasilkan data yakni:
yang bersifat deskriptif untuk mengungkap
proses terjadinya di lapangan. 1. Rumah Perlindungan Sosial Anak
(RPSA) di Kota Makassar sebagai
Menurut Andi Prastowo (2011: 24) metode yayasan yang mempunyai spesifikasi
penelitian kualitatif adalah metode (jalan) tentang anak jalanan.
penelitian yang sistematis yang digunakan 2. Sudah bertahu-tahun memiliki
untuk mengkaji atau meneliti suatu objek pada pengalaman dalam menangani anak
latar alamiah tanpa ada manipulasi di jalanan.
dalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis, 3. Manajemen dilakukan secara terbuka
dengan metode-metode yang alamiah ketika sehingga memungkinkan lancarnya
hasil penelitian yang diharapkan bukanlah dalam memperoleh informasi atau data
generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran yang berkaitan dengan penelitian.
kuantitas, namun makna (segi kualitas) dari
fenomena yang diamati. C. Fokus Penelitian

Penelitian ini menggunakan Sesuai dengan judul penelitian yakni


pendekatan kualitatif karena peneliti Pendampingan Sosial Terhadap Anak Jalanan
bermaksud mendeskripsikan, menguraikan dan Kota Makassar di fokuskan pada anak korban
menggambarkan secara lisan maupun tertulis tindak kekerasan dan eksploitasi yang
mengenai proses pendampingan yang didampingi oleh pendamping sosioal.
dilaksanakan oleh Rumah Perlindungan Sosial Pendampingan yang di lakukan oleh Rumah
Anak (RPSA) di Kota Makassar. Metode Perlindungan Sosial Anak (RPSA).
penelitian yang digunakan oleh peneliti yakni D. Instrumen Penelitian
deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif yakni
data yang dikumpulkan adalah berupa kata- Hanya manusia sebagai instrumen
kata, gambar dan bukan angka-angka (Nana dapat memahami makna interaksi antar
Syaodih Sukmadinata, 2010:11). Dalam manusia, membaca gerak muka, serta
penelitian ini diharapkan akan diketahui menyelami perasaan dan nilai yang terkandung
mengenai proses pelaksanaan pendampingan dalam ucapan atau perbuatan responden (Andi
di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Prastowo, 2011:43). Peneliti kualitatif sebagai
Di Kota Makassar. human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai
B. Lokasi Penelitian sumber data, melakukan pengumpulan data,
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah menilai kualitas data, analisis data,
Perlindungan Sosial Anak (RPSA) di Kota menafsirkan data dan membuat kesimpulan
Makassar terletak di jalan Langgau N0.68 atas temuannya (Sugiyono, 2012:306). Dalam
Kelurahan La’latang Kecamatan Tallo Kota penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen
Makassar. Rumah Perlindungan Sosial Anak atau alat penilitian adalah peneliti itu sendiri.
(RPSA) di Kota Makassar merupakan salah Dalam penelitian ini, instrumen yang
satu lembaga sosial yang mengurusi mengenai akan digunakan dalam penelitian
anak jalanan. Lokasi penelitian yang pendampingan yang dilaksanakan di Rumah
ditetapkan dalam penelitian ini yaitu peranan Perlindungan Sosial Anak (RPSA) di Kota
pendampingan sosial yang dilaksanakan Makassar adalah peneliti sendiri yang dibantu
terhadap anak jalanan, peneliti juga melakukan pedoman dengan wawancara, pedoman
penelitian mengenai faktor pendorong dan observasi dan pedoman dokumentasi
faktor penghambat dari kegiatan terstruktur yang dibuat sendiri oleh peneliti.
pendampingan, serta dampak pendampingan
sosial terhadap anak jalanan di Rumah E. Teknik Pengumpulan Data
Pelayanan Sosial Anak (RPSA) di Kota
Dalam penelitian ini menggunakan
Makassar
pendekatan kualitatif dengan analisa data
dilakukan bersamaan dengan pengumpulan
data. Pengumpulan data penelitian kualititatif Agar hasil penelitian benar-benar
yang menjadi instrumen atau alat penelitian dapat dipertanggungjawabkan, maka
adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2012: diperlukan adanya keabsahan data dari data
59). Pengumpulan data yang digunakan adalah yang sudah diperoleh. Triangulasi adalah
dengan menggunkakan pengamatan, teknik pemeriksaan keabsahan data yang
wawancara dan dokumentasi. Untuk lebih rinci memanfaatkan sesuatu yang lain. Menurut
akan diuraikan sebagai berikut ini: Moleong (2007: 330-331), triangulasi sumber
data adalah peneliti mengutamakan check-
1. Pengamatan recheck, cross-recheck antar sumber informasi
2. Wawancara satu dengan lainnya. Peneliti dapat merececk
data temuannya dengan cara membandingkan
3. Dokumentasi berbagai sumber, metode, penyidik, atau teori.
F. Sumber Data HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Jenis dan sumber data menjadi:
Profil Dinas Sosial Kota Makassar
1. Data primer yaitu data yang bersumber dari
hasil observasi dan hasil interview secara a) Sejarah Singkat Dinas Sosial Kota Makassar
mendalam dengan informan.
