DASAR MANAJEMEN
BENCANA
Diterbitkan oleh
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
Sanggahan
Penyusunan Modul didukung oleh Perkumpulan Lingkar Anggota Konsorsium
Program Technical Assisstance and Training Teams (TATTs) melalui pendanaan
USAID/OFDA. Pandangan yang dinyatakan dalam dokumen ini tidak serta merta
mencerminkan opini resmi USAID/OFDA.
Modul ini merupakan pengembangan dari “Bahan Bacaan Peserta; Pelatihan
Dasar Penanggulangan Bencana” (BNPB 2012), sebagian isi bersumber dari
modul/bahan bacaan peserta tersebut.
Modul ini berisi 6 (enam ) bagian, yaitu (1) Kebencanaan; (2) Dasar
Dasar Penanggulangan Bencana; (3) Manajemen Penanggulangan
Bencana; (4) Manajemen Logistik dan Peralatan; (5) Manajemen
Data dan Informasi; dan (6) Manajemen Kerjasama Multipihak dalam
Penanggulangan Bencana. Diharapkan setelah mempelajari materi
modul ini peserta dapat memahami penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana di Indonesia.
MODUL KEBENCANAAN
BAB I
PENDAHULUAN —3
BAB II
KONSEP BENCANA —5
BAB III
KARAKTERISTIK BENCANA —19
BAB IV
PENUTUP —24
LAMPIRAN
PENGARUSUTAMAAN INKLUSI DISABILITAS PADA
PENANGGULANGAN BENCANA —179
PIAGAM INKLUSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM
TINDAKAN KEMANUSIAAN —195
BAHAN RUJUKAN —201
MODUL KEBENCANAAN
Diklat Dasar
Badan Nasional Manajemen Bencana
Penanggulangan 1 1
DIKLAT DASAR MANAJEMEN BENCANA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis. Jika kita mencermati, maka kita
mendapati tiga komponen dalam pengertian-pengertian di atas,
yaitu bencana, kejadian mengancam (bisa alam maupun non
alam), dan faktor manusia. Implikasinya adalah bencana dan
kejadian ancaman (selanjutnya disebut ancaman) merupakan
dua hal yang berbeda, ancaman dapat menjadi bencana apabila
manusia dalam kondisi rentan dan tidak memiliki kemampuan
menghadapi ancaman atau kerentanan terhadap bencana.
Setiap jenis bencana mempunyai karakteristik yang berkaitan
dengan masalah yang diakibatkannya dimana penetapannnya
ditentukan oleh komponen penyebab bencana itu sendiri
dan besarnya dampak yang ditimbulkan. Secara keseluruhan
karakteristik bencana di Indonesia dipengaruhi oleh posisi geologis,
posisi astronomis, dan perilaku manusianya yang menghasilkan
berbagai bencana, yaitu banjir, tanah longsor, kekeringan,
kebakaran hutan dan lahan, angin badai, gelombang badai/
pasang, gempa bumi, letusan gunung api, kegagalan teknologi,
dan wabah penyakit.
B. Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini berjudul Kebencanan yang isinya membahas konsep
bencana dan karakteristik bencana.
benar.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami
konsep bencana dan karakteristik bencana..
E. Petunjuk Belajar
Agar peserta diklat berhasil menguasai bahan ajar ini dengan baik,
ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut :
Bagi peserta diklat
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan bahan ajar ini,
sampai peserta diklat memahami betul apa, untuk apa, dan
bagaimana mempelajari bahan ajar ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata kata kunci
dan kata – kata yang peserta diklat anggap baru. Kemudian cari
dan baca pengertian kata – kata kunci dalam daftar Singkatan
Modul ini atau dalam kamus Bahasa Indonesia.
3. Bila ada kesulitan, diskusikan dengan teman peserta diklat dan
tanyakan kepada widyaiswara.
BAB II
KONSEP BENCANA
A. Pengertian Bencana
ANCAMAN: BENCANA:
Suatu kejadian yang Suatu peristiwa yang
berpotensi merusak bentuk- disebabkan oleh alam atau
bentuk fisik, tanda-tanda alam ulah manusia, yang dapat
atau kegiatan manusia yang terjadi secara tiba-tiba
menyebabkan kehilangan atau perlahanlahan, yang
nyawa atau terluka, kerusakan menyebabkan hilangnya jiwa
harta benda, gangguan manusia, kerusakan harta
sosial dan ekonomi atau benda dan lingkungan, di mana
kerusakan lingkungan (UN- masyarakat setempat dengan
ISDR–Strategi Internasional segala kemampuan dan
Persatuan Bangsa-Bangsa sumberdayanya tidak mampu
untuk Pengurangan Risiko untuk menanggulanginya.
Bencana).
KERENTANAN:
Kerentanan adalah serangkaian kondisi yang terjadi atau kon-
sekuensi dari sebuah kondiri yang berakibat buruk pada kemam-
puan masyarakat mencegah, melakukan memitigasi, memper-
siapkan untuk menghadapi kejadian ancaman.
2. Tsunami
Tsunami adalah serangkaian gelombang air laut besar hingga
menghantam pesisir dengan kecepatan tinggi. Tsunami terjadi
karena adanya aktivitas di dasar laut yang disebabkan oleh
lentingan lempeng di bawah laut, letusan gunung api di bawah
laut, maupun longsor yang terjadi di dasar laut. Ciri – ciri umum
terjadinya tsunami adalah gempa bumi, letusan gunung api atau
jatuhnya meteor di dasar laut yang menimbulkan gelombang besar
menuju pesisir laut. Getaran sebelum tsunami dapat dirasakan
sebelum tsunami datang, namun juga tidak dapat dirasakan
sebelumnya atau biasanya disebut tsunami kiriman. Di laut dalam,
gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000
km per jam setara dengan kecepatan pesawat terbang.
4. Banjir
5. KEKERINGAN
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu
daerah dalam masa yang berkepanjangan, beberapa bulan
hingga bertahun-tahun. Biasanya kejadian ini muncul bila suatu
wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah
rata- rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan
kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat
Gambar 7. BNPB dan BPBD memberikan bantuan air bersih kepada warga
7. TANAH LONGSOR
BAB III
KARAKTERISTIK BENCANA
Indikator Bencana
Untuk mengetahui karakteristik dari berbagai ancaman, ada
beberapa indikator yang digunakan (misalnya menggunakan
banjir sebagai contoh):
1. Pemicu
Apa yang menjadi penyebab ancaman? Dalam konteks banjir,
penyebabnya adalah curah hujan yang tinggi dan volume
air yang melebihi kemampuan peresapan air oleh tanah
dan melampaui daya tampung kanal, sungai, dan sarana
penampungan lain.
2. Unsur – unsur yang mengancam
Bagian apa dari ancaman yang membahayakan bagi manusia,
hewan ternak, dan harta benda? Untuk banjir, unsur yang
mengancam antara lain derasnya aliran air, tingginya air yang
meluap, kayu dan benda lain yang hanyut.
8. Akibat Kerusakan
Apa kerugian atau kerusakan yang muncul? Banjir dapat
menyebabkan kematian, luka-luka, rusak dan hilangnya
harta benda, rusaknya lahan pertanian dll tergantung dari
besarnya banjir.
9. Akar Penyebab
Apa yang menjadi akar penyebab bencana (mengapa ancaman
banjir menjadi bencana bagi masyarakat yang terkena)?
Akar penyebab banjir tergantung pada dinamika di wilayah
yang terkena. Beberapa penyebab antara lain penebangan
hutan di daerah yang lebih tinggi, penyempitan daerah aliran
sungai, dan tidak adanya sistem peringatan dini. Di wilayah
lain, penyebabnya adalah kurangnya resapan air, mampatnya
gorong gorong, dan kurangnya sarana penampungan air
seperti situ dan waduk.
Karakteristik suatu ancaman tertentu di sebuah daerah tentu
saja berbeda dari daerah lain. Banjir di suatu daerah memiliki
karakteristik yang berbeda dengan daerah lain. Begitu juga dengan
ancaman-ancaman lainnya. Di sini, penting sekali bagi pemerintah
dan masyarakat untuk mengidentifikasikan karakteristik spesifik
dari ancaman di wilayahnya, dan tidak berhenti pada memahami
karakteristik dari ancaman secara umum. Karakteristik bencana
dapat diidentifikasikan dengan mengetahui sejarah bencana di
wilayah yang bersangkutan. Pemahaman ancaman secara spesifik
akan membantu masyarakat dalam menentukan strategi-strategi
pengurangan risiko bencana di wilayahnya. Oleh karena itu, latihan
mengidentifikasikan karakteristik ancaman di wilayahnya sangat
penting bagi peserta pelatihan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara geografis Indonesia merupakan kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu : Benua Asia,
Benua Australia, Lempeng samudera Hindia dan lempeng Samudera
Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk
vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari pulau Sumatera-
Jawa- Nusa Tenggara– Sulawesi yang sisinya berupa pegunungan
vulkanik tua dan dataran rendah yang didominasi rawa- rawa.
Kondisi tersebut berpotensi sekaligus rawan bencana letusan
gunun berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.
Data menunjukan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki tingkat kegempaan yang sangat tinggi di dunia,
lebih dari 10 kali tingkat kegempaan di Amerika Serikat.
Dengan semakin banyak peserta dari BPBD mengetahui dan
mengerti upaya pengurangan resiko bencana maka akan menjadi
kekuatan tersendiri bagi daerah dalam meningkatkan kapasitas
lokal. Bahan ajar dalam pelatihan ini berisi materi yang sangat
krusial dan dipertlukan dalam pencapaian tujuan tersebut diatas.
Catatan:...................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanggulangan bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi
aspek perencanaan dan penanganan bencana sebelum, saat
dan sesudah terjadi bencana yang mencakup pencegahan,
pengurangan (mitigasi), kesiapsiagaan, tanggap darurat dan
pemulihan. Tujuan penanggulangan bencana untuk melindungi
masyarakat dari bencana dan melindungi dari dampak yang
ditimbulkannya. Penanggulangan Bencana menganut prinip-
prinsip sebagai berikut: cepat dan tepat; prioritas; koordinasi dan
keterpaduan; berdaya guna dan berhasil guna; transparansi dan
akuntabilitas; kemitraan; pemberdayaan; nondiskriminatif; dan
nonproletisi.
Sistem penanggulangan bencana adalah sistem pengaturan yang
menyeluruh tentang kelembagaan, penyelenggaraan, tata kerja
dan mekanisme serta pendanaan dalam PB. Sistem ini ditetapkan
dalam pedoman/panduan atau peraturan dan perundang-
undangan. Di Indonesia sistem PB didasarkan pada kelembagaan
yang ditetapkan oleh pemerintah. Sistem Nasional PB berupaya
untuk menuju penanggulangan bencana yang tepat di Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007. Dengan
dikeluarkannya undang-undang tersebut telah terjadi perubahan
yang signifikan dalam pengelolaan bencana dari tingkat nasional
hingga daerah, diantaranya dalam hal hukum, peraturan dan
perundangan, kelembagaan, perencanaan, penyelenggaraan PB,
pengelolaan sumber daya dan pendanaan.
B. Deskripsi Materi
Modul Dasar – Dasar Penanggulangan Bencana membahas
mengenai pemahaman yang komprehensif terhadap prinsip -
prinsip bencana dan sistem penanggulangan bencana.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami
Prinsip dan sistem
E. Petunjuk Belajar
Agar peserta diklat berhasil menguasai bahan ajar ini dengan baik,
ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut :
Bagi peserta diklat
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan bahan ajar ini, sampai
peserta diklat memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana
mempelajari bahan ajar ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata kata kunci
dan kata – kata yang peserta diklat anggap baru. Kemudian cari
dan baca pengertian kata – kata kunci dalam daftar Singkatan
Modul ini atau dalam kamus Bahasa Indonesia.
3. Bila ada kesulitan, diskusikan dengan teman peserta diklat dan
tanyakan kepada widyaiswara.
BAB II
PRINSIP-PRINSIP
PENANGGULANGAN BENCANA
Manajemen Bencana
Manajemen Risiko
Bencana
2. Manajemen Kedaruratan
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan
penekanan pada faktor-faktor pengurangan jumlah kerugian dan
korban serta penanganan pengungsi saat terjadinya bencana
dengan fase nya yaitu:
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana.
3. Manajemen Pemulihan
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan
penekanan pada faktor- faktor yang dapat mengembalikan
kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana
dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan
sarana secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh
setelah terjadinya bencana dengan fase-fasenya nya yaitu :
Gambar 14. Gotong royong perbaikan rumah, pasca erupsi Gunung Kelud
jiwa manusia.
3. Koordinasi – Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah
bahwa penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi
yang baik dan saling mendukung.
4. Keterpaduan – Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan”
adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai
sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang
baik dan saling mendukung.
5. Berdaya Guna – Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya
guna” adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat
dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya
yang berlebihan.
6. Berhasil Guna – Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna”
adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil
guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan
tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
7. Transparansi - Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi”
adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara
terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
8. Akuntabilitas – Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas”
adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara
terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan
hukum.
9. Kemitraan - Cukup jelas.
10. Pemberdayaan – Cukup jelas.
11. Nondiskriminasi – Yang dimaksud dengan “prinsip
nondiskriminasi” adalah bahwa negara dalam penanggulangan
bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap
jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.
12. Nonproletisi – Yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah
bahwa dilarang menye barkan agama atau keyakinan pada saat
keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan
dan pelayanan darurat bencana.
1. SPHERE
a) Piagam Kemanusiaan
Dalam Bab Piagam Kemanusiaan SPHERE, secara ringkas
piagam ini dapat dipahami sebagai point – point berikut :
• Komitmen lembaga-lembaga terhadap pemenuhan standar
minimum dalam melakukan respon bencana.
• Berisi persyaratan paling mendasar bagi kelangsungan
hidup dan martabat orang yang terkena dampak bencana.
• Memastikan Akuntabilitas upaya-upaya bantuan
kemanusiaan.
Piagam Kemanusiaan (Humanitarian Charter) disusun
berdasarkan 3 prinsip berikut :
• Hak untuk Kehidupan yang bermartabat
• Hak untuk perlindungan dan keselamatan
• Hak untuk menerima bantuan kemanusiaan
Dimana dalam piagam ini ada penjelasan khusus tentang
prinsip-prinsip khusus dalam konteks “Konflik bersenjata”,
tentang prinsip “Pembedaan antara pemanggul senjata dan
yang bukan”; dan “Prinsip tidak mengusir paksa”.
b) Prinsip Perlindungan
Dalam suatu aksi kemanusiaan sebenarnya terdiri dari
dua pilar utama yaitu : perlindungan dan bantuan. Prinsip
Perlindungan dalam SPHERE adalah sebagai jawaban bahwa
orang yang mendapat ancaman atau bahaya dalam suatu
bencana atau konflik harus tetap mendapat perlindungan.
Prinsip ini akan menjadi panduan bagi lembaga kemanusiaan
bagaimana mereka menyelenggarakan perlindungan dalam
suatu aksi kemanusiaan.
Ada empat prinsip perlindungan dasar dalam suatu aksi
kemanusiaan dalam SPHERE yaitu :
• Menghindari terjadinya bantuan kemanusiaan yang semakin
menyengsarakan orang yang terkena dampak bencana.
• Memastikan setiap orang memiliki akses terhadap bantuan
G. Rangkuman
1. Penanggulangan bencana dapat didefinisikan sebagai segala
upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka upaya
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan
pemulihan berkaitan dengan bencana yang dilakukan pada
tahapan sebelum, saat dan setelah bencana.
2. Manajemen penanggulangan bencana merupakan suatu proses
yang dinamis, yang dikembangkan dari fungsi manajemen klasik
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pembagian
tugas, pengendalian dan pengawasan dalam penanggulangan
bencana.
3. Dalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan
bencana, dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:
a) Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika tidak terjadi
bencana dan terdapat potensi bencana
b) Tahap tanggap darurat yang diterapkan dan dilaksanakan
pada saat sedang terjadi bencana.
c) Tahap pasca bencana yang diterapkan setelah terjadi bencana.
1. Legislasi
Undang Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
bencana sebagai acuan Penanggulangan bencana yang
mengatur tanggungjawab dan kewajiban pemerintah, hak dan
kewajiban masyarakat, sistem kelembagaan, pendanaan, dan
sangsi. Aturan pelaksanaan Penanggulangan Bencana tertuang
pada empat aturan turunan UU No. 24/2007 dengan terbitnya
Peraturan Presiden (Perpres) dan Peraturan Pemerintah (PP),
yaitu :
• Peraturan Pemerintah No. 21/2008 tentang Penyelenggaraan
PB.
• Peraturan Pemerintah No. 22/2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana.
• Peraturan Pemerintah No. 23/2008 tentang Peran serta
lembaga interna-sional dan lembaga asing non pemerintah
dalam PB.
• Peraturan Presiden No. 08/2008 tentang BNPB.
Peraturan di tingkat daerah mengenai penyelenggaraan
penanggulangan bencana diterbitkannya Peraturan Daerah
tentang penanggulangan bencana, peraturan gubernur,
peraturan bupati/walikota.
2. Kelembagaan
Lembaga penyelenggara PB di tingkat pusat ialah BNPB, dengan
kedudukan lembaga pemerintah non-departemen setingkat
menteri. Struktur di dalam BNPB terdapat dua unsur utama
yaitu Unsur Pengarah dan Unsur Pelaksana. Unsur pengarah
3. Perencanaan
Perencanaan PB mengacu pada serangkaian kegiatan
pengintegrasian PB bencana dalam rencana pembangunan
nasional dan daerah. Perencanaan dalam penanggulangan
bencana dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Perencanaan yang berlaku untuk semua jenis bencana, yaitu :
Rencana Penanggulangan Bencana (Renas PB, RPB Daerah),
yang kemudian didiskripsikan menjadi rencana aksi (RAN PRB,
RAD PRB). Rencana Penanggulangan Bencana (Nasional dan
Daerah) tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dengan Rencana Jangka Menengah Nasional dan Daerah.
b) Perencanaan untuk 1 (satu) jenis bencana, yaitu :
• Rencana Mitigasi : rencana yang disusun pada pra-
bencana pada situasi tanpa potensi bencana terkait upaya
mitigasi (struktural dan non struktural).
• Rencana Kontinjensi : Rencana yang disusun pada pra-
bencana pada situasi potensi bencana untuk satu jenis
bencana. Suatu proses perencanaan kedepan, dalam
keadaan yang tidak menentu, dimana skenario dan tujuan
disepakati, tindakan teknis dan manajerial ditetapkan,
dan sistem tanggapan dan pengerahan potensi disetujui
bersama untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih
baik dalam situasi darurat atau kritis. Rencana kontinjensi
juga sebagai dokumen komitmen antar stakeholder dalam
pengerahan sumber daya pada saat kejadian bencana.
• Rencana Operasi : disusun sesaat terjadi bencana,
rencana yang dibuat/disusun dalam rangka pelaksanaan
operasi penanganan darurat bencana. Rencana operasi ini
disusun oleh satuan tugas Komando Penanganan Darurat
dengan mempertimbangkan rencana kontinjensi dan hasil
kaji cepat.
• Rencana Pemulihan : rencana untuk mengembalikan
kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena
bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan,
prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi
4. Pendanaan
5. Pengembangan Kapasitas
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia
dilakukan pada berbagai tahapan kegiatan, yang berpedoman
pada kebijakan pemerintah yaitu Undang-Undang No.24
tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan
Pemerintah terkait lainnya yang telah memasukkan Pengurangan
Risiko Bencana.
2. Pentingnya pemahaman prinsip – prinsip penanggulangan
bencana nasional dan prinsip penanggulangan bencana indonesia
3. Sistem penanggulangan bencana dalam pembangunan merubah
paradigma penanggulangan bencana yang berfokus pada
tanggap darurat berubah menjadi fokus pada pengurangan
risiko bencana, yang tidak terpisah dalam sistem perencanaan
pembangunan semua sektor.
4. Penanggulangan bencana tidak lagi berfokus pada aspek tanggap
darurat tetapi lebih pada keseluruhan manajemen risiko.
5. Perlindungan masyarakat dari ancaman bencana oleh pemerintah
merupakan wujud pemenuhan hak asasi rakyat dan bukan
semata-mata karena kewajiban pemerintah.
6. Penanggulangan bencana bukan lagi hanya urusan pemerintah
tetapi juga menjadi urusan bersama masyarakat dan lembaga
usaha, dimana pemerintah menjadi penanggungjawab
utamanya.
G. Saran
Perubahan paradigma dalam penanggulangan bencana dari
sebelumnya berbasis penanganan darurat bencana, sejak
diundangkannya UU No. 24 Tahun 2007 berubah menjadi
pengurangan risiko bencana. melalui pelatihan terkait dengan
dasar manajemen penanggulangan bencana ini diharapkan
akan tercipta pemahaman komprehensif terahadap perubahan
paradigma ini.
Catatan:...................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan Ajar ini merupakan bahan program Diklat Dasar Manajemen
Penanggulangan Bencana yang dapat dipelajari dan diajarakan
kepada Aparatur/ Peserta Diklat. Bahan Ajar ini merupakan
pembelajaran yang dapat dikembangkan. Bahan Ajar ini mengikuti
kaidah – kaidah penulisan Bahan Ajar yang berlaku seperti uraian,
latihan, dan contoh – contoh. Materi pembelajaran Manajemen
Risiko Penanggulangan Bencana ini bisa dipelajari secara lengkap
dan juga dapat disajikan sumber bahan belajar bagi peserta
maupun peserta Diklat.
Mata Diklat ini memberikan pedoman dan wawasan bagi
Pemerintah, Masyarakat, dan Dunia Usaha. Bahan Ajar ini selain
akan memberikan pembelajaran secara teoritis juga dapat
digunakan secara praktis.
B. Deskripsi Singkat
Bahan Ajar ini menjelaskan Manajemen Risiko Bencana,
Kesiapsiagaan, Manajemen Darurat Bencana, dan Manajemen
Pemulihan. Dalam manajemen risiko diperlukan langkah
penanganan yang menyeluruh dan efektif, di mana semua
elemen masyarakat wajib berperan serta untuk bersama-sama
mengaplikasikan manajemen risiko dalam penanggulangan
bencana dengan mengedepankan pendekatan pencegahan dan
mitigasi dan bukan berbasis tanggap darurat.
Bencana dapat terjadi ketika terdapat ancaman/bahaya yang
bertemu dengan faktor manusia. Faktor manusia sendiri terbagi
menjadi kondisi rentan, dan kapasitas masyarakat. Ancaman
atau bahaya merupakan suatu fenomena (alam atau buatan)
yang memiliki potensi menimbulkan kerusakan atau kerugian
dan kehilangan jiwa manusia. Ancaman berpotensi menimbulkan
bencana, namun tidak semua ancaman atau bahaya selalu menjadi
bencana. Potensi tersebut yang disebut sebagai risiko bencana.
D. Tujuan Pembelajaran
2. Kesiapsiagaan Bencana
F. Petunjuk Belajar
Bagi Peserta Diklat
Agar peserta Diklat berhasil menguasai Bahan Ajar ini dengan
baik, ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut:
BAB II
MANAJEMEN RISIKO BENCANA
3. Evaluasi.
Risiko dan tingkat kerentanan tersebut harus dievaluasi
untuk menentukan risiko mana yang memerlukan prioritas
dan penanggulangan.
R = RisikoBencana
H = Hazard(bahaya)
V = Vulnerability (kerentanan)
C = Capacity (kemampuan)
Sejumlah disiplin ilmu juga mencakup konsep keterpaparan untuk
secara khusus merujuk pada aspek kerentanan fisik. Lebih dari
sekedar mengungkapkan kemungkinan adanya kerugian fisik,
sanga tpenting untuk mengakui bahwa risiko-risiko dapat bersifat
melekat atau dapat diciptakan atau ada dalam sistem-sistem
sosial. Penting untuk mempertimbangkan konteks sosial dimana
risiko terjadi dan oleh karenanya penduduk tidak mesti mempunyai
persepsi yang sama tentang risiko dan akar-akar penyebabnya.
Risiko (risk): Kemungkinan akan kehilangan yang bisa terjadi
sebagai akibat kejadian buruk, dengan akibat kedaruratan dan
keterancaman. Bahaya (hazard): Potensi akan terjadinya kejadian
alam atau ulah manusia dengan akibat negatif. Keterancaman
(vulnerability): Akibat yang timbul dimana struktur masyarakat,
pelayanan dan lingkungan sering rusak atau hancur akibat
dampak kedaruratan. Adalah kombinasi mudahnya terpengaruh
(susceptibility) dan daya bertahan (resilience). Resilience adalah
bagaimana masyarakat mampu bertahan terhadap kehilangan,
dan susceptibility adalah derajat mudahnya terpengaruh terhadap
risiko. Dengan kata lain, ketika menentukan keterancaman
masyarakat atas dampak kedaruratan, penting untuk memastikan
kemampuan masyarakat beserta lingkungannya untuk
mengantisipasi, mengatasi dan pulih dari bencana. Jadi dikatakan
sangat terancam bila dalam menghadapi dampak keadaan bahaya
hanya mempunyai kemampuan terbatas dalam menghadapi
kehilangan dan kerusakan, dan sebaliknya bila kurang pengalaman
• Mengatasi risiko
2. Pemetaan Bencana
Berisi proses pemetaan dari informasi kebencanaan dengan area
studi di berbagai skala, cakupan, dan kedetilan.Pemetaan ini
dapat dilakukan pada satu jenis bencana, seperti peta patahan
atau banjir. Selain itu, pemetaan juga dapat dilakukan pada
beberapa jenis bencana yang dikombinasikan dalam satu peta
untuk memberikan gambaran komposit/gabungan dari bencana
alam.
Keuntungan dari teknik pemetaan per satu jenis bencana
adalah bentuk visual informasi untuk pengambil keputusan
dan perencana yang mudah dimengerti. Sementara itu, peta
multi bencana memberikan kemungkinan rekomendasi teknik
mitigasi bersama, bahwa suatu daerah memerlukan informasi
lebih, penilaian lanjutan, atau dapat diidentifikasi teknik khusus
untuk menurunkan ancaman bencana. Lebih lanjut, keputusan
penggunaan lahan dapat berdasarkan pada semua jenis bencana
yang dipandang berkelanjutan.
3. Pemetaan Risiko
Peta risiko berisi zona masyarakat atau geografis yang
mengidentifikasi lokasi atau struktur yang mungkin terdampat
suatu bencana.
Produksi peta risiko memerlukan pertimbangan wilayah dan
ancaman khas di dalam komunitas atau zona geografi. Selain itu,
diperlukan juga konsultasi dengan orang atau sekelompok ahli,
serta diskusi solusi yang mungkin diambil untuk mengurangi
risiko.
Keuntungan dari teknik ini adalah dapat membantu untuk
melokalisasi dampak bencana utama. Hasil analisis dapat
membagi kriteria untuk pengambil keputusan, dapat juga
menyediakan data kejadian di masa lalu yang menimbulkan
dampak buruk pada masyarakat. Sebagai tambahan, analisis
ini juga mengidentifikasi risiko sehingga komunitas dapat
mengambil tindakan sebagai langkah solusi dan antisipasi
sebelum terjadi bencana.
BAB III
KESIAPSIAGAAN BENCANA
Kesiapsiagaan sejatinya telah sangat lama diketahui semenjak dini
di lingkungan sekolah dengan peribahasa “Sedia Payung Sebelum
Hujan”. Pada tema pengelolaan risiko bencana kegiatan kesiapsiagaan
merupakan upaya peningkatan kapasitas kelembagaan dan
kapasitas masyarakat dalam mengelola risiko bencana, ketika upaya
pencegahan dan mitigasi telah dilakukan namun potensi bencana
sangat besar terjadi karena misalnya dipicu perubahan iklim, aktivitas
geologi, sebagainya.
Pada kenyataannya, tidak semua ancaman bencana dapat dicegah.
Kegiatan kesiapsiagaan haruslah terencana dengan baik untuk
menghindari kerugian lebih besar terutama korban jiwa, perencanaan
sistem peringatan dini dan penyiapan rencana evakuasi yang baik
sangat efektif untuk menyelamatkan diri dari bencana, seperti yang
dilakukan oleh masyarakat di sekitar Gunungapi Merapi dan Kelud.
A. Peringatan Dini
Peringatan Dini dimaknai serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga
yang berwenang.
1. Penyampaian informasi yang tepat waktu dan efektif, melalui
kelembagaan yang jelas, sehingga memungkinkan setiap
individu yang terancam bahaya dapat mengambil langkah untuk
4. Kemampuan Menanggapi
Membangun kemampuan tanggap darurat di tingkat nasional
dan masyarakat
C. Aktivitas Kesiapsiagaan
Aktivitas aktivitas pokok dalam kesiapsiagaan dapat dikelompokan
dalam 3 kelompok besar aktivitas sebagai berikut:
Rencana Evakuasi
Rencana evakuasi disusun sebaik mungkin untuk memastikan semua
warga terdampak dapat menyelamatkan diri dan harta benda. Jalur-jalur
evakuasi direncanakan lebih mudah dengan meminimalkan hambatan akses
terhadap penyandang disabilitas, memprioritaskan penyandang disabilitas
dan pendamping baik keluarga maupun relawan dan kelompok rentan lain,
serta memastikan warga yang memerlukan bantuan evakuasi tidak ada
yang tertinggal.
Rekomendasi jalur-jalur dan rambu didesain sesuai hambatan fungsi fisik,
sebagai beriku:
• Bagi penyandang disabilitas fungsi melihat jalur evakuasi dilengkapi
dengan guide block, rambu dan peta jalur evakuasi dirancang dengan
tulisan braile, serta melakukan orientasi mobilitas jalur evakuasi.
• Bagi peyandang disabilitas fungsi mendengar, jalur dan rambu evakuasi
dirancang secara visual dengan warna mencolok.
• Sementara penyandang disabilitas fungsi gerak, rencana jalur evakuasi
dirancang dengan landai dan tidak licin serta memastikan jalur cukup
lebar untuk dilalui alat bantu mobilitas (kursi roda maupun kruk, disertai
pegangan tangan).
• Untuk penyandang disabilitas yang mengalami keterbatasan fungsi
mengingat, berkonsentrasi, berkomunikasi harus didampingi oleh
pendamping baik keluarga maupun relawan dan pembiasaan.
5. Koordinasi (coordination)
a) Membentuk forum koordinasi
b) Membuat pertemuan rutin - berkala
c) Saling berbagi informasi
d) Menyusun rencana terpadu
6. Mekanisme respon (response mechanism)
D. Rencana Kontinjensi
Kontinjensi: suatu keadaan/situasi yang diperkirakan akan segera
terjadi, tetapi mungkin tidak akan terjadi. Sedangkan Rencana
Kontinjensi - suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana
yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu
tersebut. Untuk satu jenis ancaman (single hazard).
BAB IV
MANAJEMEN DARURAT BENCANA
1. Pengkajian Cepat.
Tujuan utama pengkajian adalah menyediakan gambaran situasi
paska bencana yang jelas dan akurat. Dengan pengkajian
itu dapat diidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan seketika
serta dapat mengembangkan strategi penyelamatan jiwa dan
pemulihan dini. Oleh karena itu tools pengkajian cepat ini harus
responsif pada kebutuhan korban yang beragam dari sisi umur,
gender dan keadaan fisik dan kebutuhan khususnya. Sebab
pengkajian menentukan pilihan-pilihan bantuan kemanusiaan,
bagaimana menggunakan sumber daya sebaik-baiknya, atau
mengembangkan permintaan/proposal bantuan berikutnya.
Kaji cepat dialkukan pada umumnya dengan menggunakan
beberapa indikator diantaranya adalah :
• Jumlah korban meninggal dunia dan luka-luka
• Tingkat kerusakan infrastruktur
• Tingkat ketidakberfungsian pelayanan-pelayanan dasar
• Cakupan wilayah bencana
• Kapasitas pemerintah setempat dalam merespon bencana
tersebut
2. Pertolongan darurat
3. Evakuasi korban
4. Prioritas pada korban luka parah dan kelompok rentan
Dalam kasus bencana yang terjadi perlahan-lahan seperti
kekeringan parah, perpindahan orang dari wilayah berisiko ke
tempat yang lebih aman, proses evakuasi ini disebut sebagai
migrasi akibat krisis. Perpindahan ini biasanya tidak terorganisasi
dan dikoordinasi oleh otoritas tetapi respon spontan dari para
migran untuk mencari jalan keluar di tempat lain.
4. Keamanan.
Keamanan seringkali tidak menjadi isu utama sesudah
bencana. Namun, potensi bahaya setelah bencana bisa muncul
kapan saja. Keamanan dapat ditinjau dari dua hal. Pertama,
keamanan yang berkaitan dengan kejadian bencana lanjutan
seperti gempa susulan atau robohnya bangunan yang rapuh.
Kedua, keamanan yang berkaitan dengan kejahatan yang
dilakukan semasa tanggap darurat misalnya pencurian,
penjarahan, pencegatan bantuan secara liar, dll. Khusus dalam
isu kekerasan etnis atau konflik SARA, bentuk keamanan yang
harus diwaspadai adalah penyerangan kepada kelompok lawan
dengan memanfaatkan kerentanan kaum perempuan hingga
terjadi perkosaan oleh kelompok yang lebih kuat. Kegiatan
keamanan dapat menciptakan situasi yang lebih kondusif bagi
proses tanggap darurat. Beberapa kegiatan keamanan antara
lain:
• Perintah larangan kembali ke daerah asal atau masuk
bangunan yang belum aman dari bencana.
• Patroli atau penjagaan pencegahan menuju daerah yang
belum aman.
• Patroli keamanan oleh polisi dan petugas keamanan desa
yang terorganisir.
• Hindari penggunaan organisasi para-militer yang tidak netral
atau memihak ke salah satu kelompok yang bertikai (dalam
kasus konflik SARA). Jika mereka mendesak, berilah tugas-
tugas yang tidak terkait langsung dengan masyarakat korban
tetapi dengan infrastruktur seperti membersihkan puing atau
membangun tenda dll.
Pemenuhan
Aspek Penting
kebutuhan
1
DFID. Humanitarian Guidance Note: Ageing And Disability In Humanitarian
Response.
2
Age and Disability Consortium as part of the ADCAP programme (2015), Minimum
Standards For Age And Disability Inclusion In Humanitarian Action; Pilot Version.
BAB V
MANAJEMEN PEMULIHAN
5. Pelayanan Kesehatan
Pemulihan pelayanan kesehatan adalah aktivitas memulihkan
kembali segala bentuk pelayanan kesehatan sehingga minimal
tercapai kondisi seperti sebelum terjadi bencana.Pemulihan
sistem pelayanan kesehatan adalah semua usaha yang dilakukan
untuk memulihkan kembali fungsi sistem pelayanan kesehatan
yang meliputi SDM Kesehatan, sarana/prasarana kesehatan,
kepercayaan masyarakat.
G. Prinsip-Prinsip Pemulihan
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana,
maka prinsip dasar penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi
pasca bencana adalah:
a) Merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah dan Pemerintah
b) Membangun menjadi lebih baik (build back better) yang terpadu
dengan konsep pengurangan risiko bencana dalam bentuk
pengalokasian dana minimal 10% dari dana rehabilitasi dan
rekonstruksi
c) Mendahulukan kepentingan kelompok rentan seperti lansia,
perempuan, anak dan penyandang cacat
d) Mengoptimalkan sumberdaya daerah
e) Mengarah pada pencapaian kemandirian masyarakat,
keberlanjutan program dan kegiatan serta perwujudan tatakelola
pemerintahan yang baik
f) Mengedepankan keadilan dan kesetaraan gender.
Komponen Uraian
Perubahan bentuk pada aset fisik dan infrastruktur
milik pemerintah,masyarakat, keluarga dan badan
usaha sehingga terganggu fungsinyasecara parsial
atau total sebagai akibat langsung dari suatu bencana.
Kerusakan
Misalnya, kerusakan rumah, sekolah, pusat
kesehatan, pabrik, tempat usaha, tempat ibadah dan
lain-lain dalam kategori tingkat kerusakanringan,
sedang dan berat.
Meningkatnya biaya kesempatan atau hilangnya
kesempatan untuk memperoleh keuntungan ekonomi
karena kerusakan aset milik pemerintah, masyarakat,
keluarga dan badan usaha sebagai akibat tidak
Kerugian langsung dari suatu bencana.
Misalnya, potensi pendapatan yang berkurang,
pengeluaran yang bertambah selama periode waktu
hingga aset dipulihkan.
Hilang atau terganggunya akses individu, keluarga
dan masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan
dasarnya akibat suatu bencana. Misalnya, rumah yang
rusak atau hancur karena bencana mengakibatkan
orang kehilangan akses terhadap naungan sebagai
kebutuhan dasar.
Gangguan
Akses Rusaknya rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan
mengakibatkan orang kehilangan akses terhadap
pelayanan kesehatan sebagai kebutuhan dasar.
Kerusakan sarana produksi pertanian membuat
hilangnya akses keluarga petani terhadap hak atas
pekerjaan.
Hilang atau terganggunya fungsi kemasyarakatan
dan pemerintahan akibat suatu bencana. Misalnya,
Gangguan rusaknya suatu gedung pemerintahan mengakibatkan
Fungsi terhentinya fungsi-fungsi administrasi umum,
penyediaan keamanan, ketertiban hukum dan
pelayanan-pelayanan dasar.
2. Penilaian Dampak
Komponen pengkajian dampak meliputi pengkajian dampak
bencana terhadap aspek- aspek ekonomi-fiskal, sosial-budaya-
politik, pembangunan manusia dan infrastruktur lingkungan
secara agregat (total). Pengkajian dampak bencana merupakan
pengkajian yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang.
Pengkajian dampak bencana berguna untuk memandu agar
pengkajian kebutuhan pemulihan pascabencana memiliki
orientasi strategis dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Penjelasan mengenai dampak pasca bencana dijelaskan pada
tabel berikut:
Komponen Uraian
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Manajemen risiko bencana bertujuan untuk mengelola/
manejemen bencana dengan penekanan pada faktor-faktor yang
bertujuan mengurangi risiko saat sebelum terjadinya bencana,
dengan melakukan pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan.
2. Tanggap Darurat adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan
segera sesudah kejadian bencana oleh lembaga pemerintah atau
non pemerintah. Proses manajemen darurat dimulai dengan
siaga darurat, pengkajian cepat, menentukan status darurat,
pencarian dan pertolongan, penyelamatan dan evakuasi,
response and relief.
3. Pengkajian kebutuhan Pascabencana (JITUPASNA) adalah suatu
rangkaian kegiatan pengkajian dan penilaian akibat, analisis
dampak, dan perkiraan kebutuhan, yang menjadi dasar bagi
penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi.
4. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang
memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama
untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca
bencana.
5. Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan perbaikan lingkungan
daerah bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum,
pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan
sosial psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi
konflik, pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan
dan ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan
fungsi pelayanan publik.
6. Dalam penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan
dengan prinsip membangun lebih baik (build back better),
membangun lebih aman (build back safer) dan pengurangan
risiko bencana. Membangun menjadi lebih baik (build back better)
adalah sebuah prinsip dalam upaya rehabilitasi danrekonstruksi
dimana pada saat pembangunan kembali baik aspek kerusakan
dan kerugianakibat bencana, wajib dilakukan agar menjadi lebih
B. SARAN
Penyelenggaraan manajemen bencana dibutuhkan upaya yang
terpadu dan holistik dengan keterlibatan multipihak, dibutuhkan
koordinasi lintas sektor. Menggunakan pendekatan kemandirian,
saling melengkapi, dan kepemimpinan pemerintah dalam
pelaksanaan koordinasi dengan lembaga internasional, lembaga
asing non-pemerintah, dan lembaga non pemerintah.
Catatan:...................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan Ajar ini merupakan bahan program Diklat Dasar Manajemen
Bencana yang dapat dipelajari dan diajarakan kepada Aparatur/
Peserta Diklat. Bahan Ajar ini merupakan pembelajaran yang
dapat dikembangkan. Bahan Ajar ini mengikuti kaidah – kaidah
penulisan Bahan Ajar yang berlaku seperti uraian, latihan, dan
contoh – contoh. Materi pembelajaran ini menjelaskan analisis
kebutuhan, memahami mekanisme pengelolaan dan memahami
pengelolaan peralatan serta dapat disajikan sumber bahan belajar
bagi peserta maupun peserta Diklat.
Mata Diklat Manajemen Logistik dan Peralatan ini memberikan
pedoman dan wawasan bagi Pemerintah, Masyarakat, dan Dunia
Usaha. Bahan Ajar ini selain akan memberikan pembelajaran
secara teoritis juga dapat digunakan secara praktis.
B. Deskripsi Singkat
Bahan Ajar ini berjudul Manajemen Logistik dan Peralatan, Bahan
Ajar ini menjadi pedoman yang memandu pelaksanaan dalam
persiapan Diklat Dasar Manajemen Bencana
D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah selesai proses pembelajaran peserta diharapkan
mempunyai hasil belajar mampu memahami Manajemen
Logistik dan Manajemen Peralatan Penanggulangan Bencana
1. Materi Pokok
a) Manajemen Logistik;
b) Manajemen Peralatan;
2. Manajemen Pergudangan.
a) Sub Materi Pokok
b) Pengertian Manajemen;
c) Manajemen Logistik PB
d) Logistik Kemanusiaan;
e) Manajemen Peralatan;
f) Peralatan PB;
g) Pergudangan;
h) Sistem Manajemen Gudang,
F. Petunjuk Belajar
Bagi Peserta Diklat
Agar peserta Diklat berhasil menguasai Bahan Ajar ini dengan
baik, ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan Bahan Ajar ini, sampai
peserta Diklat memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana
mempelajari Bahan Ajar ini dan mengimplementasikannya.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata kata kunci
dan kata – kata yang peserta diklat anggap baru. Kemudian cari
dan baca pengertian kata – kata kunci dalam daftar Singkatan
Modul ini atau dalam kamus Bahasa Indonesia.
3. Bila ada kesulitan, diskusikan dengan teman peserta Diklat dan
tanyakan kepada Widyaiswara.
BAB II
MANAJEMEN LOGISTIK
A. Pengertian Manajemen
Pengertian Manajemen atau definisinya secara umum memang
memiliki banyak sudut pandang dan persepsi. Namum dalam
hal visi dan tujuannya, kesemuan pengertian tersebut akan
mengerucut kepada satu hal, yaitu pengambilan keputusan.
Pengertian Manajemen seringkali kita dengar dalam keadaan
keseharian kita, sejatinya bermakna seni dalam mengelola dan
mengatur. Seni tersebut menjadi krusial dalam rangka menjaga
kestabilan sebuah entitas bisnis atau perusahaan dan organisasi.
Manajemen adalah skill atau kemampuan dalam mempengaruhi
orang lain agar mau melakukan sesuatu untuk kit. Manajemen
memiliki kaitan yang sangat erat dengan leader atau pemimpin.
Sebab pemimpin yang sebenarnya adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan untuk menjadikan orang lain lebih
dihargai, sehingga orang lain akan melakukan segala keinginan
sang leader.
Namun apakah ruang lingkup manajemen terbatas pada
kepemimpinan semata? Tentu saja tidak. Karena kepemimpinan
hanyalah bagian dari manajemen. Sebagaimana yang disebutkan di
atas bahwa manajemen adalah seni dalam mengelola. Sebuah seni
tentunya tidak hanya menggunakan satu metode semata. Metode
yang digunakan haruslah banyak untuk kemudian menjadikannya
sebagai seni yang bernilai tinggi. Begitu pula dengan manajemen.
Untuk semata sebuah sistem diperlukan manajemen yang handal
agar sistem tersebut bisa berjalan sebagaimana mestinya.
B. Manajemen Logistik PB
Secara geografis dan stuktur geologi, Indonesia terletak pada
kawasan rawan bencana, baik bencana alam seperti gempa bumi,
banjir, tanah longsor, letusan gunung berapi, badai, tsunami,
kebakaran hutan dan lahan, maupun bencana non alam seperti
kegagalan teknologi, gagal modernisasi , epidemik, dan wabah
penyakit. Untuk menanggulangi bencana, Pemerintah telah
membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
di tingkat nasional dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) di tingkat daerah.
Logsitik mempunyai peran penting dalam upaya penanggulangan
8. Pertanggungjawaban.
Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang
telah dilaksanakan harus dibuat pertanggung jawabannya.
Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan
maupun kinerja, dilakukan pada setiap tahapan proses dan
secara paripurna untuk seluruh proses, dalam bentuk laporan
oleh setiap pemangku proses secara berjenjang dan berkala
sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi.
Bagan Alur Manajemen Logistik
INVENTARISASI
PENGADAAN PERGUDANGAN PENDISTRIBUSIAN
KEBUTUHAN
PERTANGGUNG
PENGHAPUSAN PENERIMAAN PENGANGKUTAN
JAWABAN
1. Kapasitas.
Infrastruktur ekonomi dan fisik kerapkali menjadi penghambat
yang serius. Diantaranya adalah keterbatasan bandar udara atau
pelabuhan laut, minimnya ketersediaan gudang yang aman dan
memadai dan minimnya ketrampilan melakukan pengemasan
dan penanganan komoditas.
2. Politik
Tidak jarang kontrol terhadap logistik yang diberikan dipengaruhi
oleh suasana politik. Misalnya menentukan bantuan dari
kelompok mana yang boleh masuk atau mendapatkan prioritas
terlebih dahulu. Termasuk dalam kategori ini adalah hambatan
yang ditimbulkan oleh ramainya kunjungan para pejabat yang
silih berganti atau petinggi partai politik.
3. Kondisi Bencana
Kondisi bencana menjadi faktor penghambat utama dalam
distribusi logistik. Didalamnya termasuk kerusakan infrastruktur,
rute yang terblokir, jalan terputus, banjir atau tanah longsor,
rusaknya sistem komunikasi dan terganggunya suplai barang-
barang yang penting seperti suku cadang dan bahan bakar.
4. Konflik
Konflik sosial kerapkali juga menjadi penghambat bagi distribusi
bantuan. Misalnya penyerangan terhadap pekerja kemanusiaan
yang membawa bantuan, perusakan-perusakan sistem
pelayanan umum seperti jembatan, pom bensin dan sebagainya
yang bisa menyebabkan tertundanya bantuan.
J. Manajemen Peralatan
Manajemen Peralatan adalah proses pengelolaan peralatan
penanggulangan bencana (PB) yang meliputi perencanaan/
investrisasi kebutuhan, pengadaan dan/atau penerimaan,
pergudangan dan/atau penyimpanan, pendistribusian,
pengangkutan, penerimaan di tujuan, penghapusan dan
pemeliharaan.
Peralatan dalam PB adalah segela bentuk alat dan peralatan
yang dapat dipergunakan untuk membantu penyelamatan dan
evakuasi masyarakat terkena bencana, pemenuhan kebutuhan
dasar, dan pemulihan segera prasarana dan sarana vital, misalnya:
Mobil Resque, Motor Rescque, Tenda, perahu karet, Mobil dapur
lapangan, Mobil penjernih air, dan sebagainya.
BAB III
MANAJEMEN PERGUDANGAN
Pelaksanaan manajemen warehouse ini sering disebut dengan
manajemen gudang yang dijalankan oleh beberapa perusahaan
produksi. Tempat kerja manajemen warehouse ini berada
di gudang. Gudang merupakan tempat penyimpanan barang
sementara yang digunakan selama proses produksi. Secara rinci
sistem manajemen gudang atau manajemen warehouse ini diartikan
sebagai pengelolaan dari aktifitas yang saling berhubungan untuk
melakukan penyimpanan barang sementara. Beberapa kegiatan
penyimpanan barang sementara ini terbagi atas penerimaan bahan
baku / barang dari pemasok, handling barang dan pengeluaran
barang ke tujuan lokasi produksi.
Dengan hal ini maka dapat diberikan pengertian bahwa kegiatan
manajemen warehouse ini terdiri atas beberapa aktivitas sederhana
dalam gudang yang terbagi atas kegiatan antara lain yaitu :
1. Kegiatan administrasi. Kegiatan pengeluaran dan pemasukkan
dana yang ada dalam perusahaan ini diatur seluruhnya dalam
aktivitas administrasi. Semua kegiatan pendanaan yang dilakukan
dalam administrasi ini diupayakan tercatat seluruhnya untuk
memudahkan pelaksanaan pengembangan produksi perusahaan
kaitannya dengan manajemen warehouse.
2. Penerimaan barang. Aktivitas penerimaan barang diatur
sepenuhnya untuk bisa memetakan besaran dana dan produk
yang didapatkan oleh perusahaan.
3. Penyimpanan barang. Barang yang masuk dalam gudang
perusahaan ini diupayakan tersimpan dengan aman dari bahaya
apapun di dalam lingkungan gedung.
4. Pengepakkan barang ke tempat yang dituju. Pengepakkan barang
ini dilakukan untuk memastikan kondisi barang yang dikirimkan
ke konsumen dalam kondisi yang baik. Pengepakkan barang ini
juga diatur dalam manajemen warehouse.
5. Pengeluaran barang. Beberapa barang yang keluar dari perusahaan
ini semua tercatat dengan rapi pada perusahaan. Pengeluaran
barang produksi ini dilakukan untuk menciptakan suasana produksi
yang tertib dan efisien.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses belajar yang efektif adalah proses pembelajaran yang
dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam
pembelajaran. Proses tersebut adalah menjalankan serangkaian
komponen–komponen pembelajaran dari mulai tujuan, materi,
dan evaluasi.
2. Proses pembelajaran mata Diklat Dasar Manajemen Bencana
adalah proses mengkondisikan dimana peserta Diklat Dasar
Manajemen Bencana dapat memperoleh sejumlah pengalaman
dalam proses pembelajaran sebuah mata diklat. Pengalaman
belajar berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
3. Bahan Ajar Diklat Dasar Manajemen Logistik dan Peralatan
memiliki materi : 1) Pengertian Manajemen 2) Manajemen
Logistik PB, 3) Logistik Kemanusiaan, 4) Manajemen Peralatan
PB 5) Peralatan PB 6) Pergudangan 7) Sistem Manajemen
Gudang Masing – masing telah diuraikan dalam setiap BAB
–nya. Keberadaan Bahan Ajar ini diharapkan dapat dijadikan
acuan pengajaran bagi fasilitator dan praktisi penanggulangan
bencana dan agar setiap peserta diklat mampu mendefinisikan
tujuan pembelajaran dan memenuhi indikator keberhasilan
yang semestinya dicapai. Seyogyanya, interaksi dalam kegiatan
belajar mengajar dapat menghasilkan masukan – masukan untuk
kesempurnaan bahan ajar kemudian hari sehingga kompetensi
yang dihasilkan dalam mata diklat ini peserta diharapkan
kompeten dalam memahami meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan peserta Diklat Dasar Manajemen Bencana.
B. Implikasi
Untuk mencapai kompetensi yang belum dimiliki oleh peserta diklat
dan menjadi persyaratan utama adalah mendefinisikan Dasar
Manajemen Bencana dapat diatasi oleh pengajar diklat melalui
tiga pendekatan, yaitu : a) matrikulasi sebelum pembelajaran,
b) pendekatan concurrent, dan c) gabungan antara pendekatan
matrikulasi dan concurrent. Pemilihan salah pendekatan
hendaknya disesuaikan dengan karakteristik peserta diklat, seperti
kemampuan awal dan perkembangan intelektual.
C. Tindak lanjut
Setelah mempelajari Bahan Ajar ini adalah evaluasi dan asessement
pengkajian bahan ajar dan untuk mengetahui kemajuan tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang dicapai peserta pelatihan,
penilaian proses pembelajaran dan penyelenggaraan. Hasil ini dapat
digunakan untuk menilai efektifitas pelatihan dan memperbaiki
pelaksanaan berikutnya.
Catatan:...................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanganan cepat, tepat, dan terkoordinir dengan baik menjadi
bagian penting pada saat darurat bencana. Latar belakang ini
mendorong upaya manajemen bencana sehingga masyarakat yang
terdampak bencana dapat segera mungkin terpenuhi kebutuhan
dasar, seperti pangan, sandang, hunian sementara, kesehatan
dan air bersih. Jika kebutuhan dasar terpenuhi dencan cepat,
masyarakat dapat cepat pulih dan melenting kembali. Sehubungan
dalam konteks tersebut, manajemen informasi dan komunikasi
merupakan bagian yang tidak terlepaskan dalam manajemen
bencana. Sesi ini bertujuan agar peserta lebih memahami upaya
apa saja yang ada dalam manajemen informasi dan komunikasi
dalam konteks manajemen bencana.
Modul Manajemen Data dan Informasi juga merupakan bagian dari
pelatihan Dasar Manajemen Bencana, diberikan kepada peserta
pelatihan dasar manajemen bencana sebagai referensi untuk
mempelajari bagaimana mengelola informasi dan komunikasi
bencana sehingga data yang diberikan untuk penanggulangan
bencana lebih tepat. Manajemen informasi dan komunikasi bencana
tidak hanya mempelajari pada saat darurat bencana tetapi juga
pada tiga fase bencana yaitu saat pra, saat dan pasca bencana.
B. Deskripsi Singkat
Modul Manajemen Data dan Informasi dapat dipergunakan untuk
menjadi bahan pelatihan pada pelatihan dasar manajemen
bencana dalam modul ini peserta diharapkan dapat menjelaskan
manajemen informasi dan komunikasi bencana, menguraikan
kegiatan yang ada pada manajemen informasi dan komunikasi
bencana dan menganalisis dan dapat membuat pesan kunci dalam
komunikasi bencana.
Penanggulangan Bencana.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami
manajemen data dan informasi bencana yang benar.
E. Materi Pokok
1. Konsep manajemen informasi dan komunikasi
2. Kegiatan manajemen informasi dan komunikasi
G. Petunjuk Belajar
Bagi Peserta Diklat
Agar peserta Diklat berhasil menguasai Bahan Ajar ini dengan
baik, ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut :
BAB II
KONSEP MANAJEMEN DATA DAN
INFORMASI BENCANA
BAB III
KEGIATAN MANAJEMEN DATA DAN
INFORMASI
Sumber: bnpb.go.id
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a) Manajemen data dan informasi bencana dengan mengolah data
dan menyajikannya untuk kepentingan publlik yang bertujuan
mengelola risiko bencana.
b) Menyajikan Data Menjadi Informasi yang sangat penting,
karena informasi kejadian bencana yang benar dan tepat
mampu mempengaruhi keputusan politik, mengubah perilaku
dan menyelamatkan nyawa manusia.
c) Paltform pengolahan dan penyajian data yang dikembangkan
oleh BNPB yang bekerjasama dengan lembaga Internasional
ialah pengembangan Data dan Informasi Bencana Indonesia
(DIBI), serta aplikasi InAWARE akan memudahkan dalam
mencari informasi bencana dan memperoleh data bencana di
daerah yang merupakan rawan bencana. Aplikasi ini membantu
untuk mengakses kejadian bencana yang terjadi dalam skala
internasional, regional, dan nasional secara otomatis serta
berbagi informasi antara semua pelaku penanggulangan
bencana dan menyebarluaskan peringatan kepada masyarakat
yang berisiko.
B. SARAN
Pengelolaan data dan informais bencana terintegrasi dapat
dikembangkan secara berkelanjutan di pusat dan daerah untuk
kepentingan pengelolaan risiko bencana.
Catatan:...................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanggulangan bencana merupayakan sebuah upaya yang tidak
akan pernah lepas dari partisipasi manusia sebagai anggota
masyarakat, upaya yang juga lintasdisiplin, serta melibatkan
banyak pemangku kepentingan di dalamnya. Bencana dapat
menjadi permasalahan bersama dan misi kemanusiaannya bisa
melintasi batas-batas kedaulatan negara bila dampak bencana
meluas hingga melintasi batas dan wilayah negara. Salah satu
sisi positif dari kejadian ini adalah menumbuhkan komitmen dan
kerjasama yang erat di tingkat regional maupun internasional
dalam upaya penanggulangan bencana. Di tingkat lokal dan
nasional pun, diskursus penanggulangan bencana selalu terkait
dengan konteks wilayah terjadinya bencana dan dampak dari
bencana tersebut.
Jika bencana terjadi di suatu wilayah, namun dampaknya
dirasakan oleh banyak orang di luar wilayah tersebut, maka
akan menjadi tanggung jawab bersama masyarakat yang
lebih luas. Upaya penanggulangan bencana saat ini difokuskan
kepada pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam
pembangunan, usaha ini tentunya melibatkan komitmen banyak
pihak di multisektor untuk bekerjasama meminimalisir risiko
bencana dalam setiap aspek pembangunan. Hingga saat ini,
BNPB khususnya membangun kemitraan dengan para pemangku
kepentingan baik di tingkat lokal, nasional bahkan internasional.
B. Deskripsi Singkat
Modul Manajemen Data dan Informasi dapat dipergunakan untuk
menjadi bahan pelatihan pada pelatihan dasar manajemen
bencana dalam modul ini peserta diharapkan dapat menjelaskan
manajemen informasi dan komunikasi bencana, menguraikan
kegiatan yang ada pada manajemen informasi dan komunikasi
bencana dan menganalisis dan dapat membuat pesan kunci dalam
komunikasi bencana.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti sesi modul ini, peserta pelatihan diharapkan
dapat memahami tata cara kerja sama multi pihak dalam
penanggulangan bencana sesuai aturan yang berlaku.
E. Materi Pokok
F. Petunjuk Belajar
Bagi Peserta Diklat
Agar peserta Diklat berhasil menguasai Bahan Ajar ini dengan
BAB II
KERJASAMA MULTI PIHAK DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA
PELAKU PB
Lembaga/Organisasi
Lembaga Pemerintah Dunia Usaha
Kemasyarakatan
• PEMERINTAH
• Organisasi Profesi
-- Kementerian
• Organisasi Sosial
-- BNPB • BUMN
• Lembaga Adat
-- TNI • BUMD
• Organisasi Politik
-- POLRI • Swasta
• Perguruan Tinggi
• PEMDA • Koperasi
• Yayasan
-- SKPD/OPD • dll
• Media Massa
-- BPBD
• dll
-- dll
BAB III
Klaster Nasional Penanggulangan
Bencana
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Pemerintah merupakan penanggung jawab utama, tetapi setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk ikut serta
dalam upaya penanggulangan bencana dalam segala aspeknya.
b) penggalangan dan pengelolan kerjasama multi pihak, terdapat
tiga nilai utama, yaitu penanggulangan bencana harus menjadi
satu-satunya visi dan kepentingan yang melandasi kerjasama;
diperlukan sikap inklusif yang kuat agar tetap menjaga posisi
netral di antara semua pemangku kepentingan; dan tidak kalah
penting adalah kepedulian pada seluruh jaringan dan semua
potensi yang dimilikinya. Ketiga nilai ini memberi panduan
dalam pelibatan para pihak, sekaligus pengelolaan konflik
B. Saran
Pengalaman dalam penggalangan dan pengelolaan kerjasama
multipihak di Indonesia merupakan pendekatan yang berbasis
pada penguatan kelembagaan, baik lembaga-lembaga pemerintah
maupun lembaga non pemerintah. Implikasi dari pendekatan
ini adalah meningkatnya responsivitas lembaga terkait isu PB.
Sehingga, kinerja layanan publik dalam PB semakin efektif,
akuntabel dan melibatkan multipihak di berbagai level
Catatan:...................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
179
Disabilitas dalam Penanggulangan Bencana. Ditegaskan dengan
Undang-undang dengan mandat pemenuhan hak-hak penyandang
disabilitas, termuat dalam Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2016
Tentang Disabilitas, pada Pasal 20 dijelaskan Hak Pelindungan dari
Bencana untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak:
• mendapatkan informasi yang mudah diakses akan adanya bencana;
• mendapatkan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana;
• mendapatkan prioritas dalam proses penyelamatan dan evakuasi
dalam keadaan bencana;
• mendapatkan fasilitas dan sarana penyelamatan dan evakuasi
yang mudah diakses; dan
• mendapatkan prioritas, fasilitas, dan sarana yang mudah diakses
di lokasi pengungsian
I. Terminologi Disabilitas
180
3. Hambatan Partisipasi (participation restriction)
Hambatan partisipasi atau participation restriction mengacu
pada permasalahan dengan keterlibatan dalam bidang-bidang
kehidupan, misalnya diskriminasi dalam bidang pekerjaan,
pendidikan, dan lain-lain.
181
II. Inklusi Penyandang Disabilitas dalam Penanggulangan
Bencana
Manajemen
Titik Masuk Tindakan
Bencana
a. Melibatkan penyandang
disabilitas dalam penyusunan
Rencana Penanggulangan
Bencana
Mitigasi Non- b. Memastikan keterlibatan aktif
Mitigasi
Struktural penyandang disabilitas dalam
forum koordinasi multipihak
c. Menigkatkan kapasitas
penyandang disabilitas dalam
pelatihan
182
• Pesan peringatan bahaya
dan alat peringatan
dirancang aksesibel terhadap
penyandang disabilitas
• Apakah pesan peringatan
dan alat peringatan dengan
suara dan/atau kode
dapat dipahami oleh untuk
penyandang disabilitas fungsi
melihat.
• Apakah peringatan bahaya
Sistem
Kesiapsiagaan telah dirancang secara visual
Peringatan Dini
bagi penyandang disabilitas
fungsi mendengar (misal
dengan warna lampu sirine
merah = awas, kuning =
waspada) dan dengan Bahasa
Isyarat Indonesia.
• Pastikan telah tersedia
pendamping bagi
penyandang disabilitas fungsi
berkomunikasi, gerak, dan
mengingat
a. Jalur-jalur evakuasi
direncanakan lebih mudah
dengan meminimalkan
hambatan akses terhadap
penyandang disabilitas
• Pastikan jalur evakuasi
dilengkapi dengan guide
block, rambu dan peta
jalur evakuasi dirancang
dengan tulisan braile,
Rencana
serta melakukan orientasi
Evakuasi
mobilitas jalur evakuasi
bagi penyandang disabilitas
fungsi melihat.
• Apakah Jalur dan rambu
evakuasi dirancang secara
visual dengan warna
mencolok Bagi peyandang
disabilitas fungsi
mendengar.
183
• Apakah rencana jalur
evakuasi dirancang
dengan landai dan tidak
licin serta memastikan
jalur cukup lebar untuk
dilalui alat bantu mobilitas
(kursi roda maupun kruk,
disertai pegangan tangan)
penyandang disabilitas
fungsi gerak,
• Pastikan penyandang
disabilitas yang mengalami
keterbatasan fungsi
mengingat, berkonsentrasi,
berkomunikasi harus
didampingi oleh
pendamping baik keluarga
maupun relawan dan
pembiasaan.
b. Memprioritaskan penyandang
disabilitas dan kelompok
rentan lain
c. Pastikan warga yang
memerlukan bantuan
evakuasi tidak ada yang
tertinggal.
1. Partisipasi
Penyandang disabilitas terlibat
dalam penyusunan rencana
kontinjensi,
• Pastikan penyandang
disabilitas terlibat dalam
Penyusunan keseluruhan proses
Rencana penyusunan rencana
Kontinjensi kontinjensi.
• Terlibat aktif dalam
memberikan masukan pada
identifikasi dan prioritas
ancaman, penyusunan sistem
peringatan dini, dan rencana
evakuasi.
184
2. Prioritas ancaman
Identifikasi probailitas dan
dampak ancaman prioritas
• Pastikan data dampak
bencana penyandang
disabilitas telah
dipertimbangkan dalam
memprioritaskan ancaman
yang akan disusun rencana
kontinjensi
185
• Pastikan kebijakan
penanganan darurat telah
memprioritaskan proses
penyelamatan dan evakuasi
dalam keadaan bencana
• Pastikan kebijakan telah
memprioritaskan fasilitas,
dan sarana yang mudah
diakses di lokasi pengungsian
• Pastikan strategi penanganan
darurat dengan menyediakan
sarana penyelamatan dan
jalur evakuasi yang mudah
diakses
• Pastikan strategi penanganan
darurat dengan menyediakan
fasilitas, dan sarana yang
mudah diakses di lokasi
pengungsian
5. Rencana Bidang
• Apakah sasaran dan
kegiatan dalam setiap bidang
penanganan darurat telah
memprioritaskan penyandang
disabilitas dan kelompok
rentan lain mendapatkan
akses dan layanan yang baik
• Pastikan kesediaan akses
dan kebutuhan dasar bagi
penyandang disabilitas
(termasuk infrastruktur,
peralatan, dan pelayanan) di
setiap bidang darurat sesuai
dengan 6 (enam) kategori
keterbatasan fungsi.
• Apakah penyandang
disabilitas telah terlibat dalam
pengambilan keputusan
dalam manajemen komando
penanganan darurat bencana,
melibatkan perwakilan OPD
pada Struktur Perwakilan
Lembaga/Organisasi.
186
• Pastikan keterlibatan
penyandang disabilitas dalam
bidang-bidang penanganan
darurat bencana
• Pastikan ketersediaan
pendamping, pekerja sosial
dalam penanganan darurat
bencana.
6. Formalisasi
• Pastikan penyandang
disabilitas terlibat aktif
dalam uji draft dan simulasi,
konsultasi, dan formalisasi
dokumen rencana kontinjensi.
• Apakah penyandang
disabilitas telah terlibat dalam
pengambilan keputusan
dalam manajemen komando
penanganan darurat bencana,
melibatkan perwakilan OPD
pada Struktur Perwakilan
Lembaga/Organisasi.
• Penyandang disabilitas
berkesempatan sebagai
fasilitator.
187
• Pastikan ketersediaan akses
dan layanan berupa desain
dan lokasi pengungsian
yang ramah, fasilitas
penampungan yang dapat
diakses, penyediaan air
bersih dan sanitasi, layanan
Pemenuhan kesehatan dan pendidikan
kebutuhan dasar darurat yang memenuhi
standar dan dapat diakses.
(Lihat Lampiran)
• Penjangkauan bagi warga
yang tidak dapat mengungsi
diperlukan untuk memberikan
layanan kesehatan dan
makanan.
• Pastikan penyandang
Perlindungan disabilitas aman dari
terhadap kekerasan fisik, stigma,
kelompok rentan diskriminasi, pelecehan
seksual.
188
III. Akses pada Sistem Peringatan Dini dan Rencana Evakuasi
189
dengan menyediakan akses dan layanan berupa desain dan
lokasi pengungsian yang ramah, fasilitas penampungan yang
dapat diakses, penyediaan air bersih dan sanitasi, layanan
kesehatan dan pendidikan darurat yang memenuhi standar
dan dapat diakses. Penjangkauan bagi warga yang tidak dapat
mengungsi diperlukan untuk memberikan layanan kesehatan
dan makanan.
Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan bagi penyusun
rencana kontinjensi pada semua bidang dan sub bidang yaitu:
DFID2 dan ADCAP3 merekomendasikan pemenuhan kebutuhan
para penyandang disabilitas pada situasi darurat hingga
pemulihan, dengan memperhatikan aspek-aspek penting pada
setiap bidang penanganan, yaitu:
Pemenuhan
Aspek Penting
kebutuhan
190
• Adaptasi jamban yang ada untuk digunakan oleh orang-
orang dengan keterbatasan mobilitas fisik atau visual
dengan prinsip akomodasi / penyesuaian yang wajar.
Menyediakan toilet khusus atau fasilitas sanitasi / barang
yang dibutuhkan, misal toilet dengan kursi permanen
atau kursi yang dapat dilepas, bed pans, potties / com-
modes
• Menyediakan fasilitas cuci tangan yang mudah diakses
(misalnya fasilitas yang rendah dan keran yang mudah
digunakan), yang dekat dengan kakus yang mudah di-
jangkau.
• Pastikan wanita dan anak perempuan dari segala umur,
termasuk wanita yang lebih tua dan penyandang disabil-
itas dapat mengakses ruang pribadi untuk mandi, untuk
mencuci dan mengeringkan pakaian dan kain bernoda
yang digunakan untuk perawatan menstruasi, dan untuk
membuang bahan sanitasi.
191
• Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan sosial yang
signifikan mempengaruhi akses untuk kelompok ini, ter-
masuk diskriminasi dan stigma
• Memastikan bahwa transportasi ke fasilitas perawatan
tersedia untuk orang yang terluka dan penyandang dis-
abilitas.
• Pastikan anak-anak penyandang disabilitas telah
mendapatkan akses penuh terhadap perawatan medis
yang diperlukan, termasuk obat-obatan untuk mengobati
epilepsi dan diabetes anak; program pencegahan dan
pengobatan; dan pelayanan nutrisi, imunisasi,
• Penyandang disabilitas dan orang tua memiliki akses
penuh pada kesehatan seksual dan layanan kesehatan
reproduksi.
192
• Menyediakan perlengkapan yang sesuai (misalnya alat
bantu mobilitas atau popok orang dewasa) dan dise-
diakan dalam paket yang lebih kecil untuk memudahkan
transportasi bagi orang-orang dengan tantangan mobili-
D. Sandang / tas.
Non-Food • Distribusi harus dapat diakses: antrian terpisah untuk
Item mengurangi waktu tunggu, bantuan tersedia untuk
pengumpulan / transportasi, menyediakan layanan pen-
jangkauan sehingga orang-orang yang tinggal di rumah
atau orang-orang yang tidak dapat mengakses distribusi
tidak dikecualikan.
193
• Penyediaan dukungan bagi anak-anak dan remaja pen-
yandang disabilitas (misalnya meja dan kursi yang dise-
suaikan di sekolah, transportasi ke dan dari sekolah, alat
bantu belajar atau alat bantu pendengaran).
• Pastikan aksesibilitas gedung sekolah dan fasilitas untuk
anak-anak dan remaja penyandang disabilitas. Menye-
diakan alat bantu mobilitas (misalnya kursi roda) dan
alat bantu (misalnya alat bantu dengar dan baterai)
G. Pendidikan
sesuai kebutuhan. Pastikan aksesibilitas jamban (yang
Darurat
terpisah untuk anak laki-laki dan perempuan).
• Pastikan bahwa kegiatan belajar mengajar dapat diakses
oleh anak-anak dan remaja penyandang disabilitas, den-
gan pelatihan staf, metode pengajaran, kurikulum dan
dukungan tambahan, dan penyesuaian tempat termasuk
ruang ramah anak untuk memaksimalkan pendidikan
anak pada kondisi darurat, termasuk anak-anak dengan
gangguan sensorik, intelektual, mental atau fisik.
194
Lampiran
195
berdasarkan hukum hak asasi manusia internasional, khususnya Konvensi
tentang Hak Penyandang Disabilitas, piagam pengungsi internasional
dan selanjutnya menekankan kewajiban Negara-negara dan semua pihak
dalam konflik bersenjata berdasarkan hukum humaniter internasional,
termasuk kewajiban mereka di bawah Konvensi Jenewa tahun 1949 dan
kewajiban yang berlaku untuk mereka di bawah Protokol Tambahan di
tahun 1977, untuk menghormati dan melindungi penyandang disabilitas
dan memperhatikan kebutuhan spesifik mereka selama konflik bersenjata.
1.6. Dengan niat tidak meninggalkan siapa pun, kami mengulangi komitmen
kami untuk sepenuhnya mendukung pelaksanaan Agenda 2030 untuk
Pembangunan Berkelanjutan sebagai elemen inti dalam memastikan
pengikut-sertaan penyandang disabilitas. Kami menyoroti keinginan kami
untuk menerjemahkan Kerangka Sendai tentang Pengurangan Resiko
Bencana dan menekankan perlunya mendukung penerapannya sebagai
instrumen penting untuk memberdayakan penyandang disabilitas dan
mendorong adanya upaya respon, pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi
yang dapat diakses secara universal.
1.7. Kami ingat bahwa penyandang disabilitas tidak terpengaruh secara
proporsional dalam situasi berisiko dan keadaan darurat kemanusiaan,
dan menghadapi banyak hambatan dalam mengakses perlindungan dan
bantuan kemanusiaan, termasuk bantuan dan dukungan pemulihan.
Mereka juga secara khusus terpapar kekerasan, eksploitasi dan pelecehan
yang ditargetkan, termasuk kekerasan seksual dan berbasis gender.
1.8. Kami mengenali berbagai bentuk diskriminasi berganda dan berpotongan
yang semakin memperburuk pengucilan semua penyandang disabilitas
dalam situasi darurat dan keadaan darurat kemanusiaan dan apakah
mereka tinggal di daerah perkotaan, pedesaan atau terpencil, dalam
kemiskinan, terpisah atau dalam institusi, dan terlepas dari status
mereka, termasuk migran, pengungsi atau orang-orang terlantar lainnya,
dan krisis itu sering menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
1.9. Kami menekankan pentingnya meningkatkan pengembangan kapasitas
otoritas nasional dan lokal dan komunitas kemanusiaan yang lebih luas
mengenai isu-isu yang berkaitan dengan penyandang disabilitas, termasuk
melalui peningkatan penyadartahuan dan penyediaan sumber daya yang
memadai. Kami menyadari bahwa kebijakan, prosedur dan praktik yang
ada mengenai penyandang disabilitas dalam program kemanusiaan perlu
196
diperkuat dan disistematisasi. Kami selanjutnya menekankan pentingnya
pengumpulan dan analisis data disabilitas yang dipilah berdasarkan usia
dan jenis kelamin, sebagai elemen penting dalam perancangan dan
pemantauan kewajiban Negara, program dan kebijakan kemanusiaan
secara keseluruhan.
1.10. Kita ingat bahwa penyandang disabilitas dan organisasi perwakilan
penyandang disabilitas memiliki kapasitas yang belum dimanfaatkan
dan tidak cukup berkonsultasi atau terlibat secara aktif dalam proses
pengambilan keputusan mengenai kehidupan mereka, termasuk
mekanisme koordinasi kesiapsiagaan dan penanganan krisis.
Kami berkomitmen untuk:
2.1. Tanpa Diskriminasi
a. Mengutuk dan menghilangkan semua bentuk diskriminasi terhadap
penyandang disabilitas dalam program dan kebijakan kemanusiaan,
termasuk dengan menjamin perlindungan dan akses yang setara
terhadap bantuan bagi semua penyandang disabilitas.
b. Memfasilitasi perlindungan dan keamanan semua anak-anak dan orang
dewasa penyandang disabilitas, menyadari bahwa faktor multipel
dan interseksi seperti gender, usia, etnisitas, status minoritas, serta
keragaman lainnya dan faktor spesifik konteks memerlukan tanggapan
dan tindakan yang berbeda.
c. Memberi perhatian khusus terhadap situasi perempuan dan anak
perempuan penyandang disabilitas dari segala usia, dalam konteks
situasi berisiko dan keadaan darurat kemanusiaan dan selanjutnya
mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memberdayakan
dan melindungi mereka dari masalah fisik, seksual dan berbagai
bentuk kekerasan, perlakuan kejam, eksploitasi dan pelecehan.
2.2. Partisipasi
a. Mempromosikan keterlibatan penyandang disabilitas dan organisasi
perwakilan penyandang disabilitas secara bermakna dalam penilaian
kebutuhan, perancangan, implementasi, koordinasi, pemantauan
dan evaluasi program kesiap-siagaan dan respons kemanusiaan,
serta memanfaatkan keterampilan, pengalaman, pengalaman, dan
kemampuan kepemimpinan mereka untuk memastikan partisipasi aktif
mereka dalam pengambilan keputusan, membuat dan merencanakan
197
proses termasuk mekanisme koordinasi yang tepat.
b. Bekerja untuk menumbuhkan mekanisme perlindungan berbasis
masyarakat yang inklusif agar lebih memberikan respon spesifik yang
disesuaikan dan konteks dan memperkuat ketahanan penyandang
disabilitas, komunitas mereka, keluarga dan perawat mereka.
2.3. Kebijakan Inklusif
a. Terlibat dengan semua Negara yang relevan, dan pemangku
kepentingan dan mitra lainnya untuk memastikan perlindungan bagi
penyandang disabilitas sebagaimana dipersyaratkan oleh hukum
internasional.
b. Mengembangkan, mendukung dan menerapkan kebijakan dan
pedoman berdasarkan kerangka kerja dan standar yang ada,
mendukung aktor kemanusiaan untuk memperbaiki penyertaan
penyandang disabilitas dalam kesiapan dan tanggapan darurat.
c. Mengadopsi kebijakan dan proses untuk memperbaiki pengumpulan
data kuantitatif dan kualitatif tentang penyandang disabilitas yang
menghasilkan bukti-bukti yang handal dan dapat diperbandingkan,
serta didapatkan secara etis dan menghargai kerahasiaan dan privasi.
Memastikan bahwa data penyandang disabilitas dipilah berdasarkan
usia dan jenis kelamin, dan dianalisis dan digunakan secara
berkelanjutan untuk menilai dan memajukan aksesibilitas layanan
dan bantuan kemanusiaan, serta partisipasi dalam perancangan,
pelaksanaan dan evaluasi kebijakan dan program.
2.4. Tanggapan dan Layanan Inklusif
a. Memastikan perencanaan darurat dan kesiapsiagaan dirancang untuk
mempertimbangkan beragam kebutuhan .
b. Berusaha untuk memastikan bahwa layanan dan bantuan kemanusiaan
tersedia untuk dan dapat diakses oleh semua penyandang disabilitas,
dan menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan akses terhadap
layanan khusus, termasuk teknologi bantu dalam jangka pendek,
menengah dan panjang.
c. Bekerja untuk mengatasi hambatan fisik, komunikasi, dan sikap
termasuk melalui penyediaan informasi yang sistematis untuk semua
orang dalam perencanaan, kesiapsiagaan dan tanggapan, dan
198
berusaha untuk menjamin aksesibilitas layanan termasuk melalui
perancangan universal dalam pemrograman, kebijakan dan dalam
semua rekonstruksi pasca-darurat.
2.5. Kerjasama dan Koordinasi
a. Membina kerjasama teknis dan koordinasi antara otoritas nasional
dan lokal dan semua aktor kemanusiaan, termasuk masyarakat
sipil internasional dan nasional, badan-badan PBB, Gerakan Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah, dan organisasi perwakilan penyandang
disabilitas, untuk memfasilitasi pembelajaran silang, dan berbagi
informasi, praktik, alat dan sumber daya termasuk para penyandang
disabilitas.
b. Meningkatkan koordinasi antara pelaku pembangunan dan aktor
kemanusiaan dengan maksud untuk memperkuat sistem layanan lokal
dan nasional termasuk penyandang disabilitas dan memanfaatkan
kesempatan untuk membangun kembali masyarakat dan masyarakat
yang lebih inklusif.
c. Meningkatkan sensitivitas semua staf kemanusiaan internasional dan
nasional, otoritas lokal dan nasional mengenai hak, perlindungan
dan keamanan penyandang disabilitas dan memperkuat kapasitas
dan keterampilan mereka untuk mengidentifikasi dan memasukkan
penyandang disabilitas dalam mekanisme kesiapsiagaan dan
penanganan kemanusiaan.
199
200
Bahan Rujukan
Undang – Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
Perka BNPB Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pedoman Manajemen
Logistik dan Peralatan PB
Perka BNPB Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan
Gudang Logistik dan Peralatan dalam Status Keadaan Darurat
Bencana
Perka BNPB Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Bantuan
Logistik pada Status Keadaan Darurat Bencana.
Perka BNPB Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Sistem Komando
Penanganan Darurat Bencana
Perka BNPB Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara
Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Perka BNPB Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana.
A.W. Coburn, R.J.S. Spence, & A. Pomonis, Disaster Mitigation (United
Nations Disaster Management Training Programme [UNDMTP],
1994, 2nd Edition
Bahan Bacaan Peserta, Pelatihan Dasar Penanggulangan Bencana,
BNPB, 2012
CHS Alliance, 2015. Core Humanitarian Standard; Standar
Kemanusiaan Inti dalam Hal Kualitas dan Akuntabilitas,
Penerjemah H. Iskandar Leman, MPBI.
Modul pelatihan Rehabilitasi dan Renkonstruksi Pasca Bencana,
BNPB, 2013.
OCHA. Prinsip – Prinsip Panduan bagi Perlindungan Pengungsi
Internal.
Sriutomo, S., 2007, Sistem Nasional Penanggulangan Bencana,
Menuju Upaya Penanggulangan Bencana yang Tepat Di lndonesia
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007.
201
Sphere Project. Humanitarian Charter and Minimum Standars in
Disaster Response.
SK Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor Nomor
173 Tahun 2014, tentang klaster penanggulangan bencana
Setiawan, B., 2007, Pelajaran dari Yogya dan Aceh, Kapasitas Tata
Kelola Resiko Bencana, Partnership for Government Reform -
Yogyakarta
SCDRR, Bappenas, UNDP, 2008, Laporan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB)
Tahun 2007-2008.
Zaroni, 2017, Logistics & Supply Chain; Konsep Dasar-Logistik
Kontemporer-Praktik Terbaik, Prasetiya Mulya Publishing.
202
203
204