1
LATAR BELAKANG
Sejak tahun 2006 berbagai upaya telah dilakukan dalam menuju sekolah aman, baik oleh
pemerintah maupun lembaga non pemerintah diantaranya dengan berbagai kampanye,
pelatihan dan program dampingan baik dalam level daerah, nasional maupun Internasional.
Melalui rehabilitasi/retrofiting terhadap bangunan sekolah, mewujudkan sistem manajamen
bencana di sekolah hingga penerapan pendidikan pengurangan risiko bencana yang terintegrasi
dalam kurikulum. Dalam program sekolah aman banyak kegiatan yang telah dilakukan dalam
meningkatkan kapasitas pengetahuan dan ketrampilan diri terkait pengurangan risiko bencana
kepada siswa dan seluruh perangkat sekolah. Setelah mendapat peningkatan kapasitas
diharapkan siswa dapat menjadi contoh dan agen perubahan dalam upaya-upaya penyadaran-
penyadaran pengurangan risiko bencana dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat
yang ada disekitarnya, sehingga masyarakat dapat menyadari potensi-potensi bahaya yang ada
dilingkungan sekitarnya serta mengetahui hal-hal yang harus dilakukan jika bahaya tersebut
muncul.
Faktor keamanan keselamatan dan kenyamanan belajar di setiap satuan pendidikan serta
mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas dan berkesinambungan adalah hak dari setiap
anak. Sebagai kelompok yang rentan, dalam menghadapi bencana alam maupun non alam yang
menyebabkan terjadinya bencana, anak juga mampu menjadi agen perubahan untuk
penyelenggaraan SPAB. Untuk sektor pendidikan, dampak terburuk dari sebuah bencana adalah
hilangnya nyawa maupun terjadinya cedera parah di sekolah. Terdapat banyak konsekuensi lain
yang dapat secara permanen mempengaruhi masa depan anak-anak:
SPAB yang komprehensif dapat dicapai melalui kebijakan dan perencanaan yang sejalan dengan
manajemen bencana di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/ kota dan di tingkat satuan
pendidikan . Kerangka kerja SPAB yang komprehensif memiliki empat komponen utama sebagai
berikut:
1. Fondasi : Sistem dan Kebijakan yang Kondusif
2. Pilar 1: Fasilitas Belajar yang Lebih Aman
3. Pilar 2: Manajemen Penanggulangan Bencana di Satuan Pendidikan dan
Kesinambungan Pendidikan
4. Pilar 3: Pendidikan Pengurangan Risiko dan Resiliensi
Wahana Visi Indonesia melalui project SinerGi 2 – NCE yang didanai oleh USAID akan
menyelenggarakan sosialisasi dan penguatan pada satuan pendidikan melalui Pendidikan Aman
Bencana di Kab. Tangerang Provinsi Banten. Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas dan
pengetahuan dasar dalam menghadapi bencana, membangun wacana dan sikap-sikap positif
dalam proses penyebaran informasi bahwa upaya-upaya dalam Pengurangan Risiko Bencana
adalah investasi terbaik bagi satuan pendidikan dalam meminimalkan risiko yang terjadi.
TUJUAN
Melakukan sosialisasi kerangka kerja SPAB pada satuan pendidikan di Kab Tangerang
Meningkatkan pengetahuan dan kapasitas satuan pendidikan terkait dengan Sekolah
Aman Bencana di Kab. Tangerang
Membentuk team siaga bencana pada satuan pendidikan di Kab. Tangerang
OUTPUT
3
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. SOSIALISASI SATUAN PENDIDIKAN AMAN BENCANA
Sosialisasi SPAB dilaksanakan pada 25 Januari 2023 di Pondok Pesantren Budi Mulia Desa
Munjul Kec Solear Kab. Tangerang dengan peserta 53 orang terdiri dari 31 laki-laki dan 22
perempuan (Pengurus Yayasan, Kepala Sekolah, siswa, siswi dan penjaga sekolah)
Pihak Ponpes dimohon agar segera memilih 25 orang siswa/siswi untuk dilatih di
kegiatan tanggal 27-28 Januari mendatang, dengan kriteria siswa/siswi yang
berkeinginan belajar dan memiliki kapasitas/kemampuan. Dari jumlah tersebut,
5
nantinya akan dipilih 6 orang (3 siswa dan 3 siswi) untuk menjadi fasilitator bagi
sekolah-sekolah lainnya
Pelatihan lebih detail terkait goal tiap 3 Pilar SPAB akan diberikan (struktur Tim Siaga,
asesmen sekolah, rencana aksi) pada tanggal 27-28 Januari 2023
8
3. Peserta dapat membuat tugas yang diberikan : Melakukan kajian risiko bencana partisipatif
sederhana, membuat peta ancaman, kapasitas dan kerentatan di sekolah, membentuk team
siaga bencana, menyusun SOP dan mengusulkan rencana aksi PRB di sekolah masing-masing.
Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam kegiatan ini adalah durasi waktu yang sangat terbatas,
sehingga dilakukan strategi penugasan kelompok. Masing-masing kelompok diberikan tugas
yang berbeda-beda. Keterbatasan waktu inilah yang menyebabkan hasil diskusi masing-masing
kelompok tidak dapat dipresentasikan.
Rekomendasi
Beberapa rekomendasi untuk sekolah, fasilitator/relawan dan WVI yang bisa dikembangkan
setelah melakukan proses pelatihan SPAB sebagai berikut :
Untuk sekolah dapat melembagakan PRB pada komunitas sekolah yang ada dengan media
pembelajaran yang lain
Melakukan diseminasi hasil kegiatan kepada rekan sebaya di Satuan pendidikan masing-
masing (Peer Educator)
Memperbaiki dan merapikan semua hasil diskusi untuk dijadikan dokumentasi sekolah
Melanjutkan kegiatan SPAB secara mandiri ataupun melalui pendampingan dari pihak lain
(Dinas Pendidikan dan BPBD)
Untu para relawan dapat meningkatkan kapasitas sebagai fasilitator dengan memfasilitasi
kegiatan SPAB di Satuan Pendidikan baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan
Wahana Visi Indonesia
Memperkaya informasi dengan pengetahuan SPAB
Wahana Visi Indonesia selaku implementor SPAB dapat mendorog implementasi SPAB di
Satuan Pendidikan yang ada di wilayah dampingan baik di DKI Jakarta maupun di Kabupaten
Tangerang
Melakukan monitoring bersama pengangku kepentingan secara berkalai terkait dengan
penerapan SPAB
Membangun komunikasi dan pelibatan multistakeholder dari pemerintah sebagai upaya
untuk membangun keberlanjutan SPAB
9
Rencana Tindak Lanjut
SMA IT Budi Pekerti Kab. Tangerang
10
Hasil Pre dan Pos Test Peserta Pelatihan SPAB
14
- Bagaimana tim siaga bencana bisa memperhatikan kelompok rentan (lansia, disabilitas,
perempuan dll)
- Saat bencana, perempuan seringkali menjadi korban/penyintas/ rentan
- Mempertimbangkan keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam upaya mendukung
kelompok rentan. Contoh: di tempat pengungsian, toilet harus ditempatkan terpisah
antara laki-laki dan perempuan
Tahapan
1. Menemukenali ancaman melalui Sejarah bencana, pemetaan ancaman, peringkat
ancaman, karakteristik ancaman, kalender musim
2. Kajian kerentanan/kapasitas
3. Menilai risiko bencana
4. Membuat peta risiko bencana.
Perbedaan bencana vs bahaya : kerugian dan dampak peristiwa alam/non-alam bagi kehidupan
keseharian manusia R= Risk, H=Hazard, V= kerentanan, C= Capacity
Risiko naik jika kerentanan naik dan kapasitas menurun. Semakin tinggi kapasitas, semakin kecil
risiko bencana.
Para siswa yang telah mengikuti kegiatan pelatihan SPAB sebelumnya melakukan presentasi
beberapa form yang sudah mereka buat saat pelatihan sebelumnya, ini bertujuan untuk
mendapatkan masukan apakah form yang sudah mereka isi seusai atau tidak dengan kenyataan
di sekolah dan lingkungannya, sekaligus merupakan bagian dari rencana tindak lanjut mereka
untuk melakukan sosialisasi mengenai SPAB kepada sekolahnya.