Dinas Sosial Kota Makassar yang
2. Data sekunder yaitu data yang di peroleh sebelumnya adalah Kantor Departemen Sosial
dari bahan kepustakaan dan berbagai referensi, Kota Makassar didirikan berdasarkan
misalnya buku-buku, majalah ilmiah, hasil Keputusan Presiden No. 44 Tahun 1974
penelitian, materi dari situs internet dan Tentangpokok-pokok Organisasi Departemen
sumber bacaan lainnya yang terkait dengan dan keputusan PresidenN0. 45 tahun 1974
permasalahan yang diteliti. tentang Susunan Organisasi
Departemenbeserta lampiran-lampirannya
G. Teknik Analisis Data
sebagaimana beberapa kali dirubah, terakhir
Setelah semua data terkumpul, data dengan Keputusan Presiden No. 49
akan dianalisis menggunkan teknik analisis Tahun1983.
data kualitatif. Analisis data kualitatif yaitu
Khusus di Indonesia Timur didirikan
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
Departemen Sosial Daerah Sulawesi Selatan
dengan data, mengorganisasikan data, memilih
yang kemudian berubah menjadi Jawatan
data untuk dikelola, mencari dan menemukan
Sosial lalu dirubah lagi menjadi kantor
pola, menemukan apa yang penting dan apa
Departemen Sosial berdasarkan keputusan
yang dipelajari dan memutuskan apa yang
Menteri Sosial RI No. 16 Tahun1984 tentang
diceritakan pada orang lain (Moleong, 2005:
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Departemen
248).
Sosial di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota
Menurut pendapat Milles and madya. Dan akhirnya menjadi Dinas Sosial
Huberman (dalam Sugiyono, 2012:337), Kota Makassar pada tanggal10 April 2000
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis yang ditandai dengan pengangkatan dan
pengumpulan data kualitatif dilakukan secara pelantikan Kepala Dinas Sosial Kota Makassar
interaktif dan berlangsung secara terus berdasarkan Keputusan WaliKota Makassar,
menerus sampai tuntas, sehingga datanya Nomor: 821.22:24.2000 tanggal 8 Maret 2000.
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data,
B. Gambaran Umum Lembaga Sosial
yaitu data reduction, data display, dan
Pembinaan Anak Jalanan di Kota
conclusing drawing.
Makassar.
1. Reduksi data
Upaya pemerintah kota dalam
2. Membuat display mengatasi anak jalanan diKota Makassar harus
berhadapan dengan lingkungan masyarakat
3. Membuat kesimpulan dan verifikasi selama dan berbagai unsur-unsur penopangnya salah
penelitian berlangsung. satunya Lembaga sosial. Dukungan peraturan
perundang-undangan serta kebijakan
H. Teknik Pengabsahan Data
penanggulangan anak maupun pembinaan pada akhirnya ditujukan agar anak dapat hidup
anak jalanan yang dilaksakan oleh pemerintah sesuai dengan anak normal pada umumnya”
kota masih harus disinergikan dengan kondisi (Wawancara, 18/04/2018)
sosial kemasyarakatan di daerah ini.
Pendapat di atas diperkuat dengan
Berbagai faktor yang selama ini penjelasan Ibu “Hasnah Hapsari” selaku
dianggap sebagai persoalan klasik yang Kepala RPSA sebagai berikut:
memunculkan anak jalanan memerlukan
perhatian serius sehingga efektifitas dari “Kasus-kasus pada anak yang
kegiatan yang dilaksakan oleh pemerintah kota memerlukan perlindungan khusus tersebut,
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. sumber permasalahannya bermuara dalam
Secara teoritis, fokus utama pembangunan keluarga. Dalam hal ini kami tekankan bahwa
kesejahteraan sosial adalah pada perlindungan orang tua dan keluarga memiliki kewajiban
sosial. Oleh karena itu, model pertolongan dan tanggung jawab untuk mengasuh dan
terhadap anak jalanan bukan sekedar mendidik serta melindungi perkembangan
menghapus anak-anakdari jalanan. Melainkan anak, tepatnya bahwa anak selalu bersama
harus bisa meningkatkan kualitas hidupmereka orang tua atau keluarga sebagai tempat yang
melalui lembaga sosial yang khusus membina pertama dalam menjalankan kehidupannya
anak jalanandi kota Makassar. sekalipun anak telah memproleh pelayanan
dari RPSA” (Wawancara, 20/04/2018).
a. Rumah Perlindungan Sosial Anak
(RPSA) Turikale Makassar b) Pelayanan di Protection Home, melalui
proses rencana intervensi, pelaksanaan
Rumah Perlindungan Sosial Anak intervensi, evaluasi dan terminasi, yang
(RPSA) merupakan layanan bagi anak yang selanjutnya dilakukan reunifikasi dan
memerlukan perlindungan khusus. reintegrasi serta referal meliputi:
Perlindungan anak merupakan segala bentuk
kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak 1) Reunifikasi adalah mempertemukan
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, dan menyatukan klien kepada orang tua,
berkembang dan berpartisipasi secara optimal anggota keluarga, atau kerabat, untuk
sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta memberikan perlindungan dan pemenuhan
mendapatkan perlindungan dari tindak kebutuhan. Keluarga asli adalah target pertama
kekerasan dan deskriminasi. dalam reunifikasi. Jika tidak memungkinkan
maka dialihkan oleh kerabatnya dan bentuk-
Dalam hal ini RPSA bertugas bentuk alternatif pengasuhan lainnya yang
memberikan penanganan sistematis, berbasis keluarga, agar dapat menyatukan
terstruktur, terencana, dan terintegrasi dengan keluarga atau kerabat serta bentuk alternatif
mengedepankan perspektif korban dan pengasuhan lainnya berbasis keluarga
kepentingan terbaik anak. Dalam fungsinya, sehingga dapat tumbuh kembang secara wajar.
RPSA sebagai temporary shelter dan
Protection Home, memberikan perlindungan, 2) Reintegrasi adalah penyatuan
pemulihan, rehabilitasi, advokasi, reunifikasi kembali klien dengan masyarakat yang dapat
dan reintegrasi bagi anak yang mengalami memberikan perlindungan dan kebutuhan
tindak kekerasan dan perlakuan salah atau kebutuhan bagi klien, termasuk sistem
yang memerlukan perlindungan khusus, kekerabatan, lembaga pendidikan,
sehingga kelangsungan hidup, tumbuh kesejahteraan sosial, dan seterusnya agar anak
kembang dan partisipasi anak dapat terjamin. dapat tumbuh dan kembali hidup dalam
Seperti yang diungkapkan oleh pendamping lindungan masyarakat secara wajar.
Ibu “ATI” selaku pengelola Rumah 3) Referal/Rujukan adalah kegiatan
Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Turikale pengalihan pelayanan anak ke lembaga
Kota Makassar: layanan lanjutan lain, yang dibutuhkan dalam
“Kebaradaan anak yang memproleh penanganan dan pemenuhan hak anak, kerana
pelayanan di RPSA, memberi gambaran pelayanan yang dibutuhkan tidak tersedia atau
bahwa anak-anak tersebut telah memproleh sudah selesai di RPSA. Proses rujukan
perlindungan, pemulihan, rehabilitasi, dilakukan oleh petugas dengan menyiapkan
advokasi, reunifikasi dan reintegrasi, yang
oleh form yang tersedia, membawa surat tugas, Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu
alat dokumentasi, dan akomodasi. “ATI” selaku pengelola Rumah Perlindungan
Sosial Anak (RPSA) Turikale Kota Makassar:
C. PEMBAHASAN
“Biasanya sebelum melaksanakan
1. Tahapan Pendampingan Anak Jalanan di pendampingan yang harus dipersiapakan
Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) adalah alat dan bahan (materi) apa yang akan
Turikale Kota Makasaar kita berikan ke anak” (Wawancara,
Hasil penelitian menunjukan bahwa 23/04/2018).
mekanisme dan tahapan pendampingan anak Materi yang diberikan oleh
jalanan di Rumah Perlindungan Sosial Anak pendamping disesuaikan dengan minat anak
(RPSA) Turikale Kota Makasar sudah berjalan jalanan. Anak jalanan tidak hanya
sejak tahun 2009. Program pendampingan membutuhkan pengetahuan namun juga
murni berasal dari Rumah Perlindungan Sosial ketrampilanseperti yang diutarakan olek “ATI”
Anak (RPSA) Turikale Kota Makasar. bahwa:
Tahapan dalam pendampingan secara umum
meliputi tahapan persiapan, tahap assement, “Pendampingan juga mengikuti
tahap perencanaan alternatif program, tahap maunya anak, contohnya IC memberikan
peformulasian rencana aksi, tahap keterampilan kepada anak dampingannya
pelaksanaan, tahap evaluasi, tahap terminasi. tentang keterampilan bengkel atauotomotif
Pendampingan yang dilaksanakan oleh Rumah karena anak-anak menginginkan belajar hal
Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Turikale itu, saya juga tidak jarang memberikan materi
Kota Makasar sesuai dengan tahapan-tahapan kerajinan tangan karena anak-anak
yang sudah seharusnya dilakukan agar menginginkan belajar kerajinan tangan”
pendampingan dapat berjalan dengan baik dan (Wawancara, 25/04/2018)
tepat.Tahapan pendampingan di Rumah
Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Turikale Selain itu persiapan lainnya yang
Kota Makasar yakni: harus dipersiapkan sebelum pendamping
melaksanakan pendampingan yakni dengan
a) Perencanaan atau persiapan menyiapakan tempat. Tempat merupakan
sarana dan faktor yang sangat penting agar
Sebelum pendampingan dibutuhkan anak mau untuk mengikuti kegiatan. Tempat
perencanaan yang baik agar tujuan dari yang digunakan untuk pendampingan
pendampingan dapat tercapai. Sebelum menggunakan salah satu rumah anak jalanan.
dimulai ada beberapa halyang harus Hal tersebut agar hubungan pendamping
dipersiapkan oleh pendamping. Pendamping dengan orang tua anak jalanan bisa terjalin
menyiapkan materi, mentor untuk belajar dengan baik. Struktur sebagi sesuatu yang
yakni pendamping sendiri dan peserta didik bersifat eksternal bagi tindakan manusia,
yakni anak jalanan. Seperti yang diungkapkan sebagai sumber yang mengekang kekuasaan
oleh pendamping yakni “WIDYA” sebagai subjek yang disusun secara mandiri.
berikut: sebagaimana yang dikonseptualisasikan dalam
“Kegiatan pendampingan yang saya pemikiran strukturalis dan post-strukturalis.
lakukan berupa kegiatan belajar dan bermain, Dalam hal ini struktur secara khas dianggap
anak-anak dapat belajar tentang kesulitan yang bukan sebagai pembuat pola kehadiran
mereka hadapi disekolah. Satu anak dengan seorang melainkan sebagi titik simpang antara
anak yang lain berbeda-beda. Tugas kehadiran dan ketidak hadiran. Kode-kode
pendamping juga menjadi pendengar dasar harus disimpulkan dari manifestasi-
mengenai kesulitan dan permasalahan anak manifestasi yang merekat (Giddens, 2011:20).
jalanan yang kemudian nanti mencarikan jalan Perkenalan dan kontak sosial juga dilakukan
keluar atau mengkomunikasikan dengan orang sebelum melaksanakan pendampingan hal ini
tua. Selain itu juga anak jalanan harus siap agar nantinya saat pelaksanaaan
ketika akan belajar” (Wawancara, 21/04/2018) pendampingan anak binaan dapat fokus, dan
terkendali.
