Anda di halaman 1dari 10

ULANGAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH KEBENCANAAN

Nama : Afifatul Jannah


NIM : 3601415048

1. Mengapa Indonesia menjadi daerah yang rawan terhadap bencana,


khususnya bencana alam, sosial, kegagalan teknologi dan lingkungan?

Jawab:
Indonesia adalah wilayah yang sangat rawan akan terjadinya bencana.
Bencana yang terjadi mulai dari bencana alam, bencana sosial, kegagalan
teknologi, dan lingkungan. Berikut ini penyebab Negara Indonesia rawan
bencana antara lain:
A. Bencana Alam
Bencana alam merupakan bencana yang terjadi akbibat peristiwa alam.
Letak wilayah Indonesia dapat mengakibatkan bencana alam seperti
gunung meletus, tsunami, gempa bumi, angin topan, dan lain-lain. Secara
geografis dan geologis Indonesia, gambaran letak Indonesia sebagai
berikut:
1. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak diantara tiga
pertemuan lempeng besar, yakni Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia,
dan Lempeng Australia.
2. Indonesia dilalui dua sistem pegunungan lipatan muda di permukaan
bumi, yakni Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania. Sirkum pasifik
berawal dari Pegunungan Andes, Pegunungan Rocky, Jepang, Filipina,
lalu ke Indonesia melalui Sulawesi dan akhirnya sampai di Papua.
Sirkum Mediterania berawal dari Pegunungan Alpen, Pegunungan
Himalaya, lalu memasuki Indonesia melalui Pulau Sumatra, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku. Kedua pegunungan lipatan muda ini
menjadikan Indonesia mempunyai 130 gunung api aktif yang sewaktu-
waktu dapat mengeluarkan muntahan abu vulkanik.
3. Indonesia memiliki iklim tropis dengan dua musim yakni musim
penghujan dan musim kemarau. Dengan danya dua musim ini,
Indonesia berpotensi mengalami bencana banjir, tanah longsor,
kebakaran hutan, dan kekeringan.
B. Bencana Sosial
Bencana sosial merupakan bencana yang terjadi akibat perilaku
manusia. Misalnya konflik antar masyarakat. Menurut Departemen Sosial
(2012) penyebab terjadinya bencana sosial adalah masalah sosial (patologi
sosial) yaitu antara lain:
1. Kekacauan dengan skala luas akibat masalah-masalah sosial
2. Kekacauan yang disebabkan oleh kondisi politik, sosial, dan
pemerintahan
3. Perebutan sumber daya
4. Kompetisi yang tidak sehat
5. Masalah sosial yang tidak terselesaikan dan merambat ke masalah lain
6. Pengaruh dari luar
C. Bencana nonalam
Bencana nonalam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
nonalam. Misalnya kebakaran hutan, kegagalan teknologi. Penyebab
bencana nonalam antara lain:
a. Bertambahnya jumlah penduduk
b. Pendidikan yang terbelakang
c. Kemiskinan
2. Bencana adalah sebuah keniscayaan. Bagaimana saudara menyikapi
bencana selaku individu, anggota masyarakat, warga negara, warga
dunia dengan mempergunakan kecerdasan akademis, personal, emosi,
sosial, dan kinestis?

Jawab:
Bencana merupakan sebuah keniscayaan. Bencana merupakan peristiwa
yang disebabkan karena faktor alam, faktor nonalam, maupun ulah manusia
yang mengakibatkan kerusakan lingkungan, harta benda, fasilitas, dan
mengakibatkan meninggalnya manusia. Akhir-akhir ini sering terjadi bencana
di Indonesia. Cara menyikapi bencana yang terjadi :
a. Bencana yang terjadi dianggap sebagai bentuk kebaikan dan kasih sayang
dari Rabb. Adanya bencana dianggap sebagai media untuk intropeksi diri
dan menjadi sarana untuk meningkatkan iman.
b. Bencana yang terjadi dianggap sebagai sebuah kejadian yang membuat
masyarakat semakin solid. Sebagai bagian dari masyarakat, kita harus
saling mendoakan, saling membantu, saling bahu membahu terhadap
masyarakat yang terkena dampak bencana. Hal ini daat dilakukan dengan
memberikan bantuan baik berupa dana, benda, maupun tenaga kepada
korban bencana.
c. Perlu adanya sikap dan perilaku manusia yang mencegah terjadinya
bencana. Misalnya tidak menebang pohon sembarangan, mengurangi
penggunaan sampah plastik, menaati aturan hukum, dan tidak melakukan
kerusakan lingkungan.
d. Perlu meningkatkan pengetahuan tentang kebencanaan untuk melindungi
diri beserta anggota keluarga dari adanya bencana.
e. Perlu adanya peringatan dini dan pelatihan mitigasi bencana, baik di
lingkungan pendidikan maupun lingkungan nonpendidikan. Hal ini
dilakukan supaya masyarakat mengerti hal yang harus dilakukan pada saat
terjadi bencana.
f. Perlu adanya recovery terhadap tempat-tempat yang terkena imbas
bencana dengan kolaborasi antara pihak pemerintah, masyarakat setempat,
dan masyarakat pada umumnya.

3. Risiko bencana muncul disaat potensi bencana besar, kerentanan


masyarakat tinggi, dan ketidakberdayaan juga tinggi. Jelaskan dalam
sebuah bagan atau model bagaimana keterkaitan dan penjabaran dari
tiga variabel diatas beserta indikatornya?

Jawab:
Bencana terjadi harus dihadapi dengan cepat dan tepat. Sebelum terjadi
bencana, harus ada pencegahan-pencegahan yang dilakukan. Risiko bencana
merupakan potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu yang dapat berupa kamatian, luka, jiwa
teramcam, hilangnya rasa aman, kerusakan atau kehilangan harta benda, dan
gangguan keiatan masyarakat. Bahayanya, risiko bencana muncul disaat
potensi bencana besar, kerentanan masyarakat tinggi, dan juga
ketidakberdayaan tinggi.
a. Potensi Bencana
Potensi bencana merupakan suatu keadaan dimana suatu tempat
sewaktu-waktu dapat mengalami bencana yang disebabkan oleh faktor-
faktor tertentu. Indikator suatu tempat sebagai tempat yang berpotensi
bencana antara lain:
1) Dekat dengan zona-zona rawan bencana
2) Prosentase bangunan yang terbuat dari kayu (pemukiman kumuh)
3) Kepadatan penduduk
b. Kerentanan masyarakat
Kerentanan menurut Bakorna adalah suatu kondisi dari suatu
komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan
ketidakmampuan dalam manghadapi ancaman bahaya, sehingga apabila
terjadi bencana akan memperburuk kondisi masyarakat (Jaswadi dkk,
2012: 120). Indikator-indikator kerentanan masyarakat terhadap bencana
antara lain:
1) Berada di lokasi berbahaya/kedekatan dengan sumber bahaya
2) Kemiskinan
3) Kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan
4) Pertambahan penduduk yang pesat
5) Perubahan budaya
6) Kurangnya informasi dan kesadaran
7) Kualitas bangunan rendah
c. Ketidakberdayaan masyarakat
Ketidakberdayaan masyarakat merupakan kondisi dimana masyarakat
merasa tidak mampu untuk menghadapi segala sesuatu, dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah bencana. Masyarakat tidak mempunyai bekal untuk
menghadapi risiko terjadinya bencana. Indikator ketidakberdayaan
masyarakat antara lain:
1) Belum mampu memahami potensi yang ada pada diri masyarakat
2) Belum mampu mengantisipasi perubahan kondisi ke depan
3) Belum memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kekuasaan untuk
melakukan suatu tindakan.
4) Penguasaan teknologi terbatas.

Bagan diatas menggambarkan keterkaitan antara tiga variabel yang


mempengaruhi adanya risiko bencana yakni potensi bencana, kerentaan
masyarakat, serta ketidakberdayaan masyarakat. Potensi daerah dengan
bencana besar biasanya merupakan faktor alam. Daerah dengan potensi
bencana yang besar, didalamnya terdapat kerentanan dan ketidakberdayaan
masyarakat yang tinggi maka akan menjadikan risiko bencana yang besar
pula. Ketika potensi daerah bencana ini ada dalam lingkungan maka manusia
tidak dapat mengelak. Dengan kata lain, semakin tinggi potensi bencana suatu
wilayah maka semakin tinggi pula risiko bencana. Semakin tinggi tingkat
kerentanan dan ketidakberdayaan masyarakat, maka semakin tinggi pula risiko
bencana. Untuk itu, yang dapat manusia lakukan adalah mengurangi risiko
terjadinya bencana yang besar. Upaya yang dapat dilakukan yaitu adanya
pemberdayaan masyarakat sekitar daerah potensi bencana. Pemberdayaan
dapat dilakukan dengan memerikan pengetahuan terkait kebencanaan,
peringatan dini, dan mitigasi bencana. Dengan demikian, risiko bencana akan
berkurang.

4. Bagaimana peran saudara sebagai social engeneering untuk


meminimalkan risiko bencana baik di masyarakat maupun di sekolah?

Jawab:
Bencana adalah suatu ketentuan yang tidak dapat dihindari. Terlebih
bencana yang disebabkan oleh faktor alam. Masyarakat harus terbiasa dengan
adanya bencana, terutama di daerah yang rawan terjadi bencana. Sebagai
manusia, yang harus kita lakukan adalah meminimalisir risiko bencana. Upaya
ini dilakukan agar masyarakat sudah mengenal, terbiasa, dan terlatih dalam
menghadapi bencana sehingga risiko bencanapun menjadi sedikit. Upaya yang
dapat meminimalkan risiko bencana dapat dilakukan dengan:
a. Memberikan pengetahuan terkait dengan kebencanaan
Pengetahuan terkait kebencanaan ini diberikan melalui teori-teori
tentang bencana dan bagaimana upaya meminimalisir risikonya.
Pemberian pengetahuan ini dapat dilakukan di sekolah-sekolah dengan
memasukkan ke dalam kurikulum nasional sehingga peserta didik
mempunyai target pencapain minimal tentang pengetahuan kebencanaan
ini. Di lingkungan non sekolah, pemberian pengetahuan tentang
kebencanaan juga harus dilakukan, misalnya melalui sosialisasi ketika
perkumpulan karang taruna, bapak-bapak, ibu-ibu, perangkat desa, dan
sebagainya. Adanya pengatahuan menganai kebencanaan ini dapat
membuat masyarakat memahami bencana serta daerah-daerah yang
berpotensi terjadi bencana sehingga.
b. Memberikan pelatihan mitigasi bencana
Mitigasi bencana merupakan upaya untuk mengurangi dan
menghilangkan dampak bencana sebelum bencana terjadi. Pelatihan
mitigasi bencana dapat dilakukan di sekolah maupun di masyarakat. Di
sekolah, pelatihan mitigasi bencana dapat juga dimasukkan ke dalam
kurikulum nasional sama halnya dengan kebencanaan. Di masyarat
sendiri, harus diadakan pelatihan mitigasi bencana oleh pihak yang
berwenang dengan mengadakan pertemuan besar dari masyarakat setempat
terutama di daerah rawan bencana.

5. Kembangkan model pembelajaran mitigasi bencana (pilih salah satu


bencana) dalam pembelajaran IPS (jangan lupa pendekatan, media,
sumber belajar, penilaiannya serta skenario pembelajarannya)?

Jawab:
Pengembangan Model Pembelajaran IPS berbasis Virtual Reality pada Mata
Pelajaran IPS SMP Kelas VII
A. Model Pembelajaran : Virtual Reality
Pembelajaran virtual pada dasarnya adalah proses pembelajaran
yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi (Mantasia dan Hendrajaya, 2016: 4).
B. Bencana : Gunung meletus
C. Pendekatan : Saintific
D. Media :
1. Video virtual reality bencana gunung meletus yang berupa
pengetahuan dasar, penyebab, mitigasi, penanggulangan, dan simulasi
kondisi bencananya
2. LCD dan proyektor
3. Power point
E. Sumber Belajar :
1. Buku IPS Kelas VIII Kurikulum 2013 edisi Revisi tahun 2017
2. Buku IPS BSE SMP dan MTs Kelas VII dengan penulis Suprihartoyo,
Djuminah, dan Esti Dwi Wardayati
3. Internet akses, dan bacaan-bacaan relevan lainnya
F. Skenario Pembelajaran :
a. Guru menayangkan virtual reality bencana gempa bumi
b. Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat tentang bencana
gempa bumi berdasarkan virtual reality yang telah diamati
c. Guru memandu siswa untuk mengkaji referensi atau literatur lain
d. Guru menyampaikan materi bencana gempa bumi
e. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami.
f. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok
g. Masing-masing kelompok mempraktikkan kegiatan yang
dilakukan ketika terjadi bencana gempa bumi
h. Guru dan siswa bersama-sama melakukan kroscek tentang materi
i. Guru memberikan tugas kelompok kepada siswa unuk membuat
rangkuman mengenai bencana gempa bumi

G. Penilaian :
1. Teknik penilaian
a. Penilaian pengetahuan (tes tertulis/lisan)
b. Penilaian keterampilan (diskusi, kerjasama, keaktifan)
c. Penilaian sikap
2. Bentuk instrumen
a. Soal tes
b. Rubrik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan
c. Lembar Kerja Siswa
DAFTAR RUJUKAN

Jaswadi, R. Rijanta, dan Pramono Hadi. 2012. Tingkat Kerentanan dan


Kapasitas Masyarakat dalam Menghadapi Risiko Bencana Banjir di
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Majalah Geografi Indonesia.
Volume 26, Nomor 1.

Mantasia dan Hendra Jaya. 2016. Model Pembelajaran Kebencanaan Berbasis


Virtual sebagai Upaya Mitigasi dan Proses Adaptasi terhadap Bencana
Alam di SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan. Volume 16, Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai