Penyusunan kebijakan terkait hak anak dan warga sekolah untuk mendapatkan perlindungan
dan proses pendidikan yang aman, penanggulangan bencana serta program untuk
menumbuhkan kesiapsiagaan bencana sangat diperlukan. Atas adanya kebijakan yang dibuat
kepala sekolah diharapkan penumbuhan kesiapsiagaan bencana warga sekolah bisa
dilaksanakan secara terstruktur dan berkelanjutan. Dalam kebijakan ini juga disusun tim
kesiapsiagaan bencana di sekolah yang bertugas melakukan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi program penumbuhan kesadaran kesiapsiagaan bancana di sekolah.
Perencanaan program kesiapsiagaan bencana adalah tahapan menyiapkan tindakan yang efektif
dan efisien sebelum, saat dan pasca bencana, termasuk program untuk menumbuhkan
kesiapsiagaan bencana warga sekolah.
Fasilitas sekolah aman merupakan fasilitas sekolah dengan gedung, isinya dan halaman
sekitarnya memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kemudahan termasuk kelayakan
bagi anak berkebutuhan khusus, kenyamanan dan keamanan sesuai dengan Permen PU No
29/2006 dan Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Tahan Gempa yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2006, SNI-1726-2002 dan Perka BNPB No. 4/2012
tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman Bencana.
Secara umum dalam rangka penerapan sekolah aman, sekolah diharapkan mampu
melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
a. Memilih lokasi sekolah yang aman dan melaksanakan perencanaan ketahanan terhadap
bencana dan konstruksi nya untuk menjadikan setiap sekolah baru menjadi sekolah
yang aman.
b. Melaksanakan skema prioritas dan retrofitting dan perubahan lokasi sekolah (termasuk
merelokasi sekolah-sekolah yang kurang aman).
c. Menimimalkan risiko struktural, non-struktural dan infrastruktur untuk membuat
bangunan dan fasilitas untuk menyelamatkan diri dan evakuasi.
d. Memasukan akses dan keamanan bagi para disabilitas dalam perencanaan dan
konstruksi fasilitas sekolah.
e. Jika sekolah direncanakan sebagai hunian sementara komunitas, maka perencanaannya
diharapkan untuk memasukkan kebutuhan untuk kaum disabilitas, dan menjamin bahwa
perencanaan juga memenuhi kebutuhan untuk fasilitas alternatif untuk kelangsungan
pendidikan.
f. Menjamin bahwa akses anak-anak ke sekolah aman dari risiko fisik (seperti jalur pejalan
kaki, jalur penyeberangan jalan dan penyeberangan sungai).
g. Memasukan fasilitas air dan sanitasi ke dalam potensi risiko (seperti fasilitas air tadah
hujan dan fasilitas toilet/ kamar kecil berjajar).
h. Melaksanakan intervensi yang memperhatikan perubahan cuaca untuk ketahanan
terhadap air, energi dan makanan (misalnya penampungan air hujan, panel surya,
energi baru dan terbarukan, taman sekolah).
i. Melakukan pemeliharaan fasilitas sekolah dan menjaga keamanan.
Upaya untuk melatih kesiapsiagaan siswa dan warga sekolah menghadapi bencana adalah
dengan memberikan pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana secara terstruktur dan
berkelanjutan melalui integrasi kedalam mata pelajaran dan ekstrakurikuler. Pemberian materi
kesiapsiagaan bencana bisa dilakukan minimal setahun sekali pada saat Masa Pengenalan
Lingkungan Sekolah (MPLS) yang melibatkan atau mengundang pemateri dari BPBD masing-
masing daerah. Langkah selanjutnya selain memberikan pengetahuan kesiapsiagaan bencana
adalah menyiapkan rencana tanggap darurat. Rencana tanggap darurat menjadi bagian yang
penting dalam suatu proses kesiapsiagaan, terutama yang terkait dengan evakuasi, pertolongan
dan penyelamatan, agar korban bencana dapat diminimalkan (ISDR/UNESCO, 2006). Rencana
tanggap darurat sangat penting terutama pada hari pertama terjadi bencana atau masa di
mana bantuan dari pihak luar belum datang (ISDR/UNESCO, 2006). Rencana tanggap darurat
ini adalah situasi di mana masyarakat memastikan bagaimana pembagian kerja sumber daya
yang ada pada saat bencana, termasuk juga pembagian kerja sumber daya di sekolah.
Salah satu indikator kesiapsiagaan warga sekolah adalah bagaimana sistem peringatan dini
yang ada di sekolah, terutama di sekolah yang berada di daerah yang memiliki kerentanan
bencana. Sistem peringatan meliputi tdana peringatan dan distribusi informasi jika terjadi
bencana. Sistem yang baik adalah sistem di mana masyarakat juga mengerti informasi yang
akan diberikan oleh tdana peringatan atau tahu apa yang harus dilakukan jika suatu saat
tdana peringatan bencana berbunyi/ menyala (Sutton dan Tierney, 2006). Oleh karena itu
diperlukan juga adanya latihan/ simulasi untuk sistem peringatan bencana ini. Maka salah satu
upaya mengurangi risiko bencana, sekolah perlu secara rutin melakukan latihan evakuasi
mdaniri warga sekolah sebagai langkah peningkatan kapasitas menghadapi situasi darurat
bencana. Latihan ini bisa dilakukan 6 bulan sekali dan berupa praktik simulasi langsung
evakuasi mdaniri. Sistem peringatan bencana merupakan awal dari semua kesiapsiagaan yang
dilakukan warga sekolah, di mana sistem peringatan bencana yang baik akan membuat korban
jiwa yang ditimbulkan akibat bencana berkurang atau ditekan menjadi sekecil mungkin.
5. Mengintegrasikan materi kesiapsiagaan bencana ke dalam mata pelajaran
dan ekstrakurikuler
Sekolah merupakan lembaga yang mempunyai potensi yang sangat besar untuk
mempengaruhi kehidupan anak-anak sehari-hari. Sekolah yang merupakan lembaga pendidikan
setidaknya mengemban 3 (tiga) fungsi, yaitu:
Beberapa program anti narkoba di SMA Bina Insan Mandiri yang sudah dilaksanakan antara lain
:
Gambar 4. Suasana saat deklarasi sekolah bersih narkoba di SMA Bina Insan Mandiri
1. Literasi Al Qur’an
Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca sesuai Permendikbud
23/2015, karena sebagai sekolah pesantren maka yang dibaca adalah ayat-ayat Al Qur’an
sekaligus membaca arti dan terkadang tafsirnya. Hal ini tentunya tidak sekedar bernilai
ibadah karena ngaji, tapi secara tidak langsung membentuk karakter anak melalui Al
Qur’an. Dalam proses ini, kegiatan di damping oleh guru dan dilakukan setiap hari
sebelum pembelajaran dimulai. Program ini adalah program wajib bagi seluruh santri.
2. Jam Membaca
Jam Membaca adalah program membaca buku tiap 1 minggu sekali. dicatat dalam jurnal
membaca. Jurnal membaca berisi hari/tanggal siswa membaca, judul buku apa yang
dibaca dan halaman berapa sampai berapa disertai dengan pesan/pelajaran apa yang bisa
dipetik dari halam yang dibaca tersebut atau sinopsisnya. Program tersebut dilakukan
secara bersama-sama dalam satu kelas. Jika buku yang dibaca telah diselesaikan maka
baru diperbolehkan mengganti buku yang lain. Sering kali prosesnya adalah gentian judul
dengan temannya. Misalnya, jika anak A membaca buku X dan anak B membaca buku Y
dan anak A dan B sudah menyelesaikan buku yang diberikan maka buku akan ditukar.
Anak A akan membaca buku Y dan anak B akan membaca buku X, demikian seterusnya.
Hal ini kami lakukan karena minimnya buku di sekolah kami.
3. Tantangan Membaca
Tantangan Membaca adalah program liburan (membaca saat libur sekolah). Saat libur
sekolah santri kami biasanya pulang ke rumah masing-masing. Saat liburan sekolah pun
seringkali dihabiskan dengan bermain atau kegiatan kurang produktif lainnya. Sekolah
pun memberikan tantangan membaca kepada siswa. Tantangan membaca ini adalah
tantangan membaca buku terbanyak. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin baik
dan yang menjadi pemenangnya. Juara dari tantangan membaca ini mendapatkan
sertifikat dan hadiah buku.
4. Minggu Menulis
Minggu Menulis dikelola oleh Organtri (OSIS) di SMA Bina Insan Mandiri, Pondok
Pesantren Al Ihsan Departemen Minat dan Bakat. Para siswa yang suka dan hobi meulis
difasilitasi untuk mengumpulkan karya setiap hari Senin setelah upacara bendera. Jenis
karya yang dikumpulkan ada 3, yakni : puisi, cerpen dan opini. Karya yang terkumpul
akan dikirimkan ke berbagai media cetak atau online. Ini sekaligus embrio untuk
dijadikan buku antalogi. Sehingga para siswa punya karya. Tak jarang ada yang tertarik
menulis novel dan diterbitkan secara self publishing.
5. Isidental Literasi
Kegiatan ini adalah kegiatan tahunan dan berganti-ganti setiap tahunnya. Biasanya kami
adakan pada bulan bahasa, sekitar bulan Nopember sampai Desember. Kegiatan yang
pernah dilakukan antara lain :
e. Pekan Literasi
Pekan Literasi ini adalah giat kegiatan literasi selama 1 pekan. Diisi dengan kegiatan
lomba membaca puisi, menulis surat untuk ibu dan menulis opini untuk guru.
f. Bedah Buku
Bedah buku karya guru atau siswa. Hal ini kita lakukan untuk mewadahi dan
memfasilitasi para penulis di lingkungan sekolah, baik guru maupun siswa lebih
semangat dalam berkarya.
g. Kerjasama dengan Perpustakaan Daerah Kabupaten Nganjuk
Kerjasama ini dengan mengajukan permohonan didatangi mobil perpus keliling dan
kunjungan perpus serta MoU peminjaman buku.
h. Pelatihan Menulis
Pelatihan menulis dilakukan untuk mengasah dan mengarahkan kemampuan dan
bakat menulis anak
Sekolah Integritas, Lawan Korupsi !
Bahaya laten korupsi dan suap menyuap nampaknya sudah akut menjangkiti negeri ini.
Korupsi seakan sulit diberantas dan tumbuh subur seperti jamur tumbuh di musim
penghujan. Sebenarnya apa itu korupsi dan mengapa sulit sekali diberangus ? Ada
beberapa definisi dari korupsi, salah satunya dari David M. Chalmers yang menjelaskan
bahwa korupsi adalah tindakan-tindakan manipulasi dan keputusan mengenai
keuangan yang membahayakan ekonomi (financial manipulations and decision
injurious to the economy are often libeled corrupt). Selain itu arti korupsi menurut J.J.
Senturia adalah penyalahgunaan kekuasaan pemerintahan untuk keuntungan pribadi
(the misuse of public power for private profit). Sedangkan menurut Syed Husein Alatas,
korupsi didefinisikan tindakan yang meliputi penyuapan (bribery), pemerasan (extortion)
dan nepotisme. Korupsi berawal dari pengkhianatan kepercayaan (betrayal of trust),
kemudian meningkat menjadi penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) lalu tingkat
perilaku korup paling membahayakan adalah secara sengaja mendapatkan keuntungan
material yang bukan haknya melalui kekuasaan (material benefit).
Berdasarkan data, kasus korupsi yang diputus Mahkamah Agung (MA) dari 2014-2015
sebanyak 803 kasus. Hasil penelitian Laboratorium Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada mengungkap 803
kasus tersebut menjerat 967 terdakwa korupsi. Jika dikalkulasikan sejak tahun 2001
hingga 2015, kasus korupsi yang diputus MA pada tingkat kasasi atau peninjauan
kembali (PA) mencapai 2.321 kasus dan jumlah koruptor yang dihukum pada periode
tersebut mencapai 3.109 orang.
Pada tahun 2016 menurut data MA jumlah perkara korupsi mencapai 453 kasus dan
menempati urutan kedua setelah kasus narkoba. Kasus korupsi pada tahun 2016 yakni
terdapat 14.564 perkara, jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015,
yakni 13.997 perkara. Korupsi tidak lagi menjerat para pejabat saja melainkan juga
pegawai peradilan, mulai dari hakim, panitera hingga staf pengadilan yang diduga
terlibat suap.
Dilansir dari data KPK, jumlah penyelidikan mengalami penurunan sebanyak 38,2
persen dari 123 kasus di 2017 menjadi 76 kasus di 2018. Kemudian angka penyidikan
turun 29,8 persen dari 121 kasus menjadi 85 kasus. Pun dengan angka penuntutan,
mengalami penurunan sangat signifikan hingga 51,5 persen. Di tahap inkrah juga turun
44,1 persen dari jumlah 84 kasus menjadi 47 kasus. Lalu, di tahap eksekusi juga turun
sebesar 42,2 persen dari 83 kasus menjadi 48 kasus. Dari penurunan yang terjadi di
kelima aspek tingkatan tersebut, dapat diambil rata-rata jumlah penurunan penindakan
kasus KPK pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 41, 2 persen.
Perilaku inkonstitusional para pejabat yang melakukan tindak pidana korupsi ini
tentunya sangat disayangkan. Apalagi sebagaian besar koruptor adalah mereka wakil
rakyat atau mewakili pengurusan terhadap rakyat. Jika perilakunya masih haus untuk
memperkaya diri dan serakah atas harta rakyat maka yang akan terjadi adalah
kehancuran negeri ini dan perampokan besar-besaran terhadap harta rakyat. Rakyat
akan terus dibohongi dengan berbagai cara agar para koruptor bisa selalu bergelimang
dan menikmati harta rakyat. Hukum akan dibeli dengan suap, aturan akan dibuat untuk
memuluskan proyek demi proyek yang menguntungkan segelintir elit dan kelompoknya.
Pelbagai kasus korupsi yang terus menerus mendera negeri ini tidak kunjung
menunjukkan perbaikan. Bahkan lembaga pemberantasan korupsi pun sudah dibentuk.
Berdasar Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK adalah lembaga yang bersifat independen
dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya. Independensi KPK diharapkan bisa memutus rantai korupsi, walau
terkadang masih ada kriminalisasi KPK oleh berbagai pihak.
Penyelesaian kasus korupsi tidak kunjung selesai, apalagi ditambah dengan bobroknya
sistem birokrasi yang mensyaratkan suap. Sistem politik transksional menambah pelik
masalah korupsi, sehingga pelbagai kasus korupsi pun tak kunjung selesai dan
terkatung-katung. Kasus perampokan uang rakyat BLBI, Century dan kasus korupsi
lainnya baik menyeret kepala daerah maupun pusat tak kunjung bisa diselesaikan.
Tentu, sebagai masyarakat kita semua prihatin tak kunjung selesainya kasus korupsi
yang melanda negeri ini. Kita sangat menyayangkan perilaku rakus para koruptor yang
terbentuk dari sistem birokrasi dan pemerintahan yang korup. Sebagai masyarakat kita
malu, oknum pemimpin negeri ini masih saja menunjukkan rendahnya integritas dan
tidak memberikan contoh yang baik. Apakah hal ini akan kita biarkan dan
pertahankan ?.
1. Ekonomi
a. Lesunya investasi
c. Meningkatnya hutang
c. Demoralisasi
4. Politik
5. Penegakkan hukum
7. Kerusakan lingkungan
Dampak buruk dan kerugian yang ditimbulkan tindak korupsi harus kita cegah. Salah
satu upaya untuk mencegah perilaku nista tersebut yakni melalui pendidikan. Sekolah
merupakan lembaga yang mempunyai potensi yang sangat besar untuk
mempengaruhi kehidupan anak-anak sehari-hari. Sekolah yang merupakan lembaga
pendidikan setidaknya mengemban 3 (tiga) fungsi, yaitu:
Keberhasilan program di atas akan terlaksana dan maksimal jika para guru-guru juga
harus terpanggil untuk bersama-sama memikul tanggung-jawab yang berat untuk
melaksanakan program pencegahan anti korupsi dan penumbuhan nilai integritas di
sekolah. Integrasi materi anti korupsi dan penumbuhan integritas dalam kurikulum
pendidikan tersebut diharapkan lingkungan sekolah akan mendukung untuk
menguatnya nilai integritas. Berawal dari lingkungan sekolah yang memiliki integritas
diharapkan akan membawa dampak yang baik bagi lingkungan di sekitar sekolah
maupun keluarga serta bagi masa depan negeri ini karena akan dipimpin oleh orang-
orang yang memiliki integritas. Program integrasi anti korupsi dan penumbuhan
integritas di sekolah tidak dapat berdiri sendiri, butuh dukungan dari semua pihak,
termasuk keluarga, masyarakat maupun Pemerintah dengan segala perangkat dan
wewenangnya.
Perlu disadari bahwa masyarakat tidak bisa serta merta menagih hasil pendidikan
dengan cepat, sebab pendidikan bukanlah pabrik, tetapi pendidikan adalah upaya
membentuk watak bangsa (nation character building) dan watak bangsa tidak bisa
taken for granted (sekali jadi) tetapi pendidikan adalah long time infesment (investasi
jangka panjang). Walau demikian setidaknya sekolah telah memulai langkah awal
sebagai the agent of change terlibat dalam perang melawan korupsi melalui lembaga
pendidikan, sebab no development without education and no education without teacher.