Anda di halaman 1dari 19

I.

PROGRAM SEKOLAH AMAN BENCANA

Upaya dalam menumbuhkan menumbuhkan kesadaran kesiapsiagaan bencana di SMA Bina


Insan Mandiri dengan Gerakan 6M (G6M), yaitu :

1. Membuat kebijakan kesiapsiagaan bencana di sekolah

Penyusunan kebijakan terkait hak anak dan warga sekolah untuk mendapatkan perlindungan
dan proses pendidikan yang aman, penanggulangan bencana serta program untuk
menumbuhkan kesiapsiagaan bencana sangat diperlukan. Atas adanya kebijakan yang dibuat
kepala sekolah diharapkan penumbuhan kesiapsiagaan bencana warga sekolah bisa
dilaksanakan secara terstruktur dan berkelanjutan. Dalam kebijakan ini juga disusun tim
kesiapsiagaan bencana di sekolah yang bertugas melakukan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi program penumbuhan kesadaran kesiapsiagaan bancana di sekolah.

2. Merencanakan program kesiapsiagaan bencana di sekolah

Perencanaan program kesiapsiagaan bencana adalah tahapan menyiapkan tindakan yang efektif
dan efisien sebelum, saat dan pasca bencana, termasuk program untuk menumbuhkan
kesiapsiagaan bencana warga sekolah.

3. Memfasilitasi bangunan sekolah aman

Fasilitas sekolah aman merupakan fasilitas sekolah dengan gedung, isinya dan halaman
sekitarnya memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kemudahan termasuk kelayakan
bagi anak berkebutuhan khusus, kenyamanan dan keamanan sesuai dengan Permen PU No
29/2006 dan Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Tahan Gempa yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2006, SNI-1726-2002 dan Perka BNPB No. 4/2012
tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman Bencana.

Secara umum dalam rangka penerapan sekolah aman, sekolah diharapkan mampu
melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a. Memilih lokasi sekolah yang aman dan melaksanakan perencanaan ketahanan terhadap
bencana dan konstruksi nya untuk menjadikan setiap sekolah baru menjadi sekolah
yang aman.
b. Melaksanakan skema prioritas dan retrofitting dan perubahan lokasi sekolah (termasuk
merelokasi sekolah-sekolah yang kurang aman).
c. Menimimalkan risiko struktural, non-struktural dan infrastruktur untuk membuat
bangunan dan fasilitas untuk menyelamatkan diri dan evakuasi.
d. Memasukan akses dan keamanan bagi para disabilitas dalam perencanaan dan
konstruksi fasilitas sekolah.
e. Jika sekolah direncanakan sebagai hunian sementara komunitas, maka perencanaannya
diharapkan untuk memasukkan kebutuhan untuk kaum disabilitas, dan menjamin bahwa
perencanaan juga memenuhi kebutuhan untuk fasilitas alternatif untuk kelangsungan
pendidikan.
f. Menjamin bahwa akses anak-anak ke sekolah aman dari risiko fisik (seperti jalur pejalan
kaki, jalur penyeberangan jalan dan penyeberangan sungai).
g. Memasukan fasilitas air dan sanitasi ke dalam potensi risiko (seperti fasilitas air tadah
hujan dan fasilitas toilet/ kamar kecil berjajar).
h. Melaksanakan intervensi yang memperhatikan perubahan cuaca untuk ketahanan
terhadap air, energi dan makanan (misalnya penampungan air hujan, panel surya,
energi baru dan terbarukan, taman sekolah).
i. Melakukan pemeliharaan fasilitas sekolah dan menjaga keamanan.

4. Melatih kesiapsiagaan siswa dan warga sekolah menghadapi bencana secara


berkelanjutan

Upaya untuk melatih kesiapsiagaan siswa dan warga sekolah menghadapi bencana adalah
dengan memberikan pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana secara terstruktur dan
berkelanjutan melalui integrasi kedalam mata pelajaran dan ekstrakurikuler. Pemberian materi
kesiapsiagaan bencana bisa dilakukan minimal setahun sekali pada saat Masa Pengenalan
Lingkungan Sekolah (MPLS) yang melibatkan atau mengundang pemateri dari BPBD masing-
masing daerah. Langkah selanjutnya selain memberikan pengetahuan kesiapsiagaan bencana
adalah menyiapkan rencana tanggap darurat. Rencana tanggap darurat menjadi bagian yang
penting dalam suatu proses kesiapsiagaan, terutama yang terkait dengan evakuasi, pertolongan
dan penyelamatan, agar korban bencana dapat diminimalkan (ISDR/UNESCO, 2006). Rencana
tanggap darurat sangat penting terutama pada hari pertama terjadi bencana atau masa di
mana bantuan dari pihak luar belum datang (ISDR/UNESCO, 2006). Rencana tanggap darurat
ini adalah situasi di mana masyarakat memastikan bagaimana pembagian kerja sumber daya
yang ada pada saat bencana, termasuk juga pembagian kerja sumber daya di sekolah.

Salah satu indikator kesiapsiagaan warga sekolah adalah bagaimana sistem peringatan dini
yang ada di sekolah, terutama di sekolah yang berada di daerah yang memiliki kerentanan
bencana. Sistem peringatan meliputi tdana peringatan dan distribusi informasi jika terjadi
bencana. Sistem yang baik adalah sistem di mana masyarakat juga mengerti informasi yang
akan diberikan oleh tdana peringatan atau tahu apa yang harus dilakukan jika suatu saat
tdana peringatan bencana berbunyi/ menyala (Sutton dan Tierney, 2006). Oleh karena itu
diperlukan juga adanya latihan/ simulasi untuk sistem peringatan bencana ini. Maka salah satu
upaya mengurangi risiko bencana, sekolah perlu secara rutin melakukan latihan evakuasi
mdaniri warga sekolah sebagai langkah peningkatan kapasitas menghadapi situasi darurat
bencana. Latihan ini bisa dilakukan 6 bulan sekali dan berupa praktik simulasi langsung
evakuasi mdaniri. Sistem peringatan bencana merupakan awal dari semua kesiapsiagaan yang
dilakukan warga sekolah, di mana sistem peringatan bencana yang baik akan membuat korban
jiwa yang ditimbulkan akibat bencana berkurang atau ditekan menjadi sekecil mungkin.
5. Mengintegrasikan materi kesiapsiagaan bencana ke dalam mata pelajaran
dan ekstrakurikuler

Sekolah merupakan lembaga yang mempunyai potensi yang sangat besar untuk
mempengaruhi kehidupan anak-anak sehari-hari. Sekolah yang merupakan lembaga pendidikan
setidaknya mengemban 3 (tiga) fungsi, yaitu:

a. Fungsi reproduksi, bermakna eksistensi sekolah sebagai pembaharu dan mengubah


kondisi masyarakat kekinian ke sosok yang lebih maju.
b. Fungsi penyadaran, bermakna sekolah bertanggung jawab untuk mempertahankan nilai-
nilai budaya masyarakat dan membentuk kesejatian diri sebagai manusia.
c. Fungsi mediasi secara simultan, bermakna sekolah sebagai wahana sosialisasi, pembawa
bendera moralitas, wahana proses pemanusiaan dan kemanusiaan umum, serta
pembinaan idealisme sebagai manusia terpelajar. Untuk itulah pendidikan memegang
peranan amat penting dalam upaya membangun watak bangsa (nation character
building) untuk menjaga kelangsungan hidup sebuah negara bangsa (nation state)
sebagaimana yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional.
Sekolah menjadi lingkungan ke dua setelah keluarga. Hampir sepertiga dari waktu siswa
dihabiskan di sekolah, maka sangat efektif untuk menumbuhkan kesiapsiagaan bencana para
siswa. Program penumbuhan kesadaran kesiapsiagaaan bencana di sekolah merupakan salah
satu strategi yang sangat penting dan harus dilaksanakan secara komprehensif yang meliputi
berbagai kegiatan belajar mengajar, kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler. Upaya
penumbuhan kesadaran kesiapsiagaan bencana tersebut bisa dilakukan dengan
mengintegrasikan materi kesiapsiagaan bencana ke dalam mata pelajaran berupa pembuatan
perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LKS dan Buku Siswa) yang memuat materi
kesiapsiagaan bencana. Selain itu juga mensosialisasikan pdanuan kesiapsiagaan bencana
berupa Modul 1, Pilar 1 - Fasilitas Sekolah Aman; Modul 2, Pilar 2 - Manajemen Bencana di
Sekolah; Modul 3, Pilar 3 - Pendidikan Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana kepada
guru bimbingan konseling (BK), Organisasi Intra Sekolah (OSIS), dan Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) serta untuk kegiatan ekstrakurikuler (Ekskul).

6. Mengevaluasi program dan membuat rencana tindak lanjut

Hasil akhir implementasi program kesiapsiagaan di sekolah harus dievaluasi sebagai


pembelajaran untuk perbaikan program-program ke depan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah bagaimana caranya agar program kesiapsiagaan bencana di sekolah ini
menjadi salah satu prioritas kegiatan sekolah. Tak hanya itu, koordinasi antara pemangku
kepentingan juga perlu ditingkatkan sehingga mendapatkan dukungan dari semua pihak.
II. PROGRAM SEKOLAH BERSIH NARKOBA

Beberapa program anti narkoba di SMA Bina Insan Mandiri yang sudah dilaksanakan antara lain
:

1. Literasi Al Qur’an Dan Hadist


Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca sesuai Permendikbud
23/2015, karena sebagai sekolah pesantren maka yang dibaca adalah ayat-ayat Al
Qur’an sekaligus membaca arti dan terkadang tafsirnya serta hadist tentang bahaya
narkoba. Hal ini tentunya tidak sekedar bernilai ibadah karena ngaji, tapi secara tidak
langsung membentuk karakter anak melalui Al Qur’an dan hadist, termasuk dengan
membaca dan membahas ayat-ayat dan hadist yang membahas tentang larangan
menggunakan narkoba. Dalam proses ini, kegiatan di damping oleh guru dan dilakukan
setiap hari sebelum pembelajaran dimulai. Program ini adalah program wajib bagi
seluruh siswa.

Gambar 1. Pembiasaan dengan membaca Al-Qur’an khususnya ayat


tentang bahaya narkoba dan penjelasan serta pendampingan oleh guru

2. Tantangan Membaca Anti Narkoba


Tantangan Membaca Anti Narkoba adalah program membaca buku dan bahan anti
narkoba setiap 1 minggu sekali. Program tersebut dilakukan secara bersama-sama
dalam satu kelas. Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah menambah referensi bacaan
siswa tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dan dampak buruknya serta cara
pencegahannya. Dari banyaknya referensi bahaya penyalahgunaan narkoba yang di
dapat dapat menumbuhkan kesadaran bahwa penyalahgunaan narkoba sangat
berbahaya. Siswa juga mampu menambah referensi sebagai bahan untuk membuat
karya tulisan anti narkoba, baik berupa puisi, cerpen maupun artikel anti narkoba. Selain
itu siswa juga diberikan kesempatan mengakses berita atau bahan lainnya melalui
internet tentang bahaya narkoba dengan pendampingan oleh guru. Dilaksanakan setiap
hari Sabtu pada jam ekstra kurikuler.
Gambar 2. Siswa putra melaksanakan tantangan membaca dengan metode literasi digital dengan
mencari berita tentang bahaya penyalahgunaan narkoba

3. Minggu Menulis Anti Narkoba


Minggu Menulis dikelola oleh OSIS di SMA Bina Insan Mandiri, Pondok Pesantren Al
Ihsan Departemen Minat dan Bakat dengan didampingi guru. Para siswa yang suka dan
hobi meulis difasilitasi untuk mengumpulkan karya setiap hari Senin setelah upacara
bendera. Jenis karya yang dikumpulkan ada 2, yakni : puisi dan cerpen anti narkoba.
Karya yang terkumpul akan diseleksi dan dijadikan sebuah buku sebagai bahan bacaan
anti narkoba untuk remaja baik di lingkungan SMA Bina Insan Mandiri maupun
masyarakat luas. Berikut adalah buku antalogi puisi dan cerpen anti narkoba berjudul
Dari Kami Untuk Negeri (Generasi Bersih Narkoba) yang bisa di download di link
berikut : https://drive.google.com/file/d/16vxmu2EW4MYWBtCNdTDJsKG72y9gtoJn/
view?usp=drivesdk atau bisa discan barcode di bawah ini.

Gambar 3. Barcode karya antologi buku anti


narkoba karya siswa SMA Bina Insan Mandiri
4. Giat Isidental Literasi Anti Narkoba
Kegiatan ini adalah kegiatan tahunan dan berganti-ganti setiap tahunnya. Kegiatan ini
berupa penyuluhan dan seminar. Biasanya kami adakan dengan bekerjasama dengan
BNN, Kepolisian maupun praktisi kesehatan. Kegiatan yang pernah dilakukan antara
lain :
a. Penyuluhan anti narkoba oleh BNNK setiap MPLS
Kegiatan yang dilaksanakan untuk siswa baru pada setiap Masa Pengenalan
Lingkungan Sekolah (MPLS). Materi disampaikan oleh tim BNN Kabupaten Nganjuk.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengenalkan sejak dini kepada siswa baru tentang
bahaya penyalahgunaan narkotika.
b. Deklarasi Sekolah Bersih Narkoba
Deklarasi Sekolah Bersih Narkoba adalah upaya untuk menyamakan persepsi seluruh
warga sekolah akan bahaya narkoba.

Gambar 4. Suasana saat deklarasi sekolah bersih narkoba di SMA Bina Insan Mandiri

c. Penyuluhan Mandiri Anti Narkoba


“Penyuluhan Mandiri Anti Narkoba” yang diadakan di SMA Bina Insan Mandiri
(Kompleks Ponpes Al-Ihsan) dikelola oleh OSIS. Acara “Penyuluhan Mandiri Anti
Narkoba” ini dikemas dalam bentuk Talk Show. Acara ini diikuti oleh seluruh siswa
siswi SMA Bina Insan Mandiri, dan ada juga beberapa siswa yang diundang dari
sekolah sekitar SMA Bina Insan Mandiri. OSIS SMA Bina Insan Mandiri mengundang
beberapa narasumber yakni: Kasi Advokasi BNNP Jawa Timur, Imam, SH. (Polres
Nganjuk ) dan dr. Cholid Abdurahman (Praktisi Kesehatan Puskesmas Nagnjuk).
Acara berlangsung dengan tertib dan lancar, para peserta juga antusias mengikuti
acara ini. Kegiatan semacam ini setiap tahun dilakukan dengan harapan literasi para
siswa tentang bahaya penyalahgunaan narkoba bisa dipahami.
Gambar 5. Suasana talk show penyuluhan mandiri anti narkoba. Kegiatan ini masuk ke dalam
bagian kegiatan ekspo yang dilaksanakan oleh OSIS SMA Bina Insan Mandiri

d. Jambore Anti Narkoba


Jambore anti narkoba adalah upaya untuk berliterasi anti narkoba dengan cara
pelatihan dan seminar anti narkoba melalui ekstrakurikuler pramuka. Kegiatan ini
tidak rutin dilakukan, hanya pada saat momentum tertentu saja. Kegiatan yang
dilakukan sebagai upaya menjaga semangat siswa untuk selalu menjadi garda
terdepan melawan narkoba.

Gambar 6. Poster publikasi kegiatan


jambore Ramadhan yang salah satu
kegiatannya adalah seminar
“Generasi Anti Narkoba”
Beberapa program penumbuhan dan penguatan budaya literasi ada yang mengadopsi dari
program pemerintah dan ada program lainnya, yakni :

1. Literasi Al Qur’an
Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca sesuai Permendikbud
23/2015, karena sebagai sekolah pesantren maka yang dibaca adalah ayat-ayat Al Qur’an
sekaligus membaca arti dan terkadang tafsirnya. Hal ini tentunya tidak sekedar bernilai
ibadah karena ngaji, tapi secara tidak langsung membentuk karakter anak melalui Al
Qur’an. Dalam proses ini, kegiatan di damping oleh guru dan dilakukan setiap hari
sebelum pembelajaran dimulai. Program ini adalah program wajib bagi seluruh santri.
2. Jam Membaca
Jam Membaca adalah program membaca buku tiap 1 minggu sekali. dicatat dalam jurnal
membaca. Jurnal membaca berisi hari/tanggal siswa membaca, judul buku apa yang
dibaca dan halaman berapa sampai berapa disertai dengan pesan/pelajaran apa yang bisa
dipetik dari halam yang dibaca tersebut atau sinopsisnya. Program tersebut dilakukan
secara bersama-sama dalam satu kelas. Jika buku yang dibaca telah diselesaikan maka
baru diperbolehkan mengganti buku yang lain. Sering kali prosesnya adalah gentian judul
dengan temannya. Misalnya, jika anak A membaca buku X dan anak B membaca buku Y
dan anak A dan B sudah menyelesaikan buku yang diberikan maka buku akan ditukar.
Anak A akan membaca buku Y dan anak B akan membaca buku X, demikian seterusnya.
Hal ini kami lakukan karena minimnya buku di sekolah kami.
3. Tantangan Membaca
Tantangan Membaca adalah program liburan (membaca saat libur sekolah). Saat libur
sekolah santri kami biasanya pulang ke rumah masing-masing. Saat liburan sekolah pun
seringkali dihabiskan dengan bermain atau kegiatan kurang produktif lainnya. Sekolah
pun memberikan tantangan membaca kepada siswa. Tantangan membaca ini adalah
tantangan membaca buku terbanyak. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin baik
dan yang menjadi pemenangnya. Juara dari tantangan membaca ini mendapatkan
sertifikat dan hadiah buku.
4. Minggu Menulis
Minggu Menulis dikelola oleh Organtri (OSIS) di SMA Bina Insan Mandiri, Pondok
Pesantren Al Ihsan Departemen Minat dan Bakat. Para siswa yang suka dan hobi meulis
difasilitasi untuk mengumpulkan karya setiap hari Senin setelah upacara bendera. Jenis
karya yang dikumpulkan ada 3, yakni : puisi, cerpen dan opini. Karya yang terkumpul
akan dikirimkan ke berbagai media cetak atau online. Ini sekaligus embrio untuk
dijadikan buku antalogi. Sehingga para siswa punya karya. Tak jarang ada yang tertarik
menulis novel dan diterbitkan secara self publishing.
5. Isidental Literasi
Kegiatan ini adalah kegiatan tahunan dan berganti-ganti setiap tahunnya. Biasanya kami
adakan pada bulan bahasa, sekitar bulan Nopember sampai Desember. Kegiatan yang
pernah dilakukan antara lain :
e. Pekan Literasi
Pekan Literasi ini adalah giat kegiatan literasi selama 1 pekan. Diisi dengan kegiatan
lomba membaca puisi, menulis surat untuk ibu dan menulis opini untuk guru.
f. Bedah Buku
Bedah buku karya guru atau siswa. Hal ini kita lakukan untuk mewadahi dan
memfasilitasi para penulis di lingkungan sekolah, baik guru maupun siswa lebih
semangat dalam berkarya.
g. Kerjasama dengan Perpustakaan Daerah Kabupaten Nganjuk
Kerjasama ini dengan mengajukan permohonan didatangi mobil perpus keliling dan
kunjungan perpus serta MoU peminjaman buku.
h. Pelatihan Menulis
Pelatihan menulis dilakukan untuk mengasah dan mengarahkan kemampuan dan
bakat menulis anak
Sekolah Integritas, Lawan Korupsi !

Oleh : Wijaya Kurnia Santoso


PAK. 915.1.00292 2018

Bahaya laten korupsi dan suap menyuap nampaknya sudah akut menjangkiti negeri ini.
Korupsi seakan sulit diberantas dan tumbuh subur seperti jamur tumbuh di musim
penghujan. Sebenarnya apa itu korupsi dan mengapa sulit sekali diberangus ? Ada
beberapa definisi dari korupsi, salah satunya dari David M. Chalmers yang menjelaskan
bahwa korupsi adalah tindakan-tindakan manipulasi dan keputusan mengenai
keuangan yang membahayakan ekonomi (financial manipulations and decision
injurious to the economy are often libeled corrupt). Selain itu arti korupsi menurut J.J.
Senturia adalah penyalahgunaan kekuasaan pemerintahan untuk keuntungan pribadi
(the misuse of public power for private profit). Sedangkan menurut Syed Husein Alatas,
korupsi didefinisikan tindakan yang meliputi penyuapan (bribery), pemerasan (extortion)
dan nepotisme. Korupsi berawal dari pengkhianatan kepercayaan (betrayal of trust),
kemudian meningkat menjadi penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) lalu tingkat
perilaku korup paling membahayakan adalah secara sengaja mendapatkan keuntungan
material yang bukan haknya melalui kekuasaan (material benefit).

Berdasarkan data, kasus korupsi yang diputus Mahkamah Agung (MA) dari 2014-2015
sebanyak 803 kasus. Hasil penelitian Laboratorium Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada mengungkap 803
kasus tersebut menjerat 967 terdakwa korupsi. Jika dikalkulasikan sejak tahun 2001
hingga 2015, kasus korupsi yang diputus MA pada tingkat kasasi atau peninjauan
kembali (PA) mencapai 2.321 kasus dan jumlah koruptor yang dihukum pada periode
tersebut mencapai 3.109 orang.

Pada tahun 2016 menurut data MA jumlah perkara korupsi mencapai 453 kasus dan
menempati urutan kedua setelah kasus narkoba. Kasus korupsi pada tahun 2016 yakni
terdapat 14.564 perkara, jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015,
yakni 13.997 perkara. Korupsi tidak lagi menjerat para pejabat saja melainkan juga
pegawai peradilan, mulai dari hakim, panitera hingga staf pengadilan yang diduga
terlibat suap.

Dilansir dari data KPK, jumlah penyelidikan mengalami penurunan sebanyak 38,2
persen dari 123 kasus di 2017 menjadi 76 kasus di 2018. Kemudian angka penyidikan
turun 29,8 persen dari 121 kasus menjadi 85 kasus. Pun dengan angka penuntutan,
mengalami penurunan sangat signifikan hingga 51,5 persen. Di tahap inkrah juga turun
44,1 persen dari jumlah 84 kasus menjadi 47 kasus. Lalu, di tahap eksekusi juga turun
sebesar 42,2 persen dari 83 kasus menjadi 48 kasus. Dari penurunan yang terjadi di
kelima aspek tingkatan tersebut, dapat diambil rata-rata jumlah penurunan penindakan
kasus KPK pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 41, 2 persen.

Perilaku inkonstitusional para pejabat yang melakukan tindak pidana korupsi ini
tentunya sangat disayangkan. Apalagi sebagaian besar koruptor adalah mereka wakil
rakyat atau mewakili pengurusan terhadap rakyat. Jika perilakunya masih haus untuk
memperkaya diri dan serakah atas harta rakyat maka yang akan terjadi adalah
kehancuran negeri ini dan perampokan besar-besaran terhadap harta rakyat. Rakyat
akan terus dibohongi dengan berbagai cara agar para koruptor bisa selalu bergelimang
dan menikmati harta rakyat. Hukum akan dibeli dengan suap, aturan akan dibuat untuk
memuluskan proyek demi proyek yang menguntungkan segelintir elit dan kelompoknya.

Pelbagai kasus korupsi yang terus menerus mendera negeri ini tidak kunjung
menunjukkan perbaikan. Bahkan lembaga pemberantasan korupsi pun sudah dibentuk.
Berdasar Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK adalah lembaga yang bersifat independen
dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya. Independensi KPK diharapkan bisa memutus rantai korupsi, walau
terkadang masih ada kriminalisasi KPK oleh berbagai pihak.

Penyelesaian kasus korupsi tidak kunjung selesai, apalagi ditambah dengan bobroknya
sistem birokrasi yang mensyaratkan suap. Sistem politik transksional menambah pelik
masalah korupsi, sehingga pelbagai kasus korupsi pun tak kunjung selesai dan
terkatung-katung. Kasus perampokan uang rakyat BLBI, Century dan kasus korupsi
lainnya baik menyeret kepala daerah maupun pusat tak kunjung bisa diselesaikan.

Tentu, sebagai masyarakat kita semua prihatin tak kunjung selesainya kasus korupsi
yang melanda negeri ini. Kita sangat menyayangkan perilaku rakus para koruptor yang
terbentuk dari sistem birokrasi dan pemerintahan yang korup. Sebagai masyarakat kita
malu, oknum pemimpin negeri ini masih saja menunjukkan rendahnya integritas dan
tidak memberikan contoh yang baik. Apakah hal ini akan kita biarkan dan
pertahankan ?.

Ada 7 dampak kerugian yang ditimbulkan oleh perilaku korupsi, yakni :

1. Ekonomi

a. Lesunya investasi

b. Penurunan pendapatan negara

c. Meningkatnya hutang

d. APBN dan APBD menguap

e. Rendahnya kualitas barang dan jasa untuk publik

2. Sosial dan kemiskinan

a. Mahalnya harga barang dan jasa untuk publik

b. Tingginya angka kriminalitas

c. Demoralisasi

3. Birokrasi dan pemerintahan


a. Birokrasi tidak efisien

b. Matinya etika sosial politik

c. Runtuhnya otoritas pemerintahan

4. Politik

a. Kepemimpinan korup dan dinasti politik

b. Munculnya plutokrasi (kapitalis)

c. Kepercayaan rakyat akan hilang

5. Penegakkan hukum

a. Fungsi pemerintahan mandul

b. Kepercayaan rakyat akan hilang

6. Pertahanan dan keamanan

a. Melemahnya alutsista dan sdm

b. Melemahnya batas negara

c. Menguatnya kekerasan dalam masyarakat

7. Kerusakan lingkungan

a. Menurunnya kualitas lingkungan (illegal loging)

b. Menurunnya kualitas hidup

Dampak buruk dan kerugian yang ditimbulkan tindak korupsi harus kita cegah. Salah
satu upaya untuk mencegah perilaku nista tersebut yakni melalui pendidikan. Sekolah
merupakan lembaga yang mempunyai potensi yang sangat besar untuk
mempengaruhi kehidupan anak-anak sehari-hari. Sekolah yang merupakan lembaga
pendidikan setidaknya mengemban 3 (tiga) fungsi, yaitu:

d. Fungsi reproduksi, bermakna eksistensi sekolah sebagai pembaharu dan


mengubah kondisi masyarakat kekinian ke sosok yang lebih maju.
e. Fungsi penyadaran, bermakna sekolah bertanggung jawab untuk
mempertahankan nilai-nilai budaya masyarakat dan membentuk kesejatian diri
sebagai manusia.
f. Fungsi mediasi secara simultan, bermakna sekolah sebagai wahana sosialisasi,
pembawa bendera moralitas, wahana proses pemanusiaan dan kemanusiaan
umum, serta pembinaan idealisme sebagai manusia terpelajar. Untuk itulah
pendidikan memegang peranan amat penting dalam upaya membangun watak
bangsa (nation character building) untuk menjaga kelangsungan hidup sebuah
negara bangsa (nation state) sebagaimana yang tertuang dalam tujuan
pendidikan nasional.
Sekolah menjadi lingkungan ke dua setelah keluarga. Hampir sepertiga dari waktu
siswa dihabiskan di sekolah, maka sangat efektif apabila sekolah memiliki program
untuk menanamkan integritas siswa dan warga sekolah . Program sekolah integritas
merupakan salah satu strategi yang sangat penting dan harus dilaksanakan secara
komprehensif yang meliputi berbagai kegiatan belajar mengajar, kegiatan intrakurikuler
dan kegiatan ekstra kurikuler untuk membentuk generasi penerus bangsa yang memiliki
dan mengamalkan nilai-nilai integritas. Sekolah integritas dibangun melalui
pembentukan integritas personal, integritas institusional, integritas leader, academic
integrity, moral integrity dan lainnya. Pelaku pendidikan yang berintegritas tinggi
ditandai dengan (kejujuran), trust (kepercayaan), fairness (keadilan), respect
(menghargai), responsibility (tanggung jawab), dan humble (rendah hati) mampu
memberikan kontribusi bagi pembentukan karakter siswa yang baik dan berprestasi
tinggi, ditandai dengan 17 perilaku positif; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, menghormati orang lain, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan. Semua perilaku itu bisa dilihat dan dirasakan dalam aktivitas sehari-
hari di sekolah, di luar sekolah maupun di tempat kerja. Tugas sekolah adalah
melakukan transformasi, menanamkan dan membelajarkan semua pihak yang ada di
sekolah tersebut untuk merawat dan menjaga integritas diri dan sekolah dalam
mencapai tujuan pendidikan sekaligus mencetak generasi anti korupsi.
Ada 9 nilai integritas yang perlu ditumbuhkan di sekolah, yakni jujur, disiplin, tanggung
jawab, adil, berani, peduli, kerja keras, mandiri, sederhana. Untuk menumbuh
kembangkan 9 nilai integritas tersebut, sekolah perlu melakukan 5 langkah berikut,
yakni :

1. Memasukkan materi dan praktik nilai integritas ke dalam ekstrakurikuler

2. Memasukkan materi dan praktik nilai integritas ke dalam kegiatan OSIS

3. Melaksanakan Sertifikasi Penyuluh Anti Korupsi KPK bagi para guru

4. Integrasi ke mata pelajaran PKn, B.Indonesi, B. Inggris, Matematika, Ekonomi,


Geografi, Sosiologi, PAI

5. Memasukkan materi dan praktik nilai integritas ke dalam kegiatan pembinaan


integritas terstruktur dan berkelanjutan

Keberhasilan program di atas akan terlaksana dan maksimal jika para guru-guru juga
harus terpanggil untuk bersama-sama memikul tanggung-jawab yang berat untuk
melaksanakan program pencegahan anti korupsi dan penumbuhan nilai integritas di
sekolah. Integrasi materi anti korupsi dan penumbuhan integritas dalam kurikulum
pendidikan tersebut diharapkan lingkungan sekolah akan mendukung untuk
menguatnya nilai integritas. Berawal dari lingkungan sekolah yang memiliki integritas
diharapkan akan membawa dampak yang baik bagi lingkungan di sekitar sekolah
maupun keluarga serta bagi masa depan negeri ini karena akan dipimpin oleh orang-
orang yang memiliki integritas. Program integrasi anti korupsi dan penumbuhan
integritas di sekolah tidak dapat berdiri sendiri, butuh dukungan dari semua pihak,
termasuk keluarga, masyarakat maupun Pemerintah dengan segala perangkat dan
wewenangnya.

Perlu disadari bahwa masyarakat tidak bisa serta merta menagih hasil pendidikan
dengan cepat, sebab pendidikan bukanlah pabrik, tetapi pendidikan adalah upaya
membentuk watak bangsa (nation character building) dan watak bangsa tidak bisa
taken for granted (sekali jadi) tetapi pendidikan adalah long time infesment (investasi
jangka panjang). Walau demikian setidaknya sekolah telah memulai langkah awal
sebagai the agent of change terlibat dalam perang melawan korupsi melalui lembaga
pendidikan, sebab no development without education and no education without teacher.

Anda mungkin juga menyukai