oleh:
METODE PELAKSANAAN
Untuk dapat melakukan pengabdian yang tepat sasaran maka metode
pelaksanaan dilakukan dengan cara mencari sekolah yang berada dikawasan
rawan bencana alam. Setelah mendapatkan sekolah sesuai dengan kriteria maka
tahap selanjutnya yaitu pengajuan surat observasi disekolah yang dituju. Tahap
selanjutnya yaitu melakukan observasi lapangan dan wawancara dengan guru bk
untuk dapat mengetahui kondisi pendidikan kebencanaan yang ada disekolah.
Tahap akhir dengan meminta dokumentasi berupa foto bersama dengan guru bk.
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Kegiatan Observasi
Kegiatan observasi dan wawancara dilaksanakan pada tanggal 20
Desember 2021 di SMK Sanjaya Pakem oleh Anmil Insani dan Veronica
Amalia serta pada tanggal 30 Desember 2021 di SMP Bina Bhakti oleh Sephia
Delia Lestari.
B. Deskripsi Sekolah
1. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Bina Bhakti
Sekolah Mennegah Pertama (SMP) Bina Bhakti merupakan sekolah
swasta dengan akreditasi A yang beralamat di Perum Megaregency Jl. Kec.
Serang baru, Sukasari, Kec. Serang baru, Kab. Bekasi Prov. Jawa Barat.
Pendirian SMP Bina Bhakti pada tahun 2006 dengan SK operasional di
tahun 2007.
2. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sanjaya Pakem
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sanjaya Pakem merupakan
sekolah swasta yang M SMK Sanjaya Pakem berada pada radius 20
kilometer dari puncak Gunung Merapi. Lokasi SMK Sanjaya Pakem dekat
dengan sungai gendol, maka dari itu dimasukkan sebagai sekolah yang
terkena dampak merapi karena tidak lagi kondusif untuk tempat belajar
(Nur, 2011). SMK Sanjaya Pakem berdiri pada tanggal 1 Januari 1966
dengan nama Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Sugiyo Pranoto.
Terdapat 3 jurusan di SMK Sanjaya Pakem, yaitu: jurusan akutansi dan
keuangan lembaga, jurusan akomodasi perhotelan dan jurusan otomatisasi
dan tata kelolo perkantoran.
C. Analisis Observasi dan Wawancara
1. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Bina Bhakti
SMP Bina Bhakti beradi dilokasi yang aman dari bencana gempa
maupun gunung berapi. Namun ketika musim hujan terdapat genangan air
disekitar sekolah. Bapak Tamyis mengungkapkan bahwa “selama
pembelajaran berlangsung pernah terjadi hujan besar dan menyebabkan
genangan air setinggi 10-15 cm yang membuat siswa-siswi dan guru yang
sedang mengajar tidak nyaman, tetapi sekolah melakukan tindakan dengan
cepat, dengan memakai alat pompa air, dan sekolah pun mendesain sekolah
dengan banyak selokan air agar mengurangi genangan air tersebut”.
Terjadinya genangan air tersebut berdampak pada ruang kelas menjadi
kotor sehingga sekolah terpaksa menggeser waktu pembelajaran yang
biasanya sekolah masuk jam 07.00 jadi jam 07.30 untuk membersihkan
ruang kelas terlebih dahulu. Jadi ketika siswa masuk tidak ada hambatan.
SMP Bina Bhakti mempunyai program untuk tidak membuang sampah
sembarangan, agar selokan air tidak tersumbat. Untuk meminimalisir
terjadinya genangan air yang semakin tinggi sekolah sudah menyediakan
pompa air untuk menyedot air. Sesuai yang dikatakan oleh bapak Tamyis
“kami memiliki pompa air dengan waktu penyedotan sekitar 20-30 menit
jadi sangat membantu. Namun ada saja peserta didik yang masih
membuang sampah sembarangan jadi pompa ini harus siap siaga ketika
musim hijan”.
Selama Pandemi covid-19 sekolah membuat program belajar online,
belajar dirumah masing-masing dengan jadwal yang sudah ditentukan. Pada
awal bulan September SMP Bina Bhakti sudah melakukan sekolah tatap
muka dengan sistem per rombel. Untuk jadwal tatp mukanya sendiri yaitu
senin giliran seluruh kelas 7 dengan 1 kelas dibagi menjadi 2 ruangan, hari
selasa giliran kelas 8 semua, rabu giliran kelas 9 semua sama semuanya
perkelas dibagi 2 ruangan. Selama pembelajaran tatap muka sekolah
mewajibkan peserta didik untuk memakai masker serta wajib memakai
handsanitizer yang sudah tersedia di gerbang sekolah.
Program bk yang dilakukan yaitu dengan menggunakan pendekatan
secara personal, dengan mengingatkan peserta didik untuk tetap menjaga
kesehatan, menerapkan pola makan yang sehat, memberikan arah kepada
peserta didik untuk tidak bekaliaran jika tidak penitng dan tetap menjaga
prokes yang sudah ditetapkan oleh pemerintah melalui media sosial grup
belajar. Sekolah membuat grup dengan orang tua untuk dapat bekerjasama
dan memantau anak-anak.
2. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sanjaya Pakem
SMK Sanjaya Pakem merupakan sekolah yang lokasinya 20 km dari
gunung merapi. Meletusnya gunung merapi pada tahun 2010 menyebabkan
banyak kerusakan, kegugian, dan korban jiwa. SMK Sanjaya Pakem salah
satunya, dimana pada saat itu sekolah terpaksa harus diliburkan sementara
sampai dengan kondisi kondusif untuk dapat melaksanakan pembelajaran
kembali. Demikian dengan lokasi sekolah yang rawan akan terjadinya
bencana maka sekolah membuat program untuk dapat membantu civitas
akademik dan peserta didik jika terjadi bencana.
Program sosialisasi mengenai bencana yang telah direncanakan oleh
sekolah meliputi kerjasama dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah). Sosialisasi berupa pemberian materi mengenai kebencanaan serta
beberapa simulasi, seperti: simulasi terjadinya gempa, penggunaan APAR
(Alat Pemadam Api Ringan) dan lain sebagainya. Namun program tersebut
belum dapat terlaksana karena adanya pandemi covid-19 yang menyebabkan
sekolah tidak leluasa untuk melaksanakannya.
Selama pandemi covid-19 sekolah tetap melaksanakan pembelajaran
tatap muka, karena dalam 1 kelas hanya terdiri dari 2-5 peserta didik yang
tentu saja pembelajaran dilaksanakan dengan peraturan kesehatan yang
ketat. Untuk meminimalisir terjadinya penularan covid-19 di sekolah, maka
sekolah menyediakan tempat untuk mencuci tangan, handsanitizer,
penyemprotan disinfektan diseluruh ruangan, dan seluruh warga sekolah
wajib menggunakan masker, serta jika jam pulang maka peserta didik
diminta untuk antri ketika ingin meninggalkan sekolah.
Bapak Andreas Redam Wijakseno selaku guru bk memaparkan bahwa
“Pada saat ini peserta didik yang ada di sekolah ini berasal dari jogja dan
ada yang dari papua yang mana mereka yang dari luar jogja tinggal di
asrama yang kami sediakan. Maka kami juga perlu memantau agar tidak
ada penularan covid di asrama maupun di sekolah”. Bapak Redam juga
mengatakan bahwa “Saya masih baru di sekolah ini jadi untuk program bk
mengenai kebencanaan belum ada”. Adapun program bk yang dilaksanakan
oleh bapak Redam jauh ini yaitu melakukan konseling individu untuk
memotivasi peserta didik dalam belajarnya.
3. Program Bimbingan dan Konseling Kebencanaan di Sekolah (Pra bencana, tanggap bencana dan pasca bencana)
PRA BENCANA
Pribadi Tenang Peserta didik Layanan dasar Seluruh Sosialisasi Power point, Dokumentasi
dan dalam dapat Layanan peserta didik Pelatihan video, dst Observasi
Sosial menghadapi meningkatkan informasi di sekolah Diskusi
bencana dan Bimbingan kelompok
mengembangka klasikal Kerjasama
n perilaku Bimbingan dengan BPBD
tenang ketika kelompok Kerjasama
menghadapi
dengan
bencana layanan
kesehatan
Peserta didik
dapat
Sosialisasi
meningkatkan
Bimbingan Pelatihan
Meningkatka dan Seluruh
klasikal Diskusi Power point,
n kepedulian mengembangka peserta didik
Bimbingan kelompok video, dst
sesama n kepedulian di sekolah
kelompok Kerjasama
sesama dalam
dengan BPBD Dokumentasi
menghadapi
Observasi
bencana
Ketika terjadi
bencana maka
Menyiapkan Seluruh
peserta didik Layanan
Tempat Peserta didik Pengarahan -
telah memiliki Responsif
Pengungsian di sekolah
tempat
pengungsian
TANGGAP BENCANA
Layanan
Diskusi
Dapat responsif
Seluruh Menggunak
Pribadi Masalah mengatasi Konseling
Peserta didik an -
Sosial trauma trauma pada individu
di sekolah pendekatan
konseli Konseling
konseling
kelompok
Bimbingan
kelompok Dokumentasi
Layanan Observasi
Meningkatkan responsif
Malas belajar Seluruh Reward
Akademi motivasi belajar Layanan Video, alat
di Peserta didik Diskusi
k kepada peserta konseling tulis, dst
pengungsian di sekolah kelompok
didik individu
Layanan
konseling
kelompok
PASCA BENCANA
Layanan
Diskusi
Dapat responsif
Seluruh Menggunak
Masalah mengatasi Konseling
Peserta didik an -
trauma trauma pada individu
Pribadi di sekolah pendekatan Dokumentasi
konseli Konseling
dan konseling Observasi
kelompok
Sosial
Menjadikan
Layanan Seluruh
pengungsian Video, alat
- penempatan dan Peserta didik Permainan
sebagai tulis, dst
penyaluran di sekolah
rumah
KESIMPULAN
Indonesia memiliki macam-macam bencana seperti gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api, gerakan tanah atau longsor. Bencana yang terjadi ini memiliki
skala kecil hingga skala besar yang mengakibatkan kerusakan lingkungan,
hilangnya rasa aman hilang harta benda bahkan dapat berdampak kematian.
Bencana tidak dapat kita prediksi sedang dimana kita, bahkan bencana dapat
terjadi saat kita berada disekolah. Pada SMP Bina Bhakti, lokasi sekolah ini
merupakan tempat yang aman dari bencana gempa maupun gunung berapi, namun
ketika musih hujan tiba terdapat genangan air yang cukup tinggi bahkan pernah
mencapai 10 hingga 15cm. Selain itu, di SMK Sanjaya Pakem yang merupakan
sekolah rawan dari meletusnya gunung berapi terlebih pada tahun 2010 lalu.
Keadaan bencana seperti ini yang perlu menjadi perhatian bagi sekolah
khsususnya Guru BK, dalam menanggapi bencana dengan membuat program
sebagai wawasan, pencegahan dan sebagai penyembuhan dari bencana yang
dialami oleh peserta didik, seperti sekolah menyediakan pompa air, sosialisasi
terhadap bencana, simulasi terjadi bencana, dan melakukan proses konseling pada
peserta didik yang mengalami trauma terhadap bencana, serta diera pandemi
seperti sekarang ini sekolah berusaha untuk menerapkan protokol kesehatan
dengan meneyediakan fasilitas yang memadai sebagai usaha untuk meminimalisir
penyebaran virus covid-19.
DOKUMENTASI