Dari hasil wawancara peneliti dapat
menyimpulkan bahwa persiapan atau
perencanaan yang dilakukan oleh pendamping Dari wawancara yang dilakukan dapat
sudah cukup baik karena melihat dari disimpulkan pendampingan dan Sharing
kebutuhan dan minat anak binaan. orangtua anak Binaan dilaksanakan secara
rutin untuk penyampian informasi,
b) Pelaksanaan mengkomunikasikan permasalahan yang harus
1) Pendampingan dan Sharing Orang diketahui orangtua, sharing antara orangtua
Tua Binaan dan anak serta silahturahmi antara RPSA, anak
binaan dan orang tua.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Rumah
Perlindungan sosial Anak (RPSA) Turikale 2) Pelatihan Keterampilan
Kota Makassar selama dua kali dalam sebulan. Pelatihan awalnya banyak yang
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada awal berjalan sesuai jadwal namun karena adanya
dan akhir bulan. Hal tersebut seperti yang kekurangan tenaga maka untuk saat ini yang
diungkapkan oleh “IBNU CHALDUN” selaku masih berjalan adalah pelatihan kerajinan
pendamping sebagai berikut: tangan. Seperti yang diungkapkan oleh
“Dalam sebulan dua kali biasanya “WIDYA” berikut ini:
RPSA mengadakan kunjungan ke keluarga “ada pelatihan keterampilan seperti
anak jalanan. Adanya kegiatan ini tujuan memasak tapi untuk beberapa waktu
utamanya agar orangtua dapat dihentikan dulu, kita lagi kekurangan tenaga
mengkomunikasikan apa yang menjadi pendamping” (Wawancara, 07/05/2018)
permasalahan untuk anaknya. Jadi bukan
hanya dari RPSAyang membenahi si anak tapi Pelatihan keterampilan tanagn rutin
orang tua juga mempunyai perananyang besar dilaksanakan 2 kali seminggu di Rumah
dalam membantu anak agar dapat hidup Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Kota
dengan lebihbaik” (Wawancara, 25/04/2018) Makassar. Anak-anak binaan yang datang
dariberbagai lokasi yang ada di Kota Makassar
Berdasarkan pengamatan peneliti para dan tinggal sementara di RPSA. Kegiatan ini
orang tua dan anak binaan sangat antusias lumayan diminatioleh anak-anak binaan.
terhadap kegiatan ini, di sesi sharing Anak-anak jalanan yang sebagian belum bisa
banyaknya sharing yang dikemukakan oleh membuat kerajinan tanagn. Maka pelatihan ini
para orang tua. Tujuan dari kegiatan ini agar berguna untuk melatih mereka agar memiliki
anak danorang tua dapat saling mendukung keterampilan dasar dalam membuat kerajinan
anak untuk hidup secara lebih baik, danterjalin tangan. Mayoritas anak yang berminat
hubungan yang lebih baik antara anak dan dipelatihan ini adalah anak-anak binaan sekitar
orang tua. Selain itu juga terbina komunikasi RPSA. Seperti yang diungkapkan oleh “ATI”
yang baik antara anak binaaan, orang tua selaku pengelola berikut ini:
binaan dan Rumah Perlindungan Sosial Anak
(RPSA) Turikale Makassar. Seperti yang “Anak-anak membuat kerajinan
diungkapkan oleh Ibu “ATI” selaku pengelola tangan pada hari rabu dan kamis, ini
sebagai berikut ini: diikutianak perempuan maupun laki-laki.
Anak-anak yang dari jalanan kebanyakan tidak
“bertujuan, agar adanya komunikasi bisa membuat kerajinan tangan. Mereka
yang baik antara anak jalanan, RPSA dan juga antusias sekali karena hasil kerajinan tangan
orang tua, silahturahmi lebih tepatnya” juga dibawa pulang” (Wawancara,
(Wawancara, 30/04/2018). 08/05/2018)
Pendapat di atas diperkuat dengan Hal itu diperkuat oleh “SUKRI”
penjelasan Ibu “HASNAH HAPSARI” selaku selaku anak dampingan RPSA seperti berikut
Kepala RPSA sebagai berikut: ini:
“Tujuannya memperkuat tali “Saya paling suka kalau buat kerajinan
silahturahmi dengan orang tua, dananak tetap tangan. Kita diajari buat kerajinan ini dan itu.
semangat mengikuti kegiatan pendampingan” Walaupun agak sulit tapi menyenangkan.
(Wawancara, 03/05/2018). Selain itu juga bisa ketemu sama teman-teman
lainnya” (Wawancara, 11/05/2018).
Dari hasil wawancara yang dilakukan “Home visit, kunjungan yang bersifat
dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang santai biar anak-anak danorang tua tetap dekat
berjalan saat ini tinggal satu yaitu membuat dengan RPSA” (Wawancara, 15/05/2018).
kerajinan tangan. Kegiatan tersebut diminati
oleh anak jalanan. Dari wawancara diatas home visit
dilakukan kapan saja olehpendamping disaat
3) Pendampingan Kesehatan ada waktu luang dan mempunyai tujuan untuk
menjaga hubungan baik antara anak, orang tua
Selain sharing anak dengan dan RPSA.
pendamping tetang masalah yang mereka
hadapi, pendamping juga mendengarkan c) Evaluasi
keluhan kesehatan dari anak binaan.
Pendamping juga mengamati dan memantau Setiap selesai kegiatan pendampingan
sendiri. Apabila ada anak yang sakit dibawa ke maka diadakan evaluasi oleh pendamping.
puskesmas. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Evaluasi dapat dilakukan dengan cara
“ATI” berikut ini: pendamping mereview kembali materi yang
disampaikan dan sharing tentang kegiatan
“Kita perhatikan anak-anak termasuk berikutnya yang ingin anak jalanan lakukan.
kesehatannya juga,kayak dulu ada yang Selain itu evaluasi yang dilakukan antar
mengeluh sakit dikira sakit biasa ternyata pendamping juga dilakukan saat rapat
paruparu, ya kita dampingi sampai sembuh mingguan. Setiap pendamping melaporkan
kembali. Selainitu juga kalau misalnya ada kegiatan pendampingannya, apabila ada
anak yang curhat, kita dengarkan dankita masalah yang perlu didiskusikan yang maka
bantu, jika kita masih bisa mengatasi sendiri diselesaikan di rapat mingguan. sebagaimana
tapi kalaumemerlukan psikolog kita diungkapkan oleh Ibu “ATI” yaitu sebagai
menggunakan psikolog. Tapi bagaimanapun berikut”
anak lebih terbuka kalo sama kita
(pendamping) karenasudah tidak malu lagi” “Kalau untuk evaluasi saya biasanya
(Wawancara, 14/05/2018). dengan cara mengulang kembali bahan dan
alat saat kegiatan yang telah dilaksanakan,
Berdasarkan hasil wawancara yang agaranak-anak juga berinisiatif untuk antusias.
dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa Untuk masalah yangsusah solusinya atau berat
kesehatan anak jalanan sangat diperhatikan biasanya kita sharingkan di rapat mingguan.
oleh Rumah Perlindungan sosial Anak (RPSA) Di dalam rapat mingguan kan melaporkan
Turikale Kota Makassar yang bekerjasama pendampingannya masing-masing”
dengan puskesmasdan psikolog. (Wawancara, 16/05/2018)
4) Home Visit Hal senada juga dituturkan oleh
“IBNU CHALDUN” mengenai
Tujuan dari diadakan home visit agar evaluasipendampingan, yakni:
anak-anak binaan tetap dekat dan rutin
mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh “Dalam pengevaluasian setelah
Rumah Perlindungan sosial Anak (RPSA) kegiatan pendampingan saya biasanya
Turikale Kota Makassar. Seperti yang mereview kembali apa yang sudah didapatkan
dijelaskan oleh Ibu “ATI” selaku pengelola, hari ini dan sharing apa yang akan dipelajari
berikut ini: pertemuan berikutnya jugamenanyakan apakah
ada masalah dengan anak-anak atau tidak,
“Home visit biasanya dilakukan oleh jikaada yang saya sebagai pendamping akan
Ibu “HASNAH HAPSARI” kegiatan ini bisa mengkonsultasikan dengan orang tua”
dilakukan kapan saja disaat ada waktu luang, (Wawancara, 25/04/2018)
tujuanya ya biarterjaga aja silahturahminya”
(Wawancara, 15/05/2018). Dari hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa menggunakan teknik
Hal itu diperkuat dengan penjelasan mereview kegiatan yang sudah dilaksanakan.
dari bapak “HASNAH HAPSARI” selaku Evaluasi yang diadakan di rapat mingguan
Kepala RPSA sebagai berikut: juga sangat bagus untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yangada di
pendampingan. Hal tersebut dapat menunjukan “Saya selaku pendamping dalam
bahwa evaluasi sangat penting dilakukan, membimbing mereka mestisabar agar mereka
karena dengan dengan dilakukannya evaluasi nyaman dan antusias. Saya ingin mereka dapat
dapat mengetahui dan mengukur hidup secara mandiri.” (Wawancara,
pendampingan yang telah disampaikan oleh 18/04/2018)
pendamping berhasil atau tidak ataupun
mengetahui perubahan anak binaan. Hubungan yang terjalin dengan baik
antara anak jalanan yang menjadi binaan
2. Faktor Pendukung dan Hambatan dengan pendamping dilihat dari anak yang
yang Terjadi dari Pendampingan di Rumah sangat menghormati pendamping. Dualitas
Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Turikale struktur selalu merupakan dasar utama
Kota Makassar berkesinambungan dalam reproduksi sosial
dalam ruang dan waktu. Pada gilirannya hal ini
Dalam pendampingan yang diadakan mensyaratkan monitiring reflektif agen-agen
oleh Rumah Perlindungan Sosial Anak dan sebagaimana yang ada di dalam aktivitas
(RPSA) Kota Makassar tentu ada faktor sosial sehari-hari (Dr. Abdul Malik Iskandar,
pendukung dan penghambat dalam M.Si, 2017:46). Hubungan yang baik tidak
penyelenggaraanya yang akan diuraikan hanya terjadi antara anak binaan dengan
sebagaimana berikut ini: pendamping namun antara orang tua dan
a) Faktor Pendukung pendamping juga terjalin sangat baik. Namun
dengan tidak mengurangi ketegasan
Dalam pendampingan yang pendamping untuk mendisiplinkan anak
dilaksanakan RPSA dalam pelaksanaanya jalanan agar dapat hidup mandiri dan keluar
terdapat faktor pendukung, yakni: darijalanan.
1) Kesabaran Pendamping 2) Hubungan kelembagaan atau kemitraan
Dalam observasi yang dilakukan oleh Hubungan kelembagaan atau
peneliti pada setiap pendampingan di Rumah kemitraan antara RPSA denganpihak lain
Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Kota terjalin baik. Hubungan kemitraan RPSA
Makassar hubungan yang terlihat antara terjalin dengankementrian sosial Republik
pendamping dengan anak jalanan yang Indonesia sebagai lembaga pusat yang
menjadi binaan terjalin dengan baik, bahkan menaungi kegiatan sosial, kementrian
hubungan dengan keluarga anak jalananpun pendidikan dan kebudayaan, dinas sosial Kota
terjalin amat baik. Selama pendampingan Makassar, dinas pendidikan pemuda dan
beberapa anak terlihat asyik sendiri ataupun olahraga. Rumah Perlindungan Sosial Anak
hanya menulis coretan-coretan dibuku tulis, (RPSA) Kota Makassar sudahberdiri dari
ada anak yang gampang putus asa ketika susah tahun 2009 dengan waktu yang lama tersebut
mengerjakan tugasnya namun pendamping menjalin hubungan kelembagaan yang baik
mendampingi anak dengan sabar, ramah dan dengan Dinas Sosial.
disiplin. Ketika anak-anak benar-benar terlalu
ramai pendamping kembali mengingatkan Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu
untuk fokus pada materi belajar. “HASNAH HAPSARI” selaku Kepala RPSA
bahwa:
Hal tersebut diungkapkan oleh
“FARAH” selaku anak jalanan yang mengikuti “Yang menjadi pendukung bagi kami
pendampingan sebagai berikut: yakni adanya kegiatan tahunan, program
kemitraan dan tim yang tangguh”
“ibu “WIDYA” itu orangnya sabar (Wawancara, 20/04/2018).
kalo kita lagi belajar bersama. Semua
dijelaskan satu persatu yang tidak bisa” Adanya hubungan kelembagaan dan
(Wawancara, 18/04/2018) kemitraan dengan pihak lainbertujuan untuk
memperkenalkan RPSA kepada masyarakat
Diperkuat dengan pernyataan dari ibu sebagai salah satu lembaga sosial yang
“ATI” selaku pengelola dan pendamping menangani anak jalanan dan turut
yakni: berpartisipasi dalam memnyelenggarakan
program-program yanga ada di Rumah
Perlindungan sosial Anak (RPSA) Kota “Penghambat kegiatan pendampingan
Makassar. sejauh ini waktu pendampingan yang hanya
seminggu dua kali, anak jalanan yang minim
3) Partisipasi anak jalanan support dari orangtua dan variasi kegiatan
Partisipasi anak jalanan yang cukup yang sedikit” (Wawancara, 11/05/2018).
tinggi dalam mengikuti kegiatan Pendapat Ibu “HASNAH HAPSARI”
pendampingan, karena anak jalanan (anak diperkuat oleh pendapat dari “IBNU
binaan) dapat menambah pengetahuan, CHALDUN” yang menjelaskan bahwa:
ketrampilan dan wawasan serta menambah
manfaat. Sepertiyang dilihat peneliti saat “Hambatan yang dihadapi RPSA
pendampingan untuk anak-anak jalanan di untuk saat ini kurangnya tenaga pendamping,
Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) dan kurangnya support dari orang tua sih”
Kota Makassar. Anak-anak jalanan yang (Wawancara, 11/05/2018).
bersekolah maupun tidak bersekolah sangat
antusias dalam memperhatikan materi Berdasarkan pengamatan peneliti
pelajaran yang diberikan oleh pendamping. semua yang sudah direncanakan sudah sangat
Hal tersebut seperti diungkapkan oleh baik namun dalam pelaksanaan terkendala
“FARAH” seperti berikut: pada jumlah pendamping yang tidak sebanding
dengan jumlah anak binaan. Jadi satu
“Senang bisa belajar, saya belajar pendamping, mendampingi belasan anak
pelajaran-pelajaran kelas 4SD (sekolah dasar). jalanan mengakibatkan kurang terkontrolnya
Saya sekolah cuman sampai kelas 4 SD” situasi pendampingan. Konsentrasi anak juga
(Wawancara, 18/04/2018). terpecah karenaketika pendampingan
memberikan penjelasan materi kepada salah
Hal senada juga diungkapkan oleh satu anakbinaan, anak binaan yang lain ikut
“SOFYAN FAJAR” sebagai berikut: memperhatikan tidak memperhatikan tugasnya
“sangat bermanfaatlah mbak, kan bisa sendiri.
buat ngerjain PR dari sekolah terus belajar 2) Motivasi Anak jalanan
bareng teman-teman juga” (Wawancara,
26/04/2018). Anak jalanan yang mengikuti
pendampingan terkadang banyak dandilain
Dari uraian di atas dapat di simpulkan waktu sedikit, hal ini disebabkan karena
bahwa faktor yang mendukung kegiatan motivasi anak jalanan naik turun.
pendampingan yakni meliputi kesabaran
pendamping dalam memberian pengetahuan Seperti yang di ungkapkan oleh
maupun keterampilan, hubungan kemitraan “WIDYA” yakni menyatakan:
dan partisipasi anak jalanan.
“Anak-anak yang motivasinya kurang,
b) Faktor Penghambat kurangnya SDM dan anakyang moodnya naik
turun” (Wawancara, 02/05/2018)
Dalam kegiatan pendampingan yang
diadakan untuk anak jalanan di Rumah Pendapat mbak “WIDYA” diperkuat
Perlindungan sosial Anak (RPSA) Kota oleh penjelasan dari mbak “IBNU
Makassar di dalam pelaksanaanya tentuada CHALDUN” sebagai berikut ini:
faktor yang menghambat kegiatan
pendampingan. Berdasar kanpengamatan “Kalo untuk saya hambatan yang
peneliti yakni sebagai berikut: terjadi mood anak yang kadang malas waktu
pendampingan yang tidak teratur dan
1) Kekurangan Tenaga Pendamping kurangnya SDM” (Wawancara, 02/05/2018).
Tenaga pendamping yang ada di Mood anak binaan menyebabkan
RPSA kurang seimbangdengan adanya banyak kehadiran anak binaan di kegiatan
anak jalanan yang menjadi binaan. Faktor pendampingan naik turun. Mood anak jalanan
yang menjadi penghambat tersebut juga yang sangat labil dan memerlukan motivasi
diungkapkan oleh Ibu “HASNAH HAPSARI” secara intens.
sebagai berikut:
3) Minim Support
Faktor penghambat ini muncul dari amanah yang dalam dirinya melekat harkat
anak jalanan, anak-anak binaanyang semangat dan martabat sebagai manusia yang harus
belajarnya naik turun tapi kurang mendapat dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan
perhatian dariorang tuanya. Rendahnya bagian dari hak asasi manusia sebagaimana
dukungan dari orang tua untuk mengikuti yang tercantum dalam UUD 1945, UU No.39
pendampingan membuat anak semaunya tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan
dalam mengkiuti pendampingan. Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 36 tahun 1990 tentang pengesahan
Seperti yang diungkapkan oleh “IBNU Convention on the right of the child (Konvensi
CHALDUN” berikut ini: tentang hak-hak anak). Tak bisa dipungkiri
“Kegiatanya biasanya molor karena bahwa persoalan anak jalanan belakangan
anak-anak banyak yang terlambat.” telah menjadi fenomena sosial dalam
Sebenarnya peran orang tua harus terlibat kehidupan kota besar. Kehadiran mereka
disini untuk memotivasi anaknya” seringkali dianggap sebagai cermin
(Wawancara, 02/05/2018). kemiskinan kota. Di mata sebagian anggota
masyarakat, keberadaan anak jalanan hingga
Hal tersebut diperkuat dengan kini masih dianggap sebagai “limbah” kota
penjelasan “SYAMSUL BAHRI” selaku anak yang harus disingkirkan (Mangkoesapoetra,
binaan sebagai berikut: 2005). Eksistensi mereka dirasakan
menggangu kenyamanan dan keamanan
“Harus meluangkan waktu untuk
berlalu lintas dan sering kali dituduh
belajar meskipun kadang malas-malas, ya
melakukan tindakan kriminal, seperti
menyemangati diri sendiri” (Wawancara,
mencopet atau menodong. Ditambah lagi
26/04/2018).
adanya kecurigaan bahwa anak jalanan
Hal tersebut diperkuat dengan dikendalikan oleh sindikat tertentu membuat
pendapat “SUKRI” selaku anak binaan seperti keberadaan anak jalanan di kota-kota besar
berikut ini: menjadi duri yang tidak menyenangkan.

