ANAK JALANAN
Dosen Pengampu : Arif S.Sos., M.AP
a. Pengertian anak
Anak merupakan sosok seorang individu yang membutuhkan
perhatian, kasih sayang, dan ketulusan yang dilakukan oleh orang
terdekatnya seperti keluarga yang selalu berada disisinya. Anak dilahirkan
pada awalnya tidak mengetahui apa-apa tentang hal yang ada didunia ini.
Dengan dirinya dididik oleh keluarganya, anak tersebut tumbuh dan
berkembang dengan orang yang selalu memperhatikan setiap dirinya
mendapatkan hal yang baru. Hal ini dibuktikan bahwa anak membentuk
karakternya disebabkan oleh orang terdekatnya. Berikut ini merupakan
pengertian anak dari berbagai ahli yaitu sebagai berikut :
Anak merupakan generasi penerus suatu bangsa, maka anak juga
mempunyai suatu hak-hak yang harus di akui dan di lindungi Negara, hak
anak juga merupakan bagian dari HAM meskipun anak masih dalam
kandungan seorang ibu. Yang dimaksud dengan perlindungan anak sendiri
adalah segala upaya yang ditujukan untuk mencegah, merehabilitasi dan
memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah, eksploitasi
dan penelantaran agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak secara wajar, baik fisik maupun sosialnya. (Sholeh
Soeaidy, 2001 : 4).
Pengertian anak memiliki arti yang sangat luas, anak di kategorikan
menjadi beberapa kelompok usia, yaitu masa anak anak (berumur 0-12
tahun), masa remaja (berumur 13-20 tahun), dan masa dewasa (berumur
21-25 tahun). Pada masa anak-anak sendiri anak cenderung memiliki sifat
yang suka meniru apa yang dilakukan orang lain dan emosinya sangat
tajam. Pada masa ini pula anak mulai mencari teman sebaya dan memulai
berhubungan dengan orang-orang dalam lingkungannya, lalu mulai
terbentuk pemikiran mengenai dirinya sendiri. Selanjutnya pada masa ini
pula perkembangan anak dapat berkembang dengan cepat dalam segala
bidang baik itu perubahan tubuh, perasaan, kecerdasan, sikap sosial dan
kepribadian. (Gatot Supramono, 2000 : 2-3).
Anak merupakan generasi penerus suatu bangsa, maka anak juga
mempunyai suatu hak-hak yang harus di akui dan di lindungi Negara, hak
anak juga merupakan bagian dari HAM meskipun anak masih dalam
kandungan seorang ibu. Yang dimaksud dengan perlindungan anak sendiri
adalah segala upaya yang ditujukan untuk mencegah, merehabilitasi dan
memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah, eksploitasi
dan penelantaran agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak secara wajar, baik fisik maupun sosialnya. (Sholeh
Soeaidy, 2001 : 4).
b. Pengertian jalanan
Jalanan merupakan prasarana transportasi yang berada di area darat seperti
lalu lintas, bangunan, jembatan, dan lain sebagainya yang berada di jalan.
Jalanan biasanya dilewati orang-orang atau masyarakat yang melakukan
aktivitas sehari-hari. Sudah pastinya setiap harinya jalanan adalah tempat
yang selalu dilalui masyarakat. Tentu saja jalanan merupakan tempat
umum yang tidak seharusnya digunakan untuk tempat tinggal. Bagaimana
jika ada masyarakat yang menggunakan jalanan sebagai tempat tinggal
mereka.
Aptekar (1988b) and Visano (1990) defined the process of moving from
home to the streets in stages beginning with a slow but progressive
amount of time away from home until there is a full matriculation to street
life and culture.
Cosgrove (1990) has used two dimensions to define street children: the
degree of family involvement and the amount of deviant behavior.
According to Cosgrove, a street child is "any individual under the age of
majority whose behavior is predominantly at variance with community
norms, and whose primary support for his/ her development needs is not a
family or family substitute"(p. 192). Cosgrove's definition assumes a great
deal of cultural consistency, but deviance and "family substitutes" are
greatly embedded in cultural particulars.
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihan yang diinginkan oleh siapapun.
Mereka menjadi anak jalanan karena tidak ada yang memperhatikan mereka
bahkan dalam hal sekecil apapun sehingga mereka menjadi seorang yang
dapat diperhatikan oleh banyak orang. Pikiran mereka menjadi anak jlanan
merupakan hal yang sangat luar biasa. Bahkan terkadang mereka sangat
bangga terhadap dirinya sendiri.
Biasanya anak jalanan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Anak jalanan cenderung sensitif jika diajak bicara karena mereka tidak
pernah belajar akademik maupun etika karena setiap harinya hidup
dijalanan yang membuat mereka tidak mempunyai nilai kesopanan
terhadap orang-orang yang bukan ranah mereka. Bahkan, mereka
cenderung tidak bisa menghargai seperti mudah curiga dengan orang-
orang yang ingin mengenal mereka.
- Rambut yang kemerahan karena setiap harinya hidup dijalanan sekaligus
bekerja yang membuat mereka terpapar sinar matahari.
- Anak jalanan cenderung berani mengambil resiko yang membahayakan
dirinya tetapi hal itulah yang membuat mereka dapat mandiri.
- Kreatif dalam hal mencari nafkah.
Berikut ini karakteristik anak jalanan menurut beberapa ahli :
Menurut Surbakti dkk. (1997: 59), berdasarkan hasil kajian di lapangan,
secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam 3 kelompok yaitu: Pertama,
Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi –
sebagai pekerja anak- di jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat
dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalankan pada
kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi
keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung
tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya. Kedua, Children of
the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara
sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai
hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak
menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab
lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak
pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial,
emosional, fisik maupun seksual. Ketiga, Children from families of the street,
yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun
anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi
hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat lain dengan
segala risikonya. Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan
kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan sejak anak masih dalam
kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah dapat ditemui di berbagai
kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api dan pinggiran
sungai, walau secara kuantitatif jumlahnya belum diketahui secara pasti.
Menurut Nusa Putra (1996:111) dalam artikel yang berjudul Potret Buram
Anak Jalanan, menyebutkan bahwa ciri-ciri umum anak jalanan adalah;
(1) Berada di tempat umum (jalan pasar, pertokoan, tempat-tempat hiburan)
selama 3-24 jam sendiri.
(2) Berpendidikan rendah (kebanyakan putus sekolah, sedikit sekali yang
tamat SD).
(3) Berasal dari keluarga-keluarga tidak mampu (kebanyakan kaum urban,
beberapa diantaranya tidak jelas keluarganya).
(4) Melakukan aktivitas ekonomi (melakukan pekerjaan pada sektor
informal).
Menurut Sadli (Sudarsono, 2009), anak jalanan memiliki ciri khas baik secara
psikologisnya maupun kreativitasnya, sebagai berikut :
(1) Mudah tersinggung perasaannya
(2) Mudah putus asa dan cepat murung
(3) Nekat tanpa dapat dipengaruhi secara mudah oleh orang lain yang ingin
membantunya
(4) Tidak berbeda dengan anak-anak yang lainnya yang selalu menginginkan
kasih sayang
(5) Tidak mau bertatap muka dalam arti bila mereka diajak bicara, mereka
tidak mau melihat orang lain secara terbuka.
(6) Sesuai dengan taraf perkembangannya yang masih kanak-kanak, mereka
sangatlah labil
(7) Mereka memiliki suatu keterampilan, namun keterampilan ini tidak selalu
sesuai bila diukur dengan ukuran normative masyarakat pada umumnya.