Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan Abdurrab Volume 3 No 2 Januari 2020

GAMBARAN PSIKOSOSIAL ANAK JALANAN


USIA REMAJA

Erna Marni,
Program studi keperawatan stikes hang tuah pekanbaru
Email: ernamarni86@gmail.com

ABSTRACT

Adolescence is a period of self-actualization which includes physical, emotional,


intellectual and social changes that will affect the development process of an individual .
At this time individuals especially street children are at risk of experiencing behavioral
disorders, delinquency and occurrence of violence, both as victims or as perpetrators of
violence . This condition tends to make street children behave negatively and not obey
with the rules. In addition, street children are also very vulnerable to crime and violence
and even sexual exploitation such as a sexual harassment, abuse, becoming victims of
human trafficking and even objects for pornography . In this situation will certainly cause
psychosocial problems that will affect the relations with the environment in their life. This
research aims to see the psychosocial description of street children, especially at
adolescents. The type of this research is a simple description with 38 street children's in
Pekanbaru City as a respondents. The results showed that most street children (55.3%)
have a positive psychosocial, It is expected that Social Service Unit in Pekanbaru will
provide skills training to street children as to increase the positive psychosocial aspects
of street children.
Keywords: Keywords: Psychosocial, Street Children.

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa aktualisasi diri yang meliputi perubahan fisik, emosional,
intelektual dan sosial yang akan mempengaruhi proses perkembangan seorang individu,
Pada masa ini individu khusunya anak jalanan beresiko mengalami gangguan tingkah
laku, kenakalan dan terjadinya kekerasan, baik sebagai korban atau pelaku dari tindak
kekerasan. Hal ini cenderung membuat anak jalanan berperilaku negatif dan tidak
mematuhi aturan. Selain itu, anak jalanan juga sangat rentan mendapatkan kejahatan
dan perlakuan kekerasan bahkan eksploitasi seksual seperti pelecehan seksual,
penganiayaan, menjadi korban perdagangan bahkan obyek untuk pornografi. Keadaan
ini tentu saja akan menimbulkan masalah psikososial yang akan mempengaruhi
hubungannya dilingkungannya.Penelitian ini bertujuan untuk melihan gambaran
psikososial anak jalanan khususnya remaja. Jenis penelitian ini adalah deskripsi
sederhana dengan jumlah responden penelitian 38 orang anak jalanan yang berada di
kota Pekanbaru, diketahui hasil penelitan sebagian besar anak jalanan (55,3%) memiliki
psikososial positive, diharapkan untuk pihak dinas sosial kota Pekanbaru untuk
memberikan pelatihan keterampilan kepada anak jalanan sehingga aspek psikososial
anak jalanan dapat semakin meningkat.
Kata kunci: Psikososial, Anak Jalanan

26
PENDAHULUAN pengemis, penjual koran dan
Anak jalanan adalah anak yang sebagainya.(Pratiwi dan Sigit,
berusia kurang dari 16 tahun yang 2015).
berada dijalanan untuk hidup Data Unicef menyebutkan
maupun bekerja dengan melakukan jumlah anak jalanan di dunia 150
kegiatan ekonomi dijalan, seperti juta jiwa. Rata-rata anak jalanan
pedagang asongan, sol sepatu, berusia 3 sampai 18 tahun. Pada
penjual koran, mengamen, mengelap tahun 2005 terjadi peningkatan
kaca mobil, menyewakan payung jumlah anak jalanan di dunia
saat hujan dan lain sebagainya sekitar 190 juta jiwa akibat
(Anonim, 2004 dalam Pramuchtia, populasi global tumbuh dan
2009). Dalam kehidupan sehari-hari, urbanisasi terus berlanjut, 6 dari 10
sebagian anak jalanan hidup dijalan penduduk kota berusia di bawah 18
untuk bekerja, namun ada juga yang tahun. Diperkirakan jumlah anak
hanya untuk bersenang-senang. jalanan setiap tahun akan terus
Fenomena anak jalanan sudah meningkat (UNICEF, 2006).
berkembang lama, tetapi pada saat Data Kementerian Sosial RI
ini semakin menjadi perhatian menyatakan jumlah anak jalanan
dunia, seiring dengan mengalami peningkatan yang
meningkatnya jumlah anak jalanan signifikan setiap tahunnya.
diberbagai sudut kota besar yang Berdasarkan data dari Pusat Data
sebagian besar dikarenakan krisis dan Informasi Kesejahteraan Sosial,
ekonomi yang terjadi (Pardede, jumlah anak jalanan diseluruh
2008). Strategi bertahan hidup Indonesia pada tahun 2006
sangatlah penting bagi keluarga sebanyak 232.894 anak, tahun 2010
miskin, hal ini menyebabkan orang sebanyak 159.230 anak, tahun 2011
tua memanfaatkan anak untuk sebanyak 67.607 anak dan pada
mengerjakan pekerjaan yang tidak tahun 2015 sebanyak 33.400 anak.
memerlukan keahlian tertentu Data lain dari Kementerian Sosial
seperti pemulung, pengamen, juga mencatat, jumlah anak jalanan

27
pada tahun 2016 mencapai 4,1 juta Pada umumnya, anak jalanan
atau meningkat secara drastis dari berumur dibawah 18 tahun adalah
tahun 2015 (Direktorat Jenderal anak-anak yang memiliki hak untuk
Rehabilitasi Sosial, 2016). memperoleh penghidupan yang
Dinas Sosial Kota Pekanbaru layak. Menurut Hurlock, anak
(2016), menyatakan bahwa anak dalam usia 12-18 tahun adalah
jalanan di Kota Pekanbaru pada anak-anak yang disebut remaja.
tahun 2010 tercatat 222 anak yang Pada periode ini perkembangan
berada di jalanan, pada bulan april sosial anak remaja ditandai oleh
2010 meningkat, tercatat 250 anak, usaha anak yang ingin memisahkan
dari berbagai kelurahan dan diri dari orang tua untuk
kecamatan yang ada di Pekanbaru. menentukan dirinya atau mencari
Pada tahun 2014, jumlah anak identitas ego, sehingga memerlukan
jalanan mengalami penurunan bimbingan dari orang-orang
menjadi 122 anak, dan pada tahun dewasa dan lingkungan sekitarnya
2015 kembali menurun menjadi (Hurlock, n.d).
104 anak jalanan dengan rentang Masa remaja merupakan masa
usia 11 hingga 18 tahun. Anak-anak aktualisasi diri yang meliputi
jalanan dapat ditemui ditempat- perubahan fisik, emosional,
tempat keramaian di Pekanbaru, intelektual dan sosial yang akan
yaitu tempat dimana mereka mempengaruhi awal dan akhir masa
melakukan aktivitasnya. Anak remajanya (Rudolph, 2006). Pada
jalanan di Pekanbaru tersebar di masa ini mereka beresiko
delapan Kecamatan, dan presentase mengalami gangguan tingkah laku,
terbesar terdapat di Kecamatan kenakalan dan terjadinya
Tampan (39,70%) atau sekitar 41 kekerasan, baik sebagai korban atau
orang, menyusul Rumbai dan pelaku dari tindak kekerasan
Pekanbaru Kota, masing-masing (Wong, 2008). Hal ini cenderung
15,41% (sekitar 16 orang) dan membuat mereka berperilaku
12,16% (sekitar 12 orang) (DinSos negatif dan tidak mematuhi aturan.
Kota Pekanbaru, 2016). Selain itu, anak jalanan juga sangat

28
rentan mendapatkan kejahatan dan dengan memakai NAPZA ,minum
perlakuan kekerasan bahkan alkohol dan lainnya.
eksploitasi seksual seperti Setiap anak mempunyai tahapan
pelecehan seksual, penganiayaan, perkembangan psikososial yang
menjadi korban perdagangan berbeda-beda tergantung dari usia
bahkan obyek untuk pornografi dan juga kondisi lingkungan anak
(Munir, 2012). Keadaan ini tentu tersebut. Dari beberapa fenomena
saja akan menimbulkan masalah yang terdapat dalam latar belakang
psikososial yang akan diatas, maka peneliti tertarik ingin
mempengaruhi hubungannya mengetahui seperti apa “gambaran
dilingkungannya. psikososial anak jalanan usia
Berdasarkan penelitian remaja di kota Pekanbaru”.
Sakalasastra (2012), menyebutkan
bahwa psikososial pada anak METODE PENELITIAN
jalanan digambarkan dalam Penelitian ini merupakan
dimensi afeksi, kognisi, psikomotor penelitian kuantitatif dengan desain
dan sosial yang cenderung negatif, penelitian deskriptif sederhana
seperti perasaan benci dan dimana suatu penelitian yang bersifat
menyimpan dendam. Penilaian menggambarkan sebuah fenomena
yang cenderung negatif pada yang menjadi tujuan penelitian
dirinya dan kehidupan yang (Notoatmodjo, 2012). Tujuan dari
dijalaninya hingga mengkonsumsi penelitian ini menganalisa gambaran
obat-obatan terlarang hingga psikososial anak jalanan usia remaja
konsumsi minuman beralkohol. di Kota Pekanbaru. Pengambiulan
Sejalan dengan penelitian sampel dilakukan di tempat anak
Wulansari dan Astuti (2011), jalanan beraktivitas, lampu merah
dimana aspek psikososial anak dan perempatan jalan serta terminal
jalanan memiliki mekanisme bus kota. Yang berjumlah 104 orang
koping maladaptif, dimana cara anak. Terknik pengambilan sampel
anak jalanan mengatasi masalahnya dengan accidental sampling dimana
peneliti dimana pengambilan sampel

29
sesaui deangan kriteria yang telah
ditetapkan yang ada pada saat HASIL DAN PEMBAHASAN
peneliti melakuakn penelitian Penelitian ini menggunakan
sebanyak 38 orang. Pengambilan analisa univariat untuk mengetahui
sampel menggunakan kueisioner deskripsi variabel yang diteliti yakni
dengan julah pertanyan sebanyak 34 untuk mengetahui gambaran
butir dengan memeperhatikan hak psikososial anak jalanan di Kota
pasien dan aspek etik dalam Pekanbaru.
penelitian kesehatan yang mencakup
aspek gambaran psikososial pada Distribusi frekuensi karakteristik
anak remaja responden

Tabel 1
Distribusi frekuensi data demografi anak jalanan berdasarkan
Jenis kelamin, suku, usia, pendidikan dan lama dijalanan
di Kota Pekanbaru

Data Demografi f %
Jenis kelamin
Laki-laki 23 60,5
Perempuan 15 39,5
Total 38 100%
Suku
Minang 24 63,2
Melayu 2 5,3
Batak 7 18,4
Nias 2 5,3
Jambak 1 2,6
Aceh 2 5,3
Total 38 100%
Usia
12-15 tahun 29 76,3
16-18 tahun 8 21,1
19-20 tahun 1 2,6
Total 38 100%
Pendidikan
SD 17 44,7
SMP 9 23,7
SMA 3 7,9

30
Tidak Sekolah 9 23,7
Total 38 100%
Lama dijalanan
0,5 tahun 1 2,6
1 tahun 4 10,5
1,5 tahun 2 5,3
2 tahun 2 5,3
3 tahun 8 21,1
4 tahun 6 15,8
5 tahun 7 18,4
6 tahun 4 10,5
7 tahun 1 2,6
8 tahun 2 5,3
9 tahun 1 2,6
Total 38 100%

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat sebanyak 29 orang (76,3%).


dilihat bahwa mayoritas anak jalanan Mayoritas anak jalanan di Kota
di Kota Pekanbaru berjenis kelamin Pekanbaru masih duduk dibangku
laki-laki sebanyak 23 orang (60,5%). sekolah dasar/ SD sebanyak 17 orang
Mayoritas anak jalanan di Kota (44,7%). Mayoritas anak jalanan di
Pekanbaru bersuku bangsa minang Kota Pekanbaru yang telah berada
sebanyak 24 orang (63,2%). dijalanan selama 3 tahun sebanyak 8
Mayoritas anak jalanan di Kota orang (21,1%).
Pekanbaru berusia 12-15 tahun

Distribusi frekuensi psikososial


Tabel 2
Distribusi frekuensi psikososial di Kota Pekanbaru Tahun 2017

Variabel F %
Psikososial
Positif 21 55,3
Negatif 17 44,7
Total 38 100%

31
Jurnal Keperawatan Abdurrab Volume 3 No 2 Januari 2020

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat psikososial positif sebanyak 21 orang


dilihat bahwa mayoritas anak jalanan (60,5%).
di Kota Pekanbaru memiliki
mempengaruhi awal dan akhir masa
Pembahasan remajanya (Rudolph, 2006). Pada
Hasil penelitian menunjukkan masa ini seseorang beresiko
bahwa sebagian besar anak jalanan mengalami gangguan tingkah laku,
memiliki psikososial positif yaitu kenakalan dan terjadinya kekerasan,
sebanyak 55,3%. Psikososial adalah baik sebagai korban atau pelaku dari
istilah yang digunakan dalam tindak kekerasan (Wong, 2008). Hal
menggambarkan hubungan antara ini cenderung membuat mereka
kondisi sosial seseorang dengan berperilaku negatif dan tidak
kesehatan mental atau emosional mematuhi aturan. Selain itu, anak
dengan arti kata lain psikososial jalanan juga sangat rentan
melibatkan aspek psikologis dan mendapatkan kejahatan dan
sosial seperti hubungan antara perlakuan kekerasan bahkan
kekuatan yang dimiliki seseorang eksploitasi seksual seperti pelecehan
terhadap bagaimana cara individu seksual, penganiayaan, menjadi
tersebut berinteraksi dengan orang korban perdagangan bahkan obyek
lain. Diketahui seseorang memiliki untuk pornografi (Munir, 2012).
kesehatan mental yang baik maka Keadaan ini tentu saja akan
akan bereaksi secara positif dalam menimbulkan masalah psikososial
berbagai situasi demikian sebaliknya yang akan mempengaruhi
individu yang tidak stabil mentalnya hubungannya dilingkungannya.
secara otomatis akan bereaksi negatif Berdasarkan penelitian
terhadap sesuatu yang dialaminya Sakalasastra (2012), menyebutkan
didalam hidup. bahwa psikososial pada anak jalanan
Masa remaja merupakan masa digambarkan dalam dimensi afeksi,
aktualisasi diri yang meliputi kognisi, psikomotor dan sosial yang
perubahan fisik, emosional, cenderung negatif, seperti perasaan
intelektual dan sosial yang akan benci dan menyimpan dendam.