“Kadang semangat sekali untuk Seseorang bisa dikatakan anak jalanan


belajar sama-sama tapi kadang kalo pasmalas, bila berumur dibawah 18 tahun yang
ya malas” (Wawancara, 26/04/2018). menggunakan jalanan sebagai tempat mencari
nafkah dan berada di jalan lebih dari 6 jam
Peran orang tua dalam memotivasi sehari. Ada beberapa tipe anak jalanan, yaitu:
anaknya akan berpengaruh besar terhadap a) Anak jalanan yang masih memiliki orang
semangat anak. Agar anak mau melakukan tua dan tinggal dengan orang tua. b) Anak
perubahan pada dirinya. Maka pendampingan jalanan yang masih memiliki orang tua tapi
juga ditujukan kepada orang tua. Orang tua tidak tinggal dengan orang tua c) Anak jalanan
anak-anak binaan juga dapat memotivasi yang sudah tidak memiliki orang tua tapi
anaknya agar mampu hidup lebih maju. tinggal dengan keluarga d) Anak jalanan yang
Berdasarkan pengamatan peneliti sudah tidak memiliki orang tua dan tidak
selama mengikuti kegiatan pendampingan, tinggal dengan keluarga. Berbagai penelitian
anak jalan kurang fokus dalam mengikuti menunjukkan bahwa anak-anak yang turun
pendampingan karena adanya orang tua menjadi anak jalanan sebagian besar
mereka yang lebih menginginkan anaknya berpendidikan rendah (W. Nurhadjatmo,
bekerja membantunya. Sementara itu 2004). Anak jalanan umumnya berasal dari
mayoritas pekerjaan dari orang tua adalah keluarga yang pekerjaanya berat dan
mengamen. ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan
berkembang dengan latar belakang kehidupan
3. Dampak Pendampingan Anak jalanan dan akrab dengan kemiskinan,
Jalanan di Rumah Perlindungan Sosial Anak penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang dari
(RPSA) Turikale Kota Makasaar Keberadaan orang tua, saudara maupun teman-temanya,
anak jalanan sudah lazim kelihatan pada kota- sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya
kota besar di Indonesia. Kepekaan masyarakat berprilaku negatif. Masalah sosial anak jalanan
kepada mereka nampaknya tidak begitu tajam. berkaitan dengan ketidakmampuan anak
Padahal Anak merupakan karunia Ilahi dan memperolah haknya, sebagaimana diatur oleh
konvensi hak anak. Juga disebabkan pendampingan terhadap anak binaan,
kurangnya aksesibilitas anak, akibat berbagai menentukan jadwal, materi dan
keterbatasan sarana dan prasarana yang ada, metode serta permainan yang akan
baik di rumah dan di lingkungan sekitarnya digunakan. Pelaksanaan
untuk dapat bermain dan berkembang sesuai pendampingan meliputi pendampingan
dengan masa pertumbuhannya. Selain itu, belajar yang dilaksanakan oleh Rumah
masalah sosial anak jalanan berkaitan pula Perlindungan sosial Anak (RPSA)
dengan ketidakmampuan orang tua atau Turikale Kota Makassar,
keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar pendampingan dan Sharing Orang Tua
anak. binaan. Evaluasi yang dilakukan
dengan melakukan Tanya jawab untuk
Opini Giddens sesuai dengan mereview kembali materi yang sudah
pandangan awam tentang identitas, karena ia diajarkan.
mengatakan bahwa Dampak pendampingan 2. Faktor Pendukung di Rumah
pada anak jalanan dapat mengatasi Perlindungan Sosial Anak (RPSA)
permasalahan belajar anak jalanan, anak Turikale Makassar adalah: Kesabaran
menjadi terampil karena deberikan fasilitas pendampingan dalam observasi yang
keterampilan sesuai bakatnya, dapat merubah dilakukan oleh pendamping di Rumah
mind set (pola pikir) orang tua anak tersebut Perlindungan Sosial Anak (RPSA)
agar tidak mengulangi penyimpangan sosial Turikale Makassar hubungan yang
terhadap anak dan mengharmonisasikan terlihat antara pendamping dengan
hubungan anak dan orang tua. Karena adanya anak jalanan yang menjadi binaan
proses pendampingan sehingga perilaku terjalin dengan baik, Kelembagaan
negatif anak tersebut dapat berkurang. Seperti dan kemitraan Hubungan
yang di ungkap oleh, " MBAK WIDYA" kelembagaan atau kemitraan antara
selaku pendamping berikut ini: "Saya melihat rumah perlindungan dengan mitra
perkembangan dengan adanya proses terjalin baik, Hubungan kemitraan
pendampingan terhadap anak jalanan yang rumah perlindungan terjalin dengan
kami lakukan itu berdampak positif Kementerian Sosial Republik
disebabkan adanya perubahan perilaku antara Indonesia sebagai lembaga pusat yang
anak dan orang tua, dari perilaku menyimpang menaungi kegiatan sosial, Partisipasi
menjadi lebih baik"(Wawancara, 17/05/2018) anakjalanan yang antusias dalam
Pendapat di atas diperkuat dengan Ibu mengikuti kegiatan pendampingan hal
"HASNAH HAPSARI" selaku Kepala RPSA ini disebabkan karena anak jalanan
sebagai berikut: (anak binaan) dapat menambah
"Setelah kami mengadakan monitoring dan pengetahuan, ketrampilan dan
evaluasi memang saya melihat adanya wawasan. Faktor penghambat Rumah
perubahan perilaku sikap antara orang tua dan Perlindungan Sosial Anak (RPSA)
anak "(Wawancara, 17/05/2018). Dari hasil Turikale Makassar adalah: Kurangya
wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan tenaga pendamping yang ada dirumah
bahwa dampak dari pendampingan sosial perlindungansosial anak tidak
terhadap anak jalanan adanya perubahan seimbang dengan jumlah anak jalanan
perilaku sikap terhadap anak jalanan dan orang yang menjadi binaan dan kurangnya
tua. support dari orang tua, serta
kurangnya motivasi anak jalanan yang
KESIMPULAN mengikuti kegiatan pendampingan,
dan kurangnya dukungan dari
Berdasarkan uraian dari hasil
orangtua anak jalanan tersebut
penelitian dan pembahasan yang telah
sehingga mempengaruhi anak dalam
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
mengikuti pendampingan seperti
sebagai berikut:
terlambat karena kurangnya semangat,
1. Tahapan pendampingan yang minimnya kesadaran, serta kurangnya
dilaksanakan di Rumah Perlindungan motivasi orang tua terhadap anaknya.
Sosial Anak (RPSA) Turikale 3. Dampak pendampingan Anak Jalanan
Makassar adalah Perencanaan meliputi di Rumah Perlindungan Sosial Anak
(RPSA) Turikale Kota Makassar Albertina Nasri Lobo. 2008. Proses
adalah pendampingan pada anak Pendampingan Wanita Pekerja Seks Komersial
jalanan dapat mengatasi permasalahan Dalam Upaya Pencegahan HIV/AIDS (Studi
belajar anak jalanan, anak menjadi Kasus di Lokalisasi Tanjung Elmo Sentani
terampil karena deberikan fasilitas oleh Perkumpulan Keluarga Berencana
keterampilan sesuai bakatnya, dapat Papua). Diakses dari:http://lontar.ui.ac.id. Pada
merubah mind set (pola pikir) orang tanggal 07 November 2017 Jam 08.00 WIB
tua anak tersebut agar tidak
mengulangi penyimpangan sosial Ambar, Teguh Sulistiyani. 2004. Kemitraan
terhadap anak dan dan Model-model Pemberdayaan. Yogyakarta.
mengharmonisasikan hubungan anak Gama Media
dan orang tua. Karena adanya proses Andi, Prastowo. 2011. Metode Penelitian
pendampingan sehingga perilaku Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
negatif anak tersebut dapat berkurang Bagong, Suyanto. 2010. Masalah Sosial
B. SARAN Anak. Jakarta: Prenada Media Group

Berdasarkan kesimpulan dari hasil Deddy, Mulyana. 2004. Metodologi Kualitatif.


penelitian mengenai pendampingan anak Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
jalanan di Rumah Perlindungan Sosial Anak Departemen Sosial RI. 2007. Pendoman
(RPSA) Turikale Makassar yang telah Pendamping Pada Rumah Perlindungan Dan
diuraikan di atas, maka dapat diajukan Trauma Center. Jakarta: Depsos RI
beberapa saran yang bermanfaat bagi Rumah
Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Turikale Dinas sosial. 2010. Pengertian anak jalanan.
Makassar, pendamping, dan anak binaan. Yogyakarta. Dinas sosial
1. Bagi Rumah Perlindungan Anak (RPSA) Dinas sosial DIY. 2013. Laporan Hasil
Turikale Makassar yaitu: Hendaknya Pemuthakiran Data PMKS dan PSKS Tahun
pendampingan dari segi psikologis lebih 2013. Yogyakarta: Dinas Sosial DIY
ditingkatkan, agar kualitas dan pribadi anak
Edi, Suharto. 2011. Pekerjaan Sosial Di
binaan lebih meningkat. Kurangnya SDM
Indonesia Sejarah dan Dinamika
internal agar ditambah dengan mengajukan
Perkembangan. Yogyakarta: Samudra Biru
tambahan pekerjasosial ke Dinas Sosial atau
Pemerintah Fakih, Mansour. 2003.Menegakkan
Keadilandan Kemanusiaan: Pegangan Untuk
2. Bagi pendamping yaitu: Dalam pelaksanaan
Membangun Gerakan HAM. Yogyakarta:
kegiatan pendampingan terhadap anak jalanan
Insist Press.
menggunakan metode penyampaian materi
yang diselingi permainan agar anak-anak tidak Giddens, Anthony. 2009. Problem Utama
merasa bosan. Dalam Teori Sosial, Menyangkut dengan Aksi,
Struktur, dan Kontradiksi Dalam
3. Bagi anak binaan hendaknya mengikuti
Anlisis Sosial atau dalam judul asli yang di
kegiatan dengan rajin dan antusias, serta
unduh; Action, Structure, and
secara aktif memotivasi dirinya sendiri agar
Contracdition In Social Anlisis. Jakarta:
selalu mengikuti kegiatan pendampingan
Penerbit Pustaka Pelajar
dengan baik.
Malik Iskandar. Abdul. 2017. Pengemis dalam
DAFTAR PUSTAKA
Perspektif Struktur-Aktor. Makassar:
Adi, (2003). Pemikiran-Pemikiran dalam Yayasan Inteligensia Indonesia
Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Seri Nana Syaodih Sukmadinata. 2011. Metode
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Rosdakarya
Ahmad, Rokhoul Alamin. 2010. Analisis
Peran Pendamping Dalam Program Keluarga
Harapan (PKH) Pada Suku Dinas
Sosial Jakarta Utara.

Anda mungkin juga menyukai