Anda di halaman 1dari 12

Mitigasi Bencana Gunung Meletus pada Anak Usia Dini melalui Alat Permainan

Edukatif (APE) di RA Mukti Raharja

Neng Lilis Dahlia¹

¹IAIN Syekh Nurjati Cirebon (lilisdahlia442@gmail.com)

ABSTRACT

The potential disaster in Kuningan Regency, especially in Sukamukti Village, is an erupting


mountain disaster. The position of Sukamukti Village, which is at the foot of Mount Ciremai, is
vulnerable to facing the risk of the eruption disaster. Disaster mitigation needs to be done to all
people in society, from early childhood to old age. Because the impact of disasters is not only on
adult society, but also has an impact on early childhood. To reduce the risk of these disasters,
researchers conducted a disaster mitigation program using educational game tools for early
childhood at RA Mukti Raharja. The tools and materials used are very simple and can be found in
the surrounding environment. The method used is participatory observation. The result of this
study is that early childhood children in RA Mukti Raharja are enthusiastic and understand about
the volcanic disaster and what steps should be taken when the disaster occurs. The educational
game tools used are miniature mountains and demonstrations of volcanic eruptions using oil paper
as miniature mountains and a mixture of vinegar, baking soda, and food coloring as lava that
comes out of the mountain crater.

Keywords :
Disaster mitigation; educational game tools; APE; volcanoes erupt; early childhood.

ABSTRAK

Potensi bencana di Kabupaten Kuningan khususnya di Desa Sukamukti adalah bencana gunung
meletus. Posisi Desa Sukamukti yang berada di kaki Gunung Ciremai sangan rentan dalam
menghadapi resiko dari bencana letusan gunung tersebut. Mitigasi bencana perlu dilakukan
kepada semua kalangan di masyarakat, dari anak usia dini hingga pada usia lanjut. Karena
dampak dari terjadinya bencana bukan hanya pada masyarakat kalangan dewasa, akan tetapi
juga berdampak pada anak usia dini. Untuk mengurangi resiko bencana tersebut, peneliti
melakukan program mitigasi bencana dengan menggunakan alat permainan edukatif kepada anak
usia dini di RA Mukti Raharja. Alat dan bahan yang digunakan sangat sederhana dan bisa dijumpai
di lingkungan sekitar. Metode yang digunakan adalah observasi partisipastif. Hasil dari penelitian
ini adalah anak-anak usia dini di RA Mukti Raharja antusias dan menjadi paham terkait bencana
gunung meletus dan langkah apa saja yang harus dilakukan ketika bencana tersebut terjadi. Alat
Permainan Edukatif yang digunakan berupa miniatur gunung dan peragaan erupsi gunung berapi
menggunakan kertas minyak sebagai miniatur gunung dan campuran cuka, soda kue, dan
pewarna makanan sebagai lava yang keluar dari kawah gunung.

Kata Kunci :
Mitigasi bencana; alat permainan edukatif; APE; gunung meletus; anak usia dini.

1|Page
Pendahuluan

Bencana menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana


adalah serangkaian peristiwa yang mengancam penghidupan masyarakat baik yang disebabkan
oleh faktor alam, non-alam, maupun faktor manusia, sehingga dapat menimbulkan korban jiwa,
lingkungan menjadi rusak, kerugian materi, dan berdampak pula pada psikologis. Salah satu jenis
bencana alam adalah gunung meletus. Menurut BNPB (2011) dalam Adiyoso (2018) letusan
gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang disebut erupsi. Bahaya letusan gunung
api bisa berupa lava, awan panas, hujan abu yang lebat, lontaran material atau pijar, tsunami dan
banjir lahar.
Salah satu gunung di Jawa Barat yang statusnya masih aktif adalah Gunung Ciremai. Gunung
Ciremai terletak pada ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut dan merupakan gunung
tertinggi di Jawa Barat. Dalam Fahrudin (2019) Gunung Ciremai dikategorikan sebagai Gunung
strato tipe A dan salah satu gunung teraktif di Pulau Jawa. Maka dari itu, potensi-potensi bencana
yang terjadi adalah meletusnya gunung Ciremai sehingga dapat menyebabkan kerusakan baik
secara materi maupun non-materi. Selain itu berpotensi juga akan menelan korban jiwa
masyarakat yang bertempat tinggal di kaki gunung Ciremai. Desa Sukamukti Kabupaten Kuningan
adalah salah satu kawasan yang berada di kaki Gunung Ciremai. Sehingga Desa Sukamukti
memiliki kerentanan dalam menghadapi dampak bencananya sangat tinggi. Kawasan Desa
Sukamukti merupakan daerah yang relatif subur dan dikelilingi oleh pemukiman penduduk yang
padat. Kondisi ini menjadikan masyarakat harus lebih hati-hati dam mempersiapkan bencana
letusan apabila sewaktu-waktu bencana tersebut terjadi dan masyarakat harus sudah paham
dalam mengevakuasi diri.
Berdasarkan informasi yang dilansir dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(2014) sejarah letusan Gunung Ciremai tercatat sejak tahun 1698. Jeda waktu istirahat terpendek
letusan Gunung Ciremai adalah 3 tahun dan terpanjang adalah 112 tahun. Pada tahun 1772,
1775, dan tahun 1805 terjadi erupsi di kawah pusat akan tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang
parah. Kemudian tahun 1917 dan tahun 1924 terjadi erupsi uap belerang serta tembusan fumarola
baru di dinding kawah. Pada tahun 1937 Gunung Ciremai mengalami erupsi freatik di kawah pusat
dan celah radial dan sebaran abunya mencapai daerah seluas 52.500 km bujursangkar. Pada
tahun 1947, 1955, dan 1973 terjadi gempa tektonik yang menimbulkan kerusakan pada beberapa
daerah barat daya Gunung Ciremai. Fenomena lain yang terjadi yaitu pada tahun 2003, terjadi
peningkatan gempa vulkanik dan tektonik yang diikuti dengan perubahan suhu mata air panas.
Berdasarkan potensi-potensi letusan gunung Ciremai tersebut maka perlu diadakannya
mitigasi bencana. Karena dalam Anggarasari dan Dewi (2019) dampak dari terjadinya bencana
menyangkut dengan kehidupan sosial, kesehatan, kehidupan keagamaan di masyarakat, ekonomi
dan psikologis. Dampak psikologis dari terjadinya bencana dapat menimpa pada semua kalangan,
baik dari usia bayi, anak-anak, usia remaja, dewasa sampai pada lanjut usia. Dampak bencana
dan resiko bencana ini bisa diminimalisir dengan melakukan upaya preventif bencana yang disebut
dengan mitigasi bencana. Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 20017 tentang Penanggulangan
Bencana, mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya dalam mengurangi resiko bencana,
baik melalui pembangunan secara fisik maupun melalui penyadaran masayrakat dalam
menghadapi ancaman bencana.
Dalam proses menyadarkan dalam menghadapi ancaman bencana memerlukan sosialisai
pada semua kalangan di masyarakat, dari anak usia dini hingga pada usia lanjut. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Andi (2013) masih banyak tenaga pendidik yang belum
2|Page
mendapatkan sosialisasi dan pelatihan tentang kebencanaan. Akibatnya wawasan anak didikpun
masih kurang dalam memahami kebencanaan. Maka dari itu, implementasi dari mitigasi bencana
masih perlu untuk dilakukan penyadaran kepada tenaga pendidik tentang pengurangan resiko
bencana. Sekolah memiliki peran pentig dalam upaya mengurangi resiko bencana, karena sekolah
adalah ruang pengetahuan dan keterampilan anak dalam menghadapi bencana. Pendidikan
kebencanaan idealnya dimulai sejak usia dini, karena berdasarkan fakta bahwa sekitar 66 juta
anak di seluruh dunia terkena dampak bencana (Herdwiyanti & Sudaryono, 2013)
Pada usia anak, dampak bencana lebih mengkhawatirkan sehingga hal tersebut dibahas
dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana bahwa anak-anak
merupakan kelompok yang rentan. Kerentanan anak terhadap bencana karena adanya
keterbatasan pengetahuan tentang resiko yang mungkin terjadi di sekitar mereka, dan berakibat
pada tidak adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Menurut Sunarto (2012) dalam
Pahleviannur (2019) bahwa berdasarkan data terjadinya bencana di beberapa wilayah, korban
bencana banyak yang dalam usia anak sekolah, karena bencana bisa terjadi di jam sekolah
maupun di luar jam sekolah. Hal tersebut berarti anak-anak memerlukan upaya secara khusus
untuk diberikan pemahaman mengenai mitigasi bencana dan pengarahan langkah apa yang harus
dilakukan ketika terjadi bencana dan untuk mengurangi resiko bencana.
Mitigasi bencana pada anak usia dini penting dilakukan, karena anak juga dapat terkena
dampak dari terjadinya bencana. Lama atau tidaknya seorang anak ketika menerima bencana
sampai ke tahap rehabilitasi dengan bangkit kembali menjalani kehidupan seperti biasa sangat
tergantung pada lingkungan sekitar, seperti dari lingkup terdekat yaitu keluarga, komunitas, dan
lingkungan tempat tinggal. Dalam Anggarasari dan Dewi (2019) kegiatan bermain bisa menjadi
cara utuk memberikan pemahaman kepada anak usia dini mengenai bencana dan proses
evakuasi ketika terjadi bencana ke tempat yang aman. Seperti yang telah dilakukan oleh Rahiem
dan Widiastuti (2020) yang melakukan pembelajaran mitigasi bencana kepada anak usia dini
melalui buku bacaan bergambar, karena buku bergambar dianggap menarik dan dapat
memberikan pengetahuan kepada anak dan memotivasi untuk siaga terhadap bencana.
Dunia anak dikenal melalui istilah bermain sambil belajar, karena bermain merupakan sarana
untuk anak untuk mengenal lingkungan di sekitarnya. Sosialisasi yang dilakukan ke RA Mukti
Raharja yaitu dengan menggunakan APE (Alat Permainan Edukatif). APE (Alat Permainan
Edukatif) dalam Basori (2021) adalah alat permainan yang dirancang secara sengaja untuk
kebutuhan proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan aspek perkembangan anak. Alat
Permainan Edukatif (APE) sangat menunjang dalam proses pembelajaran sebagai media ketika
guru menjelaskan pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengkaji tentang
“Mitigasi Bencana Gunung Meletus pada Anak Usia Dini melalui Alat Permainan Edukatif (APE) di
RA Mukti Raharja”. Tujuan dilakukannya sosialisasi mengenai mitigasi bencana gunung meletus
pada anak usia dini adalah untuk menumbuhkan pengetahuan dan sikap peserta didik dalam
menghadapi bencana letusan gunung api. Selain itu, sebagai upaya dalam pengurangan resiko
serta kesiapan dalam mempersiapkan generasi tangguh bencana di masa yang akan datang.

Metode
Penelitian ini adalah salah satu bentuk sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat
khususnya masyarakat di Desa Sukamukti yang pemukimannya berada di kaki gunung Ciremai.
Dalam pelaksanaan penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan
kualitatif menurut Creswell (2007) untuk menyelidiki secara mendalam dan komprehensif dan
mencoba untuk memahami masalah deskriptif. Metode kualitatif deskriptif diterapkan dalam
3|Page
penelitian ini karena penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam mengenai
mitigasi bencana gunung meletus melalui Alat Permainan Edukatif (APE) pada anak usia dini.
Model kegiatan yang dilakukan di RA Mukti Raharja adalah sosialisasi mengenai mitigasi
bencana gunung meletus. Sosialisasi yang dilakukan berupa pengenalan lagu Siaga Bencana,
penayangan video animasi mengenai gunung meletus serta langkah yang harus dilakukan ketika
gunung meletus terjadi, dan simulasi gunung meletus dengan menggunakan Alat Permainan
Edukatif (APE) berupa miniatur gunung. Adapun langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pada kegiatan ini adalah sebagai berikut.

Penetapan
Perizinan Waktu Persiapan Pelaksanaan
Pelaksanaan

Gambar 1.1 Diagram Alur Penelitian

a. Perizinan kepada tempat yang akan dijadikan sebagai lokus penelitian yaitu RA Mukti
Raharja Desa Sukamukti Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan.
b. Penetapan Waktu Pelaksanaan, peneliti menetapkan waktu dan dikomunikasikan dengan
pihak RA Mukti Raharja sampai pada tersepakatinya waktu pelaksanaan.
c. Setelah disepakati waktu pelaksanaa, untuk mencapai keberhasilan kegiatan/program peneliti
mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut.
d. Pelaksanaan kegiatan di RA Mukti Raharja.

Lokus dalam penelitian ini adalah di RA Mukti Raharja Desa Sukamukti Kecamatan Jalaksana
Kabupaten Kuningan. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 30 anak usia dini yang berada pada
usia 5 tahun hingga 6 tahun serta 2 tenaga pendidik dan 1 kepala sekolah. Sedangkan teknik
pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut.
a. Wawancara
Wawancara menurut Sugiyono (2017) digunakan untuk mengumpulkan data jika peneliti akan
melakukan studi untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti.. Teknik wawancara
dilakukan kepada tenaga pendidik sebagai informan. Data yang didapatkan dari tengaa
pendidik di RA Mukti Raharja yaitu terkait dengan gambaran umum RA Mukti Raharja dan
mengenai pembelajaran kebencanaan.
b. Observasi
Menurut Sugiyono (2017) observasi adalah sebuah teknik untuk mengumpulkan data dengan
mengamati perilaku manusia, gejala-gejala yang terdapat di lapangan, serta proses kerja.
Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
observasi partisipasi dimana peneliti secara langsung ikut serta dalam mengamati dan
berinteraksi secara langsung dengan subyek penelitian. Peneliti ikut serta dalam kegiatan
yang dilaksanakan di RA Mukti Raharja, seperti dalam melakukan simulasi gunung meletus
menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE).
Sedangkan untuk menganalisis data yang sudah didapatkan, peneliti menganalisis
menggunakan model Miles and Hubberman (2014) yaitu dengan mengumpulkan semua data yang
diperoleh dari lapangan, kemudian data direduksi atau dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian
atau pertanyaan penelitian. Setelah itu, data disajikan dalam bentuk deskriptif sehingga data

4|Page
tersebut dapat disimpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Selain itu, untuk memvalidasi
data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Dalam Sugiyono (2013) triangulasi adalah kegiatan
untuk mengecek kembali data untuk menguji keabsahan dan kevalidan data yang didapatkan.
Dalam penelitian ini, teknik triangulasi yang digunakan adlaah triangulasi sumber yaitu dengan
mengecek data yang sudah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini adalah sumber
pertama peserta didik RA Mukti Raharja dan sumber kedua adalah tenaga pendidik di RA Mukti
Raharja.

Hasil dan Pembahasan


Gambaran Umum RA Mukti Raharja
RA Mukti Raharja didirikan pada tahun 2005 di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam
Mukti Raharja. RA Mukti Raharja terletak di Desa Sukamukti Kecamatan Jalaksana Kabupaten
Kuningan. RA Mukti Raharja berdiri karena dipelopori oleh Ibu Laili, S.Pd yang saat itu merasa
prihatin karena melihat banyak anak-anak usia dini sekitar usia 2-6 tahun yang berkerumun akan
tetapi tidak ada aktivitas pembelajaran. Kemudian rasa prihatin tersebut, disampaikan oleh Ibu Laili
kepada Bapak Hery Heryanto dan Bapak Kodir selaku tokoh masyarakat di Desa Sukamukti. Hasil
musyawarah tersebut menghasilkan pembuatan kelompok bermain untuk mengelola kegiatan
bermain anak agar lebih terprogram. Kegiatan bermain ini pada awalnya masih dilaksanakan di
aula Balai Desa Sukamukti dengan menggunakan alat dan properti seadanya yang dibongkar
pasang. Masyarakat Desa Sukamukti menyambut hal baik ini dengan antusias, sehingga pada
tanggal 12 Desember 2012 kelompok bermain ini bertransformasi menjadi RA Mukti Raharja. Ibu
Ai Nunung Nurrani ditunjuk sebagai kepala sekolah sampai saat ini. Pada awalnya peserta didik di
RA Mukti Raharja berjumlah 45 siswa. Kemudian RA Mukti Raharja dilembagakan dengan
mengajukan perizinan ke Kementerian Agama Kabupaten Kuningan. Dan surat izin operasional
dari Kementerian Agama Kabupaten Kuningan terbit dengan nomor
Kd.10.08/4/PP.00.4/4516/2012
Sejak 2017 sampai saat ini, RA Mukti Raharja memiliki akreditasi B dari BAN PNF. Sehingga
saat ini Yayasan Pendidikan Islam Mukti Raharja memiliki satu layanan Raudhatul Athfal. Tenaga
pendidik di RA Mukti Raharja berjumlah 2 guru dan 1 kepala sekolah yang merangkap menjadi
guru. Terdapat dua kelas di RA Mukti Raharja, yaitu kelas A dan kelas B dengan jumlah siswa
seluruhnya rata-rata pertahun adalah 30 hingga 40 siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan
tenaga pendidik di RA Mukti Raharja menyampaikan bahwa dalam penyampaian materi mengenai
kebencanaan masih minim, hanya diselipkan dalam materi-materi lain. Materi mengenai
kebencanaan yang disampaikan pun hanya sebatas pengenalan jenis-jenis bencana alam yang
ada di sekitar, belum sampai pada penyampaian materi mengenai mitigasi bencana.

“Kalau untuk simulasi bencana gunung meletus mah belum pernah, cuman
kalo disini hanya dikenalkan saja apa itu bencana dan jenis-jenisnya yang
biasanya terjadi di sekitar kita, gitu.”
(Hasil wawancara dengan Ibu Irma, selaku tenaga pendidik di RA Mukti Raharja)

Alat Permainan Edukatif (APE) pada Anak Usia Dini


Alat Permainan Edukatif (APE) dalam Basori (2021) adalah alat permainan yang dirancang
secara sengaja untuk kebutuhan proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan aspek
perkembangan anak. Permainan edukatif memiliki peran yang efektif untuk pengembangan
kemampuan anak, seperti kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Khobir (2009)
bentuk dan jenis permainan edukatif tidak terbatas, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam
memilih permainan edukatif harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
5|Page
1. Sesuai dengan usia dan minat anak, karena alat permainan edukatif bertujuan untuk
membantu perkembangan anak.
2. Alat permainan aman, tidak berbentuk benda tajan dan tidak ada bagian alat yang dapat
melukai anak.
3. Orangtua atau guru di sekolah harus terlibat dalam proses bermain, agar anak dapat terpantau
dari hal-hal yang merugikan tumbuh kembang mereka.
4. Alat permainan edukatif tidak perlu yang mahal, karena yang sederhanapun akan bermanfaat
apabila digunakan dengan baik.
5. Alat permainan dapat mengembangkan daya fantasi anak. Misalnya alat permainan yang
sifatnya dapat dibongkar pasang, dibentuk atau diubah sesuai imajinasi anak.

APE dirancang dan ditujukan untuk anak dengan mempertimbangkan karakteristik anak agar
sesuai dengan perkembangan anak. Karena perbedaan rentang usia anak akan menjadi hal dasar
untuk diperhatikan karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap tahap perkembangan dan
kemampuan yang dimiliki oleh anak. Alat-alat permainan yang dikembangkan mempunyai manfaat
dalam mendukung proses pembelajaran. Manfaat tersebut dalam Astini et al (2017) yaitu sebagai
berikut.
1. Menciptakan situasi yang menyenangkan dalam bermain sambil belajar
2. Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra yang positif dari diri anak
3. Memberikan stimulus dalam membentuk perilaku dan mengembangkan kemampuan dasar
melalui pembiasaan dan pengembangan dasar yang merupakan fokus pengembangan pada
anak usia dini.
4. Memberi kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman
sebaya, sehingga dengan alat permainan edukatif dapat menjadi fasilitas untuk anak-anak
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi, di RA Mukti Raharja sudah terdapat
beberapa Alat Permainan Edukatif (APE) untuk menunjang proses pembelajaran peserta didik.
Hasil observasi menunjukkan bahwa di RA Mukti Raharja terdapat permainan untuk mengedukasi
anak seperti block puzzle, kartu berisi nama-nama hewan, boneka jari, puzzle hewan dan bentuk
bangun datar.

“Iya, di sekolah kita sudah ada beberapa Alat Permainan Edukatif (APE) yang bisa
dimanfatakan juga untuk perkembangan anak-anak. Terkadang guru-guru disini
membuat alat permainan sendiri yang sederhana, misalnya yang dari barang bekas
dijadikan mainan yang mengedukasi.”
(Hasil wawancara dengan Ibu Ai Nunung Nurrani selaku kepala RA Mukti Raharja)

Mitigasi Bencana Gunung Meletus melalui Alat Permainan Edukatif pada Anak Usia Dini
Letusan gunung api adalah salah satu sumber bencana yang dapat menimbulkan kerugian
dan banyak korban. Jika dilihat dari segi ancaman bencana, daerah yang rawan bukan saja dari
jenis sumber bencananya. Akan tetapi, kondisi lingkungan dan kependudukan juga akan
terancam. Sehingga, kita bisa menyadari bahwa ancaman bencana alam gunung meletus adalah
bencana alam yang waktu-wakttu dapat mengancam kita. Kondisi ini dapat terjadi pada daerah
disekitar Gunung Ciremai. Gunung Ciremai termasuk gunung yang paling kalem karena tercatat
sejak letusan pertama pada tahun 1698 dan gunung tersebut tidak pernah mengeluarkan kekuatan
yang berlebihan kembali. Meskipun begitu, masyarakat perlu mengetahui terlebih dahulu
6|Page
mengenai bahaya dan ancaman yang ditimbulkan dari letusan gunung Ciremai. Meskipun waktu
terjadinya letusan gunung Ciremai tidak bisa diperkirakan, akan tetapi masyarakat harus benar-
benar siap menghadapi kemungkinan apabila terjadi letusan Gunung Ciremai. Usaha untu
meminimalisir dampak suatu bencana yaitu salah satunya dengan melakukan mitigasi bencana.
Untuk mengurangi kerugian dan korban jiwa akibat terjadinya gunung meletus perlu adanya
peningkatan kesiapan dari masyarakat untuk menghadapi bencana.
Pengetahuan mengenai mitigasi bencana tidak hanya dipahami oleh orang dewasa, namun
juga anak-anak perlu diberikan pemahaman mengenai mitigasi bencana. Akan tetapi, menurut
Proulx dan Aboud (2019) perhatian terhadap pengurangan resiko bencana pada anak usia
prasekolah masih minim dan terabaikan. Padahal jika ditinjau dari faktor resiko atau efek bencana
alam adalah anak yang paling besar menerima resiko. Untuk memberikan pengetahuan mengenai
mitigasi bencana kepada anak bisa dilakukan oleh orangtua. Karena orangtua sebagai orang
terdekat anak di rumah dan memiliki peran untuk memberikan pengetahuan kepada anak.
Misalnya dengan berdiskusi dan mengajarkan anak untuk bersabar apabila terjadi bencana dan
sellau berdoa agar diberikan perlindungan dan keselamatan dan bersyukur. Selain dalam lingkup
keluarga, anak juga berinteraksi di lingkungan luar speerti di lembaga pendidikan, di lingkungan
tetangga, dan lingkungan teman sebaya.
Pengenalan mitigasi bencana letusan gunung berapi pada anak usia dini di lembaga
pendidikan seperti sekolah, dapat dilakukan dengan cara-cara yang kreatif dan menarik. Banyak
cara untuk mengenal beberapa peristiwa alam. Dan terdapat beberapa eksperimen yang
menyenangkan dan mengedukasi anak-anak. Program mitigasi bencana gunung meletus melalui
kegiatan bermain sambil belajar dilaksanakan di RA Mukti Raharja yang terdiri dari 30 anak usia
dini. Kegiatan bermain yang dilakukan salah satunya adalah dengan menggunakan Alat
Permainan Edukatif (APE). Pembuatan Alat Permainan Edukatif (APE) mitigasi bencana dilakukan
dengan berbagai pertimbangan, karena sasaran dari Alat Permainan Edukatif ini adalah anak usia
dini sekitar usia 5-6 tahun yang artinya anak-anak dalam usia tersebut masih menggemari
permainan. Dalam Khaironi (2017) anak usia dini adalah masa keemasan atau golden age yaitu
masa yang hanya terjadi satu kali dalam masa perkembangan kehidupan. Anak usia dini memiliki
sikap spontan, baik dalam melakukan interaksi dengan orang lain, maupun dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Dari hal tersebut, mendorong peneliti untuk mengembangkan alat permainan
edukatif dengan mengintegrasikan karakteristik anak usia dini agar sesuai untuk perkembangan
anak.
Terkait dengan penelitian ini, rata-rata usia peserta didik yakni 5 tahun hingga 6 tahun.
Adapun materi yang menjadi bahan dalam Alat Permainan Edukatif (APE) mitigasi bencana adalah
bencana gunung meletus. Karena letak RA Mukti Raharja berada di Desa Sukamukti yang
posisinya berada di kaki gunung Ciremai yang statusnya masih aktif. Bentuk dari permainan ini
adalah berupa alat peraga sebagai bahan simulasi bagi anak usia dini. Alat peraga ini dibuat
bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai terjadinya erupsi
gunung berapi. Pembuatan APE mitigasi bencana ini sangat memperhatikan alat dan bahan yang
digunakan karena permainan ini sasarannya adalah anak usia dini sehingga harus
mempertimbangkan keamanannya. Dalam melakukan percobaan gunung meletus menggunakan
alat peraga sangat mudah dan sederhana karena bahan-bahannya dapat diperoleh di sekitar kita.
Sebelum melakukan simulasi, peneliti observasi dengan melakukan literature review untuk meriset
alat peraga seperti apa yang bisa digunakan untuk melakukan simulasi gunung meletus. Setelah
didaptkan ebberapa refernsi, kemudian peneliti kombinasikan dan modifikasi hasil-hasil temuan

7|Page
tersebut sehingga menjadi sebuah Alat Permainan Edukatif (APE) yang sesuai dengan mitigasi
bencana gunung meletus. Sebelum melakukan peragaan, perlu disiapkan terlebih dahulu alat dan
bahan yang akan digunakan untuk memeragakan erupsi gunung. Alat dan bahan yang disiapkan
yaitu sebagai berikut:
1. Kertas minyak atau kertas nasi
2. Soda kue secukupnya
3. Cuka secukupnya
4. Air dalam botol kecil
5. Pewarna makanan berwarna merah
6. Alas bisa menggunakan piring atau nampan

