Anda di halaman 1dari 14

PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

12
PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH

Oleh:
Fikriryandi Putra, Dessy Hasanah Siti A., & Eva Nuriyah Hidayat

Email:
fikriryandi@gmail.com

ABSTRAK
Tulisan ini akan menggambarkan pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan oleh Rumah Singgah.
Untuk memperoleh data tersebut tulisan ini menggunakan studi literatur yang berupa kajian
konseptual. Hasil tulisan ini melihatkan bahwa program penanganan anak jalanan telah dilakukan
yang salah satunya adalah dengan menggunakan, pendekatan Rumah Singgah. Rumah Singgah
menggunakan pendekatan centre based program dengan fungsi intervensi rehabilitatif. Meskipun
demikian Rumah Singgah juga menggunakan pendekatan community based dan street based yang
tercermin dalam beberapa program dan kegiatannya yaitu dengan melakukan pemberdayaan.
Pemberdayaan mencakup sasaran yang diharapkan untuk mengatasi permasalahan sosial anak
jalanan dengan meningkatkan kemampuan dirinya melalui pendidikan, pelatihan keterampilan dan
pendidikan moral. Hal ini diupayakan untuk bisa mendorong dan menstimulasi supaya anak jalanan
tersebut bisa mendapatkan hak untuk mendapatkan hidup yang lebih layak, perlindungan, dan bisa
menampilkan perilaku positif sesuai dengan norma dan etika yang ada di lingkungan masyarakat.
Program pemberdayaan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan anak jalanan sehingga
mempunyai pengetahuan yang meningkat, dapat mandiri sehingga anak jalanan tidak beraktivitas di
jalan lagi.

Abstract
This article will describe the empowerment of street children conducted by Open House for Street
Children. To obtain the data of this paper uses literature in the form of a conceptual study. Results
of this paper that show some programs handling street children have done that one is using, Open
House for Street Children. Open House for Street Children have some of the programs and activities
by doing empowerment. Empowerment includes the expected goals to overcome the social problems
of street children to improve themselves by education, skills training and moral education. It is
attempted to be able to encourage and stimulate so that the street children can get the right to get a
better life, protection, and can display positive behavior in accordance with the norms and ethics that
exist in society. Empowerment program intended to improve the ability of street children so as to
have an increased knowledge, can independently so that street children are not active on the road
again.
Keywords: Pemberdayaan, Anak Jalanan, Rumah Singgah

PENDAHULUAN Anak sebagai generasi penerus dan aset


bangsa, perlu mendapatkan perhatian yang

75
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

serius, karena maju mundurnya suatu negara memenuhi kebutuhan dasar mereka,
akan sangat tergantung pada generasi saat ini diantaranya faktor-faktor intermediasi seperti
dan masa yang akan datang. Karena itu harmoni keluarga, kemampuan pengasuhan
kesejahteraan anak harus dikedepankan agar anak dan langkanya dukungan keluarga pada
terlahir generasi-generasi penerus yang saat krisis keluarga dirumah.
berkualitas. Kesejahteraan anak sebagai bagian Berdasarkan data Hasil Survei Sosial
dari upaya menciptakan sumber daya manusia Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat
yang berkualitas hanya akan terwujud apabila Statistik Republik Indonesia
semua pihak dapat menghormati dan tahun 2008, menunjukkan bahwa anak jalanan
memperlakukan anak sesuai hak-haknya. secara nasional berjumlah sekitar 2,8 juta
Apabila anak tidak mendapatkan hak-haknya anak. Dua tahun kemudian, tahun 2010, angka
dan perlindungan sosial sebagai salah satu tersebut mengalami kenaikan sekitar 5,4%,
pilar bangsa, mereka akan cenderung sehingga jumlahnya menjadi 3,1 juta
mengalami masalah atau menjadi masalah. anak. Pada tahun yang sama, anak yang
Salah satu masalah anak yang masih menjadi tergolong rawan menjadi anak jalanan
perhatian di Indonesia saat ini adalah masalah berjumlah 10,3 juta anak atau 17, 6% dari
anak jalanan. Masalah anak jalanan ini populasi anak di Indonesia, yaitu 58,7 juta
dipandang sebagai masalah yang memberi anak (Soewignyo, 2010).
pandangan negatif terhadap pembangunan.
Keberadaan mereka tidak jarang dijadikan Hidup dan berada di jalanan bukanlah
indikator kemelaratan dan krisis nilai-nilai tempat yang layak untuk membantu tumbuh
sosial Aep (2001:5). kembang anak secara optimal karena resiko
eksploitasi dan ancaman kekerasan merupakan
Pada dasarnya anak jalanan adalah dua hal yang terkadang sekaligus dialami dan
kelompok anak yang menghadapi banyak terpaksa dirasakan oleh anak jalanan. Sehingga
masalah Mulandar (1996:153). Menurut resiko tinggal atau hidup dijalan akan melekat
UNICEF Anak jalanan merupakan anak-anak pada diri anak dan anak menjadi tidak
yang berumur di bawah 16 tahun yang sudah mempunyai keterampilan di sektor lain, tidak
melepaskan diri dari keluarga, sekolah, dan memiliki identitas diri dengan sempurna,
lingkungan masyarakat terdekat, larut dalam internalisasi perilaku, traumatized dan
kehidupan yang berpindah-pindah di jalan stigamatized serta reproduksi kekerasan
raya. Akan tetapi tidak semua anak jalanan (Handayani, 1999).
tidak memiliki hubungan dengan orang tua.
Menurut UNICEF (1986) yang dikutip oleh Anak jalanan memiliki banyak
Lusk dalam Journal of Sociology & Social pengalaman yang berasal dari budaya keras
Welfare (1989:59) anak jalanan di bagi 3 dan tidak semuanya diterima oleh masyarakat.
kategori: Anak yang mempunyai resiko tinggi Oleh karena itu, perlu ada pendekatan dan
(children at high risk), Anak yang bekerja di penanganan dalam membantu
jalan (children on the street) dan anak yang mengembangkan proses berfikir mereka,
hidup di jalan (children of the street). mengajarkan begaimana membangun
hubungan antara masa lalu, masa sekarang dan
Laporan Yayasan Kesejahteraan Anak masa depan, dengan mengarahkan mereka
Indonesia (2004) memberikan bahwa kepada pola-pola perilaku yang dapat diterima
fenomena anak jalanan semakin meningkat masyarakat. Salah satu kebutuhan dasar yang
baik segi kualitas maupun kuantintitas. harus dipenuhi agar anak mengalami proses
Permasalahan yang dialami anak jalan tumbuh kembang optimal adalah kebutuhan
berbagai macam seperti tindak kekerasan baik stimulasi atau pendidikan yang mempengaruhi
fisik, psikis ekonomi, maupun kekerasan proses berfikir, berbahasa, sosialisasi dan
sosial. Kebanyakan kekerasan akibat dari kemandirian seoarang anak Hurlock
ketidak maupuan orang tua yang tidak dapat (1978:257) dan menurut Suharto (1997:363)

76
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

sejak dini mereka perlu pendidikan dan menekankan pada proses menyelimuti,
sosialisasi dasar, pengajaran tanggung jawab mendorong atau memotivasi agar individu
sosial, peran-peran sosial dan keterampilan mempunyai kemampuan atau keberdayaan
dasar agar menjadi warga masyarakat yang untuk menentukan apa yang menjadi pilihan
bermanfaat. hidupnya. Hal ini sejalan dengan tujuan
pemberdayaan bagi anak jalanan yakni tidak
Penanganan masalah anak jalanan
hanya sekedar memenuhi kebutuhan atau hak
sangat penting untuk dilakukan dan
anak jalanan yang terampas karena berkeliaran
diperhatikan, disamping hak anak untuk
dijalan, tetapi juga ingin menanamkan
mendapatkan pelayanan kesejahteraan yang
penguasaan hak dan memberi peluang agar
telah dilindungi oleh undang-undang, juga
potensi setiap anak dapat teridentifikasi
untuk menghindari dampak negatif apabila
kemudian dikembangkan. Tujuan tersebut
masalah anak marjinal ini tidak dapat
antara lain untuk mengembalikan rasa percaya
terpecahkan. Kita harus menyadari bahwa
diri dan rasa aman, membuka wacana pada
terhambatnya pemenuhan hak-hak anak
masalah yang dihadapi anak, kemapuan
terutama pada anak jalanan akan berdampak
bertahan hidup, serta pembekalan diri untuk
pada kelangsungan hidup anak itu sendiri,
masa depan Indrasari Tjandraningsih (1996:3)
bangsa dan negara Indonesia.
Maka pemberdayaan anak jalanan ini
Saat ini pemerintah maupun
adalah suatu proses pemberian kemampuan
masyarakat banyak memberikan perhatian
yang berupaya agar anak jalanan dapat
yang cukup tinggi, yaitu dengan dilihat dengan
memotivasi, mendorong dirinya guna
munculnya organisasi sosial yang telah banyak
memperoleh daya dan memaksimalkan daya
memberikan program-program yang
yang ia miliki untuk menentukan tindakan,
membantu memenuhi kebutuhan anak jalanan
termasuk mengurangi efek negatif atau
dan mewujudkan kesejahteraan anak jalanan.
hambatan yang ada di dalam dirinya dan
Oleh karena itu, model pertolongan terhadap
lingkugannya. Dengan kegiatan peningkatan
anak jalan bukan sekedar menghapus anak-
kualitas anak jalanan melalui pemberian
anak dari jalanan, melainkan harus bisa
pendidikan, pelatihan dan belajar usaha agar
meningkatkan kualitas hidup sekurang-
mereka menjadi warga masyarakat yang
kurangnya melindungi mereka dari situasi
produktif. Hal ini dapat diumpamakan dengan
yang eksploitatif dan membahayakan.
memberi kail kepada anak jalanan dengan
Mengacu pada prinsip-prinsip profesi
harapan ketika, ikan yang dikonsumsi anak
pekerjaan sosial yakni salah satunya adalah
jalanan habis, anak jalan ini akan kembali
konsep pemberdayaan yang dimana
berusaha mengailnya sendiri karena mereka
dikemukakan oleh Hogan (2000:13) yang
punya cara sendiri untuk hal itu. Dengan
mengutip dari pandangan Rotter (1966),
demikian, pemberdayaan anak jalanan ini
Selignan (1975), dan Hopson dan Scally
menjadi sangat startegis karena dapat
(1995) dalam Adi (2008:212) yang melihat
menyelamatkan anak jalanan dengan
proses pemberdayaan individu sebagai suatu
mencegah berbagai masalah lain, baik dalam
proses yang relatif terus berjalan sepanjang
menghindari eksploitasi dalam pekerjaan
usia manusia yang diperoleh dari pengalaman
maupun masalah dalam penampilan perilaku.
individu tersebut dan bukannya suatu proses
yang berhenti pada suatu masa saja. Di Indonesia, kepedulian terhadap
kesejahteraan anak sebagai bagian dari upaya
Proses pemberdayaan mengandung
peningkatan kualitas sumber daya manusia
dua kecenderungan, pertama yang
telah lama menjadi komitmen. Hal itu
menekankan pada proses pemberian atau
diantaranya ditunjukan dalam UUD 1945 pasal
pengalihan sebagian kekuasaan, kekuatan atau
34, yang menyebutkan bahwa “Fakir miskin
kemampuan kepada masyarakat agar individu
dan anak terlantar dipelihara oleh negara”.
lebih berdaya. Kedua, kecenderungan yang

77
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

Pemerintah juga telah mengeluarkan UU No.4 berdasarkan jenis pekerjaan yang


tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan dilakukannya. Mereka sering disebut sebagai
UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan pengamen, pemulung, pendagang asongan,
anak. Melihat Undang-undang tersebut yang pengemis, penjual koran, pengojek payung,
terdapat adanya jaminan atas hak anak, penyemir sepatu, tukang parkir, pembersih
penanganan masalah anak jalanan sangat mobil, joki dan lain sebagainya. Pemberian
penting untuk dilakukan dan diperhatikan, definisi terhadap anak jalanan yang berbeda-
disamping hak anak untuk mendapatkan beda ini ternyata terjadi tidak hanya di
pelayanan kesejahteraan yang telah dilindungi kalangan individu tetapi juga di kalangan
oleh undang-undang, juga untuk menghindari aktivis lembaga swadaya masyarakat maupun
dampak negatif apabila masalah anak marjinal oleh negara. Pendefinisian anak jalanan
ini tidak dapat terpecahkan. dengan mudah dapat berbeda-beda.
Departemen Sosial RI bekerja sama United Nation Children’s Fund
dengan UNDP (United Nation United (UNICEF) dalam Bakhrul (2003:18)
Programe) dalam proyek INS/94/007 mengemukakan definisi dari anak jalanan
pembuatan Rumah Singgah (Departemen adalah sebagai berikut:
Sosial,1997:31) model Rumah Singgah (Open “Anak jalanan merupakan anak-anak
House For Street Children), secara konseptual yang berumur di bawah 16 tahun yang
menggunakan metode dan teknik yang sudah melepaskan diri dari keluarga,
meliputi street based, centre based, community sekolah, dan lingkungan masyarakat
based, bimbingan sosial dan pemberdayaan terdekat, larut dalam kehidupan yang
(Depsos RI, 1999 : 2) Model tersebut yang berpindah-pindah di jalan raya.”
dapat dikatakan Rumah Singgah merupakan
salah satu alternatif startegi penanganan anak Dari definisi ini menunjukkan pada anak-anak
jalanan yang dimana didalamnya telah masuk yang telah meninggalkan rumah dan juga telah
pemberdayaan anak jalanan pada aspek meninggalkan sekolah sebelum usia 16 tahun
pendidikan, kesehatan, ekonomi, kesenian dan dan hidup tidak menetap di jalanan. Anak jalan
agama. Secara umum tujuan dibentuknya ini bisa masih mempunyai ikatan dengan
Rumah Singgah adalah membantu anak jalan keluarganya atau sudah mempunyai sudah
dalam mengatasi masalah-masalah dan tidak mempunyai ikatan dengan keluarganya.
menemukan altrenatif untuk pemenuhan Menurut UNICEF (1986) yang dikutip
hidupnya (Armai Arif, 2002:1). oleh Lusk dalam Journal of Sociology & Social
Rumah Singgah merupakan suatu Welfare (1989:59) menyebutkan bahwa:
wahana yang dipersiapkan sebagai perantara “kelompok remaja terbagi dalam tiga kategori:
antara anak jalanan dengan pihak yang akan anak dalam resiko tinggi, anak yang berkerja
membantu mereka kegiatan, pelaksanaan dijalan dan anak yang hidup di jalan”. Anak
penanganan masalah anak jalanan melalui yang mempunyai resiko tinggi (children at
Rumah Singgah. Dengan demikian tulisan ini high risk) adalah anak yang mempunyai resiko
ingin menggambarkan pemberdayaan anak tinggi untuk menjadi anak jalanan. Mereka
jalanan melalui Rumah Singgah. belum menjadi anak jalanan, murni, tetapi
masih tinggal dengan orang tuanya.
Kerentanan ini bisa dilihat juga dari kondisi
HASIL DAN PEMBAHASAN ekonomi orang tuanya yang rentan, sehingga
suatau saat anak tersebut bisa menjadi anak
Anak jalanan
jalanan. Anak-anak seperti ini hidup di
Anak jalanan adalah sebuah realitas yang lingkungan kemiskinan absolut atau di daerah
menjadi bagian dari pemandangan kehidupan slum.
perkotaan yang secara awam, masyarakat
sering mendefinisikan anak jalanan

78
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

Anak yang berkerja di jalan (children lingkungan kota yang keras dan kadang
on the street) yaitu mereka yang menghabiskan tidak bersahabat.”
sebagian besar waktunya di jalanan atau Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
ditempat-tempat umum lainnya untuk bekerja anak jalanan adalah anak yang berusia 7-16
dan penghasilannya digunakan untuk tahun yang menggunakan sebagian waktunya
membantu keluarganya. Anak-anak tersebut dijalan untuk bermain maupun bekerja.
mempunyai kegiatan ekonomi (sebagai Mereka adalah anak-anak yang yang tinggal
pekerja anak) di jalan adan masih mempunyai bersama orang tua dan keluarga yang hidup di
hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. jalanan, tinggal terpisah dengan orang tuanya,
sebagain penghasilan mereka di jalan diterlantarkan, memutuskan hubungan dengan
diberikan kepada orang tuanya. lari dari keluarga mereka. Sebagian anak
Anak-anak yang hidup di jalan jalanan juga terkadang mendapatkan perlakuan
(children of the street) adalah mereka yang yang tidak sesuai dimasyarakat, dengan
menghabiskan sebagian besar waktunya di diperlakukan sebagai kelompok tersisihkan
jalanan atau di tempat-tempat umum lainnya, dan marjinal di perkotaan dan dieksploitasi
tetapi hanya sedikit waktu yang digunakan oleh oknum-oknum di masyarakat. Hal ini
untuk bekerja. Mereka jarang berhubungan menyebabkan anak jalanan rentan karena harus
dengan keluarganya. Beberapa diantara menanggung resiko-resiko berhadapan dengan
mereka tidak memiliki rumah tinggal lingkungan kota.
(homeless), mereka hidup di sembarang
tempat. Banyak diantara mereka adalah anak-
anak yang karena suatu sebab lari atau pergi Faktor-faktor Yang mempengaruhi
dari rumah. Anak-anak ini sangat rawan munculnya anak jalanan
terhadapp perlakuan salah baik secara Anak jalanan yang ada di perkotaan tidak
emosional, fisik, maupun seksual. Biasanya hanya muncul begitu saja tanpa adanya faktor-
perlakuan salah ini datan dari mereka yang faktor yang mempengaruhinya. Sudrajat
lebih dewasa. (1996:154) mengemukakan penyebab
Hakekatnya pengertian tentang anak munculnya anak jalanan meliputi tingkat
jalanan ini menunjukan bahwa kenyataannya mikro, mezzo dan makro, yang dapat diuraikan
anak jalanan diperlakukan tidak seperti sebagai berikut:
konsep-konsep yang dikemukakan di 1) Tingkat mikro (immediate causes)
atas.banyak permasalahan anak jalanan yang
terjadi pada kehidupan sesugguhnya yang Yakni faktor yang berhubungan dengan
menyebabkan anak jalanan merupakan anak dan keluarganya seperti lari dari
generasi yang hilang, yaitu suatu generasi yang keluarga, dipaksa bekerja, berpetualang,
keberadaannya tidak mendapatkan perhatian, diajak temen, kemiskinan keluarga, ditolak
sehingga jaminan akan hidup yang layak tidak atau kekerasan atau terpisah dari orang tua.
didapatkan sebagaimana seorang anak. Seperti 2) Tingkat Mezzo (underlying causes)
apa yang dikatakan Suyoto (2010:185)
mendefinisikan anak jalanan yang lebih Yakni faktor di masyarakat seperti
menitikberatkan kepada hal-hal yang dihadapi kebiasan mengajarkan untuk bekerja
oleh anak jalanan, dengan mendefiniskan: sehingga suatu saat menjadi keharusan dan
kemudian meninggalkan sekolah,
“Anak jalanan adalah anak-anak yang kebiasaan pergi ke kota untuk mencari
tersisihkan, marjinal dan teralienasi pekerjaan karena keterbatasan kemampuan
dari perlakuan kasih sayang karena di daerahnya.
kebanyakan dalam usia yang relatif
dini sudah harus berhadapan dengan 3) Tingkat makro (basic causes)

79
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

Yakni faktor yang berhubungan dengan akses, meski telah dirujuk ke lembaga
struktur makro, seperti peluang pekerjaan manapun. .
pada sektor informal yang tidak terlalu Umumnya tipe pendekatan yang
membutuhkan modal dan keahlian yang digunakan oleh LSM (Lembaga Swadaya
besar, urbanisasi, biaya pendidikan yang Masyarakat) untuk mecapai tujuan diatas dan
tinggi dan perilaku guru yang menangani anak jalanan menurut Lusk yang
diskriminatif, belum adanya kesamaan dikutip Sudrajat dalam Mulandar (1996:156-
persepsi instansi pemerintah terhadap anak 158) adalah dengan melakukan beberapa
jalanan. pendekatan, antara lain sebagai berikut:
1) Street Based
Strategi Pemberdayaan Anak Jalanan
Merupakan penganan di jalan atau tempat-
Pemberdayaan merupakan terjemahan dari tempat anak jalanan berada, kemudian
bahasa inggris yaitu “empowerment” yang para street educator datang kepada mereka,
secara harafiah berarti “pemberkuasaan”. berdialog, mendampingi mereka bekerja,
Pemberkuasaan itu sendiri dapat dipahami memahami dan menerima situasinya serta
sebagai upaya memberikan atau meningkatkan menempatkan diri sebagai teman. Dalam
kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah beberapa jam, anak-anak diberikan materi
atau kurang beruntung (disadvantaged). pendidikan dan keterampilan, di samping
Pemberdayaan merupakan upaya untuk itu anak jalanan memperoleh kehangatan
membangun eksistensi seseorang dalam hubungan dan perhatian yang bisa
kehidupan dengan memberi dorongan agar menumbuhkan kepercayaan satu sama lain
memiliki kemampuan. yang berguna bagi pencapaian tujuan
intervensi.
Model penanganan dan pemberdayaan anak
jalanan sangat penting diperhatikan karena 2) Centre Based
model penanganan anak jalanan disesuaikan Pendekatan ini merupakan penanganan di
menurut kondisi anak jalanan yang beragam. lembaga atau panti. Anak-anak yang
Model-model yang diterapkan untuk jalan masuk dalam program ini di tampung dan
tidak lepas juga dari pengaruh visi dan misi diberikan pelayanan di lembaga atau panti
lembaga. Tata Sudrajat dalam Mulandar
seperti pada malam hari diberikan
(1996:156) menjelaskan secara umum terdapat makanan dan perlindungan, serta
dua tujuan dalam penanganan anak jalanan, perlakukan yang hangat dan bersahabat
yakni: dari pekerja sosial. pada panti yang
1) Melepaskan anak jalanan untuk permanen disedikan pelayanan
dikembalikan kepada keluarga asli, pendidikan, keterampilan, kebutuhan
keluarga pengganti, ataupun panti. dasar, kesehatan, kesenian, dan pekerjaan.
Dalam penanganan di lembaga atau di
2) Penguatan anak di jalan dengan
panti terdapat beberapa jenis atau model
memberikan alternatif pekerjaan
penampungan yang bersifat sementara
dan keterampilan.
(drop in centre) dan tetap (residential
Kedua tujuan tersebut tampak saling centre) untuk anak jalanan yang masih
melengkapi, yakni memperkuat anak di jalan bolak balik ke jalan biasanya dimasukan
kemudian mencarikan peluang untuk ke dalam drop in centre, sedangkan untuk
mengembalikan anak kepada keluarganya. anak-anak yang sudah benar-benar
Akan tetapi, dalam prakteknya tidak mustahil meninggalkan jalanan akan di tempatkan
ditemukan kembalikannya, anak yang tidak di residential centre.
bisa dikembalikan karena telah kehilangan
3) Community Based

80
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

Di dalam community based penanganan bertujuan meningkatkan kemampuan


melibatkan seluruh potensi masyarakat, keluarga dan masyarakat agar sanggup
utamanya keluarga atau orang tua anak melindungi, mengasuh dan memenuhi
jalanan. Pendekatan ini bersifat preventif, kebutuhan anak-anaknya.
yakni mencegah anak-anak turun ke jalan. Bila pendeketan program/strategi di
Keluarga diberikan kegiatan penyuluhan atas dihubungkan dengan tipologi anak jalan,
pengasuhan anak dan peningkatan taraf maka akan tampak pada tabel 2.1. Dari tabel
hidup, sementara anak-anak diberi 2.1 ini juga diketahui fungsi intervensi lebih
kesempatan memperoleh pendidikan dari satu, namun yang ditulis merupakan
formal maupun informal, pengisian waktu fungsi utama.
luang dan kegiatan lainnya. Pendekatan ini
Tabel 1
Pendekatan dan Penanganan Anak Jalanan
Pendidikan
Pengelompokan Anak Jalanan Fungsi Intervensi
Program/Strategi
Anak yang masih Community based Preventif
berhubungan/tinggal dengan orang tua
Anak yang masih ada hubungan Street Based Perlindungan
dengan keluarga tetapi jarang
berhubungan/tinggal dengan orang tua
Anak tersisih/putus hubungan dengan Centre Based Rehabilitasi
keluarga/orang tua
Sumber: Mulandar (2010:159)

Pendampingan dalam Pemberdayaan Anak dengan sistem sumber ataupun kelembagaan


Jalanan setempat.
Sudah semakin banyaknya program-program Perlunya pendampingan dalam usaha
pemberdayaan pada bidang kesejahteraan menyelesaikan masalah anak jalanan
sosial beberapa tahun belakangan ini, sudah didasarkan pada sebuah asumsi bahwa anak
juga melazimkan penggunan “pendampingan” jalanan merupakan penyandang masalah yang
untuk menyebut upaya-upaya pekerja sosial kompleks. Sehingga pemberdayaan yang
dalam melaksanakan tugasnya meningkatkan dilakukan tak ubahnya sebagai upaya
taraf kesejahteraan bagi individu, kelompok membantu mereka dalam mengatasi masalah-
atau masyarakat yang mengalami masalahnya serta menemukan alternatif untuk
ketidakberdayaan dan ketidakberfungsian pemenuhan kebutuhan hidupnya (Departemen
sosial. Sosial RI, 1999:5.) oleh karena itu, Ife
(1997:201) menyarankan bahwa kegiatan
Menurut Midgley (1997:117) untuk
pendampingan harus dilaksanakan secara
melaksanakan tugas tersebut harus dilakukan
generalis. Untuk itu pula seorang pendamping
oleh para profesional tenaga terlatih yang
harus mampu memerankan tugas dan
berasal dari luar komunitasnya. Meskipun
fungsinya sebagai berikut:
demikian dimungkinkan juga menggunakan
tenaga dari petugas-petugas lokal dalam a) Fasilitative Roles
rangka memobilisasi partisipasi lokal, Sebagai fasilitator seorang
mengorganisir kegiatan serta menghubungkan
pendamping harus mampu merangsang

81
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

dan mendukung kemajuan individu menciptakan Rumah Singgah sebagai tempatt


atau komutas yang didampingi. yang aman, nyaman, menarik dan
menyenangkan bagi anak jalanan.
b) Education Roles
Tujuan Rumah Singgah adalah
Dalam menjalankan peran ini seorang
membantu anak jalan mengatasi masalah-
pendamping harus secara aktif
masalahnya dan menemukan alternatif untuk
memberikan berbagai masukan yang
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedangkan
positif serta direktif sebagai bagian dari
tujuan khususnya adalah:
pengalaman-pengalamannya.
a) Membentuk kembali sikap dan
c) Representational Roles
perilaku anak yang sesuai dengan nilai
Dalam kerangka pelaksanaan ini dan norma yang berlaku di masyarakat.
seorang pendamping berinteraksi
b) Mengupayakan anak-anak kembali ke
dengan lembaga-lembaga eksternal
rumah jika memungkinkan atau ke
atas nama individu ataupun masyarakat
panti dan lembaga pengganti lainnya
untuk kepentingan dampingannya.
jika diperlukan.
d) Technical Roles
c) Memberikan berbagai alternatif
Peran teknis lebih mengacu pada pelayanan untuk pemenuhan
aplikasi keterampilan yang bersifat kebutuhan anak dan menyiapkan masa
teknis. Dalam peran ini pendamping depannya sehingga menjadi warga
dituntut tidak hanya mampu masyarakat yang produktif.
mengorganisir kelompok, tetapi juga
Menyiapkan masa depannya sehingga menjadi
tugas-tugas teknis seperi pengumpulan
warga masyarakat yang produktif. Rumah
dan analisis data, penggunaan
Singgah memiliki fungsi sebagai berikut:
peralatan penunjang, pengelolaan
administrasi maupun pengendalian 1. Fasilitatornya (perantara dengan
keuangan. keluarga/lembaga lain)
Rumah Singgah merupakan perantara anak
jalanan dengan keluarga, panti, keluarga
Rumah Singgah
pengganti, dan lembaga lainnya. Anak
Perhatian khusus pemerintah terhadap jalanan diharapkan tidak terus menerus
anak jalanan baru muncul sekitar tahun 1998, bergantung kepada Rumah Singgah
yaitu dengan mendirikan Rumah Singgah bagi melainkan dapat memperoleh kehidupan
anak jalalanan. Pembentukan Rumah Singgah yang lebih baik melalui atau setelah proses
merupakan upaya pelayanan kesejahteraan yang dijalaninnya.
sosial terhadap anak jalanan yang di landasi
2. Kuratif-Rehabilitatif (mengembalikan dan
oleh UUD 1945 pasal 34. Rumah Singgah
menanamkan fungsi sosial bagi anak).
sendiri menurut Departemen Sosial
didefinisikan sebagai suatu wahanan yang Dalam fungsi ini, para pekerja sosial
akan dipersiapkan sebagai perantara antara diharapkan mampu mengatasi
anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan permasalahan anak jalanan dan
membantu mereka mereka. Rumah Singgah membetulkan sikap dan perilaku sehari-
merupakan proses informal yang memberikan hari yang akhirnya akan mampu
suasana resoalisasi anak jalanan terhadap menumbuhkan keberfungsian sosialan
sistem nilai dan norma yang berlaku di anak. cara-cara atau intervensi profesional
masyarakat. Rumah Singgah merupakan tahap dilakukan untuk fungsi ini termasuk
awal bagi seorang anak untuk memperoleh menggunakan konselor yang sesuai dengan
pelayanan selanjutnya, oleh karenanya penting masalahnya.

82
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

3. Perlindungan 3) Terbuka 24 jam


Rumah Singgah dipandang sebagai tempat Rumah Singgah terbuka 24 jam bagi anak.
anak berlindung dari mereka boleh datang kapan saja, siang hari
kekerasan/penyalahgunaan seks, ekonomi, maupun malam hari terutama bagi anak
dan bentuk-bentuk yang terjadi dijalanan. jalanan yang baru mengenal Rumah
Singgah. Para pekerja sosial siap
4. Pusat informasi
dikondikan untuk menerima anak dalam 24
Rumah Singgah menyediakan informasi jam tersebut.
berbagai hal yang berkaitan dengan
4) Hubungan Informal (kekeluargaan)
kepentingan anak jalanan seperti data dan
informasi tentang anak jalanan, bursa Hubungan-hubungan yang terjadi di Rumah
kerja, pendidikan, kursus keterampilan dan Singgah bersifat informal seperti
lain-lain. perkawanan atau kekeluargaan. Anak
jalanan dibimbing untuk merasa sebagai
5. Akses terhadap pelayanan
anggota keluarga besar dimana para pekerja
Sebagai persinggahan, Rumah Singgah sosial berperan sebagai teman,
menyediakan akses kepada berbagai pelayanan saudara/kakak atau orang tua.
sosial. Pekerja Sosial membantu anak
5) Bebas untuk apa saja bagi anak
mencapai pelayanan tersebut.
Di dalam Rumah Singgah anak jalan
1) Lokasi Rumah Singgah berada di
dibebaskan untuk melakukan apa saja,
tengah-tengah lingkungan masyarakat
seperti tidur, bermain, bercanda,
sebagai upaya mengenalkan kembali
bercengkrama, mandi dan sebagainya.
norma, situasi, dan kehidupan
Meskipun demikian, perilaku yang negatif
bermasyarakat bagi anak jalanan. Pada
seperti perjudian, merokok, minuman keras
sisi lain mengarah pada pengakuan,
dan sejenisnya dilarang. Peraturan dibuat
tanggung jawab, dan upaya
dan disepakati oleh anak-anak.
masyarakat terhadap penanganan
masalah anak jalanan ini. 6) Persinggahan dari jalanan ke rumah atau ke
alternatif lain
2) Pusat rujukan, Dalam fungsi ini
Rumah Singgah menjadi rujukan bagi
anak jalanan terhadap kebutuahn dan Pengertian singgah sebagai berikut:
masalah yang tidak terpenuhi di
jalanan. a. Anak jalanan boleh tinggal sementara
untuk tujuan perlindungan. Biasanya
dihadapi oleh anak yang hidup di jalanan
Prinsip-prinsip Rumah Singgah yang tidak mempunyai tempat tinggal.
1) Semi Institusional b. Pada saat tinggal sementara mereka akan
memperoleh intervensi yang instensif dari
Dalam bentuk ini anak jalanan sebagai
pekerja sosial
penerima pelayanan boleh bebas keluar
masuk, baik untuk tinggal sementara c. Anak jalanan datang sewaktu-waktu untuk
maupun hanya mengikuti kegiatan. bercakap-cakap, istirahat, bermain,
mengikuti kegiatan dan lain-lainnya.
2) Pusat kegiatan
d. Rumah Singgah tidak memperkenalkan
Rumah Singgah merupakan tempat
anak jalanan yang tinggal selamanya,
kegiatan, pusat informasi, dan akses bagi
misalkan karena tidak bayar.
seluruh kegiatan baik yang dilakukan di
dalam maupun di luar Rumah Singgah. e. Anak jalanan yang masih tinggal dengan
orang tua saudaranya atau sudah

83
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

mempunyai tempat tinggal tetap sendirian


maupun berkelompok tidak diperkenalkan Pengalaman Rumah Singgah Anak Jalanan
tinggal menetap di Rumah Singgah, YKAI
kecuali ada beberapa situasi yang bersifat
darurat. Rumah Singgah Anak Jalanan (RSAJ)
merupakan penanganan anak jalanan yang
7) Partisipasi dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan Anak
Kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Indonesia (YKAI). Perhatian YKAI terhadap
Singgah didasarkan pada prinsip partisipasi anak jalanan telah dimulai sejak tahun 1989
dan kebersamaan. Pekerja sosial dengan anak melalui berbagai kajian penelitian, penerbitan
jalanan memahami masalah, merencanakan, buletin maupun forum ilmiah. RSAJ
dan merumuskan kegiatan. Dengan cara ini merupakan lembaga semi institusional (semi
anak dilatih belajar mengatasi masalahnya dan panti), bentuknya berbeda dengan sistem panti
merasa memiliki atau memikirkan kegiatan- dan non panti. Program semi institutional
kegiatan yang dilaksanakan. bersifat terbuka (open house) selama 24 jam
untuk anak jalanan. Anak-anak tidak diikat
8) Berlajar Bermasyarakat
secara formal dan mereka bebas masuk RSAJ
Anak jalanan seringkali menunjukan sikap dan kapan pun mereka mau. Meski semi
perilaku yang berbeda dengan norma instutional, RSAJ dapat dipandang sebagai
masyarakat. Rumah Singgah ditempatkan di centre based, yakni suatu lembaga/panti yang
tengah-tengah masyarakat agar mereka dikelola secara fleksibel menuruti keadaan
kembali belajar norma dan menunjukan sikap anak jalanan. RSAJ memang kecil dan hanya
dan perilaku normatif. bisa menampung sekitar 10 anak, namun
Dalam rangka mencapai tujuan serta pelayanan yang diberikan kepada anak-anak
mendukung fungsi penanganan anak jalanan yang tinggal di RSAJ lebih intensif. Di Rumah
melalui pendekatan Rumah Singgah didukung Singgah ini anak-anak bagai suatu keluarga,
dengan program pemberdayaan, dalam hal ini karena pekerja sosial yang menangani mereka
ditempuh berbagai metode agar anak jalanan bertindak sebagai orang tua peganti.
mengubah keadaan hidupnya seperti Akan tetrapi, disadari RSAJ
menggunakan pelatihan keterampilan, modal mempunyai keterbatasan pekerja sosial dan
untuk kegiatan ekonomi, pendidikan dan juga anak jalanan sendiri masih mempunyai
disamping melayani anak, Rumah Singgah keluarga, maka RSAJ hanya bertindak sebagai
juga melayani orang tua anak, dikarenakan jembatan antara anak dan keluarganya atau
anak jalanan salah satunya muncul oleh berupa drop-in centre. Dengan fungsi referal,
kemiskinan dan ketidak harmonisan dalam seperti merujuk kepada keluarga asli, keluarga
keluarga. panti, panti atau bersama teman-temannya.
Dengan melihat uraian diatas maka Rumah Dengan demikian RSAJ menggunakan
Singgah merupakan lembaga pendidikan luar pendekatan melalui anak dan keluarga secara
sekolah yang memiliki peranan penting bagi sekaligus.
kehidupan anak-anak jalanan, terutama jika Pencapaian tujuan pelepasan anak dari
dijalankan sesuai dengan fungsinya. Rumah jalan ternyata bukan pekerjaan mudah, bahkan
Singgah merupakan upaya agar hak-hak dari ada kelompok anak yang tidak bisa dirujuk ke
anak jalan dapat terpenuh, yang akan manapun, termasuk juga anak-anak jalanan
mendorong kelancaran proses tumbuh yang memang sudah tidak tinggal dengan
kembang, dengan harapan dapat orang tuanya serta berkelompok
mengembalikan anak-anak jalanan itu kembali mengontontrak bersama-sama. Proses
pada kehidupan normal seperti anak-anak lain pelepasan pada kasus ini sangat bervariasi, dari
dan meminimalkan waktu anak dijalan.

84
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

yang bisa dicapai beberapa hari sampai Kegiatan ini merupakan penjabaran dari
berbulan-bulan. pendekatan keluarga. Home visit dilakukan
kepada semua keluarga anak jalanan,
Dengan pola demikian, RSAJ sendiri
utamanya anak jalanan yang sudah kembali ke
dikembangkan dengan tujuan agar:
orang tuanya. Kegiatan ini terbagi empat
1) Anak mempunyai cara hidup yang sehat dan kegiatan, yakni: 1. Kunjungan keluarga, 2.
normatif Mengirim surat, 3. Datang ke RSAJ dan 4.
2) Anak mempunyai pengetahuan dan Meneriman surat. Dalam setiap kunjungan
keterampilan dilakukan bimbingan pengasuhan anak kepada
orang tua dan mengidentifikasi anak yang
3) Anak dapat menghindarkan diri dari sudah pulang. Dalam perkermbangannya,
pengaruh negatif jalanan. kepada orang tua anak diberikan pula pinjaman
Dengan demikian maka selama anak dalam uang. Pinjaman ini digunakan untuk masalah
proses pemulangan di RSAJ, anak-anak sehari-hari atau income generating.
dibekali materi sesuai dengan tujuan di atas, Dari uraian diatas terlihat bahwa RSAJ
sehingga apabila seorang anak tidak lepas dari bertumpu pada pengasuhan anak dan
jalan, ia akan tetap survive hidup di jalanan. kelurganya, selain itu RSAJ juga mengarahkan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk anak binaan dan keluarganya agar dapat
mencapai tujuan RSAJ dan sesuai dengan mandiri, berusaha bisa mengatasi masalah
bentuk lembaga, fungsinya, pendekatan yang secara benar dan pemenuhan hidup sehari-hari.
kemudian di lakukan adalah: Untuk mencapai tujuannya, beberapa
1) Bimbingan sosial hambatan sering kali terjadi. hambatan
tersebut antara lain:
Bimbingan sosial merupakan kegiatan
membantu anak untuk mengatasi masalah 1) Keterbatasan pekerja sosial yang hanya
sehari-hari, baik dalam lingkungan jalanan, dua orang, tidak maksimal melaksanakan
pekerjaan, keluarga maupun masalah pribadi. kegiatan.
Anak-anakdi tangani secaar satu persatu 2) Anak binaan yang menyebar di luar
dengan pendekatan case by case (social case Jakarta sehingga sulit memonitor
work). Selain itu anak-anak yang mempunyai
kesamaan masalah dikelompokan melalui 3) Beberapa anak sangat mobile: sehingga
metoda social grup work. Kegiatan ini untuk tidak mudah untuk dilayani. Tata Sudrajat
mengarahkan anak agar mempunyai (1996:159-164).
mekanisme pertahanan diri agar dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri dan
KESIMPULAN DAN SARAN
mengatasi ancaman-ancaman di jalanan.
Kesimpulan
2) Pendidikan jalanan
Anak jalanan merupakan kelompok
Banyak anak jalanan yang menghadapi situasi
anak marjinal juga menyebutkan Marjinal,
jalanan namun tidak tahu tentang apa yang
rentan, dan eksploitasi yang sebagian besar
dihadapinya. Dengan demikian, pendidikan
waktunya dipergunakan untuk mencari nafkah
jalanan yang diberikan adalah materi
atau berkeliaran di jalan atau tempat-tempat
pengetahuan yang sesuai dengan situasi dan
umum lainnya. Akan tetapi,
masalah yang dihadapi anak jalanan. Materi ini
keberadaan anak jalanan secara umum dibagi
berupa pengetahuan umum, kesehatan, sistem
kedalam tiga kelompok kategori yaitu Children
sosial, komunikasi dan literacy.
of the street, children on the street dan children
3) Home Visit at high risk. Dapat diketahui terjadinya anak
jalanan bukan hanya disebabkan dari faktor

85
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

ekonomi saja, namun faktor keluarga dan sehingga anak jalan tidak beraktivitas lagi
lingkungan juga cukup berpengaruh terhadap dijalan.
munculnya anak jalanan. Dengan demikian Pemberdayaan bagi orang tua
berbagai faktor akan mempengaruhi dimaksudkan agar orang tua dapat
keberadaan anak jalanan. meningkatkan kemampuannya dalam
Departemen Sosial RI bekerja sama mencukup kebutuhan keluarganya. Dengan
dengan UNDP (United Nation United demikian anak terhindar untuk beraktivitas
Programe) dalam proyek INS/94/007 dijalan. Selain itu orang tua atau keluarganya
pembuatan Rumah Singgah (Departemen dapat memenuhi kebutuhan dasar anggota
Sosial,1997:31). Dalam pendekatan ini keluarganya.
penanganannya tidak dilakukan sendiri-
sendiri. Namun, dilakukan secara terpadu dari
tiga pendekatan yang pernah ada. Sehingga Salah satu Rumah Singgah Anak
dalam pendekatan Rumah Singgah tercangkup Jalanan (RSAJ) yang telah ada sejak tahun
pula pendekatan street based yaitu dengan 1989 adalah Yayasan Kesejahteraan Anak
melakukan penjangkauan dan pendampingan. Indonesia (YKAI). RSAJ sendiri
Pendekatan centre based dimana Rumah dikembangkan dengan tujuan agar: Anak
Singgah merupakan tempat persinggahan bagi mempunyai cara hidup yang sehat dan
anak, selain itu Rumah Singgah juga normatif, Anak mempunyai pengetahuan dan
melakukan kerja sama dengan pihak lain keterampilan, Anak dapat menghindarkan diri
sebagai rujukan dalam melaksanakan kegiatan dari pengaruh negatif jalanan. Kegiatan-
centre based ini. Sedangkan pendekatan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
community based rumah singgah melakukan tujuan RSAJ dan sesuai dengan bentuk
kerja sama atau menggali sumber yang ada di lembaga, fungsinya, pendekatan yang
dalam masyarakat sehingga penanganan anak kemudian di lakukan: bimbingan sosial,
jalana dapat sinkron dengan kehidupan dan pendidikan jasmani dan home visit.
kebutuhan di masyarakat. Dari uraian diatas terlihat bahwa RSAJ
Selain itu Rumah Singgah juga melakukan bertumpu pada pengasuhan anak dan
kegiatan berupa bimbingan dan kelurganya, selain itu RSAJ juga mengarahkan
pemberdayaan. Bimbingan dilakukan baik anak binaan dan keluarganya agar dapat
terhadap anak jalanan maupun terhadap orang mandiri, berusaha bisa mengatasi masalah
tua anak jalanan. Bimbingan dilakukan baik secara benar dan pemenuhan hidup sehari-hari.
dibutuhkan maupun tidak dibutuhkan oleh Akan tetapi, dalam pencapaiannya
anak jalan dan orang tua anak jalan. RSAJ ada beberapa hambatan yaitu:
Bimbingan ini dilaksanakan dengan cara Keterbatasan tenaga ahli seperti pekerja sosial,
mendatangi anak jalanan atau orang tua anak Anak binaan yang menyebar di luar jangkauan
jalanan. dan Beberapa anak jalanan yang memiliki
Sedangkan program pemberdayaan mobilitas yang tinggi sehingga sulit untuk
dalam pelayanan dan kegiatan Rumah Singgah diberikan pelayanan.
terbagi ke dalam 6 tahapan. Tahapan-tahapan
tersebut mencangkup: Penjangkauan,
Identifikasi anak, resosialisasi, pemberdayaan Saran
anak, pemberdayaan orang tua dan terminasi. Optimalisasi pelaksanaan dengan
Program pemberdayaan di tujukan untuk menerapkan metode community base, dimana
meningkatkan kemampuan anak jalanan dan penanganan anak jalan dilakukan bersama-
orang tua anak jalan sehingga mempunyai sama dengan warga masyarakat setempat dan
pengetahuan yang meningkat, dapat mandiri pemerintah daerah khususnya kota setempat
mengadakan penanganan anak jalanan ke

86
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

dalam rencana pembangunan di wilayahnya Ife, Jim. 1995. Community Development:


masing-masing dan Lembaga Swadaya Creating Community Alternative
Masyarakat bertindak sebagai pengawal dalam Vision, Analysis and Practic.
pelaksanaan pemberdayaan tersebut. Australiang: Longman.
Meningkatkan jumlah pekerja Isbandi Rukminto, Adi. 2001. Pemberdayaan
profesional khususnya pekerja sosial yang Pengembangan Masyarakat dan
merupakan profesi yang sangat memahami Intervensi Komunitas (Pengantar
persoalan dan permasalahan sosial anak Pada Pemikiran dan Pendekatan
jalanan di Rumah Singgah dan Lembaga Praktis). Jakarta: Lembaga Penerbit
Swadaya Masyarakat. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Satu hal hal yang penting: program
apapun yang akan dilakukan da pendekatan Isbandi, Rukminto, Adi. 2008. Intervensi
apa yang dipilih, modal awal yang dibutuhkan Komunitas dan Pengembangan
untuk menangani permasalahan anak jalanan Masyarakat: Sebagai Upaya
adalah sikap empati dan komitmen yang benar- Pemberdayaan Masyarakat. Depok:
benar tulus dari kita semua. Tanpa dilandasi PT RajaGrafindo Persada
dan dipandu oleh kedua hal ini, maka jangan Lusk, Mark. W. 1984. Street Children Program
heran jika nasib anak-anak jalanan tidak akan in Latin America. Journal of
pernah selesai sampai ke akarnya. Sociology & Social Welfare
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi penelitian
Daftar Pustaka Kualitatif. Bandung: PT. Rosdakarya.
Armai Arief. 2002. Rumah Singgah Sebagai Midgley, James. 1995. Social Development:
Tempat Alternative Pemberdayaan The Development Perspective in
Anak Jalanan. Dalam Jurnal Fajar. Social Welfare. London: Sage
Jakarta: LPM UIN. Publication Inc.
Astutianny April, Maria. 2001. Pemberdayaan Mulandar, Surya. 1996. Dehumanisasi Anak
Anak Jalanan Di DKI Jakarta: Studi Marjinal: Berbagai Pengalaman
Kasus di Rumah Singgah Setia Pemberdayaan. Bandung:Akatiga
Kawan II Jakarta. Tesis. Jakarta: Sudrajat, A. 1989. Profil Anak Jalanan di DKI
Universitas Indonesia. Jakarta. Jakarta: Badan Penelitian dan
Amal, Bakhrul Khair. 2003. Pemberdayaan Pengembangan Sosial. Departemen
Anak Jalanan Melalui Rumah Sosial RI.
Singgah: Studi Kebijakan
Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak.
Penanganan Anak Jalanan di Jakarta:Kencana Prenada Media
Indonesia. Tesis. Depeok: Universitas Group
Indonesia
Sanusi, Makmur. (1995) Beberapa Temuan
Departemen Sosial RI. 1999. Pedoman Lapangan Survey Anak Jalanan dan
Penyelenggaraan Pembinaan Anak Rencana Penangannya di Jakarta dan
Jalanan Melalui Rumah Singgah. Surabaya. Jakarta. Departemen
Jakarta: Departemen Sosial RI. Sosial, UNDP.
Dubois, Brenda. Milley, Karla Kongsrud. Web:
1992. Social Work An Empowering
Profession. Boston: Allyn and Bacon. http://cumadiindonesia.com/makin-maraknya-
anak-jalanan-siapa-yang
Hurlock, B. Elizabeth. 1980. Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Erlanga.

87
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN: 2442-4480

bertanggung-jawab/ di unduh pada


tanggal 27 Maret 2015 pukul 17.28

88

Anda mungkin juga menyukai