15
Form SPAB.04 - Pemeringkatan Ancaman di sekolah
Nama Sekolah : SMA IT BINA PEKERTI (PONPES BUDI MULIA)
Kelurahan : MUNJUL
Kecamatan : SOLEAR
Kabupaten : TANGERANG
Provinsi : BANTEN
Ragam ancaman Tingkat Kemungkinan Tingkat Kesimpulan
terjadi
Perkiraan Dampak
Kekeringan 2 2 Rendah
Scabies 5 4 Tinggi
DBD 2 2 Rendah
Diare 3 2 Sedang
Banjir 2 1 Rendah
16
Konflik Sosial (Sengketa 2 4 Sedang
Tanah)
Kesurupan 3 2 Sedang
18
Ragam ancaman Sebab Dampaknya jika Tanda tandanya sebelum
terjadi di sekolahku kejadian
(bagi sarpras, bagi
warga sekolah dll)
atau benda yang
terkontaminasi virus.
Virus adalah
mikroorganisme yang
berukuran lebih kecil
dari bakteri.
Scabies penyakit kulit yang Terserangnya para Gatal parah yang
menular disebabkan siswa terhadap memburuk pada
oleh Sarcoptes scabiei penyakit tersebut malam hari.
var. hominis, sehingga membuat Bentol-bentol atau
ektoparasit manusia sakit yang lepuhan pada kulit
spesifik berukuran berkelanjutan atau tempat kutu
sekitar 0,4 mm yang bahkan harus bersembunyi.
tidak terlihat dengan ditindaklanjuti ke Kulit kemerahan.
mata puskesmas atau Kulit bersisik atau
telanjang.aktivitas rumah sakit berkerak.
siswa/I yang kurang terdekat
higenis atau krang
menjaga kebersihan
DBD infeksi virus yang Terserangnya para Demam tinggi secara
ditularkan ke manusia siswa terhadap mendadak hingga
melalui gigitan penyakit tersebut mencapai suhu di atas
nyamuk yang sehingga membuat 38 derajat celsius.
terinfeksi. Jenis sakit yang Selain demam,
nyamuk yang berkelanjutan atau penderita DBD bisa
menyebabkan DBD bahkan harus mengalami sakit kepala
adalah Aedes aegypti ditindaklanjuti ke berat, nyeri otot, mual
dan Aedes albopictus. puskesmas atau dan nyeri ulu hati,
rumah sakit tanda-tanda
terdekat perdarahan seperti
mimisan, gusi
19
Ragam ancaman Sebab Dampaknya jika Tanda tandanya sebelum
terjadi di sekolahku kejadian
(bagi sarpras, bagi
warga sekolah dll)
berdarah, serta timbul
bintik-bintik merah
pada kulit.
Diare Bakteri yang masuk Terserangnya para Dehidrasi ringan hingga
ke tubuh manusia siswa terhadap berat. Sepsis, infeksi
lewat makanan dan penyakit tersebut berat yang bisa
minuman yang kurang sehingga membuat menyebar ke organ
sehat atau sakit yang lain. Malnutrisi
perlengkapan berkelanjutan atau terutama pada anak
memasak yang tidak bahkan harus dengan usia kurang
bersih. Beberapa jenis ditindaklanjuti ke dari 5 tahun, yang
bakteri yang puskesmas terdekat dapat mengakibatkan
menyebabkan diare menurunnya kekebalan
antara lain adalah tubuh anak.
salmonella, escheria
colli, shigella dan
campylobacter.
Kebakaran hutan Adanya profokator yang Berakibat pada Angin yang berhembus di
menyebabkan pencemaran udara kawasan hutan tera sa
terjadinya kebakaran oleh debu, gas SOx, panas. Muncul akumulasi
hutan tersebut NOx, COx, dan lain- asap di kawasan hutan.
contohnya sengaja lain dapat
membuang putungan menimbulkan dampak Terlihatnya hot spot atau
rokok ke rerumputan negative terhadap titik api di kawasan
yang ada di hutan. kesehatan manusia, hutan.
antara lain infeksi
saluran pernafasan, Adanya kegiatan manusia
sesak nafas, iritasi di kawasan hutan yang
kulit, iritasi mata, dan menggunakan api.
lain-
lain.
Kebakaran Sekolah Adanya pendeknya arus Berakibat pada Terlihatnya hot spot atau
listrik atau bahan pencemaran udara titik api di kawasan
20
Ragam ancaman Sebab Dampaknya jika Tanda tandanya sebelum
terjadi di sekolahku kejadian
(bagi sarpras, bagi
warga sekolah dll)
mudah terbakar (seperti oleh debu, gas Sox, sekolah. Banyaknya asap
kompor gas atau bahan Nox, Cox, dan lain-
yang mudah meledak lain dapat
atau terbakar yang menimbulkan damp
lainnya). ak negatif
terhadap kesehatan
manusia, antara lain
infeksi saluran
pernafasan, sesak
nafas, iritasi kulit,
iritasi mata, dan lain-
lain.
23
- Menggambarkan dalam bentuk peta. Dilakukan pada suatu komunitas dan masyarakat
- Berkeliling, mengamati posisi sarpras, fasilitas public dll yang kemudian digambarkan
dalam bentuk peta
- Ketika tidak berkeliling, hanya mengandalkan ingatan, informasi yang dihasilkan
berpotensi tidak akurat
- Nantinya akan disosialisasikan agar orang lain dari berbagai pihak mengetahui saat peta
ini ditampilkan, wilayah mana yang rawan, aman, menjadi titik kumpul hingga jalur
evakuasi
Tahapan
Berkeliling/melihat lingkungan, untuk cek dan konfirmasi apakah yang dibuat sudah
sesuai dengan peta yang sudah digambar sebelumnya
Membuat Peta Risiko Bencana
Presentasi dari para siswa yang pernah membuat peta pada kegiatan sebelumnya sebagai
berikut ;
Presentasi 1 (ancaman bahaya gempa):
- Rute evakuasi yang harus ditempuh cukup jauh
- Identifikasi rute yang dianggap aman
- Titik kumpulnya di lapangan olahraga/terbuka
- Agar orang mengetahui jika terjadi gempa, harus menuju kemana
- Tanda jalur evakuasi, tanda/symbol ancaman (listrik panel, gas dapur) yang
menandakan suatu tempat tidak aman
- Tanda lokasi first aid/melakukan pertolongan
- Tanda untuk kelompok rentan, memberi kepekaan informasi bahwa ada kelompok
rentan yang perlu menjadi prioritas
- Perlu ada tanda untuk bangunan yang rawan roboh
24
Dokumentasi Kegiatan Presentasi Peta Ancaman dan Jalur Evakuasi
Kegiatan audiensi ini dilaksanakan dalam rangka sosialisasi dan rekomendasi program SPAB di
Kab. Tangerang. Dalam audiensi ini team diterima secara langsung oleh Kepala Cabang Dinas
Pendidikan Kab. Tangerang Mohammad Bayuni M.Pd di ruang kerja KCD. Perwakilan anak yaitu
Roy Silaban murid SMKN 12 Kab. Tangerang menyampaikan kondisi dan situasi yang ada di Kab.
Tangerang terkait dengan Satuan Pendidikan Aman Bencana, bahwa berdasarkan penelitian
dan obeservasi yang sudah dilaksanakan di beberapa sekolah yang ada di Kab. Tangerang ada
beberapa temuan yang ada yaitu :
Wilayah Kab. Tangerang yang memiliki 8 (delapan) potensi ancaman bencana sehingga
berisiko terjadinya bencana seperti banjir, gempa bumi, puting beliung, rob dan longsor
Belum ada sosialisasi terkait dengan SPAB di sekolah-sekolah yang ada di Kab. Tangerang
Belum adanya pelatihan dan peningkatan kapasitas kepada pihak sekolah di Kab. Tangerang
terkait dengan SPAB
Rata-rata sarana dan prasaranan sekolah yang ada di Kab. Tangerang belum sesuai dengan
standart pilar 1 SPAB yaitu Fasilitas Aman Bencana
Sehingga rekomendasi yang disampaikan oleh perwakilan anak kepada Kepala Cabang Dinas
Pendidikan adalah :
Melakukan sosialisasi dan pengingkatan kapasitas terkait SPAB di sekolah-sekolah terutama
SMA/SMK yang ada di wilayah Kab. Tangerang
Berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Tangerang untuk
melakukan program pendampingan SPAB di sekolah-sekolah yang rawan bencana.
Melakukan kajian dan penilaian terhadap sarana dan prasarana yang di satuan pendidikan
secara khusus SMA dan SMK yang ada di Kab. Tangerang
27
Akan mensosialisasikan kepada sekolah-sekolah yang rentan dengan ancaman bencana
terkait dengan SPAB
Akan melihat anggaran dana bos dengan koding yang ada di sekolah-sekolah untuk
menganggarkan kegiatan SPAB
Akan berkoordinasi dengan BPBD setempat terkait dengan program SPAB di Kab. Tangerang
28