Anda di halaman 1dari 30

berlutut berlindung bertahan

Panduan Praktis
TAGANA Masuk Sekolah (TMS)
Buku panduan praktis ini diperuntukkan khusus untuk
rekan-rekan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) di
seluruh Indonesia

Disusun Oleh:

Kementerian Sosial, WFP, PREDIKT

Kontributor:

Tearfund, UNICEF

Desain:
PREDIKT

Diterbitkan oleh:
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam
Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia
Oktober 2020

Hak cipta © 2020 World Food Programme Indonesia

Dilarang mengutip atau memperbanyak isi buku ini untuk keperluan komersil
tanpa seijin Kementerian Sosial Republik Indonesia dan WFP Indonesia.

2
Daftar Isi

3 Daftar Isi

4 Sambutan Direktur

5 A. Pendahuluan
6 B. Apa yang dimaksud dengan SPAB
6 C. Mengapa SPAB Penting
7 D. Tujuan Panduan Praktis
7 E. Durasi Pelaksanaan
7 F. Syarat Fasilitator SPAB
7 G. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
8 H. Indikator Capaian
8 I. Kegiatan SPAB
9 1. Analisis Risiko Bencana
13 2. Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana
17 3. Peta dan Jalur Evakuasi
21 4. Simulasi Bencana
24 J. Referensi dan Dokumen Rujukan
25 K. Lampiran-Lampiran

3
Sambutan Direktur

4
A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan
tingkat kerawanan yang sangat tinggi. Karena
Yang memiliki 7 kegiatan pilihan, diantaranya:
1. Pengenalan Jenis Bencana dan Model
ini, Presiden Jokowi memberikan 6 arahan dalam Menghadapi Bencana
rapat kerja nasional (Rakornas) Penanggulangan 2. Strategi kesiapsiagaan dan mitigasi
Bencana tanggal 2 Februari 2019 di Surabaya menghadapi bencana
yang salah satunya adalah fokus pada Pendidikan 3. Pengorganisasian Penanggulangan Bencana
Bencana Pendidikan bencana; “Edukasi di Satuan Pendidikan
kebencanaan harus dimulai tahun ini. Terutama 4. Menentukan tanda bahaya yang disepakati
di daerah rawan bencana kepada sekolah melalui dan dipahami oleh seluruh pemangku
guru dan kepada masyarakat melalui para kepentingan di satuan Pendidikan
pemuka agama” (Presiden Jokowi. Rakornas 5. Menentukan dan memasang tanda petunjuk
BNPB, 2 Februari 2019) jalur evakuasi dan titik kumpul
6. Penyampaian informasi/laporan dan
Selama 12 tahun terakhir (2008-2010), berbagai permohonan pertolongan
bencana telah menyebabkan lebih dari 60.000 7. Penyelenggaraan kegiatan simulasi
Satuan Pendidikan terdampak dengan lebih dari kebencanaan secara rutin
12 juta siswa terdampak. Seiring meningkatnya
kepadatan penduduk dan diletakannya Implementasi Surat Edaran (SE) ini melalui
infrastruktur di daerah-daerah rawan bencana, Taruna Siaga Bencana (TAGANA) merupakan
termasuk sebagian besar Satuan Pendidikan, langkah strategis mempertimbangkan
maka risiko bencana makin tinggi. Atas dasar ini, keberadaan TAGANA sebagai salah satu
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kelompok yang penting dalam upaya
(Kemendikbud) saat ini telah mengeluarkan kesiapsiagaan bencana, karena TAGANA
kebijakan melalui peraturan Menteri merupakan suatu organisasi sosial yang
Kemendikbud no 33 tahun 2019, tentang bergerak dalam bidang penanggulangan
Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan bencana alam dan bencana sosial yang
Aman Bencana. Dan dikoordinasikan melalui berbasiskan masyarakat. Pembentukan TAGANA
sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman merupakan suatu upaya untuk memberdayakan
Bencana (SEKNAS SPAB), (Kemendikbud, 2020). dan mendayagunakan generasi muda dalam
berbagai aspek penanggulangan bencana,
Disisi Kemensos, Berdasarkan Surat Edaran khususnya yang berbasis masyarakat. Saat ini
Bersama Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan personel TAGANA mencapai 40 ribu lebih.
Dan Menteri Sosial Nomor 4 Tahun 2019 dan
Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Mitigasi Jika mengacu kepada situasi dan data tentang
Kebencanaan Pada Satuan Pendidikan Melalui satuan Pendidikan di Indonesia. Saat ini,
Program TAGANA Masuk Sekolah. terdapat ratusan ribu Pendidikan berada
diwilayah yang rawan bencana. Sebagaimana
terlihat dalam tabel berikut:

Ancaman Bencana di Satuan Pendidikan

GEMPA BANJIR LONGSOR TSUNAMI LETUSAN GUNUNG API

52.902 54.080 15.597 2.417 1.685

Dengan situasi ini, maka kesiapsiagaan bencana di satuan Pendidikan perlu ditingkatkan. Dengan cara
meningkatkan pengetahuan seluruh warga satuan Pendidikan, mempersiapkan perlengapan, dan
melakukan semulasi bencana rutin rutin. Untuk itu, TAGANA memiliki peran penting dalam proses
persiapan ini. Upaya kesiapsiagaan bencana pada tingkat Satuan Pendidikan di Indonesia lebih dikenal
dengan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).

Sumber : Buku Pendidikan Tangguh Bencana tahun 2019

5
B. Apa yang dimaksud dengan SPAB

1
Memberikan perlindungan dan keselamatan
SPAB adalah “Satuan Pendidikan yang kepada siswa, guru dan tenaga pendidik
menerapkan standar sarana dan lainnya dari dampak buruk bahkan kematian
di sekolah
prasarana serta budaya yang mampu
melindungi warga sekolah dan Mengurangi gangguan terhadap kegiatan
2
lingkungan di sekitarnya dari bahaya pendidikan saat terjadi bencana
bencana” (Kemendikbud, 2019).
Dengan prinsip: 3 Tempat Belajar yang lebih aman

4 Dapat dijadikan pusat kegiatan masyarakat


dan merupakan sarana sosial yang sangat
penting

SPAB memiliki tiga pilar utama, yaitu:


“Merupakan fasilitas sekolah
dengan gedung, isinya dan
halaman sekitarnya memenuhi
persyaratan keselamatan, • PILAR 1 •
kesehatan, kemudahan FASILITAS
termasuk kelayakan bagi anak SEKOLAH
berkebutuhan khusus, AMAN BENCANA
kenyamanan dan keamanan”

• PILAR 2 • • PILAR 3 •
PENDIDIKAN
MANAJEMEN
PENCEGAHAN &
BENCANA
PENGURANGAN
DI SEKOLAH
RISIKO BENCANA

Cakupan pendidikan pengurangan risiko


“Merupakan proses pengkajian
bencana lebih luas daripada pendidikan
yang diikuti dengan perencanaan
formal di satuan Pendidikan, karena
terhadap perlindungan fisik,
merupakan sebuah proses pembelajaran
pengembangan kapasitas pada
bersama yang bersifat interaktif,
masa pra dan tanggap darurat,
termasuk di dalamnya adalah
serta menjaga kesinambungan
pengakuan dan penggunaan kearifan
pendidikan.”
tradisional dan pengetahuan lokal

C. MENGAPA SPAB PENTING


1 Anak-anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap dampak bencana

2 Anak-anak bisa menjadi pelopor perubahan di lingkungan sekitarnya untuk lebih siap siaga
terhadap ancaman bencana

3
Sekolah terkadang digunakan sebagai tempat berkumpul, mengungsi, dan distribusi bantuan
pasca bencana (meskipun tidak direkomendasikan)

4 Di masa pasca bencana, sekolah tetap penting untuk berfungsi untuk menjaga anak terhindar
dari ancaman bencana susulan
6
D. TUJUAN PANDUAN PRAKTIS
Tujuan panduan praktis ini adalah agar anggota TAGANA secara
khusus, dan berbagai pihak lain secara umum dapat:

Menelaah risiko Menganalisa Menyusun dan Memasang Menyusun rencana


bencana di jenis-jenis menggambar peta & rambu-rambu dan praktek
lingkungan satuan perlengkapan jalur evakuasi, SOP evakuasi pada simulasi bencana
pendidikan dan kesiapsiagaan dan skenario simulasi tempat yang telah di lingkungan
sekitarnya secara bencana, dan berdasarkan ditentukan satuan pendidikan
partisipatif melakukan praktek karakteristik bencana
penggunaan di satuan Pendidikan

E. DURASI PELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan
adalah selama
Namun dapat disesuaikan mengikuti kebutuhan,
10 sesi
dalam kurun
waktu 1 - 2 bulan

sekolah/madrasah dimana kegiatan dilakukan.


dan kemampuan daerah masing-masing. Jarak Dengan Prinsip tidak menganggu keberlangsungan
waktu diantara masing-masing kegiatan dapat kegiatan belajar mengajar. Namun kegiatan minim
diatur dan disepakati oleh TAGANA dan yang perlu dilakukan adalah pelatihan SPAB, dan
melakukan simulasi bencana.

F. SYARAT FASILITATOR SPAB


Anggota Tagana yang dapat melaksanakan kegiatan TMSM, adalah
anggota yang memiliki pengetahuan dan keahlian sebagai berikut:

1 Memiliki pengetahuan tentang pengurangan 3 Sudah pernah mengikuti


risiko bencana (PRB) pelatihan PRB

2 Memiliki pengetahuan dan keahlian 4 Mendapatkan persetujuan dari


sebagai fasilitator pelatihan ketua TAGANA setempat

G. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN


Sebelum melakukan kegiatan di satuan Pendidikan, setiap anggota TAGANA perlu
memperhatikan dan mempersiapkan beberapa hal sebagai berikut:

2 Menentukan
1 Menentukan 3 Melakukan kordinasi 4 Menentukan
apakah kegiatan
wilayah dan dan meminta ijin dinas jadwal dan
akan dilakukan
satuan Pendidikan dan juga persiapan teknis
secara daring
Pendidikan dengan satuan lain
(online) atau
Pendidikan yang telah
tatap muka.
ditetapkan

Implementasi kegiatan di satuan Pendidikan, 6 7 8


5 Membuat Jika Pelaksanaan Jika dilakukan
berupa:
rencana kegiatan, dilakukan secara daring,
a. Pelatihan SPAB untuk guru, tenaga kependidikan
tindaklajut dan secara tatap muka, maka maka perlu
lainnya, serta komite sekolah
melakukan perlu memperhatikan menentukan dan
b. Pelatihan untuk peserta Didik
evaluasi setelah protokol Kesehatan mempersiapkan
c. Pengkajian risiko bencana bersama, termasuk
kegiatan dengan ketat. Dengan medianya.
dengan peserta didik
prinsip 3M: Memakai
d. Penyusunan rencana aksi dan pembentukan tim
Masker, Menjaga jarak,
siaga bencana Sekolah
Mencuci tangan dengan
e. Penyusunan prosedur tetap untuk masa pra, saat,
air mengalir dan pakai
dan paska bencana
sabun secara rutin, atau
f. Melakukan simulasi
menggunakan hand 7
sanitizer
H. INDIKATOR CAPAIAN
Program TMSM, akan disebut berhasil apabila sekolah/madrasah telah:

1 2 3

Memiliki hasil kajian risiko Memiliki alat perlengkapan Memiliki tim siaga bencana
bencana partisipatif, kesiapsiagaan bencana, (TSB) yang terlatih dan
diantaranya: Pemetaan sesuai dengan ancaman terampil
ancaman, kapasitas,
kerentanan dan risiko

4 5 6

Memasang peta dan Menyusun standar operasi Melakukan simulasi bencana


rambu rambu jalur prosedur (SOP) evakuasi, sekurang-kurangnya 1 kali
evakuasi diantaranya: jalur evakuasi, dalam 1 tahun.
titik kumpul, peringatan
dini, dan prosedur
keselamatan

I. KEGIATAN SPAB
Pelaksanaan kegiatan TMSM, harus dilakukan secara partisipatif, yang melibatkan berbagai
pihak di satuan Pendidikan, terutama siswa dan siswi. Kegiatan terdiri dari 4 tahap:

Tentang Analisis Tentang Pengetahuan Tentang Peta dan Tentang Simulasi


Risiko Bencana. Kesiapsiagaan Jalur Evakuasi. Bencana.
Bencana.

Seluruh kegiatan dan tahapan perlu mempertimbahkan protokol Kesehatan jika


dilakukan pada saat adanya wabah penyakit. Detail kegiatan dan tahapan adalah
sebagai berikut:

8
1. Analisis Risiko Bencana
Kegiatan dimulai dengan melakukan penelaahan risiko bencana di lingkungan sekitar sekolah, dengan
cara mengumpulkan informasi mengenai sejarah kejadian bencana, melalui serangkaian kegiatan.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU PB no 24/2007).

Gempa bumi Letusan Banjir Tanah Longsor


dan Tsunami Gunung Berapi

Terdapat

13
jenis ancaman
Kekeringan Angin Gelombang Esktrem
dan Abrasi

BENCANA
di Indonesia
Kebakaran Kebakaran gedung
Cuaca ekstrem
Hutan dan Lahan dan Pemukiman

Epidemi, wabah Kegagalan


dan kejadian luar biasa Teknologi Kerusuhan Sosial

Secara umum, terdapat 4 dampak bencana kepada anak, yaitu:

Dampak Ekonomis Dampak Psikososial Dampak Pendidikan


Dampak Fisik (orang tua kehilangan (Kemampuan belajar (Kehilangan
(Meninggal Dunia, mata pencaharian, menurun, Semangat Dokumen, Kualitas
Luka- luka, cacat). kehilangan rumah, menurun, sampai ke Menurun, dan Putus
serta asset lain-nya). trauma). Sekolah).

Agar kegiatan SPAB dalam dilakukan maka anggota TAGANA perlu melakukan kajian risiko bencana
partisipatif, diantaranya: Pemetaan ancaman, kapasitas, kerentanan dan risiko).

9
Kegiatan dimulai dengan:

a) Sejarah kejadian bencana

Kegiatan penggalian informasi dan pendokumentasian sejarah kejadian bencana di sekolah.


Dilakukan Bersama anak atau guru. Dapat dilakukan melalui kerja kelompok. Peserta diminta
menuliskan berbagai informasi sejarah bencana, agar mereka mengetahui kejadian bencana
apa saja yang telah terjadi si sekolah/madrasah tersebut. Contoh pengisian dapat
mengacu pada formulir berikut:
Tuliskan dampak dari kejadian itu
Nama Sekolah : ................
secara detail: korban jiwa, luka,
Kelurahan : ................
mengungsi, korban material,
Kecamatan : ................
kerusakan fasilitas umum,
Kota : ................
aktivitas di masyarakat, dampak
Provinsi : ................
bagi Pendidikan
Pendamping : ................
Tuliskan kejadian bencana Tuliskan dari mana sumber
alam maupun non alam informasinya: mengalami
Tuliskan info mengenai yang pernah terjadi di langsung, dari orangtua, dari
tanggal, bulan dan tahun sekolah dan desa internet, dari buku, dsb
kejadian. Jika tidak
ingat, tahun saja cukup

No Tahun Kejadian Dampak Sumber Info

Merusak seluruh Cerita dari guru


bangunan dan murid yang
1. 26 Desember Gempa dan sekolah/madrasah. selamat
2004 tsunami
10 anak meninggal
dunia (5 perempuan, 5
laki-laki), serta 5
Guru meninggal (2
laki-laki, 3
perempuan)

Seluruh perlengkapan
dan fasilitas sekolah
rusak

Kegiatan belajar
mengajar terhenti
selama 3 bulan

2. 2 Januari 2018 Banjir Merendam seluruh Cerita dari guru


kelas dan murid yang
selamat
Merusak berbagai
dokumen

KBM libur selama 2


minggu

Catatan: Formulir kosong tersedia di lampiran

10
b) Pemetaan Ancaman

Kegiatan ini akan dilakukan dengan memetakan potensi ancaman bencana yang mungkin
terjadi di sekolah/madrasah. Kegiatan dapat dimulai dengan meminta peserta, baik murid
atau guru untuk menuliskan jawaban “bencana apa yang bisa terjadi di sekolah/madrasah
mereka?”. Setelah seluruh peserta menulis, maka dapat dihitung secara bersama-sama, dan
tuliskan ancaman yang paling banyak ditulis pada kolom no 1, seperti contoh pada formular
berikut ini:

Jenis Ancaman Jumlah

Banjir 10

Longsor 7

Angin putting beliung 5

Catatan: Formulir kosong tersedia di lampiran

c) Pemeringkatan Ancaman

Kegiatan ini bertujuan untuk menilai dan mengetahui ancaman bencana prioritas di
sekolah/madrasah yang di damping. Pemeringkatan dapat dimulai dengan membacakan ulang
mengenai ancaman yang paling banyak jumlah penulisannya di sesi sebelumnya. Sampaikan
bahwa seluruh peserta akan melihat mana yang paling banyak menurut beberapa faktor
pertimbangan.

Jika sudah selesai, minta beberapa anak secara sukarela untuk menghitung dan merekap hasil
pemilihan. Rekap jumlah tiap ancaman, kemudian pilih yang memiliki jumlah 3 tertinggi.
Itulah 3 ancaman prioritas versi anak anak. Gunakanlah contoh formulir dibawah ini:

Ragam
Frekuensi Dampak Prioritas Kesimpulan
Ancaman

2 kali dalam Merendam dan merusak Tinggi Karena sering


Banjir
satu tahun seluruh bangunan dan terjadi dan daya
dokumen rusak sangat
tinggi
Tidak ada KBM selama 2
minggu
1 kali dalam Merendam dan merusak Tidak terlalu
Longsor Sedang
1 tahun seluruh bangunan dan sering terjadi
dokumen

Tidak ada KBM selama 2


minggu

1 kali dalam Merusak berbagai


Angin puting
1 tahun tanaman
beliung

*pilih 3 ancaman peringkat tertinggi

11
d) Transek, atau Pengamatan langsung
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan permainan dapat dilakukan permainan yang disebut
dengan “DETEKTIF BENCANA”. Kegiatan ini Merupakan metode pengamatan secara
langsung di sekitar lingkungan sekolah dengan cara berkeliling langsung. Mencatat titik lokasi
yang menjadi ancaman bahaya di sekolah dan diberi tanda (kertas atau silang) sebagai symbol
lokasi tersebut rentan. Hasil pengamatan selama menelusuri lokasi dituangkan kedalam
contoh tabel berikut:

No. Lokasi rawan Kondisi

Sudah berkarat sehingga


1 Tiang bendera
rapuh mudah roboh

2 Sungai besar di belakang


Berpotensi meluap, jika hujan deras
sekolah/madrasah

3 Posisi sekolah/madarasah di lereng bukit.


Berpotensi longsor jika hujan deras
Tidak ada pohon untuk resapan air

4 ……… ………………

e) Kajian Kapasitas & Kerentanan:

Tingkat
No. Komponen Kerentanan Jenis Kapasitas Keterangan
Kapasitas

1 Kebijakan Banjir Surat keputusan kepala Tinggi


sekolah/Madrasah
tentang prosedur tetap
dan tim siaga bencana

Memiliki Tinggi
2 Kesiapsiagaan Banjir
perlengkapan seperti:
Alat pemadam api
ringan (APAR), Alat
pertolongan pertama.
Memiliki peta dan
jalur evakuasi,
Memilki Tim siaga
bencana
Sudah mengikuti
pelatihan SPAB
Telah melakukan
simulasi secara rutin

3 Peran Banjir Belum pernah Rendah


Masyarakat melakukan kegiatan
simulasi yang
melibatkan masyarakat
sekitar
Catatan: Komponen dapat berisi: Kebijakan, Kesiapsiagaan, dan peran masyarakat

12
2. Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana
Dalam hal kesiapsiagaan, sekolah/madrasah perlu mempersiapkan berbagai perlengkapan
yang siap dipakai ketika terjadi bencana, atau dapat menjadi perlengkapan yang digunakan
untuk simulasi.

a) Mengidentifikasi peralatan kesiapsiagaan bencana


Satuan pendidikan sebaiknya memiliki peralatan kesiapsiagaan keselamatan minimum:

Pelampung (untuk sekolah/


madrasah dengan ancaman Tambang
Alat Pemadam Api Ringan bencana banjir, tsunami)

JALUR
EVAKUASI

Rambu Kebencanaan Kotak Peralatan Pertama Megaphone

b) Perlengkapan pribadi
Dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana secara individu bagi peserta didik
dan tenaga kependidikan lainnya, maka baik peserta didik dan tenaga
kependidikan juga perlu mempersiapkan peralatan sebagai berikut:

Adaptasi Kebiasaan
Baru Starter Pack

Saat keluar rumah (ke sekolah, berbelanja, pergi kerja, dan lain lain)

Memakai helm pribadi Alat makan dan


Masker dan satu bekal pribadi
saat naik ojek
masker cadangan

Handsanitizer

Tisu kering & Alat ibadah pribadi


tisu basah

Obat-obatan pribadi
Botol minum

Kantong untuk sampah


Kantong belanja
Hal-hal yang tetap perlu diperhatikan:

Gunakan masker Lakukan etika batuk Makan makanan


bila keluar rumah dan bersin yang baik bergizi dan seimbang

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Predikt, silahkan kunjungi/follow


predikt.id predikt www.predikt.id

13
c) Peralatan Dalam Situasi COVID-19

Alat Tempat cuci Ruang kesehatan Penyediaan Hand Penataan meja


pendeteksi tangan dan sabun yang cukup dan sanitizer bagi ruang kelas yang
suhu tubuh dengan air memiliki peralatan sekolah yang sulit berjarak dan
mengalir kesehatan, mendapatkan air terlindung antar
utamanya untuk bersih untuk cuci siswa/siswi
isolasi warga sekolah tangan anak.
dengan gejala
COVID-19

Penggunaan Pemanfaatan Pemanfaatan Pemantauan Pengaturan


masker dan ruang belajar ruang terbuka kondisi waktu belajar
penutup dengan sirkulasi kesehatan
wajah udara yang baik yang rutin
(disarankan
membuka
jendela)

d) Daftar periksa Kesiapsiagaan


Dalam pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan, dapat mengacu kepada daftar berikut:

14
e) Pembentukan Tim Siaga bencana (TSB)
Pembentukan TSB perlu dilakukan secara partisipatif, yang keanggotaannya terdiri
dari: perwakilan murid, guru, komite sekolah, tokoh masyarakat, yang seluruh
proses dipimpin oleh kepala sekolah. Dalam pembentukan TSB, dapat
menggunakan contoh susunan dibawah ini. Namun susun dapat disesuaiakan
dengan kondisi dan kebutuhan dimasing-masing sekolah dan madrasah:

JABATAN DALAM TIM NAMA JABATAN DI


SIAGA BENCANA SEKOLAH

PENANGGUNGJAWAB:

KOORDINATOR PELAKSANA:

BIDANG EVAKUASI:
- Koordinator
- Anggota

BIDANG PERTOLONGAN PERTAMA


- Koordinator:
- Anggota:

BIDANG LOGISTIK
- Koordinator:
- Anggota:

BIDANG PERINGATAN DAN INFORMASI


- Koordinator:
- Anggota:

f) Pembuatan Prosedur Tetap (Protap)


Sekolah dan madrasah juga harus menyusun prosedur tetap, dapat menggunakan formulir
berikut:

Jika ada tanda tanda,

Siapa Melakukan apa Kapan Dimana Bagaimana caranya

Saat kejadian bencana


Siapa Melakukan apa Kapan Dimana Bagaimana caranya

Sesaat setelah terjadi bencana

Siapa Melakukan apa Kapan Dimana Bagaimana caranya

15
g) Pengenalan Dukungan Psikososial
Dukungan psikososial dalam situasi pra bencana, bertujuan untuk membangun ketangguhan dalam
diri peserta didik maupun guru. Ketangguhan menjadi modal untuk bisa pulih dengan cepat pasca
bencana. Ketangguhan adalah kemampuan atau kapasitas seseorang untuk dapat mencegah,
meminimalkan atau mengatasi dampak buruk atau negatif dari situasi sulit (salah satunya adalah
bencana) yang dialaminya.

Cara membangun ketangguhan secara sederhana dapat menggunakan metode partisipatif dan
aktivitas yang ada (baik dalam hal analisis risiko, peta dan jalur evakuasi atau simulasi bencana)
untuk membangun ketangguhan dalam diri peserta didik. Setiap kali selesai melakukan aktivitas
bersama peserta didik, Tagana dapat menggali dua hal kunci yang membangun ketangguhan, yaitu
“APA YANG SAYA DAPAT LAKUKAN”dan “SIAPA TEMAN YANG”. Setelah melakukan simulasi
bencana, misalnya, peserta didik dapat diajak untuk mendiskusikan hal ini:

Apa yang saya dapat lakukan Siapa teman yang bisa


untuk tetap tenang selama membantu saya ketika
evakuasi dilakukan? simulasi?

Apa yang saya dapat lakukan untuk Siapa teman yang bisa saya
membantu teman saya yang ikuti dan saya percaya ketika
kesulitan dalam simulasi tadi? simulasi?

Tujuan penggalian ini adalah untuk membangun perasaan kendali atau mampu mengatasi situasi
serta menemukan pihak-pihak yang dapat membantu atau melindungi peserta didik selama proses
evakuasi (misalnya). Perasaan kendali dan dukungan dari pihak lain adalah dua hal yang dapat
membangun ketangguhan dalam diri peserta didik. Sebagai contoh, fasilitator Tagana juga dapat
melakukan beberapa kegiatan psikososial berikut:

No. Kegiatan Kategori Tujuan Kegiatan Durasi


Usia
Mencairkan Suasana & Perkenalan
Ada Berita apa 30
1 Hari Ini? 6-12 tahun Anak-Anak bisa menceritakan
kepada teman sebayanya terkait menit
apa yang dirasakan
Membiasakan Anak untuk
Ketika Ia Mengekspresikan Emosi, 45
2 6-12 tahun menit
Merasa…. menumbuhkan empati

Mengekspresikan Emosi
Surat untuk 30
3 Sahabat 6-12 tahun menit

Membiasakan Anak untuk


Jelajah mengetahui langkah-langkah 2
4 6-12 tahun
jam
Sekitarmu… yang bisa dilakukan saat terjadi
bencana, ex : Gempa

Secara detail berbagai teori dan kegiatan mengenai dukungan psikologis awal, relaksasi. Dapat
ditemukan dalam pedoman yang telah di buat oleh TearFund, atau bisa merujuk kepada Pedoman
Pendidikan dalam situasi darurat, Kemendikbud, yang dapat diakses melalui:
https://spab.kemdikbud.go.id/?wpdmpro=pedoman-pendidikan-dalam-situasi-bencana-2

16
3. Peta dan Jalur Evakuasi
Sekolah dan Madrasah juga perlu menyusun peta dan jalur evakuasi agar pada saat
terjadi bencana, warga sekolah/madrasah dapat mengetahui cara dan jalan yang akan
di lalui untuk evakuasi.

Anggota TAGANA, sebagai pendamping perlu menyampakan kepada Guru, dan siswa/i,
bahwa pengertian peta dan jalur evakuasi adalah: Kumpulan dari titik-titik, garis-garis,
dan area-area yang didefinisikan oleh lokasinya dengan sistem koordinat tertentu dan
oleh atribut berwujud/ fisikalnya(Perka no 2/2012, Pedoman umum Pengkajian risiko
bencana). Peta yang di susun akan bermanfaat untuk:

Menarik hubungan antara berbagai sumber daya dan ancaman


Melakukan identifikasi kritis mengenai letak, besaran, sebaran atas komponen pent-
ing kapasitas, kerentanan, sumber daya dan sumber ancaman.
Terpetakannya kapasitas dan kerentanan.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penyusunan peta: Pengumpulan Data,


Rancangan Peta Awal, Pengamatan Lapangan & Verifikasi, Rancangan, Peta Akhir, Disain
Peta, dan Sosialisasi.

Dibawah ini berbagai contoh peta yang dapat dijadikan rujukan.

a Contoh Peta Jalur Evaluasi

KALI CILIWUNG
PETA JALUR
EVAKUASI
U
SDN KOTA BAMBU 01-02,
TITIK KUMPUL JAKARTA BARAT
B T

DAMKAR
SDN Kota Bambu
S 01-02

DAMKAR

Damkar

Rumah Penduduk
SDN KOTA BAMBU
02-03

Kali Ciliwung
JL.PLN

Tempat Berkumpul

Ruas Jalan

Jalur Evakuasi

17
b Jalur dan Rambu Evakuasi
Jalur Evakuasi merupakan lintasan atau jalan yang dapat dilalui dengan aman, baik
oleh manusia maupun kendaraan yang dirancang untuk dilalui pada waktu terjadi
bencana (SNI Jalur evakuasi tsunami, 2012). Dalam keadaan darurat, jalur
evakuasi menjadi sangat penting dan mutlak untuk diletakkan sebgai petunjuk arah
/ rambu jalur vakuasi untuk gedung bertingkat, rumah sakit, pabrik, sekolah dan
segala banana seperti kebakaran, gempa bumi, banjir, dll. (BSN, 2001).

Sedangkan rambu evakuasi adalah: merupakan keterangan berupa lambang,


huruf, angka, kalimat dan atau perpaduannya, yang berfungsi untuk menjelaskan
atau memberi petunjuk evakuasi bagi setiap orang. (Perka BNPB No 7 / 2015).

Dengan adanya Jalur dan rambu evakuasi ini maka guru, siswa/I di
sekolah/madrasah akan:

Mengetahui Mengetahui
karakteristik banyak jalan
jalan kecil
(lebar jalan, kondisi, yang menghubungkan
tingkat elevasi) pada jalan utama yang
dijadikan jalur evakuasi

Agar saat ada bencana


kita bisa langsung Saat penyelamatan diri

menyelamatkan tidak terkena


diri lewat jalur reruntuhan
yang sudah bangunan atau
dinyatakan aman pohon

18
c Kriteria Menentukan Jalur Evakuasi

Tidak berada di sekitar Mudah dilalui Jalurnya singkat dan


bangunan yang mudah kendaraan atau alat langsung sampai ke
runtuh angkut tempat terbuka

Mudah Dijangkau Jauh dari pepohonan


maupun tiang listrik,
dan papan baliho

d Spesifikasi Rambu Evakuasi


Rambu evakuasi memiliki warna dasar hijau, garis tepi putih,
lambang putih dan warna huruf atau angka putih (Perka BNPB No
7/2015)

J A LUR EVA KUA S I TEMPAT PENGUNGSIAN 750


EVACUATION ROUTE STAD I ON MAGU WO m

Petunjuk arah jalur evakuasi Petunjuk tempat pengungsian

D
E B
Ukuran
Minimal Maksimal
(mm)

A 400 775
Area Huruf, Angka dan Simbol A B 150 150
C 1150 1800
D 20 25
C
E 50 75

19
e Titik Kumpul

Adalah sebuah area terbuka di dekat pusat-pusat lingkungan pemukiman


yang apabila terjadi bencana maka menjadi titik pertemuan penduduk yang
hendak diungsikan ke tempat yang lebih aman, yaitu tempat evakuasi
sementara.

Titik kumpul terdiri dari 2 komponen, yaitu titik kumpul, dan titik
pengungsian sementara dengan spesifikasi; memiliki warna dasar putih,
garis tepi biru, lambang hitam dan warna huruf atau angka hitam (Perka
BNPB No 7/2015)

Ukuran
Kecil Sedang Besar Sangat
(mm)
Besar

A 500 600 750 900


B 400 500 600 750
C 50 50 50 75
D 90 120 150 180
E 37 37 47 56

f Rambu dan Jalur Evakuasi yang Inklusif


Pembuatan rambu sebaiknya dengan prinsip inklusif, agar dapat diakses
oleh semua orang tanpa terkecuali, berikut ini beberapa petunjuk yang
dapat di gunakan:

Bagi orang dengan hambatan pendengaran


Pastikan rambu-rambu evakuasi yang terpasang memiliki
visualisasi yang jelas (tidak terlalu banyak tulisan)
Bagi orang dengan
hambatan mobilitas
Tersedia pegangan
tangan di beberapa titik
jalur evakuasi (misal: Bagi orang dengan
pada jalanan naik/ hambatan penglihatan
menurun).
Adanya petunjuk yang dapat
Pastikan jalur evakuasi
diraba (dilengkapi huruf
dapat dilalui pengguna
Braille)
kursi roda dengan aman
Petunjuk dengan ukuran
tulisan besar dan warna
kontras
Pencahayaan yang baik di
sepanjang jalur evakuasi

20
4. Simulasi Bencana

1 Kegiatan yang diciptakan seolah olah nyata


a DUA PENGERTIAN dengan maksud untuk menguji prosedur tetap
(PROTAP) yang telah disusun dan disepakati.
SIMULASI
/GLADI 2 Merupakan alat atau instrumen untuk menguji
tingkat pengetahuan, pemahaman, respon dan
tindakan warga (sekolah) ketika akan, saat dan
pasca terjadi bencana.

b TUJUAN SIMULASI
Menguji tingkat kesiapsiagaan warga
sekolah menghadapi bencana
SEKOLAH/
Mengingkatkan pengetahuan tentang MADRASAH
cara-cara penyelamatan diri ketika SIAGA
bencana terjadi BENCANA

Membentuk sikap disiplin dan budaya


aman bencana bagi seluruh warga
sekolah
Memastikan sistem komunikasi dan
koordinasi di masa darurat dapat
berjalan dengan baik

c TAHAPAN SIMULASI DAN PERENCANAAN TEKNIS


Pelaksanaan simulasi dimulai dengan melakukan:

Pembentukan tim perencana

Penyusunan rencana simulasi yang berisi : waktu kejadian, tingkat keparahan


kejadian, situasi saat kejadian bencana, dampak bencana, yaitu korban
manusia dan kerusakan sarana/prasarana sekolah
Perencanaan
Tentukan sifat simulasi:
A. Terbuka, artinya semua warga sekolah mengetahi bahwa akan ada simulasi
B. Tertutup, artinya hanya sekelompok komite yang merencanakan simulasi tanpa
memberi tahu

1. Menentukan siapa saja peserta dan berapa jumlahnya


2. Menentukan titik pemasangan perlengkapan simulasi
3. Mengidentifikasi peserta simulasi
4. Mengidentifikasi perlengkapan yang diperlukan dalam melakukan simulasi
Persiapan 5. Menyiapkan perlengkapan dan tahapan simulasi
Teknis 6. Pengecekan ulang rencana dan alat
7. Memastikan semua warga sekolah terlibat simulasi
8. Membagikan skenario kepada seluruh pihak perencana dan peserta untuk dipelajari

Pelaksanaan Seluruh tim dan peserta melakukan simulasi

Evaluasi dan
1. Melakukan evaluasi bersama seluruh tim
Rencana Tindak
2. Menentukan rencana tindak lanjut berikutnya
Lanjut

21
d PESERTA SIMULASI

KOMPONEN KOMPONEN
UTAMA KEDUA

Guru, Murid (Tim Siaga Pemerintah Desa, Tentara,


Bencana), Karyawan, Orangtua Polisi, PMI, Lembaga Swadaya
Siswa, atau Komite sekolah. Masyarakat, masyarakat
sekitar.

Mendiskusikan dan Melakukan simulasi


Menjelaskan konsep
menyusun skenario bencana di lingkungan
simulasi bencana
untuk simulasi bencana sekitar atau sekolah

e PRINSIP SIMULASI
Lakukan sesuai SOP, seluruh rangkaian Bisa dibuat tingkat kesulitan
adalah proses pembelajaran berjenjang: mudah- sedang- sulit
Lakukan perencanaan, persiapan, Tetap patuhi protokol pencegahan
pelaksanaan, evaluasi Covid-19 : Pakai masker, jaga jarak,
Berikan perhatian khusus kepada warga cuci tangan dengan sabun sebelum/
sekolah dan kelompok rentan. setelah kegiatan (siapkan hand
sanitizer)
Gunakan prinsip cepat, tepat, selamat

f EVALUASI PELAKSANAAN
Setelah simulasi dilakukan, segeralah melakukan simulasi dengan seluruh tim dan
perwakilan peserta dengan mengacu pada pertanyaan kunci sebagai berikut:

Apakah peserta memahami Apakah seluruh orang


tujuan dari latihan? mematuhi protokol Kesehatan
pada masa COVID-19?

Siapa saja yang berperan


aktif dalam latihan?
Apa hal-hal yang sudah
baik, dan hal-hal yang
masih perlu diperbaiki?
Bagaimana kelengkapan
peralatan pendukung
latihan?
Berapa lama waktu yang
diperlukan untuk melakukan
tindakan-tindakan di dalam
Bagaimana respons setiap langkah latihan?
peserta latih?

22
h Pembuatan Rencana Tindak Lanjut

Penyusunan rencana tindaklanjut (RTL) perlu dilakukan untuk memastikan


keberlanjutan kegiatan di sekolah/madrasah yang telah di-damping.
Format RTL berikut dapat digunakan sebagai rujukan

Nama :
Nama Sekolah :
Kabupaten :
Telepon :

NO. AGENDA WAKTU SIAPA YANG METODE


(T/B/T) TERLIBAT Daring/Luring

1. Konsolidasi tingkat sekolah


sosialisasi SPAB dan rencana
implementasi
2. Pelatihan SPAB untuk guru
3. Pelatihan SPAB untuk murid
4. Kajian Risiko Bencana
partisipatif
5. Pembentukan Tim Siaga
Bencana (TSB)
6. Penyusunan Standar Operasi
Prosedur (SOP)
7. Pemasangan rambu evakuasi
8. Simulasi
9. Penyusunan rencana aksi
sekolah

Cara Pengisian :
1. Diskusikanlah perencanaan ini dengan kepala sekolah dan pewakilan guru
yang lain, baik secara daring atau tatap muka
2. Membuat perencanaan kegiatan dan waktu yang dapat dapat dicapai oleh
sekolah masing-masing

23
J. Referensi dan Dokumen Rujukan

Penyusunan panduan praktis ini merujuk kepada beberapa dokumen dan


tautan dibawah ini. Sehingga dapat menjadi rujukan untuk informasi
yang lebih detail. Di antaranya:

NO. JUDUL

1. GADRRRES, G. A. (2017). Kerangka Kerja Global Untuk Sekolah Aman Yang


Komprehensif Global Alliance for Disaster Risk Reduction Resilience in the Education
Sector (GADRRRES)

2. BNPB, B. N. (2015). Peraturan Kepala BNPB No 07 Tahun 2015 Tentang Rambu dan
Papan Informasi Bencana . Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

3. BNPB (2020). Panduan Teknis Fasilitasi SPAB Bagi Fasilitator Pemula. Jakarta: Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

4. Kemendikbud. (2018). Petunjuk teknis penerapan SMAB bagi satuan pendidikan reguler
dan khusus. Kemendikbud.

5. Kemendikbud. (2019). Pendidikan Tangguh Bencana-Mewujudkan Satuan Pendidikan


Aman Bencana di Indonesia. Jakarta: SEKNAS SPAB Kemendikbud.

6. Kemendikbud. (2019). Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud),


nomor 33, tahun 2019, tentang Penyelenggaraan Program Satuan pendidikan Aman
Bencana. Jakarta: 2019.

7. Kemendikbud-UNICEF. (2015). Modul 1 – 3 Sekolah Aman. Kemendikbud-UNICEF.

8. Kemendikbud. (2019). Pedoman Penyelanggaraan Pendidikan dalam situasi darurat

Seluruh referensi dapat diunduh di website


SEKNAS SPAB (spab.kemendikbud.go.id)
Atau dengan scan QR Code di samping ini

24
J. Lampiran-Lampiran

a Sejarah Kejadian Bencana

Nama Sekolah : .........................


Kelurahan : .........................
Kecamatan : .........................
Kota : .........................
Provinsi : .........................
Pendamping : .........................

Sumber
No. Tahun Kejadian Dampak
Info

KETERANGAN :

Tahun
Tuliskan info mengenai tanggal, bulan, dan tahun kejadian. Jika tidak ingat, tahun saja cukup

Kejadian
Tuliskan kejadian bencana alam maupun non alam yang pernah terjadi di sekolah dan desa

Dampak
Tuliskan dampak dari kejadian itu secara detail; Korban jiwa, luka, mengungsi, korban material, kerusakan
fasilitas umum, aktivitas masyarakat, dampak bagi pendidikan.

Sumber Info
Tuliskan dari mana sumber informasinya; Mengalami langsung, dari orang tua, dari internet, dari buku, dsb

25
a Pemetaan Ancaman

Nama Sekolah : .........................


Kelurahan : .........................
Kecamatan : .........................
Kota : .........................
Provinsi : .........................

Jenis Ancaman Jumlah

KETERANGAN :
Dilakukan dengan meminta peserta didik dan/atau guru untuk menjawab
pertanyaan: “Bencana apa saja yang bisa terjadi di sekolah/madrasah kita?

Jawaban pertanyaan dapat ditulis oleh masing-masing peserta dan


kemudian jawaban ditulis ke dalam formulir secara bersama-sama.

26
a Pemeringkatan Ancaman

Ragam
Ancaman Frekuensi Dampak Prioritas Kesimpulan

KETERANGAN :
Prioritisasi dapat dilakukan dengan menyebutkan kembali ancaman yang paling
banyak disebutkan oleh peserta disesi sebelumnya (b. Pemetaan Ancaman
Bencana)
Sampaikan bahwa dalam proses ini, seluruh peserta akan melihat ancaman
bencana yang paling banyak disebutkan.
Jika sudah selesai, ajak beberapa peserta didik untuk menghitung dan merekap
hasil jawaban. Rekap jumlah tiap ancaman bencana, kemudian pilih 3 (tiga)
bencana yang memiliki jumlah angka tertinggi; ketiga bencana itulah yang
kemudian akan didiskusikan sebagai ancaman prioritas versi peserta didik.

27
a Transek atau Pengamatan Langsung

Nama Sekolah : .........................


Kelurahan : .........................
Kecamatan : .........................
Kota : .........................
Provinsi : .........................

No. Lokasi Rawan Kondisi

KETERANGAN :
Kegiatan ini merupakan metode pengamatan secara langsung ke lingkungan
sekolah dengan cara berkeliling di area sekolah.

Mencatat titik lokasi yang menjadi ancaman bahaya,dan memberi tanda (kertas
atau silang) sebagai simbol kerentanan lokasi tersebut.

28
b Kajian Kapasitas dan Kerentanan

Nama Sekolah : .........................


Kelurahan : .........................
Kecamatan : .........................
Kota : .........................
Provinsi : .........................

Jenis Tingkat
No. Komponen Ket.
Kapasitas Kapasitas

KETERANGAN :
Kegiatan kajian kapasitas dapat dimulai dengan penjelasan mengenai pengertian
dan pentingnya kajian risiko.
Dilanjutkan dengan apa saja komponen kajian risiko dan menyampaikan kapan,
mengapa, dan siapa yang melakukan.
Setelah itu, minta peserta memulai diskusi kelompok dengan mengisi tabel.
Tingkat kapasitas ditentukan secara kualitatif berdasarkan penilaian seluruh
warga sekolah. Penentuan menggunakan skala : 1). Tinggi, 2). Sedang. 3).
Rendah.

29

Anda mungkin juga menyukai