32
Penilaian yang cenderung negatif keluarga, sehingga secara tidak
pada dirinya dan kehidupan yang langsung memberikan dampak
dijalaninya hingga mengkonsumsi positiv, meningkatkan kepercayaan
obat-obatan terlarang hingga diri, dan meningkatkan aktualisasi
konsumsi minuman beralkohol. diri hal ini membuat dirinya merasa
Hasil penelitian ini menujukkan berguna dan berarti bagi
bahwa sebagain besar anak jalanan kelangsungan perekonomian
memilki gambaran psikososial yang keluarga.
positif dimana anak jalanan memiliki
kesehatan mental yang baik serta KESIMPULAN
dapat dapat bereaksi dengan cara Mayoritas anak jalanan di
yang positif terhadap lingkungannya, Kota Pekanbaru berjenis kelamin
penelitian ini tidak didukung oleh laki-laki sebanyak 23 orang (60,5%),
penelitian yang dilakukan oleh bersuku bangsa minang (63,2%),
Wulansari dan Astuti (2011), dimana dengan rentang usia berusia 12-15
aspek psikososial anak jalanan tahun sebanyak (76,3%). Sebagian
memiliki mekanisme koping besar telah berada dijalanan selama 3
maladaptif, cara anak jalanan tahun sebanyak (21,1%). Sebagian
mengatasi masalahnya dengan besar anak jalanan memilki
memakai NAPZA ,minum alkohol psikososial positif (55,3%)
dan lainnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa DAFTAR PUSTAKA
anak jalanan juga berpeluang Ali, M., &Asrori, M. (2011).
memiliki perkembangan psikososial Psikologi remaja perkembangan
yang positif hal ini dapat dipengaruhi peserta didik. Jakarta: Bumi
oleh motivasi internal dari individu Aksara
tersebut dimana sebagian besar anak Bajari, A. (2012). Anak jalanan
jalanan melakukan kegiatan dinamika komunikasi dan perilaku
dijalanan untuk mendapatkan sosial anak menyimpang.
tambahan pengahasilan ekonomi Bandung: Humaniora
dalam rangka membantu ekonomi

33
Deswita. (2006). Psikologi Pardede, Y. O. K. (2008). Konsep
perkembangan. Bandung: Remaja diri anak jalanan usia remaja.
Rosdakarya Jurnal Psikologi, (2), 147 dan 151
Dinas Sosial Kota Pekanbaru. Persada, RM., K., B. (2012).
(2016).Data anak jalanan Kota Kekerasan personal terhadap anak
Pekanbaru 2015 jalanan sebagai individu dalam
Direktorat Jenderal Rehabilitasi ruang publik. Diperoleh dari
Sosial. (2016). Bebas anjal tahun http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/
2017. Diakses tanggal 12 20314990-S-
November 2016 dari RM%20Ksatria%20Bhumi%20Pe
https://rehsos.kemsos.go.id/modul rsada.pdf
es.php?name=News&file=article Pramuchtia, Y dan Nurmala,K. P.
&sid=1945 (2010). Konsep diri anak jalanan.
Fadila & Hartini. (2017). Konsep diri Jurnal transdisiplin sosiologi,
anak jalanan di Kabupaten Rejang komunikasi dan ekologi manusia,
Lebong. Jurnal Fokus Konseling. 255-275
Vol. 3 Pratiwi, W., P dan Sigit, N. (2015).
Muslim, A. (2013). Faktor dominan Social adjustment on street
anak turun kejalan. Diperoleh dari children. An- Nafs, (9). 69.
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/w Diperoleh dari
s/article/download/2125/1168 http://jurnal.uir.ac.id/index.php/J
Nasution, M. (2007). Harga diri anak AN/article/view/398/337
jalanan. Jurnal ilmiah berkala Rudolph. (2006). Buku ajar
psikologi. Vol. 9 pediatric. Jakarta: EGC
Notoatmodjo. (2012). Metodologi Sarwono, S., W. (2010). Psikologi
penelitian kesehatan (ed. Rev). remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo
Jakarta: Rineka Cipta Persada
Nurihsan, J., & Agustin. Unayah, N., & Subarisman, M.
(2011).Dinamika perkembangan (2015). Fenomena kenakalan
anak & remaja. Bandung: Refika remaja dan kriminalitas. Sosio
Aditama informa (1) 121-140

34
UNICEF. (2008). Diperoleh dari
http://www.unicef.org/sowc06/pro
files/street.php. Diakses tanggal 9
November 2015
Wong. (2009). Buku ajar
keperawatan pediatrik.
Jakarta:EGC
Yusuf. (2011). Psikologi
perkembangan anak dan remaja.
Bandung: remaja Rosdakarya

35

Anda mungkin juga menyukai