Rina angelina
1914201075
Pendahuluan
Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan
phsykis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan
kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang
terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya. Umumnya
mereka berasal dari keluarga yang ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan
berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan,
penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan
membuatnya berperilaku negatif.
Ketika mereka dewasa, besar kemungkinan mereka akan menjadi salah satu
pelaku kekerasan. Tanpa adanya upaya apapun, maka kita telah berperan serta
menjadikan anak-anak sebagai korban tak berkesudahan. Menghapus stigmatisasi di
atas menjadi sangat penting. Sebenarnya anak-anak jalanan hanyalah korban dari
konflik keluarga, komunitas jalanan, dan korban kebijakan ekonomi permerintah
yang memberatkan rakyat. Untuk itu kampanye perlindungan terhadap anak jalanan
perlu dilakukan secara terus menerus setidaknya untuk mendorong pihak-pihak di
luar anak jalanan agar menghentikan aksi-aksi kekerasan terhadap anak jalanan.
Sesuai konvensi hak anak-anak yang dicetuskan oleh PBB (Convention on the Rights
of the Child), sebagaimana telah diratifikasi dengan Keppres nomor 36 tahun 1990,
menyatakan bahwa karena belum matangnya fisik dan mental anak-anak, maka
mereka memerlukan perhatian dan perlindungan. Fenomena merebaknya anak
jalanan di Indonesia merupakan persoalansosial yang komplek. Hidup menjadi anak
jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka
berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak
jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara.
Namun, perhatian terhadap nasibanak jalanan tampaknya belum begitu besar dan
solutif. Padahal mereka adalahsaudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang
harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia
dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah.
Begitu pula kiranya anak jalanan yang memerlukan perhatian dan perlindungan
terhadap hak-haknya sebagai anak bangsa untuk memperoleh pendidikan sesuai
dengan pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa setiap warga negara
berhak mendapat pengajaran.Melihat isi dari pasal 31 ayat 1 tersebut sangat bertolak
belakang dengan yang dialami anak jalanan. Mereka hampir tidak mendapatkan
haknya untuk mendapatkan pengajaran. Ironisnya di tengah pendidikan bagi anak
jalanan yang terabaikan, DPR justru berencana mendirikan gedung baru yang megah
dengan alasan “kinerja”. Sepertinya akan lebih bijak apabila dana tersebut
digunakan untuk mendirikan sekolah untuk anak jalanan, memberikan honor bagi
pengajar, dan penyediaan sarana belajar mengajar untuk mereka. Akan tetapi di
balik hal tersebut kita patut bangga karena kepedulian masyarakat Indonesia
terhadap pendidikan justru semakin tinggi. Hal ini dibuktikan dari banyaknya
masyarakat yang mengabdikan diri sebagai pengajar di sanggar yang telah didirikan.
Pelayanan Pendidikan
Sebenarnya anak jalanan tidak berbeda dengan anak yang lainnya, mereka
juga mempunyai potensi dan bakat. Pada masa anak-anak seperti itu otak yang
memuat 100-200 milyar sel otak siap dikembangkan serta diaktualisasikan untuk
mencapai tingkat perkembangan potensi tertinggi. Pada perkembangan otak
manusia mencapai kapasitas 50 % pada masa anak usia dini. Kita telah benar-
benar melupakan hak anak-anak untuk bermain, bersekolah, dan hidup
sebagaimana lazimnya anak-anak lainnya. Mereka dipaksa orang tua untuk
merasakan getirnya kehidupan. Mereka tumbuh dan berkembang dengan latar
kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya
kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif .
Melihat isi dari pasal 31 ayat 1 tersebut sangat bertolak belakang dengan
yang dialami anak jalanan. Mereka hampir tidak mendapatkan haknya untuk
mendapatkan pengajaran. Dan akibatnya, perilaku negatif dan kriminal yang
timbul di kalangan anak jalanan tersebut. Anak jalanan hidup dan berada dalam
situasi sosial yang terdiri dari berbagai setting. Setting pertama adalah
lingkungan sosial yang terdiri dari keluarga , sekolah dan masyarakat.
Pendidikan Pada anak jalanan mungkin ini tidak terlihat sebagai suatu yang
penting. Para anak jalanan lebih memilih untuk mencari uang dibandingkan
dengan bersekolah. Karena dorongan kebutuhan hidup mereka yang
mewajibkan mereka untuk mencari uang untuk dapa bertahan hidup. Maka dari
itulah pendidikan yang didapat oleh anak jalanan sangatlah rendah dan dapat
dikatakan anak jalanan ini tidak mendapatkan pendidikan secara baik sesuai
konvensi hak anak-anak yang dicetuskan oleh PBB (Convention on the Rights of
the Child), sebagaimana telah diratifikasi dengan Keppres nomor 36 tahun 1990,
menyatakan bahwa karena belum matangnya fisik dan mental anak-anak, maka
mereka memerlukan perhatian dan perlindungan. Begitu pula kiranya anak
jalanan yang memerlukan perhatian dan perlindungan terhadap hak-haknya
sebagai anak bangsa untuk memperoleh pendidikan dengan baik sesuai dengan
pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa setiap warga negara
berhak mendapat pengajaran.
Melihat isi dari pasal 31 ayat 1 tersebut sangat bertolak belakang dengan
yang dialami anak jalanan. Mereka hampir tidak mendapatkan haknya untuk
mendapatkan pengajaran. Dan akibatnya, perilaku negatif dan kriminal yang
timbul di kalangan anak jalanan tersebut. Anak jalanan hidup dan berada dalam
situasi sosial yang terdiri dari berbagai setting. Setting pertama adalah
lingkungan sosial yang terdiri dari keluarga , sekolah dan masyarakat.
Rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal,
dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal
sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut .rumah singgah
didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan
membantu mereka. Rumah singgah merupakan proses non formal yang
memberikan suasana pusat resosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan
norma di masyarakat. Tujuan dibentuknya rumah singgah adalah resosialisasi
yaitu membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai
dan norma yang berlaku di masyarakat dan memberikan pendidikan dini untuk
pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi
masyarakat yang produktif.
Seperti contohnya Andi Suhandi yang beberapa waktu lalu dinobatkan sebagai
"The Young Heroes" oleh sebuah acara televisi ternama. Ia berhasil mendirikan
sanggar pendidikan bagi anak jalanan, yang telah menampung banyak anak
jalanan dan sebagian dari mereka telah bersekolah di sekolah formal dan
berprestasi. Meskipun pada awalnya Andi mengalami kesulitan akan tetapi
kesulitan tersebut dapat dilalui berkat kesabaran dan kerja kerasanya. Hasilnya
anak-anaknya berhasil membawa pulang Tropi Walikota Juara 1 untuk tulis
puisi yang bertema anak jalanan dan Juara 2 lomba baca puisi, serta berhasil
meraih Juara 1 lomba teater pada 2009.
Jadi, sebenarnya apabila anak jalanan tersebut dibina dengan baik, mereka
memiliki potensi yang tidak kalah dengan anak pada umumnya. Anak jalanan
perlu dirangkul untuk mendapatkan haknya memperoleh pendidikan dan tidak
selalu dipandang sebelah mata.
Penelitian Terkait
Pada tingkat mikro, kehadiran anak jalanan di Kota Bandung sangat erat
kaitannya dengan “situasi anak dan keluarganya”. Situasi anak dan keluarga yang
berpengaruh terhadap munculnya fenomena anak jalanan meliputi; pertama, perlakuan
salah dan ketidak-mampuan orangtua/keluarga dalam menyediakan kebutuhan dasar
bagi anak akibat dari kondisi kemiskinan. Kedua,anak yang lari dari orang tua atau
keluarganya karena perceraian orang tua, konflik dalam keluarga, penolakan anak oleh
orangtua, dan kondisi terpisah dari orang tua atau kehilangan orangtua. Keluhan orang
tua anak jalanan terhadap anaknya yang mengatakan bahwa kehidupan sangat susah,
tidak punya biaya untuk sekolah atau doktrin-doktrin bahwa anak harus bertanggung
jawab untuk membantu ekonomi keluarga mempunyai pengaruh signifikan terhadap
pemikiran anak untuk membantu orang tua dalam mendapatkan penghasilan.
Daftar Pustaka
http://www.slideshare.net/fitriapastuti9/savedfiles?s_title=pendidikan-dan-anak-
jalanan&user_login=rampard08
http://www.smeru.or.id/report/other/cpsp/Ppt%20Day%202/Theme3%20Kalasan1/
Suharma_ppt_bahasa.pdf
http://maulodonk221027.blogspot.com/2012/06/faktor-faktor-yang-menyebabkan.html
http://saveanakjalnan.blogspot.com/2012/12/masalah-anak-jalanan-di-ibu-kota.html
http://tiana-simanjuntak.blogspot.com/2011/08/makalah-isbd-perilaku-sosial-
anak.html