Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kami telah dapat menyusun
Modul Relawan Penanggulangan Bencana sebagai bagian pendukung dalam rangka manajemen
Penanggulangan Bencana.
Salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan adalah melalui pelatihan
relawan dalam menghadapi bencana guna memberikan pengetahuan, kemampuan dan sikap tentang
kesiapsiagaan menghadapi bencana bagi aparat pemerintah, masyarakat dan
organisasi/lembaga/instansi yang bergerak dibidang penanggulangan bencana. Untuk mewujudkan
kegiatan pelatihan tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana memandang perlu untuk
menyusun modul relawan penanggulangan bencana.
Pada kesempatan ini kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu tersusunnya modul ini.
Relawan yang cakap, efektif dan efisien sangat ditentukan oleh informasi, pengalaman
dan pelatihan yang diterimanya. Oleh karena itu pemberian informasi yang tepat dan akurat
harus dikelola secara baik agar relawan memiliki pengetahuan dasar yang cukup sebelum terjun
ke daerah bencana.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagai lembaga yang bertanggung-jawab
dalam penanggulangan bencana berkewajiban memberikan bimbingan berupa informasi dan
pelatihan untuk relawan, sehingga pada saat terjadi bencana dapat berfungsi dengan maksimal,
efektif dan efisien serta mengetahui tugas dan fungsinya sebagai relawan.
Pengetahuan dan informasi dasar relawan yang akan diinformasikan harus terstruktur
dengan baik sehingga mudah dimengerti dan diterapkan oleh relawan tingkat pemula sekalipun.
Untuk mencapai hal ini diperlukan dukungan informasi dari berbagai pihak baik pemerintah dan
non-pemerintah yang sudah memiliki pengalaman dalam penanggulangan bencana.
Pengetahuan yang harus dimiliki oleh relawan dalam kegiatan penanggulangan bencana
diantaranya adalah:
1. Sistem Nasional Penanggulangan Bencana
2. Karakteristik Bencana di Indonesia
3. Konsepsi Manajemen Bencana
4. Prinsip Dasar Manajemen Bencana
5. Membangun Karakter Kemanusiaan (Humanitarian Character Building)
6. Perspektif Dan Implementasi Relawan di Indonesia
7. Perencanaan Penanggulangan Bencana
8. Peran Relawan Saat Tanggap Darurat
9. Peran Relawan Saat Pemulihan
10. Peran Relawan Dalam Aspek Logistik dalam Penanggulangan
11. Dapur Umum dan Tempat Tinggal Sementara (Shelter)
12. Komunikasi Radio
13. Navigasi (Global Positioning System)
14. Pertolongan Pertama
15. Evakuasi
16. Pendampingan Psikososial
Sehubungan dengan tugas dan fungsi relawan tersebut di atas, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana melalui Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana
menganggap perlu menyusun Modul Dasar Relawan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
relawan di pusat maupun daerah.
Dengan informasi modul dasar relawan ini diharapkan relawan yang berasal dari
berbagai kelompok masyarakat memiliki standar kemampuan dasar untuk menjalankan tugas
sebagai relawan.
Landasan Hukum
A. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
B. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 tenang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana.
C. Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
D. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
E. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 14 Tahun 2009 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelatihan Penanggulangan Bencana.
A. UMUM
Indonesia merupakan sebuah negara
kepulauan yang terletak diantara tiga lempeng besar
dunia yaitu lempeng Eurasia, Indo Australia, dan
Pasifik. Selain itu, Indonesia masuk di dalam
Pacific Ring of Fire. Oleh karena itu wilayah
Negara Indonesia sangat rawan terhadap bencana.
Beberapa bencana besar terjadi akibat dari hal
tersebut, diantaranya adalah gempa bumi besar di
Aceh pada tahun 2004 yang mengakibatkan kerugian jiwa dan material yang sangat besar.
Menurut UU Nomor 24 tahun 2007, bencana dibedakan menjadi 3 yaitu bencana alam,
bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana-bencana ini dipengaruhi oleh kerentanan pada
masyarakat, bahaya bencana, kapasitas dan risiko bencana tersebut. Untuk itu diperlukan sebuah
sistem nasional untuk menanggulangi bencana, sehingga pemerintah melalui Badan Nasional
Penanggulangan Bencana membuat sebuah sistem nasional penanggulangan bencana yang
mempunyai komponen legislasi, kelembagaan, perencanaan, pendanaan, IPTEK, dan
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Karena pentingnya hal ini, para relawan memerlukan suatu pembelajaran mengenai sistem
nasional penanggulangan bencana sehingga diharapkan akan semakin meningkatkan pemahaman
mereka terhadap prosedur manajemen bencana yang baik. Pembelajaran itu dapat dilakukan melalui
media modul, salah satunya adalah modul ini yang berisi tentang sistem nasional penanggulangan
bencana di Indonesia.
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah para peserta pelatihan,
dalam hal ini relawan, diharapkan memiliki wawasan luas mengenai sistem nasional
penanggulangan bencana, sehingga para peserta dapat memahami pentingnya sebuah pengelolaan
atau manajemen penanggulangan bencana yang baik melalui adanya sistem nasional
penanggulangan bencana. Indikator-indikator yang dapat dijadikan ukuran pemahaman para peserta
terhadap materi dalam modul ini, dapat dirasakan apabila para peserta dapat:
(1) Memahami kondisi tektonik Negara Indonesia, beberapa bencana yang pernah terjadi di
Indonesia dan kondisi akibat bencana.
(2) Memahami kondisi masyarakat dan pemerintah Indonesia dalam menghadapi bencana
sebelum diberlakukannya sistem nasional penanggulangan bencana.
(3) Memahami mengenai sistem nasional penanggulangan bencana beserta sub-sub sistemnya.
(4) Memahami tentang visi dan misi Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam
melaksanakan sistem nasional penanggulangan bencana.
Konsep-konsep yang harus peserta pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
(1) Kondisi tektonik Negara Indonesia.
(2) Bencana yang pernah terjadi di Indonesia dan kondisi akibat bencana.
(3) Kondisi masyarakat dan pemerintah Indonesia dalam menghadapi bencana sebelum
diberlakukannya sistem nasional penanggulangan bencana.
(4) Sistem nasional penanggulangan bencana.
(5) Visi dan misi Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Untuk membantu memahami isi modul pelatihan ini, peserta perlu melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan materi 1 (satu) dan seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi sebaiknya peserta mengerjakan latihan-latihan, menjawab
soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor/nilai hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya
peserta tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor/nilai minimal
untuk melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penyusun modul/fasilitator/pelatih.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) Memahami kondisi tektonik
Negara Indonesia, beberapa bencana yang pernah terjadi di Indonesia dan kondisi akibat bencana,
(2) Memahami kondisi masyarakat dan Pemerintah Indonesia dalam menghadapi bencana sebelum
diberlakukannya sistem nasional penanggulangan bencana, (3) Memahami mengenai sistem
nasional penanggulangan bencana beserta sub-sub sistemnya, dan (4) Memahami tentang visi dan
misi Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam melaksanakan sistem nasional
penanggulangan bencana.
B.1 Uraian Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut:
1. Kondisi Tektonik Indonesia
Negara Indonesia terletak diantara tiga lempeng besar dunia yaitu lempeng Eurasia, Indo
Australia dan Pasifik. Selain itu, Indonesia masuk di dalam Pacific Ring of Fire sehingga sangat
rawan terhadap bencana. Akibatnya terjadi berbagai bencana yang sering mengakibatkan kerugian
jiwa dan material yang sangat besar. Gambar 1.1 dibawah ini dapat menunjukkan sangat rawannya
wilayah Negara Indonesia terhadap berbagai macam bencana.
Gambar 1.3. Sistem Nasional Penang- penyelenggaraan PB, pengelolaan sumberdaya, serta
gulangan Bencana pendanaan sebagaimana tertera pada Gambar 1.3 di
bawah ini.
4.1 Sub Sistem Legislasi:
Legislasi merupakan salah satu sub sistem dalam sistem nasional penanggulangan bencana
yang menjelaskan mengenai peraturan-peraturan perundangan yang berkaitan dengan
penanggulangan bencana di Indonesia, yang antara lain adalah sebagai berikut:
a. Nasional:
1) Undang-undang Nomor 24/2007.
2) Peraturan Pemerintah:
a) Penyelenggaraan PB (PP. No. 21/2007).
b) Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (PP. No. 22/2007).
c) Peran Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah (PP. No. 23/2007).
3) Peraturan Presiden : Pembentukan BNPB (No. Perpres 8/2008).
4) Peraturan Kepala Badan.
b. Daerah:
1) Peraturan Daerah.
2) Pembentukan BPBD.
c. Pembentukan BPBD:
Di setiap daerah BPBD Prov.
Propinsi dibentuk BPBD Pro-
pinsi. BPBD Propinsi berada
Unsur Pengarah Unsur Pelaksana
di bawah dan bertanggung-
jawab kepada Gubernur.
Pembentukan BPBD Kab/kota
berdasarkan ancaman/bahaya BPBD Kab./Kota
yang mengancam daerahnya.
BPBD Kab/Kota berada di
Unsur Pengarah Unsur Pelaksana
bawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati / Walikota. Bagan 1.2 Sistem Kelembagaan
Dalam membentuk BPBD, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kab./Kota berkoordinasi dengan
BNPB [ UU 24/2007 Pasal 19 ayat (2) ].
d. Kedudukan:
Kedudukan BPBD Propinsi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur,
sedangkan BPBD Kab/Kota berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.
b. Perencanaan PB:
Dalam perencanaan PB, hal yang dilakukan antara lain adalah:
1) Pembuatan Rencana PB (Disaster Management Plan).
2) Rencana Kedaruratan (Emergency Plan).
3) Rencana Kontinjensi (Contingency Plan).
4) Rencana Operasi (Operation Plan).
5) Rencana Pemulihan (Recovery Plan).
B.2 Rangkuman
1. Indonesia berada pada jalur tektonik yang rawan bencana.
2. Masyarakat Indonesia perlu belajar dari penagalaman penanggulangan bencana pada pra
bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana.
3. Sistem nasional penanggulangan bencana yang digunakan untuk mengelola penanggulangan
bencana di Indonesia terdiri atas komponen legislasi, kelembagaan, perencanaan, pendanaan,
IPTEK dan penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan
jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40,
peserta tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi sub modul berikutnya, lakukanlah
pengulangan pemahaman terhadap materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas
40.
C. Glossary
1. Pacific ring of fire: Lingkaran cincin api pasifik, jalur pegunungan berapi pasifik sehingga
rawan gempa.
2. BPBD: Badan Penanggulangan Bencana Daerah
3. RPJM: Rencana Pembangunan Jangka Menengah
4. RPJP: Rencana Pembangunan Jangka Panjang
5. RKP: Rencana Kerja Pemerintah
6. RAN-PRB: Rencana Aksi Nasional-Pengurangan Resiko Bencana
7. RAD-PRB: Rencana Aksi Daerah-Pengurangan Resiko Bencana
8. DM Plan: Disaster Management Plan (Rencana aksi untuk mengurangi resiko bencana)
9. DIPA: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang
disusun oleh Pengguna Anggaran/ uasa Pengguna Anggaran dan di sahkan oleh Direktur
Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas
nama Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara (BUN). DIPA berlaku untuk
satu Tahun Anggaran dan informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran. Disamping itu DIPA dapat dimanfaatkan
sebagai alat pengendali, pelaksanan, pelaporan, pengawasan, dan sekaligus merupakan
perangkat akuntansi pemerintah. Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi yang
tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
10. APBN: adalah suatu daftar atau penjelasan terperinci mengenai penerimaan dan pengeluaran
negara untuk suatu jangka tertentu, biasanya dalam kurun waktu tertentu, biasanya dalam kurun
waktu satu tahun dan jangka waktu tersebut dikenal dengan tahun anggaran
11. APBD: adalah suatu daftar atau penjelasan terperinci mengenai penerimaan dan pengeluaran
daerah untuk suatu jangka tertentu, biasanya dalam kurun waktu tertentu, biasanya dalam kurun
waktu satu tahun dan jangka waktu tersebut dikenal dengan tahun anggaran
12. DAK/Dana alokasi khusus: adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
D. Referensi
1. UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
2. PP No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
3. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
4. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
5. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2007 tentang pendanaan dan
pengelolaan bantuan bencana. Sekretariat Negara. Jakarta
6. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2007 tentang Peran Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah. Sekretariat Negara. Jakarta
7. Republik Indonesia. 2008. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan BNPB.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Sub Modul 2
Karakteristik Bencana di Indonesia
A. UMUM
Makhluk hidup, pada dasarnya beraktivitas pada
lapisan kerak bumi yang merupakan bagian terluar
dari bumi. Namun lapisan ini merupakan bagian yang
paling terdampak ketika bagian dalam bumi
mengalami pergerakan maupun aktivitas lain.
Aktivitas dari lapisan dalam bumi tersebut dapat
berupa aktivitas alamiah maupun aktivitas akibat ulah
manusia itu sendiri. Apabila aktivitas ini bersifat
ekstrem akan memunculkan hal-hal yang tidak
diinginkan yang disebut juga sebagai bencana. Selain itu, aktivitas alamiah maupun ulah manusia di
lapisan kerak bumi pun dapat pula menciptakan adanya bencana.
Sebagaimana relawan dalam bidang sosial dan kemanusiaan lainnya, relawan dalam bidang
kebencanaan perlu untuk mengetahui karakteristik bencana, yaitu antara lain gempa bumi yaitu
pergerakan pada kerak bumi karena aktivitas lapisan dalam bumi, tsunami yaitu melesaknya air laut
ke permukaan karena patahan di dasar laut, letusan gunung berapi akibat naiknya fluida dari dalam
bumi karena adanya tekanan, banjir, serta bencana-bencana lainnya.
Untuk itu diperlukan adanya suatu pembelajaran kepada para relawan mengenai karakteristik
dan jenis-jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia. Hal ini sangat penting karena relawan,
sebagai pihak yang berada di garis depan penanggulangan bencana perlu mengetahui dan paham
tentang bencana sehingga mereka dapat segera sadar dan tahu apa yang harus dilakukan ketika
terjadi bencana.
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul karakteristik bencana di
Indonesia ini ialah para peserta yang dalam hal ini relawan diharapkan memiliki wawasan luas
mengenai bencana, sehingga para peserta dapat segera bertindak apabila menghadapi bencana-
bencana tertentu. Indikator-indikator yang dijadikan ukuran pemahaman para peserta terhadap
materi dalam modul ini adalah:
(1) Peserta mampu memahami beberapa peristiwa atau kedaruratan di tanah air dan akibat yang
ditimbulkannya.
(2) Peserta mampu mengenali penyebab terjadinya bencana, akar persoalan dan juga hal-hal yang
dapat mengurangi risiko bencana (pelajaran yang dapat dipetik).
Untuk memahami isi modul ini dengan cepat, peserta perlu melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan materi 1 (satu) dan seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi sebaiknya peserta mengerjakan latihan-latihan, menjawab
soal-soal, dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor/nilai hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya
peserta tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hingga mendapat skor/nilai minimal untuk melanjutkan
ke materi berikutnya.
(5) Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penulis modul/fasilitator/pelatih.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) Memahami beberapa peristiwa
atau kedaruratan di tanah air dan akibat yang ditimbulkannya, (2) Mengenali penyebab terjadinya
bencana, akar persoalan dan hal-hal yang dapat mengurangi risiko bencana (pelajaran yang dapat
dipetik).
B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut dapat disimak materi belajar berikut.
1. Gambaran Kondisi Geologi Bumi
Makhluk hidup beraktivitas,
semuanya berada dalam kerak bumi,
atau lapisan terluar, begitu pun
keberadaan laut dan gunung
sebagaimana diperlihatkan dalam
gambar 2.1. Meski demikian, bagian
terluar inilah yang paling merasakan
dampaknya, bila ada gesekan,
patahan, tumbukan maupun Gambar 2.1 Struktur Lapisan Bumi.
penunjaman dari dalam bumi yang dapat mengakibatkan bencana bagi makhluk hidup, misalnya
gempa bumi seperti pada gambar 2.2.
2. Gempa
Gempa terjadi akibat adanya energi yang lepas
secara tiba-tiba pada zona penunjaman atau patahan
aktif sehingga mengakibatkan getaran guncangan.
Kekuatan gempa/energi yang dilepaskan di ukur
secara instrumental/magnitude; menggunakan skala
Richter.
Sedangkan tingkat keterasaan dan kerusakan
diukur dalam skala Modified Mercally Intensity
Gambar 2.3 Patahan Aktif yang Bisa
(MMI).
Menimbulkan Gempa.
Tabel 2.1. Frekuensi dan kejadian gempa di dunia
Penamaan Skala Dampak pada bumi Jumlah
Richter kejadian
Mikro < 2,0 Gempabumi mikro, tak terasa 8.000/hari
Sangat Minor 2,0 2,9 Umumnya tak terasa, tapi tercatat oleh 1000/hari
peralatan
Minor 3,0 3,9 Umumnya terasa, jarang mengakibatkan 49.000/ th
kerusakan
Lemah 4,0 4,9 Teramati di dalam rumah, ada suara berderik, 6.200 / th
tidak ada kerusakan
Sedang 5,0 5,9 Kerusakan tidak luas pada bangunan dengan 800 / th
konstruksi buruk. Bangunan dengan
konstruksi baik, rusak sedikit
Kuat 6,0 6,9 Dapat mengakibatkan kerusakan pada daerah 120 / th
2
padat penduduk sepanjang 150 km
Sangat Kuat 7,0 7,9 Kerusakan pada daerah lebih dari 150 km 18 / th
Besar 8,0 8,9 Kerusakan pada daerah lebih dari beberapa 1 / th
ratus km
Besar dan Langka > 9,0 1 / 20 th
Pada gambar di atas zona yang berada pada kotak merah adalah wilayah-wilayah di Indonesia
yang rawan terhadap gempa.
3. Tsunami
Tsunami adalah melesaknya air laut ke
permukaan yang disebabkan oleh patahan yang
terjadi di dasar laut.
Karakteristik tsunami adalah kecepatan
penjalaran di dasar laut yang dangkal tidak sama
Gambar 2.5 Patahan di Dasar Laut yang Bisa
dengan dasar laut yang lebih dalam, sehingga Menimbulkan Tsunami.
mengakibatkan munculnya gelombang lebih tinggi. Tsunami biasanya juga ditandai dengan
gempuran gelombang berulang
36 250 800
km/ km/ km/
h h h
6. Gerakan tanah
Gerakan tanah merupakan salah satu penyebab terjadinya bencana.
a. Gerakan tanah ini dapat dibedakan menjadi:
1) Longsoran translasi.
2) Longsoran rotasi.
3) Pergerakan blok.
4) Runtuhan batu.
5) Rayapan tanah.
6) Aliran material rombakan
b. Gerakan tanah dapat disebabkan oleh:
1) Faktor kestabilan lereng
a) Geologi.
b) Geodesi.
c) Pengikisan.
2) Proses pemicu
a) Kandungan air.
b) Getaran.
c) Pembebanan.
d) Pemotongan lereng.
3) Besarnya dampak pergerakan tanah ini bergantung pada;
a) Volume material.
b) Kecepatan gerakan.
c) Ukuran material.
d) Intensitas gerakan.
4) Dampak yang dapat ditimbulkan oleh gerakan tanah ini antara lain;
a) Kehilangan nyawa.
b) Kerusakan lingkungan pemukiman dan lahan.
c) Kelangkaan bahan kebutuhan pokok.
d) Melonjaknya harga kebutuhan pokok.
7. Kebakaran hutan
Kebakaran hutan dapat diakibatkan oleh pemanasan iklim dan bisa juga dipicu oleh ulah
manusia seperti pembakaran untuk membuka lahan. Dampak yang muncul akibat kebakaran hutan
ini bergantung pada luasnya daerah yang terbakar dan sebaran kabut asap serta jarak pandang
Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan
1) Munculnya korban jiwa.
2) Penyakit infeksi saluran pernafasan akibat asap tebal.
3) Bisa mengganggu kelancaran transportasi udara.
8. Kekeringan
Kekeringan disebabkan oleh perubahan iklim (el nino) dan ketidaksiapan manusia
menyediakan penampungan air. Kekeringan terjadi bilamana curah hujan tidak normal, debit air
sungai berkurang dan prosentase daun kering pada tanaman. Kekeringan dapat menimbulkan
kematian dan gagal panen dan matinya hewan peliharaan.
B.2 Rangkuman
1. Manusia hidup di kerak bumi yang merupakan bagian terdampak bila terjadi aktivitas dalam
bumi.
2. Aktivitas dalam bumi ini jika ekstrem akan menyebabkan terjadinya bencana
3. Beberapa bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung
berapi, banjir, gerakan tanah, kebakaran hutan, dan kekeringan
4. Berdasarkan kajian terhadap bencana masa lalu dapat diketahui mekanisme kerusakan,
parameter kedahsyatan, penyebab, pemetaan, elemen yang paling berisiko dari bencana, serta
hal-hal lainnya.
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan
jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40,
peserta tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan
pemahaman terhadap materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.
C. Glossary
1. Geologi bumi: ilmu pengetahuan alam untuk menjelaskan dan memecahkan segala masalah
mengenai matra Bumi
2. Modified Mercally Intensity (MMI): adalah satuan ukuran kekuatan gempa, dimana besarnya
efek yang dirasakan oleh pengamat dimana dia berada tanpa memperhatikan sumbernya
(sumber: BMG)
3. Perubahan Iklim (El Nino): adalah perubahan periodik di atmosfer dan samudra Pasifik tropis.
El nino adalah masa arus hangat sedang La Nina adalah masa arus dingin.
4. Kajian topografi dan kontur: adalah pengkajian permukaan bumi (kontur) beserta informasi
ketinggiannya menggunakan garis kontur.
5. Lubang biopori: adalah lubang yang dengan diameter 10 sampai 30 cm dengan panjang 30
sampai 100 cm yang ditutupi sampah organik yang berfungsi untuk menjebak air yang mengalir
di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah tanah, tumbuhan di
sekitarnya serta dapat juga membantu pelapukan sampah organik menjadi kompos yang bisa
dipakai untuk pupuk tumbuh-tumbuhan.
6. Penataan daerah aliran sungai (DAS): adalah penataan suatu kawasan yang mengalirkan air
kesatu sungai utama. Dikemukakan oleh Manan (1978) bahwa DAS adalah suatu wilayah
penerima air hujan yang dibatasi oleh punggung bukit atau gunung, dimana semua curah hujan
yang jatuh diatasnya akan mengalir di sungai utama dan akhirnya bermuara kelaut.
D. Referensi
1. United States Geological Survey. 2005. Hubungan kekuatan gempabumi dan frekwensi
kejadiannya di dunia. (online).
(http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eqarchives/year/info_1990s.php , diakses 18 September
2010).
2. Brahmanto, Budi., dan Supartoyo., 2007. Menghadapi ketidaktentuan datangnya bencana. Warta
Geologi, 2, H.4-7.
3. Badan Geologi Pusat Vulkanolog dan mitigasi bencana geologi BPPTK. 2006. Peta Sebaran
Penduduk dan KRB Gunung Merapi 2006.
Sub Modul 3
Konsepsi Manajemen Bencana
A. UMUM
Sebagai seorang relawan kebencanaan, perlu
mengetahui konsepsi dari bencana itu sendiri. Menurut
UU nomor 24 tahun 2007, bencana adalah peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam maupun faktor non alam. Bencana ini
dipengaruhi oleh kerentanan, bahaya, kapasitas dan
risiko dari bencana tersebut.
Sebagaimana ilmu yang selalu berkembang, ilmu penanggulangan bencana pun memiliki berbagai
pandangan, diantaranya adalah pandangan konvensional, pandangan ilmu pengetahuan alam,
pandangan ilmu terapan, pandangan progresif, pandangan ilmu sosial, dan pandangan holistik
(keseluruhan).
Untuk itu diperlukan adanya suatu pembelajaran kepada para relawan mengenai konsepsi dari
bencana dan penanggulangannya. Hal ini diperlukan agar para relawan tersebut memahami
konsepsi atau dasar dari kegiatan kebencanaannya. Pembelajaran itu salah satunya dapat dilakukan
melalui media modul ini.
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah para peserta yang dalam hal
ini relawan diharapkan memiliki pemahaman yang baik mengenai konsepsi bencana, sehingga para
peserta dapat memahami pentingnya keikutsertaannya dalam kegiatan kerelawanan. Indikator-
indikator yang dapat dijadikan ukuran pemahaman para peserta terhadap materi dalam modul ini,
dapat dirasakan apabila para peserta, dapat:
(1) Memahami konsepsi bencana.
(2) Mengetahui mengenai manajemen bencana.
(3) Mengetahui paradigma dan tahapan dalam penanggulangan bencana.
Konsep-konsep yang harus peserta pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
(1) Definisi bencana
(2) Jenis bencana kedaruratan
a) Konsepsi tentang bahaya dan risiko.
b) Bahaya dan kejadian bencana/kedaruratan.
c) Berbagai pandangan tentang bencana.
(3) Manajemen bencana.
(4) Paradigma penanggulangan bencana.
(5) Siklus penanggulangan bencana.
Untuk membantu peserta memahami isi modul ini secara cepat, peserta perlu melakukan hal-hal
sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan materi 1 (satu) dan seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi sebaiknya peserta mengerjakan latihan-latihan, menjawab
soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya peserta
tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penulis modul.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) Memahami konsepsi bencana, (2)
Mengetahui mengenai manajemen bencana, (3) Mengetahui paradigma dan tahapan dalam
penanggulangan bencana.
B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.
1. Bencana
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. (UU Nomor 24 Tahun 2007 pasal 1).
2. Pokok pokok yang menjadi perhatian dalam konsep diatas :
a) merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa
b) berdasarkan penyebabnya bencana, yaitu bencana yang disebabkan faktor alam, faktor non
alam dan faktor manusia
c) dampak dari bencana itu sendiri menimbulkan kerugian material, non material dan korban
jiwa manusia
4. Kerentanan
Merupakan kondisi yang merupakan konsekuensi dari faktor fisik, ekonomi, sosial, lingkungan
masyarakat yang mengurangi kemampuan orang untuk mencegah, menghindari atau menanggulangi
bencana.
Suatu keadaan yang merupakan konsekuensi dari kondisi fisik Gambar
atau sistem sosial
2.6 Asap masyarakat
Tebal Ketika yang
Gunung
mengakibatkan orang tidak bisa menghindari atau bereaksi ketika terjadi Api Meletus
bahaya.
Kerentanan ini dapat dikategorikan dalam:
a. Kerentanan fisik / materi.
Orang-orang yang secara ekonomi terbatas, tidak mampu membuat pertahanan yang lebih baik
ketika terjadi bahaya. Mereka mungkin orang-orang yang tidak memiliki uang cukup untuk
menyewa rumah, sehingga harus tinggal di pinggir sungai. Ketika banjir datang, merekalah yang
paling rentan dan akan menjadi korban banjir
5. Bahaya
Bahaya adalah kejadian yang berpotensi merusak dan menyebabkan hilangnya nyawa dan
kerusakan lingkungan. Disebabkan posisi geografis dan keadaan alam di Indonesia, banyak sekali
bahaya yang mengancam.
6. Kapasitas
Kapasitas adalah aset, keterampilan atau sumber daya yang dimiliki orang atau masyarakat yang
membuat mereka mampu mengurangi risiko, atau bertahan ketika bahaya terjadi. Bencana biasanya
akan menyebabkan banyak rumah rusak dan harta benda hilang. Tetapi bagi mereka yang
mempunyai uang ataupun keterampilan, dengan cepat mereka dapat membangun kembali.
7. Risiko (risk)
Kemungkinan paling buruk yang dapat terjadi ketika bahaya datang. Risiko ini bisa berupa
hilangnya nyawa, harta atau dampak psikologis yang muncul akibat bahaya.
B.2 Rangkuman
1) Bencana merupakan peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat.
2) Bencana terdiri atas bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial.
3) Bencana dipengaruhi oleh kerentanan, bahaya, kapasitas dan risiko.
4) Beberapa pandangan mengenai penanggulangan bencana antara lain adalah pandangan
konvensional, pandangan ilmu pengetahuan alam, pandangan ilmu terapan, pandangan
progresif, pandangan ilmu social dan pandangan holistik (keseluruhan).
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan jumlah
jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40, peserta tidak
dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan pemahaman terhadap
materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.
C. Glossary
1. Geofisik: batuan
2. Geologi: adalah merupakan ilmu pengetahuan alam untuk menjelaskan dan memecahkan segala
masalah mengenai matra Bum
3. Hidrometeorologi: adalah Ilmu yang mempelajari keterdapatan dan sifat fisik air atmosfer.
4. Pandangan holistik: keseluruhan, pandangan keseluruhan.
D. Referensi
1. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
2. Wisner, et al, 2006; von Kotze and Hollaway, 1999. Heijmans & Victoria, (2001). Vulnerability,
[R=(HXV)].
3. United Nation International Strategy for Disaster Reduction. 2005. Membangun ketahanan
bangsa dan komunitas terhadap bencana, Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005-2015, ekstraksi dari
laporan akhir world conference on disaster reduction. Kobe-hyogo, jepang.
Sub Modul 4
Prinsip Dasar Manajemen Bencana
A. UMUM
Menurut UU nomor 24 tahun 2007, bencana
adalah peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam maupun faktor non
alam. Bencana ini dipengaruhi oleh kerentanan,
bahaya, kapasitas dan risiko dari bencana tersebut.
Prinsip dasar manajemen bencana berusaha
menjelaskan beberapa acuan dalam mengatur dan
mengelola bencana.
Ilmu manajemen penanggulangan bencana mencakup pemahaman mengenai paradigma dan
siklus penanggulangan bencana sehingga diperlukan adanya suatu pembelajaran kepada para
relawan mengenai konsepsi dari bencana dan penanggulangannya. Hal ini diperlukan agar para
relawan tersebut memahami konsepsi atau dasar dari kegiatan kebencanaannya. Pembelajaran itu
salah satunya dapat dilakukan melalui media modul ini.
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah para peserta yang dalam
hal ini relawan diharapkan memiliki pemahaman yang baik mengenai konsepsi bencana, sehingga
para peserta dapat memahami pentingnya keikutsertaannya dalam kegiatan kerelawanan. Indikator-
indikator yang dapat dijadikan ukuran pemahaman para peserta terhadap materi dalam modul ini,
dapat dirasakan apabila para peserta, dapat:
(1) Memahami pengertian manajemen bencana
(2) Memahami paradigma penanggulangan bencana
(3) Memahami siklus penanggulangan bencana
Konsep-konsep yang harus peserta pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
(1) Manajemen bencana
(2) Paradigma penanggulangan bencana
(3) Siklus penanggulangan bencana
Untuk membantu peserta memahami isi modul ini secara cepat, peserta perlu melakukan hal-
hal sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan materi 1 (satu) dan seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi sebaiknya peserta mengerjakan latihan-latihan, menjawab
soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor/nilai hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya
peserta tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor/nilai minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penyusun modul/fasilitator/pelatih.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) Memahami pengertian
manajemen bencana, (2) Memahami paradigma penanggulangan bencana, (3) Memahami siklus
penanggulangan bencana
B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut:
1. Manajemen Bencana
Manajemen bencana, menurut definisi adalah segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan
dalam rangka pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan berkaitan
dengan bencana yang dilakukan pada sebelum, pada saat dan setelah bencana.
Dalam manajemen bencana terdapat beberapa kegiatan, baik pada saat prabencana, ketika
bencana maupun setelah bencana, antara lain adalah : Pencegahan (prevention), Mitigasi
(mitigation), Kesiapan (preparedness), Peringatan Dini (early warning), Tanggap Darurat
(response), Bantuan Darurat (relief), Pemulihan (recovery), Rehablitasi (rehabilitation), dan
Rekonstruksi (reconstruction).
2. Pencegahan (prevention)
Pencegahan (prevention) merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi
atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun
kerentanan pihak yang terancam bencana (UU no. 24/2007). Misalnya: melarang pembakaran hutan
dalam perladangan dan melarang penambangan batu di daerah yang curam.
Tindakan Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain adalah :
a. Membuat peta daerah bencana
b. Mengadakan dan mengaktifkan isyarat-isyarat tanda bahaya
c. Menyusun rencana umum tata ruang
d. Menyusun perda mengenai syarat keamanan, bangunan pengendalian limbah dsb.
e. Mengadakan peralatan/perlengkapan operasional PB
f. Membuat prosedur tetap, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis PB.
g. Perbaikan kerusakan lingkungan
3. Mitigasi (mitigation):
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana (UU No. 24/2007). Terdapat 2 bentuk mitigasi yaitu mitigasi struktural (membuat
chekdam, bendungan, tanggul sungai, dll.) dan mitigasi non struktural (peraturan, tata ruang,
pelatihan) termasuk spiritual. Beberapa upaya mitigasi antara lain adalah:
a. Menegakkan peraturan yg telah ditetapkan.
b. Memasang tanda-tanda bahaya/larangan.
c. Membangun Pos-pos pengamanan, pengawasan/pengintaian.
d. Membangun sarana pengaman bahaya dan memperbaiki sarana kritis (tanggul, dam, sudetan
dll).
e. Pelatihan kebencanaan.
4. Kesiapsiagaan (preparedness) :
Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU no.
24/2007), misalnya penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi,
Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan/pedoman penanggulangan bencana.
8. Pemulihan (recovery)
Pemulihan (recovery) adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat
dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan,
prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. (UU No. 24/2007). Pemulihan meliputi
pemulihan fisik dan non fisik.
9. Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi (rehabilitation) merupakan perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca-bencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat. (UU no. 24/2007).
Gambar 4.1 Kegiatan Manajemen Bencana Gambar 4.2 Jenis Kegiatan Per Tahap Bencana
Gambar 4.3 Manajemen Bencana
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan
jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40,
peserta tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan
pemahaman terhadap materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.
C. Glossary
1. Pencegahan (prevention) : serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan
pihak yang terancam bencana
2. Mitigasi (mitigation) : serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana
3. Kesiapan (preparedness) : serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
4. Peringatan Dini (early warning) : serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga
yang berwenang
5. Tanggap Darurat (response) : serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana
6. Bantuan Darurat (relief) : bantuan berupa kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, tempat
tinggal sementara dan kesehatan, sanitasi dan air bersih
7. Pemulihan (recovery) : serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan
lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan,
prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi
8. Rehablitasi (rehabilitation) : perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca-bencana dengan sasaran utama
untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat
9. Rekonstruksi (reconstruction) : pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pasca-bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat
dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,
tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat
D. Referensi
1. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
2. Wisner, et al, 2006; von Kotze and Hollaway, 1999. Heijmans & Victoria, (2001). Vulnerability,
[R=(HXV)].
3. United Nation International Strategy for Disaster Reduction. 2005. Membangun ketahanan
bangsa dan komunitas terhadap bencana, Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005-2015, ekstraksi dari
laporan akhir world conference on disaster reduction. Kobe-hyogo, jepang.
Sub Modul 5
Membangun Karakter Kemanusiaan
(Humanitarian Character Building)
A. UMUM
Istilah character building (membangun karakter)
sering kita dengar di berbagai kesempatan, yang
merupakan suatu proses terus menerus yang dilakukan
untuk:
1. Membentuk tabiat, watak, dan sifat-sifat yang
berlandaskan pada semangat pengabdian dan
kebersamaan.
2. Menyempurnakan karakter yang ada untuk mewujudkan karakter yang diharapkan.
3. Membina karakter yang ada sehingga menampilkan karakter yang kondusif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Humanity atau kemanusiaan adalah kualitas menjadi seorang manusia1, sehingga pembangunan
karakter kemanusiaan dapat diartikan sebagai membentuk tabiat, watak dan sifat-sifat utama yang
meningkatkan kualitas seseorang sebagai manusia.
Pendidikan pembangunan karakter, khususnya karakter kemanusiaan adalah sebuah proses
berkelanjutan yang tak pernah berakhir (sustainable process). Undang-undang No. 3 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah landasan formal akan keharusan membangun karakter
bangsa melalui upaya pendidikan.
Proses pembangunan karakter akan melibatkan ragam aspek perkembangan, baik ilmu
pengetahuan (kognitif), motivasi (konatif), pembentukan sikap (afektif), maupun keterampilan
(psikomotorik) sebagai suatu keutuhan (holistik) dalam konteks kehidupan kultural. Proses
pembelajaran yang membangun karakter tidak bisa sebagai proses linear layaknya dalam
pembelajaran kebanyakan program studi yang bersifat transformasi informasi, tapi tidak juga bisa
berwujud sebagai suatu mata pelajaran yang diajarkan sebagai sebuah bidang studi.
Karakter tidak bisa dibentuk dalam perilaku instan, pembangunan karakter harus
dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang transaksional dan bukan instruksional, dan
dilandasi pemahaman secara mendalam.
1 http://www.merriam-webster.com/dictionary/humanity
Melalui modul ini diharapkan dapat meningkatkan karakter kualitas kemanusiaan para relawan
atau calon relawan penanggulangan bencana (PB) sehingga meningkatkan motivasi dalam
melakukan kegiatan kemanusiaan.
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah anda diharapkan
memiliki wawasan luas, apresiasi yang mendalam dan keterampilan tentang nilai-nilai
kemanusiaan, sehingga anda dapat memahami pengertian serta manfaat dari pembangunan karakter
kemanusiaan pada suatu pelatihan
Konsep-konsep yang harus dipahami dapat dibagi kedalam beberapa pokok bahasan:
1. Pengertian nilai kejuangan.
2. Nilai-nilai prinsip yang diwariskan dalam perjuangan bangsa.
3. Pengertian membangun karakter.
4. Faktor-faktor untuk membangun karakter dalam NKRI.
5. Relawan, jenis penugasan dan kriterianya.
6. Kompetensi Manusia.
Agar anda dapat memahami isi modul ini dengan cepat, anda perlu melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan seterusnya.
Sebelum anda benar-benar paham tentang materi pada tahap awal, jangan membaca materi
pada halaman berikutnya. Lakukan pengulangan sampai anda benar-benar memahaminya.
2. Jika anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman anda atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu untuk
memahami materi modul ini.
3. Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya anda mengerjakan
latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban anda dengan kunci
jawaban yang tersedia.
4. Jika skor/nilai hasil belajar anda masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya anda
tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hingga mendapat skor/nilai minimal untuk melanjutkan
ke materi berikutnya.
5. Memperkaya pemahaman dengan membandingkan materi ini dengan rujukan yang bersumber
dari berbagai pihak, membiasakan berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan
pemahaman, mengikuti tutorial, atau berdiskusi langsung dengan fasilitator/pelatih/penulis
modul.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini anda diharapkan dapat: (1) Memahami mengenai pengertian
nilai kejuangan, (2) Memahami nilai-nilai prinsip yang diwariskan dalam perjuangan bangsa, (3)
Mengetahui pengertian membangun karakter, (4) menyebutkan faktor-faktor untuk membangun
karakter dalam NKRI, (5) Mengetahui mengenai relawan, jenis penugasan dan kriterianya,dan (6)
Memahami mengenai kompetensi manusia.
Indikator-indikator yang dapat dijadikan ukuran pemahaman anda terhadap materi dalam
modul ini adalah ketika anda:
1. Mampu memahami mengenai pengertian nilai kejuangan.
2. Mampu memahami nilai-nilai prinsip yang diwariskan dalam perjuangan bangsa.
3. Mampu memahami pengertian membangun karakter.
4. Mampu menyebutkan faktor-faktor untuk membangun karakter dalam NKRI.
5. Mampu memahami mengenai relawan, jenis penugasan dan kriterianya.
6. Mampu memahami mengenai kompetensi manusia.
B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.
1. Pengertian nilai kejuangan
Nilai kejuangan adalah konsep yang berkenaan dengan sifat, mutu, keadaan tertentu yang berguna
bagi manusia dan kemanusiaan yang menyangkut upaya tak kenal lelah untuk tetap eksis secara
bermartabat. Dalam sejarah Indonesia nilai kejuangan dimaksudkan untuk menggambarkan daya
dorong perlawanan dan pendobrak yang mampu membawa bangsa ini untuk membebaskan dirinya
dari penjajahan Belanda dan Jepang. Jaman sekarang perjuangan diletakkan pada membebaskan diri
dari kemiskinan, kebodohan, penurunan kualitas mental/moral.
Alasan pengkaitan nilai kejuangan dengan sejarah perjuangan bangsa antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Nilai kejuangan yang melandasi perjuangan
bangsa Indonesia tercantum dalam Pancasila
dan UUD 45 yang menggambarkan daya
dorong perlawanan untuk bebas dari
penjajahan, berupa upaya dari generasi ke
generasi untuk mencapai kemerdekaan.
b. Nilai kejuangan para generasi sebelum kita
perlu diwariskan agar proses perkembangan Gambar 5.1 Nilai-Nilai Prinsip Perjuangan
Bangsa
dan pembangunan bangsa ini berlangsung
terus menerus dan tidak memudar.
2. Nilai-nilai prinsip yang diwariskan dalam perjuangan bangsa
berbagai jenis perjuangan telah dilakukan oleh pendiri-pendiri Bangsa Indonesia. Beberapa
nilai-nilai prinsip perjuangan bangsa terdapat dalam Pem-bukaan UUD 1945 dan batang tubuh
UUD 1945 dan Pancasila, sebagaimana yang tertera dalam gambar 5.1 di samping
3. Pengertian daya saing nasional dan alasan perlunya meningkatkan daya saing nasional
Daya saing nasional merupakan kemampuan bangsa Indonesia untuk menampilkan keunggulannya
dalam berbagai bidang sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki. Indonesia harus
memelihara dan meningkatkan daya saing nasional agar tetap eksis di mata bangsa lain untuk
menampilkan keunggulan dalam berbagai bidang (sesuai kemampuan dan potensi, serta sumber
daya yang dimiliki), selain itu pertumbuhan ekonomi bangsa akan semakin tergantung pada
kemampuan kita untuk bersaing dengan produk dari negara lain serta pembentukan ketahanan
nasional
4. Pengertian membangun karakter dan ciri-ciri suatu bangsa yang mempunyai karakter
Membangun karakter adalah suatu proses terus menerus yang dilakukan untuk :
a. Membentuk tabiat, watak dan sifat-sifat yang berlandaskan pada semangat pengabdian dan
kebersamaan.
b. Menyempurnakan karakter yang ada untuk mewujudkan karakter yang diharapkan.
c. Membina karakter yang ada sehingga menampilkan karakter yang kondusif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ciri-ciri bangsa yang mempunyai karakter adalah kejujuran, semangat, kebersamaan atau gotong
royong, kepedulian atau solidaritas, sopan-santun, persatuan dan kesatuan, kekeluargaan dan
tanggung jawab.
7. Landasan Hukum
Landasan hukum ketahanan nasional Indonesia, terutama yang berhubungan dengan
penanggulangan bencana adalah :
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
Pasal 26
Setiap orang berhak:
a. Mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat
rentan bencana;
b. Mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
c. Mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan
bencana.
d. Berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penyediaan
bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial; berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan dst
8. Pengertian Relawan
Relawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya
memberikan apa yang dimilikinya (pikiran, tenaga, waktu, harta, dsb) kepada masyarakat sebagai
perwujudan tanggung jawab sosialnya tanpa mengharapkan pamrih baik berupa imbalan (upah),
kedudukan, kekuasaan, kepentingan maupun karier.
9. Kelompok Relawan:
Beberapa kelompok relawan adalah sebagai berikut:
a. Relawan berasal dari individu
b. Kelompok masyarakat, contoh: Tagana, Tim SAR, ACT, PKPU, dsb
c. Kelompok lembaga usaha, contoh: Sampurna Rescue, Sinarmas, dll
d. Kelompok organisasi massa, contoh: NU (Banser/Ansor), Muhamadiyah, dll.
Kelompok Keahlian/Profesi
B.2 Rangkuman
1. Nilai kejuangan adalah konsep yang harus dipahami oleh masing-masing relawan
2. Pembangunan karakter adalah proses terus menerus untuk menjadi manusia yang lebih baik;
3. Relawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan
nuraninya memberikan apa yang dimilikinya (pikiran, tenaga, waktu, harta, dsb) kepada
masyarakat sebagai perwujudan tanggung jawab sosialnya tanpa mengharapkan pamrih baik
berupa imbalan (upah), kedudukan, kekuasaan, kepentingan maupun karier.
4. Jenis-jenis relawan adalah dari individu, masyarakat, lembaga usaha dan organisasi masa.
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan
jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40,
peserta tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan
pemahaman terhadap materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.
C. Glosarry
D. Referensi
2. Sunaryo Kartadinata. 2009. Mencari bentuk pendidikan bangsa. Artikel. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
3. Asmara, Nazir, Perang Rakyat Semesta, Medan: Bappit Cabang SU Deli, 1964.
6. Notosusanto, Nugroho, Pejuang dan Prajurit, Konsepsi dan Implementasi Dwifungsi ABRI,
Jakarta: Sinar Harapan, 1985.
7. Panitia Peringatan 75 tahun Kasman, Hidup itu berjuang, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
9. Pusdiklat. 2010. Wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
10. Tim Advisory Sony HK. 2008. Konsep Relawan. Jakarta: P2KP.
11. Palang Merah Indonesia. 2007. Pedoman Manajemen Relawan (KSR-TSR). Jakarta: PMI.
12. Widhiarso, W. (2009). Evaluasi soft skills dalam konteks pembelajaran. (online).
(http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/h-39/soft-skills-mahasiswa.html, diakses pada 18 September
2010).
Sub Modul 6
Perspektif Dan Implementasi Relawan di Indonesia
A. UMUM
Menjadi relawan adalah karya mulia yang
membutuhkan tenaga, pikiran, usaha, kemauan,
kemandirian, keberanian, pengorbanan, kejujuran,
ketulusan hati, dan cinta. Secara teori, relawan
merupakan seseorang atau sekelompok orang, yang
memiliki kemampuan dan kepedulian dalam bidang
sosial dan kemanusiaan, yang bekerja secara ikhlas
untuk kegiatan sosial dan kemanusiaan itu sendiri.
Oleh karena itu prinsip utama yang harus dipegang
oleh setiap relawan adalah keikhlasan dalam berusaha.
Sebagaimana relawan dalam bidang sosial dan kemanusiaan lainnya, relawan dalam bidang
kebencanaan juga merupakan tugas yang mulia, meskipun dalam pelaksanaannya akan
membutuhkan pengorbanan jiwa dan raga yang tidak bisa dinilai secara materi. Meskipun demikian,
seseorang yang merasa dirinya sebagai seorang relawan dalam bidang kebencanaan seringkali
belum memahami jatidirinya sebagai seorang relawan. Para relawan tersebut ada yang tidak
mengetahui persyaratan baku menjadi reawan, hak dan kewajibannya, hingga hak dan kewajiban
organisasi induknya.
Untuk itu diperlukan adanya suatu pembelajaran kepada para relawan mengenai perspektif dan
implementasi dari para relawan itu di Indonesia. Hal ini sangat penting karena ibarat peribahasa
tak kenal maka tak sayang," para relawan tersebut diharapkan akan semakin meningkat rasa
kepercayaan diri maupun kinerjanya apabila mereka mengenal dan memahami jatidirinya.
Pembelajaran itu dapat dilakukan melalui media modul yang salah satunya adalah modul ini yang
berisi mengenai perspektif dan implementasi relawan di Indonesia.
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah para peserta yang dalam
hal ini relawan diharapkan memiliki wawasan luas mengenai dunia kerelawanan, apresiasi yang
mendalam serta kebanggaan sebagai seorang relawan kebencanaan, sehingga para peserta dapat
memahami pengertian serta manfaat dari keikutsertaannya dalam kegiatan kerelawanan. Indikator-
indikator yang dapat dijadikan ukuran pemahaman para peserta terhadap materi dalam modul ini
adalah sebagai berikut:
(1) Peserta mampu memahami pengertian relawan.
(2) Peserta mampu memahami hak dan kewajiban relawan.
(3) Peserta mampu memahami skill yang harus dimiliki relawan.
(4) Peserta mampu memahami koordinasi dan komando relawan.
Konsep-konsep yang harus peserta pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
(1) Pengertian relawan.
(2) Hak dan kewajiban relawan.
(3) Skill yang harus dimiliki relawan.
(4) Koordinasi dan komando relawan.
Untuk membantu peserta memahami isi modul ini, peserta harus sudah menguasai pemahaman
minimal tentang materi dasar kebencanaan dan humanitarian character building sebagaimana telah
dibahas dalam modul-modul sebelumnya. Oleh karena itu, agar peserta dapat memahami isi modul
ini dengan cepat, peserta perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan materi 1 (satu) dan seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi sebaiknya peserta mengerjakan latihan-latihan, menjawab
soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor/nilai hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya
peserta tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor/nilai minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penyusun modul/fasilitator/pelatih.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) Memahami pengertian relawan, (2)
mampu memahami hak dan kewajiban relawan, (3) mampu memahami skill yang harus dimiliki
relawan, dan (4) peserta mampu memahami koordinasi dan komando relawan.
B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut:
1. Relawan adalah seseorang atau sekelompok orang, yang memiliki kemampuan dan kepedulian
dalam bidang sosial dan kemanusiaan, yang bekerja secara ikhlas untuk kegiatan sosial dan
kemanusiaan itu sendiri
2. Relawan Penanggulangan Bencana adalah seseorang atau sekelompok orang, yang memiliki
kemampuan dan kepedulian dalam penanggulangan bencana yang bekerja secara ikhlas untuk
kegiatan penanggulangan bencana.
3. Prinsip Kerja Relawan. Prinsip Kerja Relawan yang tangguh adalah Mandiri, Profesional,
Solidaritas, Sinergi dan Akuntabilitas.
4. Kewajiban Relawan PB. Relawan PB berkewajiban untuk:
a) Melakukan kegiatan PB.
b) Mentaati peraturan dan prosedur kebencanaan yang berlaku.
c) Menjunjung tinggi azas dan prinsip kerja relawan.
d) Mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan.
e) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan.
f) Menyediakan waktu untuk melaksanakan tugas kemanusiaan.
5. Hak Relawan PB. Selain mempunyai kewajiban, relawan PB juga memperoleh hak, yang
antara lain adalah sebagai berikut:
a) Mendapatkan pengakuan atas peran dan tugasnya sesuai ketrampilan dan keahliannya.
b) Mendapat pengetahuan tentang PB.
c) Mengundurkan diri sebagai relawan.
d) Hak sesuai dengan aturan atau ketentuan lembaga yang menaunginya.
6. Persyaratan Relawan
Persyaratan untuk menjadi relawan dibedakan menjadi 2 yaitu persyaratan umum dan persyaratan
khusus, yaitu:
Persyaratan Umum
a) WNI usia min. 18 tahun.
b) Sehat jasmani dan rohani.
c) Berdedikasi tinggi dalam kerelawanan.
d) Mandiri dan koordinatif.
e) Memiliki pengetahuan, keahlian dan ketrampilan tertentu dalam kebencanaan.
f) Tidak dalam masalah pidana dan subversi.
g) Punya lembaga induk pembina.
h) Telah mengikuti kegiatan pelatihan dasar PB.
7. Persyaratan Khusus. Persyaratan teknis relawan ditentukan dan diatur oleh masing-masing
pembina teknis.
8. Skill Yang Harus di miliki relawan yaitu standar minimal kemampuan relawan, bersertifikat
dalam hal:
a) Self-rescue.
b) Medical First Responder (MFR).
c) Mengenali Karakteristik bencana.
d) Memahami sphere project untuk aplikasi di Indonesia.
e) Memahami tahapan koordinasi.
Advance, bersertifikasi dalam salah satu bidang kedaruratan, misalnya:
a) Urban Search And Rescue (USAR).
b) Disaster command.
c) Menjalankan Incident Command System (ICS).
9. Pengerahan Relawan:
Relawan dapat dikerahkan dalam penanggulangan bencana melalui beberapa cara, antara lain yaitu:
a. Mandiri/swadaya (melakukan kegiatan kerelawanan secara mandiri, tetapi tetap patuh pada
etika kerelawanan PB
1) Individu.
2) Kelompok.
b. Pemerintah
1) Melalui induk organisasinya.
2) Melalui induk pembinanya.
3) Melalui pembina teknisnya. Gambar 6.1 Pengerahan Relawan Nasional
14. Pembinaan
a. Nasional BNPB menuju ke arah:
1) Peningkatan ketrampilan
2) Kompetensi
3) Kerjasama pendidikan dengan pihak asing/ketiga
4) Sosialisasi kepada BPBD dan lemaga-lembaga pembina nasional
b. Daerah:
1) Sosialisasi kepada lembaga pembina regional
2) Bintek pada potensi daerah
3) Peningkatan skill
4) Kompetensi
5) Regenerasi potensi daerah
15. Hak & Kewajiban Induk Organisasi.
Dibawah ini adalah hak dan kewajiban induk organisasi yang mengerahkan para relawan.
a. Kewajiban
1) Pembinaan kapasitas dan potensi relawan
2) Pembinaan jiwa korps, karakter dan kepemimpinan
3) Peningkatan kwalitas kelembagaan pembina
b. Hak
1) Mendapatkan fasilitasi peningkatan kompetensi anggotanya dari pemerintah
2) Mendapatkan perlindungan dan hak sama serta perlakuan setara antar sesama lembaga.
B.2 Rangkuman
1. Relawan adalah seseorang atau sekelompok orang, yang memiliki kemampuan dan kepedulian
dalam bidang sosial dan kemanusiaan, yang bekerja secara ikhlas untuk kegiatan sosial dan
kemanusiaan itu sendiri.
2. Kewajiban Relawan PB adalah Melakukan kegiatan PB, Mentaati peraturan dan prosedur
kebencanaan yang berlaku; Menjunjung tinggi azas dan prinsip kerja relawan; Mempunyai
bekal pengetahuan dan ketrampilan, Meningkatkan kapasitas dan kemampuan, dan
Menyediakan waktu untuk melaksanakan tugas kemanusiaan. Sedangkan hak relawan adalah
Mendapatkan pengakuan atas peran dan tugasnya sesuai ketrampilan dan keahliannya,
Mendapat pengetahuan tentang PB, Mengundurkan diri sebagai relawan, Hak sesuai dg aturan
atau ketentuan lembaga yang menaunginya
3. Persyaratan Relawan yaitu WNI usia min. 18 tahun, Sehat jasmani dan rohani, Berdedikasi
tinggi dalam kerelaanan, Mandiri dan koordinatif, Memiliki pengetahuan, keahlian dan
ketrampilan tertentu dalam kebencanaan, Tdk dlm masalah pidana dan subversi, Punya
lembaga induk pembina, dan telah mengikuti kegiatan pelatihan dasar PB
4. Skill yang harus dimiliki relawan terdiri atas Standar Minimal, certified dalam hal : Self-
rescue, MFR, Kenal Karakteristik bencana, Paham sphere project untuk aplikasi di Indonesia,
Tahu tahapan koordinasi; dan Advance, certified dalam salah satu bidang kedaruratan,
misalnya : USAR, Disaster comm., IAP dan menjalankan ICS.
B.3 Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang menurut anda paling benar.
1) Hal dibawah ini adalah prinsip kerja relawan, kecuali
a. Mandiri.
b. Solidaritas.
c. Tanggung jawab.
d. Akuntabilitas.
2) Salah satu hak relawan penanggulangan bencana adalah
a. Mendapatkan upah atas kerjanya
b. Mendapatkan pengakuan atas peran dan tugasnya
c. Memperoleh penambahan kewajiban atau pekerjaan
d. Ikut menentukan kebijakan penanggulangan bencana sehingga lebih efektif
3) Persyaratan umum untuk menjadi relawan adalah
a. WNI berusia minimal 24 tahun
b. WNI berusia minimal 22 tahun
c. WNI berusia minimal 19 tahun
d. WNI berusia minimal 18 tahun
4) Hal dibawah ini yang bukan cara pengerahan relawan yang dilakukan oleh pemerintah
a. