Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM

SEKOLAH CERDAS BENCANA


SMAN 11 SOLOK SELATAN
TAHUN 2023

SMAN 11 SOLOK SELATAN


Jln. Sungai Gading Kecamatan Sangir Balai Janggo

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT


CABANG DINAS WILAYAH III
SMAN 11 SOLOK SELATAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Setelah memperhatikan dan mempertimbangan, saran dan masukan dari Komite Sekolah, maka
dengan ini Program Sekolah Cerdas Bencana di SMAN 11 Solok Selatan disahkan untuk
diberlakukan pada Tahun Pelajaran 2023/2024 dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya sesuai saran Pengawas Binaan

Mengetahui ditetapkan : di Sungai Gading


Ketua Komite SMAN 11 Solok Selatan Kepala SMAN 11 Solok Selatan

Minal Amri Lili Suryani, S.Pd., M.M


NIP. 197007072005012007

Mengesahkan,
Pengawas

ARLISON SEMBIRING, S. Pd.


NIP. 19720323 200501 1 008

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan kemampuan kepada kami untuk menyelesaikan penyusunan Program Sekolah
Cerdas Bencana di SMAN 11 Solok Selatan.
Penyusunan Program Sekolah Cerdas Bencana adalah program yang disusun sebagai
pedoman bagi sekolah untuk melakasanakan dan menerapkan kegiatan sekolah cerdas bencana
baik berkenaan dengan materi, metode hingga evaluasi yang harus diterapkan. Dengan
perencanaan yang matang, dukungan Orang Tua, Masyarakat dan warga sekolah serta
stakeholder, diharapkan kegiatan ini efektif dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan pada
pertolongan pertama dan keterampilan dalam upaya-upaya penyelamatan diri dari ancaman
bencana.
Ucapan terima kasih kami persembahkan kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga telah tersusun Program Sekolah Cerdas Bencana ini. Kritik dan saran yang membangun
kami harapkan untuk kesempurnaan dokumen perencanaan ini sehingga tercapai Tujuan
Pendidikan Nasional di sekolah yang kita cintai ini

Sungai Gading, Juli 2023


Penulis

iii
DAFTAR ISI

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana alam atau gempa
bumi cukup tinggi. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, pemerintah adalah pihak yang bertanggung jawab penuh
dalam hal mengurangi resiko bencana serta melindungi masyarakat dari dampak
bencana yang terjadi. Penanggulangan bencana dilakukan dengan tiga tahap yaitu pra
bencana, saat bencana dan pasca bencana

Dalam tahap prabencana atau sebelum terjadinya bencana, dilakukan mitigasi


bencana. Mitigasi bencana adalah upaya dalam meminimalisir resiko bencana yang
dapat terjadi sewaktu-waktu (Diyahayu, 2018). Mitigasi bencana di sekolah sangat
penting dilakukan guna mendukung peningkatan kesiapsiagaan bencana di sekolah
(Taufik, 2016). Salah satu provinsi yang rawan terkena bencana adalah Sumatera Barat
terkhususnya Kota Padang. Dari segi geografis, Kota Padang menjadi salah satu kota di
Indonesia yang paling rawan bencana. Dari data Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) dalam Indeks Rawan Bencana Tahun 2017 menyebutkan bahwa Kota
Padang termasuk tiga Ibukota Provinsi yang memiliki tingkat risiko bencana tinggi
terbanyak, salah satu bencana yang paling berisiko adalah gempa bumi. Hal ini
dikarenakan Kota Padang berada di kawasan Megathrust Mentawai sehinga terancam
kejadian bencana gempa bumi yang besar dengan magnitudo 8-9,3 SR (Simandalahi,
2015).

Kejadian bencana gempa bumi berkekuatan 7,6 SR pernah terjadi di Kota Padang
dan menimbulkan korban jiwa. Banyaknya korban akibat gempa tersebut disebabkan
kurangnya pemahaman masyarakat dan pemerintah daerah khususnya anak-anak
sekolah akan pentingnya mitigasi bencana untuk menghadapi kondisi terburuk dalam
menghadapi bencana, terutama bencana gempa bumi yang berpotensi tsunami .

Bangunan sekolah yang tidak tahan bencana sangat rentan dari segi keamanan,
bukan saja mengancam jiwa anak-anak, tapi kerusakan atau kehancuran prasarana
fisik ini merupakan kehilangan aset ekonomi bagi negara; biaya untuk membangun
ulang atau memperbaiki akan memerluan biaya yang besar sehingga dapat
mengganggu keuangan negara dan perekonomian secara umum. Upaya Pemerintah
dan Pemerintah Daerah dalam empat tahun terakhir telah mendata secara menyeluruh
kondisi sekolah di Indonesia dalam kategori rusak berat, rusak sedang, rusak ringan dan
rusak total, yang kemudian ditindaklanjuti dengan melaksanakan perbaikan sebagian
besar dari sekolah tersebut. Namun sekolah baru terus akan dibangun, sekolah yang
tadinya rusak ringan dalam beberapa tahun dapat menjadi rusak berat, sehingga
v
dengan demikian kondisi sekolah akan berevolusi. Sangat disayangkan bila dalam
pembangunan sekolah unsur- unsur yang menunjang penerapan sekolah aman secara
struktural kurang diperhatikan, oleh karena itu rehabilitasi, perbaikan dan
pembangunan gedung sekolah baru perlu menerapkan prinsip-prinsip sekolah aman.
Teknologi “Retrofitting” atau ‘perkuatan’ juga dapat diterapkan sehingga bangunan
sekolah yang rusak berat tidak selalu harus dihancurkan sebelum diperbaiki tapi dapat
langsung diperkuat sehingga dapat meminimalkan biaya.

Selain itu, pendekatan konstruksi dan perkuatan (Retrofit) sekolah yang lebih
aman dengan melibatkan masyarakat luas dalam memadukan pengetahuan baru dan
keterampilan pencegahan bencana dapat berdampak lebih luas dari sekolah itu sendiri.
Sekolah Cerdas Bencana adalah sekolah yang menerapkan standar sarana dan
prasarana serta budaya yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan
disekitarnya dari bahaya bencana. Sasaran utama Sekolah Cerdas Bencana ( S C B )
adalah memberi perlindungan dan keselamatan kepada anak murid sekolah, guru dan
tenaga pendidik lainnya dari dampak buruk bahkan kematian di sekolah. Memastikan
keberlangsungan kegiatan belajar mengajar (KBM) disekolah selama terjadinya
bencana, melindungi investasi sektor pendidikan, memperkuat ketahanan terhadap
bencana melalui pendidikan dan perilaku cerdas iklim.

Penerapan SCB penting karena sebagai salah satu bentuk dari pemenuhan hak
setiap anak di Indonesia untuk memperoleh kehidupan yang aman dari bencana
selama menempuh pendidikan di sekolah dengan melalui 3 pilar yaitu Penyediaan
Fasilitas sekolah yang aman dari bencana, pengembangan Prilaku Kesiapsiagaan
terhadap bencana. Pemberian pendidikan tentang pencegahan dan pengurangan risiko
bencana. Pendekatan sekolah aman dapat menjadi model konstruksi dan peningkatan
tingkat keamanan untuk pembangunan rumah penduduk, pusat kesehatan masyarakat
dan bangunan umum lainnya. Sekolah-sekolah juga seringkali menjadi tempat
penghubung dan tempat belajar bagi seluruh masyarakat. Anak-anak merupakan
peserta didik yang paling cepat menerima suatu pengetahuan. Mereka tidak hanya
mampu memadukan pengetahuan baru ke dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga
menjadi sumber inspirasi bagi keluarga dan masyarakat di lingkungannnya dalam hal
perilaku yang sehat dan aman, yang mereka dapatkan di sekolah.

Upaya untuk melindungi warga negaranya terhadap bencana, Pemerintah


Indonesia telah memberlakukan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Undang-Undang tersebut secara jelas menyatakan bahwa
setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan
keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam situasi
tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi bencana. Melalui pendidikan
diharapkan agar upaya pengurangan risiko bencana dapat mencapai sasaran yang
lebih luas dan dapat diperkenalkan secara lebih dini kepada seluruh peserta didik,

vi
dengan mengintegrasikan pendidikan pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum
sekolah maupun ke dalam kegiatan ekstrakurikular. Selain itu, juga menerapkan
prinsip-prinsip sekolah aman dalam program pembangunan sekolah baru atau
rehabilitasi bangunan sekolah secara berkesinambungan dan mengikuti perkembangan
kemajuan teknologi pembangunan gedung dan disesuaikan dengan kondisi daerah
setempat.

Menjawab tantangan tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


(Kemendikbud) tahun 2010 menerbitkan surat edaran (SE) No. 70a/SE/MPN/2010
tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di sekolah, sekaligus
ikut berkomitmen pada kampanye global ‘Satu Juta Sekolah dan Rumah Sakit Aman
dengan memperhatikan tiga poin penting yakni :

1. Perlunya penyelenggaraan penanggulangan bencana di sekolah;

2. Pelaksanaan strategi pengarustumaan PRB di sekolah dilakukan baik secara


struktural dan non-struktural guna mewujudkan budaya kesiapsiagaan dan
keselamatan di sekolah; dan

3. Pedoman Pelaksanaan strategi pengarustumaan PRB di sekolah.

Perlunya meningkatkan kapasitas warga sekolah untuk beradaptasi dengan


kondisi kerentanan saat ini melalui penerapan sekolah/madrasah aman bencana.

B. Landasan Hukum
a. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496);
c. Perpres Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter;
d. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti;
e. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah;
f. Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah;
g. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah;
h. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan;
i. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pada
Satuan Pendidikan Formal;
j. Permendikbud Nomor 22 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024;
vii
k. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
l. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2010 menerbitkan
surat edaran (SE) No. 70a/SE/MPN/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan
Risiko Bencana (PRB) di sekolah

C. Tujuan

Kegiatan kesiapsiagaan bencana berbasis sekolah dipusatkan pada penguatan


kapasitas manajemen sekolah, guru, dan siswa, guna memberi dampak positif
terhadap penumbuhan kesadaran, pengetahuan, dan perubahan kebijakan pada
sekolah yang akan menjadi binaan. Adanya dukungan baik dari dinas pendidikan,
pengawas sekolah, komite sekolah dan dewan guru di sekolah semakin memperkuat
dampak program, khususnya dalam hal pembuatan peta/jalur evakuasi, penyusunan
protap kebencanaan, integrasi materi kebencanaan dalam kurikulum, penyediaan
media pembelajaran kebencanaan, dan pelaksanaan simulasi atas inisiatif sekolah.

D. Sasaran Kegiatan

Adapun yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah: Guru, Siswa dan warga
sekolah SMAN 11 Solok Selatan

viii
BAB II
PELAKSANAAN PENYUSUNAN PROGRAM

A. Cakupan Pelaksanaan Kegiatan


1. Persiapan
Tahapan persiapan merupakan tahapan yang diawalli dengan Persiapan
Kerangka Acuan Kerja, SK Kepanitiaan, Narasumber, Moderator, Notulis dengan
memastikan tempat acara, Undangan Peserta dan Narasumber.

2. Pelaksanaan
Sosialisasi Sekolah Cerdas Bencana di sekolah yang akan menjadi
Penguatan Aparatur dan tim Sekolah Cerdas Bencana, Kegiatan ini Dilakukan
selama 1 (satu) hari dengan mekanisme presentasi dan diskusi .
Materi Cakupan Materi
Mengenal Kerentanan, Ancaman - Profil Risiko Bencana Daerah
Geologi Solok Selatan - Konsep Pengurangan Risiko
Bencana dan Kebijakan
Pendidikan
Kebencanaan
- Mengenal Program Sekolah/
Cerdas Bencana (SCB)
- Tahapan Pembetukan SCB di
Sekolah
Rencana tindak lanjut pembinaan -

Workshop Penguatan Aparatur dan tim Sekolah Cerdas Bencana


dilaksanakan selama 1 (satu) hari dilaksanakan dengan mekanisme paparan dan
diskusi;
Materi Cakupan Materi
Mengenal Sekolah Cerdas Bencana - Konsep Tiga Pilar Sekolah
Cerdas Bencana
- Praktek Pemetaan Sekolah/
School watching

Focus Gruop Discussion (FGD) guna memperkuat tim Sekolah Cerdas


Bencana, kegiatan ini dilakukan selama 1 (satu) hari;
Materi Keterangan
Penjelasan tentang Kajian Risiko
Bencana Sekolah Pemaparan dan diskusi
Kelompok 1 (Kajian Ancaman dan
Kapasitas) Pemaparan dan diskusi
Kelompok 2 (Kajian Kerentanan) Pemaparan dan diskusi
Rencana Evakuasi
9
Penjelasan tentang Kajian Risiko
Bencana Sekolah Pemaparan dan diskusi
Pembahasan tentang jalur evakuasi
bencana Pemaparan dan diskusi
Penyusunan peta jalur evakuasi Pemaparan dan diskusi
Bencana

Pemantapan Pelaku, penyusunan skenario, dan pemantapan


pelaksanaan geladi dan pelaksanaan simulasi gempa bumi dan tsunami di
sekolah yang menjadi penguatan sekolah cerdas bencana dilakukan
selama 1 hari.
Materi Keterangan
Penjelasan tentang Tim Siaga Bencana Sekolah Pemaparan dan diskusi
Penyusunan Tim Siaga Bencana Pemaparan dan diskusi
Penyusunan Tugas dan Fungsi Tim Pemaparan dan diskusi
Siaga Bencana
Tabel Top Excercise (TTX) Permainan dan
Latihan

Geladi Bersih dilakukan untuk memberikan gambaran pada saat


pelaksanaan simulasi atau pada saat darurat atau keadaan yang
sesuangguhnya dilakukan selama 1 hari.
Pelaksanaan Simulasi adalah tahapan proses peniruan langkah-
langkah kesiapsiagaan yang harus dilakuan ketika terjadi bencana
sesuai dengan skenario yang sudah disepakati
Pelaporan Pelaksanaan kegiatan Sekolah Cerdas Bencana di
SMAN 11 Solok Selatan

3. Keluaran (Output)
Terlaksananya Program Penguatan dan Simulasi Sekolah Cerdas
Bencana di SMAN 11 Solok Selatan.

B. (Outcome) yang dihasilkan


a. Peserta memiliki pengetahuan dan informasi tentang kerangka kerja dan
Tujuan Sekolah cerdas bencana, 3 pilar sekolah aman yang komprehensif,
serta penerapan Sekolah cerdas dari bencana.
b. Tersebarnya informasi tentang penerapan Sekolah cerdas bencana. Proses
menyamakan persepsi tentang peran dan tugas kepala daerah, SKPK kunci,
dan legislatif dalam mengurustamakan PRB di sektor lain yang terkait
10
dengan tujuan untuk membangun Sekolah aman dari bencana.
c. Terealisasinya komitmen dan dukungan dari pemerintah dan komisi
legislative yang relevan dalam rangka menindaklanjuti penerapan SCB yang
bersumber dari APBD dan lembaga setempat.
d. Meningkatnya pemahaman tentang bencana, manajemen bencana, dan
kesadaran bagi warga sekolah dalam melakukan upaya kesiapsiagaan
bencana.
e. Meningkatnya kapasitas guru dan siswa dalam mendesain media
pembelajaran, menangani korban dan hal-hal praktis lain dalam
penanggulangan bencana.
f. Meningkatnya keterampilan mendesain proses dan praktik
pemetaan risiko bencana dan prosedur tetap penanggulangan bencana
disekolah
g. Adanya dokumen Rencana Pengurangan Risiko Bencana meliputi peta
risiko bencana, peta evakuasi dan Standar Operational Prosedur (SOP)
penanganan bencana di sekolah.
h. Terbentuknya model dan binaan sekolah madrasah aman bencana.

C. Partisipasi Peserta
Peserta Penguatan sekolah Cerdas Bencana Kabupaten di SMAN 11 Solok Selatan:
1. Perwakilan SKPK/Institusi/Lembaga Terkait
2. Stakeholder yang terlibat dalam Penangulangan Bencana di
Kabupaten Solok Selatan

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengurangan risiko bencana dan penanggulangan bencana menjadi isu
strategis lokal, regional, nasional dan internasional, mulai dari ancaman bencana
geologi, meteohidrologi dan demografi serta timbulnya berbagai bencana yang
melanda Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Solok Selatan khususnya. Dengan
adanya program kegiatan Sekolah Cerdas Bencana (SCB) diharapkan semua pemangku
kepentingan bisa membangun budaya siaga, budaya aman dan budaya pengurangan
risiko bencana, mampu menyebarluaskan dan mengembangkan pengetahuan
kebencanaan melalui jalur pendidikan sekolah dan mengembangkan program
sekolah cerdas bencana. Serta mendorong partisipasi aktif anak dalam program SCB
dengan menyampaikan pengetahuan tentang konsep SCB kepada anak-anak melalui
Bahasa dan metode sederhana, mengidentifikasi dan mengenali ancaman bencana
disekitar sekolah maupun lingkungan sekitar dan menyusun rencana evakuasi
disekolah. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anak-anak dalam
pertolongan pertama dan keterampilan dalam upaya-upaya penyelamatan diri dari
ancaman bencana.

B. Saran
Oleh karena itu, dukungan warga sekolah secara utuh menjadi keniscayaan
dengan tetap mengedepankan keteladanan, keikhlasan dan kesungguhan. Kegiatan
sekolah cerdas bencana sangat penting karena merupakan suatu bekal pengetahuan dan
ketrampilan anak-anak dalam pertolongan pertama dan keterampilan dalam upaya-
upaya penyelamatan diri dari ancaman bencana.

Anda mungkin juga menyukai