Anda di halaman 1dari 20

Masalah dan Realitas Sosial Masyarakat Indonesia

Diajukan untuk Memenuhi UAS Semester genap

Dosen :Dra. Rokna Murni, MP

Skenario Program Penanganan Masalah dan Realitas Sosial

Anak Jalanan di Lingkungan Daerah

Disusun Oleh:

Launa Savira Aulia (2004030)

PROGRAM STUDI PEKERJAAN SOSIAL

POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan nikmatnya yang telah
memberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu tanpa
pertolongannya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam rangka memenuhi tugas pemenuhan paper UAS semester genap mata kuliah
Masalah dan Realitas Sosial Masyarakat Indonesia, maka makalah ini dibuat dengan judul
“Skenario Program Penanganan Masalah dan Realitas Sosial Anak Jalanan di Lingkungan
Daerah”.
Penulis menyadari meski telah berusaha semaksimal mungkin, saya merasa makalah ini
masi jauh dari kata sempurna, baik dari segi penulisan maupun bahas. Maka dengan kerendahan
hati, saya sebagai pembuat makalah ini akan menerima semua masukan dan saran dari para
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat positif bagi pengembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya khususnya untuk ilmu Masalah dan Realitas Sosial Mayarakat
Indonesia.

Wasalamualaikum. Wr. Wb

Malang, 24 Mei 2021

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak jalanan merupakan salah satu masalah yang paling krusial di negeri ini.
Kota Malang yang termasuk salah satu kota besar di Jawa Timur memiliki persoalan
dengan anak jalanan. Anak jalanan di Kota Malang selalu memadati pusat-pusat
keramaian kota untuk mencari nafkah seperti pada perempatan jalan, pusat perbelanjaan,
dan alun-alun Kota Malang. Saat ini seakan-akan pemerintah dan masyarakat acuh
terhadap perkembangan anak jalanan di kota-kota besar karena jumlah anak jalanan yang
memadati pusat-pusat keramaian kota tidak berkurang sedikitpun. Selain itu banyak
sekali kasus yang dialami anak jalanan seperti penyiksaan, pelecehan seksual, dan lain
sebagainya.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan memicu timbulnya berbagai
perubahan dalam masyarakat dengan meningkatkan angka harapan hidup. Salah satunya
pemanfaatan media teknologi dalam penyaluran informasi dan sosialisasi tentang
kesejahteraan sosial kepada masyarakat. Namun masi saja banyak anak anak di bangsa
ini masi belum merasakan pendidikan yang ada khususnya anak jalanan. Anak jalanan
sangat identik dengan kuarangnya pendidikan. Dengan demikian membuat mereka tidak
memiliki masadepan yang cerah dan SDM di Indonesia akan melemah.
Fenomena sosial yang kerapkali luput dari perhatian pemerintah maupun
masyarakat di negara berkembang , khususnya di negara indonesia adalah penyandang
masalah sosial anak terlantar. Tentu kedepannya permasalahan ini semakin kompleks
karena jumlah mereka semakin bertambah tiap taunnya apalagi di jaman seperti sekarang,
adanya corona yang mendukung anak anak untuk turun kejalan dan tidak mendapatkan
pendidikan. Untuk itu tindakan kepada mereka selayaknya harus segera dilaksanakan,
apalagi ketika negara sedang dihadapkan pada krisis seperti sekrang.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana latar belakang permasalahan anak jalanan?


2) Apa yang dimaksud anak jalanan?
3) Permaslahan apa saja yang yang di alami oleh anak jalanan?
4) Apa ciri ciri anak jalanan?
5) Apa saja faktor penyebab munculnya masalah pada anak jalanan?
6) Apa saja dampak yang timbul pada masalah sosial anak jalanan dan lingkungan anak
jalanan?
7) Bagaimana jumlah data anak jalanan yang ada di Kota Malang?
8) Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial
bagi anak jalanan?
9) Apa saja program Pemerintah Kota Malang dalam upaya penanganan masalah sosial
anak jalanan?
10) Program apa yang bisa di lakukan oleh Pekerja Sosial dalam membantu mengatasi
masalah sosial anak jalanan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui dan memahami bagaimana latar belakang permasalahan anak jalanan.

2) Mengetahui dan memahami tentang apa itu anak jalanan.

3) Mengetahui dan memahami permasalahan-permasalahan apa saja yang dialami oleh


anak jalanan.

4) Mengetahui dan memahami ciri-ciri dari anak jalanan.

5) Mengetahui dan memahami faktor penyebab munculnya masalah pada anak jalanan.

6) Mengetahui dan memahami apa saja dampak dari masalah sosial anak jalanan.
7) Diketahui, memahami, dan dapat menganalisis berapa jumlah anak jalanan di
Indonesia khususnya daerah Jawa Timur di Kota Malang.

8) Mengetahui dan memahami upaya-upaya apa saja yang bisa diberlakukan dalam
penanganan masalah sosial anak jalanan.

9) Mengetahui dan memahami kebijakan dan program apa saja yang telah dibuat
pemerintah Kota Malang dalam penanganan masalah anak jalanan.

10) Mengetahui dan memahami program yang bisa dibuat oleh Pekerja Sosial dalam
mengatasi masalah sosial pada anak jalanan.
BAB II

ANAK JALANAN

A. Pengertian
Anak jalanan adalah sebuah istilah yang mengacu pada anak-anak tunawisma
yang tinggal di wilayah jalanan. UNICEF menyebutkan anak jalanan yaitu anak yang
berusia sekitar di bawah 18 tahun dan bertempat tinggal di wilayah kosong yang tidak
memadai, serta biasanya tidak ada pengawasan. Putranto (1990, h.11) dalam studi
kualitatifnya mendefinisikan anak jalanan sebagai anak yang berusia 6-15 tahun yang
tidak bersekolah lagi dan tinggal tidak bersama orang tua mereka dan bekerja seharian
untuk memperoleh penghasilan di jalanan, persimpangan dan tempat-tempat umum.
Secara garis besar menurut Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur (2002, h.8) anak
jalanan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
1. Children on the street (Anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang
masih pulang ke rumahnya);
2. Children of the street (Anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar
waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan
orangtua atau keluarganya.);
3. Children from families from the street (anak-anak yang menghabiskan seluruh
waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di
jalanan.).
Menurut standard pelayanan sosial anak jalanan melalui Rumah Singgah (2004,
h.14), ciri-ciri anak jalanan yang bekerja di jalanan adalah :
1) Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya yaitu pulang secara periodik dan
mereka pada umunya berasal dari luar kota yang bekerja di jalanan.
2) Berada di jalanan sekitar 8 sampai 12 jam untuk bekerja, sebagian mencapai 16 jam
3) Bertempat tinggal dengan cara mengontrak sendiri atau bersama teman, dengan
orang tua atau saudara atau di tempat kerjanya di jalanan.
4) Tidak bersekolah lagi.

Berdasar pada kategori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anak jalanan
adalah anak yang dalam keseharian hidupnya penuh dengan permasalahan, baik dengan
keluarga, orang di sekitar mereka, maupun dengan aparat pemerintah terutama dengan
para pamong yang berusaha menertibkan mereka. Mereka merelakan sebagian besar
waktunya untuk bekerja di jalanan agar memperoleh penghasilan sebagai bekal hidup
mereka.

B. Faktor Penyebab

Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab munculnya fenomena anak jalanan, yaitu:

1) Modernisasi, industrialisasi, migrasi, dan urbanisasi menyebabkan terjadinya


perubahan jumlah anggota keluarga dan gaya hidup yang membuat dukungan
sosial dan perlindungan terhadap anak menjadi berkurang.
2) Kekerasan dalam keluarga ataupun dipaksa melalukan tindak kriminal menjadi
latar belakang penting penyebab anak keluar dari rumah dan umumnya terjadi
dalam keluarga yang mengalami tekanan ekonomi dan jumlah anggota keluarga
yang besar.
3) Terkait permasalahan ekonomi sehingga anak terpaksa ikut membantu orang tua
dengan bekerja di jalanan.
4) Orang tua memperkerjakan anak sebagai sumber ekonomi keluarga pengganti
peran yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa.
5) Adanya Pelecehan Sexual, Fisik ataupun Emosional serta penyalahan zat terlarang

Kehidupan rumah tangga asal anak-anak tersebut merupakan salah satu faktor
pendorong penting. Banyak anak jalanan berasal dari keluarga yang diwarnai dengan
ketidakharmonisan, baik itu perceraian, percekcokan, hadirnya ayah atau ibu tiri,
absennya orang tua baik karena meninggal dunia maupun tidak bisa menjalankan
fungsinya. Hal ini kadang semakin diperparah oleh hadirnya kekerasan fisik atau
emosional terhadap anak. Keadaan rumah tangga yang demikian sangat potensial untuk
mendorong anak lari meninggalkan rumah.

Faktor lain yang semakin menjadi alasan anak untuk lari adalah faktor ekonomi
rumah tangga. Dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, semakin banyak
keluarga miskin yang semakin terpinggirkan. Situasi itu memaksa setiap anggota
keluarga untuk paling tidak bisa menghidupi diri sendiri. Dalam keadaan seperti ini,
sangatlah mudah bagi anak untuk terjerumus ke jalan.

Tidak adanya perlindungan orang dewasa, adanya diskriminasi, ataupun


kurangnya perlindungan hukum terhadap anak-anak ini, menjadikan anak-anak tersebut
rentan terhadap kekerasan yang berasal dari sesama anak-anak itu sendiri, atau dari
orang-orang yang lebih dewasa yang menyalahgunakan mereka , ataupun dari aparat.
Bentuk kekerasan bermacam-macam mulai dari dikompas (dimintai uang), dipukuli,
diperkosa, ataupun dirazia dan dijebloskan ke penjara. Namun, anak-anak itu sendiri juga
berpotensi menjadi pelaku kekerasan atau tindak kriminal seperti mengompas teman-
teman lain yang lebih lemah, pencurian kecil-kecilan, dan perdagangan obat-obat
terlarang. Semua faktor yang telah disebutkan berkontribusi pada situasi dimana
seseorang anak tinggal atau bekerja di jalanan.

C. Dampak
Banyak anak jalanan yang tiap hari dirugikan oleh orang dewasa, termasuk
pejabat pemerintah dan polisi, anak-anak lain, dan bahkan keluarga mereka sendiri.
mereka juga tidak diberi akses ke pendidikan dan perawatan kesehatan, yang merupakan
hak mereka. jika undang-undang nasional kriminalisasi si pengemis atau berkeliaran,
mereka dapat menghadapi penjara hanya karena mencoba bertahan hidup. Berikut ini
adalah beberapa dampak yang dihadapi adanya anak jalanan:
1) Anak jalanan mengalami kekerasan
2) Anak jalanan menjadi sasaran pelaku kekerasan
3) Anak jalanan bisa direkrut menjadi geng tindak kriminal
4) Anak jalanan bisa menjadi pecandu narkoba
5) Anak jalanan dapat menderita masalah kesehatan mental
6) Stigma negatif masyarakat membuat anak jalanan jarang diterima di lingkungan
masyarakat
7) Masa depan anak jalanan tidak terjamin
8) Bertambahnya angka anak putus sekolah dan kualitas pendidikan rendah
9) Kriminalitas meningkat
10) Kualitas SDM Indonesia menurun
11) Banyaknya pengangguran

D. Data
Data BPS menunjukkan sebaran angka kemiskinan sejak tahun 2000 sampai
dengan tahun 2011, jumlah penduduk miskin di pedesaan selalu lebih besar dibanding
dengan perkotaan. Untuk tahun 2011, sebaran angka kemiskinan berjumlah 63,2 % ada di
pedesaan, sedangkan 36,8 % berada di perkotaan. Kesenjangan sosial-ekonomi antara
desa dan kota yang terlihat jauh inilah yang seringkali memotivasi masyarakat pedesaan
untuk berurbanisasi ke kota.
Dari sekian banyak permasalahan yang muncul di perkotaan, salah-satu yang
paling urgent adalah permasalahan anak jalanan. Semakin tahun sudah dapat dipastikan
bahwa jumlah anak jalanan akan semakin meningkat, data terakhir (2008) yang dilansir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa anak jalanan di Indonesia berjumlah
154.861 jiwa. Di tataran Jawa Timur khususnya Surabaya adalah kota dengan
pertumbuhan anak jalanan yang paling pesat. Kota berikutnya yang memiliki tingkat
permasalahan anak jalanan yang kompleks adalah Kota Malang, dan pada tahun 2012
anak jalanan di Malang diperkirakan mencapai 1.500 anak.
Data anak jalanan yang telah tercantum dalam BPS Kota Malang per-tahun 2016–
2018

Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan (PMKS) Menurut


Jenis PMKS dan Jenis Kelamin di Kota Malang
Tipe
Laki-Laki Perempuan Total
PMKS
201 201 201
2016 2018 2016 2018 2016 2018
7 7 7

Anak
56 58 90 48 50 86 104 108 176
Jalanan

Jumlah Wanita Rawan Sosial Ekonomi di


Tahun Kota Semarang
Sumber data

2014 717 BPS Provinsi Jawa Tengah


2015 72 BPS Provinsi Jawa Tengah

2016 72 BPS Provinsi Jawa Tengah

2020 151 Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

E. Upaya Penyelesaian Masalah

Penanganan masalah anak jalanan tidak hanya menjadi tanggung jawab salah satu
pihak saja, melainkan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat), akademisi dan masyarakat secara keseluruhan. Salah
satu bentuk penanganan anak jalanan adalah melalui pembentukan rumah singgah.
Tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-
masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya,
membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma
yang berlaku di masyarakat.

Masyarakat juga sebaiknya tidak hanya diam, anak jalanan memerlukan


penanganan khusus. Jadi sebaiknya masyarakat tidak mengabaikan mereka, cobalah ikut
sertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan masyarakat yang sering di lakukan dan berikan
mereka kesempatan untuk mengasah dan menunjukan kemampuan mereka sambil di
arahkan kepada norma-norma yang berlaku di masyarakat. Ketika masyarakat mau untuk
terjun langsung menangani anak jalanan maka tidak ada yang tidak mungkin anak jalanan
menjadi seseorang yang berguna bagi dirinya serta masyarakat banyak bahkan bagi
negara. Upaya lain yang bisa ditempuh dalam menangani anak jalanan ialah dengan cara:

1) Pemenuhan Kebutuhan Gizi gratis.


Anak-anak jalanan diarahkan untuk mendatangi tempat-tempat yang telah
ditentukan untuk mendapatkan layanan pemenuhan gizi.
2) Pemberian Pelayanan Kesehatan Dasar Gratis.
Pemberian layanan kesehatan dasar gratis ini dapat dilakukan melalui
Puskesmas Keliling. Dengan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan dengan
tersedianya pengobatan gratis diharapkan anak-anak jalanan mempunyai
ketahanan fisik yang baik dan berdampak positif terhadap perkembangan
intelektual maupun emosionalnya.

3) Pemberian Layanan Pendidikan Gratis.


Program ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu membebaskan biaya
sekolah bagi anak jalanan di sekolah-sekolah formal yang ditunjuk dan
memberikan layanan pendidikan seperti Perpustakaan Keliling, di mana guru
mendatangi tempat-tempat yang biasanya digunakan anak-anak jalanan untuk
berkumpul serta memberikan materi pelajaran di tempat tersebut.

201210515003_Bayhaqqi_BAB I.pdf (ubharajaya.ac.id)

https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/jpks/article/download/1558/888#:~:text=Pengertian
%20PRSE%20awalnya%20dikenal%20dengan,masalah%20kesejahteraan%20sosial%20(PMKS)

9.-Perilaku-Komunikasi-Perempuan-Rawan-Sosial-Ekonomi-Di-Kota-Bandung.pdf
(esaunggul.ac.id)

(PDF) Strategi untuk Mengatasi Permasalahan Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE)
(researchgate.net)

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjMn92LxufwAhXlzTgGHRZBAI
kQFjAAegQIAhAD&url=https%3A%2F%2Fejournal2.undip.ac.id%2Findex.php%2Ftataloka%2Farticle
%2Fdownload%2F3174%2Fpdf&usg=AOvVaw23bt6aA7wkhBSkAPddcJIY

PEKSOS BAMBANG RUSTANTO: SEKOLAH PEREMPUAN HEBAT BANDUNG (bambang-


rustanto.blogspot.com)
BAB III

PROGRAM YANG DIBUAT UNTUK ANAK JALANAN

A. Program yang telah dibuat oleh pemerintah Kota Malang

Kota Malang memiliki kebijakan berupa Keputusan Walikota Malang Nomor 88


Tahun 2011 tentang Komite Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS), dimana anak jalanan dimasukkan sebagai salah-satu kategori dari PMKS
tersebut. Selain Keputusan Walikota terkait PMKS tersebut, masih ada beberapa
kebijakan terkait penanganan anak jalanan, seperti Surat Keputusan tentang Pembentukan
Kota Layak Anak, Surat Keputusan tentang Pembentukan Lembaga Perlindungan Anak,
dan lain-lainnya.

Pemerintah Kota Malang bersama Dinas Sosial Kota Malang membentuk Komite
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dibawah pengarahan dari Walikota Malang
dan dibawah tanggungjawab dari Sekretaris Daerah Kota Malang, Serta pemerintah
mengajak kerjasama LSM-LSM agar kebijakan yang ada dapat berjalan lebih efektif dan
tepat sasaran. LPAJ Griya Baca merupakan salahsatu LSM yang fokus dalam menangani
anak jalanan. Dalam kegiatannya, Griya Baca juga bekerjasama dengan Dinas Sosial
Kota Malang terkait dengan pelaksanaan Keputusan Walikota Malang Nomor 88 Tahun
2011.

Program yang dimiliki oleh Griya Baca dalam penanganan terhadap anak jalanan
diantaranya adalah

1) Achivement Motivation Training (AMT) dengan anak jalanan yang menjadi


anak-anak binaan
2) Bhakti sosial dengan keluarga anak jalanan
3) Pembinaan rutin dua kali dalam satu minggu
4) Pembinaan orang tua
5) Pelatihan life skill event
6) Trainingtraining pembina, adik binaan dan pengembangan diri lainnya.

Griya Baca menerapkan konsep child center community development,


karena itu Griya Baca menyadari bahwa agar proses advokasi dan pemberdayaan
anak jalanan berjalan dengan efektif dan progresif, maka dibutuhkan penanganan
terhadap orang tua dan masyarakat termarginalkan yang ada di sekitar mereka.

Pemerintah dan Dinas Sosial Kota Malang mengacu pada tiga hal yang
disebut 3 fungsi utama penanganan anak jalanan antara lain:

1) Fungsi pencegahan
Dilakukan dengan cara sosialisasi kepada anak jalanan melalui
kerjasama dengan LSM ataupun pihak-pihak lain yang terkait. Dinas
Sosial Kota Malang bekerjasama dengan Satpol-PP untuk melakukan
kegiatan razia anak jalanan yang disebut “Oprasi Simpatik”. Kegiatan
Operasi Simpatik ini tidak hanya dilakukan oleh Satpol-PP, tetapi ada tim
terkait yang bekerjasama dalam kegiatan ini, tim tersebut adalah gabungan
dari Dinas Sosial, Satpol-PP, Polresta Kota Malang, Kementerian Agama
Kota Malang dan Dinas Ketenagakerjaan Kota Malang.
2) Fungsi rehabilitasi

Anak jalanan yang hasil razia Operasi Simpatik kemudian didata


dan ditampung di LIPONSOS (Lingkungan Pondok Sosial) yaitu tempat
yang memang disediakan untuk membina anak-anak jalanan yang terjaring
dalam razia. Materi pembinaan yang diberikan dalam upaya rehabilitasi di
LIPONSOS antara lain adalah pembinaan mental, keagamaan, dan
motivasi-motivasi. Setelah dari LIPONSOS, anak-anak jalanan ini akan
dirujuk ke UPT-UPT (Unit Pelayanan Terpadu) yang berada di Provinsi
Jawa Timur untuk mendapatkan pembinaan lebih lanjut. Dalam fase ini
Dinas Sosial Kota Malang bekerjasama dengan Dinas Sosial Provinsi Jawa
Timur. Dinas Sosial juga bekerjasama dengan panti-panti asuhan untuk
merujuk anak jalanan yang tidak memiliki tempat tinggal tetap dan sudah
tidak memiliki keluarga ataupun orang tua.

3) Fungsi pemberdayaan
Pemberdayaan ini dimaksudkan agar nantinya anak-anak jalanan
tersebut dapat memiliki keterampilan tertentu yang nantinya dapat mereka
jadikan bekal dalam bekerja, hal inilah yang diharapkan secara perlahan
dapat membuat mereka berhenti menjadi anak jalanan. Pemberdayaan ini
dimulai dari tahapan identifikasi atau pendataan anak jalanan. Setelah
dilakukan pendataan/identifikasi, data yang ada akan diseleksi.
Untuk memastikan bahwa data yang didapat dan telah terploting
merupakan data yang benar, maka Dinas Sosial melakukan home-visite.
Selanjutnya dilakukan tahapan assessment untuk dapat mengetahui latar
belakang anak jalanan secara lebih menyeluruh. Setelah semua data
terkumpul secara rinci, dibuatlah sebuah rencana intervensi yaitu upaya
yang dilakukan Dinas Sosial untuk memasukkan mereka dalam rangkaian
pelatihan keterampilan yang disebut dengan “Program Bimbingan Sosial
dan Keterampilan”. Macam macam bentuk pelatihan ini adalah fotografi,
tataboga, otomotif dan kursus mengemudi. Ketika pelatihan ini selesei
mereka akan mendapatkan bantuan stimulant sesuai dengan pelatihan
keterampilan yang mereka ikuti.

B. Skenario Program yang dibuat oleh Peksos

Anak jalanan dikenal dengan kurangnya mengenyam pendidikan dan kurangnya


bekal untuk masa depan mereka, maka dari itu Pekerja Sosial membuat rancangan
rencana program pendidikan dan pembinaan bagi Anak Jalanan yang sering dijumpai di
pinggiran Kota Malang. Program yang dibuat bernama Sekolah Anak Jalanan yang
memiliki tujuan pembekalan ilmu untuk Anak Jalanan itu sendiri, Serta anak jalanan bisa
mengenyam dunia pendidikan dan bekal untuk kehidupan kedepannya.
Rencana program ini akan bekerja sama dengan LSM dan organisasi Pekerja
Sosial yang didalamnya juga ada relawan dari mahasiswa ataupun dari profesi Psikolog
untuk menyokong kesehatan mental para Anak Jalanan. Rencana anggaran sekolah ini
akan didirikan dengan bantuan dari donasi serta bantuan dari masyarakat setempat, dan
jika memungkinkan program ini pula akan meminta kerjasama kepada pemerintah kota
malang terkait anggaran dan legalitas pendirian program.

Sasaran dari program ini adalah seluruh anak jalanan yang berada di Kota
Malang, baik yang pernah bersekolah dan putus sekolah maupun yang tidak bersekolah
sama sekali. Mulai dari anak anak hingga mendekati usia dewasa, siapapun boleh
mengikuti program Sekolah Anak Jalanan ini dengan tidak dipungut biaya sama sekali
atau dikatakan gratis. Dengan demikian semua anak di Indonesia kususnya di Kota
Malang mendaptkan hak untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal 31 ayat (1) yang menyatakan, bahwa "Tiap-
tiap warga negara berhak mendapat pengajaran".

Sekolah Anak Jalanan ini akan melakukan program pengajaran setiap 3x dalam
seminggu, yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Sabtu. Kegiatam pembelajaran dilakukan
sebelum “mereka” berangkat kejalan untuk mencari secercah pengidupan, dan akan
dimulai pada pagi hari jam 08.30-11.00. Pada hari Senin akan diawali dengan upacara
bendera untuk menunjukan sisi bela negara pada bangsa indonesia lalu dilanjutkan
dengan pengetahuan umum beserta pengecekan kesehatan dasar untuk para anak jalanan
yang dilakukan oleh relawan yang ada, selanjutnya pada hari Rabu akan di ajarkan
tentang baca tulis serta pengetahuan lain untuk yang sudah bisa membaca, entah itu
berhitung ataupun pengetahuan tentang bahasa asing (pengajaran bahasa inggris), pada
hari Sabtu anak jalanan akan dibekali ilmu pengetahuan tentang pembekalan
keterampilan enatah itu menjait atau keterampilan lain serta akan dilakukan sesi curhat
jika ada anak jalanan ada yang bermasalah dengan mental, dan sesi ini akan melibatkan
pengawasan dari mahasiswa psikologi maupun profesi psikologi.

Sesuai dengan survei yang telah saya amati dengan banyaknya anak jalanan yang
rata-rata berkumpul di pusat kota, maka program Sekolah Anak Jalanan akan bertempat
di Pusat Kota Malang yang berletak di Kampung Warna Warni Jodipan. Untuk sementara
program ini akan memakai lapangan yang ada di Kampung tersebut, namun dengan
berjalannya waktu jika program ini berjalan dengan lancar, maka kami tim yang
mendirikan program akan mencoba menyewa sebuah kontrakan kecil untuk tempat
singgah maupun kelas pembelajaran bagi anak jalanan. Pekerja sosial akan melakukan
sosialisasi tentang pentingnya pendidikan di lingkungan masyarakat baik melalui
pemanfaatan media teknolgi daring maupun secara langsung khususnya pada anak
jalanan, agar anak anak yang belum medapat pendidikan bisa bergabung pada program
yang didirikan. Jika ada anak atau orang tua, wali, maupun orang terdekat anak jalanan
ingin mendaftar pada program ini maka kami sebagai peksos akan melakukan pendataan,
home visit dan assesment pada klien apakah layak untuk bisa mengikuti program ini atau
tidak.
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Anak jalanan adalah sebuah istilah yang mengacu pada anak-anak tunawisma
yang tinggal di wilayah jalanan. UNICEF menyebutkan anak jalanan yaitu anak yang
berusia sekitar di bawah 18 tahun dan bertempat tinggal di wilayah kosong yang tidak
memadai, serta biasanya tidak ada pengawasan. Anak jalanan sebagai anak yang berusia
6-15 tahun yang tidak bersekolah lagi dan tinggal tidak bersama orang tua mereka dan
bekerja seharian untuk memperoleh penghasilan di jalanan, persimpangan dan tempat-
tempat umum. Masalah yang sering dihadapi oleh anak jalanan yaitu tekanan mental dan
kurangnya mengenyam pendidikan untuk bekal masa depan mereka, maka dari itu
Pemerintah maupun relawan dari Pekerja Sosial berupaya membuat program yang
mendukung agar Anak jalanan keluar dari masalah yang sedang dihadapi.

B. Saran

Terkait dengan masalah sosial anak jalanan ini saya sebagai penulis menyarakan
agar semua masyarakat ikut serta dalam pendukungan program yang diadakan oleh
pemerintah maupun lembaga LSM setempat untuk kesejahteraan anak jalanan ini, serta
masyarakat dihimbau untuk tidak mendiskriminasi anak jalanan dengan mengina ataupun
mengucilkan Anak jalanan. Mari semua masyarakat Indonesia saling mendukung untuk
kesejahteraan sosial yang ada dan bahu membahu agar SDM masyarakat indonesia bisa
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

BPS Provinsi Jawa Timur. (2019), Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, 2017. Jatim.bps.go.id. Diakses pada 23 Mei
2021, dari https://jatim.bps.go.id/statictable/2019/10/16/2044/penyandang-masalah-
kesejahteraan-sosial-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-timur-2017.html

Dinas Sosial Provinsi Riau. (2018), Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS),
Dinsos.riau.go.id. Diakses pada 23 Mei 2021, dari http://dinsos.riau.go.id/web/index.php?
option=com_content&view=article&id=514&Itemid=174

BPS Kota Malang. (2018), Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan (PMKS) Menurut Jenis
PMKS dan Jenis Kelamin di Kota Malang, 2016-2018. Malangkota.bps.go.id. Diakses
pada 23 Mei 2021, dari
https://malangkota.bps.go.id/dynamictable/2020/01/09/87/jumlah-penyandang-masalah-
kesejahteraan-pmks-menurut-jenis-pmks-dan-jenis-kelamin-di-kota-malang-2016-
2018.html

Nurjannah, Lina. (2011), Pemberdayaan Anak Jalanan di Kota Malang melalui Kemitraan
antara Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (Studi pada Dinas
Ketenagakerjaan dan Sosial dan Lembaga Pemberdayaan Anak Griya Baca Kota
Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya. Respository.ub.ac.id. Diakses pada 23
Mei 2021, dari http://repository.ub.ac.id/115182/

Sylfia, dkk. (2012), Analisis Kebijakan Perlindungan Anak Jalanan Dalam Rangka Pengentasan
Dari Segala Bentuk Exploitasi (Studi pada Dinas Sosial Kota Malang dan Lembaga
pemberdayaan Anak Jalanan Griya Baca). Administrasi Publik, Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Brawijaya. Media.neliti.com. Diakses pada 23 Mei 2021, dari
https://media.neliti.com/media/publications/73636-ID-analisis-kebijakan-perlindungan-
anak-jal.pdf

Fahrurrozi, Achmad. (2018), Rekomendasi Kebijakan Upaya Mempersiapkan Potensi Kerja


Anak Jalanan (Studi pada Dinas Sosial di Kota Malang). Sarjana thesis, Universitas
Brawijaya. Brawijaya. Respository.ub.ac.id. Diakses pada 23 Mei 2021, dari
http://repository.ub.ac.id/165907/

Hasanudin, dkk.(2000), Latar Belakang dan Dampak Keberadaan Anak Jalanan di Perempatan
Coca-cola, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Utara. Respository.ipb.ac.id. Diakses pada
23 Mei 2021, dari https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/19819

Aeni, Nur. (2014), Anak Jalanan. Kompasiana.com. Diakses pada 23 Mei 2021, dari
https://www.kompasiana.com/aenie.cahayaku/552acc726ea8349f67552d28/anak-jalanan

Wikipedia. (2017), Anak Jalanan. Id.wikipedia.org. Diakses pada 23 Mei 2021, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Anak_jalanan

Terre des hommes. (2010), Children in Street Situation Sabine RAKOTOMALALA. Tersedia
dalam https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Children/Study/TerreDesHommes.pdf

Consortium For Street Children. (2019), Street children are some of the most vulnerable children
on the planet. Streetchildren.org. Diakses pada 23 Mei 2021, dari
https://www.streetchildren.org/about-street-children/

Anda mungkin juga menyukai