Panduan Praktis
TAGANA Masuk Sekolah (TMS)
Buku panduan praktis ini diperuntukkan khusus untuk
rekan-rekan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) di
seluruh Indonesia
Disusun Oleh:
Kontributor:
Tearfund, UNICEF
Desain:
PREDIKT
Diterbitkan oleh:
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam
Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia
Oktober 2020
Dilarang mengutip atau memperbanyak isi buku ini untuk keperluan komersil
tanpa seijin Kementerian Sosial Republik Indonesia dan WFP Indonesia.
2
Daftar Isi
3 Daftar Isi
4 Sambutan Direktur
5 A. Pendahuluan
6 B. Apa yang dimaksud dengan SPAB
6 C. Mengapa SPAB Penting
7 D. Tujuan Panduan Praktis
7 E. Durasi Pelaksanaan
7 F. Syarat Fasilitator SPAB
7 G. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
8 H. Indikator Capaian
8 I. Kegiatan SPAB
9 1. Analisis Risiko Bencana
13 2. Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana
17 3. Peta dan Jalur Evakuasi
21 4. Simulasi Bencana
24 J. Referensi dan Dokumen Rujukan
25 K. Lampiran-Lampiran
3
Sambutan Direktur
4
A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan
tingkat kerawanan yang sangat tinggi. Karena
Yang memiliki 7 kegiatan pilihan, diantaranya:
1. Pengenalan Jenis Bencana dan Model
ini, Presiden Jokowi memberikan 6 arahan dalam Menghadapi Bencana
rapat kerja nasional (Rakornas) Penanggulangan 2. Strategi kesiapsiagaan dan mitigasi
Bencana tanggal 2 Februari 2019 di Surabaya menghadapi bencana
yang salah satunya adalah fokus pada Pendidikan 3. Pengorganisasian Penanggulangan Bencana
Bencana Pendidikan bencana; “Edukasi di Satuan Pendidikan
kebencanaan harus dimulai tahun ini. Terutama 4. Menentukan tanda bahaya yang disepakati
di daerah rawan bencana kepada sekolah melalui dan dipahami oleh seluruh pemangku
guru dan kepada masyarakat melalui para kepentingan di satuan Pendidikan
pemuka agama” (Presiden Jokowi. Rakornas 5. Menentukan dan memasang tanda petunjuk
BNPB, 2 Februari 2019) jalur evakuasi dan titik kumpul
6. Penyampaian informasi/laporan dan
Selama 12 tahun terakhir (2008-2010), berbagai permohonan pertolongan
bencana telah menyebabkan lebih dari 60.000 7. Penyelenggaraan kegiatan simulasi
Satuan Pendidikan terdampak dengan lebih dari kebencanaan secara rutin
12 juta siswa terdampak. Seiring meningkatnya
kepadatan penduduk dan diletakannya Implementasi Surat Edaran (SE) ini melalui
infrastruktur di daerah-daerah rawan bencana, Taruna Siaga Bencana (TAGANA) merupakan
termasuk sebagian besar Satuan Pendidikan, langkah strategis mempertimbangkan
maka risiko bencana makin tinggi. Atas dasar ini, keberadaan TAGANA sebagai salah satu
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kelompok yang penting dalam upaya
(Kemendikbud) saat ini telah mengeluarkan kesiapsiagaan bencana, karena TAGANA
kebijakan melalui peraturan Menteri merupakan suatu organisasi sosial yang
Kemendikbud no 33 tahun 2019, tentang bergerak dalam bidang penanggulangan
Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan bencana alam dan bencana sosial yang
Aman Bencana. Dan dikoordinasikan melalui berbasiskan masyarakat. Pembentukan TAGANA
sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman merupakan suatu upaya untuk memberdayakan
Bencana (SEKNAS SPAB), (Kemendikbud, 2020). dan mendayagunakan generasi muda dalam
berbagai aspek penanggulangan bencana,
Disisi Kemensos, Berdasarkan Surat Edaran khususnya yang berbasis masyarakat. Saat ini
Bersama Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan personel TAGANA mencapai 40 ribu lebih.
Dan Menteri Sosial Nomor 4 Tahun 2019 dan
Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Mitigasi Jika mengacu kepada situasi dan data tentang
Kebencanaan Pada Satuan Pendidikan Melalui satuan Pendidikan di Indonesia. Saat ini,
Program TAGANA Masuk Sekolah. terdapat ratusan ribu Pendidikan berada
diwilayah yang rawan bencana. Sebagaimana
terlihat dalam tabel berikut:
Dengan situasi ini, maka kesiapsiagaan bencana di satuan Pendidikan perlu ditingkatkan. Dengan cara
meningkatkan pengetahuan seluruh warga satuan Pendidikan, mempersiapkan perlengapan, dan
melakukan semulasi bencana rutin rutin. Untuk itu, TAGANA memiliki peran penting dalam proses
persiapan ini. Upaya kesiapsiagaan bencana pada tingkat Satuan Pendidikan di Indonesia lebih dikenal
dengan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).
5
B. Apa yang dimaksud dengan SPAB
1
Memberikan perlindungan dan keselamatan
SPAB adalah “Satuan Pendidikan yang kepada siswa, guru dan tenaga pendidik
menerapkan standar sarana dan lainnya dari dampak buruk bahkan kematian
di sekolah
prasarana serta budaya yang mampu
melindungi warga sekolah dan Mengurangi gangguan terhadap kegiatan
2
lingkungan di sekitarnya dari bahaya pendidikan saat terjadi bencana
bencana” (Kemendikbud, 2019).
Dengan prinsip: 3 Tempat Belajar yang lebih aman
• PILAR 2 • • PILAR 3 •
PENDIDIKAN
MANAJEMEN
PENCEGAHAN &
BENCANA
PENGURANGAN
DI SEKOLAH
RISIKO BENCANA
2 Anak-anak bisa menjadi pelopor perubahan di lingkungan sekitarnya untuk lebih siap siaga
terhadap ancaman bencana
3
Sekolah terkadang digunakan sebagai tempat berkumpul, mengungsi, dan distribusi bantuan
pasca bencana (meskipun tidak direkomendasikan)
4 Di masa pasca bencana, sekolah tetap penting untuk berfungsi untuk menjaga anak terhindar
dari ancaman bencana susulan
6
D. TUJUAN PANDUAN PRAKTIS
Tujuan panduan praktis ini adalah agar anggota TAGANA secara
khusus, dan berbagai pihak lain secara umum dapat:
E. DURASI PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan
adalah selama
Namun dapat disesuaikan mengikuti kebutuhan,
10 sesi
dalam kurun
waktu 1 - 2 bulan
2 Menentukan
1 Menentukan 3 Melakukan kordinasi 4 Menentukan
apakah kegiatan
wilayah dan dan meminta ijin dinas jadwal dan
akan dilakukan
satuan Pendidikan dan juga persiapan teknis
secara daring
Pendidikan dengan satuan lain
(online) atau
Pendidikan yang telah
tatap muka.
ditetapkan
1 2 3
Memiliki hasil kajian risiko Memiliki alat perlengkapan Memiliki tim siaga bencana
bencana partisipatif, kesiapsiagaan bencana, (TSB) yang terlatih dan
diantaranya: Pemetaan sesuai dengan ancaman terampil
ancaman, kapasitas,
kerentanan dan risiko
4 5 6
I. KEGIATAN SPAB
Pelaksanaan kegiatan TMSM, harus dilakukan secara partisipatif, yang melibatkan berbagai
pihak di satuan Pendidikan, terutama siswa dan siswi. Kegiatan terdiri dari 4 tahap:
8
1. Analisis Risiko Bencana
Kegiatan dimulai dengan melakukan penelaahan risiko bencana di lingkungan sekitar sekolah, dengan
cara mengumpulkan informasi mengenai sejarah kejadian bencana, melalui serangkaian kegiatan.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU PB no 24/2007).
Terdapat
13
jenis ancaman
Kekeringan Angin Gelombang Esktrem
dan Abrasi
BENCANA
di Indonesia
Kebakaran Kebakaran gedung
Cuaca ekstrem
Hutan dan Lahan dan Pemukiman
Agar kegiatan SPAB dalam dilakukan maka anggota TAGANA perlu melakukan kajian risiko bencana
partisipatif, diantaranya: Pemetaan ancaman, kapasitas, kerentanan dan risiko).
9
Kegiatan dimulai dengan:
Seluruh perlengkapan
dan fasilitas sekolah
rusak
Kegiatan belajar
mengajar terhenti
selama 3 bulan
10
b) Pemetaan Ancaman
Kegiatan ini akan dilakukan dengan memetakan potensi ancaman bencana yang mungkin
terjadi di sekolah/madrasah. Kegiatan dapat dimulai dengan meminta peserta, baik murid
atau guru untuk menuliskan jawaban “bencana apa yang bisa terjadi di sekolah/madrasah
mereka?”. Setelah seluruh peserta menulis, maka dapat dihitung secara bersama-sama, dan
tuliskan ancaman yang paling banyak ditulis pada kolom no 1, seperti contoh pada formular
berikut ini:
Banjir 10
Longsor 7
c) Pemeringkatan Ancaman
Kegiatan ini bertujuan untuk menilai dan mengetahui ancaman bencana prioritas di
sekolah/madrasah yang di damping. Pemeringkatan dapat dimulai dengan membacakan ulang
mengenai ancaman yang paling banyak jumlah penulisannya di sesi sebelumnya. Sampaikan
bahwa seluruh peserta akan melihat mana yang paling banyak menurut beberapa faktor
pertimbangan.
Jika sudah selesai, minta beberapa anak secara sukarela untuk menghitung dan merekap hasil
pemilihan. Rekap jumlah tiap ancaman, kemudian pilih yang memiliki jumlah 3 tertinggi.
Itulah 3 ancaman prioritas versi anak anak. Gunakanlah contoh formulir dibawah ini:
Ragam
Frekuensi Dampak Prioritas Kesimpulan
Ancaman
11
d) Transek, atau Pengamatan langsung
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan permainan dapat dilakukan permainan yang disebut
dengan “DETEKTIF BENCANA”. Kegiatan ini Merupakan metode pengamatan secara
langsung di sekitar lingkungan sekolah dengan cara berkeliling langsung. Mencatat titik lokasi
yang menjadi ancaman bahaya di sekolah dan diberi tanda (kertas atau silang) sebagai symbol
lokasi tersebut rentan. Hasil pengamatan selama menelusuri lokasi dituangkan kedalam
contoh tabel berikut:
4 ……… ………………
Tingkat
No. Komponen Kerentanan Jenis Kapasitas Keterangan
Kapasitas
Memiliki Tinggi
2 Kesiapsiagaan Banjir
perlengkapan seperti:
Alat pemadam api
ringan (APAR), Alat
pertolongan pertama.
Memiliki peta dan
jalur evakuasi,
Memilki Tim siaga
bencana
Sudah mengikuti
pelatihan SPAB
Telah melakukan
simulasi secara rutin
12
2. Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana
Dalam hal kesiapsiagaan, sekolah/madrasah perlu mempersiapkan berbagai perlengkapan
yang siap dipakai ketika terjadi bencana, atau dapat menjadi perlengkapan yang digunakan
untuk simulasi.
JALUR
EVAKUASI
b) Perlengkapan pribadi
Dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana secara individu bagi peserta didik
dan tenaga kependidikan lainnya, maka baik peserta didik dan tenaga
kependidikan juga perlu mempersiapkan peralatan sebagai berikut:
Adaptasi Kebiasaan
Baru Starter Pack
Saat keluar rumah (ke sekolah, berbelanja, pergi kerja, dan lain lain)
Handsanitizer
Obat-obatan pribadi
Botol minum
13
c) Peralatan Dalam Situasi COVID-19
14
e) Pembentukan Tim Siaga bencana (TSB)
Pembentukan TSB perlu dilakukan secara partisipatif, yang keanggotaannya terdiri
dari: perwakilan murid, guru, komite sekolah, tokoh masyarakat, yang seluruh
proses dipimpin oleh kepala sekolah. Dalam pembentukan TSB, dapat
menggunakan contoh susunan dibawah ini. Namun susun dapat disesuaiakan
dengan kondisi dan kebutuhan dimasing-masing sekolah dan madrasah:
PENANGGUNGJAWAB:
KOORDINATOR PELAKSANA:
BIDANG EVAKUASI:
- Koordinator
- Anggota
BIDANG LOGISTIK
- Koordinator:
- Anggota:
15
g) Pengenalan Dukungan Psikososial
Dukungan psikososial dalam situasi pra bencana, bertujuan untuk membangun ketangguhan dalam
diri peserta didik maupun guru. Ketangguhan menjadi modal untuk bisa pulih dengan cepat pasca
bencana. Ketangguhan adalah kemampuan atau kapasitas seseorang untuk dapat mencegah,
meminimalkan atau mengatasi dampak buruk atau negatif dari situasi sulit (salah satunya adalah
bencana) yang dialaminya.
Cara membangun ketangguhan secara sederhana dapat menggunakan metode partisipatif dan
aktivitas yang ada (baik dalam hal analisis risiko, peta dan jalur evakuasi atau simulasi bencana)
untuk membangun ketangguhan dalam diri peserta didik. Setiap kali selesai melakukan aktivitas
bersama peserta didik, Tagana dapat menggali dua hal kunci yang membangun ketangguhan, yaitu
“APA YANG SAYA DAPAT LAKUKAN”dan “SIAPA TEMAN YANG”. Setelah melakukan simulasi
bencana, misalnya, peserta didik dapat diajak untuk mendiskusikan hal ini:
Apa yang saya dapat lakukan untuk Siapa teman yang bisa saya
membantu teman saya yang ikuti dan saya percaya ketika
kesulitan dalam simulasi tadi? simulasi?
Tujuan penggalian ini adalah untuk membangun perasaan kendali atau mampu mengatasi situasi
serta menemukan pihak-pihak yang dapat membantu atau melindungi peserta didik selama proses
evakuasi (misalnya). Perasaan kendali dan dukungan dari pihak lain adalah dua hal yang dapat
membangun ketangguhan dalam diri peserta didik. Sebagai contoh, fasilitator Tagana juga dapat
melakukan beberapa kegiatan psikososial berikut:
Mengekspresikan Emosi
Surat untuk 30
3 Sahabat 6-12 tahun menit
Secara detail berbagai teori dan kegiatan mengenai dukungan psikologis awal, relaksasi. Dapat
ditemukan dalam pedoman yang telah di buat oleh TearFund, atau bisa merujuk kepada Pedoman
Pendidikan dalam situasi darurat, Kemendikbud, yang dapat diakses melalui:
https://spab.kemdikbud.go.id/?wpdmpro=pedoman-pendidikan-dalam-situasi-bencana-2
16
3. Peta dan Jalur Evakuasi
Sekolah dan Madrasah juga perlu menyusun peta dan jalur evakuasi agar pada saat
terjadi bencana, warga sekolah/madrasah dapat mengetahui cara dan jalan yang akan
di lalui untuk evakuasi.
Anggota TAGANA, sebagai pendamping perlu menyampakan kepada Guru, dan siswa/i,
bahwa pengertian peta dan jalur evakuasi adalah: Kumpulan dari titik-titik, garis-garis,
dan area-area yang didefinisikan oleh lokasinya dengan sistem koordinat tertentu dan
oleh atribut berwujud/ fisikalnya(Perka no 2/2012, Pedoman umum Pengkajian risiko
bencana). Peta yang di susun akan bermanfaat untuk:
KALI CILIWUNG
PETA JALUR
EVAKUASI
U
SDN KOTA BAMBU 01-02,
TITIK KUMPUL JAKARTA BARAT
B T
DAMKAR
SDN Kota Bambu
S 01-02
DAMKAR
Damkar
Rumah Penduduk
SDN KOTA BAMBU
02-03
Kali Ciliwung
JL.PLN
Tempat Berkumpul
Ruas Jalan
Jalur Evakuasi
17
b Jalur dan Rambu Evakuasi
Jalur Evakuasi merupakan lintasan atau jalan yang dapat dilalui dengan aman, baik
oleh manusia maupun kendaraan yang dirancang untuk dilalui pada waktu terjadi
bencana (SNI Jalur evakuasi tsunami, 2012). Dalam keadaan darurat, jalur
evakuasi menjadi sangat penting dan mutlak untuk diletakkan sebgai petunjuk arah
/ rambu jalur vakuasi untuk gedung bertingkat, rumah sakit, pabrik, sekolah dan
segala banana seperti kebakaran, gempa bumi, banjir, dll. (BSN, 2001).
Dengan adanya Jalur dan rambu evakuasi ini maka guru, siswa/I di
sekolah/madrasah akan:
Mengetahui Mengetahui
karakteristik banyak jalan
jalan kecil
(lebar jalan, kondisi, yang menghubungkan
tingkat elevasi) pada jalan utama yang
dijadikan jalur evakuasi
18
c Kriteria Menentukan Jalur Evakuasi
D
E B
Ukuran
Minimal Maksimal
(mm)
A 400 775
Area Huruf, Angka dan Simbol A B 150 150
C 1150 1800
D 20 25
C
E 50 75
19
e Titik Kumpul
Titik kumpul terdiri dari 2 komponen, yaitu titik kumpul, dan titik
pengungsian sementara dengan spesifikasi; memiliki warna dasar putih,
garis tepi biru, lambang hitam dan warna huruf atau angka hitam (Perka
BNPB No 7/2015)
Ukuran
Kecil Sedang Besar Sangat
(mm)
Besar
20
4. Simulasi Bencana
b TUJUAN SIMULASI
Menguji tingkat kesiapsiagaan warga
sekolah menghadapi bencana
SEKOLAH/
Mengingkatkan pengetahuan tentang MADRASAH
cara-cara penyelamatan diri ketika SIAGA
bencana terjadi BENCANA
Evaluasi dan
1. Melakukan evaluasi bersama seluruh tim
Rencana Tindak
2. Menentukan rencana tindak lanjut berikutnya
Lanjut
21
d PESERTA SIMULASI
KOMPONEN KOMPONEN
UTAMA KEDUA
e PRINSIP SIMULASI
Lakukan sesuai SOP, seluruh rangkaian Bisa dibuat tingkat kesulitan
adalah proses pembelajaran berjenjang: mudah- sedang- sulit
Lakukan perencanaan, persiapan, Tetap patuhi protokol pencegahan
pelaksanaan, evaluasi Covid-19 : Pakai masker, jaga jarak,
Berikan perhatian khusus kepada warga cuci tangan dengan sabun sebelum/
sekolah dan kelompok rentan. setelah kegiatan (siapkan hand
sanitizer)
Gunakan prinsip cepat, tepat, selamat
f EVALUASI PELAKSANAAN
Setelah simulasi dilakukan, segeralah melakukan simulasi dengan seluruh tim dan
perwakilan peserta dengan mengacu pada pertanyaan kunci sebagai berikut:
22
h Pembuatan Rencana Tindak Lanjut
Nama :
Nama Sekolah :
Kabupaten :
Telepon :
Cara Pengisian :
1. Diskusikanlah perencanaan ini dengan kepala sekolah dan pewakilan guru
yang lain, baik secara daring atau tatap muka
2. Membuat perencanaan kegiatan dan waktu yang dapat dapat dicapai oleh
sekolah masing-masing
23
J. Referensi dan Dokumen Rujukan
NO. JUDUL
2. BNPB, B. N. (2015). Peraturan Kepala BNPB No 07 Tahun 2015 Tentang Rambu dan
Papan Informasi Bencana . Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
3. BNPB (2020). Panduan Teknis Fasilitasi SPAB Bagi Fasilitator Pemula. Jakarta: Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
4. Kemendikbud. (2018). Petunjuk teknis penerapan SMAB bagi satuan pendidikan reguler
dan khusus. Kemendikbud.
24
J. Lampiran-Lampiran
Sumber
No. Tahun Kejadian Dampak
Info
KETERANGAN :
Tahun
Tuliskan info mengenai tanggal, bulan, dan tahun kejadian. Jika tidak ingat, tahun saja cukup
Kejadian
Tuliskan kejadian bencana alam maupun non alam yang pernah terjadi di sekolah dan desa
Dampak
Tuliskan dampak dari kejadian itu secara detail; Korban jiwa, luka, mengungsi, korban material, kerusakan
fasilitas umum, aktivitas masyarakat, dampak bagi pendidikan.
Sumber Info
Tuliskan dari mana sumber informasinya; Mengalami langsung, dari orang tua, dari internet, dari buku, dsb
25
a Pemetaan Ancaman
KETERANGAN :
Dilakukan dengan meminta peserta didik dan/atau guru untuk menjawab
pertanyaan: “Bencana apa saja yang bisa terjadi di sekolah/madrasah kita?
26
a Pemeringkatan Ancaman
Ragam
Ancaman Frekuensi Dampak Prioritas Kesimpulan
KETERANGAN :
Prioritisasi dapat dilakukan dengan menyebutkan kembali ancaman yang paling
banyak disebutkan oleh peserta disesi sebelumnya (b. Pemetaan Ancaman
Bencana)
Sampaikan bahwa dalam proses ini, seluruh peserta akan melihat ancaman
bencana yang paling banyak disebutkan.
Jika sudah selesai, ajak beberapa peserta didik untuk menghitung dan merekap
hasil jawaban. Rekap jumlah tiap ancaman bencana, kemudian pilih 3 (tiga)
bencana yang memiliki jumlah angka tertinggi; ketiga bencana itulah yang
kemudian akan didiskusikan sebagai ancaman prioritas versi peserta didik.
27
a Transek atau Pengamatan Langsung
KETERANGAN :
Kegiatan ini merupakan metode pengamatan secara langsung ke lingkungan
sekolah dengan cara berkeliling di area sekolah.
Mencatat titik lokasi yang menjadi ancaman bahaya,dan memberi tanda (kertas
atau silang) sebagai simbol kerentanan lokasi tersebut.
28
b Kajian Kapasitas dan Kerentanan
Jenis Tingkat
No. Komponen Ket.
Kapasitas Kapasitas
KETERANGAN :
Kegiatan kajian kapasitas dapat dimulai dengan penjelasan mengenai pengertian
dan pentingnya kajian risiko.
Dilanjutkan dengan apa saja komponen kajian risiko dan menyampaikan kapan,
mengapa, dan siapa yang melakukan.
Setelah itu, minta peserta memulai diskusi kelompok dengan mengisi tabel.
Tingkat kapasitas ditentukan secara kualitatif berdasarkan penilaian seluruh
warga sekolah. Penentuan menggunakan skala : 1). Tinggi, 2). Sedang. 3).
Rendah.
29