Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ogy Fanta Yoga

Jabatan : Guru Mata Pelajaran


Unit Kerja : SMP Negeri 7 Krui

TUGAS POP HASIL PENGAMATAN MATERI

SATUAN PENDIDIKAN AMAN BENCANA (SPAB)

1. HASIL PENGAMATAN VIDEO


a. Video pertama,
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana. Atau dapat
dikatakan seringkali dilanda bencana. Lebih dari 18% satuan pendidikan yang ada di
Indonesia terdampak dari bencara yang melanda beberapa tahun belakangan. Hal
tersebut karen 75% satuan pendidikan berada di daerah yang rawan bencana.
Bebarapa bencana yang melanda Indonesia berdampak pada kerusakan bangunan
sekolah meskipun tidak ada korban jiwa karena bencana tersebut terjadi di luar jam
sekolah.

Melihat kondisi tersebut perlu adanya upaya antisipasi/ kesiapsiagaan serta


ketanggapan seluruh warga sekolah terhadap bencana yang sewaktu-waktu melanda
sehingga sangat penting untuk menjadikan Satuan Pendidikan sebagai tempat belajar
yang aman bencana bagi semua pihak/ warga sekolah tak terkecuali penyandang
disabilitas. Salah satu cara kita bersama –sama mendukung dan mewujudkan
Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).

b. Video kedua,
Indonesia adalah negara yang rawan bencana. Mulai dari gempa bumi, tsunami, tanah
longsor dan lain sebagainya. Di dalam setiap terjadi bencana, hampir selalu fasilitas
pendidikan terdampak bencana tersebut. Sektor pendidikan merupakan elemen
pembangunan yang sangat kritikal. Pemerintah telah menetapkan kebijakan
pengurangan resiko bencana dan menjadikan penanggulangan bencana sebagai
prioritas nasional. Untuk penanggulangan bencana, pemerintah telah mempersiapkan
kerangka kerja penanggulangan resiko bencana, untuk mengurangi jumlah korban,
mengurangi warga yang terdampak, kerugian ekonomi, dan mengurangi kerusakan
infrastruktur kritis. Oleh sebab itu, Program Satuan Pendidikan Aman Bencana
(SPAB) menjadi sangat penting untuk menjadikan Indonesia yang tangguh
menghadapi bencana.

2. HASIL KESIMPULAN MODUL


a. Modul 1 : Pengantar Materi e-Learning
Pada modul 1, terdapat 2 (dua) buah video yang disajikan. Video tersebut berisikan
tentang Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Melalui e-learning
Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), dapat digunakan sebagai sarana
peningkatan kapasitas kita di dalam memahami konsep dan penerapannya di sekolah
sehingga kita mendapatkan pendidikan/edukasi dan pelatihan bencana yang
bertujuan meminimalisir resiko bencana yang ada. Sehingga dampak dari bencana
itu sendiri tidak terlalu besar.

b. Modul 2 : Panduan Teknis e-Learning


Pada modul ini dijelaskan mengenai gambaran mengenai e-Learning SPAB.
Adapun e-Learning SPAB ini bertujuan untuk:
1) Membangun budaya siaga, budaya aman dan budaya pengurangan resiko bencana
di kalangan warga sekolah, baik prempuan maupun laki-laki termasuk anak
berkebutuhan khusus (disabilitas)
2) Membangun ketahanan warga sekolah dalam menghadapi bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi, dengan memanfaatkan sumber daya yang
tersedia, dalam rangka memberikan perlindungan kepada peserta didik, pendidik,
dan tenaga kependidikan serta masyarakat di sekitar sekolah dari bencana dan
dampak bencana
3) Meningkatkan pemahaman pendidik dan tenaga kependidikan, dinas pendidikan
serta masyarakat umum tentang konsep dan penerapan program SPAB di satuan
pendidikan
4) Memperluas jangkauan penerapan SPAB dan mempermudah akses terhadap
sumber belajar SPAB

E- learning mencakup pembahasan 3 Pilar Sekolah Aman Komperehensif, yaitu:


1) Fasilatas sekolah yang aman
2) Managemen penanggulangan bencana di sekolah
3) Pendidikan pengurangan resiko bencana

Materi e-Learning adalah sebuah media pembelajaran online yang dapat digunakan
oleh tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dinas pendidikan, relawan, dan seluruh
masyarakat. Dengan menjangkau seluruh sasaran tersebut dapat menciptakan
sumber daya yang paham dan terampil terhadap bencana.

c. Modul 3 : Pengurangan Resiko Bencana (PRB)


Pengurangan resiko bencana yang ada dapat dilakukan dengan mempersiapakan
segala sesuatunya sebelum, saat dan setelah terjadi bencana.
1) Sebelum bencana (siap siaga, mengantisipasi dan mempersiapkan diri
menghadapi gempa)
a) Memperbaiki konstruksi rumah agar tahan gempa
b) Melekatkan lemari ke dinding
c) Menempatkan barang besar dan berat di dalam lemari bagian bawah
d) Meletakkan barang pecah belah dan mudah terbakar di tempat rendah dan
tertutup
e) Menggantungkan barang – barang berat jauh dari tempat tidur
f) Memperbaiki kerusakan jaringan listrik atau gas
g) Mengenali tempat – tempat aman di dalam atau luar rumah’
h) Menyiapkan barang – barang penting dalam satu tas seperti senter, makanan,
minuman, uang tunai, dokumen penting dll.
i) Melakukan simulasi evakuasi bencana gempa
j) Memiliki daftar kontak atau nomor – nomor penting seperti BPPD, TNI,
POLISI, rumah sakit, PMI maupun DAMKAR.

2) Pada saat bencana (gempa)


Pada saat terjadi gempa, hal yang utama yang harus dilakukan adalah tetap tenang
dan jangan panik. Serta melakukan langkah-langkah seperti di bawah ini.
a) Berlindung di bawah meja atau tempat lain yang kokoh/ linduni kepala dengan
bantal/lengan
b) Jauhi gelas, kaca atau benda – benda yang membahayakan
c) Tetap di dalam rumah sampai guncangan berhenti dan keluar jika sudah aman
d) Matikan gas, listrik dan air dan selalu memakai alas kaki
e) Jangan menggunakan lift, jauhi gedung, pohon, papan reklame, jaringan
berkabel
f) Jika berkendara maka matikan kendaraan dan tetap berada di dalam kendaraan
g) Jika berada di dalam reruntuhan maka tutup mulut dengan sapu tangan, buat
bunyi atau suara dengan memukul sesuatu agar tim SAR dapat mengetahuinya

3) Setelah terjadi gempa


Hal yang perlu diperhatikan setelah terjadinya gempa yaitu:
a) Waspada gempa susulan
b) Dengarkan informasi dari radio atau televisi
c) Jauhi area yang hancur dan kembali ke rumah jika keadaan sudah aman
d) Waspadai benda yang dapat menjatuhi kita
e) Jika tercium bau gas, maka segerabuka jendela dan keluar
f) Jika ada jaringan kabel yang rusak segera matikan listrik
g) Bantu evakuasi korban luka atau terjebak

Perubahan iklim berdampak pada terjadinya bencana. Kita dapat mengurangi


dampak perubahan iklim dengan melakukan hal – hal sederhana dan mudah untuk
dilakukaan, diantaranya:
1. Mengolah sampah dengan cara reduce, reuse, and recycle
2. Mengurangi kenadaraan bermotor pribadi
3. Menghemat penggunaan listrik
4. Melakukan reboisasi dan penanaman di pekarangan rumah

d. Modul 4 : Penerapan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)


Sekolah madrasah aman bencana (SMAB) atau satuan pendidikan aman bencana
(SPAB) pada dasarnya ditujukan untuk keamanan dan kenyamanan dalam proses
belajar mengajar bagi semua warga sekolah melalui upaya pengurangan resiko
bencana. Penyelenggaraan SPAB pada dasarnya ditujukan untuk semua warga
sekolah termasuk juga warga sekolah penyandang disabilitas. SPAB ini juga
melibatkan masyarakat umum di sekitar sekolah. Untuk mencapai program sekolah
aman, terdapat 3 pilar pendukungnya. Adapun Pilar pendukung SPAB adalah
sebagai berikut:
1) Fasilitas sekolah aman dengan medesain bangunan dan sekolah sesuai dengan
standar aman bangunan.
2) Meningkatkan kapasitas pengelolaan (managemen) bencana di sekolah, dengan
membentuk tim siaga bencana sekolah, menyusun rencana kesiapsiagaan sekolah,
menentukan jalur evakuasi dan titik kumpul, serta memasang rambu-rambu
evakuasi
3) Pendidikan pencegahan dan pengurangan resiko bencana
Meningkatkan kapasitas pengurangan resiko bencana melalui pelatihan, praktik
simulasi evakuasi cara mandiri dan berkelanjutan serta memadukan materi
pengurangan resiko bencana dalam rencana pembelajaran dan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah.

Sekolah madrasah aman bencana belum menjangkau seluruh sekolah yang ada di
indonesia yang berada di daerah rawan bencana. Hal tersebut karena beberapa hal
seperti minimnya tenaga sekolah yang terlatih, terbatasnya pendekatan secara praktis
dan terlembaga, kurangnya dukungan dan jejaring sekolah dengan masyarakat. Guru
sebagai garda utama pendidikan perlu dilatih dan dipersiapkan sebagai agen
penerusan peningkatan pengetahuan kepada sesama guru dananak didik. Agar setiap
elemen dapat memahami dan mengerti hal apa yang perlu dilakukan ketika terjadi
bencana sehingga mengurangi resiko bencana yang ada. Penguatan jejaring sekolah
dengan masyarakat dapat dilakukan melalui dukungan pemerintah desa, forum
pengurangan bencana desa, BPBD, Dinas pendidikan, serta kelembagaan yang
berada di ringkat desa.

e. Modul 5 : Kajian Resiko Bencana Partisipatif dan Penyusunan Rencana Aksi


Melakukan kajian resiko adalah bagian dari peningkatan kesiapsiagaan yang
dilakukan oleh warga sekolah agar semua warga sekolah dapat berpartisipasi aktif
mengurangi resiko bencana jika terjadi di lingkungan sekolah. Adapun langkah-
langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan kajian resiko bencana adalah
sebagai berikut:
1) Penilaian ancaman melalui identifikasi sejarah kejadian bencana kalender
ancaman dan matrik skala ancaman
2) Penilaian kerentanan dalam aspek manusia, insfrastruktur, lingkungan dan
finansial.
3) Penilaian kapasitas dalam 4 jenis sarana prasarana, peran serta masyarakat,
kebijakan dan kesiapsiagaan.

Setelah melakukan kajian resiko bencana, hal yang dapat dilakukan yaitu membuat
rencana aksi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan kegiatan yang dapat dilakukan oleh warga sekolah
2) Identifikasi sumber daya yang dibutuhkan agar kegiatan tersebut terlaksana
3) Sepakati siapa yang menjadi ketua setiap kegiatan
4) Sepakati kapan setiap kegiatan akan dilaksanakan

f. Modul 6 : Penyusunan Protap Kedaruratan Bencana Sekolah dan Pembentukan Tim


Siaga Bencana di Sekolah
Satuan pendidikan merupkan suatu lembaga yang memiliki peranan penting dalam
hal pengurangan resiko bencana yang ada. Hal yang dapat dilakukan oleh sekolah
adalah dengan melakukan membentuk tim siaga bencana di sekolah, latihan simulasi
bencana, Serta membantu evakuasi ketika terjadi bencana .

Hal yang dapat dilakukan oleh tim siaga bencana tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menguji alat dan tanda peringatan bencana
2) Menyebarkan informasi mengenai peta, rambu dan jalur evakuasi
3) Melakukan pelatihan untuk kesiapsiagaan bencana di sekolah

Prosedur dasar kedaruratan:


1) Evakuasi dari bangunan/gedung
2) Penyelamatan diri dari ancaman bencana
3) Mencari tempat berlindung yang aman dari ancaman bencana
4) Berkumpul dan berlindung di lokasi aman
5) Evaluasi di tempat aman

g. Modul 7 : Simulasi Kesiapsiagaan di Lingkungan Sekolah


Simulasi merupakan cara menguji pengetahuan, pemahama respon dan tindakan kita
saat terjadi ancaman bencana dan setelahnya agar kita bisa mengurangi resiko dari
bencana tersebut. Berikut adalah gambaran simulasi bencana gempa bumi.
Orientasi tahap perencanaan
a) Memastikan semua warga sekolah terlibat simulasi
b) Memastikan semua warga mengetahui peran dan tanggung jawab masing –
masing
c) Memastikan semua orang mengetahui tindakan penyelamatan diri ketika
terjadi gempa

Hal – hal yang perlu disiapkan saat briefing tahap persiapan adalah:
1. Pastikan rencana tanggap darurat dan prosedur saat dan sesudah terjadi
bencana sudah dijelaskan kepada semua warga sekolah
2. Pastikan alat dan bahan simulasi sudah disiapkan seperti alat peringatan dini,
tanda dan jalur evakuasi, papan titik kumpul
3. Semua peserta simulasi sudah memahami tugas dan peran masing – masing
4. Berikan perhatian khusus kepada warga sekolah penyandang disabilitas
Setelah kegiatan simulasi tersebut, perlu adanya evaluasi supaya kegiatan
selanjutnya berjalan dengan baik dan lancar.

h. Modul 8 : Pembuatan Media Publikasi Sekolah


Media kampanye adalah suatu bentuk atau wadah menginformasikan,
mempengaruhi dan membujuk serta meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku.
Melalui media ini, diharapkan seluruh warga sekolah dapat mengakses berbagai
informasi yang disampaikan dengan mudah. Berikut 9 bentuk media yang dapat
digunakan untuk memberikan atau menyebarkan informasi sekolah aman bencana,
yaitu:
1) Buku
2) Komik
3) Panduan ringkas/ brosur
4) Stiker
5) Poster
6) Film kartun
7) Buku aktivitas untuk anak
8) Permainan
9) Lagu

i. Modul 9 : Monitoring dan Evaluasi Sekolah Aman Bencana


Tujuan monitoring dan evaluasi:
1. Emastikan terselenggaranya pelaksanaan kegiatan secara terencana, terpadu,
terkoordinasi dan menyeluruh
2. Untuk mengetahui kemajuan dan juga capaian dari kegiatan yang sudah
dilaksanakan
3. Untuk mengetahui kendala dan tantangan yang ditemukan selama pelaksanaan
keagiatan

Monitoring dan evaluasi siaga bencana dapat dilakukan oleh pihak internal maupun
eksternal sekolah yaitu meliputi kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa/ tim
siaga, komite sekolah, pemerintah desa, wali murid, Unit Pelaksana Teknis Daerah
Pendidikan dan Lembaga Swadaya Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai