Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh faktor alam dan non alam sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (UU NO.24 Tahun 2007).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan
pada tahun 2019 telah terjadi 2.829 bencana di seluruh Indonesia, Bencana
tersebut didominasi oleh bencana hidrometeorologi. BNPB mencatat puting
beliung 880 kejadian, banjir 657 kejadian, tanah longsor 621 kejadian,
kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) 508 kejadian, kekeringan 118
kejadian, gempa bumi 34 kejadian, gelombang pasang/abrasi 14 kejadia,
serta letusan gunung api 7 kejadian. Dari kejadian-kejadian tersebut,
bencana banjir paling banyak menelan korban jiwa, yakni mencapai 253
jiwa. Disusul oleh bencana longsor sebanyak 106 jiwa. Sementara gempa
bumi dan putting beliung masing-masing nenelan korban sebanyak 57 dan
15 orang (kompas.com).
Berdasarkan data BPBD Sumatera Selatan wilayah terparah
terdampak banjir selama 2019 ada di Kecamatan Karang Dapo, Kabupaten
Musi Rawas Utara (Muratara) yang terjadi pada 17 februari yang
mengakbitkan 2.835 rumah terendam air. Dan terjadi di Kecamatan Rawas
Ilir yang merendam 2.572 rumah. Bencana banjir juga menggenangi 1.391,5
ha sawah di lampuing, Kabupaten OKI pada 20 februari dan 1.000 ha
wilayah perkebunan Banyuasin. Banjir bandang juga menerjang kawasan
kecamatan Ulu Musi,Kabupaten Empat Lawang pada 27 April, yang
menyapu 50 rumah, 20 terdampak rusak parah, 7 unit hanyut dan
menyebabkan 1 jembatan putus (IDN Times).
Banjir merupakan ancaman bencana dengan resiko tinggi di
Indonesia, terutama terhadap harta benda dan infrastruktur yang sangat
mengancam roda perekonomian masyarakat. Banjir dapat disebabkan oleh
kondisi alam yang statis (seperti geografis, topografis, dan geometri alur
sungai), dan dinamis (seperti curah hujan yang tinggi, pembendungan dari
laut/pasang dari sungai induk, amblesan tanah dan pendangkalan akibat
sedimentasi) (BNPB 2012 dalam Rencana Nasional Penanggulangan
Bencana 2015-2019). Penyebab banjir disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi di atas normal, sehingga sungai dan anak sungai alamiah serta saluran
drainase dan kanal penampung banjir buatan tidak mampu menampung
akumulasi air hujan sehingga meluap, kemampuan pengaliran air tidak
selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi,penyempitan sungai
akibat penomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan
lainnya (Pusponegoro,2016). Bencana sering terjadi tanpa peringatan
sehingga membutuhkan pengetahuan untuk menghadapinya. Salah satu
kebutuhan yang diperlukan untuk menghadapi bencana adalah
kesiapsiagaan bencana banjir.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan maupun upaya yang
dilakukan untuk menghadapi kondisi darurat serta meminimalisir dampak
negatif yang ditimbulkan dari bencana. (Havwina,et.al. 2016). Faktor utama
yang dapat mengakibatkan bencana tersebut menimbulkan korban dan
kerugian besar yaitu kurangnya pemahaman tentang karakteristik bahaya,
sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan sumber daya alam,
kurangnya informasi peringatan dini yang mengakibatkan ketidaksiapan,
dan ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi bencana
(Bakornas,2007).
Pengetahuan tentang bencana sudah seharusnya diberikan kepada
masyarakat terutama anak-anak. Karena korban bencana tidak memandang
usia baik itu anak-anak, remaja, maupun orang tua, maka sosialisai cara
penanganan bencana harus juga melibatkan anak-anak. Anak-anak harus
sejak dini diberi pemahaman yang tepat tentang bentuk-bentuk bencana
yang mungkin menimpa daerahnya dan cara-cara menghadapi bencana jika
hal itu datang tiba-tiba. Kesiapsiagaan pengurangan risiko bencana sangat
diperlukan untuk menghadapi bencana banjir disebabkan siswa tingkat
sekolah dasar memiliki resiko jika terkena banjir, karena kelompok ini
masih dalam proses penggalian ilmu pengetahuan. Siswa yang tidak
dipersiapkan secara dini maka akan menjadai masalah dan tidak boleh
diabaikan begitu saja (Chairummi,2013 dalam Rosyida,Fatiya & Khofifatu
rohmah Adi 2017).
Penggunaan media akan mempermudahkan siswa memahami
pembelajaran, karena pembelajaran menggunakan media dapat didesain
menjadi sebuah pembelajaran yang menarik, menyenangkan sehingga siswa
tidak cepat bosan dan dapat memotivasi serta merangsang siswa untuk
semangat dalam belajar. Media pembelajaran dapat berupa media visual dan
audiovisual, salah satu media visual yang dapat digunakan adalah gambar
dalam bentuk komik (Pritandari,2016). Anak sekolah dasar rentang usia 7-
12 tahun pada dasarnya lebih tertarik untuk membaca buku dengan gambar-
gambar yang menarik dan berwarna, Ada kecendrungan siswa tidak tertarik
terhadap buku-buku teks apalagi yang tidak disertai dengan gambar dan
ilustrasi yang menarik. Siswa lebih menyukai buku yang bergambar, yang
penuh dengan warna dalam bentuk realistis maupun kartun. Sehingga
dengan menggunakan komik bergambar pembelajaran diharapkan mampu
meningkatkan minat siswa untuk membaca sehingga pada akhirnya mampu
meningkatkan hasil belajar siswa tersebut (Daryanto,2015).
Komik merupakan salah satu bentuk belajar yang dapat membantu
siswa dalam kegiatan pembelajaran baik dikelas maupun diluar kelas, media
komik dapat digunakan dalam proses pembelajaran dua arah yaitu sebagai
alat bantu mengajar dan sebagai media belajar yang dapat digunakan
sendiri. Dan penggunaan komik sebagai media pembelajaran mempunyai
peran yang penting yaitu komik memiliki kemampuan dalam menciptakan
minat belajar siswa serta membantu memahami materi pelajaran yang telah
disampaikan (Saputro, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Waliyah (2017) tentang Komik
Bencana Meningkatkan Sikap Kesiapsiagaan Bencana Pada Anak Sekolah
Dasar Negeri Bulukan Kecamatan Gunung Kencana Banten Selatan di
dapatkan bahwa terdapat perbedaan yang positif setelah dilakukan
intervensi membaca Komik, dan penelitian yang dilakukan oleh Mahika
dkk, (2016) tentang Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Bencana Banjir
Terhadap Pengetahuan Keluarga di Lingkungan 1 Kelurahan Pakowa
Kecamatan Wanea Kota Manado di dapatkan bahwa ada pengaruh
penyuluhan dengan menggunakan SAP terhadap kesiapsiagaan menghadapi
bencana banjir.
Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap siswa SDN 222
Palembang berada di Gang Sentosa Plaju Palembang yang merupakan
dataran wilayah yang rendah, sekolah ini merupakan langganan bencana
banjir. Penyebab terjadinya banjir karena Intensitas curah hujan yang
tingggi dan saluran air tidak berfungsi dengan baik membuat kawasan ini
sering terjadi banjir. Menurut penjaga sekolah SDN 222 Palembang
mengatakan jika hujan deras selama ± 2 jam ketinggian banjir ±30 cm
menggenangi lapangan sekolah dan ± 4 jam air akan masuk ke dalam kelas,
hal ini biasanya terjadi selama musim hujan. Sebagian besar siswa tidak
mengetahui tindakan saat terjadi bencana banjir, dan menjadikan banjir
tersebut tempat rekreasi bermain air. Setelah dilakukan wawancara kepada
28 siswa kelas VB, 13 dari 28 siswa belum mengerti tentang kesiapsiagaan
bencana banjir. Dampak kesehatan dari bencana banjir tersebut adalah 20%
siswa mengatakan badannya sering gatal-gatal akibat banjir dan 15% siswa
terkena Diare. Pada area di lingkungan sekolah banjir tergenang setinggi ±
15cm. dampak bagi masyarakat berupa terganggunya aktifitas sehari-hari
dan dampak kesehatan yaitu diare dan DBD.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penlitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media
Komik Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesiapsiagaan Bencana
Banjir di SD Negeri 222 Palembang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, Rumusan masalah
penelitian ini adalah apakah ada pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan
Media Komik Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesiapsiagaan
Bencana Banjir di SD Negeri 222 Kota Palembang?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Pendidikan Kesehatan Dengan Media Komik Terhadap Pengetahuan
Siswa Tentang Kesiapsiagaan Bencana Banjir Di SD Negeri 222 Kota
Palembang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan Siswa kelas V sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan dengan media komik di SD Negeri 222 Kota
Palembang.
b. Untuk mengetahui pengetahuan Siswa kelas V sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan dengan media komik di SD Negeri 222 Kota
Palembang.
c. Untuk mengetahui pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media
Komik Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesiapsiagaan
Bencana Banjir di SD Negeri 222 Kota Palembang.
D. Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk dalam area Keperawatan Gawatdarurat yaitu
Disaster (Bencana), yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh Pendidikan
Kesehatan dengan Media Komik Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang
Kesiapsiagaan Bencana Banjir di SD Negeri 222 Kota Palembang. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain pre
experiment dengan menggunakan rancangan pretest posttest design,
instrument yang digunakan adalah kuisoner. Subjek penelitian ini adalah
siswa siswi kelas V SDN 222 Palembang dengan 88 responden. Penelitian
ini akan dilakukan bulan februari 2020. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah Total Sampling.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan bisa menjadi salah satu solusi untuk
menambah pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan bencana banjir
melalui media komik yang membuat siswa semakin menarik
mempelajari pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana banjir.
Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang
lain.
2. Secara Praktis
a. Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
mengembangkan keilmuan dan keterampilan khususnya mengenai
Keperawatan Bencana.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman mengenai keperawatan bencana .
F. KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
No Judul/Penulis/ Metodelogi Hasil Persamaan Perbedaan
Tahun/
1 Komik 1. Desain Bahwa 1. Variabe 1. Variabel
Bencana penelitian terdapat l Dependen.
Meningkatkan Quasy perbedaan Indepen 2. Desain
sikap experiment yang positif den. Penelitian.
Kesiapsiagaan dengan setelah 2. Instrum 3. Tempat dan
Bencana Pada pedekatan dilakukan ent waktu
Anak Sekolah Pretest- intervensi peneliti penelitian.
Dasar Negeri Posttest membaca an 4. Jumlah sampel.
Bulukan Control komik. dengan 5. Responden
Kecamatan Group kuisone Penelitian.
Gunung Design r
Kencana 2. Sampel 50
Banten Selatan. responden
Siti 3. Teknik
Waliyah,dkk, sampel yang
Tahun 2017. digunakan
adalah
consecutive
sampling.
4. Analisa
univariat
digunak
Analisa data
dilakukan
secara
univariat dan
bivariate.
Analisa
univariat
digunakan
untuk
mengetahui
usia, jenis
kelamin dan
pengetahuan,
sedangkan
analisis
bivariate
menggunaka
n uji t-test
untuk
mengetahui
apakah ada
pengaruh
pemberian
komik
bencana
terhadap
sikap
kesiapsiagaa
n bencana.

Pegaruh 1. Desain Ada Persamaan 1. Variabel


Penggunaan penelitian pengaruh dengan Independen.
Video Animasi one group sebelum dan Peneliti 2. Tempat dan
Terhadap pre-test sesudah yang waktu
Pengetahuan post-test. dilakukan akan diteliti penelitian.
Masyarakat 2. Sample 52 Pendidikan yaitu : 3. Jumlah sampel
Tentang responden. Kesehatan 1.mengguna 4. Responden
Kesiapsiagaan 3. Teknik Melalui kan desain Penelitian.
Banjir di Sample Video pra
Kelurahan Random Animasi eksperimen.
Silaberanti Sampling. Terhadap 2.Variabel
Lorong Dahlia 4. Analisis Pengetahua Dependen
Palembang. yang n Tentang 3.instrumrn
Tunak Meyla digunakan keisapsiaga penelitian
Tiara,dkk. uji an banjir di
Tahun 2019 Wilcoxon. kelurahan
silaberanti
lorong
dahlia
Palembang (
p = 0,000).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Bencana
a. Definisi Bencana
Undang-Undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana dikemukakan bahwa bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh fakor alam dan atau faktor non alam maupun
faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
Menurut United Nation Development Program bencana
adalah suatu kejadian yang ekstrem dalam lingkungan alam atau
manusia yang secara merugikan mempengaruhi kebutuhan manusia,
harta benda atau aktivitas serta pada tingkat menimbulkan bencana.
Bencana adalah kejadian dimana sumber daya, personal atau
material yang tersedia di daerah bencana tidak dapat mengendalikan
kejadian luar biasa yang dapat mengancam nyawa atau sumber daya
fisik dan lingkungan (Ramli, 2010).
b. Macam-macam Bencana
Menurut UU No 24 Tahun 2007 bencana dapat digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu ( Tyas,2014 ):
1) Bencana Alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
diantara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjr, kekeringan, angina topan dan tanah longsor.
2) Bencana Non Alam
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa
kegagalan teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit. Bencana non alam termasuk terorisme biologi dan
biokimia, tumpahan bahan kimia, radiasi nuklir, kebakaran,
ledakan, kecelakaan transportasi, konflik bersenjata, dan tindkan
perang.
3) Bencana Sosial
Bencana karena peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas. Misalnya konflik sosial antar
suku dan agama.
c. Berdasarkan Cakupan Wilayah,Bencana
1) Bencana Lokal
Memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan bencana terjadi pada sebuah gedung atau bagunan-
bangunan disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor
manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan
kimia dan lainnya.
2) Bencana Regional
Memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis
yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam,
seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.
d. Faktor Kerentanan
1) Fisik
Kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan) terhadap
ancaman bahaya.
2) Sosial
Kondisi gemografis (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi,
perilaku masyarakat) terhadap ancaman bencana.
3) Ekonomi
Kemampuan finansial masyarakat dalam mengadapi ancaman di
wilayahnya.
4) Lingkungan
Tingkat ketersediaan/ kelengkapan sumber daya (lahan, air,
udara) serta kerusakan lingkungan yang terjadi.
e. Dampak Bencana Bagi Kesehatan
1) Adanya hubungan antara jenis bencana terhadap masalah
kesehatan.
2) Bencana yang diikuti pengungsian dapat menimbulkan masalah
kesehatan.
3) Sebagai pengaruh bencana merupakan ancaman yang potensial,
bukan ancaman yang dapat dihindari, terhadap kesehatan.
2. Konsep Banjir
a. Definisi Banjir
Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu
wilayah yang biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu
tertentu. Bajir biasanya terjadai karena curah hujan turun terus
menerus dan mengakibatkan meluapnya air sungai, danau, laut atau
drainase karena jumlah air yang melebihi daya tampung media
penopang air dari curah hujan tadi. Selain disebabkan faktor alami,
yaitu curah hujan yang tinggi, banjir juga terjadi karena ulah
manusia (Supartini, dkk., 2017).
b. Faktor Penyebab Banjir
Pada umumnya banjir disebabkan oleh curahan hujan yang
tinggi di atas normal, sehingga system pengaliran air yang terjadi
dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem seluruh drainase
dank anal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu
menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap.
Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud tidak
selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan
sungai akibat fenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah
serta hambatan lainnya (Pusponegoro,2016).
Faktor penyebab banjir menurut (Yula elawati 2008, dalam
Gultom,2014), dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) faktor yaitu:
1) Pengaruh aktivitas manusia, seperti:
a. Pemanfaatan daratan banjir yang digunakan untuk
permukiman dan industri.
b. Pengundulan hutan yang kemudian mengurangi resapan
pada tanah dan menyebabkan larian tanah permukaan. Erosi
yang terjadi kemudian bisa menyebabkan sedimentasi di
aliran sungai yang kemudian mengganggu jalannya air.
c. Permukiman di daratan banjir dan pembagunan di daerah
daratan banjir dengana mengubah saluran salurn air yang
tidak direncanakan dengan baik. Bahkan tidak jarang aliran
sungai di alih funsikan untuk dijadikan permukiman.
Kondisi demikian banyak terjadi di perkotaan di Indonesia.
Akibatnya adlah aliran sungai saat musim hujan menjadi
tidak lancer dan menimbulkan banjir.
d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran-
salurn air terutama diperumahan-perumahan.
2) Kondisi alam yang bersifat tetap (statis),seperti:
a. Kondisi geografi yang beradada didareah yang sering
terkena badai, misalnya beberapa kawasan di Bangladesh
kondisi topografi yang cekung, yang merupakan daratan
banjr, seperti kota bandung yang berkembang pada cekungan
bandung.
b. Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang
datar, berkelok-kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk
seperti botol (bottle neck), dan adanya sedimentasi sungai
mementuk sebuah pulau.
3) Peristiwa alam yang bersifat dinamis , yaitu:
a. Curah hujan yang tinggi.
b. Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi
di muara sungai atau pertemuan sungai besar.
c. Penurunan muka tanah, misal di sekitar Pantai Utara Jakarta
yang mengalami penurunan setiap tahun akibat pengambilan
air tanah yang berlebihan sehingga menimbulkan muka
tanah menjadi lebih rendah. Pendangkalan dasar sungai
karena sedimentasi yang cukup tinggi.
c. Karakteristik Banjir
1) Dapat berlangsung lambat, cepat/tanpa peringatan (banjir
bandang).
2) Biasanya terjadi pada musim hujan.
3) Dampak: merusak tergantung pada tinggi air, luas genangan,
kecepatan aliran, material yang hanyut dan tingkat
kepekatan/endapan lumpur.
d. Dampak Bencana Banjir
Menurut Mistra (2015), dampak banjir akan terjadi pada
beberapa aspek dengan tingkat kerusakan berat pada aspep-aspek
berikut ini:
1) Aspek Penduduk, anatara lain berupa korban jiwa/meninggal.
Hanyut, tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsiang,
wabah penyakit dan penduduk terisolasi.
2) Aspek Pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau
hilangnya dokumen, arsip, peralatan dan perlengkapan kantor
dan terganggunya jalannya pemerintahan.
3) Aspek Ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian,
tidak berfungsinya pasar tradisional, kerusakan, hilangnya harta
benda, ternak dan terganggunya perekonomian masyarakat.
4) Aspek Sarana/Prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah
penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran,
fasilitas sosial dan fsilitas umum, instalasi listrik, air minum dan
jaringan komunikasi.
5) Aspek Lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem,
obyek wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih
dan kerusakan tanggul/jaringan irigasi.

Menurut Setyowati (2016) dan Yohanes Surya (2013).


tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk Pengurangan Resiko
Bencana (PRB) banjir di sekolah sebagai berikut

a. Tindakan PRB Sebelum Banjir


1) Menjelang musim hujan tiba, dilakukan school watching
atau berkeliling di sekitar sekolah untuk mengamati
kawasan-kawasan yang berbahaya dan kawasan-kawasan
yang aman apabila bencana banjir terjadi.
2) Merencanakan sarana komunikasi dengan sesama komunitas
sekolah baik itu mengaktifkan dan memanfaatkan
handphone (HP), walkie talkie (WT), handy talkie (HT) atau
sarana komunikasi lainnya.
3) Menentukan tempat yang aman berupa “Titik Kumpul”
untuk berkumpul apabila bencana alam banjir terjadi.
4) Menyiapkan perlengkapan darurat dalam Tas Siaga
Bencana,seperti kotak kecil berisi obat-obatan, makanan
kering seperti biskuit, air minum, lampu senter dan baterai
sera jas hujan.
5) Melakukan upaya pemeliharaan saluran air di lingkungan
sekolah untuk menghindari tersumbatnya air saat hujan
terjadi.
6) Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan untuk
menghindari menumpuknya sampah.
7) Mengenali tanda-tanda akan terjadinya banjir, seperti terjadi
hujan terus menerus, atau terjadi hujan deras dalam waktu
lama lebih dari 1 jam.
8) Budayakan menanam pohon sehingga air dapat di serap oleh
akar-akar pohon.
b. Tindakan PRB Saat Terjadi Banjir
1) Jangan panik.
2) Membunyikan tanda bahaya (early warning), dengan tanda
kentongan, bel di sekolah, dan sebagainya.
3) Mematikan aliran listrik di dalam ruang kelas/ perkantoran.
4) Mengungsi ke lokasi aman (lokasi yang lebih tinggi yang
merupakan titik kumpul bencana banjir) sedini mungkin saat
genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi.
5) Menghindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari
terseret arus banjir.
6) Jika keadaan memungkinkan maka mengamankan barang-
barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
7) Jika air terus meninggi maka segera hubungi wali kelas atau
guru.
c. Tindakan PRB Sesudah Terjadi Banjir
1) Secepatnya membersihkan sekolah, dimana lantai pada
umumnya tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk
membunuh kuman penyakit.
2) Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya
penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.
3) Meghindari mendekati wilayah yang rusak kecuali
dinyatakan aman misal bangunan sekolah yang rusak atau
pohon yang miring.
4) Jika keadaan sudah aman masuk ke kelas dengan hati-hati,
jangan menyalakan listrik kecuali telah dinyatakan aman.
5) Jangan makan makanan yang telah terkena air banjir harus
dibuang karena tidak baik untuk kesehatan.

3. Konsep Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna (Undang-Undang No. 24
Tahun 2007 pasal 1 ayat 7). Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari
jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata
kehidupan masyarakat. Kesiapsiagaan adalah tahapan yang paling
strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota masyarakat
dalam menghadapi datangnya suatu bencana (Ramli, 2010). Contoh
tindakan kesiapsiagaan:
1. membuat sistem peringatan dini;
2. membuat sistem pemantauan ancaman;
3. membuat sistem penyebaran peringatan ancaman;
4. membuat rencana evakuasi;
5. membuat tempat dan sarana evakuasi;
6. menyusun rencana darurat dan siaga;
7. mengadakan pelatihan, gladi, dan simulasi atau uji coba;
8. memasang rambu evakuasi dan peringatan dini.

4. Konsep Pendidikan Kesehatan


a. Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan yaitu proses seseorang dalam
membuat keputusan yang berdasarkan pengetahuan mengenai hal-
hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain dalam
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara
kesehatannya dan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan
pengetahuan, sikap dan praktik saja, tetapi juga meningkatkan atau
memperbaiki lingkungan ( baik fisik maupun non fisik ) dalam
rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan penuh
kesadaran. Pendidikan kesehatan sebagai proses perubahan perilaku
kelompok maupun masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Proses perubahan perilaku siswa di sekolah salah satunya
diperoleh dari prses pembelajaran ( prasetyawati,2013).
Menurut Notoatmojo ( 2014 ), pendidikan kesehatan
merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk mencapai
kesehatan yaitu beberapa kombinasi dan kesepakatan belajar dalam
bidang kesehatan
b. Metode Pendidikan Secara Umum
Menurut Nurmadiah (2016), metode pendidikan dengan
menggunakan media pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar
dengan mengunakan semua alat bantu atau benda yang bertujuan
untuk menyampaikan pesan atau informasi pendidikan sehingga
dapat meningkatkan motivasi siswa.
c. Sasaran Pendidikan Kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan dalam pelaksanaan promosi
kesehatan terdapat tiga jenis (Kemenkes, 2011), yaitu:
1) Sasaran Primer
Sasaran primer adalah sasaran utama dalam upaya
pendidikan kesehatan seperti, pasien, individu sehat dan
keluarga sebagai komponen dari masyarakat.
2) Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder juga termasuk dalam komponen
masyarkat seperti pemuka masyarakat, baik pemuka
informal (pemuka adat, dan pemuka agama), maupun
pemuka formal (petugas kesehatan, dan pejabat
pemerintahan), dan organisasi kemasyarakatan serta
media massa.
3) Sasaran Tersier
Sasaran tersier ini di arahkan pada pembuat
kebijakan public yang berupa peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang dan
pada seseorang yang dapat memfasilitasi atau
menyediakan sumber daya.
d. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan
Menurut Saragih (2010) perlu diperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam mencapai sasaran pendidikan kesehatan
sebagai berikut:
1) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi terhadap
pandangan seseorang dalam mendapatkan informasi yang
diterimanya. Semakin tinggi tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka semakin mudah seseorang menerima
informasi yang diperolehnya.
2) Tingkat Sosial
Sosial ekonomi seseorang juga dapat mempengaruhi
pendidikan kesehatan, semakin tinggi tingkat sosial ekomoni,
maka semakin mudah dan cepat seseorang dalam menerima
informasi baru.
3) Kepercayaan
Kepercayaan menjadi faktor yang perlu diperhatikan, karena
sebagian masyarakat lebih mempercayai informasi yang
disampaikan oleh orang yang sudah mereka kenal, dari hal itu
pemberi informasi harus mengambil hati masyarakat terlebih
dahulu sebelum menyampaikan informasi.
4) Ketersediaan Waktu Masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus disesuaikan dengan
kesibukan dan aktifitas masyarakat agar menjamin tingkat
kehadiran masyarakat pada saat dilakukan penyuluhan.
e. Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoadmojo (2012), metode pendidikan kesehatan
berdasarkan pendekatan sasaran digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1) Pendekatan Perorangan
Metode perorangan bersifat individual dan biasanya
digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina
seseorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku.
Pendekatan individual digunakan karena setiap orang
mempunyai masalah yang berbeda baik dalam penerimaan atau
perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatan perorangan dibagi
menjadi dua, yaitu bimbingan dan penyuluhan (Guidance and
Counceling), dan wawancara.
2) Pendekatan Kelompok
Metode penyuluhan dengan sasaran kelompok perlu
memperhatikan besarnya kelompok sasaran serta tingkat
pendidikan formal dari sasaran dalam penyampaian promosi
kesehatan. Bentuk pendekatan ini dibagi menjadi dua tergantung
besarnya kelompok, yaitu kelompok besar dan kelompok kecil.
3) Pendekatan Massa
Metode pendekatan massa ini bersifat umum dan ditujukan
kepada masyarakat. Metode ini tidak membedakan golongan
umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat pendidikan,
kemudian pesan kesehatan yang disampaikan harus dirancang
agar mudah ditangkap oleh masyarakat umum.
f. Media Pendidikan Kesehatan
Media merupakan alat bantu dalam menyampaikan pesan
kesehatan, menurut Notoadmojo (2012) Alat bantu tersebut
memiliki fungsi antara lain:
1) Menimbulkan minat pada sasaran pendidikankesehatan
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak
3) Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam
pemahaman
4) Menstimulasi sasaran untuk meneruskan pesan yang
diterima dari orang lain
5) Mempermudah penyampaian informasi kesehatan
6) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran
7) Mendorong keinginan orang untuk mengetagui,
mendalami, dan mendapatkan pengertian yang lebih baik
lagi.
8) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh
5. Konsep Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang didapatkan dari rasa
keingintahuan melalui proses sensoris mata dan telinga pada objek
tertentu. Pengetahuan termasuk pokok penting dalam pembentukan
perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).
Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan manusia,
atau hasil seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga). Pengetahuan yang didapatkan pada waktu
pengindraan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
persepsi terhadap obejek, dan sebagaian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan
(Notoadmodjo, 2012).
b. Proses terjadinya pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2011) mengatakan bahwa sebelum
menirukan perilaku baru di dalam diri orang tersebut, terjadi proses
sebagai berikut:
1) Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi.
2) Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau obyek.
3) Menimbang- nimbang (Evaluation), baik tidaknya stimulasi
tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
4) Mencoba (Trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan
sesuatu yang menurutnya baik.
5) Penyesuaian (Adaptation), subyek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulasi.
c. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang mencakup domain kognitif memiliki
enam tingkatan (Notoadmodjo, 2012), yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, mengingat kembali (reccal) sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau diterima. Tingkat ini
adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan
kembali secara benar tentang yang diketahui dan dapat
menggambarkan materi secara benar tentang objek yang
dilakukan dengan menjelaskan dan memberikan contoh.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan
kondisi sebenarnya. Aplikasi dalam penggunaan hokum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi
yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk menjelaskan suatu
materi atau objek ke dalam komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan ada kaitanya satu sama lain.
Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
yang dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun,
merencanakan, meringkas, dan meyesuaikan terhadap suatu
teori atau rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini termasuk dalam kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi berdasarkan suatu criteria yang
telah ditentukan sendiri atau dengan criteria yang sudah ada.
d. Jenis Pengetahuan
Masyarakat memiliki berbagai cara dalam pemahaman
tentang pengetahuan dalam konteks kesehatan. Pengetahuan
merupakan bagian dari perilaku kesehatan, dalam hal ini
pengetahuan memiliki jenis diantaranya sebagai berikut
(Notoadmodjo, 2012):
1) Pengetahuan implisit
Pengetahaun implisit merupakan pengetahuan yang
masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan
berisi faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan
pribadi, persfektif dan prinsip. Biasanya pengalaman
seseorang sulit untuk salurkan ke orang lain baik secara
tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit berisi kebiasaan dan budaya
yang sering tidak disadari, contohnya seseorang yang
mengetahui tentang bahaya merokok bagi kesehatan tapi
tetap saja merokok.
2) Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit merupakan pengetahuan yang
telah tersimpan dalam wujud nyata, bisa juga dalam
wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata
dideskripsikan dalam tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan, contohnya seseorang yang telah
mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan dan dirinya
tidak merokok.
e. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2012), faktor yang mempengaruhi
pengetahuan sebagai berikut:
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam
dan diluar sekolah (formal maupun nonformal), yang
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi
proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin mudah menerima informasi. Banyaknya
informasi yang masuk, semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan.
Peningkatan pengetahuan tidak hanya diperoleh dari
pendidikan formal, tapi juga dapat diperoleh dari
pendidikan nonformal.
2) Informasi/ media massa
Informasi merupakan suatu hal yang diketahui, tetapi
ada juga yang berpendapat informasi sebagai transfer
pengetahuan. Definisi lain informasi adalah suatu teknik
untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan
menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.
Informasi dari pendidikan formal dan nonformal
memberikan pengaruh pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga mampu menghasilkan
perubahan atau meningkatkan pengetahuan.
Hasil dari perkembangan teknologi menyediakan
berbagai macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sarana
komunikasi seperti televise, radio, surat kabar, dan
majalah memiliki pengaruh besar terhadap opini dan
kepercayaan orang.
3) Pekerjaan
Seseorang yang memiliki pekerjaan terutama di
sektor formal memiliki berbagai informasi dan akses
yang lebih baik, termasuk informasi tentang kesehatan
(Notoatmodjo, 2012).
4) Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi seseorang biasanya dilakukan
melalui penalaran membuat orang mengetahui apakah
baik atau buruk. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan terjadinya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi
ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang
(Notoatmodjo, 2012).
5) Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu tempat yang ada di
sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, dan
sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
pengetahuan karena adanya interaksi timbale balik atau
tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh
setiap individu (Notoatmodjo, 2012).
6) Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu cara untuk
mendapatkan kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
akan memberikan pengetahuan dan keterampilan
professional, serta dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari
keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja
(Notoatmodjo, 2012).
7) Usia
Usia atau umur dapat mempengaruhi daya tangkap
dan pola pikir seseorang, karena semakin bertambah usia
akan semakin berkembang daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin
membaik. Individu pada usia muda akan lebih berperan
aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, dan lebih
banyak melakukan persiapan sagar sukses dalam
penyesuaian diri menuju usia tua.
f. Cara mengukur pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) Kategori tingkat
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
1) Masyarkat umum
Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 50%
Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤ 50%
2) Petugas Kesehatan
Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 75%
Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤ 75%

Kriteria pengetahuan menurut Nursalam (2016) dapat


diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Pengetahuan Baik: 76% - 100%
2) Pengetahuan Cukup: 56% - 75%
3) Pengetahuan Kurang: < 56%
6. Konsep Komik
a. Definisi Komik
Menurut Daryanto (2015), komik adalah suatu bentuk kartu
yang dapat mengungkapkan karakter dan menerapkan suatu cerita
dalam urutan yang berkaitan erat hubungannya dengan gambar dan
rancangan untuk dapat memberikan kepada para pembaca khusunya
peserta didik. Peserta didik Sekolah Dasar rentan usia 7-12 tahun
pada umumnya lebih tertarik untuk membaca buku dengan gambar-
gambar menarik, dan berwarna. Dalam penyajiannya komik
mengandung unsur-unsur visual dan cerita yang kuat. Evaluasi yang
divisualisasikan dapat membuat pembaca dapat terlihat secara
emosional sehingga membuat pembaca untuk terus membacanya
hingga selesai. Sehingga dapat menginspirasi komik yag isinya
materi-materi pelajaran agar dapat membuat lebih menarik. Ada
kecendrungan siswa tidak tertarik terhadap buku-buku teks apabila
yang tidak disertai dengan gambar dan ilustrasi yang menarik. Siswa
cenderung lebih menyukai buku yang bergambar, yang penuh
dengan warna dan divisualisaikan dalam bentuk realistis ataupun
kartun. Sehingga dengan penggunaan media komik pembelajaran
diharapkan mampu dalam meningkatkan minat siswa untuk
membaca sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan hasil
belajar tersebut.
b. Keunggulan Media Komik
Menurut Sudjana (2009), komik lebih bermanfaat jika komik
digunakan sebagai alat atau media pembelajaran siswa. Ada empat
keunggulan media komik yaitu sebagai berikut:
1) Cerita komik sangat menarik Karena mempunyai cerita yang
ringkas, realistis dan dapat digunakan sebagai hiburan.
2) Menambah perbendaharaan kata bagi pembacanya.
3) Menciptakan minat baca siswa.
4) Memperluas pengetahuan dan minat apresiasi siswa.
B. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori

PENYEBAB BANJIR

1. Pengaruh aktivitas manusia


2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis)
3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis

Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah


yang biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu tertentu.
Bajir biasanya terjadai karena curah hujan turun terus menerus dan
mengakibatkan meluapnya air sungai, danau, laut atau drainase
karena jumlah air yang melebihi daya tampung media penopang air
dari curah hujan tadi. Selain disebabkan faktor alami, yaitu curah
hujan yang tinggi, banjir juga terjadi karena ulah manusia

Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar


untuk merubah perilaku dan tindakan seseorang,
dengan bantuan media komik tentang
kesiapsiagaan bencana banjir dapat memudahkan
seseorang memahami materi yang disampaikan

Adanya pendidikan kesehatan dengan media


komik dapat meningkatkan pengetahuan.
Pengetahuan merupakan hasil belajar melalui
proses sensoris mata dan telinga pada objek
tertentu. Pengetahuan juga termasuk dalam pokok
penting dalam pembentukan perilaku terbuka
(Gultom 2014,(open behavior)
Supartini 2017, Notoadmojo 2012, Donsu 2017 )
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui
penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo, 2012).
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka peneliti menyusun kerangka konsep
penelitian tentang pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan, dengan
variabel independen adalah pendidikan kesehatan sedangkan variabel
dependen pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan. Kerangka konsep
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Pendidikan Kesehatan Kesiapsiagaan Pengetahuan Siswa


Bencana Banjir dengan Media Komik

B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
1. Independen Pendidikan - - - -
Pendidikan kesehatan
Kesehatan dengan
Kesiapsiagaan menggunaka
Bencana Banjir n komik yang
dengan Media berisi gambar
Komik maupun teks
yang menarik
sehingga
dapat
menjelaskan
konsep
kesiapsiagaan
bencana
banjir
2. Dependen Pengetahuan Kuesioner Wawancara Nilai mean/ Interval
Pengetahuan yang median
siswa tentang diketahui pengetahuan
kesiapsiagaan oleh siswa responden
bencana banjir tentang sebelum dan
sebelum dan kesiapsiagaan sesudah
sesudah dilakukan bencana dilakukan
perlakuan banjir. pendidikan
kesehatan
dengan media
komik

C. Hipotesis
Ada perbedaan pengetahuan pada siswa sebelum dan sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan dengan media komik tentang
kesiapsiagaan bencana banjir di SDN 222 Kota Palembang.
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode
penelitian pre eksperimental dengan one group pretest post test design
yaitu suatu prosedur penelitian yang dilakukan dengan memberikan
perlakuan/intervensi pada satu kelompok subjek penelitian saja, dengan
tujuan menilai pengaruh suatu perlakuan pada variable independen
terhadap variable dependen, karena desain ini memiliki kemungkinan
masih terdapat variable luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variable dependen (Notoadmojo, 2012). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah penerapan pendidikan
kesehatan, sedangkan variable dependennya adalah pengetahuan siswa.
Berikut merupakan skema alur penelitian berdasarkan desain studi pre
eksperimental.

P1 X P2

Gambar 4.1 Skema Alur Penelitian

Keterangan :

P1 : Melakukan penilaian pengetahuan siswa sebelum


intervensi

X : Peneliti memberikan intervensi kepada siswa di


SDN 222 Palembang melalui pendidikan kesehatan
dengan media komik

P2 : Melakukan penilaian pengetahuan siswa setelah


dilakukan intervensi.
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti ( Notoadmojo,2012 ). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 222 Palembang yang
berjumlah 88 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah yang diambil dan
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi ( Gunarso,2016 ). Pengambilan sampel penelitian ini
adalah Total Sampling . total sampling adalah teknik pengambilan
jumlah sampling sama dengan populasi (Notoadmojo 2010). Sample
dalam penelitian ini berjumlah 88 siswa orang responden.
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SDN 222 Kota Palembang
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan februari tahun 2020
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek
dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam
suatu penelitian (Nursalam, 2016).
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti mengajukan izin ke BAAK untuk melakukan
izin melakukan penelitian di SDN 222 Palembang
b. Setelah mendapatkan izin, kemudian peneliti melakukan
studi pendahuluan di SDN 222 Palembang
c. Peneliti melakukan sosialisasi kepada siswa/i bahwa
akan melakukan pendidikan kesehatan dengan media
komik tentang kesiapsiagaan bencana banjir
d. Setelah mendapat izin, peneliti menentukan sampel
penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti akan melakukan
pengumpulan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Peneliti menjelaskan ke seswa/i SDN 87 Palembang
mengenai tujuan, manfaat dan jalannya penelitian
yang akan dilakukan.
b. Melakukan kesepakatan atau informerd concent
kepada responden dan melakukan kesepakatan yang
akan di lakukan.
c. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri (waktu
yang dibutuhkan selama 5 menit)
d. Membagikan kuesioner untuk mengukur
pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana sebelum
dilakukan metode membaca komik edukasi
e. Memberikan intervensi pendidikan kesehatan kepada
responden melalui edukasi menggunakan komik
(waktu yang dibutuhkan 30 menit)
1) Mengenai pengetahuan tentang kesiapsiagaan
bencana banjir
2) Definisi bencana banjir
3) Penyebab bencana banjir
4) Dampak dan akibat bencana banjir
5) Hal yang perlu dilakukan sebelum,saat dan
setelah bencana banjir
6) Pencegahan bencana banjir
f. Ukur kembali pengetahuan kesiapsiagaan bencana
banjir setelah dilakukan intervensi dengan jeda 5
menit.
E. Instrumen Pengumpulan Data
"Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Instrument penelitian ini dapat berupa : kuisioner
(daftar pertanyaan, formulir observasi, formulir-formulir lainyang
berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya)".(Notoadmojo,
2013).
1. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun
dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal
memberikan jawaban . kuisioner sering juga disebut daftar
pertanyaan (Notoadmojo, 2012). Untuk memperoleh data
variable dependen yaitu pengetahuan siswa tentang
kesiapsiagaan bencana banjir.
2. Validitas dan Reabilitas
a. Uji validitas berguna untuk mengetahui kevalidan atau
kesesuaian kuesioner yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data dari para responden atau sampel penelitian.
Uji validitas product moment pearseon correlation
menggunakan prinsip mengkoreksi atau menghubungkan
antara masing-masing skor item atau soal dengan skor total
diperoleh dari jawaban responden atau kuesioner
(sugiono,2010).
b. Uji reabilitas merupakan upaya untuk menstabilkan dan
melihat adakah konsistensi responden dalam menjawab
pertanyaan, yang terkait dengan konstruksi dimensi variabel.
Kontruksi dimensi ini berupa kuesioner ( Sugiono,2010).
Suatu kuesioner dikatakan reliable apabila kuesioner
tersebut mempunyai ketetapan hasil, artinya jika dikenakan
pada objek yang sama pada lain waktu hasilnya tetap.
F. Pengolahan Dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data
diubah ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah
menggunakan software komputer, proses pengolahan data
menggunakan program komputer terdiri dari:
a. Editing
Pada tahap ini, penulis mengkaji dan meneliti kembali data
yang diperoleh kemudian memastikan apakah terdapat
kekeliruan atau tidak dalam pengisian. Proses editing ini
meliputi langkah-langkah yaitu mengecek nama dan identitas
responden. Kemudian mengecek kelengkapan data, apabila
ternyata ada kekurangan isinya degan cara memeriksa isi
kuesioner, menentukan ada atau tidaknya kuesioner yang sobek
atau rusak.
b. Coding
Coding merupakan pemeberian kode yang berupa angka-
angka terhadap data yang masuk berdasarkan variabelnya
masing-masing. Coding juga untuk menerjemahkan data yang
dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok
untuk keperluan analisis
c. Entry Data
Proses memasukkan data kedalam program komputer untuk
dapat di analisis. Analisis univariat data entri kriteria responden
menggunakan data kategorik, dan analisis bivariat data numerik.
d. Cleaning
Peneliti melakukan pemeriksaan kembali data yang telah
dimasukkan sehingga benar-benar bebas dari kesalahan
kemudian di uji kebenarannya.
2. Analisis Data
Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan
menggunakan program komputer dimana akan dilakukan 2 macam
analisis data, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan
karakteristik dari variabel independen dan dependen.
Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat dengan menggunakan uji statististik. Uji normalitas
dilakukan untuk mengetahui sebaran distribusi suatu data
apakah normal atau tidak. Uji normalitas data berupa uji
Kolmogorov Smirnov, karena besar sampel dalam penelitian
>50. Distribusi normal baku adalah data yang telah
ditransformasikan ke dalam bentuk p dan diasumsikan normal.
Jika nilainya di atas 0,05 maka distribusi data dinyatakan
memenuhi asumsi normalitas, dan jika nilainya di bawah 0,05
maka diinterpretasikan sebagai tidak normal (Dahlan, 2011)
Uji statistik yang digunakan adalah uji t- berpasangan,
merupakan uji parametrik (distribusi data normal) yang
digunakan untuk mencari hubungan dua variabel atau lebih bila
datanya berbentuk skala numerik, namun bila distribusi data
tidak normal dapat digunakan uji Wilcoxon (Dahlan, 2010).
G. Etika Penelitian
Peneliti menjelaskan tentang aspek etik dalam penelitian disertai
dengan penjelasan bentuk aplikatif yang dilakukan terhadap aspek
tersebut (Hidayat, 2010).
1. Lembar Persetujuan
Diberikan kepada responden, tujuannya adalah subjek
mengetahuii maksud, tujuan, dan harapan peneliti dan
mempersilahkan responden menandatangani lembar
persetujuan, apabila responden menolak maka peneliti tidak
memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
2. Tanpa Nama (Anonymity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data yang disajikan
3. Kerahasiaan (Confidentialy)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti
4. Keadilan (Justice)
Setiap subjek penelitian diberlakukan sama berdasarkan
moral, martabat, dan hak asasi manusia. Penelitian tidak
mengistimewakan sebagian responden dengan responden
lainnya.
5. Keuntungan (Benefit)
Peneliti berusaha untuk memaksimalkan manfaat dari
penelitian dan meminimalkan kerugian yang terjadi. Manfaatnya
baik untuk instansi terkait maupun untuk responden sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai