Anda di halaman 1dari 193

2019

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


KOORDINASI DAN KAJI CEPAT BENCANA
( K2B )

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana


Badan Nasional Penanggulangan Bencana
2020
Modul Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi dan Kaji Cepat
Manajemen Informasi (K2B)

Disusun oleh:
Alam Maulana, S.Pd., M.M
Apriyuanda G.
Giyant Bayu Pradana, M.Sc
Ario Akbar Lomban, S.E., M.Si
Danung Arifin, S.S
Firza Gozalba, S.T,. M.Eng
Iwan Hasanudin
Kiki Yuniarti, SKM.
Kristian Gottam Mandit Sihombing S.STP, M.Si,.
Luqmanul Hakim, M.T
Dr. Marlina Adisty, S.Sos, M.Si
Mindaraga Rahardja, SE, MBA .
Neri Egi Rusmana
Nurhasanah
Oktavi Andaresta S.I.P
Prasetio Wijaksono
Rizki Dameria Amelinda, S.K.M
Roswanto, SE, MM
Sri Hastuti S.Sos,. M.Si (Han)
Suprapto, S.Si, M. Si (Han)
Surya Fajar Darmawan, ST, MM
Theophilus Yanuarto, S.S., M.Si.
Titi Moektijasih
Edisi Februari 2020

Modul Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi dan Kaji Cepat dengan sub
tema ‘Manajemen Informasi’ ini terbuka untuk direvisi di bawah
pengawasn Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana
BNPB sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal dalam
melakukan transfer pengetahuan kepada peserta didik. Keterangan
bulan dan tahun revisi modul harus disertakan pada lembar awal modul
tersebut.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Gedung Ina – DRTG, Komplek IPSC Jl. Anyar, Desa Tangkil Sentul,
Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 16810.
KATA PENGANTAR

Mendasarkan respon kita pada kebutuhan nyata dan


prioritas dari kelompok yang terkena dampak serta membangun
kapasitas dan ketangguhan tanpa meningkatkan kerentanan,
bencana dan bahaya tertanam dengan mendalam dalam prinsip
– prinsip kemanusiaan. Mandat kita sebagai institusi
kemanusiaan adalah untuk memberikan respon darurat yang
berkualitas tinggi.
Sangat penting untuk memahami situasi kedaruratan
termasuk kebutuhan prioritas, risiko dan kapasitas masyarakat
terdampak. Berbagai institusi kemanusiaan akan menggunakan
“Pemprofilan Bencana” untuk mendapatkan scenario realitis dan
membuat keputusan respon awal.
Pengkajian dilakukan untuk menghasilkan pemahaman
yang nyata dan dapat dibuktikan terkait dengan kebutuhan
prioritas, kapasitas masyarakat terdampak dan risiko bencana.
Pengkajian dilakukan dalam berbagai tahap di dalam kedaruratan
dan bertambah tingkat kerumitannya serta tingkat partisipasi
masyarakat bersamaan dengan meningkatnya respon terhadap
dampak bencana.
Pengkajian mungkin dilakukan oleh sebuah badan, atau
bekerjasama dengan badan yang lain, baik lembaga pemerintah
maupun non pemerintah. Koordinasi dalam pengkajian bencana
dan berbagi informasi dalam sebuah situasi darurat adalah hal
yang sangat penting untuk memastikan respon yang efektif dan
sesuai.
Untuk mendukung penyelenggaraan Diklat Teknis
Penanggulangan Bencana, diperlukan adanya modul yang
menjadi standar materi dalam Diklat dan mempermudah peserta
dalam memahami maksud pembelajaran materi. Dengan

Pusdiklat BNPB Page 1


demikian modul ini lebih merupakan pedoman bagi pengajar
yang diharapkan selalu disempurnakan materinya untuk
menjamin kualitas penyelenggaraan Diklat Teknis
Penanggulangan Bencana.
Dengan diterbitkannya modul ini, meskipun isinya telah
dikembangkan dengan seoptimal mungkin, namun tak dapat
dipungkiri masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan.
Karena itu kami mengharapkan saran dan masukan dari para
stakeholder demi peningkatan materi modul dan kualitas Diklat
Teknis Penanggulangan Bencana. Selajutnya, kepada para
penulis, kami sampaikan banyak terima kasih dan penghargaan
atas kontribusi dan kerjasamanya.
Akhirnya, semoga Tuhan selalu meridoi usaha kita semua.
Aamiin

Bogor, Februari 2020

Penulis

Pusdiklat BNPB Page 2


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................... 1

SISTEM KOMANDO PENANGANAN 5


Modul 1
DARURAT BENCANA ................................
Pendahuluan ................................................ 5
Aktivasi SKPDB ........................................... 12
Perangkat SKPDB ...................................... 22
Bagan Organisasi ........................................ 24
Tugas Pokok dan Fungsi ............................. 25
Penutup ........................................................ 27

KOORDINASI MULTIPIHAK DAN 28


Modul 2
PENANGANAN DARURAT BENCANA .....
PPENANGANAN
Pendahuluan DARURAT BENCANA
................................................ 28
Konsep Koordinasi ....................................... 34
Koordinasi Multi Pihak ................................. 45
Pendampingan Terhadap Pihak Daerah ...... 55
Penutup ........................................................ 57

Modul 3 PENGKAJIAN CEPAT ................................ 58


Pendahuluan ................................................ 58
Konsep Kaji Cepat ....................................... 61
Pengumpulan Data ...................................... 67
Pengolahan dan Analisis Data ..................... 83
Pengkajian Bersama dengan K/L Lain dan 87
Lembaga Non-Pemerintahan .......................
Penutup ........................................................ 92

PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN 93


Modul 4 LAPORAN KAJI CEPAT .............................

Pusdiklat BNPB Page 3


Pendahuluan ................................................ 93
Penyusunan Laporan Kaji Cepat ................. 95
Penyajian Data dan Informasi Hasil Kaji 104
cepat ............................................................
Penutup ....................................................... 132

Modul 5 MANAJEMEN INFORMASI ......................... 135


5 Pendahuluan ................................................ 135
Teknologi Komunikasi/Informasi Pendukung .
Konsep Manajemen Informasi ..................... 138
Produk Manajemen Informasi ...................... 146
Pemanfaatan Platform Komunikasi Bersama 156
Penutup .......................................................... 166

Modul 6 PETA TEMATIK DAN DATABASE ............... 170


Pendahuluan .................................................. 170
Materi Pembelajaran ...................................... 174
Rangkuman .................................................... 189

DAFTAR PUSTAKA 190

Pusdiklat BNPB Page 4


MODUL 1
SISTEM KOMANDO PENANGANAN DARURAT BENCANA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki


kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang
memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan
oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia yang
menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang
dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan
nasional. Potensi penyebab bencananya dapat dikelompokan
dalam 3 (tiga) jenis bencanayaitu bencana alam, bencana non
alam dan bencana sosial. Bencana alam merupakan bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah
longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara
lain berupa kegagalan teknologi, kegagalan modernisasi,
epidemi dan wabah penyakit. Bencana sosial merupakan
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan
teror.
Dalam penanggulangan bencana perlu adanya
koordinasi dan penanganan yang cepat, tepat, efektif, efisien,
terpadu dan akuntabel, agar korban jiwa dan kerugian harta
benda dapat diminimalisir. Penanggulangan bencana,
Pusdiklat BNPB Page 5
khususnya pada saat tanggap darurat bencana harus
dilakukan secara cepat, tepat dan dikoordinasikan dalam satu
komando. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dalam
Pasal 24 huruf i menjelaskan bahwa dalam status keadaan
darurat Kepala BNPB atau Kepala BPBD sesuai
kewenangannya mempunyai kemudahan akses berupa
komando untuk memerintahkan sektor/lembaga dalam satu
komando untuk pengerahan sumber daya manusia, peralatan,
logistik, dan penyelamatan. Pasal 47 ayat (4) dan (5)
menjelaskan bahwa mekanisme pelaksanaan pengendalian
dalam satu komando didasarkan pada satu sistem komando
untuk penanganan darurat bencana yang ketentuannya diatur
melalui Peraturan Kepala BNPB yaitu Nomor 03 Tahun 2016
tentang Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana.
Mekanisme penanganan darurat bencana berbeda-beda
menurut jenis dan lokasi bencananya. Mekanisme
penanganan darurat pada kejadian bencana alam akan
berbeda dengan bencana nonalam ataupun bencana sosial.
Mekanisme penyelenggaraan sistem komando penanganan
darurat bencana yang diterapkan akan berbeda pula. Sistem
komando penanganan darurat bencana idealnya juga harus
dapat mengakomodasi peran sektor lembaga nonpemerintah,
lembaga usaha, dan masyarakat dalam upaya-upaya
penanganan darurat bencana.
Sejak tahun 2008, suatu pelatihan yang dinamakan
Koordinasi dan Kaji Cepat bencana telah didukung oleh UN
OCHA dengan bekerjasama dengan Badan Koordinasi
Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) dan
kemudian Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB).Pelatihan tersebut dilaksanakan dengan
mengadaptasi metodologi dan konsep UNDAC (The United
Pusdiklat BNPB Page 6
Nations Disaster Assessment and Coordination).Tim UNDAC
merupakan tim yang stand-by dan terdiri dari para professional
di bidang kedaruratan bencana yang dipilih dan didanai oleh
negara anggota, badan PBB dan IFRC. Ketika ada
permintaan dari negara yang terkena bencana, tim UNDAC
dimobilisasi dalam hitungan jam untuk membantu negara yang
terkena bencana di bidang koordinasi di wilayah bencana dan
termasuk melakukan kajian cepat untuk menentukan prioritas-
prioritas kebutuhan. Tim UNDAC bertanggungjawab untuk
menyampaikan informasi situasi bencana dan kebutuhan-
kebutuhan prioritas kepada komunitas internasional.
Pelatihan K2B telah menjadi salah satu kegiatan rutin
Pusat Pendidikan dan Latihan BNPB sebagai sarana untuk
pengembangan diri bagi personil penanggulangan bencana,
yang berkaitan dengan pengembangan pengetahuan,
keterampilan, penambahan wawasan, serta mempertajam
respon untuk menanggulangi bencana bila terjadi sewaktu-
waktu.
Pelatihan tersebut adalah sebagai upaya nyata
pemerintah di dalam meningkatkan kemampuan secara
nasional di bidang penanggulangan bencana, khususnya
terhadap pengembangan sumber daya manusia. Sebagai
sarana pendukung pelatihan, diperlukan modul pelatihan
sebagai acuan pelatih/fasilitator agar pelatihan berlangsung
secara efektif dan efisien. Melalui modul ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik kepada peserta,
karena modul dikembangkan dengan menekankan pada
pembelajaran orang dewasa dan keterlibatan peserta secara
aktif.
Modul ini merupakan bahan program Pelatihan Teknis
Koordinasi dan Kaji Cepat Bencana yang dapat dipelajari dan
diajarkan kepada Aparatur/Peserta Pelatihan, selain itu modul
Pusdiklat BNPB Page 7
ini dapat dikembangkan serta mengikuti kaidah-kaidah
penulisan modul yang berlaku seperti uraian, latihan dan
penugasan. Mata Pelatihan Sistem Komando Penanganan
Darurat Bencana ini akan memberikan pedoman dan
wawasan bagi Pemerintah, Masyarakat dan Dunia Usaha.
Modul ini diharapkan dapat memberikan masukan baik secara
teoritis maupun praktis.

B. Deskripsi Singkat
Modul ini berjudul Sistem Komando Penanganan
Darurat Bencana yang isinya membahas Aktivasi SKPDB,
Perangkat SKPDB, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan
Fungsinya serta Manajemen Posko.

C. Manfaat Modul Bagi Peserta


Modul ini sangat penting untuk peserta Pelatihan
Teknis Koordinasi dan Kaji Cepat Bencana, sebab secara
umum setelah mempelajari materi dari modul ini, peserta
pelatihan akan dapat memahami mengenai Sistem
Komando Penanganan Darurat Bencana dengan benar.
Secara lebih detil peserta pelatihan akan dapat
menjelaskan Prinsip-Prinsip SKPDB, Proses Aktivasinya,
Perangkat, Struktur dan Bagan Organisasi, Tugas Pokok
dan Fungsi dari Pos Komando, Pos Lapangan, Pos
Pendukung dan Pos Pendamping, serta Pembentukan
Posko, Prasarana, Sarana, Pembiayaan dan Operasi
Harian.

D. Tujuan Pembelajaran
1) Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu
memahami Sistem Komando Penanganan Darurat
Pusdiklat BNPB Page 8
Bencanadengan Indikator Hasil BelajarPeserta diharapkan
mampu menjelaskan:
a. Aktivasi SKPDB
b. Perangkat SKPDB
c. Struktur Organisasi
d. Bagan Organisasi
e. Tugas Pokok dan Fungsinya
f. Manajemen Posko

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

1) Materi Pokok
a. Aktivasi SKPDB
b. Perangkat SKPDB
c. Struktur Organisasi
d. Bagan Organisasi
e. Tugas Pokok dan Fungsinya
f. Manajemen Posko

2) Sub Materi Pokok


a. Prinsip-Prinsip SKPDB
b. Proses Aktivasi
c. Pos Komando sebagai perangkat SKPDB
d. Pos Lapangan sebagai perangkat SKPDB
e. Pos Pendukung sebagai perangkat SKPDB
f. Pos Pendamping sebagai perangkat SKPDB
g. Pos Komando sebagai Struktur Organisasi SKPDB
h. Pos Lapangan sebagai Struktur Organisasi SKPDB
i. Pos Pendukung sebagai Struktur Organisasi SKPDB
j. Pos Pendamping sebagai Struktur Organisasi SKPDB
k. Tugas Pokok dan Fungsi Pos Komando
l. Tugas Pokok dan Fungsi Pos Lapangan
Pusdiklat BNPB Page 9
m. Tugas Pokok dan Fungsi Pos Pendukung
n. Tugas Pokok dan Fungsi Pos Pendamping
o. Pembentukan Posko
p. Prasarana, Sarana, dan Pembiayaan
q. Operasi Harian

F. Petunjuk Belajar

1) Bagi Peserta Pelatihan


Agar peserta Pelatihan berhasil menguasai Modul ini
dengan baik, ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut:
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan Modul ini,
sampai peserta Pelatihan memahami betul apa, untuk
apa, dan bagaimana mempelajari Modul ini dan
mengimplementasikannya.
b. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata –
kata kunci dan kata – kata yang peserta Pelatihan
anggap baru. Kemudian cari dan baca pengertian kata –
kata kunci dalam daftar kata – kata sulit Modul ini atau
dalam Kamus Bahasa Indonesia dan Manajemen.
c. Bila ada kesulitan, diskusikan dengan teman peserta
Pelatihan dan tanyakan kepada
Widyaiswara/Pengajar/Fasilitator.

2) Bagi Widyaiswara/Pengajar/Fasilitator
Modul ini dirancang untuk membantu peserta pelatihan
dalam proses belajar dari mulai merancang, menjelaskan,
mengorganisir, membimbing, mengerahkan, membantu,
sampai dengan mengevaluasi hasil belajar peserta Pelatihan.
Oleh sebab itu, peran sebagai Widyaiswara adalah:

Pusdiklat BNPB Page 10


a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan Modul ini,
sampai Widyaiswara memahami betul apa, untuk apa,
dan bagaimana mempelajari Modul ini.
b. Membantu peserta Pelatihan dalam proses belajar
c. Membimbing peserta Pelatihan melalui tugas – tugas
pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar
d. Membantu peserta pelatihan dalam menentukan dan
mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk
belajar
e. Mengorganisasikan kegiatan kelompok
f. Merancang pendampingan
Widyaiswara/Pengajar/Fasilitator atau Praktisi lain jika
diperlukan
g. Mencatat kemajuan belajar peserta Pelatihan
h. Melaksanakan penilaian kepada peserta Pelatihan

Pusdiklat BNPB Page 11


AKTIVASI SKPDB

Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta


Pelatihan diharapkan mampu menjelaskan Prinsip-Prinsip SKPDB
dan Proses Aktivasinya

A. Prinsip-Prinsip SKPDB
Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana adalah
satu kesatuan upaya terstruktur dalam satu komando yang
digunakan untuk mengintegrasikan kegiatan penanganan darurat
secara efektif dan efisien dalam mengendalikan
ancaman/penyebab bencana dan menanggulangi dampak pada
saat keadaan darurat bencana.
Penyelenggaraan penanganan darurat bencana
dilaksanakan berdasarkan prinsip:
“pengutamaan peran aktif pemerintah daerah kabupaten/kota;
dan pemerintah dan pemerintah daerah provinsi bertanggung
jawab melakukan pendampingan terhadap pemerintah daerah
kabupaten/kota.”

B. Proses Aktivasi
Sistem komando penanganan darurat untuk bencana alam
diaktivasi sesuai dengan status keadaan darurat bencana yang
ditetapkan yaitu status siaga darurat, status tanggap darurat,
dan status transisi darurat ke pemulihan. Dalam setiap
kejadian/peristiwa yang ditetapkan status keadaan darurat
bencananya maka hanya ada satu sistem komando penanganan
darurat bencana yang diaktivasi
a) Kondisi Dan Tantangan Saat Siaga Darurat Bencana

Pusdiklat BNPB Page 12


b) Kondisi, Tantangan dan peluang Saat Tanggap Darurat
Bencana.
Pada saat tanggap darurat banyak korban berjatuhan
yang membutuhkan bantuan segera, antara lain
evakuasi dan transportasi para pengungsi, hunian
darurat, makanan, dan perbaikan awal terhadap
infrastruktur yang rusak. Fokus tanggap darurat adalah
menangani dampak negatif dari kejadian bencana
khususnya memenuhi kebutuhan dasar orang-orang
yang menjadi korban.
Keragaman koban dalam tanggap darurat biasanya
belum terlalu diperhatikan dan asumsi kebutuhannya
dianggap seragam, seperti kebutuhan makanan, obat,
air dan pengungsian). Namun dengan menggunakan
perspektif gender sejak awal, kebutuhan anak dan
kebutuhan orang dengan kebutuhan khusus dapat lebih
diperhatikan dalam tanggap darurat bencana.

c) Kondisi Dan Tantangan Saat Transisi Darurat Bencana


d) Prinsip koordinasi, potensi hambatan dalam koordinasi
bencana
Organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana
merupakan organisasi satu komando, dengan mata rantai
dan garis komando serta tanggung jawab yang
jelas.Instansi/lembaga dapat dikoordinasikan dalam satu
organisasi berdasarkan satu kesatuan komando.Organisasi
ini dapat dibentuk di semua tingkatan wilayah bencana baik
di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun tingkat nasional.
Struktur organisasi komando tanggap darurat terdiri atas
Komandan yang dibantu oleh wakil komandan, staf komando
dan staf umum.Sesuai dengan jenis, kebutuhan dan
kompleksitas bencana dapat dibentuk unit organisasi dalam

Pusdiklat BNPB Page 13


bentuk seksi-seksi yang berada di bawah bidang dan
dipimpin oleh Kepala Seksi yang bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang.
Fungsi Komando Tanggap Darurat Bencana adalah
mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan
mensinkronisasikan seluruh unsur dalam organisasi
komando tanggap darurat untuk penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan serta
pemulihan sarana dan prasarana dengan segera pada saat
kejadian bencana.
Pelaksanaan operasi tanggap darurat seringkali
mengalami hambatan, sehingga tanggap darurat tidak
berjalan lancar. Akibatnya bantuan mengalami penundaan
dan keterlambatan, pemberian bantuan tidak sesuai dengan
kebutuhan, atau pemberian bantuan tidak tepat sasaran,
yang mengakibatkan para korban mengalami peningkatan
kerentanan.

Hambatan yang mungkin muncul, antara lain:


1. Kekurangsiapan atau kegagapan dalam memberikan
bantuan.
2. Informasi tidak akurat atau tidak lengkap dan
cenderung membingungkan.
3. Terputusnya komunikasi dan transportasi sedangkan
pemulihan/fasilitasi komunikasi dan transportasi
darurat tidak bisa segera dilakukan.
4. Sasaran/target pemberian bantuan yang tidak jelas.
5. Ketidakamanan dan tidak adanya jaminan
perlindungan sedangkan fasilitas keamanan belum
bisa diciptakan secara cepat.

Pusdiklat BNPB Page 14


6. Hambatan politis dan administratif/birokrasi yang
lambat.
7. Tidak seimbangnya kebutuhan/permintaan dari
lapangan dan persediaan bantuan.
8. Cakupan wilayah terlalu luas dan sulit terjangkau
sehingga bantuan tidak memadai.
9. Petugas lapangan, relawan, mengalami kelelahan
akibat tugas/hal yang harus dikerjakan terlalu banyak
dan terus menerus sedangkan waktu sangat terbatas.
10. Ketidakpuasan atau ketidaksabaran korban karena
bantuan terlambat datang.
Untuk mencapai koordinasi terbaik perlu
memperhatikan beberapa prinsip, antara lain:
1. Partispasif
Koordinasi terjadi melalui legitimasi yang didapatkan
dari keterlibatan. Tugas koordinasi muncul dalam
sebuah struktur dan proses yang disepakati dan
didukung oleh semua aktor yang terlibat dalam situasi
darurat.
2. Tidak memihak
Proses koordinasi tidak dapat dibuat untuk
menguntungkan satu organisasi di atas organisasi lain
melainkan mengidentifikasikan kompetensi yang
berbeda dari berbagai faktor. Pemberian bantuan
hanya berdasarkan kebutuhan tanpa memandang ras,
agama, afiliasi politik, gender atau usia.
3. Transparan
Koordinasi membutuhkan kepercayaan dan
kepercayaan membutuhkan transparansi, aliran
informasi yang lancar, pengambilan keputusan yang
terbuka dan dinyatakan secara publik, alasan atau

Pusdiklat BNPB Page 15


argumen yang jujur terhadap keputusan yang diambil
serta tanggung jawab atas setiap keputusan yang
telah diambil dan disepakati.

4. Berguna
Proses koordinasi harus menghasilkan produk,
proses, dan hasil yang berguna, meliputi sebuah
landasan bersama bagi pengambilan keputusan,
kesmpatan menggunakan sumber daya bersama,
sebuah tempat untuk pengakuan dan dukungan
pemberi dana, atau sebuah tempat yang nyaman
untuk berbagi rasa frustasi dan mencoba ide baru.
e) Pemetaan para pelaku/organisasi penanggulangan
bencana kedaruratan bencana dan peran tiap pelaku
1. Komandan Siaga Darurat Bencana
2. Komandan Tanggap Darurat Bencana
Komandan Tanggap Darurat Bencana adalah personil
dengan pangkat/jabatan senior peringkat pertama
dalam Komando Tanggap Darurat Bencana sesuai
tingkat dan kewenangannya.Komandan Tanggap
Darurat Bencana bertanggung jawab langsung
kepada Kepala BNPB/BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota
sesuai dengan tingkat dan kewenangannya.
Tugasnya sebagai berikut:
a. Mengaktifkan dan meningkatkan Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops) menjadi Pos
Komando Tanggap Darurat BPBD
Kabupaten/Kota/Provinsi atau BNPB, sesuai
dengan jenis, lokasi dan tingkatan bencana.

Pusdiklat BNPB Page 16


b. Membentuk Pos Komando Lapangan (Poskolap)
di lokasi bencana di bawah komando Pos
Komando Tanggap Darurat Bencana BPBD
Kabupaten/Kota/Provinsi atau BNPB.
c. Membuat rencana strategis dan taktis,
mengorganisasikan, melaksanakan dan
mengendalikan operasi tanggap darurat bencana
d. Melaksanakan komando dan pengendalian untuk
pengerahan sumber daya manusia, peralatan,
logistik dan penyelamatan serta berwenang
memerintahkan para pejabat yang mewakili
instansi/lembaga/organisasi yang terkait dalam
memfasilitasi aksesibilitas penanganan tanggap
darurat bencana.
3. Komandan Transisi Darurat Bencana
4. Wakil Komandan Siaga/Tanggap/Transisi Darurat
Bencana
Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana adalah
personil dengan pangkat/jabatan senior peringkat
kedua dalam Komando Tanggap Darurat Bencana
sesuai tingkat dan kewenangannya.Wakil Komandan
Tanggap Darurat Bencana bertanggung jawab
terhadap Komandan Tanggap Darurat Bencana.
Tugasnya sebagai berikut:
a. Membantu Komandan Tanggap Darurat Bencana
dalam merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengendalikan komando
tanggap darurat bencana.

Pusdiklat BNPB Page 17


b. Mengkoordinir tugas-tugas sekretariat,
humas,keselamatan dan keamanan serta
perwakilan instansi/lembaga.
c. Mewakili Komandan Tanggap Darurat Bencana,
apabila Komandan Tanggap Darurat Bencana
berhalangan.
5. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris dan
bertanggung jawab terhadap Komandan Tanggap
Darurat Bencana.
Tugasnya:
a. Menyelenggarakan administrasi umum dan
pelaporan
b. Pelayanan akomodasi dan konsumsi bagi personil
Komando Tanggap Darurat Bencana.
6. Hubungan Masyarakat
Hubungan Masyarakat dipimpin oleh Kepala Humas
dan bertanggung jawab terhadap Komandan Tanggap
Darurat Bencana.
Tugasnya adalah:
a. Menghimpun data dan informasi penanganan
bencana yang terjadi.
b. Membentuk jaringan informasi dan komunikasi
serta menyebarkan informasi tentang bencana
tersebut ke media massa dan masyarakat luas.
7. Keselamatan dan Keamanan
Keselamatan dan Keamanan dipimpin oleh Kepala
Keselamatan dan Keamanan dan bertanggung jawab
terhadap Komandan Tanggap Darurat Bencana.
Tugasnya adalah:

Pusdiklat BNPB Page 18


a. Menjamin kesehatan dan keselamatan seluruh
personil Komando Tanggap Darurat Bencana
dalam menjalankan tugasnya
b. Menjaga keamanan penanganan tanggap darurat
bencana serta mengantisipasi hal-hal di luar
dugaan atau suatu keadaan yang berbahaya.
8. Perwakilan Instansi/Lembaga
Perwakilan Instansi/Lembaga bertugas untuk
membantu Komandan Tanggap Darurat Bencana
berkaitan dengan permintaan dan pengerahan
sumberdaya yang dibutuhkan dari instansi/lembaga.
Perwakilan instansi/lembaga secara operasional
bertanggung jawab langsung kepada Komandan
Tanggap Darurat Bencana atas pelaksanaan
tugasnya dansecara administratif bertanggung jawab
kepada pimpinan instansi/lembaga terkait.
9. Bidang Operasi
Bidang Operasi dipimpin oleh Kepala Bidang Operasi
dan bertanggung jawabterhadap Komandan Tanggap
Darurat Bencana.
Bidang Operasi bertugas dan bertanggung jawab atas
semua pelaksanaan operasi penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana
dengan cepat, tepat, efisien dan efektif berdasarkan
satu kesatuan rencana tindakan penanganan tanggap
darurat bencana.
10. Bidang Perencanaan

Pusdiklat BNPB Page 19


Bidang Perencanaan dipimpin oleh Kepala Bidang
Perencanaan dan bertanggung jawabterhadap
Komandan Tanggap Darurat Bencana.
Bidang Perencanaan bertugas dan bertanggung
jawab atas pengumpulan, evaluasi, analisis data dan
informasi yang berhubungan dengan penanganan
tanggap darurat bencana serta menyiapkan dokumen
rencana tindakan operasi tanggap darurat.
11. Bidang Logistik dan Peralatan
Bidang Logistik dan Peralatan dipimpin oleh
KepalaBidang Logistik dan bertanggung
jawabterhadap Komandan Tanggap Darurat Bencana.
Tugasnya adalah:
a. Penyediaan fasilitas, jasa, dan bahan-bahan serta
perlengkapan tanggap darurat
b. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian dan transportasi bantuan logistik
dan peralatan
c. Melaksanakan penyelenggaraan dukungan dapur
umum, air bersih dan sanitasi umum.
d. Mengkoordinasikan semua bantuan sumber daya
logistik dari instansi/lembaga/organisasi yang
terkait.
12. Bidang Administrasi Keuangan
Bidang Administrasi Keuangan dipimpin oleh
KepalaAdministrasi Keuangan dan bertanggung
jawabterhadap Komandan Tanggap Darurat Bencana.
Tugasnya adalah:
a. Melaksanakan semua administrasi keuangan.

Pusdiklat BNPB Page 20


b. Menganilisa kebutuhan dana dalam rangka
penanganan tanggap darurat bencana yang
terjadi.
c. Mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam
rangka komando tanggap darurat bencana yang
terjadi.

Pusdiklat BNPB Page 21


PERANGKAT SKPDB

Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini


peserta Pelatihan diharapkan mampu menjelaskan Perangkat
SKPDB yang terdiri dari Pos Komando, Pos Lapangan, Pos
Pendukung dan Pos Pendamping
A. Pos Komando
Pos Komando Penanganan Darurat Bencana yang
selanjutnya disingkat Posko PDB adalah institusi yang
berfungsi sebagai pusat komando operasi penanganan
darurat bencana yang merupakan posko utama di
dalam Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana,
untuk mengoordinasikan, mengendalikan, memantau
dan mengevaluasi pelaksanaan penanganan darurat
bencana.

B. Pos Lapangan
Pos Lapangan Penanganan Darurat Bencana yang
selanjutnya disebut Pos Lapangan PDB adalah institusi
yang berfungsi secara langsung sebagai pelaksana
operasi penanganan darurat bencana baik di lokasi
bencana, sekitar lokasi bencana maupun lokasi
pengungsian.

C. Pos Pendukung
Pos Pendukung Penanganan Darurat Bencana yang
selanjutnya disebut Pos Pendukung PDB adalah
institusi yang berfungsi membantu kelancaran akses
masuk, keluar, dan mobilisasi/distribusi bantuan
penanganan darurat bencana dari luar wilayah
terdampak.

Pusdiklat BNPB Page 22


D. Pos Pendamping
Pos Pendamping Penanganan Darurat Bencana adalah
institusi yang berperan mengoordinasikan mobilisasi
bantuan penanganan darurat bencana meliputi pos
pendamping nasional penanganan darurat bencana,
pos pendamping penanganan darurat bencana
provinsi, dan pos pendamping penanganan darurat
bencana wilayah.

Pusdiklat BNPB Page 23


BAGAN ORGANISASI

Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini


peserta Pelatihan diharapkan mampu menjelaskan Struktur
Organisasi SKPDB yang terdiri dari Pos Komando, Pos
Lapangan, Pos Pendukung dan Pos Pendamping.

A. Pos Komando

KOMANDAN

WAKIL KOMANDAN

SEKRETARIAT BAGIAN BAGIAN PERWAKILAN


PERENCANAAN DATA, INFORMASI & INSTANSI/LEMBAGA
HUMAS

BIDANG BIDANG BIDANG OPERASI BIDANG


OPERASI OPERASI OPERASI

Pusdiklat BNPB Page 24


TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini


peserta Pelatihan diharapkan mampu menjelaskan Tugas
Pokok dan Fungsi Pos Komando, Pos Lapangan, Pos Pendukung
dan Pos Pendamping.

A. Pos Komando
Pos komando mempunyai tugas:
 melakukan kajian pemenuhan kebutuhan
penanganan darurat bencana berdasarkan
hasil kaji cepat dan rencanakontinjensi;
 melakukan kajian awal upaya/rencana
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi;
 menyusun rencana kegiatan operasi
penanganan darurat bencana;
 mengoordinasikan instansi/lembaga terkait;
 mengendalikan pelaksanaan penanganan
darurat bencana;
 memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
penanganan darurat bencana;
 melaksanakan manajemen informasi
pelaksanaan penanganan darurat bencana;
Posko PDB kabupaten/kota atau provinsi
melaporkan pelaksanaan operasi penanganan
darurat bencana kepada kepala BPBD
kabupaten/kota atau provinsi tembusan
instansi/lembaga terkait;dan
Posko Nasional PDB melaporkan pelaksanaan
operasi penanganan darurat bencana kepada
Kepala BNPB tembusan kementerian/lembaga
terkait.

Pusdiklat BNPB Page 25


Pos komando mempunyai fungsi:
a. pengkajian pemenuhan kebutuhan
penanganan darurat bencana dan
perencanaan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi;
b. perencanaan, pengendalian, pengoordinasian
kegiatan operasi, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan penanganan darurat bencana; dan
c. pengelolaan data dan informasi penanganan
darurat bencana.

Pusdiklat BNPB Page 26


PENUTUP

Proses belajar yang efektif adalah proses


pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang
telah direncanakan dalam pembelajaran. Proses tersebut
adalah menjalankan serangkaian komponen–komponen
pembelajaran dari mulai tujuan, materi, dan evaluasi. Proses
pembelajaran Mata Pelatihan Sistem Komando Penanganan
Darurat Bencana adalah pengantar materi sebagai
pengetahuan dasar sebelum peserta Pelatihan Koordinasi
dan Kaji Cepat Bencana memperoleh sejumlah pengalaman
lebih jauh tentang koordinasi dan kaji cepat dan menjadi
bagian dari proses pembelajaran sebuah mata Pelatihan.
Modul Mata Pelatihan Sistem Komando Penanganan
Darurat Bencana berisi materi: 1) Aktivasi SKPDB 2)
Perangkat SKPDB 3) Struktur Organisasi 4) Tugas Pokok dan
Fungsi dan 5) Manajemen Posko. Masing – masing telah
diuraikan dalam setiap BAB – nya. Kehadiran Modul ini
diharapkan dapat dijadikan acuan pengajaran bagi fasilitator
dan praktisi penanggulangan bencana dan agar setiap
peserta Pelatihan mampu memahami tujuan pembelajaran
dan memenuhi indikator keberhasilan yang semestinya
dicapai. Sudah seharusnya interaksi dalam kegiatan belajar
mengajar dapat menghasilkan masukan – masukan untuk
kesempurnaan Modul kemudian hari sehingga kompetensi
yang dihasilkan dalam mata Pelatihan ini peserta diharapkan
kompeten dalam memahami meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan peserta.

Pusdiklat BNPB Page 27


MODUL 2
KOORDINASI MULTIPIHAK DAN PENANGANAN
DARURAT BENCANA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di
dunia yang berada tepat pada pertemuan tiga lempeng utama
dunia yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik,
sehingga merupakan wilayah rawan bencana dan sewaktu-
waktu berpotensi terjadi bencana alam seperti gempa bumi,
tsunami dan letusan gunung berapi. Indonesia adalah juga
negara dengan karakteristik bencana yang unik, dengan
memperhatikan lokasi geografis, kondisi geologis, perbedaan
kepadatan penduduk yang besar diantara bagian-bagian
daerahnya dan perbedaan kapasitas diantara kelompok-
kelompok masyarakatnya dalam menanggapi ancaman-
ancaman bencana.
Segera setelah bencana terjadi, perespon bencana
termasuk dari pemerintahan, Palang Merah, organisasi non-
pemerintah lokal, nasional dan internasional, universitas,
kelompok-kelompok keagamaan, partai-partai politik, badan
PBB, organisasi swasta dan organisasi sukarela lainnya akan
merespon dan memberikan bantuan. Situasi chaos seringkali
terlihat seolah-olah tidak ada organisasi yang bertanggung
jawab dan mengatur keseluruhan respon yang ada. Situasi
seperti ini telah lama disadari oleh Pemerintah Indonesia, dan
telah banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi
situasi ketidakteraturan yang kerap terjadi terutama disaat
awal kejadian bencana.

Pusdiklat BNPB Page 28


Sejak tahun 2008, pelatihan Koordinasi dan Kaji Cepat
Bencana diadakan oleh Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) dan kemudian
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan
dukungan dari UN OCHA. Pelatihan tersebut dilaksanakan
dengan mengadaptasi metodologi dan konsep UNDAC (The
United Nations Disaster Assessment and Coordination). Tim
UNDAC merupakan tim yang stand-by dan terdiri dari para
profesional di bidang kedaruratan bencana yang dipilih dan
didanai oleh negara anggota, badan PBB dan IFRC. Ketika
ada permintaan dari negara yang terkena bencana, tim
UNDAC dimobilisasi dalam hitungan jam untuk membantu
negara yang terkena bencana di bidang koordinasi di wilayah
bencana dan termasuk melakukan kajian cepat untuk
menentukan prioritas-prioritas kebutuhan. Tim UNDAC
bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi situasi
bencana dan kebutuhan-kebutuhan prioritas kepada
komunitas internasional.
Pelatihan K2B telah menjadi salah satu kegiatan rutin
Pusat Pendidikan dan Latihan BNPB sebagai sarana untuk
pengembangan diri bagi personil penanggulangan bencana,
yang berkaitan dengan pengembangan pengetahuan,
keterampilan, penambahan wawasan, serta mempertajam
kesiapsiagaan untuk menanggulangi bencana bila terjadi
sewaktu-waktu.
Pelatihan tersebut adalah sebagai upaya nyata
pemerintah di dalam meningkatkan kemampuan secara
nasional di bidang penanggulangan bencana, khususnya
terhadap pengembangan sumber daya manusia. Sebagai
sarana pendukung pelatihan, diperlukan modul pelatihan
sebagai acuan pelatih/fasilitator agar pelatihan berlangsung
secara efektif. Melalui modul diharapkan dapat memberikan
Pusdiklat BNPB Page 29
pemahaman yang lebih baik kepada peserta, karena modul
dikembangkan dengan menekankan pada pembelajaran orang
dewasa dan keterlibatan peserta secara aktif.
Modul ini merupakan bahan program Pelatihan Teknis
Koordinasi dan Kaji Cepat Bencana yang dapat dipelajari dan
diajarkan kepada Aparatur/Peserta Pelatihan, selain itu modul
ini dapat dikembangkan serta mengikuti kaidah-kaidah
penulisan modul yang berlaku seperti uraian, latihan dan
penugasan. Mata Pelatihan Koordinasi Multi Pihak pada
Penanganan Darurat Bencana ini akan memberikan pedoman
dan wawasan bagi Pemerintah, Masyarakat dan Dunia Usaha.
Modul ini diharapkan dapat memberikan masukan baik secara
teoritis maupun praktis.

B. Deskripsi Singkat
Modul ini berjudul Koordinasi Multi Pihak pada
Penanganan Darurat Bencana yang isinya membahas
Konsep Koordinasi, Koordinasi Multi Pihak serta
Pendampingan terhadap Pihak Daerah.

C. Manfaat Modul Bagi Peserta


Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007, salah satu tugas utama BNPB dan BPBD adalah
melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan
terkait. Dengan kondisi geografis Indonesia dan jumlah
organisasi yang memberikan bantuan saat terjadi bencana,
maka modul ini sangat penting untuk peserta Pelatihan
Teknis Koordinasi dan Kaji Cepat Bencana, untuk
memahami Koordinasi Multi Pihak pada Penanganan
Darurat Bencana dengan benar.
Secara lebih rinci peserta pelatihan akan dapat
menjelaskan Prinsip Koordinasi dan Kompetensi
Pusdiklat BNPB Page 30
Koordinator, Tantangan Koordinasi, Koordinasi Nasional
(Pusat dan Daerah) dan Internasional, Koordinasi Antar
Lembaga, Inventarisasi Sumber Daya dan Pengerahan,
Pendampingan terhadap Pihak Daerah, serta Kemudahan
Akses.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu
memahami Koordinasi Multi Pihak pada Penanganan Darurat
Bencana
2. Indikator Hasil Belajar
Peserta diharapkan mampu menjelaskan:
a. Konsep Koordinasi
b. Koordinasi Multi Pihak
c. Pendampingan terhadap pihak daearah

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


1. Materi Pokok
a) Konsep Koordinasi
b) Koordinasi Multi Pihak
c) Pendampingan Terhadap Pihak Daerah
2. Sub Materi Pokok
a) Prinsip Koordinasi dan Kompetensi Koordinator
b) Tantangan Koordinasi
c) Koordinasi Nasional (pusat dan daerah)
d) Koordinasi antar lembaga
e) Inventarisasi sumber daya dan pengerahan
f) Pengertian pendampingan
g) Kemudahan akses

Pusdiklat BNPB Page 31


F. Petunjuk Belajar
1. Bagi Peserta Pelatihan
Agar peserta Pelatihan berhasil menguasai Modul ini dengan
baik, ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut:
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan Modul ini,
sampai peserta Pelatihan memahami betul apa, untuk
apa, dan bagaimana mempelajari Modul ini dan
mengimplementasikannya.
b. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata –
kata kunci dan kata – kata yang peserta Pelatihan
anggap baru. Kemudian cari dan baca pengertian kata
– kata kunci dalam daftar kata – kata sulit Modul ini
atau dalam Kamus Bahasa Indonesia dan Manajemen.
c. Bila ada kesulitan, diskusikan dengan teman peserta
Pelatihan dan tanyakan kepada
Widyaiswara/Pengajar/Fasilitator.

2. Bagi Widyaiswara/Pengajar/Fasilitator
Modul ini dirancang untuk membantu peserta pelatihan
dalam proses belajar dari mulai merancang, menjelaskan,
mengorganisir, membimbing, mengerahkan, membantu,
sampai dengan mengevaluasi hasil belajar peserta
Pelatihan. Oleh sebab itu, peran sebagai Widyaiswara
adalah:
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan Modul ini,
sampai Widyaiswara memahami betul apa, untuk apa,
dan bagaimana mempelajari Modul ini.
b. Membantu peserta Pelatihan dalam proses belajar.
c. Membimbing peserta Pelatihan melalui tugas – tugas
pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar.

Pusdiklat BNPB Page 32


d. Membantu peserta pelatihan dalam menentukan dan
mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan
untuk belajar.
e. Mengorganisasikan kegiatan kelompok
f. Merancang pendampingan Widyaiswara/Pengajar/
Fasilitator atau Praktisi lain jika diperlukan.
g. Mencatat kemajuan belajar peserta Pelatihan.
h. Melaksanakan penilaian kepada peserta Pelatihan.

Pusdiklat BNPB Page 33


KONSEP KOORDINASI

Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta


Pelatihan diharapkan mampu menjelaskan Prinsip dan Tantangan
Koordinasi

A. Konsep Koordinasi
Secara umum koordinasi diartikan sebagai sinkronisasi dan
integrasi kegiatan, tanggung jawab, dan struktur komando dan
kontrol untuk memastikan bahwa sumber daya organisasi
digunakan secara efisien dalam mengejar tujuan yang
ditentukan. Seiring dengan pengorganisasian, pemantauan, dan
pengendalian, koordinasi adalah salah satu fungsi utama
manajemen (1).
Dalam penanganan darurat bencana, maka koordinasi
akan berkaitan dengan kenyataan adanya berbagai organisasi
dan lembaga yang terlibat yang mendorong diperlukannya
pengaturan kerja bersama. Pengaturan kerja bersama melalui
koordinasi dilakukan agar tercipta efisiensi ekonomi, kualitas
layanan, pembelajaran organisasi, akses ke keterampilan baru,
difusi risiko, meningkatkan akuntabilitas publik, mengurangi
ketidakpastian dan menghindari konflik (2) dalam pemberian
bantuan penanganan bencana.
Dengan adanya berbagai lembaga dan organisasi yang
bekerja dalam penanganan darurat bencana, maka koordinasi
dapat dilihat pada tingkatan sebagai berikut:
- Tingkat strategis: Membahas prioritas penanganan
dengan sumber daya yang ada / tambahan, menetapkan
prinsip-prinsip penanganan, dll

Pusdiklat BNPB Page 34


- Tingkat taktis: untuk memaksimalkan penggunaan
sumber daya yang ada, untuk menyepakati standar
teknis yang ada, dll
- Tingkat operasional: berbagi sumber-daya,
kesepakatan jam mulai/akhir penanganan darurat di hari
tersebut, bagaimana informasi dibagikan, dll.
Koordinasi juga dapat dipahami sebagai dalam kontek:
- Pengambilan keputusan (komando dan kendali atau
konsensus)
- Proses pelaksanaan (perencanaan, pelaksanaan sampai
dengan evaluasi dan pembelajaran penanganan darurat).
- Struktur organisasi : sebagai pihak di luar struktur
(bagaimana berinteraksi dengan struktur tersebut) dan
sebagai orang yang terlibat dalam struktur (bagaimana
hubungan di antara pejabat dalam struktur tersebut).

B. Prinsip Koordinasi dan Kompetensi Koordinator


Untuk mencapai koordinasi terbaik perlu memperhatikan
prinsip utama (3), antara lain:
1. Koordinasi harus mulai dari tahap yang permulaan
sekali. Jika dua unit atau lebih mulai sendiri-sendiri
dengan pengaturan-pengaturan beberapa kegiatan, atau
dengan perencanaan pekerjaan baru, pandangan-
pandangan mereka akan mengkristal dan kemudian
mereka akan tidak bersedia mengubah rencana rencana
mereka, disebabkan karena jumlah pekerjaan yang akan
tersangkut atau karena alasan prestise. Koordinasi di
antara dua unit atau lebih menjadi lebih sukar dicapai
daripada jika mereka telah mengkoordinir rencana
rencana mereka sejak permulaan.
2. Koordinasi adalah proses yang kontinyu. Kebutuhan
akan koordinasi biasanya nampak jelas selama tahap-
Pusdiklat BNPB Page 35
tahap perencanaan tetapi dapat diabaikan kemudian.
Sarana untuk menjamin koordinasi yang kontinyu harus
diputuskan atas dasar hal-hal khusus, dan kemudian
keefektifan sarana-sarana tersebut harus terus menerus
dibahas.
3. Sepanjang kemungkinan koordinasi harus merupakan
pertemuan-pertemuan bersama-sama. Selama diskusi
bersama-sama mereka yang hadir menjadi sadar akan
kebutuhan-kebutuhan semuanya, perbedaan-perbedaan
sudut pandang dan berbagai macam prioritas. Terdapat
lebih banyak kesempatan untuk mencegah salah
pengertian dan menemukan tindakan logis didalam
diskusi itu daripada jika transaksi-transaksi dilaksanakan
secara tertulis sama sekali.
4. Perbedaan-perbedaan dalam pandangan harus
dikemukakan secara terbuka dan diselidiki dalam
hubungan dengan situasi seluruhnya. kemudian suatu
pengaturan tetap agaknya dapat diketemukan jika orang-
orang yang bersangkutan mengadakan suatu analisa
yang mendalam mengenai sifat masalah, memperjelas
fakta-fakta dan menyelidiki lagi persyaratan-persyaratan
dasar guna menemukan pemecahan yang tersimpul
dalam situasi itu sendiri.
Sedangkan Etika dalam berkoordinasi harus
memperhatikan beberapa hal seperti:
1. Partisipasif
Koordinasi terjadi melalui legitimasi yang didapatkan
dari keterlibatan. Tugas koordinasi muncul dalam
sebuah struktur dan proses yang disepakati dan
didukung oleh semua aktor yang terlibat dalam situasi
darurat.

Pusdiklat BNPB Page 36


2. Tidak memihak
Proses koordinasi tidak dapat dibuat untuk
menguntungkan satu organisasi di atas organisasi lain
melainkan mengidentifikasikan kompetensi yang
berbeda dari berbagai faktor. Pemberian bantuan
hanya berdasarkan kebutuhan tanpa memandang ras,
agama, afiliasi politik, gender atau usia.
3. Transparan
Koordinasi membutuhkan kepercayaan dan
kepercayaan membutuhkan transparansi, aliran
informasi yang lancar, pengambilan keputusan yang
terbuka dan dinyatakan secara publik, alasan atau
argumen yang jujur terhadap keputusan yang diambil
serta tanggung jawab atas setiap keputusan yang
telah diambil dan disepakati.
4. Berguna
Proses koordinasi harus menghasilkan produk,
proses, dan hasil yang berguna, meliputi sebuah
landasan bersama bagi pengambilan keputusan,
kesempatan menggunakan sumber daya bersama,
sebuah tempat untuk pengakuan dan dukungan
pemberi dana, atau sebuah tempat yang nyaman
untuk berbagi rasa frustasi dan mencoba ide baru.
5. Resiprokal (timbal balik).
6. Saling menghormati.
Koordinasi dapat dijalankan dengan baik dengan
adanya:
- Tujuan: Dibutuhkan pemahaman bersama tentang tujuan
berkoordinasi, termasuk tentang apa yang dapat
dilakukan dan tidak dapat dilakukan. Didalam suatu
organisasi, biasanya dilakukan secara top-down. Namun
akan membutuhkan lebih banyak proses partisipatif dalam
Pusdiklat BNPB Page 37
lingkungan respons multi-organisasi untuk menentukan
tujuan bersama.
- Struktur: Sedapat mungkin menggunakan mekanisme
atau struktur yang ada, namun dalam penanganan darurat
bencana berskala besar dengan partisipasi multi-
organisasi, mungkin diperlukan struktur tambahan yang
tidak menggantikan struktur yang ada.
- Kegesitan: Mekanisme koordinasi yang disiapkan harus
mampu mengantisipasi situasi darurat yang berubah
dengan cepat, di mana struktur yang ada mungkin terlalu
kaku untuk mengatasinya.
- Jejaring: Hubungan-hubungan yang muncul berdasarkan
pengalaman sebelumnya, mis., disaat pelatihan dan
kegiatan pra-bencana, yang menciptakan hubungan
„senyawa‟ dalam keadaan darurat
- Rasa percaya: Sulit untuk menumbuhkan rasa saling
percaya diantara pribadi dan organisasi yang mempunyai
prioritas yang berbeda ketika situasi darurat. Akan sangat
membantu jika para pihak sudah saling mengerti dan
memiliki kepentingan bersama, misalnya kepentingan
operasional sectoral.
- Lingkungan yang mendukung: Ciptakan lingkungan di
mana para peserta koordinasi mengambil inisiatif sendiri
untuk terlibat, mengambil tanggung jawab, dan beralih
dari reaktif ke proaktif.
- Fasilitasi: Koordinasi bukanlah tujuan, namun merupakan
fasilitas, dengan proses yang dikelola dengan baik.
Jadilah seperti mercusuar yang memfasilitasi arah.
- Inklusivitas: Berusaha untuk melibatkan dan
mengintegrasikan mitra dan pemangku kepentingan lain
ke dalam mekanisme koordinasi, untuk mendapatkan

Pusdiklat BNPB Page 38


hasil yang lebih besar dari upaya bersama, dibanding
penjumlahan hasil dari upaya masing-masing.
- Penyediaan layanan: Identifikasi dan coba penuhi
kebutuhan peserta koordinasi. Dalam hal ini, produk
manajemen informasi dapat sangat membantu.
- Menuliskan: Kesimpulan dan kesepakatan secara tertulis
memudahkan tindak lanjut dan meningkatkan
akuntabilitas
Ketrampilan yang diperlukan seorang koordinator adalah:
- Ketrampilan untuk membangun hubungan:
Aktif mendukung lingkungan yang kondusif untuk
kerja coordinator:
 Mengatur scene dan mengatur nada
● Menyalurkan energi, antusiasme, dan
kehangatan pribadi
● Tampak santai, waspada, dan pasti
● Memanfaatkan lingkungan fisik dan sumber
daya dengan baik
● Memotivasi anggota kelompok
 Membangun kepercayaan:
● Menunjukkan integritasnya
● Berkomunikasi secara meyakinkan, terbuka,
secara verbal dan non-verbal
● Menggunakan bahasa yang tidak
menghakimi
● Mengakui isu-isu diskriminasi, kesetaraan
dan keragaman dan ketidakseimbangan
masalah yang dirasakan
● Meredakan ketegangan yang tidak
membantu dan memanfaatkan ketegangan
konstruktif

Pusdiklat BNPB Page 39


● Peka terhadap dinamika tim dan mengelola
hubungan intra-tim
● Beradaptasi dengan budaya individu yang
berbeda
Mengembangkan komunikasi dan interaksi dalam
anggota
 Membangun hubungan dengan cepat
dengan anggota
 Mendorong anggota untuk berbicara dan
mengungkapkan apa yang penting bagi
mereka dengan menggunakan pertanyaan
terbuka dan keterampilan komunikasi
lainnya
 Memungkinkan perwakilan dari organisasi
yang berbeda untuk mengekspresikan
emosi untuk memungkinkan kemajuan
 Mengenali, menghormati, dan merespons
ekspresi emosi
 Berkomunikasi secara efektif untuk
memahami motivasi, kompetensi, dan
agenda anggota
 Menciptakan ruang untuk anggota yang
tenang
 Menggunakan sentuhan humor secara
efektif
- Ketrampilan dalam proses koordinasi
Membangun dan menjaga struktur kerja yang
aman dan efektif:
 Membangun rasa arah/visi dengan tim
 Menunjukkan pemahaman akan prosedur,
struktur, aturan dasar dan tanggung jawab
yang terkait dengan proses kerja
Pusdiklat BNPB Page 40
 Menghormati dan menjaga kerahasiaan
Mengelola proses kerja dengan percaya
diri
 Menangani tantangan untuk proses kerja
Waspada terhadap dilema etika dan
menanganinya dengan aman
 Mengembangkan dan menyesuaikan
struktur koordinasi untuk memastikan
kesesuaian dengan realitas operasional.
Mengelola proses kerja
 Mengadopsi langkah yang responsif
terhadap kebutuhan anggota
 Mencari umpan balik tentang proses
 Memfasilitasi proses pengambilan
keputusan tentang urutan kejadian yang
konsisten dengan kemajuan
 Mendorong percakapan produktif dalam
rapat Terus memberi tahu para pemangku
kepentingan tentang kemajuan pekerjaan,
dan mengantisipasi serta menandai
kemungkinan perubahan proses
 Membantu anggota menggunakan waktu
secara produktif
 Mengelola waktu dengan baik
 Mengelola kecepatan, tingkat energi, dan
emosi sendiri; luangkan waktu untuk
refleksi.
- Ketrampilan dalam menjalankan tugas
Bekerja secara berkualitas:
 Berpartisipasi aktif untuk menentukan hasil
 Memberikan opsi terbuka untuk
menemukan solusi yang lebih baik
Pusdiklat BNPB Page 41
 Menemukan cara praktis untuk saling
terkait tujuan anggota
 Tetap waspada dan mengambil area untuk
perhatian lebih lanjut - termasuk data,
aspek organisasi dan pribadi
 Menunjukkan memiliki perhatian pada
detail dan kesadaran atas gambatan yang
lebih besar
 Mematuhi standar, dan waspada terhadap
praktik yang baik
 Menggunakan strategi untuk mengatasi
kebuntuan dalam kemajuan pekerjaan
Memungkinkan momentum dan kemajuan melalui
keterlibatan aktif dengan anggota dalam tugas
 Identifikasi dan selidiki isu-isu problematic
 Menciptakan peluang untuk dialog dan
aliran informasi antara anggota tim
 Membantu anggota tim untuk menilai
kembali Risiko

C. Tantangan Koordinasi
Dalam penanganan darurat bencana Organisasi Komando
Tanggap Darurat Bencana bertanggung jawab untuk memastikan
koordinasi berjalan. Organisasi Komando Tanggap Darurat
merupakan organisasi satu komando, dengan mata rantai dan
garis komando serta tanggung jawab yang jelas.
Instansi/lembaga dapat dikoordinasikan dalam satu organisasi
berdasarkan satu kesatuan komando. Organisasi ini dapat
dibentuk di semua tingkatan wilayah bencana baik di tingkat
kabupaten/kota, provinsi maupun tingkat nasional.
Struktur organisasi komando tanggap darurat terdiri atas
Komandan yang dibantu oleh wakil komandan, staf komando dan
Pusdiklat BNPB Page 42
staf umum. Sesuai dengan jenis, kebutuhan dan kompleksitas
bencana dapat dibentuk unit organisasi dalam bentuk seksi-seksi
yang berada di bawah bidang dan dipimpin oleh Kepala Seksi
yang bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
Fungsi Komando Tanggap Darurat Bencana adalah
mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mensinkronisasikan
seluruh unsur dalam organisasi komando tanggap darurat untuk
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi,
penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana dengan
segera pada saat kejadian bencana.
Pelaksanaan operasi tanggap darurat seringkali mengalami
hambatan, sehingga tanggap darurat tidak berjalan lancar.
Akibatnya bantuan mengalami penundaan dan keterlambatan,
pemberian bantuan tidak sesuai dengan kebutuhan, atau
pemberian bantuan tidak tepat sasaran, yang mengakibatkan
para korban mengalami peningkatan kerentanan.
Hambatan yang mungkin muncul, antara lain:
1. Kondisi sosial: ada sekat-sekat sosial dalam
berkoordinasi, yang menghambat partisipasi yang
inklusif dari semua pihak.
2. Penganggaran: Setidaknya ada dua tantangan terkait
penganggaran. Yang pertama adalah koordinasi yang
tidak dapat dilakukan dikarenakan tidak adanya
anggaran (misalnya untuk ruang pertemuan, biaya
transportasi, dan biaya camilan/makan). Yang kedua
adalah pengertian koordinasi itu sendiri yang direduksi
sehingga tujuan koordinasi adalah untuk mendapatkan
anggaran atau sumber daya. Hal ini sedikit melenceng
dari tujuan utama koordinasi yaitu untuk
mengharmoniskan sumber-daya yang dimiliki masing-

Pusdiklat BNPB Page 43


masing organisasi/orang dalam menangani darurat
bencana.
3. Teknologi: Koordinasi efektif sulit dilakukan tanpa
dukungan teknologi informasi (misalnya jaringan
internet, atau fasilitas untuk paparan (proyektor), atau
bahkan tanpa fasilitas listrik.
4. Hambatan politik di daerah dan administratif/birokrasi
yang lambat.
5. Kekurangsiapan atau kegagapan dalam memberikan
bantuan.
6. Informasi tidak akurat atau tidak lengkap dan
cenderung membingungkan.
7. Terputusnya komunikasi dan transportasi sedangkan
pemulihan/fasilitasi komunikasi dan transportasi
darurat tidak bisa segera dilakukan.
8. Sasaran/target pemberian bantuan yang tidak jelas.
9. Ketidakamanan dan tidak adanya jaminan
perlindungan sedangkan fasilitas keamanan belum
bisa diciptakan secara cepat.
10. Tidak seimbangnya kebutuhan/permintaan dari
lapangan dan persediaan bantuan.
11. Cakupan wilayah terlalu luas dan sulit terjangkau
sehingga bantuan tidak memadai.
12. Petugas lapangan, relawan, mengalami kelelahan
akibat tugas/hal yang harus dikerjakan terlalu banyak
dan terus menerus sedangkan waktu sangat terbatas.
13. Ketidakpuasan atau ketidaksabaran korban karena
bantuan terlambat datang.

Pusdiklat BNPB Page 44


KOORDINASI MULTI PIHAK

Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta


Pelatihan diharapkan mampu menjelaskan dan mengaplikasikan
koordinasi pusat dan daerah, koordinasi antar lembaga serta
inventarisasi sumber daya dan pendampingan.

A. Koordinasi Pusat Dan Daerah


Indonesia menerapkan sistem penanganan darurat
bencana sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Nomor 6 Tahun
2016 tentang Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana.
Memahami bahwa koordinasi tidak hanya dilakukan pada saat
terjadi bencana untuk penanganan darurat bencana, BNPB
bersama dengan
Kementerian/lembaga membentuk klaster nasional pada
tahun 2014 yang terdiri dari:
No Klaster Koordinator Wakil Koordinator

1 Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis Pusdokkes POLRI


Kesehatan (PPKK), Kementerian
Kesehatan

2 Pencarian dan BASARNAS TNI


Penyelamatan

3 Logistik Deputi Bidang Logistik dan Kementerian Sosial


Peralatan, BNPB

4 Pengungsian Kementerian Sosial POLRI


dan
Perlindungan

5 Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kementerian


Kebudayaan Agama

Pusdiklat BNPB Page 45


6 Sarana dan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Prasarana Perumahan Rakyat

7 Ekonomi Kementerian Pertanian Kementerian


Koperasi dan UKM

8 Pemulihan Kementerian Dalam Negeri


Dini

Sistem manajemen kedaruratan yang dibangun di


Indonesia yang menunjukkan koordinasi antara pusat dan daerah
dapat dilihat pada skema sebagai berikut:
Di tingkat pusat terdapat Pusat Koordinasi Nasional
(Puskoornas) Penanganan Darurat Bencana yang berkoordinasi
dengan Pusat Koordinasi Multi Pihak di tingkat provinsi. Pusat
Koordinasi Multi Pihak berkoordinasi dengan Komando
Penanganan Darurat di provinsi yang mengkoordinasi Komando
Penanganan Darurat di tingkat kabupaten/kota.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, (1)
Pada saat keadaan darurat bencana, Kepala BNPB dan Kepala

Pusdiklat BNPB Page 46


BPBD berwenang mengerahkan sumber daya manusia,
peralatan, dan logistik dari instansi/lembaga dan masyarakat
untuk melakukan tanggap darurat.
Personel dalam Komando Penanganan Darurat Bencana
serta perannya dapat dilihat sebagai berikut:
1. Komandan Tanggap Darurat Bencana
Komandan Tanggap Darurat Bencana adalah personil
dengan pangkat/jabatan senior peringkat pertama dalam
Komando Tanggap Darurat Bencana sesuai tingkat dan
kewenangannya. Komandan Tanggap Darurat Bencana
bertanggung jawab langsung kepada Kepala
BNPB/BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan
tingkat dan kewenangannya.
Tugasnya sebagai berikut:
a. Mengaktifkan dan meningkatkan Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops) menjadi Pos
Komando Tanggap Darurat BPBD
Kabupaten/Kota/Provinsi atau BNPB, sesuai
dengan jenis, lokasi dan tingkatan bencana.
b. Membentuk Pos Komando Lapangan (Poskolap)
di lokasi bencana di bawah komando Pos
Komando Tanggap Darurat Bencana BPBD
Kabupaten/Kota/Provinsi atau BNPB.
c. Membuat rencana strategis dan taktis,
mengorganisasikan, melaksanakan dan
mengendalikan operasi tanggap darurat bencana
d. Melaksanakan komando dan pengendalian untuk
pengerahan sumber daya manusia, peralatan,
logistik dan penyelamatan serta berwenang
memerintahkan para pejabat yang mewakili
instansi/lembaga/organisasi yang terkait dalam

Pusdiklat BNPB Page 47


memfasilitasi aksesibilitas penanganan tanggap
darurat bencana.
2. Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana
Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana adalah
personil dengan pangkat/jabatan senior peringkat
kedua dalam Komando Tanggap Darurat Bencana
sesuai tingkat dan kewenangannya.Wakil Komandan
Tanggap Darurat Bencana bertanggung jawab
terhadap Komandan Tanggap Darurat Bencana.
Tugasnya sebagai berikut:
a. Membantu Komandan Tanggap Darurat Bencana
dalam merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengendalikan komando
tanggap darurat bencana.
b. Mengkoordinir tugas-tugas sekretariat,
humas,keselamatan dan keamanan serta
perwakilan instansi/lembaga.
c. Mewakili Komandan Tanggap Darurat Bencana,
apabila Komandan Tanggap Darurat Bencana
berhalangan.
3. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris dan
bertanggung jawab terhadap Komandan Tanggap
Darurat Bencana.
Tugasnya:
a. Menyelenggarakan administrasi umum dan
pelaporan
b. Pelayanan akomodasi dan konsumsi bagi personil
Komando Tanggap Darurat Bencana.

Pusdiklat BNPB Page 48


4. Hubungan Masyarakat
Hubungan Masyarakat dipimpin oleh Kepala Humas
dan bertanggung jawabterhadap Komandan Tanggap
Darurat Bencana.
Tugasnya adalah:
a. Menghimpun data dan informasi penanganan
bencana yang terjadi.
b. Membentuk jaringan informasi dan komunikasi
serta menyebarkan informasi tentang bencana
tersebut ke media massa dan masyarakat luas.
5. Keselamatan dan Keamanan
Keselamatan dan Keamanan dipimpin oleh Kepala
Keselamatan dan Keamanan dan bertanggung
jawabterhadap Komandan Tanggap Darurat Bencana.
Tugasnya adalah:
a. Menjamin kesehatan dan keselamatan seluruh
personil Komando Tanggap Darurat Bencana
dalam menjalankan tugasnya
b. Menjaga keamanan penanganan tanggap darurat
bencana serta mengantisipasi hal-hal di luar
dugaan atau suatu keadaan yang berbahaya.
6. Perwakilan Instansi/Lembaga
Perwakilan Instansi/Lembagabertugas untuk
membantu Komandan Tanggap Darurat Bencana
berkaitan dengan permintaan dan pengerahan
sumberdaya yang dibutuhkan dari instansi/lembaga.
Perwakilan instansi/lembaga secara operasional
bertanggung jawab langsung kepada Komandan
Tanggap Darurat Bencana atas pelaksanaan
tugasnya dansecara administratif bertanggung jawab
kepada pimpinan instansi/lembaga terkait.

Pusdiklat BNPB Page 49


7. Bidang Operasi
Bidang Operasi dipimpin oleh Kepala Bidang Operasi
dan bertanggung jawabterhadap Komandan Tanggap
Darurat Bencana.
Bidang Operasi bertugas dan bertanggung jawab atas
semua pelaksanaan operasi penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana
dengan cepat, tepat, efisien dan efektif berdasarkan
satu kesatuan rencana tindakan penanganan tanggap
darurat bencana.
8. Bidang Perencanaan
Bidang Perencanaan dipimpin oleh Kepala Bidang
Perencanaan dan bertanggung jawabterhadap
Komandan Tanggap Darurat Bencana.
Bidang Perencanaan bertugas dan bertanggung
jawab atas pengumpulan, evaluasi, analisis data dan
informasi yang berhubungan dengan penanganan
tanggap darurat bencana serta menyiapkan dokumen
rencana tindakan operasi tanggap darurat.
9. Bidang Logistik dan Peralatan
Bidang Logistik dan Peralatan dipimpin oleh
KepalaBidang Logistik dan bertanggung
jawabterhadap Komandan Tanggap Darurat Bencana.
Tugasnya adalah:
a. Penyediaan fasilitas, jasa, dan bahan-bahan serta
perlengkapan tanggap darurat
b. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian dan transportasi bantuan logistik
dan peralatan

Pusdiklat BNPB Page 50


c. Melaksanakan penyelenggaraan dukungan dapur
umum, air bersih dan sanitasi umum.
d. Mengkoordinasikan semua bantuan logistik dan
peralatan dari instansi/lembaga/organisasi yang
terkait.
10. Bidang Administrasi Keuangan
Bidang Administrasi Keuangandipimpin oleh Kepala
Administrasi Keuangan dan bertanggung
jawabterhadap Komandan Tanggap Darurat Bencana.
Tugasnya adalah:
a. Melaksanakan semua administrasi keuangan.
b. Menganilisa kebutuhan dana dalam rangka
penanganan tanggap darurat bencana yang
terjadi.
c. Mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam
rangka komando tanggap darurat bencana yang
terjadi.

B. Koordinasi antar Lembaga


Dalam penanganan darurat bencana, sekumpulan besar
pelaku baik pemerintah maupun non-pemerintah bekerja
bersama, termasuk dengan pihak militer. Untuk memastikan
koordinasi berjalan dengan baik, hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam koordinasi antar pelaku sipil (sipil-sipil) dan koordinasi sipil
dan militer adalah sebagai berikut:
 Koordinasi Sipil-Sipil
- Mengetahui sumber daya yg dikerahkan dan cadangan
- Mengetahui mitra dan jejaring
- Mengetahui detail operasional (durasi penugasan,
lokasi, dll)
- Protokol berbagi informasi

Pusdiklat BNPB Page 51


- Memecahkan isu sektoral dan/atau lintas sektor (berbagi
tugas)
- Melakukan perencanaan bersama
 Koordinasi Sipil-Militer
- Mengetahui sumber daya yg dikerahkan dan cadangan
- Mengetahui mitra dan jejaring
- Mengetahui detail operasional (durasi penugasan,
lokasi, dll.)
- Protokol berbagi informasi
- Memecahkan isu sektoral dan/atau lintas sektor (berbagi
tugas)
- Melakukan perencanaan bersama
- Mengerti cakupan kerja dalam penanganan darurat
bencana
- Mengerti cara pengambilan keputusan di lapangan

C. Inventarisasi Sumber Daya dan Pengerahan


Tujuan inventarisasi sumber daya yang dimiliki multi-pihak,
serta alokasi respons kebutuhan akibat dampak bencana adalah
untuk memastikan:
1. Terinventarisasinya sarana dan prasarana, jumlah
personel, peralatan dan logistik lainnya yang
digunakan untuk penanganan darurat bencana;
2. Terkoordinirnya kegiatan yang dilakukan oleh masing-
masing sektor.
3. Terkendalinya upaya-upaya penanggulangan bencana
yang dilakukan oleh pelaku penanganan darurat
bencana;
a. Teknik
Beberapa Teknik dan tips dalam koordinasi
- Pertahankan momentum: Momentum sangat penting
untuk mempertahankan minat dan komitmen peserta
Pusdiklat BNPB Page 52
koordinasi. Salah satu cara untuk melakukannya
adalah memastikan pelaporan cepat dari informasi
dan keputusan baru yang diambil, dan tindak
lanjutnya. Saluran informasi harus dibuka kepada
peserta koordinasi dan bahkan kepada publik.
- Manajemen waktu: Hormati waktu dan kesibukan
para peserta koordinasi. Pastikan bahwa pertemuan
perlu terjadi dan ada pekerjaan penting yang harus
dilakukan. Publikasikan agenda rapat dan patuhi
jadwal, serta praktikkan keterampilan fasilitasi rapat
koordinasi yang baik.
- Manfaatkan waktu informal: Berinteraksi dengan
peserta koordinasi dimasa senggang atau informal.
Jangan lewatkan kesempatan untuk membangun
hubungan yang efektif pada saat-saat ini.
- Kedekatan: Organisasi penyedia koordinasi
menyediakan layanannya dengan jaraknya yang
cukup dekat dengan peserta koordinasi.
- Selesaikan masalah sebelum membesar: Masalah
kecil dapat tumbuh dan menjadi penghalang
komunikasi/koordinasi yang jauh lebih besar.
Mengelola konflik dan masalah secara aktif serta
menjaga hubungan. Hal ini umumnya melalui proses
koordinasi informal.
- Jangan mengagetkan: Temui dan beri pengarahan
singkat kepada orang-orang di luar proses pertemuan
formal agar mereka selalu mendapat informasi terbaru
tentang peristiwa, keputusan penting, atau hal penting
lainnya.
- Berterimakasih: Membangun komitmen untuk
berkoordinasi dengan memberikan penghargaan atas
partisipasi peserta koordinasi. Ketika organisasi/orang
Pusdiklat BNPB Page 53
telah melakukan pekerjaan dengan baik, mereka perlu
diakui di depan umum.
- Berfokus pada kekuatan: minta orang/organisasi
untuk melakukan hal-hal yang dapat mereka capai
dengan mudah, terutama pada awalnya. Setelah
hubungan kuat, dimungkinkan untuk meminta mereka
terlibat dalam tugas yang lebih sulit.
- Serah terima: Cobalah cari cara untuk menarik diri
(sehingga mekanisme koordinasi dapat tetap berjalan
tanpa anda). Jika suatu pusat koordinasi perlu
berfungsi untuk jangka waktu yang lama, mungkin
perlu melibatkan lebih banyak Lembaga/staf lokal.
Jika orang lain bisa dan mau melakukan pekerjaan
koordinasi, beri mereka kesempatan.

Pusdiklat BNPB Page 54


PENDAMPINGAN TERHADAP PIHAK DAERAH

Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta


Pelatihan diharapkan mampu menjelaskan dan mengaplikasikan
pengertian advokasi dan pendampingan, teknik advokasi serta
kemudahan akses.

A. Pendampingan terhadap Pihak Daerah


1. Pengertian Pendampingan
Pemimpin daerah dan/atau para kepala organisasi
perangkat daerah tentunya memiliki kapasitas kepemimpinan
yang berbeda-beda. Dalam keadaan darurat bencana seringkali
aparat pemerintah daerah menjadi bagian dari korban atau
mereka yang terdampak bencana. Keberadaan TRC untuk
menjadi pendamping sebagai unsur penggerak terbangunnya
koordinasi di tingkat daerah mempunyai posisi strategis dalam
upaya membangun kemampuan koordinasi di tingkat daerah.
Pendampingan yang dilakukan oleh TRC dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu:
- Bekerja bersama pendamping setempat yaitu tokoh-tokoh
masyarakat(Muspida);
- Bekerja bersama dengan pendamping teknis untuk hal-hal
yang bersifat teknis, seperti misalnya bersama petugas
dari Kementerian Kesehatan untuk permasalahan
kesehatan.
- Bekerja bersama pendamping khusus yang disediakan,
sepertinya misalnya untuk penganggaran.
2. Fasilitasi kemudahan akses
Pada saat status keadaan darurat bencana ditetapkan,
BNPB dan BPBD mempunyai kemudahan akses di bidang:
a. pengerahan sumber daya manusia;

Pusdiklat BNPB Page 55


b. pengerahan peralatan;
c. pengerahan logistik;
d. imigrasi, cukai, dan karantina;
e. perizinan;
f. pengadaan barang/jasa;
g. pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau
barang;
h. penyelamatan; dan
i. komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.
Koordinasi dilakukan agar kemudahan akses mendukung
dan memastikan penanganan darurat bencana berjalan
secara efektif dan efisien.

Pusdiklat BNPB Page 56


PENUTUP

Proses belajar yang efektif adalah proses pembelajaran


yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan
dalam pembelajaran. Proses tersebut adalah menjalankan
serangkaian komponen – komponen pembelajaran dari mulai
tujuan, materi, dan evaluasi. Proses pembelajaran Mata
Pelatihan Koordinasi Multi Pihak Pada Penanganan Darurat
Bencana adalah proses mengkondisikan dimana peserta
Pelatihan Koordinasi dan Kaji Cepat Bencana dapat memperoleh
sejumlah pengalaman dalam proses pembelajaran sebuah mata
Pelatihan. Pengalaman belajar berhubungan dengan materi yang
akan disampaikan.
Modul Mata Pelatihan Koordinasi Multi Pihak Pada
Penanganan Darurat Bencana berisi materi: 1) Konsep
Koordinasi 2) Koordinasi Multi Pihak 3) Advoasi dan
Pendampingan Terhadap Pihak Daerah. Masing – masing telah
diuraikan dalam setiap BAB – nya. Kehadiran Modul ini
diharapkan dapat dijadikan acuan pengajaran bagi fasilitator dan
praktisi penanggulangan bencana dan agar setiap peserta
Pelatihan mampu memahami tujuan pembelajaran dan
memenuhi indikator keberhasilan yang semestinya dicapai.
Sudah seharusnya interaksi dalam kegiatan belajar mengajar
dapat menghasilkan masukan – masukan untuk kesempurnaan
Modul kemudian hari sehingga kompetensi yang dihasilkan
dalam mata Pelatihan ini peserta diharapkan kompeten dalam
memahami meningkatnya pengetahuan dan keterampilan
peserta.

Pusdiklat BNPB Page 57


MODUL 3
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KOORDINASI DAN KAJI CEPAT

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kinerja organisasi salah satunya sangat ditentukan oleh
manajemen sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.
Manajemen sumber daya manusia yang terintegritas dan handal
dalam suatu organisasi diiharapkan mampu menghadapi
tantangan dan persaingan baik dari dalam lingkungan internal
maupun eksternal organisasi. Dalam menghadapi persaingan
tersebut, sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi
Akan mampu menerangkan persaingan tersebut. Guna
memperoleh sumber daya manusia yang handal dan kompeten
Pemerintah telah mengesahkan Undang – Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, dan mengamanatkan
kepada setiap Instansi Pemerintah untuk menyusun rencana
pengembangan kompetensi tahunan yang tertuang dalam
rencana anggaran tahunan instansi masing – masing. Dalam
melakukan pengembangan kompetensi ASN dapat dilakukan
melalui beberapa cara yaitu Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT)
maupun non Diklat.
Berkaitan dengan hal tersebut maka Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Penanggulangan Bencana memandang perlu
menyelenggarakan Diklat Koordinasi dan Kaji Cepat Bencana
(K2B). Salah satunya materinya adalah membuat laporan kaji
cepat bencana dengan baik dan benar. Agar materi laporan kaji
cepat bencana dengan baik dan benar dapat lebih terinternalisasi
maka diperlukan modul Penyusunan Laporan Kaji Cepat,
Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisa Data dan
Pusdiklat BNPB Page 58
Pengkajian Bersama Kementerian/Lembaga dan Lembaga Non
Pemerintah.

B. Deskripsi Singkat
Mata Diklat ini dimaksudkan untuk meningkatkan
pemahaman dan kompetensi Peserta dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya secara professional. Hal – hal yang dibahas
meliputi: Konsep Kaji Cepat, Pengumpulan Data, Pengolahan
dan Analisa Data serta dan Pengkajian Bersama
Kementerian/Lembaga dan Lembaga Non Pemerintah.

C. Tujuan Pembelajaran
1) Indikator hasil belajar
Setelah selesai membaca modul ini peserta diharapkan
mampu:
Memahami Pengkaji Cepat Bencana dengan baik,
termasuk dampak yang diakibatkan dari bencana dan
kebutuhan kemanusiaan yang ditimbulkannya.
2) Indikator Keberhasilan
Setelah membaca modul ini, peserta diharapkan dapat:
a. Menjelaskan konsep kaji cepat
b. Menjelaskan pengumpulan data
c. Menjelaskan pengolahan dan analisa data
d. Menjelaskan pengkajian bersama dengan K/L dan
Lembaga non-pemerintah.

D. Materi Pokok
Konsep Kaji Cepat Bencana
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisa Data

Pusdiklat BNPB Page 59


Pengkajian Bersama dengan K/L dan Lembaga Non-
Pemerintah

F. Petunjuk Belajar
Mata Diklat Teknis Penanggulangan Bencana penting
diberikan kepada peserta Diklat K2B untuk memberikan
pemahaman dan penjelasan terkait Laporan Kaji Cepat Bencana.
Sebelum materi ini diberikan, diharapkan peserta terlebih dahulu
membaca Peraturan Kepala BNPB Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Prosedur Tetap TRC, Peraturan Kepala BNPB Nomor 8 Tahun
2011 tentang Standarisasi Data dan Informasi, Pedoman
Pengkajian Cepat Awal, serta Pedoman Pengkajian Cepat
Situasi dan Kebutuhan.

Pusdiklat BNPB Page 60


KONSEP KAJI CEPAT

Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran


ini peserta diklat diharapkan dapat memahami Konsep
Kaji Cepat
A. Prinsip dan Tujuan
Tanggap darurat merupakan serangkaian kegiatan suatu
institusi yang dilakukan segera sesudah kejadian bencana.
Tanggap darurat umumnya berkisar dari menyediakan bantuan
spesifik, antara lain membantu evakuasi dan transportasi para
pengungsi, hunian darurat, makanan, dan perbaikan awal
terhadap infrastruktur yang rusak. Fokus tanggap darurat adalah
menangani dampak negatif dari kejadian bencana khususnya
memenuhi kebutuhan dasar orang-orang yang terdampak secara
fisik maupun psikologi. Solusi yang lebih permanen dan
menyeluruh dapat diberikan pada tahap bantuan selanjutnya.
Keragaman kebutuhan penyintas dalam tanggap darurat
awal biasanya belum terlalu diperhatikan dan asumsi
kebutuhannya dianggap seragam, seperti kebutuhan makanan,
obat, air dan pengungsian). Namun dengan menggunakan
perspektif gender, kebutuhan anak dan kebutuhan orang dengan
kebutuhan khusus dapat lebih diperhatikan dalam tanggap
darurat bencana. Idealnya, terdapat transisi mulus dari
rehabilitasi dan rekonstruksi menuju pembangunan.
Secara umum kaji cepat merupakan pengkajian situasi dan
kebutuhan dalam tahap kritis segera sesudah bencana.Kaji cepat
diperlukan untuk menentukan jenis bantuan yang dibutuhkan
melalui suatu respon tertentu.
Tujuan Kaji cepat sebagai berikut:

Pusdiklat BNPB Page 61


1. Mengidentifikasi dampak bencana terhadap
masyarakat, infrastruktur, dan kapasitas masyarakat
untuk pulih.
2. Mengidentifikasi kelompok-kelompok paling rentan
dalam masyarakat.
3. Mengidentifikasi kemampuan respon pemerintah
daerah setempat dan kapasitas internalnya dalam
memimpin tanggap darurat dan pemulihan.
4. Mengidentifikasi tingkat respon yang dibutuhkan
secara lokal, nasional, dan internasional (jika
dibutuhkan)
5. Mengidentifikasi kebutuhan paling mendesak dalam
bantuan dan cara memenuhinya secara efektif.
6. Membuat rekomendasi yang akan menentukan
prioritas tindakan dan sumber daya yang dibutuhkan
untuk respon segera.
7. Memberikan gambaran tentang masalah khusus
tentang perkembangan situasi.
8. Meminta perhatian terhadap wilayah geografis atau
sektor yang membutuhkan pengkajian mendalam.
Melalui pengkajian dapat teridentifikasi kebutuhan yang
diperlukan segera dengan cepat, sehingga dapat
mengembangkan strategi penyelamatan jiwa dan pemulihan dini.
Oleh karena itu diperlukan peralatan kaji cepat yang dapat
merespon kebutuhan korban bencana yang beragam, baik dari
segi usia, gender, keadaan fisik maupun kebutuhan khusus.
Pengkajian yang tepat dan cepat adalah kunci bagi
keberhasilan tanggap darurat. Pengkajian harus memampukan
hal-hal berikut:
a. Keputusan tentang kebutuhan bantuan
b. Keputusan tentang kapasitas lokal tersedia cukup atau
bantuan luar dibutuhkan.
Pusdiklat BNPB Page 62
c. Prioritas intervensi dan strategi
d. Sumberdaya yang dibutuhkan.
e. Koleksi data dasar (baseline)
f. Penganggaran
g. Tanggap bencana yang tepat
Tahapan kegiatan
1. Pra Pengkajian
Pra pengkajian merupakan tahap mengidentifikasi
komponen-komponen penting yang perlu disiapkan
sebelum melakukan pengkajian. Persiapan sebelum
melakukan kajian, terbagi atas 2 tahap yaitu:
a. Sebelum bencana terjadi
b. Sebelum keberangkatan.
Sebelum bencana terjadi, menyiapkan:
1) Pengaturan Tim Kaji Cepat;
2) Data Sekunder;
3) Sumberdaya Pelaksanaan Kaji Cepat (Peralatan,
Alat Kaji, dan Metode)
4) Daftar Periksa Kebutuhan Kerja dan Kebutuhan
Pribadi anggota tim;
5) Prosedur Periksa kesehatan, keamanan, dan
keselamatan;
6) Prosedur Komunikasi dan Koordinasi
Sebelum keberangkatan, menyiapkan:
1) Mengumpulkan informasi tentang kejadian
bencana;
2) Membuat laporan singkat tentang kejadian
bencana tersebut;
3) Memeriksa kembali perlengkapan kerja tim (dan
perlengkapan pribadi anggota tim);
4) Membuat rencana aksi kaji cepat;
5) Briefing tim;
Pusdiklat BNPB Page 63
6) Melakukan koordinasi dengan parapihak
sehubungan dengan keberangkatan, saat
bertugas di lapangan, dan exit (keluar dari lokasi)
2. Pengumpulan data dan informasi
Tahap pengumpulan data dan informasi meliputi:
a. Informasi apa yang dikumpulkan;
b. Bagaimana mengumpulkan infomasi tersebut;
c. Sumber informasi
Aspek yang harus dipertimbangkan dalam
pengumpulan data:
a. Akurasi;
b. Mengurangi bias;
c. Membedakan antara kebutuhan darurat dan
kebutuhan kronis;
d. Pertimbangan sensitif pada kondisi setempat,
misal: budaya, dll
e. Terbatasnya waktu;
f. Pertanyaan yang tersedia untuk mendapatkan
informasi.
3. Analisa
Analisa adalah proses sintesa dari semuainformasi
yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Analisa
dilakukan agar infromasi tersebut dapat digunakan
dalam kaji kerusakan dan kaji kebutuhan.
Tahap analisa meliputi:
a. Pengolahan Data
b. Evaluasi Data
c. Interpretasi Data
4. Pelaporan

Pusdiklat BNPB Page 64


Laporan Kaji Cepat bencana merupakan komponen
yang esensial. Diharapkan laporan memberikan data
dan informasi yang akurat dan terkini.
Pelaporan terdiri dari 3 jenis, yaitu:
a. Laporan Awal
b. Laporan Lanjutan
c. Laporan Akhir

B. Regulasi
Pengkajian Cepat di Indonesia telah mempunyai aturan
yang cukup mendetail, yang dapat dilihat dalaml Peraturan
Kepala BNPB Nomor 9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap
TRC, dan Peraturan Kepala BNPB Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Standarisasi Data dan Informasi. Selain itu, BNPB juga telah
menerbitkan Pedoman Pengkajian Cepat Awal, serta Pedoman
Pengkajian Cepat Situasi dan Kebutuhan yang didasari
pengalaman darurat bencana di berbagai daerah di Indonesia.

C. Pelaksana
Pengkajian Cepat dilaksanakan oleh BNPB dan BPBD, K/L
dan OPD terkait serta Lembaga non-pemerintah yang
mempunyai mandat, tugas, fungsi ataupun panggilan untuk
menangani situasi darurat. BNPB dan BPBD telah menyiapkan
Tim Reaksi Cepat yang salah satu tugasnya adalah untuk
melakukan kaji cepat di wilayah yang terkena dampak bencana.
Ada faktor-faktor yang mendukung pelaksana pengkajian,
yaitu:
 Kepemimpinan yang kuat.
 Struktur koordinasi yang jelas.
 Kesiapsiagaan

Pusdiklat BNPB Page 65


 Keterlibatan yang seimbang dan berarti antara
pemangku kepentingan.
 Pengalaman
 Teknologi
Sebaliknya, ada juga tantangan atau hambatan bagi
pelaksana pengkajian, yaitu:
 Waktu yang sangat terbatas
 Analisa yang kurang
 Bias
 Dukungan logistik dan administrasi
 Rasa percaya akan data yang dikumpulkan dan diolah
 Kerjasama yang tidak seimbang diantara pelaksana
 Kaitan pengkajian yang kurang jelas dengan
pengambilan keputusan
 Kelengkapan dan keseimbangan data sektoral/antar-
sektor
 Kesinambungan antar pengkajian (kaji cepat dengan
pengkajian berikutnya termasuk Post Disaster Needs
Assessment).

D. Tempat Pelaksanaan
Pengumpulan data kaji cepat dilakukan di wilayah yang
terkena dampak bencana, sedangkan tahapan berikutnya
(pengolahan, Analisa sampai dengan pelaporan) dapat dilakukan
di wilayah terdampak, ataupun diluar wilayah terdampak demi
alasan keselamatan atau kenyamanan. Data kaji cepat perlu
dipadukan dengan data sekunder dan alat Analisa berbasis
teknologi, yang dapat dilaksanakan di luar wilayah terdampak
bencana.

Pusdiklat BNPB Page 66


PENGUMPULAN DATA

Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini


peserta diklat diharapkan dapat memahami Pengumpulan
Data Kaji Cepat

A. Pengenalan INDRA dan Ina-Risk


Indonesia Disaster Rapid Assessment (INDRA) merupakan
aplikasi yang dimiliki BNPB dan dapat digunakan melalui
computer maupun handphone untuk mengirimkan informasi awal
tentang kejadian dan dampak bencana. Aplikasi ini dapat
digunakan oleh staf, relawan ataupun masyarakat yang telah
memiliki akses ke aplikasi tersebut.
Hasil dari INDRA dapat diintegrasikan dengan InaRISK,
yang merupakan portal kajian risiko. InaRISK menggambarkan
cakupan wilayah ancaman bencana, populasi terdampak, potensi
kerugian fisik, potensi kerugian ekonomi dan potensi kerusakan
lingkungan.
InaRISK dapat digunakan oleh semua pihak, termasuk
masyarakat dalam menyusun rencana-rencana penanggulangan
bencana dan selain sebagai portal untuk sharing data spasial
dalam bentuk service gis adalah sebagai:
 Alat diseminasi hasil kajian risiko bencana kepada
Pemerintah, Pemda, dan stakeholder lainnya sebagai
dasar perencanaan program pengurangan risiko
bencana.
 Membantu Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan para
pihak dalam menyusun strategi pelaksanaan program,
kebijakan, dan kegiatan untuk mengurangi risiko
bencana di tingkat nasional hingga daerah.

Pusdiklat BNPB Page 67


 Membantu Pemerintah dalam melakukan pemantauan
terhadap capaian penurunan indeks risiko bencana di
Indonesia.
 Menyediakan data spasial untuk kepentingan analisa
lainnya, seperti GCDS (Global Center Disaster
Statistics), Multi Hazard Early Wwarning System, dan
revisi tata ruang.