Cara untuk simulasi gunung meletus menggunakan bahan-bahan tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Buatlah kerucut yang menyerupai gunung menggunakan kertas nasi, dengan posisi bagian
yang kertas minyaknya diluar. Kemudian, gunting bagian atasnya untuk bagian kawah gunung.
2. Siapkan botol yang sudah terisi air, kemudian tambahkan cuka dan pewarna makanan warna
merah pada air dalam botol. Lalu aduk botol yang sudah terisi cairan hingga semuanya
tercampur.
3. Tutuplah botol tersebut menggunakan kertas yang berbentuk kerucut yang menyerupai gunung
yang telah dibuat dalam poin 1.
4. Sebelum bereksperimen dimulai, pastikan botol yang terisi air dan kerucut berada di atas alas
yang berupa nampan atau sejenisnya untuk menghindari luapan lava yang berlebihan akibat
terjadinya erupsi buatan.
5. Setelah itu, jika miniatur gunung sudah siap. Masukan soda kue sedikit demi sedikit ke dalam
botol melalui lubang kertas yang sudah digunting tadi/kawah gunung.
6. Kemudian, miniatur akan bereaksi dengan mengeluarkan buih buih dari ujung lubang yang
mirip dengan magma yang keluar dari kawah gunung berapi. Semakin banyak cuka dan soda
kue yang ditabur, maka akan semakin banyak pula buih yang dikeluarkan.
7. Selamat mencoba dan menikmati peristiwa rekayasa gunung meletus.

Gambar 1.2 Alat Permainan Edukatif (APE) Gunung Meletus

8|Page
Gambar 1.3 Antusiasme peserta didik RA Mukti Raharja terhadap Penerapan APE Gunung
Meletus

Penerapan Alat Permainan Edukatif (APE) di RA Mukti Raharja dilakukan secara bersama-
sama antara peneliti, anak-anak usia dini, serta tenaga pendidik. Anak-anak diberikan kesempatan
untuk mencoba menuangkan soda kue ke dalam miniatur gunungnya agar semakin paham
dengan fenomena erupsi gunung meletus. Sosialisasi mitigasi bencana yang dilaksanakan di RA
Mukti Raharja menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) menjadi sesuatu yang penting dalam
kegiatan ini karena mampu menarik minat anak usia dini dalam belajar mitigasi bencana dan
memahami proses terjadinya gunung meletus dengan menyenangkan. Dengan menggunakan Alat
Permainan Edukatif (APE), anak usia dini RA Mukti Raharja mampu belajar sambil bermain karena
sesuai dengan kondisi psikologis anak-anak yang masanya bermain. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Amelia et. al (2022) mengenai Sosialisasi APE (Alat Peraga
Edukatif) Untuk Meningkatkan Kesiapsiagaan Bencana yang terlihat bahwa siswa-siswinya
antusias, tertarik dan senang terhadap materi yang disampaikan dengan menggunakan APE.

Penerapan Alat Permainan Edukatif (APE) sudah sesuai dengan pertimbangan alat
permainan yang sesuai dengan usia anak, aman, dan dalam penggunaannya dibarengi dengan
guru dan peneliti agar terkontrol dan masih dalam jangkauan apabila terjadi penyelewengan. Serta
dalam penerapannya, Alat Permainan Edukatif (APE) yang digunakan tidak berasal dari barang-
barang mahal, melainkan berasal dari bahan-bahan sederhana yang bisa didapatkan dari sekitar
kita. Alat Permainan Edukatif (APE) adalah suatu kegiatan yang sangat menyenangkan bagi anak
usia dini di RA Mukti Raharja. Kegiatan sosialiasi mitigasi bencana gunung meletus di RA Mukti
Raharja diharapkan dapat menumbuhkan generasi-generasi penerus bangsa yang siaga terhadap
terjadinya bencana, terutama dalam hal ini adalah bencana gunung meletus. Sosialisasi
menggunakan APE ini dilakukan untuk menyampaikan materi terkait kebencanaan yang mungkin
terjadi di Desa Sukamukti. Mulai dari pengenalan jenis bencana alam, proses terjadinya erupsi
gunung meletus yang dijelaskan menggunakan alat peraga, serta langkah apa yang harus
dilakukan ketika terjadi gunung meletus. Langkah-langkah yang harus dilakukan ketika terjadi
gunung meletus disampaikan kepada peserta didik yaitu diantaranya tetap tenang dan hindari
panik terhadap keadaan, berkemas barang-barang yang dibutuhkan, mengungsi ke tempat yang
lebih aman, dan berdoa agar selalu diberi keselamatan oleh Allah SWT. Penyampaian materi
berlangsung selama kurang lebih satu jam dengan dibarengi dengan ice breaking berupa tebak-
tebakan berhadiah terkait materi yang sudah diberikan agar peserta didik masih tetap antusias dan
tidak merasa jenuh.

Kesimpulan
Kegiatan sosialisasi mitigasi bencana gunung meletus pada anak usia dini dilakukan dengan
menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) sebagai sarana belajar sambil bermain. Alat
Permainan Edukatif yang digunakan berupa miniatur gunung dan peragaan erupsi gunung berapi
menggunakan kertas minyak sebagai miniatur gunung dan campuran cuka, soda kue, dan
pewarna makanan sebagai lava yang keluar dari kawah gunung. Alat dan bahan yang digunakan
merupakan bahan yang aman untuk anak-anak usia dini, karena dalam penggunaannya dipantau
oleh guru dan peneliti. Kegiatan sosialisasi ini disambut antusias oleh peserta didik karena
merupakan sesuatu yang baru di RA Mukti Raharja. Dengan dilakukannya sosialisasi ini
diharapkan dapat menumbuhkan kesiapsiagaan anak usia dini di RA Mukti Raharja dalam

9|Page
menghadapi bencana dan memberikan pengetahuan terkait bencana gunung meletus serta
langkah-langkah yang harus dilakukan ketika terjadi gunung meletus.

Ucapan Terimakasih
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini. Terutama untuk Ibu Anggi Yus Susilowati, M.Si sebagai dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Bencana. Kemudian kepada pihak RA Mukti Raharja, baik
kepada Ibu Kepala Sekolah dan guru-guru, saya ucapkan terimakasih karena sudah memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan program mitigasi bencana gunung meletus pada
anak usia dini. Tak lupa, kepada teman-teman mahasiswa yang sudah mengorbankan waktu,
materi, dan tenaganya untuk berkontribusi dalam kegiatan penelitian ini.

10 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Adiyoso, W. 2018. Manajemen Bencana Pengantar dan Isu-Isu Strategis. Jakarta: Bumi Aksara.

Amelia, A.P., dkk. 2022. Sosialisasi APE (Alat Peraga Edukatif) untuk Meningkatkan
Kesiapsiagaan Bencana di SDN 05 Bades, Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang.
JPPM: Jurnal Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Vol. 01 Hlm. 20-25.

Andi., A. 2013. Implementasi Pendidikan Mitigasi Bencana Gempa Bum oleh Guru di SMP Al Islam
Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anggarasari., N.H. Dewi., R.S. 2019. Mitigasi Bencana Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan :
Early Childhood. Vol. 3 No. 1 .

Astini, B.N., dkk. 2017. Identifikasi Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam
Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Vol. 6. hlm 31-
40.

Basori. 2021. Penggunaan APE sebagai Media Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini. Al Abyadh.
Vol. 4 No. 1 hlm. 34-41.

Creswell, J.W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Approaches
(2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage Publication.

Fahrudin., R. 2019. Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung


Ciremai di Desa Cisantana Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Skripsi. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Herdwiyanti, F., Sudaryono. 2013. Perbedaan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana ditinjau dari
Tingkat Self-Efficacy pada Anak Usia Sekolah Dasar di Daerah Dampak Bencana
Gunung Kelud. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 2 (1), 136-141.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2014. G. Ciremai – Sejarah Letusan. Diakses
melaluihttps://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/527-g-ciremai?
start=1#:~:text=Erupsi%20G.%20Ciremai%20tercatat%20sejak,tidak%20menimbulkan
%20kerusakan%20yang%20berarti.

Khaironi, M. 2017. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age Universitas
Hamzanwadi. Vol. 01 No. 2 hlm. 82-89.

Khobir, A. 2009. Upaya Mendidik Anak Melalui Permainan Edukatif. Forum Tarbiyah Vol. 7 No. 2.

Pahleviannur, M. R. 2019. Edukasi Sadar Bencana Melalui Sosialisasi Kebencanaan sebagai


Upaya Peningkatan Pengetahuan Siswa terhadap Mitigasi Bencana. JPIS: Jurnal
Pendidikan dan Ilmu Sosial. Vol. 29 No.1. hlm 49-55.

11 | P a g e
Proulx, K. & Aboud, F. 2019. Disaster Risk Reduction in Earlychildhood Education: Effects on
Preschool Quality and Child Outcomes. International Journal of Educational Development.

Rahiem, M.D.H., Widiastuti, F. 2020. Pembelajaran Mitigasi Bencana Alam Gempa Bumi untuk
Anak Usia Dini melalui Buku Bacaan Bergambar. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, Vol. 5 hlm. 36-50.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai