Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

“ANAK JALANAN”

Disusun oleh : Kelompok 1 PSIK V B

1. Rian Achmad Ma’ruf (21116076)


2. Aditia Wisnu Pranata (21116077)
3. Citra Ratu Sintia (21116078)
4. Maharani Herdiyanti (21116080)
5. Nadia Anggita Sari (21116081)
6. Anisa Putri Andini (21116082)
7. Rohma Oktariana (21116083)
8. Laily (21116084)
9. Wilda Mariska Putri (21116085)

Dosen Pembimbing :

Inne Yelisni, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2018/2019


KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segenap
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Dan tidak lupa shalawat serta salam kita
panjatkan kehadiran Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan
Jiwa II dalam membuat tentang Anak Jalanan.

Dalam penyusunan tugas ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tak luput dari kesalahan dan
kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian
kami berusaha sebisa mungkin menyelesaikan tugas ini meskipun tersusun sangat sederhana.

Demikian, semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi kami selalu
penyusun dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak yang bersifat membangun.

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

Bab II. Pembahasan


A. Definisi Anak Jalanan
B. Pengelompokkan Anak Jalanan
C. Faktor-faktor yang Menyebabkan Adanya Anak Jalanan
D. Solusi untuk Mengatasi Anak Jalanan
E. Asuhan Keperawatan

Bab III. Penutup


A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak jalanan adalah anak- anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja
di jalanan kawasan urban. Sedangkan menurut Departemen Sosial RI, anak jalanan
merupakan anak yang berusia di bawah 18 tahun dan berada di jalan lebih dari 6 jam
sehari dalam 6 hari dalam seminggu.
Anak jalanan ini setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Peningkatan ini
merupakan salah satu akibat dari krisis moneter pada tahun 1997 di Indonesia. Akibat
dari krisis ini banyak sekali permasalahan yang muncul baik di bidang perekonomian,
sosial, dan kesehatan.
Dalam keadaan seperti ini, sangatlah besar kemungkinan bagi anak untuk terjerumus
kejalanan. Perekonomian yang kacau akibat krisis moneter menyebabkan terjadi
pemutusan hubungan kerja dimana- mana. Hingga pada akhirnya anak- anak pun sampai
diperkerjakan oleh orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Mereka
yang seharusnya bermain dan belajar telah ikut menanggung beban keluarga. Pada
akhirnya mereka menjadi penghuni tetap jalanan yang menghabiskan waktunya untuk
bekerja dan menggantungkan hidup di jalanan sehingga mereka menjadi anak jalanan.
Jumlah anak jalanan terus bertambah setiap tahunnya. Lembaga Perlindungan Anak
mencatat pada tahun 2003 terdapat 20.665 anak jalanan di Jawa Barat dan 4.626 di
antaranya berada di kotamadya Bandung.
Data dari Pusdatin Kementerian Sosial RI tahun 2008 diketahui populasi anak jalanan
di seluruh nusantara 232.000 orang dan 12.000 diantaranya berada diwilayah Jabotabek
serta 8000 ada di Jakarta. Begitu pula di Semarang yang merupakan ibu kota provinsi
Jawa Tengah jumlah anak jalanan pun semakin tahun mengalami peningkatan. Dari data
pada tahun 2005 terdapat 335 anak.
Pada tahun 2007 didapatkan data sebanyak 416 menurut yayasan Setara
Semarang.Peningkatan ini semakin signifikan tiap tahunnya, bahkan berdasarkan
majalah Gemari edisi 106 tahun 2010, menyebutkan bahwa jumlah anak jalanan di
Semarang mencapai hampir 2000 anak. (Ernawati, 2012)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas makalah ini akan membahas mengenai anak
jalanan pada hal-hal berikut:
1. Apa definisi dari Anak Jalanan?
2. Apa saja faktor munculnya anak jalanan?
3. Apa saja Faktor-faktor yang Menyebabkan Adanya Anak Jalanan?
4. Apa saja solusi yang tepat untuk problem anak jalanan?
5. Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Anak Jalanan?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan untuk:
1. Dapat mengenali anak jalanan secara pendekatan.
2. Mengetahui latar belakang munculnya anak jalanan.
3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munculnya anak jalanan.
4. Mencari tahu solusi yang tepat untuk menangani problem anak jalanan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Anak jalanan


Anak jalanan adalah anak yang berusia 5- 18 tahun baik laki- laki maupun perempuan
yang menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja di jalanan kawasan urban,
memiliki komunikasi yang minimal atau sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan
keluarga dan kurang pengawasan, perlindungan, dan bimbingan sehingga rawan terkena
gangguan kesehatan dan psikologi.
Sedangkan menurut Departemen Sosial RI, anak jalanan merupakan anak yang
berusia di bawah 18 tahun dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari dalam 6 hari dalam
seminggu. Akan tetapi, secara umum anak jalanan terbentuk dari dua kata yaitu “anak”
dan “jalanan”.
Anak mengacu pada usia yang hingga kini masih beragam pendapatnya. Sedangkan
jalanan mengacu pada tempat dimana anak tersebut beraktifitas. Pembagian anak jalanan
menurut UNICEF dibagi menjadi tiga kelompok antara lain:
1. Street Living Children
Anak-anak yang pergi dari rumah dan meninggalkan orang tuanya. Anak tersebut
hidup sendirian dan memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan
keluarganya. Biasanya anak-anak ini sering disebut dengan gelandangan atau pun
gembel. Mereka biasanya tidak mempunyai tempat tinggal maupun pekerjaan
tetap.
2. Street Working Children
Disebut juga sebagai pekerja anak di jalan. Mereka menghabiskan sebagian besar
waktu mereka di jalanan untuk bekerja baik di jalan atau pun di tempat- tempat
umum untuk membantu keluarganya. Sehingga anak- anak ini masih memiliki
rumah dan tinggal dengan orang tua mereka.
3. Children from Street Families
Anak- anak yang hidup di jalanan, beserta dengan keluarga mereka. Untuk
jumlahnya sendiri, jumlah anak jalanan terus betambah setiap tahunnya. Lembaga
Perlindungan Anak mencatat pada tahun 2003 terdapat 20.665 anak jalanan di
Jawa Barat dan 4.626 di antaranya berada di kotamadya Bandung.
Data dari Pusdatin Kementerian Sosial RI tahun 2008 diketahui populasi anak
jalanan di seluruh nusantara 232.000 orang dan 12.000 diantaranya berada diwilayah
Jabotabek serta 8000 ada di Jakarta. Begitu pula di Semarang yang merupakan ibu kota
provinsi Jawa Tengah jumlah anak jalanan pun semakin tahun mengalami peningkatan.
Dari data pada tahun 2005 terdapat 335 anak. Pada tahun 2007 didapatkan data sebanyak
416 menurut yayasan Setara Semarang. Peningkatan ini semakin signifikan tiap
tahunnya, bahkan berdasarkan majalah Gemari edisi 106 tahun 2010, menyebutkan
bahwa jumlah anak jalanan di Semarang mencapai hampir 2000 anak.

Menurut Moeliono dalam penelitian Mardiana mengenai perilaku belajar pada


anak jalanan menyebutkan pada dasarnya tidak ada satu faktor tunggal yang
menyebabkan anak berada, tinggal, maupun hidup di jalanan dan menjadi anak jalanan.
Akan tetapi penyebabnya adalah banyak faktor (multifaktor) yang saling terkait satu
sama lain sehingga dapat menyebabkan seorang anak menjadi anak jalanan. Faktor
tersebut antara lain kemiskinan, faktor keluarga, dan pengaruh lingkungan.

Kemiskinan, persoalan dalam keluarga atau hubungan keluarga yang buruk dan
pengaruh lingkungan sebaya yang secara bersamaan dapat memberi tekanan yang begitu
besar pada anak sehingga meninggalkan rumah dan melarikan diri ke jalan untuk
mencari kebebasan, perlindungan dan dukungan dari jalanan dan dari rekan- rekan
senasibnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian

Pada Masyarakat Universitas Semarang pada tahun 2008, didapatkan hasil bahwa
banyak faktor melatarbelakangi seorang anak menjadi anak jalanan antara lain
kemiskinan (83,33%), keretakan keluarga (1,96%), orang tua tidak paham dan tidak
memenuhi kebutuhan sosial anak (0,98%), dan lainnya adalah keinginan sendiri, sering
dipukul orang tua, dan ingin bebas (13,7%). Kemiskinan tetap merupakan salah satu
faktor utama yang melatarbelakangi seorang anak menajdi anak jalanan. Akibatnya
pendidikan pada anak jalanan pun menjadi terabaikan. Di Semarang kurang lebih
60,79% tidak bersekolah dan hanya 39,21% saja yang mengenyam pendidikan baik
pendidikan TK, SD, SMP, ataupun SMA. Sehingga akses untuk memperoleh informasi
untuk menambah pengetahuan pada anak jalanan pun menjadi terbatas.
B. Pengelompokkan Anak Jalanan
Himpunan mahasiswa Pemerhati Masyarakat Marjinal Kota (HIMMATA)
mengelompokan anak jalanan menjadi dua kelompok, yaitu anak semi jalanan dan
anak jalanan murni. Anak semi jalanan diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan
mencari penghidupan dijalanan, tetapi tetap mempunyai hubungan dengan keluarga.
Sedangkan anak jalanan murni diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan
menjalani kehidupannya di jalanan tanpa punya hubungan dengan keluarganya
(Asmawati, 2001 : 28 ).
Menurut Tata Sudrajat (1999:5) anak jalanan dapat dikelompokan menjadi 3
kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya, yaitu :Pertama, Anak yang
putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah dan tinggal di jalanan (anak yang
hidup dijalanan / children the street). Kedua,anak yang berhubungan tidak teratur
dengan orang tuanya, tidak sekolah, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua
minggu sekali, dua bulan atau tiga bulan sekali biasa disebut anak yang bekerja di
jalanan (Children on the street). Ketiga, Anak yang masih sekolah atau sudah putus
sekolah, kelompok ini masuk kategori anak yang rentan menjadi anak
jalanan ( vulnerable to be street children).
Sementara itu menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (1999 ; 22-24)
anak jalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya (children of the
street). Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan semua fasilitas
jalanan sebagai ruang hidupnya. Hubungan dengan keluarga sudah terputus.
Kelompok anak ini disebabkan oleh faktor sosial psikologis keluarga, mereka
mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan dan perceraian orang tua.
Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah, kehidupan jalanan dan solidaritas
sesama temannya telah menjadi ikatan mereka.

2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka adalah anak
yang bekerja di jalanan (children on the street). Mereka seringkali diindentikan
sebagai pekerja migran kota yang pulang tidak teratur kepada orang tuanya di
kampung. Pada umumnya mereka bekerja dari pagi hingg sore hari seperti
menyemir sepatu, pengasong, pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul.
Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman-
teman senasibnya.
3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka tinggal
dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau sesudah sekolah.
Motivasi mereka ke jalan karena terbawa teman, belajar mandiri, membantu orang
tua dan disuruh orang tua. Aktivitas usaha mereka yang paling menyolok adalah
berjualan koran.

4. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk
mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya mereka telah lulus SD
bahkan ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang
dewasa (orang tua ataupun saudaranya) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya
mencuci bus, menyemir sepatu, membawa barang belanjaan (kuli panggul),
pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung.

Secara garis besar terdapat dua kelompok anak jalanan, yaitu : 1). Kelompok
anak jalanan yang bekerja dan hidup di jalan. Anak yang hidup di jalan melakukan
semua aktivitas dijalan, tidur dan menggelandang secara berkelompok. 2). Kelompok
anak jalanan yang bekerja di jalanan (masih pulang ke rumah orang tua).

C. Faktor-faktor yang Menyebabkan Adanya Anak Jalanan


Banyak faktor yang kemudian diidentifikasikan sebagai penyebab tumbuhnya
anak jalanan. Parsudi Suparlan berpendapat bahwa adanya orang gelandangan di kota
bukanlah semata-mata karena berkembangnya sebuah kota, tetapi justru karena
tekanantekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang kemudian
terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat memberikan kesempatan bagi suatu
kehidupan yang lebih baik di kota (Parsudi Suparlan, 1984 : 36).
Menurut Saparinah Sadli (1984:126) bahwa ada berbagai faktor yang saling
berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah gelandangan, antara lain:
faktor kemiskinan (struktural dan pribadi), faktor keterbatasan kesempatan kerja
(faktor intern dan ekstern), faktor yang berhubungan dengan urbanisasi dan masih
ditambah lagi dengan faktor pribadi seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai
dengan keinginannya sendiri dan berbagai faktor lainnya.
Hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin, 2000:11)
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan
berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena:
1) Kekerasan dalam keluarga.
2). Dorongan keluarga.
3). Ingin bebas.
4). Ingin memiliki uang sendiri.
5). Pengaruh teman.
Beragam faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab munculnya
anak jalanan adalah faktor kondisi sosial ekonomi di samping karena adanya
faktor broken home serta berbagai faktor lainnya.

D. Solusi untuk Mengatasi Anak Jalanan


Menurut Nugroho ada tiga pendekatan untuk mengatasi masalah anak jalanan, yaitu:
1. Pendekatan Penghapusan (abolition)
Lebih mendekatkan pada persoalan struktural dan munculnya gejala anak
jalanan. Anak jalanan adalah produk dari kemiskinan, dan merupakan akibat dari
bekerjanya sistem ekonomi politik masyarakat yang tidak adil. Untuk mengatasi
masalah anak jalanan sangat tidak mungkin tanpa menciptakan struktur sosial
yang adil dalam masyarakat. Pendekatan ini lebih menekankan kepada perubahan
struktur sosial atau politik dalam masyarakat, dalam rangka melenyapkan
masalah anak jalanan.
2. Pendekatan Perlindungan (protection)
Mengandung arti perlunya perlindungan bagi anak-anak yang terlanjur
menjadi anak jalanan. Karena kompleksnya faktor penyebab munculnya masalah
kemiskinan, maka dianggap mustahil menghapus kemiskinan secara tuntas.
Untuk itu anak-anakyang menjadi korban perlu di lindungi dengan berbagai cara,
misalnya:melalui perumusan hukum yang melindungi hak-hak anak.
Fungsionalisasi lembaga pemerintah, LSM dan lembaga-lembaga sosial lainnya.
Perlindungan ini senada dengan pendapat pemerintah melalui departemen sosial,
praktisi-praktisi LSM dan UNICEF di mana tanggal 15 Juni 1998 membentuk
sebuah lembaga independent yang melakukan perlindungan pada anak. Yaitu
lembaga perlindungan anak (LPA) membentuk LA tersebut didasarkan pada
prinsip dasar terbentuknya embrio LPA, yaitu:1) Anak di fasilitasi agar dapat
melaporkan keadaan dirinya.2) Menghargai pendapat anak.3) LPA bertanggung
jawab kepada masyarakat bukan kepada pemerintah.4) Accountability Menurut
Nugroho, sisi negatif dari pendekatan perlindungan tersebutadalah strategis
perlindungan hanya akan menjadi ajang kepentingan para elitdan tokoh
masyarakat sehingga berimplikasi pada tidak tuntasnyapenyelesaian problem
anak jalanan. Produk-produk hukum yang dirumuskan sebagai wujud bagi
perlindungan terhadap anak.
3. Pendekatan Pemberdayaan (empowerment)
Menekankan perlunya pemberdayaan bagi anak jalanan. Pemberdayaan ini
bermaksud menyadarkan mereka yang telah menjadi anak jalanan agar menyadari
hak dan posisinya dalam konteks social, politik ekonomi yang abadi di
masyarakat. Pemberdayaan biasanya di lakukan dalam bentuk pendampingan.
Yang berfungsi sebagai fasilitator, dinamisator, katalisator bagi anak jalanan.
Pemberdayaan ini dikatakan berhasil jika anak jalanan berubah menjadi kritis dan
mampu menyelesaikan permasalahannya secara mandiri.
Selain itu ada cara lain yang mampu mengatasi masalah anak jalanan, yaitu
sebagai berikut:
1. Melakukan pembatasan terhadap arus urbanisasi (termasuk arus masuknya
anak-anak) ke Jakarta, dengan cara operasi yustisi, memperkuat koordinasi
dengan daerah asal, pemulangan anak jalanan ke daerah asal dll.
2. Melakukan identifikasi terhadap akar permasalahan guna menyelesaikan
masalah anak jalanan tersebut dengan menyentuh pada sumber permasalahannya.
Sebagai contoh: banyak diantara anak jalanan yang menjadi tulang punggung
keluarganya. Jika ini yang terjadi, maka pemerintah tidak bisa hanya melatih,
membina atau mengembalikan si anak ke sekolah. Tapi lebih dari itu, pemerintah
harus melakukan pendekatan dan pemberdayaan ekonomi keluarganya.
3. Mengembalikan anak jalanan ke bangku sekolah.
4. Memberikan perlindungan kepada anak jalanan tanpa terkecuali. UU nomor
23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak menyatakan bahwa perlindungan anak
perlu dilakukan dengan tujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
berakhlak mulia dan sejahtera.
5. Menciptakan program-program yang responsif terhadap perkembangan
anak, termasuk anak jalanan.
6. Melakukan penegakan hukum terhadap siapa saja yang memanfaatkan
keberadaan anak-anak jalanan.
7. Membangun kesadaran bersama bahwa masalah anak jalanan sesungguhnya
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, keluarga,
dan orang tua.

E. Asuhan Keperawatan

PENGKAJIAN
Pengkajian yang telah dilakukan pada kelompok Paguyuban Angklung Kriddotomo jl.
Tentara rakyat mataram Jelagran Kulon RW 1 adalah riwayat wilayah tidak didapatkan
karena pengamen adalah penduduk baru. Tidak diketahui ada tidaknya pemekaran
wilayah. Usia anggota paguyuban paling tua 35 tahun. Usia rata- rata anggota paguyuban
20- 25 tahun. Dengan jenis kelamin anggota paguyuban laki- laki, dan anggota
paguyuban 6 orang. Tingkat pendidikan rata- rata SMP dan SMA. Status pekerjaan
sebagai kewirausahaan atau buruh. Penghasilan yang didapatkan Rp 80.000,00 dengan
rincian Rp 20.000,00 untuk menyewa alat dan sisanya untuk kehidupan sehari- hari.
Masalah kesehatan yang sering dialami oleh anggota paguyuban yaitu pusing dan sesak
nafas. Tidak ada data kematian selama 2 tahun. Budaya yang dianut adalah budaya jawa.

DIAGNOSA
Diagnosa yang kami dapatkan yaitu :
No Masalah Etiologi Tanda & Gejala
1. Defisit pengetahuan tentang Kurangnya Alat Wawan mengatakan
masalah- masalah gangguan Pelindung Diri batuk, pusing,
pernafasan pada anak jalanan ketika mengamen di merupakan hal biasa
paguyuban Angklung Kriddotomo jalan sehingga yang dialami
di jl. Tentara rakyat mataram sering terpapar debu mereka.
Jelagran Kulon RW 1
Dx : defisit pengetahuan tetang masalah gangguan pernafasan pada anak jalanan
paguyuban Angklung Kriddotomo di Jl. Tentara rakyat mataram jelagran kulon
RW 1 b/d kurangnya Alat pelindung Diri ketika mengamen di jalan sehingga
sering terpapar debu d/d wawan mengatakan batuk, pusing merupakan hal biasa.
2. Resiko peningkatan angka korban Minimnya - Mas iwan
cidera akibat kecelakaan pada anak penggunaan alat mengatakan
jalanan di paguyuban angklung pelindung diri pada anggota
kridotomo anak jalanan di peguyuban
paguyuban sering
angklung kridotomo terserempet
mobil kendaraan
lain ketika
mengamen
- Mas iwan
mengatakan
bahwa anggota
paguyunam
tidak pernah
menggunakan
alat pelindung
diri walaupun
ada kejadian
terserempet.
- Wilayah
paguyuban
terletak di bawah
rel kereta api
dan di dekat
jalan raya yang
rawan
kecelakaan.
- Dx : Resiko peningkatan angka akibat kecelakaan pada anak jalanan di
paguyuban angklung kridotomo b/d Minimnya penggunaan alat pelindung diri
pada anak jalanan di paguyuban angklung kridotomo d/d Mas iwan
mengatakan anggota peguyuban sering terserempet mobil kendaraan lain
ketika mengamen, Mas iwan mengatakan bahwa anggota paguyunam tidak
pernah menggunakan alat pelindung diri walaupun ada kejadian terserempet,
Wilayah paguyuban terletak di bawah rel kereta api dan di dekat jalan raya
yantug rawan kecelakaan.
PERENCANAAN
N DX. TUJUAN TUJUAN STRATEGI RENCANA EVALUASI SUMBER TEMP PJ
O KEPERAW UMUM KHUSU INTERVE KEGIATAN KRITE EVALUASI AT
ATAN S NSI RIA
1 defisit Setelah Anak- Praktek Pendidikan Cakupa Setelah Mahasiswa Pondo atfal
pengetahuan dilakukan anak mandiri kesehatan n dilakukan universitas k
tetang asuhan jalanan keperawata tentang pengeta pendidikan muhammadiy paguyu
masalah keperawat di jl. n gangguan huan kesehatan ah ban jl.
gangguan an selama Tentara sistem anak diharapkan yogyakarta matara
pernafasan 1x mulai pernapasan: jalanan dari 20% m
pada anak pertemuan memakai 1. Pengertian tentang anak-anak
jalanan diharapkan alat gangguan ganggu jalanan dapat
paguyuban anak-anak pelindun pernafasan an meningkat p-
Angklung jalanan di g diri 2. Penyebab sistem engetahuanny
Kriddotomo jl. Tentara seperti gangguan pernapa a menjadi
di Jl. Tentara bisa lebih masker pernafasan san 60%.
rakyat tahu 3. Pencegahan mencap
mataram tentang gangguan ai
jelagran masalah pernafasan 100%
kulon RW 1 gangguan 4. Penatalaksa
b/d pernafasan naan
kurangnya gangguan
Alat pernafasan
pelindung
Diri ketika
mengamen
di jalan
sehingga
sering
terpapar
debu d/d
wawan
mengatakan
batuk,
pusing
merupakan
hal biasa.
2 Resiko Setelah Anak- Praktek Pendidikan Cakupa Setelah Mahasiswa Pondo amel
peningkatan dilakukan anak mandiri kesehatan k3 n melakukan keperawatan k
angka asuhan jalanan keperawata (keamanan penkes pendidikan umy paguyu
korban keperawat di jl. n dan kesehatan diharap kesehatan ban
cidera akibat an selama tentara kerja): kan diharapkan
kecelakaan 1x 1. Pengertia 100% dari 60%
pada anak pertemuan n K3 anak korban cidera
jalanan diharapkan 2. Jenis K3 jalanan dapat
paguyuban terjadi 3. Penatalak tidak menurun
angklung penurunan sanaan K3 menjadi menjadi 20%.
kridotomo angka korban
korban akibat
cidera kecelak
akibat aan
kecelakaan
pada anak
jalanan
dijl.
Tentara.
EVALUASI
NO HARI, IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL, JAM
1. Kamis, 10 Oktober Setelah dilakukan implementasi S : mereka
2013 pada tanggal 10 oktober 2013 di mengatakan senang
pondok paguyuban Angklung karena selama ini
Kriddotomo jl. Tentara mataram. belum pernah
Intervensi tentang gangguan mendapatkan
pernafasan kepada 6 orang di pendidikan kesehatan
pondok paguyuban. Dengan materi : O : mereka mengerti
1. Pengertian gangguan tentang bahaya
pernafasan pernafasan akan
2. Penyebab gangguan pernafasan tetapi tidak bisa
3. Pencegahan gangguan menggunakan
pernafasan masker karena
4. Penatalaksanaan gangguan keseharian mereka
pernafasan harus bernyanyi.
A : dari
implementasi yang
telah dilakukan
terjadi peningkatan
pengetahuan dari 20
% menjadi 60 %
P : perlunya
diberikan pendidikan
kesehatan lanjutan
kepada anak anak
jalanan.
2. Kamis, 10 oktober Setelah dilakukan implementasi S : Setelah dilakukan
2013 pada tanggal 10 oktober 2013 di intervensi anak- anak
pondok paguyuban Angklung jalanan merasa
Kriddotomo jl. Tentara mataram. senang dan lebih
Intervensi tentang keamanan dan mengerti.
keselamatan kerja kepada 6 orang di O : secara obyektif
pondok paguyuban. Dengan materi : belum bida
Keamanan dan Keselamatan Kerja mendapatkan hasil
(K3) angka kecelakaan
1. Pengertian K3 yang terjadi. Akan
2. Jenis K3 tetapi anak- anak
3. Penatalaksanaan K3 jalanan mulai
mengerti mengenai
keamanan dan
keselamatan kerja
A: Sementara ini
analisis belum dapat
ditarik kesimpulan,
dikarenakan ini
merupakan intervensi
yang pertama kalinya
P: perlu diberikan
intervensi lanjut dan
pemantauan berkala
dari petugas
kesehatan maupun
mahasiswa/kader
kesehatan.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Masalah anak jalanan adalah masalah yang sangat kompleks yang menjadi masalah kita
bersama. Masalah ini tidak dapat ditangani hanya oleh satu pihak saja melainkan harus
ditangani bersama-sama oleh berbagai pihak yang perduli permasalahan ini juga dapat diatasi
dengan suatu program yang komprehensi dan tidak akan dapat tertangani secara efektif bila
dilaksanakan secara persial. Dengan demikian kerja sama antara berbagai pihak, pemerintah,
LSM, masa media mutlak diperlukan.
Khusus mengenai aspek hukum yang melindungi anak jalanan yang terpaksa bekerja
juga merupakan komponen yang perlu diperhatikan karena masih lemahnya peraturan dan
perundang-undangan yang mengatur masalah ini.

B. Saran
Saran saya dalam menanggulangi permasalahan tersebut adalah dengan adanya
semacam kampanye kepada masyarakat luas untuk peduli dan meningkatkan kesadaran
terhadap anak anak jalanan yang ada di Indonesia ini melalui poster, iklan layanan dan
sebagainya
DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. Memfasilitasi Pendidikan bagi Anak Jalanan, (online),


(http://anneahira.com, diakses pada tanggal 7 april 2013, pukul 09.32 WIB).

Arief, Armai. 15 Juni 2004. Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan, (online),


(http://anjal.blogdrive.com, diakses pada tanggal 7 april 2013, pukul 11.07 WIB).

Hapsari, Endah. 09 April 2013. Awas, Kasih Uang ke Anak Jalanan Bisa Kena
Sanksi,(online), (http://republika.co.id, diakses pada tanggal 7 april 2013, pukul 09.47 WIB).

Syaifudin. Ketidakberfungsian Lembaga Pemerintah terhadap Masalah Putus Sekolah,


(online), (http://edukasi.kompasiana.com, diakses pada tanggal 23 mei 2013, pukul 13.21
WIB).

Anda mungkin juga menyukai