Anda di halaman 1dari 19

KAJIAN SINTESIS HASIL PENELITIAN SELEKTIF TENTANG DIMENSI SOSIO-

PSIKOLOGIS ANAK JALANAN

Synthetic Study of Selective Research Into Social Psichologist Dimention Of Street Children

Bonar Hutapea1

Abstrak
Kajian kepustakaan ini menyajikan tinjauan dan sintesis dari sejumlah penelitian terpilih tentang
konsep-konsep sosio-psikologis yang relevan dengan permasalahan anak jalanan. Dua puluh satu artikel
dan hasil penelitian memenuhi kriteria dan hasil sintesisnya tersaji dalam artikel ini. Tema-tema yang
terungkap meliputi well-being dan modal psikologis antara lain spiritualitas, resiliensi, dan aspirasi;
persepsi diri dan persepsi serta respon publik terhadap anak jalanan; motif-motif yang mendorong anak

gangguan psikologis anak jalanan. Sebagian besar artikel dalam kajian ini berkaitan dengan kondisi
psikologis positif anak jalanan yang sangat penting dalam merumuskan intervensi psikososial yang tepat.

Kata kunci: Anak jalanan, Sosio-psikologis, Masalah-masalah sosial.

Abstract
This study has review and synthesis of selected research into socio-psychological concepts with a view to

of these papers is presented within this review. Overarching themes derived from the papers included
well-being and psycholocial capital including spirituality, resilience, and aspiration; self-perception
and public perception and responses toward street children; motives underpinning of street children;

children. Most of articles reviewed are accounted for positive psychological states of street children
which are very important in formulating appropriate socio-psychological intervention.

Keywords: Street children, Socio-psychological, Social problems.

PENDAHULUAN agar bertahan hidup. Anak jalanan juga


Anak jalanan dapat ditemukan hampir pada merupakan wajah pekerja anak yang paling
seluruh kota di seluruh dunia. Mereka hidup di jelas dan nyata sebab umumnya mereka juga
jalanan, tidur di ruang terbuka atau di gedung- menjadi pedagang asongan, pengamen, kuli
gedung kosong, tanpa dukungan yang dapat angkut, tukang semir sepatu, pengemis, atau
diandalkan dalam bergelut dengan keseharian pemulung.

. Dosen Tetap Bidang Psikologi Sosial pada Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Jl. Letjen S.Parman No. 1 Jakarta Barat 11440 Telp
1

(021) 5661334. E-mail: bonarhtp@yahoo.com

154 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012


masyarakat masih belum memadai meskipun
tentang anak jalanan dan hampir tak ada telah menunjukkan keberhasilan. Respon
kesepakatan di antara praktisi dan ilmuwan yang demikian lemah membuat beban
kelompok mana yang persis mereka maksudkan pemerintah menjadi lebih besar. Kementerian
Sosial Republik Indonesia menargetkan dan
paling representatif. Perserikatan Bangsa- mencanangkan program “Indonesia bebas
anak jalanan 2014”. Hal ini sesuai dengan
sebagai anak laki-laki atau perempuan yang Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang
baginya jalanan (dalam arti luas mencakup Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan
pemukiman yang tak bertuan dan pembuangan Nasional tahun 2010 (Sekretariat Negara,
2010), khususnya prioritas penanggulangan
sumber penghidupan, dan yang tak terlindungi, kemiskinan di mana perlindungan anak
diawasi, atau diarahkan secara memadai oleh termasuk dalam skala prioritas dimaksud,
orang dewasa yang bertanggung jawab (Lusk yang kemudian direspon oleh Menteri Sosial
1992:294). Consortium for Street Children tahun melalui Keputusan Menteri No. 15A tahun
2009 merujuk anak jalanan pada anak berusia 2010 (Kementerian Sosial R.I., 2010) tentang
di bawah 18 tahun yang hidup dan bekerja di Panduan Umum Program Kesejahteraan
jalanan (Canenguez, 2011:10). Dalam kajian Sosial Anak di mana kesejahteraan sosial
ini, yang dimaksud dengan anak jalanan adalah anak terlantar dan anak jalanan menjadi salah
seseorang yang berusia kurang dari 17 tahun, satu prioritas. Selanjutnya, Menteri Sosial
hidup terpisah dari orang tua, pengasuh, atau menyebutkan beberapa langkah yang akan dan
tutornya, dan sehari-hari beraktivitas di jalanan telah ditempuh untuk mencapai target tersebut
serta malam hari tidur di jalanan. antara lain menyiapkan tenaga pekerja sosial
yang profesional, mendorong kesadaran orang
Meskipun sangat mudah ditemui namun tua, dan mendorong masyarakat secara luas.
sekaligus paling sulit untuk diteliti. Tak ada (Fajar Online, 24 Mei 2012), dan pada 2013
yang tahu pasti berapa sesungguhnya jumlah semua anak jalanan di Indonesia sudah dapat
anak jalanan di dunia ini. Cara hidup merekalah
ditangani (National Geographic Indonesia, 08
yang membuat sulit untuk dihitung sebab Agustus 2011).
mereka tidak berada dalam lazimnya struktur
keluarga, sekolah atau lembaga lainnya. Mencermati instruksi presiden, dan
Karenanya, sering disebut sebagai “populasi keputusan serta pernyataan Menteri Sosial
tersembunyi”. Meski demikian, diperkirakan tersebut, secara implisit dinyatakan bahwa anak
bahwa jutaan anak hidup di jalanan. Menurut jalanan merupakan persoalan serius di Indonesia.
laporan estimasi, terdapat lebih dari 170 juta Anak jalanan juga merupakan persoalan sosial
anak jalanan di seluruh dunia (Scanlon, dkk, besar yang dihadapi banyak negara di seluruh
1998). Khusus di Indonesia, jumlahnya sekitar dunia sekaligus menuntut kebijakan publik
230 ribu. Namun secara keseluruhan yang yang responsif dan komprehensif. Hingga saat
masuk kategori anak terlantar sekitar 4,5 juta ini, kajian tentang anak jalanan di Indonesia,
anak (Fajar Online, 24 Mei 2012). sejauh dapat ditelusuri dalam kepustakaan dan
publikasi yang dapat diakses secara luas, masih
Meski jumlahnya cukup besar namun sedikit dan berfokus pada segi legal, sosiologis,
masih sedikit orang maupun lembaga yang kebijakan publik, dan pendidikan (a.l. Widodo,
mempedulikannya. Peran lembaga swadaya

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012 155


2000; Siregar, Rani, & Suriadi, 2006; Sugiharto, seringkali menjadikan mereka sebagai korban.
2008; Widjajati, 2009). Irwanto (2008), secara Hal ini sangat berdampak buruk kepada
perkembangan konsep dirinya. Untuk itu,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi dari menarik mengkaji dua macam persepsi terkait
segi ekonomi, hukum, sosiologis jalanan, dan anak jalanan ini yakni persepsi diri dan persepsi
keyakinan masyarakat. Selanjutnya, diajukan publik tentang anak jalanan.
kerangka konseptual dan analisis programatik.
Anak jalanan beresiko menghadapi
Sugiharto (2008) menemukan beberapa aspek
kesulitan yang lebih besar dalam berinteraksi
psikologis dari anak jalanan yang diteliti.
dengan orang lain dan menghadapi sejumlah
Namun, dari sejumlah faktor yang diungkap
stressor psikososial. Anak-anak ini menjadi
dan perspektif dalam penelitian tersebut, belum
korban bullying, kekerasan seksual, perceraian,
tampak kajian terhadap segi psikososial sebagai
perdagangan manusia ,
salah satu faktor determinan, khususnya segi-
kekerasan aparat keamanan, dan permasalahan
segi positif yang dimiliki anak jalanan yang
lain terkait. Hal ini diduga berdampak pada
mendasari diformulasikannya kerangka kerja
well-being mereka sekaligus memaksa mereka
dalam rangka intervensi yang tepat.
berespon terhadap berbagai kondisi yang
Salah satu faktor psikis yang penting sangat menekan tersebut dan pada saat yang
diungkap terkait anak jalanan adalah motivasi. sama harus menanggulangi kondisi psikologis
Sejauh ini, terdapat sejumlah alasan anak yang dialami. Dengan demikian, menarik
meninggalkan rumah. Beberapa atas dasar untuk mengungkap well-being dan strategi
sukarela, ingin bertualang, atau menjadi cara penanggulangan yang diterapkan anak jalanan
mencari penghidupan. Lainnya karena tertolak menghadapi resiko yang ada.
(rejected) dalam keluarga, atau merasa tak
Anak-anak, termasuk anak jalanan, di
diinginkan terkait dengan ketegangan dalam
setiap negara merupakan pemimpin masa
keluarga. Lainnya karena didorong dan
depan dan karenanya dibutuhkan penanganan
didesak orang tua untuk mencari uang kota
dan perlindungan dari negara dan warga
agar dapat membantu memenuhi kebutuhan
masyarakat. Kajian ini dimaksudkan sebagai
keluarga. Apapun alasannya, terdapat
kontribusi terhadap khazanah kepustakaan dan
penyebab yang rumit mengapa anak hidup di
pemahaman terhadap anak jalanan ditinjau dari
jalanan. Karenanya, dibutuhkan tinjauan lebih
perspektif psikososial. Diharapkan temuan
mendalam tentang motif-motif menjadi anak
kajian ini dapat memperkaya wawasan, menjadi
jalanan.
dasar dilakukannya penelitian lanjut dan strategi
Aspek psikologis-sosial lainnya yang juga intervensi untuk dalam upaya penanganan anak
penting dikaji adalah persepsi anak jalanan jalanan yang lebih efektif. Apalagi anak-anak
tentang dirinya sendiri dan pandangan publik masih dalam proses pembentukan kepribadian,
tentang mereka. Masyarakat memandang anak maka bimbingan yang diberikan kepada mereka
jalanan bukan sebagai anak-anak melainkan seharusnya berdasarkan latar belakang dan
kelompok nakal yang merepresentasikan karakteristik pribadinya. Membantu anak-anak
ancaman bagi masyarakat beradab (Scanlon memecahkan permasalahan dalam masyarakat
dkk., 1998). Dalam beberapa hal, anak merupakan prioritas sebab anak-anak inilah
jalanan juga tak dikehendaki di mana institusi yang memutuskan masa depan negerinya.
pemerintah, polisi, dan kelompok preman Pemahaman aspek psikososial mereka menjadi

156 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012


dasar untuk merancang model bimbingan dan apa yang tertera dalam kepustakaan untuk
pertolongan yang dibutuhkan. mendapatkan pemahaman yang komprehensif

Kajian ini menerapkan metode sintesis penelitian tersebut; (2) Kemudian mencoba
riset yang diajukan oleh Cooper dan Hedges menafsirkan dengan memperhatikan
(1994) yang menyatakan bahwa sintesis riset konteksnya dalam kerangka permasalahan
merupakan proses ilmiah berupa konjungsi tertentu dalam perspektif psikologis-sosial;
seperangkat kajian kepustakaan tertentu (3) Memperluas kajian serta analisis kritisnya
yang berupaya mengintegrasikan penelitian dengan mempergunakan sumber pendukung
empiris demi tujuan terciptanya generalisasi
dan keterkaitannya dengan artikel lain dalam
dan berfokus pada teori yang relevan, analisis tema yang sama; dan (4) Mengajukan paparan
yang sedapat mungkin komprehensif dalam
permasalahan yang dikaji.
aspek psikososial dan keterkaitan antar aspek
Pencarian terhadap hasil penelitian yang ditinjau.
dilakukan pada 4 pangkalan data (data base)
yakni ProQuest Psychology Journals, ProQuest HASIL DAN PEMBAHASAN
Education Journals, PsycINFO, dan EBSCO. Permasalahan yang dikaji dalam sejumlah
Pencarian dilakukan dengan memasukkan kata- riset yang relevan cukup beragam antara lain:
kata kunci sebagai berikut: street children*plus persepsi anak jalanan tentang diri sendiri,
psychology*plus psychological*. Kata-kata keluarga dan lingkungannya; kesejateraan
kunci tersebut dimaksudkan untuk menemukan psikologis, kesejahteraan psikososial,
artikel yang dilakukan oleh ilmuwan psikologi resiliensi atau ketangguhan, spiritualitas,
gangguan psikologis, perilaku beresiko,
segi psikologis anak jalanan. Pembatasan aspirasi dan cita-cita anak jalanan, terapi
pencarian (search limiters) menggunakan date dan pengubahan perilaku, kekerasan yang
range (1991-2012), full text documents only, dialami dan penghindarannya, alasan-alasan
peer-reviewed journals. Terlepas menjadi anak jalanan, dukungan sosial yang
dari banyaknya artikel yang ditemukan pada diperoleh anak jalanan, penilaian atau persepsi
pangkalan data di atas, hanya 21 artikel yang orang-orang termasuk rasa permusuhan yang
merupakan artikel lengkap serta relevan dengan dimiliki terhadap anak jalanan, dan karakter
dan kepribadian anak jalanan. Sejumlah pokok
sehingga layak ditinjau. Sebagai tambahan bagi bahasan tersebut dapat digolongkan ke dalam
sejumlah artikel, beberapa sumber kepustakaan beberapa kategori tema. Tabel 1 meringkaskan
berupa buku dan tinjauan kepustakaan yang berbagai temuan yang saling mendukung yang
dipandang relevan digunakan untuk melengkapi muncul dari tinjauan terkait dengan anak jalanan
kajian ini. Meskipun pencarian tak dapat dari aspek-aspek psikologis-sosial tersebut.
menemukan semua artikel yang relevan dengan
permasalahan dalam kajian ini, sumber-sumber
kepustakaan dan hasil-hasil penelitian yang ada
dianggap mewakili basis pengetahuan terkini.

Prosedur tinjauan kepustakaan ini mengikuti


alur sebagai berikut: (1) Pertama-tama disimak

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012 157


Tabel 1 dan 30 non-anak jalanan dengan rentang umur
Aspek-aspek sosio-psikologis anak jalanan 13-18 tahun menemukan bahwa anak jalanan
Aspek psikologis- sangat kurang kontak dengan keluarga, dan
Kepustakaan
sosial
juga kurang mendapatkan dukungan sosial
Well-being dan (D'Abreu, Mullis & Cook,
modal psikologis 2001; Van Rooyen & Hartell, dari orang-orang dalam hidupnya khususnya
2002; Koller & Raffaelli, perempuan dewasa dan rata berat badannya
2002; Richter & van der Walt, lebih rendah, dibandingkan dengan sebayanya.
2003; Shah, Graidage, &
Valencia, 2005; Merriman & Kajian Van Rooyen dan Hartell (2002)
Guerin, 2007; McAlpine, 2009; menunjukkan bahwa anak jalanan memiliki
Canenguez, 2011) harga diri yang sangat rendah, yang membuat
Persepsi diri dan (Aptekar & Abebe, 1997;
mereka semakin rapuh dan rentan terkena
sosial (publik) Monteiro & Dollinger, 1998;
Boakye-Boaten, 2006; Wargan perilaku bermasalah dan masalah kesehatan.
& Dershem, 2009) Pengabaian, penolakan, rasa permusuhan yang
Motivasi menjadi (Abdelgalil, dkk., 2004; ditunjukkan oleh masyarakat adalah beberapa
anak jalanan Conticini & Hulme, 2006;
Mercer, 2009)
di antara faktor yang berperan terhadap
Karakteristik (Richter & van der Walt, 2003; terbentuk harga diri yang rendah tersebut.
kepribadian Ayuku, dkk., 2004) Pandangan negatif dari masyarakat bahwa anak
Gangguan (Richter & van der Walt, 2003; jalanan adalah “penjahat” atau “menyusahkan”
psikologis dan Hosny, dkk, 2007) berkontribusi terhadap trauma dan rusaknya
harga diri anak jalanan dan berdampak pada
Lima tema utama hasil penelitian tentang anak jalanan
dari perspektif sosio-psikologis
ketidakmampuan membangun relasi yang sehat
dan positif dengan orang lain. Dengan kata lain,
Berikut masing-masing topik akan dibahas kesejahteraan psikologis (psychological well-
sesuai urutan dan urutan tersebut dibuat being) mereka rendah. Selain itu, umumnya
berdasarkan jumlah literatur yang mendukung. anak jalanan ditemukan memiliki rasa kesepian
yang tinggi dalam hidup yang bergaya nomadik
Well-being dan modal psikologis tersebut. Anak jalanan harus berupaya keras
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1, mempertahankan strateginya agar bertahan
temuan dari sejumlah studi mengungkapkan hidup.
permasalahan well-being. Well-being
Meski anak jalanan terlihat santai dan
merupakan istilah, konsep, dan konstruk yang
senang, mereka sebenarnya mengalami stres
kompleks dan berkaitan dengan pemfungsian
yang sangat tinggi terkait dengan kompleksitas
psikologis secara optimal, penyadaran diri,
hidup sehari-hari dan upaya agar bertahan
pengembangan diri, dan pemenuhan potensi
hidup. Kondisi inilah yang menyebabkan
individu yang bersifat jangka panjang serta
mereka menunjukkan gejala-gejala perilaku
membutuhkan usaha, kedisiplinan dan
seperti kemarahan, mudah tersinggung, agresif,
pengorbanan (Grosbaum & Bates, 2002; Ryff,
perubahan suasana alam perasaan (mood) yang
dkk, 2006; Tennant dkk., 2007).
cepat, resah dan gelisah, pola tidur yang buruk,
Penelitian tentang well-being anak jalanan penurunan kekebalan tubuh, buruknya ingatan
yang dilakukan oleh D'Abreu, Mullis dan (memori), depresi dan hiperaktivitas. Anak
Cook (2001) di Rio de Janeiro, Brazil berupa jalanan memiliki tingkat depresi yang cukup
studi perbandingan terhadap 30 anak jalanan

158 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012


tinggi dan subjective well-being yang rendah lembaga-lembaga yang mau memberikan
(DeSouza, dkk, 1995). makanan, rumah singgah, dan layanan lainnya
(Hecht, 1998:110). Shah, Graidage, dan Valencia
Sejauh ini, pemahaman tentang (2005:6) menyatakan bahwa rasa memiliki
perkembangan psikologis anak jalanan sangat terhadap kelompok merupakan elemen penting
kurang (Raffaelli, 1999, dalam Kohler & kesejahteraan psikososial. Merasa memiliki
Raffaelli, 2002). Dalam kerangka perkembangan (sense of belonging) berkontribusi terhadap
kognitif, anak jalanan sangat dipengaruhi oleh pembentukan identitas dan meminimalisir
kondisi kurang gizi, penyalahgunaan narkotika, perasaan terisolasi sekaligus memberi fondasi
psikotropika dan zat adiktif (napza), sakit
bagi relasi di mana kasih sayang diperluas
yang tak diobati, dan luka. Bahasa, pemikiran dan didapatkan. Relasi yang aman di mana
kritis dan kecerdasan tergolong buruk sebab anak-anak yakin adanya stabilitas, komitmen
anak jalanan lebih banyak berinteraksi dengan
dan hubungan yang bersifat jangka panjang,
sesama anak jalanan dan sangat sedikit kontak
memberinya rasa aman yang menjadi dasar rasa
dengan orang dewasa. Seandainya pun mereka percaya terhadap diri sendiri maupun orang
memasuki sekolah, umumnya mengalami lain. Emosi yang meliputi rasa marah, takut,
kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap
harapan dan hasrat dapat diekpresikan dengan
sistem sekolah yang menuntut disiplin dan aman tanpa rasa takut akan adanya penolakan,
perhatian khusus terhadap tugas-tugas dan ditinggalkan, diskrimininasi atau isolasi. Inilah
jadwal. Sebagai akibatnya, kebanyakan anak vokalisasi emosi dan potensi menyampaikan
jalanan memiliki pengalaman yang negatif
permasalahan pribadi yang menyediakan fondasi
tentang sekolah dan buta huruf. bagi pemulihan kesejahteraan psikososial.
Terlepas dari sejumlah kekurangan tersebut, Itulah persisnya hubungan yang mendasari
anak jalanan umumnya memiliki keterampilan keberfungsian psikologis sepenuhnya anak-
menanggulangi tantangan kehidupan jalanan. anak di masyarakat maupun di jalanan.
Misalnya, dalam kemampuan terkait ruang Pada negara yang sosiosentris, well-being
(spasial), visual, dan auditorik yang dituntut anak dianggap terkait erat dengan keluarga
untuk mendeteksi dan menghindari resiko di atau komunitasnya. Karenanya, kerangka kerja
jalanan. Anak jalanan yang menjadi pedagang tentang well-being anak disusun mencerminkan
asongan menunjukkan kemampuan yang interkoneksi anak dengan keluarga dan
memadai dalam berurusan dengan uang komunitas, yang digambarkan dalam model di
misalnya menjumlahkan harga banyak item mana anak memberi dan menerima dari keluarga
dagangannya atau memberikan kembalian
dan komunitas. Komponen sosial, emosional,
uang pembeli meski mereka gagal mengerjakan well-
soal matematika dasar yang standar. (Carraher, being anak harus secara memadai diekspresikan
Carraher & Schliemann, 1985) dan dikembangkan melalui interaksi yang cair
Dari segi sosial, anak jalanan seringkali dalam keluarga dan ekologi untuk mendorong
membentuk kelompok-kelompok (Ennew, kesejahteraan psikososial.
1994) dan membangun relasi dengan sebaya Terkait dengan aspirasi dan cita-cita sebagai
untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda segi psikologis positif anak jalanan, penelitian
misalnya kebutuhan emosional dan kerja sama Merriman dan Guerin (2007) terhadap 151
usaha. Anak jalanan juga pintar mengenali anak jalanan di Kalkutta, India melalui

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012 159


Mengingat anak jalanan menghadapi resiko
seperti mereka kalau sudah besar nanti dan ganda dalam beragam konteks sosial, maka
alasannya, menemukan bahwa mayoritas anak menarik untuk mengetahui bagaimana mereka
jalanan tersebut mengindikasikan cita-citanya menanggulangi beragam krisis dan kesusahan
sebagai guru, dokter, dan polisi. Sedangkan yang dihadapi, dan mampu melakukan sesuatu
peran vokasional yang diharapkan antara lain yang baik terlepas dari kesulitan yang ada.
rohaniwan, guru, perawat, dan ibu. Secara Dengan kata lain, resiliensi menjadi penting
umum anak jalanan tersebut mengimpikan diungkap, apa yang membantu mereka
status sosial ekonomi tinggi, berpendidikan menanggulangi, tetap tumbuh kembang secara
hingga strata tiga, memilih karir yang tidak normal bahkan maju dengan pesat dalam
stereotipik jender khususnya bagi perempuan lingkungan sekitar yang abnormal (McAlpine,
semisal laki-laki menjadi perawat dan 2009:1). Konsep resiliensi tepat diterapkan
perempuan tak masalah menjadi sopir bus. untuk mengungkap segi-segi kekuatan anak
Selain itu, terdapat tendensi yang kuat untuk jalanan yang tergolong “populasi yang rapuh”
memiliki pekerjaan yang berkontribusi positif ini. Resiliensi merujuk proses dinamis yang
terhadap masyarakat apakah melalui profesi mencakup adaptasi positif dalam konteks
menolong (helping), perdagangan, pertahanan, kesengsaraan dan kemalangan yang nyata.
atau bahkan pengemudi. Pekerjaan vokasional Kajian terhadap resiliensi berfokus pada faktor-
dimaksudkan di sini adalah jenis pekerjaan faktor protektif, tanpa mengabaikan faktor-
yang menuntut pengorbanan diri dan komitmen faktor resiko, yang berkontribusi terhadap
yang kjuat menolong orang lain. hasil-hasil yang positif dan mekanisme yang
mendasarinya. Melalui berbagai kajian terbukti
Sejumlah tokoh olahraga, aktor, bintang bahwa semakin banyak resiko yang dihadapi
pop, tokoh agama, politik, dan tokoh masyarakat
anak jalanan, semakin buruk dampak yang
muncul sebagai idola (hero) termasuk mereka
timbul. Namun, faktor-faktor protektif dapat
yang menjadi guru dan memelihara anak miskin.
Temuan ini menguatkan dugaan bahwa terdapat mengarah ke positif. Keberlangsungan mencari
kesamaan pengalaman anak jalanan di berbagai
nafkah (sustanaible livelihood) merupakan
negara, dan bahwa pilihan atas karir dan cita-cita konsep yang penting diungkap dalam
mereka dipengaruhi sosok yang dekat dengan memahami resiliensi anak jalanan sebagai
kehidupan mereka. Dapat dikatakan bahwa modal kelangsungan hidup.
anak-anak ini akan memelihara ambisinya atau
tidak banyak tergantung pada budaya di mana McAlpine (2009), meneliti intervensi
mereka bertumbuh dan berkembang. Salah satu untuk mendorong resiliensi anak jalanan yang
temuan yang menarik dari riset Merriman dan dilakukan salah satu lembaga pemerhati anak
Guerin (2007) ini bahwa banyak anak jalanan jalanan dan kemiskinan di Tanzania dengan
perempuan yang berniat menjadi guru dan memelihara resiliensi ekologis, membangun
hal ini mempengaruhi peran, tanggung jawab modal sosial, dan memperkuat modal kultural.
dan perilaku yang diharapkan dari mereka Intervensi dilakukan dalam tiga ranah saling
termasuk mempengaruhi persepsi mereka terkait yakni dalam keluarga, komunitas dan
tentang hubungan anak dengan orang dewasa sekolah. Dalam keluarga didorong hubungan
dan bagaimana semestinya seorang anak orang tua-anak yang berkualitas dan well-
diperlakukan. being pengasuh anak, mendorong kelekatan

160 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012


aman (secure-attachment), dan memperkuat Tema-tema spiritualitas yang terungkap
pola asuh yang efektif khususnya membantu berpusat pada hal memaafkan dan dimaafkan
ibu menanggulangi stress secara efektif dan selain berdoa saat stres. Anak jalanan berbicara
mendorong relasi yang positif sehingga tentang keyakinan mereka bahwa kebutuhan
penyesuaian anak semakin baik, dan memprkuat mereka akan dapat dipenuhi, dan merasa
kemampuan mencukupi diri sendiri (self- terhubung (terkoneksi) dengan kekuatan maha
. Dalam ranah komunitas, intervensi tinggi dan juga dengan orang-orang dewasa.
yang dilakukan antara lain: memperkuat Kualitas-kualitas ini terkait erat dengan
keakraban dan keterlibatan dalam lingkungan pandangan yang positif terhadap diri sendiri
pertetanggaan, mempertemukan anak-anak dan kemampuan memanfaatkan strategi coping
muda dengan dukungan pertetanggaan, positif, sebagai suatu proses yang terkait dengan
mengorganisir pertemuan kelompok-kelompok rehabilitasi mereka.
keluarga dan memberi dukungan teman
Dari hasil sintesis riset tentang well-being
sebaya, dan mengorganisir perkumpulan anak-
pada anak jalanan di atas dapat disimpulkan
anak muda kota besar sebagai wadah saling
bahwa well-being anak jalanan sangat
mendukung. Sedangkan di ranah sekolah
tergantung pada modal sosial dan modal
dilakukan upaya mendorong well-being siswa,
psikologis. Shah, Graidage, dan Valencia
mendorong guru-guru agar senantiasa terlibat
(2005:18) menyatakan bahwa anak jalanan
dengan anak-anak jalanan yang dididiknya, dan
adalah individu yang resilien dan kreatif yang
secara kreatif merancang kembali tanggung
memiliki kapasitas yang luar biasa untuk
jawan guru dan staf administrasi agar member
berkontribusi di masyarakat dan bagi masa
dukungan yang berkesinambungan terhadap
depan bangsanya.
anak jalanan.

Penelitian kualitatif dengan pendekatan Persepsi diri dan sosial (publik)


fenomenologis yang dilakukan oleh Canenguez Psikolog Aronson, Wilson and Akert
(2011) pada anak jalanan dalam masa transisi (1994:257) menyatakan bahwa melalui interaksi
menuju tidak lagi di jalanan (off the street) dengan orang lain individu mendapatkan
menemukan bahwa selain iman, relasi dukungan emosional, kasih sayang, dan cinta
merupakan faktor protektif resiliensi yang kasih, dan ikut ambil bagian dalam pengalaman
memampukan mereka menjalani proses transisi yang menyenangkan. Orang lain amat penting
tersebut dengan baik hingga berkumpul kembali bagi well-being seseorang. Seturut dengan
secara permanen dengan keluarga. Hakikat penegasan ini, relasi sangat dibutuhkan bagi
dan fungsi spiritualitas anak jalanan dalam kesejahteraan psikososial individu. Identitas
konteks kemalangan dan beban yang mereka seorang anak dibentuk oleh lingkungannya.
pikul diteliti pada anak-anak laki berusia 11-14 Meski begitu, yang jauh lebih penting adalah
tahun yang menjalani program residensial di bahwa identitas dikonstruksi oleh persepsi
La Paz, Bolivia melalui wawancara individual internal tentang diri dan persepsi orang terhadap
mengenai kehidupan spiritual mereka dan diri tersebut.
makna pengalaman spiritual bagi mereka, selain
meminta mereka memotret tempat-tempat atau Dari hasil penelitian dengan pendekatan
sesuatu yang bermakna spiritual bagi mereka kuliatitatif oleh Boakye-Boaten (2006:184)
dan menjelaskannya dalam pertemuan lanjutan.
dirinya sebagai “anak-anak yang hidup dan

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012 161


bekerja di jalanan”. Hal ini sangat menarik jalanan tersebut mengakui membutuhkan
sebab sejauh ini belum ada penelitian atau dukungan sosial keluarga meskipun mereka
mampu menghidupi diri sendiri.
bagaimana anak jalanan memandang dirinya.
Di sisi lain, Aptekar dan Abebe (1997)
Anak-anak tersebut bersikukuh bahwa anak
mengkaji rasa permusuhan yang ditunjukkan
jalanan adalah anak-anak yang bekerja dan
oleh khalayak luas terhadap anak jalanan
mencari penghidupan di jalanan. Ini berarti
melalui tiga penjelasan yang berbeda: 1) rasa
anak-anak tersebut terbebas dari pengawasan
permusuhan terkait hukum, yakni disebabkan
atau sistem pendukung keluarga. Ini semakin
oleh persepsi publik bahwa anak-anak miskin
memperkuat adanya kesenjangan antara orang
di jalanan itu terlibat kekerasan, kejahatan,
(publik) mempersepsi anak jalanan dan anak
dan menyerang, karenanya tingkat ketakutan
jalanan mempersepsikan dirinya sendiri.
publik bertambah. Wujud dari rasa permusuhan
Salah satu temuan utama penelitian Boakye- macam ini antara lain adalah penegasan tentang
Boaten (2006:214) adalah tentang persepsi dan sejumlah asumsi tentang perilaku anak yang
perlakuan terhadap anak jalanan, yakni bahwa tepat, penahanan terhadap anak-anak, dan
anak jalanan di Ghana dianggap pemilik sah kekerasan terhadap anak jalanan oleh pihak
ruang publik perkotaan. Mereka menyediakan keamanan; 2) rasa permusuhan terkait frustrasi
jasa yang tak ternilai bagi publik, dan sebaliknya kolektif, yang berdasarkan sikap kolektif. Hal
banyak yang menunjukkan belas kasihan ini terkait dengan kesenjangan kelas sosial
terhadap mereka. Ini berkebalikan dengan klaim (division of class) yang tajam di mana kelas
persepsi negatif dan perlakuan buruk terhadap pemilik kemakmuran (orang kaya) merasa
anak jalanan di belahan dunia lainnya. Di mata memiliki status yang sulit dan berbahaya
anak jalanan, tak ada brutalitas polisi sebab karena rasa permusuhan yang berlebihan
menurut mereka tak ada intimidasi yang dialami terhadap anak jalanan. Anak jalanan seringkali
yang dilakukan oleh kepolisian sebagaimana menjadi kambing hitam bagi suatu masalah
lazim terjadi di negara lain. Demikian pula besar dan sulit diselesaikan di masyarakat.
dengan eksploitasi dan kekerasan amat jarang dan 3) rasa permusuhan kultural, yang berasal
ditemukan. Meski karakteristik umum anak dari pembagian kerja dasar dan yang sudah
jalanan juga dipenuhi di Ghana semisal berlangsung lama yang berdasarkan perbedaan
sebaran umur, disparitas jender, pengalaman kehidupan keluarga dan konsep tentang rumah.
umum sebagai anak jalanan, sebab anak-anak Ini merupakan bentuk rasa permusuhan yang
ke jalanan dan lainnya, tapi mereka memiliki membutuhkan pemahaman lebih mendalam
sejumlah keunikan sehingga tidak mudah karena terdapat pada banyak budaya dan belum
digabungkan dalam agregat keseluruhan. mendapat perhatian serius. Pemahaman bahwa
anak tak layak bekerja demi alasan apapun dan
Penelitian Wargan dan Dershem (2009) bahwa yang dimaksudkan sebagai keluarga
terhadap anak jalanan di Georgia menemukan hanyalah keluarga ini yang terdiri dari ayah,
bahwa mereka mempersepsikan pentingnya ibu, dan anak menyebabkan pandangan tentang
peran orang tua dan kerabat dalam kehidupan anak jalanan sedemikian negatif dan tak disukai.
mereka. Anak jalanan yang memiliki orang
tua namun tidak satu kota, anak yatim, dan Aptekar dan Abebe (1997) menyatakan
tak memiliki saudara kandung ditemukan bahwa anak jalanan hanya dapat dipahami
bermasalah di sekolah dan sebaliknya. Anak dalam konteks lingkungan yang unik dimana

162 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012


mereka mencari nafkah. Semua anak memiliki sebaya. Orang digambarkan abusif maupun
suatu “developmental niche” yakni kondisi heroik, sedangkan sebaya digambarkan penuh
persaudaraan. Adapun segi identitas dan
perkembangannya. Ruang publik mencirikan
developmental niche anak jalanan. Sejak mengindikasikan peran dewasa yang amat
usia sangat dini anak-anak tersebut sudah dicermati anak jalanan tersebut antara lain
memperluas ikatan kedekatannya dari rumah pengasuhan, hidup berkeluarga, nilai-nilai yang
yang sangat privat ke jalanan yang sangat dianut hingga segi ideologis, termasuk harapan
publik, tempat di mana mereka mencari dan cita-cita mereka.
peluang, membangun pertemanan, dan
Secara umum persepsi diri dan sosial
menjalani kehidupan, serta menjadikan ruang
yang dimiliki 20 anak jalanan yang menjadi
publik sebagai rumahnya.
responden penelitian tersebut menunjukkan
Pada budaya tertentu memiliki tempat segi manusiawi yang mereka hayati terlepas dari
bermukim di jalanan sungguh menyakitkan. kemiskinan yang mendera. Relasi dengan orang
Khususnya bagi masyarakat yang menganggap dewasa khususnya orang tua juga digambarkan
mustahil untuk hidup yang benar secara jauh dari ketakutan melainkan respek. Dalam hal
ini,bila ditinjau dari segi budaya kolektif, anak
memungkinkannya menyembunyikan diri dari jalanan ini sangat menghargai hubungan sosial
ruang publik agar tak menunjukkan hal yang khususnya teman, keluarga, dan komunitas.
memalukan atau tak patut semisal makan saat
Sumber utama stress psikososial pada anak
berpuasa, atau memakan makanan yang kurang
di jalanan berasal dari persepsi anak-entah itu
layak. Hal-hal seperti sangat menyulitkan
imajinasi ataupun sungguh-sungguh nyata-
bagi anak jalanan sebab publik tampaknya
tentang penyingkiran, penolakan dan isolasi
memusuhi mereka
oleh komunitas. Karenanya, cara terbaik
Penelitian Monteiro dan Dollinger (1998) mendorong kesejahteraan psikososial anak
terhadap 10 anak laki-laki dan 10 anak jalanan adalah memfasilitasi hubungan dengan
perempuan berusia 10-15 tahun sebagai anak teman sebaya, keluarga dan beragam ranah
jalanan dari pemukiman kumuh di Fortaleza, sosial di masyarakat.
Brazil menggunakan pendekatan kualitatif
Motivasi menjadi anak jalanan
Secara umum penyebab anak menjadi anak
persepsi anak jalanan tentang dirinya sendiri jalanan dapat dibedakan atas sebab makro dan
dan lingkungannya menemukan tiga tema mikro. Kemiskinan, kesenjangan desa-kota
dan praktek-praktek budaya memang beragam,
kolektif sosial dalam lingkungan sosial namun tentu saja tak berarti jika ada sebab ini
tersebut, dan aspek identitas individu anak maka sudah pasti anak menjadi anak jalanan. Di
muda belia. Mayoritas foto yang diambil pihak lain sebab-sebab mikro menjadi katalis
anak jalanan tersebut adalah mengenai yang mendorong anak-anak ke jalanan. Salah
kemiskinan yang dialami, kondisi kehidupan satunya adalah pengabaian anak oleh sistem
yang memprihatinkan dan kurangnya privasi. keluarga. Keluarga gagal menjadi tempat yang
Orientasi kolektif direpresentasikan oleh aman bagi anak. Maka, kemiskinan dan keluarga
gambar tentang relasi dengan orang tua dan disfungsional merupakan beberapa faktor

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012 163


keluarga merasa sedih dan menerima bahwa
lainnya yang berperan adalah modal sosial anaknya menjadi anak jalanan sebagai
(social capital) yakni bagaimana kualitas dan keniscayaan dari kondisi ekonomi, mereka
relasi sosial mempengaruhi pengalihan sumber sadar dan peduli akan resiko dan bahaya dari
saya (modal) dari satu generasi ke generasi kehidupan jalanan. Beberapa di antaranya
lainnya yang mempengaruhi peluang dalam mengetahui adanya pelayanan masyarakat bagi
kehidupan seseorang (Coleman, 1990:318). anak jalanan dan keluarga miskin.

Penelitian Abdelgalil dkk, (2004) terhadap Kebanyakan anak jalanan meninggalkan


58 keluarga di Aracaju, Brazil menemukan rumah karena orang tuanya tak mampu
bahwa mayoritas orang tua yang merupakan menyediakan lingkungan yang aman dan
perempuan sebagai orang tua tunggal dan mengayomi, dan tak jarang di antara mereka
hidup di pemukiman kumuh atau tempat
tinggal sekedarnya menyatakan bahwa mereka
(Raffaelli, Koller, et al., 2000, dalam Kohler &
yang menjadi anak jalanan dan sepenuhnya Raffaelli, 2002).
menyadari bahayanya hidup di jalanan. Artinya,
Dari temuan penelitian ini terbukti bahwa
faktor utama yang mendorong anak menjadi
keluarga sebagai unit dasar terbentuknya
anak jalanan adalah kondisi kehidupan yang
hubungan dan pemindahan modal sosial
sulit selain disintegrasi keluarga, kehamilan
disfungsional dalam situasi dan suasana
masa remaja, tekanan kelompok.
kehidupan anak jalanan. Tak seorang pun
Hasil penelitian di negara berkembang anak jalanan ini yang orang tuanya terdidik,
umumnya menyimpulkan dan meyakini bahwa pekerjaan dengan penghasilan yang memadai,
faktor pendorong anak-anak menjadi anak semuanya tak terikat dalam pernikahan, banyak
jalanan adalah masalah kesulitan ekonomi. anak tak memiliki interaksi dengan keluarga,
Namun, temuan Conticini dan Hulme (2006) maka tak ada pemindahan modal sosial. Dengan
di Bangladesh menunjukkan bahwa faktor demikian, dapat dikatakan bahwa anak dengan
sosial antara lain kekerasan (violence) dalam modal sosial rendah atau tanpa modal sosial
masyarakat dan kekerasan terhadap anak di cenderung menjadi anak jalanan. Tentu harus
rumah merupakan aspek yang dominan sebagai pula diingat bahwa tidak semua anak menjadi
penyebab. anak jalanan karena kurang modal sosial, sebab
beberapa anak jalanan tetap menjalin relasi
Penelitian Mercer (2009) di Eldoret, Kenya dengan keluarga.
menyimpulkan bahwa faktor “pendorong” dan
“penarik” sebagai penyebab anak-anak menjadi Karakteristik kepribadian
anak jalanan. Sejumlah faktor tersebut adalah
kemiskinan, rekan sebaya, dan kemudahan
Richter dan van der Walt (2003) pada anak
mendapatkan uang dan makanan menjadi
jalanan laki-laki 7-18 tahun dengan rerata
faktor penarik anak-anak ke jalanan. sedangkan
umur 13,5 tahun dan lebih dari separuh dari
kurangnya kelekatan dengan ibu, kurangnya
mereka berusia 13-16 tahun ditemukan bahwa
bimbingan dan dukungan sosial dari keluarga
mayoritas telah menjadi anak jalanan saat
menjadi faktor pendorong. Sebagaimana
berusia 13 tahun. Kemampuan kognitif dengan
Penelitian Abdelgalil dkk, (2004), meski
tes kecerdasan standar, tes perkembangan

164 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012


integrasi visual motorik, tes kategori, tes terikat situasi (situation-bound), sedangkan
kapasitas memecahkan masalah, motivasi dan anak yang bersekolah formal ditemukan lebih
persistensi, tes bakat dan tes kesiapan membaca, mudah dalam memecahkan masalah dan lebih
tes kepatuhan terhadap nilai, mengukur mudah memahami masalah sebagai bagian
sikap, tes keadaan emosi, tes kepribadian dan dari sekumpulan masalah yang mirip. Hal
kemandirian, dan tes mengukur kecenderungan ini dsebabkan anak bersekolah belajar dari
gangguan kejiwaan. Ditemukan bahwa hampir pengalaman dan mampu menggenaralisasikan
semua anak jalanan yang diteliti menunjukkan strategi pemecahan masalah terhadap
kemampuan di bawah patokan skor umumnya permasalahan baru
anak barat, dan kemampuan di bawah umurnya.
Keberfungsian kepribadian yang dites
Hampir seperempat sampel menunjukkan
antara lain letak kendali perilaku (locus
hasik tes kognitif yang sesuai dengan umur
of control) yang ditemukan cenderung
kronologisnya terlepas dari buruknya latar
berorientasi internal, dalam hal ini anak jalanan
belakang intelektual dan skolastik mereka.
cenderung meyakini bahwa mereka memiliki
selanjutnya, saat hasil tes kemampuan kognitif
kontrol terhadap situasi atau dapat berpengaruh
lain khususnya kemampuan berpikir logis
terhadap peristiwa maupun terhadap orang
diperbandingkan dengan anak-anak kulit
lain di sekitar mereka. Letak kendali perilaku
hitam perkotaan yang bersekolah ditemukan
internal ini berpengaruh terhadap banyak aspek
hasilnya relatif tidak berbeda. Salah satu
keberfungsian mereka baik intelektual maupun
interprestasi yang layak diterima atas hasil ini
sosial. misalnya, anak jalanan yang memiliki
adalah tak dapat disangkal bahwa anak jalanan
letak kendali internal tinggi menunjukkan
harus berpikir cepat dan pintar agar sanggup
gangguan jiwa yang rendah, khususnya depresi,
bertahan hidup. Meski demikian, motivasi dan
dibandingkan dengan mereka yang berorientasi
persistensi mereka untuk mengikuti pendidikan
eksternal. Mereka juga lebih baik dalam
di sekolah cenderung sangat rendah bahkan
tugas pemecahan masalah, dan memandang
buruk. Kemungkinan disebabkan kurang
hubungannya dengan rekan sebaya lebih positif
tepat penanganan sekolah yang ada terhadap
dan bersifat mendukung.
anak jalanan terutama mempertimbangkan
ketidakmampuan mendasar mereka sebelum Dalam hal penggambaran tentang dunia
dimasukkan ke dalam sistem pendidikan standar
misalnya kemampuan membaca dan berhitung jalanan menggambarkannya begitu sederhana,
dan semestinya tersedia bantuan khusus bagi terbatas, kurang jelas (undifferentiated). Emosi
mereka agar dapat beradaptasi lebih mudah cenderung mengarah semata-mata sebagai
dalam sistem sekolah yang dimasuki. bahagia yang tak jelas ataupun tak bahagia.
Banyak di antara anak jalanan tersebut menyebut
Meski demikian, dalam kemampuan dan
nama tempat mereka meminum-minum alcohol
gaya pemecahan masalah terdapat perbedaan
sebagai bagian lingkungan sekitar yang
nyata antara anak jalanan antara anak jalanan
paling dikenali sebagai bagian kehidupannya.
dan anak yang bersekolah. Kerugian anak
Beberapa anak jalanan tersebut menyebut soal
jalanan karena tak bersekolah formal adalah
masa depan terkait gambaran kehidupannya.
gaya pemecahan masalah pada anak jalanan
Secara umum, anak jalanan memiliki kontak
individual dan terpisah seolah-olah masalah
yang amat terbatas dengan masyarakat yang
selalu baru dan terpisah dari masalah lain atau
dominan sebagaimana lazimnya sifat-sifat

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012 165


Dengan memperhatikan hal ini, tak
rencana-rencana dan lain sebagainya, termasuk mengherankan bila kuat anggapan bahwa
anak jalanan memiliki simptom psikiatrik atau
bekerja, jasa, dan lingkungan yang terarah pada gangguan jiwa serius dibandingkan dengan
tujuan dialami banyak orang. Deprivasi kognitif- kelompok anak manapun. Berdasarkan tes
sosial semacam yang sangat memungkinkan psikologis yang dilakukan oleh Richter dan van
bertahan dan semakin kuatnya penyingkiran der Walt (2003) anak jalanan tersebut mengalami
anak jalanan dari masyarakat arus utama. gangguan psikiatrik yang tergolong gangguan
bertindak terbiasakan yang non-agresif (non-
Penelitian Ayuku, dkk (2004) berupa studi
aggressive under socialized conduct disorder).
komparatif tentang karakteristik temperamen,
interaksi temperamen dan lingkungan dan Penyesuaian psikologis anak jalanan
dampaknya terhadap fungsi psikologis anak ditemukan bermasalah utamanya dalam ranah
jalanan dan anak non-jalanan di Elodoret, antar pribadi, ditunjukkan dengan gangguan
Kenya menemukan bahwa berbeda dari anak emosional dan perilaku serius misalnya
non-jalanan, anak jalanan memiliki gaya pengompol yang kronis, berusaha bunuh
perilaku yang luwes dan derajat diri, menjalani perawatan karena mengalami
regularitas yang tinggi. Hal ini kemungkinan gangguan psikotik, gejala depresif sedang,
disebabkan oleh dorongan untuk bertahan hidup gejala gangguan kecemasan sedang, gejala
dan meminimalisir berbagai resiko yang harus perilaku berpura-pura. Meski demikian,
mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. sepertiga dari subyek yang dites menunjukkan
Anak jalanan juga memiliki ketangguhan yang penyesuaian psikologis yang baik.
jauh lebih tinggi, adaptabilitas yang lebih tinggi
Terkait perubahan perilaku dan kepribadian,
dalam menghadapi kesulitan dan kemalangan.
Hosny, dkk (2007) melakukan penelitian
Selain itu, pada anak jalanan ditemukan pula
terhadap 100 anak jalanan di Alexandria yang
kualitas suasana alam perasaan (mood) yang
terkait perilaku bermasalah berupa agresi dan
baik, lebih berorietasi kepada pendekatan,
kekerasan, pencurian, mengemis, memulung,
mudah bergaul (sociable), dan cukup kalem.
seks komersial, peredaran napza dan
Dengan karakteristik psikologis yang khusus
penyalahgunaan napza. Anak jalanan dirancang
tersebut anak jalanan muncul menjadi individu
dengan penyesuaian diri yang baik.
perilaku selama 6 bulan yang terbagi ke dalam
6 unit pendidikan rekreasional dan lapangan,
perilaku pendidikan perkotaan dan kesehatan, pendidikan
moral dan keagamaan, pendidikan ekonomi
Gangguan psikologis yang dialami anak
dan kewarganegaraan, pendidikan tentang
jalanan tak dapat dilepaskan dari dua hal yakni:
warisan budaya dan museum, dan pendidikan
perspektif pelayanan sosial bahwa anak jalanan
tentang masa depan dan keberlanjutan, yang
tergolong pada anak-anak nakal dan bahwa anak
diaplikasikan dalam beberapa kegiatan seperti
terbuang dan anak yang diabaikan dianggap
perkemahan dan kunjungan lapangan, aktivitas
mengalami pengasuhan yang buruk yang
bersifat rekreasi dan permainan, bermain peran
lazim ditemukan semakin rentan mengalami
dan drama, tindakan dan pengalaman positif,
kekerasan dan penghinaan.
bercerita, aktivitas keterampilan hidup, dan
berkebun serta peduli hewan.

166 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012


Intervensi perilaku tersebut dinilai berhasil dukungan sosial dan kelekatan dengan ibu,
mengubah segi kepribadian tertentu antara menjadi faktor kausal anak jalanan, di mana
lain kepribadian narsistik, kepribadian pasif temuan ini memiliki kesamaan pula dengan
agresif, gangguan berbicara, homoseksualitas, hasil penelitian Sugiharto (2008) terhadap 225
dan penyalahgunaan zat selain meningkatnya anak jalanan di Bandung, Bogor, dan Jakarta
harga diri yang menjadi modal psikologis yang dengan teknik penentuan sampel kuota ketiga
baik untuk mencegah kembalinya anak jalanan wilayah dan perbedaan anak jalanan laki-laki
kepada perilaku bermasalah. dan perempuan, menemukan faktor keluarga
sebagai penentu utama terhadap perilaku
Tinjauan di atas menemukan sejumlah aspek
anak jalanan. Sebagaimana hasil penelitian
psikososial yang menonjol dalam permasalahan D'Abreu, Mullis dan Cook (2001) bahwa anak
anak jalanan. Sampai tingkat tertentu, terdapat jalanan kurang mendapatkan dukungan sosial
kesesuaian dengan hasil temuan tersebut
dari orang-orang dalam hidupnya dan kajian
dengan beberapa penelitian yang dilakukan di
Van Rooyen dan Hartell (2002) menunjukkan
Indonesia. Misalnya hasil penelitian Irwanto, bahwa anak jalanan memiliki harga diri yang
dkk 1999 (Irwanto, 2008) tentang faktor sangat rendah, yang membuat mereka semakin
penyebab menjadi anak jalanan yang terutama
rapuh dan rentan terkena perilaku bermasalah
adalah besarnya sumbangan ekonomi anak dan masalah kesehatan.
kecil di sektor informal antara lain pekerjaan
menjual barang dan mengemis dan 60-70% Terkait karakteristik kepribadian, Sugiharto
anak di jalanan berasal dari keluarga miskin, (2008) menemukan sejumlah karakteristik
bersesuaian dengan hasil penelitian Mercer positif pada anak jalanan antara lain keberanian
(2009) dan Abdelgalil dkk (2004). menanggung resiko dan kesediaan bertanggung
jawab atas perbuatan yang dilakukan, dan
Penelitian Siregar, Rani, dan Suriadi (2006) tingkat kemandirian yang tinggi. Hal ini
terhadap 250 orang dari populasi 2.526 anak
memiliki kemiripan dengan temuan Ayuku,
jalanan di Medan menemukan bahwa faktor dkk (2004) bahwa anak jalanan memiliki gaya
ekonomi yakni kemiskinan merupakan penyebab perilaku yang luwes dan pengaturan diri yang
utama anak menjadi anak jalanan. Namun, hal ketat yang memungkinkan mereka bertahan
itu bukanlah penyebab satu-satunya melainkan hidup dan mengurangi resiko yang harus
berpadu dengan faktor lain yakni disorganisasi dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
keluarga dan psikologis anak yakni anak merasa
tidak pernah dihargai oleh anggota keluarga Temuan Sugiharto (2008) bahwa anak
dan kurang perhatian dari orang tua. Temuan jalanan menunjukkan perilaku abnormal yang
ini memiliki kesamaan dengan hasil penelitian cenderung tinggi di antaranya bebas, liar, masa
Coleman (1990) tentang keluarga disfungsional, bodoh, penuh curiga, reaktif, dan susah diatur
temuan Raffaelli, Koller, et al. (Kohler & tampaknya bersesuaian dengan tes psikologis
Raffaelli, 2002) tentang ketidakmampuan yang dilakukan oleh Richter dan van der Walt
orang tua menyediakan lingkungan psikososial (2003) bahwa tak terlalu mengherankan bila
yang aman bagi anak-anaknya, temuan anak jalanan memiliki simptom psikiatrik
Abdelgalil dkk, (2004) disintegrasi keluarga, gangguan bertindak terbiasakan yang non-
kesimpulan Conticini dan Hulme (2006) agresif (non-aggressive under socialized
tentang kekerasan dalam keluarga, dan temuan conduct disorder) yang menjadi masalah dalam
Mercer (2009) tentang kurangnya dukungan hubungan antar pribadi. Hal ini dapat dipahami

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012 167


sebab anak jalanan umumnya diabaikan, rentan persamaan temuan dalam berbagai negara yang
mengalami kekerasan, dan respon negative berbeda tentu tidak begitu saja dalam dilakukan
lainnya dari masyarakat. generalisasi hasil penelitian. Karenanya,
diperlukan tinjauan secara khusus terhadap
Penelitian ini mengandung sejumlah sejumlah kepustakaan dan hasil penelitian
sejumlah keterbatasan dalam kepustakaan. yang melibatkan sampel Asia khususnya
Karenanya, sejumlah saran bagi penelitian Indonesia. Sangat diharapkan adanya penelitian
lanjutan amat penting diajukan. Pertama, empiris yang melibatkan sampel anak jalanan
adalah pembedaan secara tegas antara anak di Indonesia secara luas dan Asia Tenggara
jalanan (street children) dengan anak yang
sebagai perbandingan.
bekerja di jalanan (working in the street). Meski
keduanya memiliki keterkaitan dan tumpang Hasil temuan Richter dan van der Walt
tindih namun berbeda di mana anak yang (2003) bahwa anak jalanan di Afrika Selatan
bekerja di jalanan masih memiliki keterikatan relative tidak berbeda dalam kemampuan
dan relasi yang erat dengan keluarga sedangkan berpikir logis dibandingkan dengan anak non-
anak jalanan hampir tidak memiliki hubungan jalan dan bersekolah mendukung temuan Lewis
yang kuat dengan keluarga dan asal muasal. Aptekar di Kolombia (Aptekar, 1991) yang
Dalam penelitian yang ditinjau dalam artikel menunjukkan bahwa kemampuan kognitif anak
ini masih terdapat responden yang dilibatkan jalanan tidaklah seburuk kondisi sosial ekonomi
dalam riset bersamaan dengan anak jalanan dan ketidakstabilan pengalaman hidup mereka.
baik dalam konteks perbandingan antar kedua Lebih jauh, alih-alih membuatnya memburuk,
kelompok maupun secara kolektif menjadi kehidupan jalanan mendorong perkembangan
responden pekerja jalanan. Menentukan kognitif mereka. Argumen yang diajukan
siapa sesungguhnya anak jalanan merupakan Aptekar, amat meyakinkan yakni anak jalanan
langkah pertama yang harus ditempuh sebelum dipaksa oleh situasi untuk mengatur diri,
mengambil tindakan selanjutnya seperti melakukan sesuatu tanpa supervisi, memiliki
membuat kebijakan menangani mereka, kesadaran sosial yang tinggi, dan pengetahuan
memahami kebutuhan mereka, memperbaiki yang memadai perihal lingkungan alam. Hasil
kondisi kehidupan mereka di kota-kota besar, yang hampir senada juga ditemukan dalam
atau mengintegrasikan kembali mereka kepada penelitian Sugiharto (2008) bahwa anak jalanan
di Bandung, Bogor, dan Jakarta memiliki
sejumlah karakter yang positif sebagaimana
Kedua, mayoritas hasil penelitian yang anak jalanan di Kolombia.
ditinjau dalam artikel ini merupakan temuan
dari negara-negara di Afrika dan Amerika Letak kendali perilaku yang berorientasi
Latin, dan hanya satu riset yang dilakukan internal pada anak jalanan di Afrika Selatan
dengan melibatkan sampel Asia yakni India, ini melampaui tingginya pada sampel anak
dan beberapa riset di Indonesia. Hal ini Anglo-Amerika dengan umur yang sama.
memiliki keterbatasan tersendiri terkait konteks Berbeda dengan opini publik, kebanyakan
budaya. Sampel penelitian yang terikat budaya pekerja jalanan yang miskin di ruang publik
(culture bound) berdampak pada perbedaan tidak psikopatologis, tidak nakal dan tak
konteks penemuan (context discovery) dan menyalahgunakan obat terlarang. Beberapa
kontek pembenaran . studi menunjukkan bahwa anak jalanan
Meski sejumlah penelitian mengakui adanya mengembangkan strategi coping yang adekuat

168 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012


yang memungkinkan mereka berfungsi membantu anak jalanan mengarah kepada cita-
sekurang-kurangnya sama baiknya dengan citanya tersebut.
sesamanya yang miskin yang juga bekerja di
Pemahaman tentang motivasi menjadi anak
jalanan. Semisal mendapatkan celah dalam pasar
jalanan juga membantu pengambilan kebijakan
ekonomi yang memberikan pendapatan demi
dan strategi intervensi pengurangan jumlah anak
kebutuhan makan dan pakaian, mendapatkan
jalanan, terutama membantu mengembalikan
dan mengambil manfaat dari program pelayanan
anak jalanan kepada keluarga dan harmoni
terhadap mereka, mendapatkan informasi yang
keluarga sebagai lingkungan psikososial yang
kondusif sekaligus sebagai faktor protektif
sehat, membentuk hubungan akrab dengan
ketangguhan (resiliensi) yang mengeliminasi
teman sebaya, memelihara bentuk hubungan
faktor-faktor resiko yang dihadapi anak jalanan.
dengan keluarga atau asal muasal.
Motivasi menjadi anak jalanan yang umumnya
PENUTUP disebabkan disharmoni dan disintegrasi
keluarga dapat dikurangi melalui intervensi
Hasil sintesis penelitian selektif ini
terhadap relasi anak-keluarga. Demikian juga
menemukan enam tema yang saling mendukung
motivasi ekonomik dapat ditanggulangi melalui
diperoleh untuk mendapatkan pemahaman yang
program tertentu yang sesuai semisal program
lebih komprehensif tentang dimensi psikososial
keluarga harapan dan program pemberdayaan
anak jalanan. Temuan ini dapat dimanfaatkan
ekonomi keluarga miskin.
dalam bentuk yang terintegrasi untuk membantu
implementasi program pelayanan, transisi, dan Secara khusus kepada Kementerian Sosial
pengurangan jumlah anak di jalanan sekaligus R.I., sebagai implementasi dari Inpres No. 1
berkontribusi terhadap perumusan kebijakan Tahun 2010 dan Keputusan Menteri Sosial
terkait penyandang masalah sosial di jalanan No. 15 Tahun 2010, penelitian ini diharapkan
perkotaan. Misalnya, pemahaman yang berkontribusi bagi penyusunan strategi,
memadai tentang well-being, modal psikologis cetak biru (blue print) dan model yang lebih
(psychological capital), dan modal sosial (social komprehensif bagi penanganan dan pengentasan
capital) pada anak jalanan dapat membantu anak jalanan, yakni berbasis ekologis dan
mendorong ketangguhan (resiliensi) pada anak psikologi komunitas yang mempertimbangkan
jalanan dalam menghadapi berbagai resiko dengan sangat cermat perspektif psikososial
yang ada dan stress kehidupan yang dialami termasuk melibatkan pendamping sosial
sehingga tak menyebabkan gangguan kejiwaan berlatar belakang ilmu perilaku di luar pekerja
(psikopatologi) yang serius dan sebaliknya sosial dan kesejahteraan sosial sehingga target
dapat didorong berbagai kreativitas yang Indonesia bebas anak jalanan dapat dicapai
mengarah pada perkembangan psikologis yang dalam waktu tidak lama.
lebih optimal. Selain itu, melalui pemahaman
tentang cita-cita, aspirasi, model peran atau ***
idola anak jalanan dapat diformulasikan suatu
model pembelajaran dan strategi intervensi
dalam masa transisi untuk mengalihkan anak
jalanan menjadi non-jalanan dengan berfokus
pada berbagai pelajaran dan vokasi yang

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012 169


DAFTAR PUSTAKA Carraher, T.N., Carraher, D., & Schliemann,
Abdelgalil, S., Gurgel, R.G., Theobald, S., & A. (1985). Mathematics in the streets
Cuevas, L E. (2004). Household and and in the schools. British Journal of
family characteristics of street children Developmental Psychology, 3, 21-29
in Aracaju, Brazil. Arch Dis Child,
Coleman, J. S. (1990). Foundations of social
89:817-820
theory. Cambridge, MA: Harvard
Aptekar, A. (1991). Are Colombian street University Press
children neglected? The contributions
Conticini, A. & Hulme, D. (2006). Escaping
of ethnographic and ethnohistorical
violence, seeking freedom: Why children
approaches to the study of children.
in Bangladesh migrate to the street.
Anthropology & Education Quarterly,
Working Paper No.10. Manchester, UK:
Vol. 22, Issue 4, 326–349
Poverty Research Centre (CPRC) and
Aptekar, L. & Abebe, B. (1997). Institute of Development and Policy
the neighborhood: Street and working Management (IDPM) University of
children in the public space. Ditemukan Manchester
kembali 12 Mei 2012 dari http://cfsc.
Cooper, H., & Hedges, L.V. (1994). Research
trunky.net/_uploads/Publications/19.
Dalam
pdf
Cooper, H., & Hedges, L.V. (Eds) The
Aronson, E., Wilson, T.D., & Akert, R.M. handbook of research synthesis. (hlm.1-
(1994). Social psychology: The heart 15). New York: Russell Sage Foundation
and the mind. New York: Harper Collins
D'Abreu, R. C;Mullis, A.K & Cook, L.R.
College Publishers.
(2001). Social support and the ability
Ayuku, D.O., Devries, M.W., Arap Mengech, to adapt to life among Brazilian street
H.N.K., & Kaplan, C.D. (2004). children and non-street children. The
Temperament characteristics of street Journal of Social Psychology, Feb,
and non-street children in Eldoret, 141(1), 127-129
Kenya. African Health Sciences, Vol.
Ennew, J. (2003)
4(1): 24-30

Boakye-Boaten, A. (2006). An examination of Children, Youth and Environments


the phenomenon of street children in 13(1), Spring, Ditemukan kembali 12
selected communities in Accra (Ghana).
Disertasi (tidak diterbitkan) pada cye.
College of Education of Ohio University
Fajar Online (2012, 24 Mei). 2014, Indonesia
Canenguez, K.M. (2011). Children and Bebas Anak Jalanan. http://www.fajar.
spirituality: Understanding the meaning co.id/read-20120523201056-2014-
of spirituality of former street children indonesia-bebas-anak-jalanan
in Bolivia. Tesis (tidak diterbitkan) pada
Grossbaum, M. & Bates, G. (2002). Correlates
University of Massachusetts Boston,
of psychological well-being at mid-
ProQuest LLC UMI Number: 1494020
life: The role of generativity, agency

170 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012


and communion, and narrative themes. characteristics and caregiver
International Journal of Behavioral perspectives on street children in
Development, 26(2), 120-127 Eldoret, Kenya. Tesis (tidak diterbitkan)
pada Yale University
Hecht, T. (1998). At home in the street: Street
children of Northeast Brazil. New York: Merriman, B. & Guerin, S. (2007). Exploring the
Cambridge University Press aspirations of the Kolkatan (Calcuttan)
street children living on and off streets
Hosny, G., Maoukhia, T.M., Abd Elsalam, G., using drawings. International Journal of
& Abd Elatief, F. (2007). Environmental Psychology and Psychological Therapy,
Vol. 7, No. 2, 269-283
street children in Alexandria, Egypt.
Eastern Mediterranean Health Journal, Monteiro, C.J.M. & Dollinger, S.J. (1998).
13(6): 1438-1448 An autophotographic study of poverty,
collective orientation, and identity
Irwanto (2008). Anak yang hidup dan bekerja
among street children. The Journal of
di jalanan: Tantangan konseptual
Social Psychology, Juni; 138 (3), 403-
dan programatik. Makalah yang
406
disajikan pada Raker “Analisis Konteks
Pengembangan KTSP Pendidikan Non- National Geographic Indonesia (2011, 08
formal”, Pusat Kurikulum DepDikNas, Agustus). Jakarta Bebas Anak Jalanan.
Cisarua-Bogor, 19 Februari 2008 h tt p: / /n a ti on al g eog r a ph ic . co. i d /
berita/2011/08/2011-jakarta-bebas-
Kementerian Sosial R.I (2010). Keputusan anak-jalanan
Menteri No. 15A tahun 2010 tentang
Panduan Umum Program Kesejahteraan Richter, L. & van der Walt, M. (2003). The
Sosial Anak Psychological assessment of South
African street children. Children, Youth
Koller, S. & Raffaelli, M. (2002). Street
and Environments, 13(1), Spring, 1-19
children’s rights and well-being:
Psychological, behavioral and policy Ryff, C. D., Love, G. D., Urry, H. L., Muller, D.,
concerns. International Society for the Rosenkranz, M. A., Friedman, E. M., et
Study of Behavioural Development, No. al. (2006). Psychological well-being
2 Serial No. 38, 2-5 and ill-being: Do they have distinct
or mirrored biological correlates?
Lusk, M. (1992). Street children of Rio de Psychotherapy & Psychosomatics, 75,
Janeiro. International Social Work, 85-95
35:293-305
Scanlon, T.J., Tomkins, A., Lynch, M.A., &
McAlpine, K. (2009). Enhancing resilience in
Scanlon. F. (1998). Street children in
Tanzanian children and youth that are Latin America." British Medical Journal
separated from their families. Research 316.7144: 1596-600
Report. Tanzania: Mkombozi
Sekretariat Negara R.I (2010). Instruksi
Mercer, T. (2009). Family voices: An
Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang
ethnographic study of family

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012 171


Percepatan Pelaksanaan Prioritas mental health problems in children and
Pembangunan Nasional tahun 2010 young people. Journal of Public Mental
Health, 6:25-32
Shah, S., Graidage, G., & Valencia, J. (2005).
Youth on the streets: The importance van Rooyen, L & Hartell, C.G. (2002). Health
of social interactions on psychosocial of the street child: The relation between
well-being in an African context. life-style, immunity and HIV/AIDS-a
USA: USAID & Goerge Washington synergy of research. South African
University Journal of Education, Vol. 22(3), 188-
192
Siregar, H., Rani, Z., & Suriadi, A. (2006).
Faktor dominan anak menjadi anak Wargan, K. & Dershem, L. (2009). Don’t
jalanan di kota Medan. Jurnal Studi call me a street child: Estimation and
Pembangunan, Vol. 1, No.2, April, 22- characteristics of urban street children
31 in Georgia. Research Report. Georgia:
Save the Children, USAID, & United
Strehl, T. (2010). Street-working and street-
States Government & UNICEF.
living children in Peru: Conditions
and current interventions.” IREWOC Widjajati, H. (2009). Anak jalanan: Studi
Research Project on Street Children in kasus tentang fenomena pengamen
Peru. Leiden: lampu merah dan kebijakan
penanggulangannya. Akses, Jurnal
Sugiharto, S.T. (2008).
of Public & Business Administration
strategi pengentasannya di Bandung, Sciences, Vol.1, No.1, Mei, 26-31
Bogor dan Jakarta. Disertasi (tidak
diterbitkan) pada Sekolah Pasca Sarjana, Widodo, R.M.Y. (2000). Kebijakan
Institut Pertanian Bogor. perlindungan hukum terhadap anak
jalanan: Implementasi hak-hak dasar
Tennant, R., Goens, C., Barlow, J., Day, C. &
anak dalam rangka pengentasan anak
Stewart-Brown, S. (2007). A systematic
jalanan dari eksploitasi ekonomi. Tesis
review of reviews of interventions to
(tidak diterbitkan) pada Universitas
promote mental health and prevent
Diponegoro, Semarang

172 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012

Anda mungkin juga menyukai