B. Kronologis Ancaman/Kejadian Bencana


Informasi awal kejadian bencana diperoleh melalui berbagai
sumber antara lain pelaporan, media massa, instansi/lembaga
terkait, masyarakat, internet, dan informasi lain yang dapat
dipercaya. BNPB dan/atau BPBD melakukan klarifikasi kepada
instansi/lembaga/masyarakat di lokasi bencana.Dari informasi
kejadian awal yang diperoleh, BNPB dan/atau BPBD
menugaskanTim Reaksi Cepat BNPB/BPBD untuk melakukan
kegiatan kaji cepat bencana dan dampak bencana, serta
memberikan dukungan pendampingan dalam rangka
penanganan darurat bencana.
Tujuan utama pengkajian cepat adalah menyediakan
gambaran situasi pasca bencana, sehingga dapat diidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan penting dan mendesak serta dapat
mengembangkan strategi penyelamatan jiwa dan pemulihan dini.
Pada hari-hari awal setelah kejadian bencana, kemungkinan
masih sulit untuk mendapatkan data yang terperinci secara
wilayah administrasi terkecil dan terpilah secara jenis kelamin,
kelompok umur maupun kelompok rentan dalam suatu wilayah
terdampak. Namun data tersebut perlu diupayakan sesegera
mungkin, mengingat kebutuhan anggota masyarakat yang
berbeda-beda, meskipun terdampak suatu bencana yang sama.
Kunci Keberhasilan Kaji Cepat:
a. Kerjasama dengan pemerintah lokal
Pusdiklat BNPB Page 68
b. Keterlibatan instansi-instansi lain, termasuk organisasi
non-pemerintah
c. Identifikasi informasi yang penting bagi para pengguna
d. Gunakan istilah, standard dan prosedur yang diakui
e. Terapkan standard/indikator
f. Waktu pengkajian
g. Tentukan tempat/sumber informasi yang paling bagus
h. Hati-hati dengangeneralisasi
i. Hampir semua informasi mengandung bias
j. Bedakan antara kebutuhan darurat dan kebutuhan
kronis
k. Penerimaan budaya dan partisipasi masyarakat
l. Sadar akantekanan karena kepentingan pihak-pihak lain.
m. Triangulasi untuk konfirmasi
n. Kejenuhan terhadap pengkajian yang dialami oleh warga
dan tokoh masyarakat terdampak.
Sebelum melakukan kaji cepat, Tim Reaksi Cepat
melakukan proses persiapan (Pra Pengkajian) terlebih dahulu.
Proses persiapan atau pra pengkajian merupakan proses
mengidentifikasi komponen-komponen penting yang perlu
disiapkan sebelum melakukan pengkajian, yaitu persiapan
sebelum bencana terjadi dan persiapan sebelum keberangkatan.
1. Persiapan Sebelum Bencana Terjadi
Tahapannya sebagai berikut:
a. Pengaturan tim
Tim kaji cepat adalah orang yang berpengalaman
dan memiliki kualifikasi untuk keahlian aerial
survey, analisa risiko (ancaman, kerentanan,
kapasitas), dan analisa dampak.
Komposisi Tim Kaji-Cepat:
Pusdiklat BNPB Page 69
 menggabungkan personil yang ‘generalis’
dan dengan keahlian khusus (misalnya
ahli kesehatan lingkungan, hunian darurat,
air bersih dan sanitasi, dll)
 menggabungkan personil laki-laki dan
perempuan, sehingga melengkapi hasil
kajian.Mempertimbangkan bias-bias yang
ada dalam personil, meskipun tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya.
b. Pentingnya data sekunder
Tim Kaji Cepat sudah terlebih dahulu menyiapkan
data-dasar yang dapat dengan mudah digunakan
saat dibutuhkan.
Data sekunder antara lain:
 Peta dasar (provinsi, kabupaten);
 Peta Ancaman (provinsi, kabupaten);
 Data demografi dan struktur masyarakat
(provinsi, kabupaten);
 Lokasi “sistem pendukung kehidupan”
(misalnya air bersih, listrik, telekomunikasi,
transportasi, gudang bahan makanan, dan
gudang cadangan bahan makanan dan
peralatan lainnya;)
 Lokasi, kepemilikan, dan jumlah bahan
cadangan yang tersedia dan bisa digunakan
untuk bantuan darurat;
 Struktur administrasi dan pemerintahan
(negara, provinsi, kabupaten);
 Daftar kontak organisasi dan orang-orang
yang relevan
c. Daftar periksa kebutuhan kerja dan kebutuhan
pribadi anggota tim
Pusdiklat BNPB Page 70
Daftar periksa tersebut disiapkan sebelum terjadi
bencana, yang meliputi:
 Daftar periksa kebutuhan pribadi anggota tim;
 Daftar periksa kebutuhan kesehatan dan
medik;
 Daftar periksa sumberdaya pelaksanaan kaji
Cepat (perlengkapan, alat kaji, dan
metodologi);
 Daftar periksa informasi sebelum
meninggalkan rumah dan kantor.
d. Prosedur kesehatan, keamanan, dan
keselamatan
 Harus dipastikan bahwa prosedur kesehatan,
keselamatan, dan keamanan tersedia,
dilaksanakan, dimonitor, dan diketahui oleh
semua anggota tim.
 Prosedur kesehatan, keamanan dan
keselamatan sebagai tim perlu diatur dan
dipersiapkan
 Kesehatan, keamanan dan keselamatan
adalah isu yang sangat penting dan kadang
sensitif.
 Setiap anggota wajib mematuhi, memonitor
dan melaporkan insiden-insiden yang terjadi.
e. Prosedur komunikasi dan koordinasi
1) Prosedur Komunikasi
Proses kaji cepat akan dilakukan oleh banyak
orang dari berbagai latar belakang dan
keahlian yang akan bekerja sama dalam satu
tim. Untuk kelancaran komunikasidan
kerjasama tersebut, penting untuk

Pusdiklat BNPB Page 71


memastikan bahwa tim memperhatikan hal
berikut:
 menggunakanalat kaji standar yang telah
disepakati beserta dengan deskripsi dan
tata cara melakukannya .
 menggunakanterminologi dan prosedur
yang sudah di stardarisasi secara
konsisten.
 menggunakanprosedur dan format
klasifikasi data, evaluasi informasi, dan
analisa yang sudah di standarisasi dan
disepakati dalam tim.
2) Prosedur Koordinasi
Koordinasi dalam kondisi darurat
dimaksudkan untuk mengatur dan
menyesuaikan tindakan-tindakan semua
pihak yang terkait dalam tindakan respon
darurat tersebut, dalam konteks Tim Kaji
Cepat adalah:
 Bagaimana menyesuaikan dan
harmonisasi semua keahlian dan fungsi-
fungsi anggota tim (internal tim kaji cepat)
agar dapat memberikan hasil maksimal
dalam Kaji Kerusakan dan Kaji
Kebutuhan;
 Bagaimana agar hasil analisa Kaji
Kerusakan dan Kaji Kebutuhan dapat
didistribusikan dan digunakan para
penanggap bencana;
 Bagaimana agar hasil analisa Kaji
Kerusakan dan Kaji Kebutuhan dapat
didistribusikan dan digunakan oleh
Pusdiklat BNPB Page 72
organisasi lain (misalnya: UN, organisasi
internasional dan organisasi lainnya).
2. Persiapan Sebelum Keberangkatan
Setelah tim menerima tugas (sesaat setelah terjadi
bencana), hal-hal berikut dilakukan oleh tim sebelum
keberangkatan.
a. Mengumpulkan informasi tentang bencana yang
terjadi, termasuk infomasi tentang kondisi
kesehatan, keamanan, dan keselamatan
setempat, antara lain:
 Informasi detail tentang ancaman yang terjadi,
misalnya: waktu kejadian, skala ancaman,
dan informasi lainnya.
 Ancaman dan risiko di lokasi terkena dampak.
 Perkiraan jumlah populasi yang menjadi
korban, yang selamat, dan yang hilang
(dalam jumlah jiwa).
 Peringatan Dini dan Evakuasi.
 Ancaman yang kemungkinan dihadapi oleh
tim respon dan masyarakat umum.
 Bantuan dan sumberdaya yang dibutuhkan
dengan segera.
 Kondisi kesehatan, keamanan, dan
keselamatan setempat.
Selain itu, infomasi awal tentang bencana yang
terjadi dapat dikumpulkan dari berbagai sumber,
antara lain berasal dari PUSDALOP BNPB,
Statistic Agency, surveillance system, dan
dpecific expert institution.
Memeriksa kesiapan perlengkapan personal dan
tim.

Pusdiklat BNPB Page 73


Segera setelah tugas diterima oleh Tim Kaji
Cepat, anggota tim melakukan pemeriksaaan
kembali (secara cepat) pada kesiapan anggota
tim dan tim Kaji Cepat berdasarkan Daftar
Periksa diatas.
b. Membuat rencana aksi kaji cepat, distribusi tugas
dan tanggungjawab.
Secara umum kegiatan ini memuat siapa
bertugas di lokasi mana dan mengumpulkan
informasi apa saja.
c. Melakukan Briefing Tim
Briefing Tim dilakukan untuk memberikan
informasi penting kepada anggota tim, antara
lain:
 Information dasar: situation map, kejadian-
kejadian yang signifikan;
 Tugas : tujuan, apa yang akan dilakukan;
 Tujuan Misi: Rangkuman dari seluruh rencana
aksi, mengapa aksi tersebut dilakukan;
 Status/kondisi terkini: status dari sumberdaya
yang tesedia untuk digunakan;
 Masalah Keselamatan dan Prosedur Darurat
 Fasilitas dan daerah/lokasi kerja;
 Protokol Komunikasi;
 Supervisi/Hasil kerja yang diharapkan;
 Proces untuk mengerahkan sumberdaya,
supply, dan peralatan;
 Jadwal kerja;
 Pertanyaan dan/atau kepedulian;
 End state: Bagaimana hasil terakhir yang
diharapkan.

Pusdiklat BNPB Page 74


d. Melakukan koordinasi dengan parapihak terkait
dengan keberangkatan, saat bertugas, dan
keluar dari lokasi (exit).
Tim melakukan koodinasi dengan para pihak
terkait dengan proses keberangkatan, saat
bertugas dilapangan, dan keluar dari lokasi (exit),
baik koordinasi internal maupun eksternal.
Koordinasi internal antara lain meliputi koordinasi
dengan Divisi Operasi Division, Divisi
Sumberdaya, dan administrasi. Sedangkan
koordinasi external adalah koordinasi dengan
pemerintah lokal dan institusi atau lembaga
lainnya.

C. Situasi, Kebutuhan dan Kerusakan


Setiap bencana menimbulkan dampak yang beragam,
sehingga kemungkinan menimbulkan kerusakan dan kebutuhan
yang berbeda-beda. Perbedaan situasi kemanusiaan disebabkan
oleh banyak factor, antara lain lokasi (rural atau urban; daerah
padat penduduk atau tempat terpencil dengan akses yang sulit;
di pulau besar dengan infrastruktur memadai atau di pulau kecil
dengan infrastruktur dan sarana terbatas), dan kapasitas
Pemerintah Daerah dan masyarakat yang terdampak. Untuk
mendapatkan gambaran kebutuhan dan kerusakan, maka
diperlukan metode pengumpulan data yang baik.

D. Metode pengumpulan data


Data ada yang berupa data kuantitatif dan data kualitatif.
Beberapa cara atau metode yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang berifat kuantitatif, antara
lain:
1. Aerial survey
Pusdiklat BNPB Page 75
2. Remote Sensing
3. Remote Sending and GIS Tutorial
4. Visual inspection
5. Survey rumah tangga
6. Survey nutrisi
Sedangkan cara atau metode yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang berifat kualitatif, antara
lain:
1. Wawancara informan kunci
2. Wawancara komunitas
3. Focus group discussion (FGD)
4. Pengamatan perilaku, persepsi dan perhatian
Data dan informasi yang dikumpulkan dari berbagai
carametode, kemungkinan dapat terjadi bias. Bias adalah akibat
dari mis-interpretasi data, atau kesalahan analisa, atau menarik
kesimpulan yang kurang tepat dari infomasi yang didapatkan di
lapangan. Bias dapat terjadi pada semua metodologi
pengumpulan data, misalnya dapat berasal dari pertanyaan,
teknis sampling yang kurang cocok dengan kebutuhan, maupun
karena latar belakang yang dimiliki oleh pengumpul dan
penganalisa data.
Di dalam mengumpulkan data dan informasi, beberapa hal
yang harus dipertimbangkan adalah:
1. Akurasi;
2. Mengurangi bias;
3. Membedakan antara kebutuhan darurat dan kebutuhan
kronis;
4. Pertimbangan sensitif pada kondisi setempat, misal:
budaya, dll
5. Terbatasnya waktu;
6. Pertanyaan yang tersedia untuk mendapatkan informasi.
Pusdiklat BNPB Page 76
Beberapa aturan yang perlu diperhatikan di dalam
mengumpulkan data dan informasi, yaitu:
 Sangat penting untuk mendapatkan informasi sesegera
mungkin agar dapat bertindak cepat. Jangan ambisius
untuk mendapatkan infomasi yang sempurna, sebab
waktu sangat singkat;
 Informasi yang benar-benar akurat mungkin sulit didapat
sesaat setelah kejadian bencana, namun kita berusaha
mendekati keakuratan.
 ‘Kerentanan hari adalah kondisi darurat untuk esok’.
Berupaya memberikan infomasi mengenai kerentanan
yang ada pada pembuat kebijakan, dengan tujuan
mengurangi penyebaran ancaman;
 Dahulukan kelompok rentan!
 Gunakan kapasitas lokal untuk optimalisasi proses
pemulihan

E. Data Primer dan Sekunder


Secara umum terdapat dua jenis data, yaitu data sekunder
dan data primer. Data sekunder adalah data yang sudah
tersedia, yang sebelumnya tidak dikumpulkan secara khusus
untuk kajian tersebut, dan data tersebut dikumpulkan oleh orang
lain selain pelaku kajian. Sedangkan data primer adalah data
yang dikumpulkan secara khusus untuk keperluan kajian, dan
data tersebut dikumpulkan sendiri oleh pelaku kajian.
Data Sekunder meliputi:
 Peta dasar (provinsi, kebupaten): Peta Tata Ruang, Peta
kontur, dll
 Peta ancaman (provinsi, kabupaten), contoh : kawasan
rawan gempabumi
 Data demografi (provinsi, kabupaten)

Pusdiklat BNPB Page 77


 Lokasi dan karekateristik sistem pendukung, misalnya
air bersih, listrik, telekomunikasi, transportasi
 Lokasi, kepemilikan, dan jumlah ketersediaan
sumberdaya material yang dapat digunakan untuk
bantuan darurat;
 Struktur administrasi (provinsi, kabupaten)

F. Informasi kebutuhan dasar


Data dikumpulkan untuk mendapatkan informasi kebutuhan
dasar secara umum antara lain adalah:
1. Search and Rescue
Data dan informasi yang dikumpulkan tergantung
pada jenis ancaman. Sebagai contoh terjadinya
gempabumi, maka data dan informasi yang
dikumpulkan adalah dimana lokasi gedung-gedung
yang runtuh, dan dimana lokasi fasilitas umum
terdapat, seperti sekolah, rumah sakit, dan fasilitas
umum lainnya.
2. Lokasi komunitas terkena dampak
Informasi yang dikumpulkan antara lain:
 dimana lokasi tersebut,
 berapa banyak,
 apakah mereka mengungsi?
apabila ya, bagaimana kondisi shelternya?
apabila tidak, dimana mereka tinggal untuk
sementara? Bagaimana kondisinya?
3. Akses menuju lokasi bencana
Informasi yang dikumpulkan antara lain:
 Kondisi dan keamanan akses darat, laut dan
udara;
 Pilihan akses yang paling memungkinkan

Pusdiklat BNPB Page 78


4. Perbaikan infrastruktur penting dan fasilitas umum
agar dapat kembali berfungsi
Informasi yang dikumpulkan antara lain:
 Fasiltas apa saja yang masih dapat berfungsi;
 Dimana lokasinya?
 Apa yang dibutuhkan agar dapat membuat fasilitas
tersebut kembali berfungsi?
5. Kebutuhan dasar
Informasi yang dikumpulkan antara lain:
 Pangan: tipe pangan, tersediaan, pasar,
kemampuan beli warga setempat, pasar;
 Air bersih dan sanitasi: tingkat kerusakan fasilitas
penyedia air bersih, kuantitas dan kualitas air
bersih, penyimpanan dan transportasi untuk air
bersih, fasilitas MCK.
6. Kondisi kesehatan, keamanan, dan keselamatan;
Informasi yang dikumpulkan antara lain:
 Tingkat kerusakan fasilitas kesehatan;
 Akses masyarakat setempat pada fasilitas
kesehatan;
 Kemungkinan penyebaran HIV;
 Kondisi kesehatan reproduksi;
 Kondisi kesehatan setempat (apakah ada penyakit
endemik atau penyakit lainnya);
 Kajian kondisi kesehatan mental masyarakat
setempat, apakah mengalami shock akibat
bencana tersebut?
 Kondisi keamanan dan keselamatan wilayah
setempat.
7. Hunian
Informasi yang dikumpulkan antara lain:
 Kebutuhan hunian

Pusdiklat BNPB Page 79


 Kondisi hunian yang sudah tersedia
 Kebutuhan perlengkapan rumahtangga yang
mendesak , misal: perlengkapan masak dan
kebutuhan perlengkapan rumah tangga lainnya.
8. Perlindungan kelompok rentan
Dampak bencana umumnya dirasakan lebih parah
oleh kelompok penduduk rentan. Sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 55 ayat (2) UU No. 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana, kelompok
rentan meliputi: 1). Bayi, balita, dan anak-anak; 2). Ibu
yang sedang mengandung atau menyusui; 3).
Penyandang cacat; dan 4) Orang lanjut usia. Selain
keempat kelompok penduduk tersebut, dalam
Peraturan Kepala BNPB No. 7 Tahun 2008 tentang
Pedoman Tata Cara Pemenuhan Kebutuhan Dasar
ditambahkan „orang sakit‟ sebagai bagian dari
kelompok rentan dalam kondisi bencana. Anak- anak
dan perempuan adalah kelompok paling rentan
mengalami trauma pascabencana. Selain kejadian
bencana itu sendiri, kondisi posko pengungsian yang
minim fasilitas dan tidak ada hiburan cenderung
membuat anak berada dalam keadaan depresi dan
stres. Anak-anak membutuhkan kekuatan mental yang
lebih ketimbang orang dewasa dalam menghadapi
bencana.
Upaya perlindungan sudah seyogyanya diprioritaskan
pada kelompok rentan tersebut, mulai dari
penyelamatan, evakuasi, pengamanan sampai
dengan pelayanan kesehatan dan psikososial.
Namun, meskipun sebagai kelompok rentan, anak-
anak biasanya paling terabaikan dalam penanganan
bencana di Indonesia. Hal ini terjadi karena seringnya,
Pusdiklat BNPB Page 80
penanganan bencana lebih banyak untuk
menyelamatkan harta benda, tetapi kurang
mempedulikan kejiwaan anak-anak dan kelompok
rentan lainnya.

G. Verifikasi Pengumpulan Data


Salah satu metode utama untuk mendapatkan
akurasi dan menghindari/mengurangi bias adalah
melakukan korelasi data, yaitu dengan membandingkan
jawaban dari berbagai sumber dan organisasi yang
berbeda, dan menganalisanya dengan menggunakan
berbagai indikator. Korelasi data dapat dilakukan melalui
uji-silang data secara mandiri. Hal tersebut merupakan
elemen dasar untuk sebuah proses kajian yang baik.
Dalam contoh kasus untuk ke Tim Kaji Cepat, kajian
yang dilakukan melalui udara, kajian melalui darat, dan
kajian sektoral dapat digunakan sebagai verifikasi
pengumpulan data.
Proses verifikasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
(1) berdasarkan alat kaji yang digunakan (earial , visual
inspection);
(2) membandingkan data-informasi yang didapat oleh tim
kaji cepat tersebut dengan tim kaji cepat lainnya.
Contoh: data-information dari Aerial Assessment di
cek kembali (melalui ground cek) dengan visual
inspection –melalui darat: apa yang terlihat hijau
seperti kebun dari udara, mungkin saja hanya
merupakan semak belukar bila dilihat dari darat.

H. Sumber Informasi
Sumber informasi untuk pengumpulan data dan informasi
antara lain berasal dari :
Pusdiklat BNPB Page 81
• Literatur yang tersedia, catatan sejarah kejadian, data
sebelum bencana, sistem pengamatan;
• Hasil dari pengumpulan data - informasi;
• Pejabat setempat, ahli-ahli setempat, masyarakat
setempat;
• Rumah Sakit, Puskesmas, dan pos-pos kesehatan;
• Organisasi yang menangani kedaruratan bencana.
Berikut adalah salah satu cara mudah untuk mengecek
data yang dikumpulkan. Kita perlu memastikan bahwa data yang
kita kumpulkan memiliki tingkat kredibilitas dan keandalan yang
cukup tinggi. Jika tingkat kredibilitas dan keandalan rendah,
sebaiknya data tersebut dibuang saja dan tidak diolah untuk
menjadi informasi / laporan.

Kredibilitas (Credibility) Keandalan (Reliablity)

1. Terkonfirmasi oleh sumber a. Sepenuhnya andal


lain
2. Kemungkinan besar benar b. Kebanyakan andal

3. Kemungkinan benar c. Cukup andal

4. Meragukan d. Kebanyakan tidak andal

5. Mustahil e. Tidak andal

6 Kebenarannya tidak dapat f. Keandalannya tidak dapat


dipastikan dipastikan

Pusdiklat BNPB Page 82


PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini


peserta diklat diharapkan dapat memahami Pengolahan dan
Analisa Data Kaji Cepat

A. Pengertian Analisa
Analisa adalah proses sintesa dari semua informasi yang
dikumpulkan dari berbagai sumber. Analisa dilakukan agar
informasi tersebut dapat digunakan dalam kaji kerusakan dan kaji
kebutuhan, sehingga pemberian bantuan sesuai dengan
kebutuhan dan standar minimal pemenuhan hak korban
bencana.

B. Tahapan Analisa
Berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan
dengan menggunakan format-format sesuai Perka BNPB Nomor
9 Tahun 2008 Tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat, maka
data tersebut diolah, dievaluasi, kemudian diinterpretasikan
melalui proses analisa agar data dan informasi tersebut akurat
sehingga pemberian bantuan sesuai dengan kebutuhan dan
standar minimal pemenuhan hak korban bencana.
Analisa Kaji Cepat sesuai dengan kebutuhan dilakukan
melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Pengolahan Data
2. Evaluasi Data
3. Interpretasi Data

Pusdiklat BNPB Page 83


C. Pengolahan Data
Secara umum, data dan informasi yang dikumpulkan diatur
berdasarkan:
1. Pengelompokkan data;
2. Terlebih dulu memahami situasi yang membutuhkan
keputusan yang diambil berdasarkan sajian analisis dari
data tersebut;
3. Memformulasikan pengambilan keputusan, dalam
konteks kebutuhan, tujuan, dan identifikasi alternatif
yang dapat diambil berdasarkan analisa data tersebut;
4. Membuat analisa alternatif atas dampak yang terjadi;
5. Membuat pemilihan dan evaluasi model response yang
akan dilakukan, membandingkan alternatif yang mungkin
dan prediksi hasilnya.

D. Evaluasi Data
Di dalam melakukan evaluasi data, langkah-langkah yang
harus dilakukan sebagai berikut:
1. Cross-check dan membandingkan data tersebut dengan
berbagai sumber. Sebagai contoh secara internal
dilakukan dengan membandingkan antara ke 3 cara
pengkajian cepat. Sedangkan contoh secara eksternal
adalah dengan membandingkan data antara Tim Kaji
Cepat dengan organisasi terkait lainnya, termasuk
media.
2. Hindari melakukan “generalisasi” data yang
berhubungan dengan hanya satu lokasi, satu sektor,
ataupun satu bagian dari populasi.
3. Lakukan evaluasi data hasil pengumpulan tersebut
dengan baseline (data dasar). Kemungkinan ada kondisi
yang ditemui di saat situasi normal yang berlanjut di
kondisi darurat.
Pusdiklat BNPB Page 84
4. Selalu ingatkan kepada orang yang melakukan analisa
dan pengambil keputusan bahwa hasil kaji cepat
mungkin saja mengikutsertakan persoalan atau kondisi
yang memang sudah ada di lokasi tersebut sebelum
bencana terjadi, dan semakin diperparah oleh bencana
tersebut;
5. Cek kembali data-informasi yang kurang masuk akal;
6. Lakukan pengumpulan data-informasi dengan aktif,
dengan selalu mempertanyakan apabila tidak ada
informasi yang diterima, serta jangan berasumsi apabila
tidak ada laporan bukan berarti tidak ada persoalan;
7. Lakukan pembaruan informasi terus menerus sesuai
kebutuhan dan perubahan prioritas.

E. Interpretasi Data
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam
menginterpretasikan data adalah:
1. Data di-interpretasi kan dengan membandingkan
dengan indikator yang digunakan oleh pemerintah,
misalnya PERKA Nomor 7 tahun 2008 yang mengatur
tentang tatacara pemberian bantuan pemenuhan
Kebutuhan Dasar.
2. Lakukan cross check data dari sumber yang berbeda.
Informasi yang diterima mungkin saja memiliki
kesenjangan ataupun bias.
3. Hindari melakukan generalisasi data-informasi yang
hanya terkait pada satu lokasi, satu sektor, maupun satu
bagian dari populasi masyarakat.
4. Selalu lakukan triangulasi.
Setelah proses analisa, informasi tersebut harus disajikan
dalam sebuah laporan. Laporan tersebut harus berguna dan
dapat digunakan oleh management senior atau komandan untuk
Pusdiklat BNPB Page 85
mengambil keputusan terkait prioritas, tugas-tugas, rencana aksi,
koordinasi, dan pengaturan aksi di lapangan. Pembahasan
mengenai laporan lebih detail akan dibahas pada sesi
selanjutnya.

Pusdiklat BNPB Page 86


PENGKAJIAN BERSAMA DENGAN K/L LAIN
DAN LEMBAGA NON-PEMERINTAH

A. Pengertian Pengkajian Bersama (Joint Assessment)


Seperti dapat dilihat dalam gambar dibawah ini, pengkajian
dapat dilakukan secara individu atau mandiri oleh masing-masing
organisasi (Individual assessment), ataupun lebih dari satu
organisasi (Harmonized assessment dan Joint assessment).

Kelebihan Kajian yang harmonis atau terkoordinasi:

Pusdiklat BNPB Page 87


 Mendapat pandangan yang sama tentang kebutuhan
dan prioritas di antara organisasi yang berpartisipasi
 Membangun pemahaman tentang kebutuhan prioritas
dari perspektif yang menyeluruh
 Meningkatkan cakupan wilayah yang terkena
bencana dan populasi yang dikaji melalui
pengumpulan data primer, yang mengarah pada
informasi yang lebih baik tentang situasi kemanusiaan
dan gambaran komprehensif tentang kebutuhan
 Meminimalkan duplikasi upaya response
 Berikan landasan untuk perencanaan respons
 Minimalkan 'kelelahan pengkajian‟ dari masyarakat
terdampak
 Mendukung pemantauan bersama dan mendukung
pembelajaran antar-Lembaga
Kekurangan Kajian yang harmonis atau terkoordinasi:
 Dibutuhkan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan
dan mencapai kesepakatan dengan banyaknya aktor
yang terlibat.
 Proses yang panjang dapat menyebabkan hasil yang
tidak begitu relevan, terutama jika situasi bencana
berubah secara cepat setelah pengumpulan data
primer.
 Membutuhkan komitmen dari organisasi yang
berpartisipasi.
Kelebihan kajian individu atau mandiri:
 Relatif cepat, terutama jika wilayah / sektor yang
dikaji tidak luas.
 Sangat berguna untuk mengkonfirmasi situasi di area
yang relatif kecil terhadap situasi umum
 Cocok untuk pengkajian di sektor tertentu

Pusdiklat BNPB Page 88


Kekurangan kajian individu atau mandiri:
 Ketika dilakukan oleh berbagai organisasi di dareah
yang sama, dapat menyebabkan kelelahan
pengkajian.
 Hasil yang mungkin tidak kompatibel (dan terkadang
tidak dapat dibandingkan) karena pengkajian
individual dapat memiliki kumpulan data yang
berbeda dan berbagai cara untuk mengumpulkan dan
menganalisis data.
 Pemerintah dan donor dapat kehilangan minat jika
ada hasil-hasil yang bertentangan. Pada akhirnya,
orang yang membutuhkan mungkin tidak menerima
bantuan yang tepat.
Pengkajian terkoordinasi direncanakan dan dilaksanakan
dalam kemitraan oleh para pelaku kemanusiaan, dan hasil-
hasilnya dibagi dengan komunitas kemanusiaan yang lebih luas
untuk mengidentifikasi kebutuhan populasi yang terkena dampak.
Tanpa adanya perencanaan Bersama, pengkajian
individual mungkin akan memiliki set data yang berbeda
sehingga tidak dapat dibandingkan, dan pengumpulan datanya
tidak dapat digunakan untuk Analisa bersama. Misalnya: Dalam
suatu kejadian bencana, kebutuhan air bersih di desa A dikaji
oleh organisasi ABC dengan mengobservasi keadaan dan jumlah
sumur yang berfungsi di desa tersebut; sedangkan di desa X,
pengkajian oleh organisasi XYZ mencari tahu perubahan pola
konsumsi air bersih masyarakat. Dalam kasus ini, sulit bagi
kedua organisasi untuk menganalisa prioritas kebutuhan air
bersih untuk kedua desa tersebut.

Pusdiklat BNPB Page 89


B. Berbagi informasi hasil kaji cepat yang dilakukan oleh
K/L lain atau organisasi non-pemerintah
Ketika terdapat banyak organisasi yang melakukan
penanganan darurat bencana (umumnya ketika ada bencana
besar dan terjadi secara cepat seperti gempabumi, tsunami,
banjir atau longsor yang besar), pengkajiian harmonis atau
bersama harus diutamakan agar tercipta suatu pemahaman
situasi kedaruratan yang mirip atau sesuai.
Dalam skenario ideal, Pos Komando Penanganan Darurat
Bencana mampu mengkoordinir semua organisasi yang
melakukan pengkajian cepat dan terlibat dalam analisanya,
sehingga tujuan prioritas penanganan dimengerti bersama.
Dalam banyak kasus, Posko PDB tersebut disibukkan dengan
berbagai kegiatan mendesak lainnya, sehingga perlu mendapat
dukungan, misalnya dari Pusat Pengendalian Operasi
BNPB/BPBD, ataupun Pusat Pendamping Nasional (Pospenas).
Inisiatif perlu dimulai untuk mengumpulkan informasi
tentang institusi mana saja yang melakukan kajian, dan
mengajak mereka untuk berbagi informasi tentang hasil-hasil
kajian mereka. Pertemuan rutin perlu diadakan terutama
mengingat situasi kedaruaratn yang dinamis, sehingga
kebutuhan kemanusiaan berubah secara cepat pula.
Suatu organisasi dapat diminta oleh Posko PDB, Pusdalops
PB ataupun Pospenas untuk memfasilitasi koordinasi kajian
cepat yang dilakukan oleh berbagai organisasi pemerintah dan
non-pemerintah; dan tetap dalam kepemimpinan Posko PDB
yang mengarahkan operasi penanganan kedaruratan termasuk
berdasarkan hasil-hasil dari Analisa/laporan kajian cepat.
Dalam bencana yang masif dan organisasi internasional
terlibat, ada beberapa piranti yang dapat digunakan terkait kaji
cepat, termasuk:

Pusdiklat BNPB Page 90


• Humanitarian Data Exchange (HDX), yaitu suatu
platform terbuka untuk berbagi data lintas krisis dan
organisasi, dengan tujuan membuat data kemanusiaan
mudah diakses dan digunakan untuk analisis. Kumpulan
datanya terus bertambah dan telah diakses oleh
pengguna di lebih dari 200 negara dan wilayah.
• Virtual OSOCC, yaitu portal untuk berbagi informasi
diantara para perespon bencana, termasuk tentang
kajian cepat.
• Displacement Tracking Matrix, yang mengumpulkan dan
menganalisis data untuk menyebarluaskan informasi
multi-lapisan kritis tentang mobilitas, kerentanan, dan
kebutuhan populasi yang terusir dan berpindah yang
memungkinkan pembuat keputusan dan responden
untuk memberikan populasi ini dengan bantuan spesifik
konteks yang lebih baik.

Pusdiklat BNPB Page 91


PENUTUP

Tanggap darurat umumnya berkisar dari menyediakan


bantuan spesifik, antara lain membantu evakuasi dan
transportasi para pengungsi, hunian darurat, makanan, dan
perbaikan awal terhadap infrastruktur yang rusak. tanggap
darurat lebih berfokus pada menangani dampak negatif dari
kejadian bencana khususnya memenuhi kebutuhan dasar orang-
orang yang terdampak secara fisik maupun psikologi. Melalui
pengkajian dapat teridentifikasi kebutuhan yang diperlukan
segera dengan cepat, sehingga dapat mengembangkan strategi
penyelamatan jiwa dan pemulihan dini. Oleh karena itu
diperlukan peralatan kaji cepat yang dapat merespon kebutuhan
korban bencana yang beragam, baik dari segi usia, gender,
keadaan fisik maupun kebutuhan khusus.

Pusdiklat BNPB Page 92


MODUL IV
PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KAJI CEPAT

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan suatu
lembaga yang dilakukan oleh tim Kaji Cepat atau Pemerintah
segera sesudah kejadian bencana. Tanggap daru- rat umumnya
berkisar dari menyediakan bantuan spesifik namun terbatas
seperti membantu evakuasi dan transportasi para pengungsi,
hunian darurat, makanan, dan perbaikan awal terhadap
infrastruktur yang rusak. Fokus tanggap darurat ada- lah
menangani dampak negatif dari kejadian bencana khususnya
memenuhi kebu- tuhan dasar orang-orang yang menjadi korban
hingga solusi yang lebih permanen dan menyeluruh dapat
diberikan pada tahap bantuan berikutnya.
Menangani dampak pada tanggap darurat salah satu yang
harus dilakukan tim kaji cepat adalah mengumpulkan data dan
informasi pada awal kejadian bencana kemudaian tim kaji cepat
menyusun laporan kaji cepat agar dapat digunakan oleh
komandan untuk mengambil keputusan terkait prioritas, tugas –
tugas dan pengaturan aksi di lapangan dan laporan kaji cepat
dapat memberikan data dan informasi yang akurat dan terkini.

B. Manfaat Modul
Diharapkan setelah pelatihan ini tim kaji cepat dapat
menjadi acuan dalam menyusun laporan dan menampilkan data
dan informasi hasil kaji cepat yang akurat dan terkini.

Pusdiklat BNPB Page 93


C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Diharapkan setelah pelatihan ini tim kaji cepat dapat
membuat laporan kaji cepat bencana dengan baik dan
benar
2. Indikator Hasil Belajar
a. Menyusun laporan kaji cepat dengan singkat, padat
dan jelas
b. Menampilkan data dan informasi hasil kaji cepat

D. Petunjuk Belajar
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan bahan
ajar ini, hingga memahami tujuan pembelajaran.
2. Membaca dengan cermat bagian demi bagian dan
temukan kata kata kunci dan kata – kata yang peserta
diklat anggap baru. Kemudian cari dan baca
pengertian kata – kata kunci dalam daftar Singkatan
Modul ini atau dalam kamus Bahasa Indonesia.
3. Mengerjakan tugas-tugas dalam modul baik individu
maupun kelompok dengan baik.
4. Bila ada kesulitan, diskusikan dengan teman peserta
diklat dan tidak segan bertanya kepada
widyaiswara/pelatih.

Pusdiklat BNPB Page 94


PENYUSUNAN LAPORAN KAJI CEPAT

A. Laporan Awal
Laporan Kaji Cepat Awal, adalah laporan yang diharapkan
diterima dalam waktu secepat-cepatnyasetelah tiba di lokasi
bencana, kalau bisa dalam hitungan
Tujuan laporan awal:
1. Memberikan gambaran kasar tentang dampak dari
bencana (kerusakan dan kebutuhan).
2. Menjelaskan bagaimana masyarakat lokal berusaha
mengatasinya. (local coping mechanism)
3. Gambaran kasar tersebut sangat berguna dalam
mengidentifikasi rekomendasi terhadap Rencana Aksi
serta untuk pengerahan sumberdaya dan bantuan.
Laporan awal berisi data dan informasi mengenai
gambaran secara umum tentang bencana yang terjadi setelah
tiba di lokasi dan bertemu dengan pejabat daerah, kemudian
dilanjutkan dengan laporan tertulis secara formal.
Berikut format laporan dalam bentuk sms dan laporan awal
TRC BNBP yang tertuang dalam Peraturan Kepala BNBP Nomor
9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat BNPB.

Pusdiklat BNPB Page 95


Format – 9

LAPORAN

TIM REAKSI CEPAT BNBP

(DALAM BENTUK SMS)

1. Laporan Awal Tim (dilakukan setelah bertemu dengan pejabat daerah)

Yth. Kepala BNPB. Laporan awal TRC BNPB tgl …....…… jam ......…. tugas ke
Prov./Kab./Kota …….. : Tim jml …org (…BNPB, …Depsos, ….Depkes, Dep PU, dst) tiba di
Kab/Kota ……. tgl ……jam …… selanjutnya menghadap Gub./Bupati/Walikota atau pejabat
yg berwenang, bencana …............… (jenis bencana) pd tgl …...... jam ...., lokasi …….,
penyebab bencana ………, korban (meninggal, Luka berat, luka ringan, hilang, pengungsi),
kerusakan (rmh, ktr, faskes/dik/ibadah/umum, jembatan, jalan, tanggul, sawah, lahan
pertanian, dll), upaya yg telah dilakukan : Tim membantu mengaktivasi Posko Satkorlak
PB/Satlak PB/ BPBD, Satkorlak PB/Satlak PB/BPBD melaks penyelamatan/evakuasi,
melaks yankes, pendirian dapur umum, pendistribusian permakanan, pengerahan tenaga
Aparat Pemda, TNI, Polri, SAR, Tagana, kegiatan lainnya, dampak bencana (bencana
susulan, kegiatan masyarakat, dll), kondisi Kamtibmas, kendala/hambatan, kebutuhan
mendesak, saran bantuan dari BNPB. (Ketua Tim, nama …................). CC. De-2 BNPB,
Atasan masing-masing anggota Tim, Satkorlak PB/Satlak PB/BPBD dan Posko BNPB.

2. Laporan hari berikutnya

Yth. Kepala BNPB. Laporan TRC BNPB tgl …....…… jam ......….tugas ke Prov/Kab/Kota
…….. : Tim jml …org, laporan perkembangan Bencana …… (jenis bencana), korban
(meninggal,luka berat, luka ringan, hilang, pengungsi), kerusakan (rmh, ktr,
faskes/dik/ibadah/umum, jembatan, jalan, tanggul, sawah, lahan pertanian, dll), upaya yg
telah dilakukan : SatkorlakPB/Satlak PB/BPBD Melaks penyelamatan/evakuasi, melaks
yankes, pendirian dapur umum, pendistribusian permakanan, pengerahan tenaga Aparat
Pemda,TNI, Polri, SAR, Tagana, kegiatan lainnya, dampak bencana (bencana susulan,
kegiatan masyarakat, dll), kondisi Kamtibmas, kendala/hambatan, kebutuhan mendesak,
saran bantuan dari BNPB. (Ketua Tim, nama ................….). CC. De-2 BNPB, Atasan
masing- masing anggota Tim, Satkorlak PB/Satlak PB/BPBD dan Posko BNPB

Pusdiklat BNPB Page 96


Format – 10

LAPORAN AWAL TRC BNBP

HARI …………… TANGGAL …………. JAM ………..

1. Tim Reaksi Cepat BNPB

a. Tim Reaksi Cepat BNPB dengan jumlah …. orang terdiri dari .... orang dari BNPB,
…orang dari Depsos, …orang dari Depkes, …orang dari Dep PU, dan seterusnya telah
tiba di Kota ……. dengan keadaan selamat dan sehat.

b. Tim Reaksi Cepat BNPB telah menghadap pejabat SatkorlakPB/Satlak PB/ BPBD atau
pejabat yang ditunjuk.

2. Bencana

a. Kejadian

1) Jenis kejadian : .................................................................


2) Waktu kejadian : (hari……. tanggal …….. jam ……..)
3) Lokasi kejadian : (Desa/Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten)
4) Penyebab bencana : .................................................................

b. Kondisi Mutakhir

1) Korban : ...... orang (meninggal dunia, luka berat, luka ringan,


hilang/hanyut dengan rinciannya)
2) Mengungsi : ....... jiwa/ ........ kk (dengan rincian di Desa/
Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten)
3) Kerusakan (jumlah) : (rumah, kantor, fasilitas
kesehatan/pendidikan /umum, sarana
ibadah, jembatan, jalan, tanggul, sawah,
lahan pertanian, dll)
4) Dampak bencana : (bencana susulan, kegiatan masyarakat, kondisi
Kamtibmas, dll)

c. Upaya Penanganan yang telah dilakukan oleh Satkorlak PB/BPBD Provinsi/Satlak


PB/BPBD Kabupaten/Kota.

1) Gubernur/Bupati/Walikota pada tanggal ..................... jam .......... telah meninjau lokasi


bencana;
2) Telah mendirikan Posko Satkorlak PB/Satlak PB/BPBD;
3) Melaksanakan rapat koordinasi dengan Dinas/Instansi/Lembaga terkait;
4) Melaksanakan penyelamatan/evakuasi korban bencana;
5) Melaksanakan pelayanan kesehatan;

Pusdiklat BNPB Page 97


6) Melaksanakan pendirian dapur umum;
7) Melaksanakan pendistribusian permakanan;
8) Pengerahan tenaga aparat Pemda, TNI, Polri, SAR, Tagana, relawan, masyarakat dll;
9) dan lain-lain.

d. Sumber daya yang tersedia di lokasi bencana.


e. Tabel Rincian Bantuan (dibutuhkan/diterima/disalurkan/persediaan/ kekurangan)
f. Kendala/hambatan
g. Kebutuhan mendesak sesuai urutan prioritas.
h. Rencana tindak lanjut Satkorlak PB/BPBD Provinsi/Satlak PB/BPBD Kabupaten/Kota

3. Analisa singkat sementara

a. Korban
b. Pengungsi
c. Pemenuhan Kebutuhan Minimum
d. Kerusakan
1) Rumah
2) Sarana dan Prasarana Umum
3) Lahan/sawah/kebun/tanaman/ternak

4. Rencana Aksi Tim


5. Kesimpulan dan Rekomendasi
6. Penutup

Ketua TRC BNPB,

(............................... )

Pusdiklat BNPB Page 98


Format – 11

LAPORAN TRC BNBP

HARI …………… TANGGAL …………. JAM ……….

(sore hari pertama dan hari berikutnya)

1. Tim Reaksi Cepat BNPB

a. Tim Reaksi Cepat BNPB terdiri dari ………… Sub Tim melaksanakan peninjauan lapangan
terhadap lokasi bencana di ……….., ……….., ……… dan ……….

b. Membantu Satkorlak PB/Satlak PB/BPBD;

1) Mengaktivasi Posko Satkorlak PB/Satlak PB/BPBD;


2) Memperlancar koordinasi dengan sektor terkait melalui rapat koordinasi dalam
mendukung penanganan darurat bencana
3) Kegiatan Press Release kepada Mass Media cetak/elektronika.

2. Bencana

a. Kejadian

1) Jenis kejadian : .................................................................


2) Waktu kejadian : (hari……. tanggal …….. jam ……..)
3) Lokasi kejadian : (Desa/Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten)
4) Penyebab bencana : .................................................................

b. Kondisi Mutakhir

1) Korban : ...... orang (meninggal dunia, luka berat, luka


ringan,hilang/hanyut dengan rinciannya)
2) Mengungsi : ....... jiwa/ ....... kk (dengan rincian di
Desa/Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten)
3) Kerusakan (jumlah) : (rumah, kantor, fasilitas kesehatan/ pendidikan/
umum, sarana ibadah, jembatan, jalan,
tanggul,
sawah, lahan pertanian, dll)
4) Dampak bencana : (bencana susulan, kegiatan masyarakat, kondisi
Kamtibmas, dll)

Pusdiklat BNPB Page 99


c. Upaya Penanganan yang telah dilakukan oleh Satkorlak PB/BPBD Provinsi/Satlak
PB/BPBD Kabupaten/Kota.

1) Gubernur/Bupati/Walikota pada tanggal ..................... jam .......... telah meninjau lokasi


bencana;
2) Telah mendirikan Posko Satkorlak PB/Satlak PB/BPBD;
3) Melaksanakan rapat koordinasi dengan Dinas/Instansi/Lembaga terkait;
4) Melaksanakan penyelamatan/evakuasi korban bencana;
5) Melaksanakan pelayanan kesehatan;
6) Melaksanakan pendirian dapur umum;
7) Melaksanakan pendistribusian permakanan;
8) Pengerahan tenaga aparat Pemda, TNI, Polri, SAR, Tagana, relawan, masyarakat dll;
9) dan lain-lain.
d. Sumber daya yang tersedia di lokasi bencana.
e. Tabel Rincian Bantuan (dibutuhkan/diterima/disalurkan/persediaan/ kekurangan)
f. Kendala/hambatan
g. Kebutuhan mendesak sesuai urutan prioritas.
h. Rencana tindak lanjut Satkorlak PB/BPBD Provinsi/Satlak PB/BPBD Kabupaten/Kota

3. Analisa singkat sementara


a. Korban
b. Pengungsi
c. Pemenuhan Kebutuhan Minimum
d. Kerusakan
1) Rumah
2) Sarana dan Prasarana Umum
3) Lahan/sawah/kebun/tanaman/ternak

4. Rencana Aksi Tim


5. Kesimpulan dan Rekomendasi
6. Penutup

Ketua TRC BNPB,

( ......................................... )

Pusdiklat BNPB Page 100


B. Laporan Tertentu
Laporan berkala disusun setiap hari dan apabila terjadi
insiden yang bersifat khusus. Laporan perkembangan meliputi
data dan informasi mengenai kebutuhan mendesak pencarian,
penyelamatan dan evakuasi korban bencana dan kebutuhan
mendesak penampungan sementara. Laporan perkembangan
tersebut menggunakan format 4 dan 6 yang tertuang dalam
Peraturan Kepala BNBP Nomor 9 Tahun 2008 tentang Prosedur
Tetap Tim Reaksi Cepat BNPB, yang telah dibahas pada bab
„Pengumpulan Data dan Informasi‟.

C. Laporan akhir penugasan


Laporan akhir merupakan laporan lengkap yang disusun
setelah akhir penugasan. Laporan ini berisi data dan informasi
mengenai:
a. Dasar membuat laporan
b. Tujuan membuat laporan
c. Kebencanaan, meliputi kejadian bencana, kondisi
mutakhir, upaya penganan yang telah dilakukan oleh
Satkorlak PB/BPBD Provinsi/Satlak PB/BPBD
Kabupaten/Kota, Sumber daya yang tersedia di lokasi
bencana, Tabel Rincian Bantuan
(dibutuhkan/diterima/disalurkan/ persediaan/
kekurangan), Kendala/hambatan, Kebutuhan
mendesak sesuai urutan prioritas, dan Rencana tindak
lanjut Satkorlak PB/BPBD Provinsi/Satlak PB/BPBD
Kabupaten/Kota.

Pusdiklat BNPB Page 101


Format yang digunakan dalam laporan akhir penugasan
adalah format 12 berdasarkan Perka Nomor 9 Tahun 2008
tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat BNBP.

Format – 12

LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS

TIM REAKSI CEPAT BNPB

BENCANA …… KABUPATEN/KOTA/PROVINSI ……..

TANGGAL …………. S.d ………..20….

1. Dasar

2. Tujuan

3. Bencana

a. Kejadian

1) Jenis kejadian : .................................................................


2) Waktu kejadian : (hari……. tanggal …….. jam ……..)
3) Lokasi kejadian : (Desa/Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten)
4) Penyebab bencana : .................................................................

b. Kondisi Mutakhir

1) Korban : ...... orang (meninggal dunia, luka berat,


luka ringan, hilang/hanyut dengan
rinciannya)
2) Mengungsi : ....... jiwa/ ........ kk (dengan rincian di
Desa/Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten)
3) Kerusakan (jumlah) : (rumah, kantor, fasilitas
kesehatan/pendidikan/ umum, sarana
ibadah, jembatan, jalan, tanggul, sawah,
lahan pertanian, dll)
4) Dampak bencana : (bencana susulan, kegiatan masyarakat, kondisi
Kamtibmas, dll)

Pusdiklat BNPB Page 102


d. Upaya Penanganan yang telah dilakukan oleh Satkorlak PB/BPBD Provinsi/Satlak
PB/BPBD Kabupaten/Kota.
1) Gubernur/Bupati/Walikota pada tanggal ..................... jam .......... telah meninjau lokasi
bencana;
2) Telah mendirikan Posko Satkorlak PB/Satlak PB/BPBD;
3) Melaksanakan rapat koordinasi dengan Dinas/Instansi/Lembaga terkait;
4) Melaksanakan penyelamatan/evakuasi korban bencana;
5) Melaksanakan pelayanan kesehatan;
6) Melaksanakan pendirian dapur umum;
7) Melaksanakan pendistribusian permakanan;

8) Pengerahan tenaga aparat Pemda, TNI, Polri, SAR, Tagana, relawan, masyarakat dll;
9) dan lain-lain.
d. Sumber daya yang tersedia di lokasi bencana.
e. Tabel Rincian Bantuan (dibutuhkan/diterima/disalurkan/persediaan/ kekurangan)
f. Kendala/hambatan
g. Kebutuhan mendesak sesuai urutan prioritas.
h. Rencana tindak lanjut Satkorlak PB/BPBD Provinsi/Satlak PB/BPBD Kabupaten/Kota

4. Analisa singkat sementara


a. Korban
b. Pengungsi
c. Pemenuhan Kebutuhan Minimum
d. Kerusakan
1) Rumah
2) Sarana dan Prasarana Umum
3) Lahan/sawah/kebun/tanaman/ternak

5. Rencana Aksi Tim


6. Kesimpulan dan Rekomendasi
7. Penutup

………………..,
tanggal – bulan – tahun

Ketua TRC BNPB,

( ......................................... )

Lampiran dan Dokumentasi Foto

Pusdiklat BNPB Page 103


PENYAJIAN DATA DAN INFORMASI HASIL KAJI CEPAT

A. Data/informasi kejadian dan dampak


Secara umum terdapat dua jenis data, yaitu data sekunder
dan data primer. Data sekunder adalah data yang sudah
tersedia, yang sebelumnya tidak dikumpulkan secara khusus
untuk kajian tersebut, dan data tersebut dikumpulkan oleh orang
lain selain pelaku kajian. Sedangkan data primer adalah data
yang dikumpulkan secara khusus untuk keperluan kajian, dan
data tersebut dikumpulkan sendiri oleh pelaku kajian.
Data Sekunder meliputi:
 Peta dasar (provinsi, kebupaten): Peta Tata Ruang, Peta
kontur, dll
 Peta ancaman (provinsi, kabupaten), contoh : kawasan
rawan gempabumi
 Data demografi (provinsi, kabupaten)
 Lokasi dan karekateristik sistem pendukung, misalnya
air bersih, listrik, telekomunikasi, transportasi
 Lokasi, kepemilikan, dan jumlah ketersediaan
sumberdaya material yang dapat digunakan untuk
bantuan darurat;
 Struktur administrasi (provinsi, kabupaten)
Pengumpulan data dan informasi meliputi pengumpulan
data dan informasi yang diperlukan dalam kaji kerusakan
dan kaji kebutuhan. Secara umum pengumpulan data dan
informasi yang diperlukan dalam kaji kerusakan antara lain:
• Besar dan skala bencana, penyebaran dampaknya;
• Prakiraan jumlah korban meninggal, orang hilang, dan
jumlah penduduk yang selamat;

Pusdiklat BNPB Page 104


• Kerusakan dan tidak berfungsinya infrastruktur dan
sistem pendukung, fasilitas umum, akses transportasi,
dan telekomunikasi;
• Sistem peringatan dini;
• Rute evakuasi;
• Kemungkinan penyebaran ancaman baru (misalnya:
penyakit).
Sedangkan pengumpulan data dan informasi dalam kaji
kebutuhan secara umum antara lain adalah:
1. Search and Rescue
Data dan informasi yang dikumpulkan tergantung
pada jenis ancaman. Sebagai contoh terjadinya
gempabumi, maka data dan informasi yang
dikumpulkan adalah dimana lokasi gedung-gedung
yang runtuh, dan dimana lokasi fasilitas umum
terdapat, seperti sekolah, rumah sakit, dan fasilitas
umum lainnya.
2. Lokasi komunitas terkena dampak
Informasi yang dikumpulkan antara lain:
 dimana lokasi tersebut,
 berapa banyak,
 apakah mereka mengungsi?
apabila ya, bagaimana kondisi shelternya?
apabila tidak, dimana mereka tinggal untuk
sementara? Bagaimana kondisinya?
3. Akses menuju lokasi bencana
Informasi yang dikumpulkan antara lain:
 Kondisi dan keamanan akses darat, laut dan
udara;
 Pilihan akses yang paling memungkinkan

Pusdiklat BNPB Page 105


4. Perbaikan infrastruktur penting dan fasilitas umum
agar dapat kembali berfungsi
Informasi yang dikumpulkan antara lain:
 Fasiltas apa saja yang masih dapat berfungsi;
 Dimana lokasinya?
 Apa yang dibutuhkan agar dapat membuat fasilitas
tersebut kembali berfungsi?
5. Kebutuhan dasar
Informasi yang dikumpulkan antara lain:
 Pangan: tipe pangan, tersediaan, pasar,
kemampuan beli warga setempat, pasar;
 Air bersih dan sanitasi: tingkat kerusakan fasilitas
penyedia air bersih, kuantitas dan kualitas air
bersih, penyimpanan dan transportasi untuk air
bersih, fasilitas MCK.
6. Kondisi kesehatan, keamanan, dan keselamatan;
Informasi yang dikumpulkan antara lain:
 Tingkat kerusakan fasilitas kesehatan;
 Akses masyarakat setempat pada fasilitas
kesehatan;
 Kemungkinan penyebaran HIV;
 Kondisi kesehatan reproduksi;
 Kondisi kesehatan setempat (apakah ada penyakit
endemik atau penyakit lainnya);
 Kajian kondisi kesehatan mental masyarakat
setempat, apakah mengalami shock akibat
bencana tersebut?
 Kondisi keamanan dan keselamatan wilayah
setempat.
7. Shelter
Informasi yang dikumpulkan antara lain:
Pusdiklat BNPB Page 106
 Kebutuhan Shelter
 Kondisi shelter yang sudah tersedia
 Kebutuhan perlengkapan rumahtangga yang
mendesak , misal: perlengkapan masak dan
kebutuhan perlengkapan rumah tangga lainnya.
8. Perlindungan kelompok rentan
Informasi yang dikumpulkan antara lain:
 bayi, anak-anak, perempuan hamil, difable, lanjut
usia; dimana mereka, berapa banyak, bagaimana
kondisinya, dan kebutuhan khusus apa yang perlu
dilakukan untuk menyokong kelompok ini.
Didalam mengumpulkan data dan informasi untuk kaji
kerusakan dan kaji kebutuhan, BNBP telah memiliki
format baku yang tertuang dalam Peraturan Kepala BNBP
Nomor.9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi
Cepat BNPB. Format yang tertuang dalam Perka tersebut.

B. Format Data/Informasi Kejadian dan Dampak Bencana.


Data/informasi yang dikumpulkan pada format tersebut
sebagai berikut:
1. Kejadian Bencana
a. Informasi umum mengenai kejadian bencana, meliputi
jenis bencana yang terjadi, kapan bencana tersebut
terjadi dan lokasi terjadinya bencana.
b. Jumlah korban jiwa yang diidentifikasi per
kelurahan/desa di kecamatan tertentu, meliputi jumlah
korban jiwa yang hilang, jumlah korban jiwa yang luka
berat dan ringan, jumlah korban jiwa yang
mengungsi, serta jumlah korban jiwa yang meninggal
dunia.

Pusdiklat BNPB Page 107


c. Jumlah kerusakan pemukiman dan fasilitas umum,
infrastruktur, dan sarana lainnya, meliputi:
 Jumlah unit rumah yang rusak, baik rusak ringan
maupun rusak berat disetiap kelurahan/desa di
kecamatan tertentu, dan taksiran kerugian (Rp)
yang ditimbulkan akibat kerusakan tersebut.
 Jumlah sanitasi drainase lingkungan yang
menjadi tidak berfungsi akibat bencana, meliputi
air bersih (m3), saluran air (m2), MCK umum dan
lain-lainnya di setiap kelurahan/desa di
kecamatan tertentu.
 Jumlah kerusakan fasilitas umum yang rusak,
baik rusak ringan maupun rusak berat di setiap
kelurahan/desa di kecamatan tertentu dan
taksiran kerugian (Rp) yang ditimbulkan akibat
kerusakan tersebut, meliputi fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, fasilitas
sosial, infrastruktur, fasilitas pemerintahan,
jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih, dan
gas, fasilitas pelayanan publik, hutan, lahan dan
tanaman pertanian, hewan ternak, sarana
prasarana kelautan dan perikanan.
2. Upaya penanganan yang telah dilakukan terhadap
korban dan kerusakan.
3. Sumber daya yang diperlukan dalam penanganan
bencana, meliputi sarana prasarana, sumber daya
manusia, logistik, dan dana.
4. Kendala yang dihadapi
5. Kebutuhan darurat yang diperlukan untuk
penanganan bencana, meliputi:

Pusdiklat BNPB Page 108


(1) Pencarian, Penyelamatan dan Evaluasi
(Sumber Daya Manusia, Peralatan, Logistik,
Dana)
(2) Tempat Penampungan Sementara (Tenda,
Barak, Veltbed, Bangunan Fasilitas
Umum/Sosial). Catatn: perlu adanya
perhatian khusus pasutri, perempuan dan
anak untuk penampungan dan penggunaan
MCK
(3) Kebutuhan Dasar Pangan (Makanan Pokok,
Makanan Siap Saji, Makanan Tambahan,
Makanan Pelengkap, MP ASI, Air
Minum/Bersih)
(4) Kebutuhan Dasar Sandang (Kits
Keluarga/family kits), Selimut, Sarung, Daster,
Pakaian Dewasa/Anak, Handuk, Pembalut
wanita, Perlengkapan mandi, Alas tidur)
(5) Kesehatan (Sumber Daya Manusia,
Peralatan,Obat-obatan, bahan habis pakai
dan kesehatan lingkungan.
(6) Air bersih dan Sanitasi (MCK/Sanitasi, Jerigen
Air, Air Bersih)
(7) Sarana Angkutan (Kendaran darat/air/udara,
hewan, SDM/kurir, BBM)
(8) Utilitas (BBM, Listrik, Telekomunikasi, PAM)
(9) Lain – lain
6. Potensi bencana susulan
Format Data/Informasi Kejadian dan Dampak Bencana
sesuai dengan format 3 Peraturan Kepala BNBP Nomor.9
Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat
BNPB sebagai berikut.

Pusdiklat BNPB Page 109


Format 3
DATA/INFORMASI
KEJADIAN DAN DAMPAK BENCANA

I. KEJADIAN BENCANA
1. Umum
a. Jenis : ……………………………………………………
b. Tanggal/Waktu : ……………………………………………………
c. Lokasi : ……………………………………………………
d. Keterangan : …………………………………………………….

………………………………………………………

………………………………………………………

………………………………………………………

………………………………………………………

2. Korban Jiwa

No Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah (jiwa)

Hilang Luka Luka Pengungsi MD*)


Berat Ringan

1.

2.

Dst TOTAL

*) MD = Meninggal Dunia

3. Kerusakan
a. Pemukiman
 Rumah
No Lokasi JUMLAH (unit) Taksiran Kerugian
(Kec/Kel/Desa) (Rp)
Rusak Rusak
Ringan Berat

1.

2.

Dst.

total

Pusdiklat BNPB Page 110


 Sanitasi Drainase Lingkungan (yang menjadi tidak berfungsi akibat
bencana)

No Lokasi JUMLAH (/satuan)


(Kec/Kel/Desa)
Air Saluran MCK Lain-
Bersih Air (m2) Umum lain
(m3) (unit)

1.

2.

Dst.

TOTAL

Catatan: yang menjadi standar sapras yang rusak

b. Fasilitas Pendidikan
c. Fasilitas Kesehatan
d. Fasilitas Ibadah
e. Fasilitas Sosial
f. Infrastruktur
g. Fasilitas Pemerintahan
h. Jaringan Listrik, Telekomunikasi, Air Bersih, Gas
i. Fasilitas Pelayanan Publik
j. Hutan, Lahan dan Tanaman Pertanian, Hewan Ternak
k. Sarana Prasarana Kelautan dan Perikanan

No Jenis Lokasi JUMLAH (unit) Fungsi Taksiran


(Kec/Kel/Desa) Kerugian
Rusak Rusak
(Rp)
Ringan Berat

1.

2.

Dst.

total

Tabel Pendataan Kerusakan Fasilitas Pendidikan (point b) hingga Sarana Prasarana


Kelautan (poin k)

Pusdiklat BNPB Page 111


II. UPAYA PENANGANAN YANG TELAH DILAKUKAN

1. Terhadap Korban:
 Meninggal : .……………………………………………………………
 Luka Berat : .……………………………………………………………
 Luka Ringan : ..……………………………………………………………
 Hilang : ..……………………………………………………………
 Pengungsi : …..…………………………………………………………
2. Terhadap Kerusakan:
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

III. SUMBER DAYA


1. Sarana Prasarana
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
2. Sumber Daya Manusia
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
3. Logistik
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
4. Dana
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

IV. KENDALA
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

V. KEBUTUHAN DARURAT (Jumlah, Sumber)


1. Pencarian, Penyelamatan dan Evaluasi (Sumber Daya Manusia, Peralatan, Logistik,
Dana)
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
2. Tempat Penampungan Sementara (Tenda, Barak, Veltbed, Bangunan Fasilitas
Umum/Sosial). Catatn: perlu adanya perhatian khusus pasutri, perempuan dan anak
untuk penampungan dan penggunaan MCK
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
3. Kebutuhan Dasar Pangan (Makanan Pokok, Makanan Siap Saji, Makanan
Tambahan, Makanan Pelengkap, MP ASI, Air Minum/Bersih)
……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

Pusdiklat BNPB Page 112


4. Kebutuhan Dasar Sandang (Kits Keluarga/family kits), Selimut, Sarung, Daster,
Pakaian Dewasa/Anak, Handuk, Pembalut wanita, Perlengkapan mandi, Alas tidur)
……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

Sesuaikan dengan sektor yang memiliki panduan lampiran.

5. Kesehatan (Sumber Daya Manusia, Peralatan,Obat-obatan, bahan habis pakai dan


kesehatan lingkungan.
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
6. Air bersih dan Sanitasi (MCK/Sanitasi, Jerigen Air, Air Bersih)
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
7. Sarana Angkutan (Kendaran darat/air/udara, hewan, SDM/kurir, BBM)
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
8. Utilitas (BBM, Listrik, Telekomunikasi, PAM)
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
9. Lain – lain
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

VI. POTENSI BENCANA SUSULAN


…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

Catatan :
Pengisian form disesuaikan dengan perkembangan kemampuan Tim dan jenis/macam bencana di
lapangan

Pusdiklat BNPB Page 113


Format Kebutuhan Mendesak Pencarian, Penyelamatan dan
Evakuasi Korban Bencana

C. Format tersebut mengumpulkan data/informasi sebagai


berikut:
1. Rekapitulasi jumlah korban yang meninggal, jumlah
korban yang luka berat dan ringan, jumlah korban yang
hilang, dan jumlah korban yang mengungsi berikut
upaya penanganan yang telah dilakukan.
2. Rekapitulasi kebutuhan sumber daya manusia, antara
lain dokter umum, dokter spesialis, dan perawat; sarana
dan prasarana, antara lain kendaraan jeep, truk, dezor
dan beco; dan dana yang diperlukan , baik dilihat dari
unsur pemerintah daerah, TNI, POLRI, Basarnas, PMI
dan unsir lainnya.
3. Rekapitulasi kebutuhan logistik, meliputi:
a) Pangan, antara lain beras, ikan asin, kecap, mie
instan dan kebutuhan pangan lainnya.
b) Sandang, antara lain kain sarung, selimut, kaos
dewasa dan anak-anak, seragam sekolah untuk laki-
laki dan perempuan, dan kebutuhan sandang lainnya.
c) Peralatan, antara lain tandu, tenda, veltbed, dauser,
beco, cangkul, skop dan peralatan lainnya.
d) Obat-obatan dan Alat Kesehatan, antara lain infus,
perban, kapas, betadine, antibiotika serta obat-obatan
dan alat kesehatan lainnya.
Format Kebutuhan Mendesak Pencarian, Penyelamatan
dan Evakuasi Korban Bencana sesuai dengan format 4
Peraturan Kepala BNBP Nomor. 9 Tahun 2008 tentang
Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat BNPB sebagai berikut.

Format – 4

Pusdiklat BNPB Page 114


KEBUTUHAN MENDESAK

PENCARIAN, PENYELAMATAN DAN EVAKUASI KORBAN BENCANA

Hari/Tanggal/Jam : ………………………………………………………

Lokasi (Kec/Kab/Kota/Prov) : ………………………………………………………

a. Tabel Rekapitulasi Korban

No Korban Jiwa Jumlah Upaya Penanganan Keterangan


(jiwa)

1. Meninggal

2. Luka Berat

3. Luka Ringan

4. Hilang

5. Mengungsi
b. Tabel Rekapitulasi Sumber Daya
N Uraian Kebutuhan Keterangan
o
Tersedia Diperlukan Kekurangan
I. Pemerintah Daerah
1 SDM (Sumber Daya
. Manusia)
- Dokter umum
- Dokter Spesialis
- Perawat dll
2 Srana dan Prasarana
.
- Kendaraan jeep
- Kendaraan truk
- Dozer
- Beco dll
3 Dana
.

II. TNI
1 SDM (Sumber Daya
. Manusia)
- Dokter umum

Pusdiklat BNPB Page 115


- Dokter Spesialis
- Perawat dll

2 Srana dan Prasarana


.

- Kendaraan jeep

- Kendaraan truk

- Dozer

- Beco dll

3 Dana
.

III. POLRI

1 SDM (Sumber Daya


. Manusia)

- Dokter umum

- Dokter Spesialis

- Perawat dll

2 Srana dan Prasarana


.

- Kendaraan jeep

- Kendaraan truk

- Dozer

- Beco dll

3 Dana
.

IV. BASARNAS

1 SDM (Sumber Daya


. Manusia)

- Dokter umum

Pusdiklat BNPB Page 116


- Dokter Spesialis

- Perawat dll

2 Srana dan Prasarana


.

- Kendaraan jeep

- Kendaraan truk

- Dozer

- Beco dll

3 Dana
.

Pusdiklat BNPB Page 117


Uraian Kebutuhan Keterangan
No Tersedia Diperlukan Kekurangan
V. PMI
1. SDM (Sumber Daya Manusia)
- Dokter umum
- Dokter Spesialis
- Perawat dll
2. Srana dan Prasarana
- Kendaraan jeep
- Kendaraan truk
- Dozer
- Beco dll
3. Dana

VI. Dan Lain-Lain

c. Tabel Rekapitulasi Logistik

No Logistik Kebutuhan Keterangan


Tersedia Diperlukan Kekurangan
I. Pangan
1. Beras
2. Ikan asin
3. Kecap
4. Saos Sambal
5. Mie instan
dll
II. Sandang
1. Kain Sarung
2. Selimut
3. Kaos Dewasa
4. Kaos anak-2
5. Seragam SD Lk
6. Seragam SD Pr

dll

III. Peralatan

1. Tandu

2. Tenda

3. Veltbeth

4. Beco

5. Dauser

Pusdiklat BNPB Page 118


6. Cangkul

7. Skop

dll

IV. Obat dan Alkes

1. Infus

2. Perban

3. Kapas

4. Betadine

5. Anti Biotika

- Tablet/kapsul

- Cair/ampul

6. Tandu

7. Bidak dll

Pusdiklat BNPB Page 119


D. Format Kebutuhan Mendesak Pemenuhan Kebutuhan
Dasar
Format tersebut mengumpulkan data/informasi sebagai
berikut:
a. Jumlah pengungsi dan kebutuhan sarana dan
prasarana, antara lain meliputi pangan, sandang, air
bersih/sanitasi, pelayanan kesehatan serta sarana dan
prasarana lainnya di tingkat kecamatan.
b. Jumlah pengungsi dan kebutuhan sarana dan
prasarana, antara lain meliputi pangan, sandang, air
bersih/sanitasi, pelayanan kesehatan serta sarana dan
prasarana lainnya di tingkat kabupaten/kota.
c. Jumlah pengungsi dan kebutuhan sarana dan
prasarana, antara lain meliputi pangan, sandang, air
bersih/sanitasi, pelayanan kesehatan serta sarana dan
prasarana lainnya di tingkat provinsi.

Format Kebutuhan Mendesak Pemenuhan Kebutuhan


Dasar sesuai dengan format 5 Peraturan Kepala BNBP Nomor.9
Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat BNPB
sebagai berikut.

Pusdiklat BNPB Page 120


Format – 5
KEBUTUHAN MENDESAK
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

Hari/Tanggal/Jam : ……………………………………………………………..

1. Kecamatan : ……………………………………………………………..
No Uraian Kebutuhan Tersedia Kekurangan Keterangan
1. Jumlah Pengungsi

2. Sarana dan Prasarana


a. Pangan
b. Sandang
c. Air Bersih/Sanitasi
d. Pelayanan Kesehatan
dll

2. Kabupaten/Kota : ……………………………………………………………..
No Uraian Kebutuhan Tersedia Kekurangan Keterangan
1. Jumlah Pengungsi

2. Sarana dan Prasarana


a. Pangan
b. Sandang
c. Air Bersih/Sanitasi
d. Pelayanan Kesehatan
dll

3. Provinsi : ………………………………………………………………..
No Uraian Kebutuhan Tersedia Kekurangan Keterangan
1. Jumlah Pengungsi

2. Sarana dan Prasarana


a. Pangan
b. Sandang
c. Air Bersih/Sanitasi
d. Pelayanan Kesehatan
dll

Pusdiklat BNPB Page 121


E. Format Kebutuhan Mendesak Penampungan
Sementara
Format tersebut mengumpulkan data/informasi sebagai
berikut:
a. Jumlah pengungsi dan kebutuhan sarana dan
prasarana, antara lain meliputi tenda, alas tidur, genset,
MCK, dapur umum serta sarana dan prasarana lainnya
di tingkat kecamatan.
b. Jumlah pengungsi dan kebutuhan sarana dan
prasarana, antara lain meliputi tenda, alas tidur, genset,
MCK, dapur umum serta sarana dan prasarana lainnya
di tingkat kabupaten/kota.
c. Jumlah pengungsi dan kebutuhan sarana dan
prasarana, antara lain meliputi tenda, alas tidur, genset,
MCK, dapur umum serta sarana dan prasarana lainnya
di tingkat provinsi.

Format Kebutuhan Mendesak Penampungan Sementara


sesuai dengan format 6 Peraturan Kepala BNBP Nomor.9 Tahun
2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat BNPB sebagai
berikut.

Pusdiklat BNPB Page 122


Format – 6

KEBUTUHAN MENDESAK
PENAMPUNGAN SEMENTARA

Hari/Tanggal/Jam : ……………………………………………………………

1. Kecamatan : ……………………………………………………………
No Uraian Kebutuhan Tersedia Kekurangan Keterangan
1. Jumlah Pengungsi

2. Sarana dan Prasarana


a. Tenda
b. Alas Tidur
c. Genset
d. MCK
e. Dapur Umum
dll

2. Kabupaten/Kota : ………………………………………………………………
No Uraian Kebutuhan Tersedia Kekurangan Keterangan
1. Jumlah Pengungsi

2. Sarana dan Prasarana


a. Tenda
b. Alas Tidur
c. Genset
d. MCK
e. Dapur Umum
dll

Pusdiklat BNPB Page 123


3. Provinsi : ……………………………………………………………

No Uraian Kebutuhan Tersedia Kekurangan Keterangan


1. Jumlah Pengungsi

2. Sarana dan Prasarana


a. Tenda
b. Alas Tidur
c. Genset
d. MCK
e. Dapur Umum
dll

Pusdiklat BNPB Page 124


F. Format Kebutuhan Mendesak Perlindungan Kelompok
Rentan
Format tersebut mengumpulkan data/informasi sebagai
berikut:
1. Rekapitulasi jumlah korban jiwa kelompok rentan,
meliputi anak bayi, anak balita, ibu hamil/menyusui,
lansia, dan cacat, serta upaya penanganan terhadap
kelompok rentan tersebut.
2. Rekapitulasi kebutuhan sumber daya yang diperlukan
bagi kelompok rentan, yaitu:
a. Anak bayi, antara lain: susu bubuk, tepung bubur,
botol susu, perlengkapan bayi, pampers, dan
kebutuhan anak bayi lainnya.
b. Anak balita, antara lain: susu bubuk, tepung bubur,
pakaian anak balita, MP Asi, dan kebutuhan balita
lainnya.
c. Ibu hamil/menyusui, antara lain: susu bubuk, sarung,
pakaian/daster, dan kebutuhan ibu hamil/menyusui
lainnya.
d. Lansia, antara lain: susu bubuk, tongkat, biskuit,
pampers, makanan suplemen dan kebutuhan lansia.
e. Penyandang Cacat, antara lain: susu bubuk,
tongkat/peralatan lainnya, biskuit, pampers, makanan
suplemen dan kebutuhan penyandang cacat lainnya.

Format Kebutuhan Mendesak Perlindungan Kelompok


Rentan sesuai dengan format 7 Peraturan Kepala BNBP
Nomor.9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat
BNPB sebagai berikut.

Format – 7

Pusdiklat BNPB Page 125


KEBUTUHAN MENDESAK
PERLINDUNGAN KELOMPOK RENTAN

Hari/Tanggal/Jam : ……………………………………………………………
Lokasi (Kec/Kab/Kota/Prov) : ……………………………………………………………

a. Tabel Rekapitulasi Korban


No Korban Jiwa Jumlah Upaya Keterangan
Penanganan
1. Anak Bayi
2. Anak Balita
3. Ibu Hamil/menyusui
4. Lansia
5. Cacat

b. Tabel Rekapitulasi Sumber Daya


No Uraian Kebutuhan Keterangan
Tersedia Diperlukan Kekurangan
I. Anak Bayi
1. Susu Bubuk

2. Tepung Bubur
3. Botol Susu
4. Perlengkapan Bayi
5. Pampers
6. dll

II. Anak Balita

1. Susu Bubuk

2. Tepung Bubur

3. Pakaian Anal Balita

4. MP Asi

5. dll

III. Ibu
Hamil/Menyusui

1. Susu Bubuk

2. Sarung

3. Pakaian/Daster

4. dll

IV. Lansia

Pusdiklat BNPB Page 126


1. Susu Bubuk

2. Tongkat

3. Biskuit

4. Pampers

5. Makanan Suplemen

dll

V. Cacat

1. Susu Bubuk

2. Tongkat/peralatan
lainnya

3. Biskuit

4. Pampers

5. Makanan Suplemen

Pusdiklat BNPB Page 127


G. Format Kebutuhan Mendesak Pemulihan Darurat
Sarana Prasarana Vital
Format tersebut mengumpulkan data/informasi sebagai
berikut:
a. Jenis dan tingkat kerusakan sarana prasarana vital,
serta apakah kerusakan tersebut telah atau belum
ditangani, meliputi jalan dan jembatan, saluran dan
tanggul, fasos dan fasum, bangunan pemerintahan,
utilitas, dan sarana prasarana vital lainnya di tingkat
kecamatan.
b. Jenis dan tingkat kerusakan sarana prasarana vital,
serta apakah kerusakan tersebut telah atau belum
ditangani, meliputi jalan dan jembatan, saluran dan
tanggul, fasos dan fasum, bangunan pemerintahan,
utilitas, dan sarana prasarana vital lainnya di tingkat
kabupaten/kota.
c. Jenis dan tingkat kerusakan sarana prasarana vital,
serta apakah kerusakan tersebut telah atau belum
ditangani, meliputi jalan dan jembatan, saluran dan
tanggul, fasos dan fasum, bangunan pemerintahan,
utilitas, dan sarana prasarana vital lainnya di tingkat
provinsi.
Format Kebutuhan Mendesak Pemulihan Darurat Sarana
Prasarana Vital sesuai dengan format 8 Peraturan Kepala BNBP
Nomor.9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat
BNPB sebagai berikut.

Pusdiklat BNPB Page 128


Format – 8

KEBUTUHAN MENDESAK

PEMULIHAN DARURAT SARANA PRASARANA VITAL

Hari/Tanggal/Jam : ………………………………………………………………

1. Kecamatan : ……………………………………………………………

No Jenis Kerusakan Lokasi Satuan Volume


Kerusakan Telah Belum Keterangan
ditangani ditangani
1. Jalan & Jembatan
- Jalan
- Jembatan
2. Saluran dan Tanggul
- Saluran
- Tanggul
- Bendung
3. Fasos & Fasum
- Pasar
- T. Ibadah
- Pendidikan
4. Bangunan
Pemerintahan
- Kantor
- RS/Puskesmas
- Gudang
5. Utilitas
- Listrik
- Komunikasi
- Air Bersih
6. dll

Pusdiklat BNPB Page 129


2. Kabupaten/Kota : ………………………………………………………………
No Jenis Kerusakan Lokasi Satuan Volume
Kerusakan Telah Belum Keterangan
ditangani ditangani
1. Jalan & Jembatan
- Jalan
- Jembatan
2. Saluran dan Tanggul
- Saluran
- Tanggul
- Bendung
3. Fasos & Fasum
- Pasar
- T. Ibadah
- Pendidikan
4. Bangunan
Pemerintahan
- Kantor
- RS/Puskesmas
- Gudang
5. Utilitas
- Listrik
- Komunikasi
- Air Bersih
6. Dll

Pusdiklat BNPB Page 130


3. Provinsi : ………………………………………………………………

No Jenis Kerusakan Lokasi Satuan Volume


Kerusakan Telah Belum Keterangan
ditangani ditangani
1. Jalan & Jembatan
- Jalan
- Jembatan
2. Saluran dan Tanggul
- Saluran
- Tanggul
- Bendung
3. Fasos & Fasum
- Pasar
- T. Ibadah
- Pendidikan
4. Bangunan
Pemerintahan
- Kantor
- RS/Puskesmas
- Gudang
5. Utilitas
- Listrik
- Komunikasi
- Air Bersih
6. dll

Pusdiklat BNPB Page 131


PENUTUP

A. Rangkuman
Laporan awal kaji cepat bencana berisi data dan informasi
mengenai gambaran secara umum tentang bencana yang terjadi
setelah tiba di lokasi dan bertemu dengan pejabat daerah,
kemudian dilanjutkan dengan laporan tertulis secara formal.
Tertuang dalam Peraturan Kepala BNBP Nomor 9 Tahun 2008
tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat BNPB.
Pengumpulan data dan informasi dalam kaji cepat secara
umum antara lain adalah:
1. Search and Rescue
2. Lokasi komunitas terkena dampak
3. Akses menuju lokasi bencana
4. Perbaikan infrastruktur penting dan fasilitas umum agar
dapat kembali berfungsi
5. Kebutuhan dasar
6. Kondisi kesehatan, keamanan, dan keselamatan;
7. Shelter
8. Perlindungan kelompok rentan

B. Latihan
1. Peserta menjelaskan laporan awal kaji cepat, laporan
tertentu dan laporan akhir penugasan kaji cepat
bencana!
2. Peserta menyusun laporan awal kaji cepat bencana!

Pusdiklat BNPB Page 132


MODUL 5
MANAJEMEN INFORMASI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kinerja organisasi salah satunya sangat ditentukan
oleh manajemen sumber daya manusia (SDM) dalam
organisasi tersebut. Manajemen SDM yang berintegritas
dan handal dalam suatu organisasi diharapkan mampu
menghadapi tantangan dan persaingan, baik dari
lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Terkait
dengan persaingan, SDM yang mempunyai kompetensi
akan mampu menghadapi persaingan tadi.
Dalam upaya memperoleh SDM handal dan
kompeten, pemerintah telah mengesahkan Undang –
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN), dan mengamanatkan kepada setiap
instansi pemeritah wajib menyusun rencana
pengembangan kompetensi tahunan yang tertuang dalam
rencana anggaran tahunan instansi masing – masing.
Dalam melakukan pengembangan kompetensi ASN dapat
dilakukan melalui beberapa cara yaitu Pendidikan dan
Pelatihan (diklat) maupun non Diklat.
Berkaitan dengan hal tersebut, Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Penanggulangan Bencana, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) memandang perlu
menyelenggarakan Diklat Koordinasi dan Kaji Cepat
Bencana (K2B). Salah satu materi yaitu „Manajemen

Pusdiklat BNPB Page 133


Informasi.‟ Agar materi Manajemen Informasi dapat
dipahami dan diimplementasikan di pada saat tanggap
darurat, Modul Diklat Koordinasi dan Kaji Cepat dengan
sub tema „Manajemen Informasi‟ ini disusun oleh penulis.

B. Deskripsi Singkat
Modul diklat ini dimaksudkan sebagai panduan
bagi pengajar untuk menyampaikan materi Manajemen
Informasi sehingga peserta mampu untuk meningkatkan
pemahaman dan kompetensi dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsi secara profesional. Hal – hal yang
dibahas meliputi konsep manajemen informasi, produk
informasi, teknologi komunikasi atau informasi pendukung
dan pemanfaatan platform komunikasi bersama.

C. Manfaat Modul Bagi Peserta


Modul ini sangat penting untuk peserta Pelatihan
Teknis Koordinasi dan Kaji Cepat Bencana, sebab secara
umum setelah mempelajari materi dari modul ini, peserta
pelatihan akan dapat memahami mengenai Manajemen
Informasi dengan baik.
Secara lebih detail, peserta pelatihan akan dapat
menjelaskan konsep manajemen informasi, produk-
produk informasi dan teknologi komunikasi atau informasi
pendukung dan pemanfaatan platform komunikasi
bersama.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Indikator hasil belajar

Pusdiklat BNPB Page 134


Setelah selesai membaca modul ini, pengajar dapat
menyampaikan materi sehingga peserta diharapkan
mampu untuk memahami dan menerapkan
manajemen informasi dengan baik.
2. Indikator keberhasilan
Setelah membaca modul ini, peserta diharapkan
dapat:
a. Menjelaskan konsep manajemen informasi
b. Menjelaskan produk informasi
c. Menghasilkan produk-produk informasi yang
dibutuhkan saat tanggap darurat
d. Menjelaskan manfaat teknologi komunikasi atau
informasi pendukung serta memahami platform
komunikasi bersama.

E. Materi Pokok
Manajemen informasi

F. Sub Materi Pokok


1. Konsep Manajemen Informasi (definisi dan prinsip)
2. Tahapan
3. Produk informasi berupa laporan situasi, infografik,
peta tematik, talking points/ siaran pers, daftar kontak
4. teknologi komunikasi atau informasi pendukung
berupa alat navigasi, telepon pintar (HP) dan handheld
transceiver atau biasa dikenal dengan handy talky
(HT) serta drone.
5. Platform komunikasi bersama yaitu WebEOC dan
VOSOCC.

Pusdiklat BNPB Page 135


G. Petunjuk Belajar
Mata diklat teknis penanggulangan bencana penting
diberikan kepada peserta Diklat K2B untuk memberikan
pemahaman dan penjelasan terkait manajemen informasi.
Sebelum materi ini diberikan, Pusat diklat BNPB
mengharapkan peserta terlebih dahulu membaca
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Nomor 9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi
Cepat (TRC), Perka BNPB Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Standarisasi Data dan Informasi, Pedoman Pengkajian
Cepat Awal, serta Pedoman Pengkajian Cepat Situasi dan
Kebutuhan.
Sementara itu, bagi fasilitator (widyaiswara atau
pengajar), modul ini dirancang untuk membantu peserta
pelatihan dalam proses belajar dari mulai merancang,
menjelaskan, mengorganisir, membimbing, mengarahkan,
membantu, sampai dengan mengevaluasi hasil belajar
peserta pelatihan. Oleh sebab itu, peran sebagai fasilitator
adalah:
 Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan
modul ini, sampai fasilitator memahami betul apa,
untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.
 Membantu peserta pelatihan dalam proses belajar
 Membimbing peserta pelatihan melalui tugas –
tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap
belajar

Pusdiklat BNPB Page 136


 Membantu peserta pelatihan dalam menentukan
dan mengakses sumber tambahan lain yang
diperlukan untuk belajar
 Mengorganisasikan kegiatan kelompok
 Merancang pendampingan widyaiswara/pengajar
atau praktisi lain, jika diperlukan
 Mencatat kemajuan belajar peserta pelatihan
 Melaksanakan penilaian kepada peserta pelatihan.

Pusdiklat BNPB Page 137


TEKNOLOGI KOMUNIKASI/INFORMASI PENDUKUNG

Indikator keberhasilan – Setelah mengikuti pembelajaran


ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami teknologi
komunikasi atau informasi pendukung.

A. Alat Navigasi dan Pemetaan: Global Positioning System


(GPS)
Navigasi dalah penentuan posisi dan arah perjalanan
baik di medan sebenarnya atau di peta, oleh sebab itu
pengetahuan tentang peralatan serta teknik penggunaannya
harus dimiliki dan dipahami. Sementara itu, alat navigasi
digunakan untuk menentukan arah yang berupa sebuah
panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya
dengan medan magnet bumi secara akurat.
Alat navigasi dan pemetaan salah satunya berupa global
positioning system (GPS) sangat dibutuhkan dalam
manajemen informasi, khususnya terkait dengan produk
informasi berupa peta tematik. GPS sendiri adalah sistem
untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan
penyelarasan sinyal satelit.
Pada materi ini, fitur dasar GPS diperkenalkan seperti
fitur yang ada pada perangkat GPS. Di samping itu, materi
selanjutnya terbatas pada bagaimana mengaktifkan dan
menonaktifkan perangkat serta bagaimana mendapatkan
sinyal satelit sehingga perangkat ini siap untuk digunakan.
Fungsi perangkat GPS yang diperkenalkan, antara lain:

Pusdiklat BNPB Page 138


1. Penunjuk arah. Setelah mendapatkan sinyal satelit dan
kalibrasi, perangkat GPS dapat menunjukkan arah utara,
selatan, barat dan timur.
2. Alat navigasi ini dibutuhkan untuk mendapatkan titik
koordinat sehingga dapat diplotkan pada peta digital.
Koordinat adalah suatu titik yang didapatkan dari hasil
perpotongan dari garis latitude (lintang) dengan garis
bujur (longitude) sehingga akan menunjukan lokasi pada
suatu daerah.
Koordinat terbagi menjadi 2 komponen:
X = Longitude/Bujur; terbagi 2 yaitu Bujur Timur (BT) dan
Bujur Barat (BB)
Y = Latitude/Lintang; terbagi 2 yaitu Lintang Utara (LU) dan
Lintang Selatan (LS)

Berikut ini beberapa bentuk penulisan koordinat:


Degrees Minutes Seconds
106° 52‟ 13.33” BT
6° 39‟ 17.86” LS

Degrees Decimal Minutes


106° 52.222‟ BT
6° 39.298‟ LS

Decimal Degrees
106.8703544° BT
6.6549315° LS

Pusdiklat BNPB Page 139


3. Alat ini juga mampu untuk menentukan dan mencatat
rute (tracker) yang telah dilalui sehingga dapat
terpetakan pada peta digital.
4. Pencarian lokasi. Melalui koordinat yang diinput pada
perangkat atau nama lokasi yang diinput akan
diteruskan secara sistem oleh perangkat. Kemudian
lokasi tersebut bisa dilacak dengan memonitor
perangkat.
Sementara itu, peta adalah suatu gambaran dari unsur-
unsur alam atau buatan manusia, yang berada di atas
maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada
suatu bidang datar dengan skala tertentu. Jenis peta ada dua
yaitu peta rupa bumi dan peta tematik. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam membaca peta yaitu: skala peta,
simbol, sistem koordinat, dan arah utara.
Skala adalah angka perbandingan antara dua titik di atas
peta dengan jarak titik tersebut di permukaan bumi. Contoh:
Peta dengan skala 1: 50.000, ini berarti jarak di lapangan
adalah
3 cm di peta = 3 x 50.000
= 150.000 cm
= 1.500 meter
= 1,5 kilometer di lapangan
Simbol terdiri atas titik, garis dan area, sedangkan beberapa
terminologi informasi yang perlu diketahui yaitu:
 Buatan manusia
 Perairan
 Unsur Alam
 Bangunan

Pusdiklat BNPB Page 140


 Koordinat
 Sistem Proyeksi
 Garis Kontur
 Batas Administrasi

Di samping itu, beberapa pengetahuan yang perlu diketahui


mengenai kontur. Kontur adalah garis khayal untuk
menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian
yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu
yang disebut permukaan laut rata-rata.

B. Peralatan Komunikasi HP dan HT


Perangkat yang biasa digunakan secara umum untuk
berkomunikasi yaitu telepon gengam atau handphone (HP).
Selama di lokasi ada jaringan komunikasi, telepon gengam
merupakan alat paling dikenal oleh semua pihak.
Selain sebagai perangkat komunikasi, telepon genggam
dapat dimanfaatkan untuk pengambilan foto atau video
(dokumentasi). Salah satu fitur yang dapat dimanfaatkan oleh
telepon genggam pintar atau smartphone yaitu aplikasi yang
dapat diunduh pada Google Store, yaitu Open Camera.
Melalui aplikasi ini, pengguna dapat mendapatkan koordinat
dari lokasi foto atau video yang diambil melalui telepon.
Cara melakukan setting Open Camera dapat dilihat pada
tautan berikut ini:
https://opencamera.sourceforge.io/help.html#settings
Sementara itu, terkait dengan frekuensi handheld transceiver
atau HT ada beberapa jenis frekuensi sebagai berikut:

Pusdiklat BNPB Page 141


 High Frequency yang selanjutnya disingkat dengan HF
adalah radio komunikasi yang gelombangnya bekerja
pada frekuensi 2 Mhz sampai 24 Mhz. Frekuensi ini
biasanya dipergunakan untuk jarak jauh, karena sifat
gelombangnya dapat memantul dan tidak ada efek
hambatan pada objek atau lawan komunikasi, frekuensi
ini dapat memantul ionosper. Radio komunikasi ini masih
tergantung pada propagasi.
 Very High Frequency yang selanjutnya disingkat dengan
VHF adalah radio komunikasi yang gelombangnya
bekerja pada Frekuensi 100 Mhz sampai 300 Mhz,
frekuensi ini biasanya dipergunakan untuk jarak dekat.
Gelombang radio yang dipancarkan arahnya berbentuk
garis lurus (horizontal).
 Ultra High Frequency yang selanjutnya disingkat dengan
UHF adalah radio komunikasi yang gelombangnya
bekerja pada frekuensi 300 Mhz sampai 3000 Mhz
(3Ghz), frekuensi UHF tidak memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan apa yang dibawa sepanjang ionosfer,
frekuensi dapat terpantul dari partikel – partikel
bermuatan rendah ketitik lain di bumi untuk mencapai
jarak yang lebih jauh.

Alokasi frekuensi radio yang tersedia untuk penanggulangan


bencana adalah sebagai berikut:
1. Frekuensi Radio HF/SSB. Frekuensi Radio HF yang
dialokasikan Kementerian Komunikasi dan Informatika
untuk BNPB adalah 11.473.5 MHz. Penggunaan
frekuensi diperuntukan BNPB dan BPBD.

Pusdiklat BNPB Page 142


2. Frekuensi Radio VHF. Frekuensi Radio VHF yang
dialokasikan Kementerian Komunikasi dan Informatika
untuk BNPB adalah 171.300 MHz, dengan frekuensi
repeater 170.300 MHz untuk RX dan 165.300 MHz untuk
TX dengan Tone TX 123. Penggunaan frekuensi
diperuntukkan BNPB dan BPBD. Saat kondisi darurat
dan mesti dilakukan pembangunan stasiun radio di
posko lapangan, BPBD provinsi/kabupaten kota
bertanggung jawab dan dapat melakukan koordinasi ke
dinas komunikasi dan informatika setempat dalam
pengalokasian frekuensi sementara yang akan
digunakan.
3. Frekuensi Radio UHF. Sesuai dengan alokasi yang
diberikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Kode Komunikasi Kebencanaan. Pada komunikasi antar
operator radio, terdapat beberapa kode yang digunakan
untuk menyingkat perkataan agar memudahkan dalam
berkomunikasi, diantaranya adalah kode 11, kode 10, kode Z
dan kode Q. Kode 11 digunakan sebagai kode dalam
komunikasi kebencanaan dan operator BNPB dan BPBD
wajib menguasai kode tersebut. Sedangkan untuk kode 10,
kode Z dan kode Q operator BNPB dan BPBD cukup
mengetahui saja. Sementara itu, bahasa yang digunakan
dalam berkomunikasi kebencanaan yaitu bahasa Indonesia.
Ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan interpretasi
terhadap pertukaran data dan informasi antara operator radio
satu dengan lain.
Jaring komunikasi pada saat tanggap darurat sebagai
berikut:

Pusdiklat BNPB Page 143


Pada perangkat komunikasi yang digunkana, standard
minimum perangkat harus dimiliki supaya perangkat tadi
dapat bekerja dengan baik pada jaringan komunikasi
bencana. Setiap perangkat radio komunikasi yang digunakan
pada jaringan radio komunikasi bencana harus memenuhi
kriteria standar minimum perangkat. Ini dimaksudkan
perangkat komunikasi yang digunakan bersifat
interopabilitas.

Pusdiklat BNPB Page 144


C. Peralatan Pemantauan Pengenalan Drone
Pesawat tanpa awak atau Pesawat nirawak (Unmanned
Aerial Vehicle/UAV atau drone) adalah sebuah mesin
terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot
atau mampu mengendalikan dirinya sendiri, menggunakan
hukum aerodinamika untuk mengangkat dirinya, bisa
digunakan kembali dan mampu membawa muatan baik
senjata maupun muatan lainnya. Penggunaan dalam bidang
kebencanaan digunakan untuk pemetaan, fotografi dan
videografi.

Pusdiklat BNPB Page 145


KONSEP MANAJEMEN INFORMASI

Indikator keberhasilan – Setelah mengikuti pembelajaran


ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami
manajemen informasi.

Pada kondisi krisis atau penanganan darurat bencana


kementerian/lembaga atau pun lembaga di daerah
kabupaten/kota maupun provinsi, khususnya Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD), akan memberikan dukungan sumber
daya kepada Pemerintah maupun pemerintah daerah. Sejauh ini
beberapa indikator digunakan kementerian/lembaga dan lembaga
daerah sebagai landasan dukungan kepada pemerintah daerah,
baik di tingkat provinsi, kabupaten dan kota.
Skala dan kekuatan bencana menjadi indikator utama
bagaimana kementerian/lembaga maupun lembaga daerah akan
memberikan dukungan dengan tingkatan berbeda kepada
pemerintah di tingkat yang berbeda-beda. BNPB dan BPBD
sesuai dengan mandatnya dalam Undang Undang Nomor 24
Tahun 2007 akan memobilisasi sumber daya berupa personel,
peralatan, perlengkapan, bantuan logistik, dan dana untuk
mendukung penyelenggaraan penanganan darurat bencana yang
dipimpin oleh pemerintah daerah. Representasi kehadiran BNPB
dan BPBD di lapangan yaitu pembentukan manajemen
penanganan baik tim reaksi cepat (TRC), pos komando, pos
pendukung, pos pendamping maupun pusdalops dengan tujuan

Pusdiklat BNPB Page 146


penyiapan sumber daya, penyelenggaraan koordinasi dan
manajemen informasi.
Pada fase krisis maupun darurat, situasi kacau sering
dihadapi oleh pemerintah. Karakteristik yang dijumpai yaitu
sebaran maupun banyak informasi maupun data-data dari
berbagai sumber. Data dan informasi tadi sangat dibutuhkan
dalam menganalisis situasi dan kebutuhan mendesak serta
mendukung perencanaan di tingkat taktis operasional atau pos
komando. Manajemen informasi menjawab tantangan pada
konteks tersebut.
Sementara itu, belajar dari pengalaman bencana selama
ini, Pos Komando (Posko) Penanganan Darurat Bencana belum
memiliki tim yang secara spesifik mengerjakan tugas-tugas terkait
dengan manajemen informasi. Sejauh ini, manajemen informasi
pada masa tanggap darurat tidak dilakukan secara khusus oleh
sebuah tim yang memiliki kompetensi terkait manajemen
informasi. Demikian juga pada tim kaji cepat dan pusat
pengendali operasi (pusdalops), khususnya saat tanggap darurat
bencana. Manajemen informasi belum didefinisikan secara
spesifik dalam penyelenggaraan penanganan darurat di bawah
suatu pos, termasuk tim reaksi cepat (TRC) atau pusdalops.
Keluaran dari manajemen informasi tersebut dapat berupa produk
informasi seperti laporan situasi, peta tematik ataupun infografik.
Pemikiran untuk menghasilkan produk-produk manajemen
informasi berkembang setelah belajar dari penanganan darurat
gempa Nusa Tenggara Barat (2018) dan gempa-tsunami-
likuifaksi Sulawesi Tengah (2018). Saat itu, posko membutuhkan
produk-produk manajemen informasi seperti laporan situasi yang
komprehensif, peta tematik maupun infografik yang dibutuhkan

Pusdiklat BNPB Page 147


tidak hanya oleh posko tetapi juga publik, termasuk media massa.
Oleh sebab itu, materi „Manajemen Informasi‟ yang disusun
dalam modul ini dapat mendukung penyelenggaraan penanganan
darurat bencana.
A. Definisi
Manajemen informasi adalah pengelolaan data dan
informasi yang digunakan secara tepat waktu untuk
mengantisipasi perubahan kondisi dan memahami
dampak terhadap operasi yang sedang berlangsung.
Manajemen informasi dibutuhkan oleh pos komando,
pendukung, pendamping maupun pusdalops untuk
mendukung perencanaan yang dilakukan oleh pos
pendamping maupun operasi penanganan darurat posko.
Dalam suatu perencanaan, common operation picture
atau gambaran situasi operasi membantu untuk
memahami dan menganalisis situasi di lokasi bencana.
Oleh karena itu, manajemen informasi sangat penting
karena ini dapat meningkatkan kecepatan dan akurasi
informasi sebagai referensi yang memungkinkan
pengambil kebijakan untuk berkoordinasi dan
merencanakan langkah-langkah pada masa tanggap
darurat. Di samping itu, manajemen informasi
menghasilkan produk informasi untuk kepentingan
komunikasi publik.
B. Prinsip
Manajemen informasi direkomendasikan berprinsip pada
beberapa nilai sebagai landasan penyelenggaraan.
Prinsip tersebut merujuk pada panduan manajemen
informasi yang disusun oleh Kantor Koordinasi Urusan

Pusdiklat BNPB Page 148


Kemanusiaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNOCHA).
Beberapa prinsip tersebut antara lain:
 Aksesibilitas.
Data dan informasi harus dapat diakses oleh
semua pelaku operasi penanganan drurat bencana
dengan menerapkan format yang disetujui oleh
posko ataupun pusdalops dengan menyajikan
informasi dalam bahasa umum. Data dan informasi
yang disebarluaskan harus melalui proses
persetujuan individu yang telah ditujuk oleh
pemerintah.
 Inklusivitas
Pengelolaan dan pertukaran informasi harus
didasarkan pada kolaborasi, kemitraan, dan
berbagi kepada para pelaku operasi penanganan
darurat, termasuk kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah serta pihak-pihak sebagai mitra
pemerintah.
 Interopabilitas
Semua data dan informasi yang tersedia untuk
publik harus dalam format yang dapat diakses
secara mudah.
 Akuntabilitas
Tim manajemen informasi bertanggung jawab
terhadap konten yang diolah, disusun dan
disajikan kepada publik.
 Terverifikasi

Pusdiklat BNPB Page 149


Informasi bersifat akurat, konsisten dan
berdasarkan pada metodologi serta validasi dari
sumber eksternal dan dianalisis secara tepat.
 Relevan
Informasi harus praktis, fleksibel, responsif, dan
didorong oleh kebutuhan operasional untuk
mendukung pengambilan keputusan di seluruh
fase krisis. Data yang tidak relevan tidak boleh
dikumpulkan.
 Imparsialitas
Informasi yang disajikan harus berkonsultasi
dengan berbagai sumber ketika mengumpulkan
dan menganalisis informasi sehingga mampu
untuk memberikan perspektif yang bervariasi dan
seimbang untuk mengatasi masalah dan solusi
yang direkomendasikan.
 Keberlanjutan
Data dan informasi yang dikumpulkan akan
disimpan dan diarsipkan sehingga data dan
informasi dapat diambil di waktu yang akan datang
untuk keperluan kesiapsiagaan, analisis,
pembelajaran dan evaluasi.
 Keandalan
Tim manajemen informasi dapat mengevaluasi
keandalan dan kredibilitas data dan informasi
dengan mengetahui sumber dan metode
pengumpulan. Keandalan ini prasyarat untuk
memastikan validitas dan verifikasi.

Pusdiklat BNPB Page 150


C. Tahapan
Manajemen informasi yang menghasilkan produk
informasi berupa laporan situasi, peta tematik, dan
infografik harus melalui empat tahapan, yaitu
pengumpulan data, pemrosesan dan kolasi, analisis
dan penyebaran. Berikut ini diagram proses manajemen
informasi:

Pengumpulan data – tahapan untuk mendapatkan data


primer maupun sekunder. Data primer dapat diperoleh
dari berbagai sumber. Salah satu contoh data primer yang
dapat digunakan yaitu pencatatan selama rapat koordinasi
(notulensi) di tingkat posko. Notulensi rapat ini dapat
digunakan sebagai pendekatan untuk memperoleh data
dan informasi sektor lintas. Posko memiliki agenda rutin
rapat koordinasi setiap hari, pagi dan sore hari.
Sementara itu, data-data sekunder dapat diperoleh dari
berbagai sumber, seperti kementerian/lembaga:

Pusdiklat BNPB Page 151


No Jenis Data Sumber
Badan Pusat Statistik (BPS),
1 Kependudukan Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri)
Peta dasar
2 Badan Informasi Geospasial (BIG)
administrasi
Ancaman dan
3 risiko, historis BNPB
bencana
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
4 Gunung api Bencana Geologi (PVMBG), Badan
Geologi
Cuaca, Gempa
Badan Meteorologi, Klimatologi dan
5 bumi dan
Geofisika (BMKG)
tsunami
Kebakaran
Kementerian Lingkungan Hidup dan
6 hutan dan
Kehutanan (KLHK), BMKG
lahan
Pusat Pengendali Operasi
Kejadian
7 (Pusdalops) BPBD
bencana
Provinsi/Kabupaten/Kota/BNPB

Data juga dapat diperoleh dari kementerian/lembaga dan


organisasi-organisasi yang bekerja dalam penanganan
darurat, seperti: Kementerian Sosial, Kementerian
Pendidikan, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian
Pariwisata, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral, TNI, Polri, Badan Nasional

Pusdiklat BNPB Page 152


Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Palang Merah
Indonesia (PMI), Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB),
ASEAN Coordinating Centre For Humanitarian Assistance
(AHA Centre) dan organisasi non pemerintah lain yang
dapat mendukung penyediaan data dan informasi seperti
Humanitarian Openstreetmap Team (HOT), lembaga-
lembaga studi dan perguruan tinggi.

Pemrosesan data dan kolasi – Tahapan ini terdiri dari


proses teknis yang mengubah data mentah (misal angka)
ke dalam format yang dapat dengan mudah digunakan
atau dikombinasikan dengan data lain dalam persiapan
untuk analisis lebih lanjut. Ini termasuk kegiatan seperti
'Pembersihan', kompilasi dari berbagai sumber, dan
menggunakan struktur penyimpanan dan pengarsipan.

Analisis – Tahapan yang dilakukan untuk mengevaluasi


data menggunakan pendekatan analisis dan logika
terhadap setiap komponen data yang telah dkumpulkan
sebelumnya.

Penyebaran – Penyebaran ini bertujuan untuk


menyampaikan produk informasi berdasarkan skala
prioritas, yaitu posko, pos pendukung, pos pendamping,
pusdalops dan kemudian publik. Pada tahap ini, sajian
produk informasi memperhatikan beberapa aspek yaitu
verifikasi, target audien, sederhana, sumber informasi,
gambaran secara umum, menarik secara visual dan
mudah diakses. Aspek-aspek ini bertujuan produk

Pusdiklat BNPB Page 153


informasi dapat dipahami dengan baik serta dapat diakses
dengan tepat sehingga membantu pengambilan
keputusan baik di tingkat posko dan pospennas. Pada
tahap ini penyebaran produk informasi sebatas internal
bagi dukungan operasi penanganan darurat bencana.
Sementara itu, apabila tahapan di atas telah dilakukan,
tahapan selanjutnya dapat dilakukan untuk keperluan
publik. Di bawah ini alur fungsi dan informasi keterkaitan
dari manajemen informasi hingga penyebaran informasi
kepada publik (informasi publik). Pada tahapan informasi
publik, informasi yang telah disusun mengandung pesan
dan menjangkau publik secara luas, termasuk media
massa. Secara teknis, penyebaran informasi dapat
dilakukan dengan berbagai kanal, seperti media sosial
(twitter, Instagram, facebook), whatsapp, website, siaran
pers, maupun konferensi pers.

Sumber: UNOCHA

Dalam konteks kejadian bencana yang melibatkan pihak


luar, informasi juga dibutuhkan oleh komunitas

Pusdiklat BNPB Page 154


internasional, khususnya di bawah koordinasi ASEAN
Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on
Disaster Management (AHA Centre) dan United Nations
Office for the Coordination of Humanitarian Affairs
(UNOCHA). Informasi dari posko atau pusdalops dapat
diakomodasi melalui mekanisme WebEOC atau Virtual
On-Site Operations Coordination Centre (VOSOCC).
VOSOCC ini dapat diakses melalui website
https://vosocc.unocha.org/. Informasi yang dibagikan akan
membantu para pelaku dari komunitas internasional
dalam memberikan gambaran dan kebutuhan dukungan
yang diharapkan oleh wilayah terdampak. Dalam konteks
bantuan internasional, Pemerintah dapat menentukan
jenis dan jumlah bantuan yang dibutuhkan sesuai dengan
kondisi nyata di lapangan.

Pusdiklat BNPB Page 155


PRODUK MANAJEMEN INFORMASI

Indikator keberhasilan – Setelah mengikuti pembelajaran


ini, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan dan
menghasilkan produk-produk informasi

Keluaran dari manajemen informasi yang dilakukan oleh sebuah


tim di bawah posko, pos pendukung, pos pendamping maupun
pusdalops ini adalah produk-produk informasi sebagai berikut:
a) Laporan situasi
b) Infografik
c) Peta tematik
d) Talking points/siaran pers
e) Daftar kontak

A. Laporan Situasi adalah laporan komprehensif sebagai


dokumen yang mendukung koordinasi penanganan darurat.
Laporan ini menyajikan kejadian, dampak dan kebutuhan,
kesenjangan (gaps) dan upaya yang dilakukan. Beberapa
terminologi yang perlu mendapatkan perhatian seperti warga
terdampak, target penerima manfaat, warga yang telah
tersentuh penanganan, kesenjangan dan tantangan.
Misalnya dalam menjelaskan total warga yang mengalami
kesenjangan yaitu total jumlah warga dengan kebutuhan
dikurangi upaya yang telah dilakukan.
Laporan situasi terbagi ke dalam beberapa poin, yaitu
kejadian dan dampak, upaya penanganan, kebutuhan,

Pusdiklat BNPB Page 156


kesenjangan, analisis, daftar kontak, serta dukungan
lampiran – lampiran terkait. Format laporan harus standar;
pada bagian depan mencantumkan nama laporan, tanggal
penyusunan dan nomor laporan, serta disahkan oleh
koordinator seperti dari tim reaksi cepat, posko, pos
pendukung, pos pendamping atau pun pusdalops.
Laporan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
terkini upaya yang telah dilakukan dan sumber daya yang
tersedia pada saat operasi dilakukan. Informasi yang tersaji
membantu pospennas untuk melakukan perencanaan
sehingga operasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Di samping itu, laporan bermanfaat untuk memberikan
penjelasan terhadap upaya yang dilakukan oleh posko, pos
pendukung, pos pendamping maupun pusdalops.

B. Infografik merupakan tampilan grafis berupa gambar, foto,


angka, peta, maupun huruf yang menjelaskan informasi
secara tematik. Infografik dapat dimanfaatkan untuk
memberikan penjelasan secara garis besar dan
memudahkan pihak yang berkepentingan maupun publik
memahami konteks situasi terkait kejadian, dampak,
penanganan.

C. Peta Tematik adalah peta – peta yang dibutuhkan dalam


analisis dan dukungan operasional dan pengambilan
kebijakan di tingkat posko, pos pendukung, pos pendamping
maupun pusdalops. Produk peta sangat membantu secara
visual dalam memetakan kondisi lapangan sehingga
perencanaan operasi penanganan darurat berjalan secara

Pusdiklat BNPB Page 157


efektif. Produk tematik tersebut harus disajikan dengan
format standar seperti judul peta, skala, logo
kementerian/lembaga, tanggal pembuatan (tanggal, bulan,
tahun), dan legenda. Beberapa produk peta tematik antara
lain:
 Kejadian bencana
 Wilayah terdampak
 Distribusi penduduk terdampak
 Distribusi pos penampungan
 Distribusi gudang logistik
 Titik entry point (pelabuhan, bandara, stasiun, akses
darat) yang mendukung jalur distribusi logistik
 Wilayah atau titik yang berpotensi terdampak
susulan
Peta tematik merupakan salah satu bagian dalam
pengelolaan data kebencanaan. Perkembangan teknologi
saat ini memungkinkan semua database kebencanaan dan
peta tematik dapat disajikan secara online. Melalui aplikasi
DIBI dan geospasial, semua orang dapat mengakses
informasi tersebut untuk kepentingan yang lain, seperti
penelitian maupun bahan pendukung dalam kegiatan
penanggulangan bencana.
Peningkatan kompetensi dan kemampuan petugas
pusdalops dalam hal peta tematik dan database menjadi
bagian yang harus ditingkatkan agar penyajian data bencana
lebih maksimal. Dalam pembuatan peta tematik, seseorang
dapat menggunakan software khusus seperti ArcGis maupun
QuantumGIs. Sebagai pendukung dalam pembuatan peta
tematik saat ini sudah ada beberapa aplikasi geospasial yang

Pusdiklat BNPB Page 158


dapat digunakan seperti Indonesia All-hazards Warning and
Risk Evaluation (InAWARE). Aplikasi ini memungkinkan TRC
atau pun petugas pusdalops secara cepat dapat menyajikan
data bencana dalam bentuk spasial.

Melalui InAWARE yang dapat diakses melalui tautan


http://inaware.bnpb.go.id, kita dapat memanfaatkan salah
satu fasilitas untuk menggambar dengan peta dasar yang
sudah tersedia pada aplikasi tersebut. Fasilitas dengan
menampilkan beberapa alat membutuhkan sekali klik untuk
memulai gambar dan dobel klik untuk berhenti (misal Garis,
Jarak). Alat lain (misal Garis Bentuk Bebas, Daerah
Lingkaran, Buffer), gunakan teknik klik-tarik- lepas untuk
menyelesaikan gambar.
Untuk menggambar melalui aplikasi ini, peserta
terlebih dahulu mengenal lebih dekat menu yang ada di
InAWARE, khususnya Gambar & Anotasi. Di bawah ini
beberapa ikon yang dapat dimanfaatkan untuk membuat peta
tematik.

Pusdiklat BNPB Page 159


MEMBUAT GAMBAR DAN ANOTASI

Fungsi Gambar dan Anotasi memungkinkan para pengguna untuk menambahkan berbagai fitur dan
anotasi/keterengan pada peta, dan termasuk fungsi pengukuran yaitu alat buffer, kalkulasi luas, dan
jarak.

Klik pada ikon Gambar pada palette Peralatan untuk mengakses peralatan Gambar & Anotasi.

Fungsi Gambar dan Poligon


Anotasi

Poligon Bebas
Pilih

Hapus Satu Bagian Anotasi

Hapus Semua Placemark

Citra
Titik

Buffer
Kotak

Jarak
Garis

Poligon Daerah

Garis Bentuk Bebas


Daerah Lingkaran

Coba bereksperimen denan beberapa fungsi peralatan


Gambar & Anotasi. Setelah satu atau lebih gambar
40
diselesaikan, akan tampil pada tab layers dalam palette
Gambar & Anotasi.

Pusdiklat BNPB Page 160


 Dalam palette Layers, terdapat opsi untuk mengedit,
menyembunyikan, mengekspor atau menghapus
gambar yang telah dibuat. Klik pada salah satu
gambar yang terdapat dalam daftar Layers untuk
menggunakan fungsi edit dalam gambar tersebut.
 Gunakan fungsi edit dalam tab Layers untuk
mengubah ukuran dan warna gambar, menyesuaikan
transparansi, atau menambahkan Tip Peta. Jika alat
gambar menggunakan fungsi mengukur, Anda dapat
memilih untuk menggunakan unit metrik atau imperial.
 Alat Anotasi dapat digunakan untuk
menampilkan sebuah kotak teks pada peta. Klik pada
tombol Anotasi, klik pada lokasi di peta, dan ketik
informasi yang diinginkan ke dalam kotak dialog yang
muncul.

Pusdiklat BNPB Page 161


Ada beberapa alat yang dapat dipakai untuk mengukur jarak dan
luasan daerah.
 Gunakan Alat Daerah untuk mengukur antara
dua atau lebih titik. Mohon perhatikan bahwa satu klik
akan memulai alat gambar dan dapat digunakan
untuk mengukur bagian lainnya, sementara dobel klik
akan menghentikan gambar.
 Gunakan Alat Buffer untuk menggambar
sebuah lingkaran mengelilingi suatu titik yang
diinginkan menggunakan teknik klik-tarik-lepas.
Mohon perhatikan bahwa ukuran buffer atau radius
keliling dari lingkaran tersebut akan tetap sesuai
dengan gambar

Pusdiklat BNPB Page 162


D. Talking points/Siaran pers
Talking points atau siaran pers merupakan nilai tambah bagi
tim reaksi cepat yang bekerja di lapangan. Tim inilah yang
mengetahui secara komprehensif situasi lapangan. Oleh
karena talking points atau siaran pers yang dihasilkan TRC
akan membantu pusdalops maupun pejabat di tingkat
manajemen penanganan darurat untuk menyampaikan
pesan kepada publik.
Talking points atau beberapa poin merupakan pesan utama
yang akan disampaikan kepada publik atau media massa.
Beberapa poin tersebut dapat dielaborasi ke dalam narasi
berbentuk siaran pers. Siaran pers diperlukan oleh
manajemen penanganan darurat sebagai upaya:
 Menginformasikan kepada publik bahwa pemerintah
bekerja. Negara hadir di tengah masyarakat.
 Mengarahkan pemberitaan yang lebih positif di media
massa
 Mengantisipasi kesalahan yang ditimbulkan wartawan
dalam penulisan berita
 Membangun kepercayaan dengan wartawan/media
massa maupun mengedukasi publik
 Meng-counter hoaks
Dalam siaran pers, peserta akan belajar mengenai mind
mapping untuk menggali isu dan sudut pandang dalam
penyampaian pesan serta teknik umum penulisan seperti:
 Nomor siaran pers, tanggal, tempat, kop/logo, kontak
person (nama, jabatan, nomor kontak)
 Judul yang menarik (maksimal 9 kata) – Judul
merupakan kalimat aktif

Pusdiklat BNPB Page 163


 Teras berita (lead) - Paragraf pertama dan terpenting,
biasanya 30 – 35 kata. Penulisan dengan pendekatan
piramida terbalik dengan komposisi informasi sangat
penting pada paragraph paling awal, kemudian disusul
informasi yang penting lainnya dan terakhir informasi
pelengkap.
 Minimal 3 dari unsur 5 W dan 1 H dimaksukan dalam
teras berita
 5W (who, when, where, what, why) 1 H (how)
 Kalimat sederhana (subyek-predikat-obyek-
keterangan). Contoh: Helikopter menjatuhkan air
melalui bucket di wilayah Pulang Pisau.
 Kalimat aktif. Contoh: BPBD setempat melaporkan
api dari kebakaran telah menjalar dan mendekati jalan
raya mengarah ke tol Kanci.
 Tata bahasa baku – Dia telah mengubah kata sandi
komputer itu. [www.kbbi.web.id/
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/site
s/default/files/PUEBI.pdf]
 Sumber data/informasi, sumber data lain (DIBI, BPS,
InAWARE, InaRISK, dll.)

E. Daftar Kontak
Daftar kontak merupakan daftar yang terdiri dari nama,
jabatan di dalam struktur organisasi posko, pos pendukung,
pos pendamping maupun pusdalops, jabatan dalam instansi,
nomor telepon, dan email. Daftar kontak juga menyajikan
informasi kontak pihak-pihak lain di luar struktur organisasi

Pusdiklat BNPB Page 164


tetapi masih memiliki keterkaitan dalam operasi tanggap
darurat bencana.
Daftar kontak akan membantu para pelaku untuk
terhubung dengan cepat di berbagai tingkatan, bai kantar
TRC, pusdalops maupun posko.

Pusdiklat BNPB Page 165


PEMANFAATAN PLATFORM KOMUNIKASI BERSAMA

Indikator keberhasilan – Setelah mengikuti pembelajaran


ini, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan dan
mengakses platform komunkasi bersama.

Komunitas penanggulangan bencana di kawasan regional


dan internasional memiliki platform komunikasi bersama.
Platform tersebut dimanfaatkan untuk berkomunikasi dan
berkoordinasi serta bertukar data maupun informasi. Platfrom
tersebut dapat diakses dengan menggunakan username dan
password yang sebelumnya telah diverifikasi oleh administrator
pengelola plaftrom komunikasi.
Platform komunikasi yang dimaksud yaitu WebEOC dan
VOSOCC. WebEOC merupakan platform komunikasi yang
dikembangkan oleh AHA Centre, khususnya untuk
berkomunikasi antar sesama anggota ASEAN ERAT. WebEOC
dapat dimanfaatkan dalam penanganan tanggap darurat dalam
kawasan Asia Tenggara.
Login untuk WebEOC dapat diakses pada tautan berikut
ini:
https://webeoc.ahacentre.org/eoc7/default.aspx
Sementara itu, VOSOCC atau virtual on-site operations
coordination centre merupakan platform komunikasi yang
dikembangkan oleh UNOCHA. Platform ini berada di dalam
dashboard Global Disaster Alert and Coordination System
(GDACS)

Pusdiklat BNPB Page 166


Platform ini memungkinan para pelaku di tingkat
internasional untuk berkomunikasi dan berkoordinasi serta
bertukar dokumen. Misal, saat penanganan darurat pascagempa
dan tsunami di Sulawesi Tengah yang melibatkan pelaku
internasional. Para pelaku tersebut dapat mengakses berbagai
data dan informasi yang dibutuhkan agar penanganan berjalan
efektif. Para pelaku akan mengetahui kebutuhan yang benar-
benar diminta oleh negara terdampak sehingga tidak terjadi
duplikasi atau pun bantuan yang sia-sia. Seperti halnya
WebEOC, individu harus melakukan registrasi terlebih dahulu
sehingga akan memperoleh username dan password sehingga
dapat akses pada VOSOCC.

Login untuk VOSOCC dapat diakses pada tautan berikut ini:


https://vosocc.unocha.org/

Pusdiklat BNPB Page 167


PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses belajar yang efektif adalah proses pembelajaran
yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan dalam pembelajaran. Proses tersebut adalah
menjalankan serangkaian komponen – komponen
pembelajaran dari mulai tujuan, materi, dan evaluasi.
Proses pembelajaran mata pelatihan Manajemen
Informasi adalah proses mengkondisikan dimana peserta
diklat Manajemen Informasi dapat memperoleh sejumlah
pengalaman dalam proses pembelajaran sebuah mata diklat.
Pengalaman belajar tersebut berhubungan dengan materi
yang akan disampaikan dan pada akhirnya dapat mendukung
penyelenggaraan tugas yang mendukung penyelenggaraan
manajemen informasi.
Modul mata diklat Manajemen Informasi berisi materi: 1)
Teknologi Komunikasi/Informasi Pendukung; 2) Konsep
Manajemen Informasi mencakup definisi, prinsip dan tahapan,
3) Produk Manajemen Informasi mencakup Laporan Situasi,
Infografik, Peta Tematik, Talking points/siaran pers dan daftar
kontak; serta 4) Pemanfaatan Platform Komunikasi Bersama.
Masing – masing telah diuraikan dalam setiap bab.
Kehadiran Modul ini diharapkan dapat dijadikan acuan
pengajaran bagi fasilitator dan praktisi penanggulangan
bencana dan agar setiap peserta diklat mampu memahami
tujuan pembelajaran dan memenuhi indikator keberhasilan
yang semestinya dicapai. Dalam konteks pemutakhiran modul

Pusdiklat BNPB Page 168


diklat, modul ini ini terbuka untuk revisi dan masukan
konstruktif. Modul ini diharapkan untuk ditinjau secara periodik
untuk perubahan dan menjawab kebutuhan diklat teknis
terkait manajemen informasi.

B. Tindak Lanjut
Terkait pembahasan peta tematik, elaborasi mengenai materi
diklat perlu dilakukan oleh tim yang memiliki kompetensi
terkait.

Pusdiklat BNPB Page 169


MODUL VI
PETA TEMATIK DAN DATABASE

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana yang terjadi di wilayah Indonesia silih
berganti, mulai dari hidrometeorologi hingga bencana
geologi. Berbagai bencana yang terjadi
membutuhkan upaya pencegahan, mitigasi dan
rehabilitasi serta rekonstruksi. Bencana banyak yang
menyebabkan korban dan kerusakan, mulai dari
korban meninggal, hilang, luka, menderita,
mengungsi, kerusakan rumah, fasilitas umum dan
kerusakan pada sektor lainnya. Bencana banjir,
tanah longsor, dan puting beliung meningkat saat
musim penghujan, sedangkan kebakaran hutan dan
lahan dan kekeringan meningkat saat musim
kemarau.
Bencana yang terjadi di berbagai wilayah
Indonesia membutuhkan penanganan yang serius
baik dalam masa darurat mapun sebelum dan
sesudah bencana. Bencana memiliki siklus
perulangan walaupun tidak dapat dipastikan kapan
akan terjadi kembali. Beberapa wilayah ada yang
mengalami bencana banjir setiap tahunnya. Hal ini
membutuhkan upaya mitigasi dan kesiapsiagaan dari
semua pemangku kepentingan yang tergabung
dalam penanggulangan bencana.

Pusdiklat BNPB Page 170


Pusat kendali operasi (Pusdalops)
penanggulangan bencana yang setiap hari
memantau kejadian bencana, akan lebih maksimal
kerjanya jika memiliki sebuta database bencana yang
lengkap dan dapat diakses dengan mudah. Database
ini mencakup seluruh kejadian bencana yang terjadi
di wilayah Indonesia baik dalam hal dampak korban
maupun kerusakan. Fungsi dari database ini adalah
untuk memudahkan dalam Analisa lebih lanjut terkait
dengan kebencanaan. Semakin lengkap dan panjang
series data bencana dapat dipergunakan untuk
berbagai Analisa kebencanaan sehingga
menghasilkan kesimpulan yang dapat mengurangi
risiko bencana.
Peta merupakan salah satu bentuk visual data
yang dapat memberikan kejelasan mengenai lokasi
dari sebuah bencana. Peta tematik kebencanaan
berguna untuk memudahkan orang dalam
memberikan gambaran terhadap apa,
bagaimana,dampak serta informasi lainnya terkait
dengan bencana. Penyajian peta tematik
kebencanaan dapat memberikan
perbandingan/komparasi dari bencana yang terjadi di
wilayah Indonesia. Pusdalops PB dengan
kemampuan personil yang memahami tentang
pembuatan serta penyajian peta tematik kebencanan
mampu untuk menginformasikan bencana dengan
lebih baik dan menarik.

Pusdiklat BNPB Page 171


B. Deskripsi Singkat
Modul tentang peta tematik dan database pada
pusdalops PB mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Tersedianya panduan tentang peta tematik dan


database dalam pusdalops PB.
2. Tersedianya panduan bagi personil pusdalops
dalam bagaimana mengelola dan menganalisa
data kebencanaan.
3. Tersedianya panduan dalam pembuatan peta
4. Penggunaan aplikasi geospasial kebencanaan.

C. Manfaat Modul
Modul ini sebagai bahan bacaan peserta Diklat
Pusat Pengendalian Operasional Penanggulangan
Bencana (Pusdalops PB) yang memuat materi peta
tematik dan database. Setelah mempelajari modul,
diharapkan peserta lebih memahami bagaimana
mengelola database bencana dan peta tematik
kebencanaan.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Peserta dapat memahami peta tematik kebencanaan
dan database dalam Pusdalops PB dengan baik dan
benar.

Pusdiklat BNPB Page 172


2. Indikator Hasil Belajar
a. Peserta mampu mengupdate data bencana ke
dalam database.
b. Peserta mampu membuat peta tematik
kebencanaan.
c. Peserta mampu mengoperasikan aplikasi terkait
geosapsial kebencanaan.

E. Petunjuk Belajar
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan
bahan ajar ini, hingga memahami tujuan
pembelajaran.
2. Membaca dengan cermat bagian demi bagian dan
temukan kata kata kunci dan kata–kata yang
peserta diklat anggap baru. Kemudian cari dan
baca pengertian kata–kata kunci dalam daftar
Singkatan Modul ini atau dalam kamus Bahasa
Indonesia.
3. Mengerjakan tugas-tugas dalam modul baik individu
maupun kelompok dengan baik.

Pusdiklat BNPB Page 173


MATERI PEMBELAJARAN

A. Peta Tematik Kebencanaan


1. Pengertian Peta Tematik
Peta adalah sebuah gambaran datar mengenai
permukaan Bumi yang dituangkan dalam kertas
atau bidang datar lainnya. Peta ada banyak sekali
jenisnya, dan salah satu jenis peta adalah peta
tematik. Peta tematik disebut juga sebagai peta
statistik atau peta tujuan khusus. Dilihat dari
namanya, peta tematik ini dibuat dengan tujuan
tertentu. Pengertian peta tematik adalah peta yang
menyajikan patron penggunaan ruangan pada
tempat tertentu sesuai dengan tujuan tertentu pula.
Bisa dikatakan bahwa peta tematik merupakan peta
yang hanya menggambarkan satu tema saja,
seperti peta yang dibuat khusus untuk
menggambarkan kepadatan penduduk, persebaran
jenis tanaman tertentu, data perubahan iklim, dan
lain sebagainya.

2. Ciri- ciri Peta Tematik


Berbagai jenis peta telah disusun, untuk
mengetahui suatu peta tergolong jenis peta yang
mana, bisa dilihat dari ciri- ciri yang dimiliki oleh
peta tersebut. Salah satu yang kita perlu ketahui
adalah ciri- ciri yang dimiliki oleh peta tematik. Peta
tematik memiliki ciri- ciri yang tidak kita temukan
pada jenis peta lain. Beberapa ciri peta tematik
antara lain sebagai berikut:
a. Memiliki tema khusus

Pusdiklat BNPB Page 174


Dari pengertiannya kita telah
mengetahui bersama bahwa peta tematik
merupakan peta yang telah dibuat
berdasarkan tujuan khusus. Karena dibuat
berdasarkan tema tertentu, maka peta
tematik memiliki tema khusus. Tema yang
dimiliki oleh peta tematik ini misalnya
persebaran batu bara di Indonesia
(baca: negara penghasil batu bara terbesar),
jadi peta tematik yang disajikan ini akan
menampilkan wilayah Indonesia dengan
keterangan yang termuat hanya sebatas
persebaran batu bara di wilayah Indonesia.
Selain peta persebaran batu bara, contoh
tema lain adalah perubahan cuaca yang ada
di Indonesia. Dengan tema ini maka peta
yang disajikan adalah peta wilayah
Indonesia yang dilengkapi dengan
keterangan cuaca yang terjadi di setiap
wilayahnya.

b. Datanya berasal dari berbagai peta yang telah


di overlay
Ciri- ciri dari peta tematik lainnya adalah
datanya berasal dari berbagai peta yang
telah di overlay. Karena peta tematik ini
merupakan peta khusus, maka keterangan
yang termuat di dalamnya pun lebih sedikit
namun detail. Data- data yang mendetail ini
berasal dari berbagai peta lain yang telah
diolah kemudian disajikan ulang sehingga
tampak lebih rapi dan mudah untuk dibaca
dan juga dipahami.

Pusdiklat BNPB Page 175


c. Informasi yang disajikan hanya terbatas pada
tema yang telah dipilih
Ciri- ciri selanjutnya yang dimiliki oleh
peta tematik adalah menyajikan data- data
yang terbatas hanya pada tema yang dipilih.
Sebagai contoh adalah peta tematik
mengenai persebaran jenis tanaman kelapa,
maka yang disajikan hanyalah mengenai
pohon kelapa di wilayah yang bersangkutan
dan tidak menyajikan informasi mengenai
pohon mangga, pohon jati dan lain
sebagainya. Hal inilah yang membatasi peta
tematik sehingga disebut sebagai peta
khusus. Nah itulah beberapa ciri yang
dimiliki oleh peta tematik. Peta tematik
merupakan peta khusus yang memiliki
beberapa ciri. Ciri- ciri yang dimiliki oleh
peta tematik belum tentu dimiliki oleh peta
lainnya sehingga ciri- ciri tersebut hanya
akan kita temukan pada peta tematik saja.

3. Jenis- jenis Peta Tematik


Peta yang merupakan suatu gambaran
daerah yang dituangkan dalam suatu bidang
datar terdiri dari berbagai macam jenis. Jenis-
jenis peta ini ternyata dibagi menjadi beberapa
jenis lagi, termasuk juga peta tematik. Peta
tematik yang merupakan peta khusus dibagi
menjadi beberapa jenis lagi. Beberapa jenis dari
peta tematik antara lain sebagai berikut:
a. Peta curah hujan (isohyet)

Pusdiklat BNPB Page 176


Jenis dari peta tematik yang pertama
adalah peta curah hujan atau yang disebut
dengan peta isohyet. Peta tematik mengenai
curah hujan ini merupakan peta khusus
yang menampilkan mengenai informasi
persebaran curah hujan (baca: proses
terjadinya hujan) yang ada di suatu wilayah,
misalnya di Indonesia. Peta curah hujan ini
menampilkan persebaran curah hujan
secara mendetail di suatu wilayah. Peta
curah hujan ini hanya akan berisikan
mengenai curah hujan saja dan tidak ada
hal- hal lainnya yang todak berhubungan
dengan curah hujan.
b. Peta kepadatan penduduk
Jenis peta khusus yang selajutnya
adalah peta mengenai kepadatan penduduk.
Peta kepadatan penduduk merupakan peta
yang menggambarkan perbandingan jumlah
penduduk di suatu wilayah dengan luas
daerahnya. Peta kepadatan penduduk
biasanya dibuat untuk kepentingan dinas
sosial. Peta kepadatan penduduk hanya
akan menampilkan mengenai jumlah
penduduk saja, sehingga kita bisa melihat
dengan jelas daerah- daerah mana saja
yang memiliki jumlah penduduk tinggi dan
daerah mana saja yang memiliki penduduk
yang rendah (baca: penyebab kepadatan
penduduk). Dan juga kita akan mengetahui
daerah mana saja yang kepadatan
penduduknya tinggi dan daerah mana saja
yang kepadatan penduduknya rendah.

Pusdiklat BNPB Page 177


c. Peta penyebaran hasil tambang
Jenis dari peta tematik selanjutnya
adalah peta mengenai persebaran hasil
tambang. Peta persebaran hasil tambang ini
menyajikan suatu jenis tambang tertentu
yang ada di suatu wilayah negara. Hasil
tambang ini misalnya batu bara. Jadi dalam
peta khusus mengenai batu bara akan kita
melihat wilayah suatu negara (baca: julukan
negara di dunia) dengan icon- icon yang
menggambarkan batu bara di dalamnya,
sehingga kita akan mengetahui daerah
mana saja yang memiliki tambang batu bara
terbanyak dan yang paling sedikit.
d. Peta hasil pertanian
Selain penyebaran hasil pe
pertambangan, jenis lain dari peta tematik
adalah peta persebaran hasil pertanian.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa
sektor pertanian masih menjadi sektor
andalan bagi perekonomian Indonesia
(baca: pegunungan di Indonesia), maka dari
itulah pastinya ada banyak daerah di
Indonesia yang memiliki hasil pertanian.
Peta tematik menyajikan persebaran hasil
pertanian tertentu, misalnya adalah hasil
pertanian berupa jagung, maka peta yang
akan ditampilkan adalah daerah- daerah
yang memanen jagung yang berada di suatu
wilayah. Dengan demikian kita akan
mengetahui dengan jelas daerah mana saja
yang menghasilkan jagung dan yang tidak.

Pusdiklat BNPB Page 178


Lebih akurat lagi kita akan mengetahi
berapa jumlah jagung telah dipanen.
e. Peta Kebencanaan
Peta Tematik Kebencanaan merupakan
peta untuk menggambarkan lokasi atau
tempat yang sering mengalami atau
diperkirakan akan mengalami bencana
seperti banjir, kekeringan, longsor, maupun
bencana alam lainnya. berbeda dengan peta
rupa bumi pada yang menyajikan informasi
topografis dan batas administratif, Peta
Tematik Kebencanaan berupa peta yang
menyajikan satu atau sejumlah informasi
tematik.
Pembuatan Peta Tematik Kebencanaan
merupakan salah satu aspek dari mitigasi
dan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Fungsi Peta Tematik Kebencanaan di
antaranya adalah untuk menentukanan
perencanaan terhadap suatu wilayah yang
berpotensi terkena dampak bencana.Selain
itu Peta Tematik Kebencanaan akan
menyediakan berbagai informasi tentang
masalah kebencanaan pada satu wilayah
sebagai dasar bagi pemerintah dan
masyarakat dalam kegiatan pengurangan
risiko bencana.
Peta Tematik Kebencanaan dibuat
dengan mempertimbangkan sejumlah
variabel seperti jumlah penduduk, tingkat
kepadatan, dan frekuensi kejadian bencana.
Dalam pemanfaatan peta tematik

Pusdiklat BNPB Page 179


kebencanaan petugas pusdalops PB dapat
menggunakan aplikasi yang sudah ada.
Pembuatan peta dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa software pemetaan
seperti ArcGis ataupun QuatumGis. Semua
data kebencanaan disajikan dalam bentuk
peta yang dapat memebrikan gambaran
spasial terhadap suatu bencana yang
terjadi. Penggunaan software ini
membutuhkan keahlian khusus agar dapat
menghasilkan peta tematik kebencanaan
yang baik dan benar.

Beberapa Peta Tematik Kebencanaan


yang sudah ada dalam Perpres 9/2016
tentang Kebijakan Satu Peta, yaitu: Peta
Geologi, Peta Kawasan Rawan Bencana
Gunung Api, Peta Kawasan Rawan
Bencana Gempa Bumi, Peta Kawasan
Rawan Bencana Tsunami, dan Peta Zonasi
Kerentanan Gerakan Tanah. Peta
kebencanaan tersebut sudah terdapat
dalam Geoportal Kebijakan Satu Peta.

B. Database Kebencanaan
Menangani bencana adalah sebuah pekerjaan
yang tidak mudah. Sering kali diperlukan koordinasi
berlapis-lapis dan komunikasi antara berbagai
organisasi bahkan berbagai negara untuk dapat
memberikan bantuan dengan efektif. Permasalahan
ini masih ditambah lagi dengan keadaan wilayah
yang rusak setelah tertimpa bencana alam, dan

Pusdiklat BNPB Page 180


putusnya jalur-jalur komunikasi akibat kerusakan
infrastruktur. Di beberapa negara berkembang,
infrastruktur ini tidak memadai bahkan kadang tidak
tersedia sama sekali. Pemerintah biasanya
memegang peranan penting dalam mengatasi
tantangan-tantangan logistik semacam ini, akan
tetapi beberapa tahun belakangan ini ada lagi hal
penting yang terbukti sangat membantu
penanganan bencana, yaitu adanya usaha
pemerintah untuk mendukung kebebasan
penggunaan dan penyebaran data sesudah
kejadian-kejadian darurat.

Inisiatif untuk menyediakan database


kebencanaan dan mendukung pengembangan
teknologi baru terkait data, terbukti telah
menyelamatkan banyak jiwa. Mulai dari bencana
gempa bumi tahun 2010 di Haiti sampai dengan
gempa bumi di Nepal tahun 2015. Pembuat
kebijakan di seluruh dunia perlu melihat contoh-
contoh nyata tersebut untuk dapat meningkatkan
dukungan mereka dalam hal penanggulangan
bencana, maupun untuk lebih mempersiapkan diri
menghadapi kemungkinan adanya bencana di
masa yang akan datang.

Database telah menjadi salah satu alat yang


paling bermanfaat dalam membantu para relawan
dan pekerja tanggap darurat, dengan memberikan
informasi geospasial yang terkini dan akurat, dan
memberikan informasi yang sangat diperlukan
untuk melakukan perencanaan dan penentuan
prioritas dalam pengambilan keputusan bagi
organisasi kemanusiaan maupun pemerintah.
Pusdiklat BNPB Page 181
Platform data geospasial semacam
OpenStreetMap, yaitu sebuah project pemetaan
yang bersifat open source, memungkinkan para
relawan untuk memperkirakan tingkat kerusakan
dengan cepat, dan memonitor pelaksanaan
penanggulangan bencana.

Sesudah super taifun Haiyan melanda Filipina


pada bulan November 2013, Palang Merah
Internasional dan para relawan online berkolaborasi
dalam melakukan lebih dari 1.5 juta update pada
OpenStreetMap dalam waktu 6 hari saja, dengan
menggabungkan laporan yang bersifat crowdsource
dari berbagai pekerja lapangan dengan data dari
lembaga geospasial Amerika serta data dari
pemerintah Filipina.

Selain menyediakan data yang penting,


pemerintah juga dapat berperan penting dalam
mendukung inovasi teknologi yang dapat
membantu para relawan. Sebagai contoh, sesudah
Badai Sandy melanda New York, dilakukan upaya
penanggulangan bencana menggunakan teknologi
analytics yang dibuat oleh Palantir, sebuah
perusahaan yang dimulai dari pendanaan CIA,
untuk memprediksi lokasi-lokasi yang mungkin
paling memerlukan obat-obatan, makanan, dan
pakaian, serta mengkoordinasikan usaha untuk
mengatasinya. Di Nepal, para relawan bencana
berhasil menyelamatkan empat korban yang
terjebak dalam reruntuhan dengan menggunakan
sensor canggih dari NASA dan U.S. Department of
Homeland Security, yang dapat mendeteksi detak
jantung di balik timbunan reruntuhan. Dan baru-
Pusdiklat BNPB Page 182
baru ini U.S. National Science Foundation bersama
Lembaga Sains dan Teknologi Jepang menjalin
kerja sama untuk mengembangkan teknologi
tanggap darurat yang bersifat data-driven, mulai
dari sistem penyampaian informasi yang context-
aware sampai dengan algoritma pencarian yang
dapat mengenali bau, untuk mendeteksi polutan
dan bahan berbahaya menggunakan jaringan
sensor dalam air maupun udara.

Tentunya tidak hanya pemerintah yang


berperan penting dalam hal penanggulangan
bencana, sektor swasta pun dapat
menyumbangkan data yang penting untuk kejadian-
kejadian darurat. Ketika gempa bumi dan tsunami
Tohoku memporak porandakan Jepang pada 11
Maret 2011, pemerintah Jepang meminta pabrikan
mobil semacam Toyota dan Honda untuk
mengaktifkan GPS tracking di kendaraan yang
mereka buat. Perusahaan-perusahaan ini
menggunakan data perjalanan pengguna mobil
mereka, yang menunjukkan di mana para
pengemudi memutar arah akibat kerusakan jalan,
kecelakaan dan hambatan lainnya, untuk membuat
peta yang akurat tentang jalur-jalur yang aman dan
masih dapat dilalui dalam waktu hanya 24 jam
setelah terjadinya bencana.

Jenis-jenis data tools ini telah terbukti sangat


membantu aksi tanggap darurat dan dapat
menyelamatkan banyak jiwa. Dukungan yang terus
menerus dari pemerintah sangat mendukung
kesuksesan upaya semacam ini. Meyadari hal ini,
para pembuat kebijakan hendaknya mengetahui
Pusdiklat BNPB Page 183
cara-cara untuk dapat mendukung secara proaktif
pengembangan dan penggunaan teknologi data
bagi penanggulangan bencana, dan melakukan
upaya pencegahan terhadap potensi masalah yang
bisa muncul, tanpa menunggu datangnya keadaan
darurat. Sebagai contoh, sebagian besar data
geospasial yang sangat penting bagi kegiatan
tanggap darurat sumbernya adalah dari
pemerintah, akan tetapi tanpa komitmen yang
mengikat secara hukum bagi pemerintah dan
lembaganya untuk membuka akses terhadap open
data, data krusial ini bisa jadi tidak terakses oleh
para relawan.

Penanggulangan bencana yang efektif di


Indonesia perlu dukungan ketersediaan data dan
informasi tentang kejadian dan dampak bencana
secara cepat dan akurat. Untuk itu diperlukan
pengelola data dan informasi bencana yang
kompeten dengan menggunakan format data
standar yang dikoordinasikan oleh BNPB, BPBD
provinsi dan BPBD kabupaten/kota. Kebijakan
pengelolaan data dan informasi bencana adalah
satu data satu pintu untuk menjamin keakuratan
dan konsistensi. Kebijakaan satu data satu pintu
yang dimaksud adalah data dan informasi yang
dikeluarkan oleh BNPB, BPBD provinsi,
kabupaten/kota setelah dilakukan verifikasi dan
validasi pada kurun waktu tertentu. Kebijakan ini
dilakukan untuk menghindari duplikasi, kerancuan
atau kesimpangsiuran data dan informasi bencana
bagi pengambilan keputusan.

Pusdiklat BNPB Page 184


Strategi pengelolaan data dan informasi bencana
adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data dilakukan oleh BPBD
kabupaten/kota menggunakan format
data standar.
2. Verifikasi data dilakukan oleh BNPB,
BPBD provinsi, kabupaten/kota
berkoordinasi dengan
kementerian/lembaga, Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) terkait.
3. Penyediaan sarana pendukung yang
memadai berupa komputer, printer dan
jaringan koneksi internet.
Pengumpulan data yang dimaksudkan dalam
pedoman ini adalah data statis, meliputi data
kejadian bencana, korban, kerusakan dan taksiran
kerugian. Format data yang digunakan dalam
pengumpulan data statis terdapat pada lampiran.
Jenis analisis yang dapat dihasilkan dari
pengolahan data, adalah :
1. Analisis komposisi yaitu analisis yang
membandingkan nilai kejadian atau lokasi
bencana dengan dampak yang dipilih.
Analisa komposisi berguna untuk
menunjukkan topologi bencana, dampak
pada manusia (strategi kesiapsiagaan),
dampak pada perumahan (strategi
pembangunan), dampak pada
perekonomian dan dampak pada
infrastruktur.
2. Analisis temporal yaitu analisis yang
menunjukkan aktivitas variabel dampak
yang berbeda dari waktu ke waktu. Analisa

Pusdiklat BNPB Page 185


temporal berguna untuk menunjukkan pola
dan korelasi.
3. Analisis statistik yaitu analisis yang
ditampilkan dalam bentuk statistik. Analisa
statistik berguna untuk menunjukkan
keterkaitan antar variabel dampak bencana
serta hubungan sebab-akibat.
4. Analisis spasial yaitu analisis yang
ditampilkan dalam bentuk pemetaan.
Analisa spasial berguna untuk
menunjukkan sebaran kejadian maupun
dampak bencanaa. Analisis ini dapat
dilakukan dengan menggunakan aplikasi
DIBI.
Penyajian data bencana dapat berupa tabel,
diagram dan peta. Informasi yang disajikan antara
lain pola sebaran kejadian bencana, korban bencana
dan kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana,
serta data rinci tentang kejadian bencana di suatu
wilayah tertentu. Penyebaran informasi dapat
dilakukan secara „online‟ melalui „website‟.

Gambar 1. Alur Pengelolaan Data Bencana

Pusdiklat BNPB Page 186


Pusdiklat BNPB Page 187
Pusdiklat BNPB Page 188
RANGKUMAN

Peta tematik dan database merupakan salah satu bagian


dalam pengelolaan data kebencanaan. Melalui peta maka
informasi spasial dari kejadian bencana dapat di sajikan dan
dengan database yang baik data kejadian bencana dapat
dianalisa lebih lanjut. Perkembangan teknologi saat ini
memungkinakn semua database kebencanaan dan peta tematik
dapat disajikan secara online. Melalui aplikasi DIBI dan
geospasial semua orang dapat mengakses informasi tersebut
untuk kepentingan yang lain seperti penelitian maupun bahan
pendukung dalam kegiatan penanggulangan bencana.

Peningkatan kompetensi dan kemampuan petugas


pusdalops dalam hal peta tematik dan database menjadi bagian
yang harus ditingkatkan agar penyajian data bencana lebih
maksimal. Dalam pembuatan peta tematik seseorang dapat
menggunakan software khusus seperti ArcGis maupun
QuantumGIs. Sebagai pendukung dalam pembuatan peta
tematik saat ini sudah ada beberapa aplikasi geospasial yang
dapat digunakan seperti InAWARE. Aplikasi ini memungkinkan
petugas Pusdalops PB secara cepat dapat menyajikan data
bencana dalam bentuk spasial.

Pusdiklat BNPB Page 189


DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar ASEAN ERAT Level II – Information Management


(2018)
Bahan Ajar Bidang Data – Pusat Data, Informasi dan Humas
BNPB (2018)
http://www.businessdictionary.com/definition/coordination.html

Modul Training InAWARE

Moshtari M, Gonçalves J, editors. Understanding the drivers and


barriers of coordination among humanitarian organizations.
23rd Annual Conference of the Production and Operations
Management Society; 2012.Perka BNPB Nomor 9 Tahun
2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat
Pamudji. 1984. Praktek Organisasi dan Metode (O dan M).
Jakarta: Institut Ilmu Pemerintahan. Hlm 40Perka BNPB
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Standarisasi Data dan
Informasi Kebencanaan.
Pedoman Pengkaijan Cepat Awal
Pedoman Pengkajian Cepat Situasi dan Kebutuhan
Perka BNPB Nomor 9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap
TRC.
Perka BNPB Nomor 8 Tahun 2011 tentang standarisasi Data dan
Informasi Kebencanaan.
Pedoman Pengkaijan Cepat Awal.
Pedoman Pengkajian Cepat Situasi dan Kebutuhan.
Peraturan Kepala BNPB No 7 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pengelolaan Data dan Informasi Bencana Indonesia
Peraturan Kepal BNPB No 8 Tahun 2011 tentang Standardisasi
Data Kebencanaan

Pusdiklat BNPB Page 190

Anda mungkin juga menyukai