Anda di halaman 1dari 15

SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

MODEL PENDEKATAN CENTRE BASED DALAM MENANGANI ANAK JALANAN


PEREMPUAN
Oleh:
Rivanlee Anandar1, Hery Wibowo.2,
1
Mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial (170310120068), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Padjadjaran (Penulis)
2
Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran (Pembimbing Kajian Artikel)

E-mail: rivanlee@gmail.com; hery_fortune@yahoo.com

ABSTRAK
Keberadaan anak-anak jalanan di berbagai sudut jalan adalah konsekuensi logis bagi
Bandung sebagai kota metropolitan. Anak jalanan dipandang sebagai masalah yang memberi citra
kurang baik terhadap pembangunan. Selain menambah beban pembangunan, persoalan anak
jalanan-terutama perempuan-menjadi kian rumit ketika mereka menjadi sasaran empuk
perdagangan manusia atau pekerja seks.
Hal ini disebabkan mereka tidak terlindungi dengan semestinya dan pengetahuan yang
mereka miliki sangatlah minim. Anak jalanan perempuan bahkan menanggung resiko jauh lebih
berat ketimbang anak jalanan laki-laki. Untuk menghindari anak jalanan perempuan menjadi
sasaran eksploitasi atau orientasi seksual bebas lelaki, perlu adanya pendampingan khusus bagi
anak jalanan perempuan. Saat ini, Proses pendidikan tersebut dapat dilakukan melalui penanganan
di lembaga/pusat pelayanan. Lembaga dengan penanganan model semacam ini adalah rumah
singgah.
Rumah singgah dianggap bisa memberikan pendidikan serta pemahaman bagi anak-anak
jalanan perempuan untuk dapat mengubah sikap dan cara pandangnya melihat kehidupan.
Berangkat dari masalah ini, saya berinisiatif untuk menawarkan ide rumah singgah khusus anak
jalanan perempuan.
Kata Kunci : Rumah Singgah, Anak Jalanan, Perempuan

Abstract
The existence of street children in various corners of the street is a logical consequence for
Bandung as a metropolitan city. Street children are seen as a problem that gives poor image of the
development. Besides adding to the burden of development, the issue of street children-especially
girls-become even more complicated when they become easy targets of human trafficking or sex
workers.
This is because they are not protected properly and the knowledge they have severely
limited. Street children women bear the risk of even much greater than the male street children. To
avoid the street children of women subjected to exploitation or sexual orientation free man, the
need for special assistance for street children women. Currently, the education process can be done
through handling in the institution / service center. Institutions with handling this kind of model is a
halfway house.
Shelters should be able to provide education and understanding for female street children to
be able to change the attitude and outlook look at life. Departing from this problem, I took the
initiative to offer the idea of a halfway house specifically female street children.
Keywords: guest house, street child, women

142
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

I. PENDAHULUAN kekerasan dan diskriminasi dimanapun


Perkembangan pesat anak-anak mereka berada apakah di wilayah domestik
jalanan di berbagai sudut jalan adalah maupun publik. Pengalaman pahit yang
konsekuensi logis bagi Jakarta sebagai kota terjadi pada anak jalanan perempuan ini tentu
metropolitan. Anak jalanan di perkotaan akan memberi dampak buruk seperti tertular
memberikan kesan kota itu kumuh. Anak penyaki menular seksual, gonorrhea, syphilis,
jalanan dipandang sebagai masalah yang condo loma, dan herpes simplex. Terlebih
memberi citra kurang baik terhadap lagi, ada yang terjerat narkotika dan zat
pembangunan. pasalnya, keberadaan anak adiktif. (Umrah, 2015:51).
jalanan kerap dijadikan cerminan dari Beragamnya masalah yang muncul di
perkotaan tersebut perihal krisis nilai sosial. jalanan terhadap anak jalanan, tetap saja
Childhope-Asia (1993) menuliskan bahwa menjadi tanggung jawab bagi pemerintah
fenomena anak jalanan merupakan indikator untuk melindungi mereka. Anak jalanan wajib
utama terhadap adanya kemelaratan perkotaan mendapatkan perlindungan dan diarahkan
dan krisis nilai-nilai sosial yang menghadang melalui proses pendidikan untuk benar-benar
negara-negara di wilayah itu. keluar dari lingkungan tersebut. Undang-
Selain itu, Andari (2006:18) Undang Perlindungan Anak yang disahkan
mengatakan penyebab anak turun ke jalan oleh pemerintah sebagai perwujudan untuk
antara lain, stress yang dialami orang tua, melaksanakan pemenuhan, pemajuan,
rendahnya kemampuan dalam pengasuhan perlindungan hak anak bagi seluruh anak
dan perawatan anak, kekerasan dalam Indonesia berlaku bagi semua jenis kelamin,
keluarga; rendahnya tingkat kemampuan status sosial, agama, ras dan etnis. (Sitorus,
ekonomi keluarga yang mengakibatkan tidak 2015:8)
mampunya keluarga memenuhi kebutuhan Anak jalanan yang berada di jalanan
anak. harus mendapat perlindungan yang sama
Ketidakmampuan orang tua sebagaimana anak. Seperti yang tertulis di
menghidupi anak-anaknya itulah yang turut dalam UU Perlindungan Anak No. 23 tahun
mendorong anak turun ke jalan. Anak-anak 2002 dinyatakan bahwa setiap anak dengan
perempuan jalanan yang terlibat dalam dunia prinsip nondiskriminatif harus diakui hak sipil
prostitusi tak jarang mendapat tindakan dan kebebasannya, pendidikan, kesehatan,
kekerasan seksual dari beberapa pihak seperti dan pengasuhan. Proses tersebut dapat
germo yang sering dianggap sebagai kiwir- dilakukan melalui penanganan di
kiwir (istilah untuk status pacar), pelanggan, lembaga/pusat pelayanan. Lembaga dengan
sampai aparat keamanan. Pada beberapa penanganan model semacam ini adalah rumah
peristiwa yang terlapor, anak-anak jalanan singgah.
perempuan seringkali mendapat peristiwa Rumah singgah adalah suatu wahana
buruk seperti, perkosaan keroyokan, aksi yang dipersiapkan sebagai perantara antara
seksual tidak wajar misalnya dengan anak jalanan dan pihak-pihak yang membantu
menggunakan alat-alat, atau hubungan yang mereka (Modul Pelatihan Pimpinan Rumah
tidak menggunakan kondom. (Umrah, Singgah, 2000:96). Berdasarkan pengertian
2015:49) tersebut rumah singgah merupakan proses
Anak sebagai perempuan mempunyai informal yang memberikan suasana sosial
situasi yang rentan untuk mengalami kepada anak jalanan terhadap sistem nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat setempat.

143
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

Secara umum, tujuan dibentuknya rumah dilakukan anak jalanan sangat beragam. Mulai
singgah adalah membantu anak jalanan dalam dari berjualan tisu, menyediakan jasa
mengatasi masalah-masalah dan menemukan menyemir sepatu, sampai mengemis.
alternatif untuk pemenuhan kebutuhan Kebanyakan dari anak jalanan dapat
hidupnya. ditemukan di persimpangan jalan karena
Kemudian dilanjutkan dengan tahap terdapat lampu merah tempat kendaraan
residential shelter di mana anak tinggal berhenti, tapi ada juga yang bergerak di pasar
menetap dan hidup di tempat tersebut sebagai tradisional dan jembatan. UNICEF
rumah tinggal mereka. Pentingnya memberikan pengertian tentang anak jalanan
menerapkan pendekatan centre based dalam sebagai berikut:
menangani anak jalanan karena rogram centre
based terbagi menjadi dua tahap, tahap drop “Anak jalanan merupakan anak-anak
yang berumur di bawah 16 tahun yang
in shelter sebagai tahap awal di mana anak sudah melepaskan diri dari keluarga,
masih diperbolehkan kembali ke jalan karena sekolah, dan lingkungan masyarakat
masih beradaptasi dari lingkungan jalanan ke terdekatnya, larut dalam kehidupan
lingkungan rumah (Anastia 2002:23). yang berpindah-pindah di jalan raya.”
program centre based ialah upaya
Di Indonesia, batasan mengenai anak
pendekatan yang diterapkan lembaga dalam
jalanan pun beragam. Direktorat Bina Sosial
menjangkau anak jalanan melalui pengadaan
DKI dalam Laporan Penelitian Anak Jalanan
program dan pelayanan dengan cara
(1989: 5) mengatakan bahwa yang termasuk
pemberian dukungan pada kesejahteraan dan
anak jalanan adalah anak yang berkeliaran di
perkembangan anak.
jalan raya sambil bekerja, mengemis, atau
Maka penting kiranya dilakukan
menganggur saja. Usianya berkisar dari bayi
kajian khusus tentang anak jalanan ini untuk
(yang dibawa orang tuanya mengemis) hingga
mendapatkan bahasan lebih mendalam
remaja.
tentang fenomena ini sekaligus beragam
Anak jalanan yang bekerja dan
alternatif pemikiran terkait upaya
mencari uang di jalanan terbagi ke dalam tiga
penanganannya
tipologi atau kelompok, seperti yang
II. TINJAUAN TEORITIS dikemukakan oleh Sri S. Hariadi dan Suyanto
(1999: 78-82), yaitu:
Departemen Sosial RI dalam Fery
1. Children on the Street
Johanes (2007) “Penanganan Anak Jalanan di
Anak yang bekerja di jalan merupakan
Indonesia” mendefinisikan anak jalanan mereka yang menghabiskan sebagian
sebagai anak yang menggunakan sebagian besar waktunya di jalanan atau di tempat
waktunya dijalanan baik untuk bekerja umum lainnya untuk bekerja dan
maupun tidak yang terdiri dari anak-anak penghasilannya digunakan untuk
yang masih mempunyai hubungan dengan membantu keluarganya. Anak-anak
keluarga atau sudah putus hubungan dengan tersebut mempunyai kegiatan ekonomi
(sebagai pekerja anak) di jalan dan masih
keluarga dan anak-anak yang hidup mandiri mempunyai hubungan yang kuat dengan
sejak masa kecil karena kehilangan keluarga orang tua mereka.
atau orang tuanya. Mereka kerap kali 2. Children of the street
menghabiskan waktunya untuk bekerja, entah Anak-anak yang hidup di jalan merupakan
untuk kebutuhan pribadi entah untuk mereka yang menghabiskan sebaian besar
membantu keluarganya. Pekerjaan yang biasa waktunya di jalan atau ditempat umum

144
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

lainnya, tetapi hanya sedikit yang kehidupan orang lain yang menjadi
digunakan untuk bekerja. Mereka jarang perhatiannya. Sedangkan menurut Payne
berhubungan dengan keluarganya. (1997:266) dikutip oleh Adi (2001:32) bahwa
Beberapa di antara mereka hidup di
suatu proses pemberdayaan, pada intinya
sembarang tempat dan tidak memiliki
rumah tinggal. Banyak di antara mereka ditujukan untuk:
adalah anak-anak yang karena suatu sebab “Membantu klien memperoleh daya
lari atau pergi dari rumah. Anak-anak untuk mengambil keputusan dan
seperti ini rawan terhadap perilaku menentukan tindakan yang akan ia
menyimpang, baik emosional, fisik lakukan yang terkait dengan diri
maupun seksual. mereka, termasuk mengurangi efek
3. Children in the Street hambatan pribadi dan sosial dalam
Merupakan anak-anak yang melakukan tidakan. Hal ini dilakukan
menghabiskan seluruh waktunya di jalanan melalui peningkatan kemampuan dan
yang berasal dari keluarga yang hidup atau rasa percaya diri untuk menggunakan
tinggalnya juga di jalanan. daya yang ia miliki, antara lain melalui
transfer daya dari lingkungannya.”
Pemberdayaan Anak Jalanan
Berdasarkan pengertian di atas,
Secara konseptual, pemberdayaan pemberdayaan memiliki tujuan untuk
atau pemberkuasaan (empowerment), berasal mengubah melalui penguasaan terhadap
dari kata power (kekuasaan atau sesuatu yang nanti disumbangkan pada
keberdayaan). Oleh karena itu, ide utama program-program yang berkaitan. Pada
pemberdayaan bersentuhan dengan konsep tulisan ini, anak jalanan yang menjadi sasaran
mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dari pemberdayaan tersebut. Konsep
dikaitkan dengan kemampuan kita untuk pemberdayaan secara langsung memiliki
membuat orang lain melakukan apa yang kita tujuan yaitu keberpihakan dan kepedulian
inginkan, terlepas dari keinginan dan minat dalam mengurangi anak-anak turun ke jalan
mereka. dan membuat mereka untuk berdaya agar
Konsep pemberdayaan adalah salah memiliki semangat bekerja untuk membangun
satu konsep utama dalam Ilmu Kesejahteraan diri mereka sendiri.
Sosial pada era 1990-an hingga sekarang dan
seringkali pemberdayaan dikaitkan dengan Prinsip Pemberdayaan
intervensi komunitas atau kelompok. Menurut
Soetrisno dikutip oleh Usman (2000:185) Brenda dan Miley (1992 : 212) dalam
dalam tulisannya mengemukakan bahwa Maria (2001:58) mengemukakan tentang
paradigma pemberdayaan ingin mengubah prinsip-prinsip dan asumsi-asumsi
kondisi dengan cara memberi kesempatan pemberdayaan dalam pekerjaan sosial sebagai
kepada kelompok orang miskin untuk berikut:
merencanakan dan kemudian melaksanakan 1) Pemberdayaan merupakan sebuah
program pembangunan yang juga merupakan kolaborasi proses antara masyarakat
yang diberdayakan dengan lembaga
pilihan mereka sendiri. pemberdaya.
Pemberdayaan menekankan bahwa 2) Proses pemberdayaan memandang
orang memperoleh keterampilan, sistem klien merupakan sesuatu yang
pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup penting dan mampu, memberikan
untuk mempengaruhi kehidupannya dan kesempatan bahkan untuk mengakses
berbagai sumber.

145
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

3) Klien harus mempersepsikan dirinya menjadi sadar bahwa mereka mempunyai


sebagai agen penyebab yang bisa tujuan-tujuan dan masalah-masalah. Anak
membawa perubahan. jalanan yang sadar juga mulai
4) Kecakapan atau kesopanan diperoleh
menemukan peluang-peluang dan
melalui pengalaman dalam kehidupan,
khususnya mengenai pengalaman memanfaatkannya, menemukan sumberdaya-
keberhasilan dari pada keadaan sumberdaya yang dapat membuat
dimana seseorang menyatakan apa keberfungsian sosialnya kembali hidup.
yang dikerjakan. Maka upaya pemberdayaan
5) Solusi itu muncul dan situasi perlu merupakan upaya kolaboratif antara klien dan
menekankan pada berbagai faktor pekerja sosial untuk membuat keberfungsian
yang cukup beragam di dalam situasi
klien lebih baik. Pada konteks anak,
masalah tersebut.
6) Berbagai jaringan kerja sosial secara pemberdayaan adalah upaya mereka lebih
informal merupakan suatu dukungan berdaya/berkuasa, lebih terpenuhi haknya dan
sumber yang penting untuk memiliki akses terhadap pemenuhan
memfasilitasi tekanan stress dan kebutuhannya.
meningkatkan kemampuan seseorang
serta meningkatkan kontrol. Strategi Pemberdayaan
7) Seseorang harus berpartisipasi di
dalam memberdayakan dirinya sendiri, Pada tahun 1981, Longres
tujuan alat dan hasil yang diperoleh mengadakan pengamatan tentang strategi
harus didefinisikannya sendiri.
8) Tingkat kesadaran adalah kunci pokok intervensi dan program yang bertujuan untuk
persoalan dalam pemberdayaan, menangani masalah sosial. dalam penanganan
memobilisasi pengetahuan untuk masalah sosial ini, Longres menghubungkan
mengadakan perubahan. antara asumsi dan ideologi yang membentuk
9) Pemberdayaan melibatkan masalah tersebut, serta menjadi norma dasar
penjangkauan berbagai sumber dan dilakukannya intervensi. Yang kemudian
kemampuan untuk menggunakan
dikembangkan lebih lanjut oleh Lusk pada
sumber-sumber terebut secara efektif.
10) Pemberdayaan adalah suatu proses tahun 1984. Strategi yang dibuat Longres
yang dinamis, berkeinambungan, berawal dari adaptasi sistem sosial hingga
selalu berubahan dan berjalan secara kebutuhan individu, dari adaptasi individu
evolusi, pemecahan masalah selalu hingga prasyarat sistem sosial. dengan
mempunyai tingkatan pemecahan demikian pengembangan program strategi
tertentu. intervensi bagi anak jalanan tersebut meliputi
11) Pemberdayaan diperoleh melaui
(Lusk, 1984:65):
struktur personal dan pengembangan
sosial ekonomi yang paralel a. Pendekatan Koreksional
Anak jalanan dalam pandangan ini
Sebuah pemberdayaan merupakan didominasi oleh pemikiran bahwa
hasil kolaborasi antara pekerja sosial dengan anak jalanan banyak yang berurusan
klien. Di satu sisi, pekerja sosial harus dengan dunia kriminal. Oleh karena
meyakini bahwa anak jalanan adalah orang itu, intervensi yang cocok adalah
yang mampu mengubah dirinya sendiri. Dari memindahkan anak dari jalanan dan
situ, pekerja sosial dapat melakukan tindakan memperbaiki perilaku mereka.
Pendekatan ini fokus pada mendidik
lebih lanjut yaitu, penyadaran. Penyadaran
kembali agar sesuai dengan norma
berarti bahwa anak jalanan secara keseluruhan yang berlaku di masyarakat.

146
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

b. Pendekatan Rehabilitasi Merupakan penganan di jalan atau


Anak jalanan dilihat sebagai anak tempat-tempat anak jalanan berada,
yang dirugikan oleh lingkungannya, kemudian para street educator datang
sehingga mengakibatkan banyak kepada mereka, berdialog,
program-program sukarela muncul. mendampingi mereka bekerja,
Pendekatan rehabilitatif memandang memahami dan menerima situasinya
anak jalanan sebagai anak yang berada serta menempatkan diri sebagai teman.
dalam kondisi ketidakmampuan, Dalam beberapa jam, anak-anak
membutuhkan, ditelantarkan, diberikan materi pendidikan dan
dirugikan, sehingga intervensi yang keterampilan, di samping itu anak
dilakukan adalah dengan melindungi jalanan memperoleh kehangatan
dan merehabilitasi. hubungan dan perhatian yang bisa
c. Pendekatan yang dilakukan di Jalanan menumbuhkan kepercayaan satu sama
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa lain yang berguna bagi pencapaian
hal terbaik untuk menanggulangi tujuan intervensi.
masalah anak jalanan adalah dengan 2) Centre Based
mendidik dan memberdayakan anak Pendekatan ini merupakan penanganan
jalanan. Para pendidik jalanan yakin di lembaga atau panti. Anak-anak
kesenjangan struktur sosial merupakan yang masuk dalam program ini di
penyebab dari masalah ini. Dengan tampung dan diberikan pelayanan di
melibatkan partisipasi dari anak lembaga atau panti seperti pada malam
jalanan itu sendiri maka dapat hari diberikan makanan dan
dipelajari tentang situasi mereka dan perlindungan, serta perlakukan yang
mengikutsertakan dalam aksi bersama hangat dan bersahabat dari pekerja
guna menemukan pemecahan dari sosial. pada panti yang permanen
masalah bersama. disedikan pelayanan pendidikan,
d. Pencegahan keterampilan, kebutuhan dasar,
Pendekatan ini memandang penyebab kesehatan, kesenian, dan pekerjaan.
dari masalah anak jalanan adalah Dalam penanganan di lembaga atau di
dorongan masyarakat itu sendiri. panti terdapat beberapa jenis atau
strategi pencegahan berusaha model penampungan yang bersifat
memberikan pendidikan dan advokasi sementara (drop in centre) dan tetap
serta mencoba menemukan (residential centre) untuk anak jalanan
penyelesaian dari apa yang yang masih bolak balik ke jalan
diperkirakan menjadi penyebab biasanya dimasukan ke dalam drop in
permasalahannya. Yaitu dengan cara centre, sedangkan untuk anak-anak
berusaha menghentikan kemunculan yang sudah benar-benar meninggalkan
anak di jalanan. jalanan akan di tempatkan di
residential centre.
Keempat program strategi intervensi 3) Community Based
di atas kemudian lebih dikerucutkan lagi oleh Di dalam community based
Lusk menjadi tiga program strategi intervensi. penanganan melibatkan seluruh
Yang mana program strategi intervensi ini potensi masyarakat, utamanya
cukup dikembangkan di banyak rumah keluarga atau orang tua anak jalanan.
Pendekatan ini bersifat preventif,
singgah sebagai model pendekatan dalam
yakni mencegah anak-anak turun ke
menangani anak jalanan. menurut Lusk yang jalan. Keluarga diberikan kegiatan
dikutip oleh Sudrajat (1997:4), antara lain penyuluhan pengasuhan anak dan
sebagai berikut: peningkatan taraf hidup, sementara
1) Street Based anak-anak diberi kesempatan

147
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

memperoleh pendidikan formal


maupun informal, pengisian waktu Ketiga model ini adalah alternatif dari
luang dan kegiatan lainnya. pendekatan penanganan anak jalanan. Jika
Pendekatan ini bertujuan
ditelisik dari tipologinya, ketiga pendekatan
meningkatkan kemampuan keluarga
dan masyarakat agar sanggup tersebut memiliki fokus masing-masing,
melindungi, mengasuh dan memenuhi yaitu:
kebutuhan anak-anaknya.

Tabel 1
Pendekatan dan Penanganan Anak Jalanan
Pengelompokan Anak Pendidikan Fungsi Intervensi
Jalanan Program/Strategi
Anak yang masih Community based Preventif
berhubungan/tinggal
dengan orang tua
Anak yang masih ada Street Based Perlindungan
hubungan dengan
keluarga tetapi jarang
berhubungan/tinggal
dengan orang tua
Anak tersisih/putus Centre Based Rehabilitasi
hubungan dengan
keluarga/orang tua
Sumber: Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia

Pada kasus anak jalanan, model dalam Mulandar (1996:156) menjelaskan


pendekatan dan penanganan yang dilakukan secara umum terdapat dua tujuan dalam
untuk anak jalanan binaan ialah centre based penanganan anak jalanan, yakni:
dengan fungsi intervensi rehabilitatif, yaitu 1) Melepaskan anak jalanan untuk
berusaha melepaskan anak dari jalanan. dikembalikan kepada keluarga asli,
Walaupun berfokus pada centre based, secara
keluarga pengganti, ataupun panti.
tidak langsung rumah singgah juga
menggunakan pendekatan community based 2) Penguatan anak di jalan dengan
dan street based yang dapat dilihat dari memberikan alternatif pekerjaan dan
program dan kegiatannya.
keterampilan.
Model penanganan dan pemberdayaan
anak jalanan sangat penting diperhatikan Kedua tujuan tersebut tampak saling
karena model penanganan anak jalanan melengkapi, yakni memperkuat anak di jalan
disesuaikan menurut kondisi anak jalanan kemudian mencarikan peluang untuk
yang beragam. Model-model yang diterapkan mengembalikan anak kepada keluarganya.
untuk anak jalanan tidak lepas juga dari
pengaruh visi dan misi lembaga. Tata Sudrajat

148
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

Rumah Singgah kondisi yang lebih baik dibandingkan


Munajat (2001:60) menjelaskan rumah dengan mereka yang membutuhkan
singgah merupakan perantara antara anak rumah singgah sebagai tempat tinggal
sementara, seperti kelompok anak
jalanan dengan pihak-pihak yang membantu
yang hidup di jalanan.
mereka. Rumah singgah bertujuan membantu
anak jalanan dalam mengatasi masalah-
masalahnya dan menemukan alternatif untuk Melalui proses informal dalam
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan resosialisasi anak jalanan terhadap sistem
demikian rumah singgah bukan merupakan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat,
lembaga pelayanan sosial yang membantu diharapkan mampu mencapai tujuan
menyelesaikan masalah, namun merupakan penyelanggaraan rumah singgah. Tujuan
lembaga pelayanan sosial yang memberikan penyelenggaraan rumah singgah itu sendiri
proses informal dengan suasana resosialisasi ada dua macam, yaitu tujuan umum dan
bagi anak jalanan terhadap sistem nilai dan khusus. Tujuan umumnya adalah membantu
norma yang berlaku di masyarakat. Direktorat anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya
Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial dan menemukan alternatif untuk pemenuhan
Departemen Sosial sebagaimana dikutip oleh kebutuhan hidupnya. Masih dalam sumber
Krismiyarsi (2004) mendefinisikan rumah yang sama, Direktorat Jenderal Bina
singgah sebagai berikut: Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial,
mengatakan bahwa tujuan khusus rumah
a) Anak jalanan boleh tinggal sementara
singgah adalah:
untuk tujuan perlindungan, misalnya:
karena tidak punya rumah, ancaman di
jalan, ancaman/kekerasan dari orang a) Membentuk kembali sikap dan
tua dan lain-lain. Biasanya hal ini perilaku anak yang sesuai dengan nilai
dihadapi anak yang hidup di jalanan dan norma yang berlaku di masyarakat
dan tidak mempunyai tempat tinggal. b) Mengupayakan anak-anak kembali ke
b) Pada saat tinggal sementara mereka rumah jika memungkinkan di panti
memperoleh intervensi yang intensif dan lembaga pengganti lainnya jika
dari pekerja sosial sehingga tidak diperlukan.
tergantung terus kepada rumah c) Memberikan berbagai alternatif
singgah. pelayanan untuk pemenuhan
c) Anak jalanan datang sewaktu-waktu kebutuhan anak
untuk bercakap-cakap, istirahat,
bermain, mengikuti kegiatan dan lain- Adapun dalam mencapai tujuan
lain
tujuannya, rumah singgah memiliki tugas dan
d) Rumah singgah tidak
memperkenankan anak jalanan untuk fungsi. Mengacu pada Departemen Sosial RI
tinggal selamanya. sebagaimana dikutip oleh Triyanti (2001:55)
e) Anak jalanan yang masih tinggal mengemukakan fungsi rumah singgah sebagai
dengan orang tua atau saudaranya atau berikut:
sudah mempunyai tempat tinggal tetap
sendirian maupun berkelompok tidak 1. Tempat pertemuan pekerja sosial
diperkenankan menetap di rumah dengan anak jalanan. Dalam fungsi
singgah, kecuali ada beberapa situasi ini, rumah singgah merupakan tempat
yang bersifat darurat. bertemu antara pekerja sosial dengan
f) Anak jalanan yang sudah mempunyai anak jalanan untuk menciptakan
tempat tinggal tetap merupakan

149
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

persahabatan, assessment dan dan kehidupan bermasyarakat bagi


melakukan program kegiatan. anak jalanan. Dengan harapan adanya
2. Pusat assessment dan rujukan pengakuan, tujuan dan upaya dari
Rumah singgah menjadi tempat warga masyarakat terhadap
assessment terhadap masalah dan penanganan masalah anak.
kebutuhan anak jalanan serta
melakukan rujukan pelayanan sosial Dari beragamnya kegiatan yang
bagi anak jalanan. disediakan oleh rumah singgah, anak jalanan
3. Fasilitator dapat memilih kegiatan mana yang ingin
Rumah singgah memiliki fungsi diikutinya. Semakin banyak kegiatan yang
sebagai perantara anak jalanan dengan
diikuti oleh anak jalanan di dalam rumah
keluarga, panti, keluarga pengganti,
dan lembaga lainnya. Anak jalanan singgah sejatinya akan mengurangi intensitas
diharapkan tidak terus-menerus mereka berada di jalanan. Selain itu, fungsi
bergantung pada rumah singgah, rumah singgah ini diharapkan meningkatkan
melainkan dapat memperoleh keberfungsian sosial mereka baik jasmaniah
kehidupan yang lebih baik melalui maupun rohani.
proses yang dijalani.
4. Perlindungan Prinsip Rumah Singgah
Rumah singgah dianggap sebagai
tempat perlindungan anak dari Prinsip-prinsip rumah singgah yang
kekerasan, penyimpangan seks dan dikemukakan Direktorat Bina Pelayanan
bentuk-bentuk lain yang terjadi di Sosial Anak sebagaimana dikutip oleh
jalanan.
Krismiyarsi (2009:40), yaitu:
1. Semi institusional
5. Pusat informasi Anak jalanan sebagai penerima
Dalam fungsi ini, rumah singgah pelayanan boleh bebas keluar masuk
menyediakan informasi tentang baik untuk tinggal sementara maupun
berbagai hal yang berkaitan dengan hanya untuk mengikuti kegiatan.
kepentingan anak jalanan seperti data 2. Terbuka 24 jam
dan informasi tentang anak jalanan, Anak jalanan boleh datang kapan saja,
bursa kerja, pendidikan, kursus siang hari maupun malam hari,
keterampilan dan lain-lain terutama bagi anak jalanan yang baru
6. Kuratif-Rehabilitatif mengenal rumah singgah. Anak
Rumah singgah diharapkan mampu jalanan yang sedang dibina atau dilatih
mengatasi permasalahan anak jalanan datang pada jam yang telah
dan memperbaiki sikap dan perilaku ditentukan, misalnya paling malam
sehari-hari yang akhirnya akan dapat pukul 22.00 waktu setempat. Hal ini
menumbuhkan keberfungsian anak. memberikan kesempatan kepada anak
7. Akses terhadap pelayanan jalanan untuk memperoleh
Sebagai persinggahan, rumah singgah perlindungan kapan pun. Para pekerja
menyediakan akses kepada berbagai sosial siap dikondisikan untuk
pelayanan sosial. pekerja sosial menerima anak dalam 24 jam tersebut,
membantu anak mencapai pelayanan oleh karena itu harus ada pekerja
tersebut. sosial yang tinggal di rumah singgah.
8. Resosialisasi 3. Hubungan informal (kekeluargaan)
Lokasi rumah singgah berada di Hubungan-hubungan yang terjadi di
lingkungan masyarakat sebagai upaya rumah singgah bersifat informal
mengenalkan kembali norma, situasi seperti perkawanan atau kekeluargaan.

150
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

Anak jalanan dibimbing untuk merasa dengan norma masyarakat karena


sebagai anggota keluarga besar di lamanya mereka tinggal di jalanan.
mana para pekerja sosial berperan Rumah singgah ditempatkan di
sebagai teman, saudara atau orang tua. tengah-tengah masyarakat agar
Hubungan ini membuat anak merasa mereka kembali belajar norma dan
diperlakukan seperti anak lainnya menunjukkan sikap dan perilaku yang
dalam sebuah keluarga dan merasa berlaku dan diterima masyarakat
sejajar karena pekerja sosial
menempatkan diri sebagai teman dan Rumah singgah adalah salah satu
sahabat. Dengan cara ini diharapkan upaya pemberian pelayanan sosial yang mana
anak-anak mudah mengadukan
diharapkan dapat digunakan semaksimal
keluhan, masalah, dan kesulitan
sehingga memudahkan penanganan mungkin untuk anak jalanan. Dengan prinsip
masalahnya. rumah singgah yang terbuka dan fleksibel,
4. Bebas terbatas untuk apa saja bagi anak jalanan dapat mendapatkan perlindungan
anak karena mereka biasa mengunjungi rumah
Anak dibebaskan untuk melakukan singgah kapanpun. Dan rumah singgah adalah
apa saja di rumah singgah seperti: satu-satunya tempat yang dapat didatangi
tidur, bermain, bercanda,
anak jalanan untuk bisa melakukan berbagai
bercengkrama, mandi, dan sebagainya.
Tetapi anak dilarang untuk perilaku kegiatan yang bermanfaat dan mendapat
yang negatif, seperti: perjudian, perhatian dari staff rumah singgah.
merokok, minuman, keras dan Masalah anak jalanan merupakan
sejenisnya. Dengan cara ini masalah yang cukup kompleks. Secara
diharapkan anak-anak betah dan ekonomis, mereka berada di jalan hanya
terjaga dari pengaruh buruk. Peraturan untuk mencari makan. Secara sosial
dibuat dan disepakati oleh anak-anak.
psikologis, mereka merupakan sebuah
5. Persinggahan dari jalanan ke rumah
atau alternatif lain komunitas yang memiliki karakter tersendiri.
Rumah singgah merupakan Mekanisme pertahanan diri dalam suasana
persinggahan anak jalanan dari situasi kebersamaan bisa menjadi pendorong
jalanan menuju situasi lain yang munculnya keinginan hidup bebas tanpa tahu
dipilih dan ditentukan oleh anak, bahwa ada orang lain yang berbeda
misalnya kembali ke rumah,
dengannya.
mengikuti saudara, masuk panti,
kembali ke sekolah, alih kerja ke Adapun pendidikan dalam rumah
tempat lain, dan sebagainya. singgah diharapkan mampu untuk
6. Partisipasi kegiatan yang dilaksanakan memberikan wawasan terhadap anak-anak
di rumah singgah didasarkan pada jalanan perempuan ini. Rumah singgah bisa
prinsip partisispasi dan kebersamaan. membuat pelatihan. Pelatihan yang
Pekerja sosial dan anak jalanan diselenggarakan menggunakan prinsip belajar
memahami masalah, merencanakan
pendidikan orang dewasa. Sebagaimana yang
dan merumuskan kegiatan
penanganan. Dengan cara ini anak disebutkan oleh Knowles (1979), prinsip
dilatih belajar mengatasi masalahnya pendidikan orang dewasa antara lain:
dan merasa memiliki atau memikirkan 1. Orang dewasa memiliki keinginan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
untuk belajar
7. Belajar bermasyarakat
Anak jalanan seringkali menunjukkan 2. Orang dewasa mau belajar jika ia
sikap dan perilaku yang berbeda
merasa perlu

151
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

3. Orang dewasa belajar sambil dengan potensi lokal yang


bekerja dikembangkan.
4. Orang dewasa belajar dengan 4. Meningkatnya kepercayaan diri
memecahkan masalah secara pada perempuan untuk terlibat
realistis dalam perencanaan, pelaksanaan
5. Orang dewasa merespon setiap pendidikan perempuan berbasis
metode yang bervariasi potensi lokal.
Sebab menurut Saleh (2007) Pelatihan 5. Meningkatnya ekonomi
atau pembelajran yang menggunakan dan perempuan dan keluarga.
menerapkan metode pendidikan dewasa akan
lebih mudah diterima oleh anak jalanan
Pendekatan centre-based menyertakan
dibanding dengan pelatihan atau pembelajaran
penyuluhan sebagai proses perubahan
yang klasikal. Adapun prinsip pendidikan
perilaku yang akan menyangkut aspek
dalam pemberdayaan perempuan menurut
pengetahuan, keterampilan dan sikap mental,
Lilik (2009:12), antara lain:
sehingga sasaran dalam hal ini adalah anak
1. Sikap rasional, kemampuan
jalanan perempuan dan keluarga anak jalanan
menilai situasinya sendiri perempuan.
2. Partisipatoris interaktif, bersikap Artikel ini lebih lanjut akan mencoba
sabar membangun sebuah model pemberdayaan
anak jalanan. Sebuah model mungkin belum
3. Artikulatif, mendapat pengakuan
akan berarti banyak, namun kehadirannya,
sosial setidaknya akan menambahkan jumlah
4. Bersahabat, menjunjung tinggi pemikiran/gagasan terkait upaya
pemberdayaan anak jalanan.
nilai sosial dan solidaritas

Dari prinsip pemberdayaan perempuan III. PEMBAHASAN


ini, Lilik juga menulis tentang indikator
keberhasilan pogram pendidikan Upaya pengentasan anak jalanan,
pemberdayaan perempuan, meliputi: memiliki tiga model pendekatan. Street based,
1. Terlaksananya pendidikan Centre Based, dan Community Based. Centre
perempuan berbasis potensi lokal based adalah salah satu upaya pendekatan dan
penanganan terhadap anak jalanan. Realisasi
secara kreatif, efisien, efektif, centre based ialah dalam bentuk rumah
inovatif, dan produktif. singgah. Suatu pendekatan yang diterapkan
2. Meningkatnya pemahaman tentang lembaga dalam menjangkau anak jalanan
melalui pengadaan program dan pelayanan
potensi lokal di wilayahnya
dengan cara pemberian dukungan pada
3. Meningkatnya kecakapan hidup kesejahteraan dan perkembangan anak ketika
(pengetahuan, sikap, keterampilan, mereka berada jauh dari keluarga mereka.
Konsep ini digunakan secara bergantian oleh
dan perilaku) perempuan sesuai

152
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

sebuah kelompok yang mengacu pada tempat centre-based kerap digunakan rumah singgah
penampungan sementara atau drop in centre untuk membantu anak jalanan mengurangi
yang juga menyediakan pelayanan menetap waktunya di jalanan dan menghabiskan
atau residential centre bagi anak jalanan yang waktunya di rumah singgah untuk kegiatan
terlantar. bermanfaat. Seorang pekerja sosial
Program ini dibuat untuk anak jalanan ditempatkan di centre based guna
yang sudah teralineasi dengan kehidupan mendampingi anak untuk membangkitkan
mereka, jauh dari rumah dan sudah kesadarannya kembali tentang kehidupan
memutuskan hubungan dengan keluarga. yang harus dijalaninya dan mengingatkan
Tetapi, pada kasus tertentu, sesuai dengan akan keluarganya.
fungsinya yaiu rehabilitatif, pendekatan

Centre based approach

Bio: Bekerja sama dengan pihak kesehatan


 Organ memberikan pengetahuan mengenai kesahetan
 Kesehatan dan pendidikan seks dini.
 genetik

Psikologi: Melakukan pendampingan edukasional,


 Emosi fasilitatif, representatif, dan teknis
 Kognisi
 motivasi
Melakukan resosialisasi terhadap lingkungan
Sosial:
baru;
 Lingkungan
Melakukan pemberdayaan untuk anak jalanan
 Keluarga
dan pemberdayaan untuk orang tua anak jalanan
 komunitas berupa keterampilan

Assessmen biopsikososial adalah Pada pendekatan centre based anak


konsep yang dikembangkan dalam rumah diajarkan untuk kembali berorientasi pada
singgah khusus anak jalanan perempuan. nilai dan norma yang berlaku di masyarkat.
Assessmen ini digunakan dalam pelaksanaan Menurut Childhope Asia Philiphines, program
rehabilitasi sosial untuk memecahkan centre based terbagi menjadi 2 tahap, yaitu
permasalahan yang dihadapi anak jalanan. tahap drop-in shelter sebagai tahap awal di
Pada aspek fisik mengkaji keadaan fisik mana anak masih diperbolehkan bolak balik
(seputar kesehatan) yang bermasalah ke jalan karena anak masih beradaptasi dari
kemudian diberikan terapi untuk lingkungan jalan ke lingkungan rumah.
penyembuhannya. Aspek psikologis mengkaji Kemudian dilanjtkan dengan tahap residential
keadaan jiwa yang dialami anak jalanan. shelter di mana anak tinggal menetap dan
Aspek sosial mengkaji speutar relasi dengan hidup di tempat tersebut sebagai rumah
individu, keluarga, dan masyarakat. tinggal mereka dengan aturan-aturan rumah
yang dibuat untuk merehabilitasi mereka

153
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

supaya tidak lagi kembali ke jalan. Perlakuan anak, riwayat hidup, masalah, kebutuhan,
serta pemahaman khusus dibutuhkan bagi potensi dan dinamika kehidupan anak jalanan
para petugas atau pendamping di rumah secara cermat dan teliti; Resosialisasi,
singgah. Pasalnya, di rumah singgah khusus kegiatan mengenalkan sikap dan perilaku
perempuan ini nantinya anak-anak akan anak agar sesuai dengan nilai dan norma
diberikan pemahaman mengenai gender, sosial; Pemberdayaan untuk anak jalanan,
fungsi keluarga, fungsi reproduksi, dan dimaksudkan sebagai upaya mengangkat anak
pendidikan seks dini sebagai bekal mereka ke jalanan dari keterlantaran serta sekaligus
depan. mengatasi masalah-masalah yang
Adapun peran LSM atau rumah disandangnya dengan berusaha memenuhi
singgah yang memiliki petugas, mereka segala keperluan yang dibutuhkan, terutama
memiliki tugas sebagai pendukung dan yang menyangkut kebutuhan dasar hidupnya,
pendamping bagi anak-anak jalanan dalam ditambah lagi dengan mengajarkan
kehidupan mereka sehari-hari, sehingga anak keterampilan, serta memberikan wawasan
dapat berkembang ke arah yang positif dan mengenai wanita, gender, pendidikan seks
lebih berkualitas untuk kehidupan mereka dini, dan fungsi reproduksi; Pemberdayaan
selanjutnya di masa depan. karena program untuk orang tua anak jalanan, merupakan
centre based erat kaitannya dengan rumah upaya rumah singgah dalam rangka
singgah, program tersebut memiliki acuan membangun kembali fungsi-fungsi sosial
dalam melayani anak jalanan. Peneliti keluarga melalui bimbingan sosial, bimbingan
merencanakan alur dalam melayani anak kewirausahaan maupun pendampingan;
jalanan perempuan. Terminasi, Serangkaian kegiatan yang
Penjangkauan dan pendampingan di dilakukan pada akhir sebuah proses
jalan, kegiatan kunjungan keluar rumah pemberdayaan anak jalanan. Kegiatan
singgah untuk menjangkau anak jalanan terminasi dilaksanakan dengan maksud agar
sebagai upaya menciptakan kontak hasil-hasil yang telah dicapai pada tahap
pendahuluan dan persahabatan dengan proses pemberdayaan bisa dipertahankan dan
mereka; Identifikasi anak, kegiatan ini secara terus menerus dapat ditumbuh
merupakan suatu proses untuk kembangkan.
menginventarisasikan dan mengkaji identitas

154
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

Skema 2.1
Kerangka Penelitian

Anak Jalanan Perempuan

Menghabiskan banyak waktu di jalan,


sehingga berisiko terjadi
1. Eksploitasi
2. Diskriminasi
3. Pelecehan seksual
4. Human trafficking

Model Pendekatan Centre Based:


Kegiatan yang dilakukan oleh rumah singgah anak jalanan
perempuan
1. Penjangkauan dan pendampingan di jalan
2. Identifikasi anak
3. Resosialisasi
4. Pemberdayaan untuk anak jalanan
5. Pemberdayaan untuk orang tua anak jalanan
6. Terminasi

1. Waktu di jalanan berkurang


2. Dapat diterima di masyarakat
3. Berwawasan dan berketerampilan
4. Anak jalanan dapat berfungsi secara sosial

eksploitasi seksual maka masyarakat dan


IV. KESIMPULAN aparat sendiri mampu menjalankan peran
Sebagai tindak lanjut dari ide rumah dalam memberikan perlindungan khusus
singgah anak jalanan perempuan ini, kerja untuk mereka.
advokasi lain dalam pengembangan budaya Di rumah singgah anak jalanan
hukum yang baik bagi masyarakat pun juga perempuan ini, mereka diajarkan juga
dilakukan. Dengan melakukan sosialisasi dan pendidikan tentang seks, fungsi keluarga, dan
kampanye di beberapa kelurahan dan hal-hal lain yang terkait dengan kehidupan
kecamatan dengan mengajak kerja sama sebagai perempuan. Diharapkan dari adanya
organisasi-organisasi yang ada akan rumah singgah anak jalanan perempuan ini,
memperkecil potensi anak jalan perempuan mereka mengerti tentang pentingnya
terintimidasi. Paling tidak di sudut manapun memahami dan menjaga diri. Lebih jauh lagi,
di kota besar bila terjadi gejala anak jalanan mereka memutuskan untuk tidak kembali lagi
perempuan yang mengalami kekerasan dan turun ke jalan.

155
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 5 NOMOR: 2 HALAMAN: 106--208 ISSN:2339 -0042

Ke depan, kesadaran publik dan Departemen Sosial RI. 2003. Upaya


negara dalam menjalankan peran Pencarian Model yang Efektif dalam
perlindungan khusus bagi anak jalanan Penanganan Anak Jalanan.
(Penelitian Universitas
perempuan perlu ditingkatkan, tidak sekadar
Muhammadiyah Jakarta bekerja sama
mencegah anak menjadi korban namun dengan Balitbangsos Departemen
termasuk mereduksi risiko lainnya selama Sosial RI)
anak-anak perempuan terlanjur menjadi anak
jalanan. Ruang aman dan peluang pendidikan Johanes, Fery. 1997. Penanganan Anak
Jalanan di Indonesia. Bandung:
serta ekonomi juga perlu dibuka bagi mereka
STKS
sehingga secara otomatis akan mengurangi
jam-jam mereka berada di jalanan. Odi Shalahuddin. 2000. Anak Jalanan
Perempuan. Semarang: Yayasan
Daftar Pustaka Setara
Pietrzak, J., Ramler, M., Renner, T., &
Andari, Soetji, dkk. 2007. Uji Coba Model
Gilbert, N. 1990. Practical program
Perlindungan Anak Jalanan terhadap
evaluation: Examples from child
Tindak Kekerasan. Yogyakarta:
abuse prevention. London: Sage
B2P3KS.
Publications.
Amal, Bakhrul Khair. 2003. Pemberdayaan Pincus A., Manahan A. 1973. Social Work
Anak Jalanan Melalui Rumah Practice: Model & Method. Itasca,
Singgah: Studi Kebijakan IL: F. E. Peacock Publishers.
Penanganan Anak Jalanan di
Indonesia. Tesis. Depok: Universitas Sudrajat, A. 1989. Profil Anak Jalanan di
Indonesia DKI Jakarta. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Sosial.
Armai, Arief. 20002. Rumah Singgah Sebagai Departemen Sosial RI.
Tempat Alternative Pemberdayaan
Anak Jalanan. (Jurnal Fajar) Jakarta: Sudrajat, Tata. 1997. Mengenali Program
LPM UIN. hal. 1 Penanganan Anak Jalanan, Makalah
Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan untuk pelatihan Beranting
Lanjut Usia – Deputi Bidang Pendamping Anak. YKAI
Peningkatan Kesejahteraan Sosial.
2000. Modul Pelatihan Pimpinan Wahyu Nurhajdatmo. 1999. Seksualitas Anak
Rumah Singgah. Jakarta: Badan Jalanan. Yogyakarta: Pusat
Kesejahteraan Sosial Nasional. Penelitian Kependudukan UGM.

156

Anda mungkin juga menyukai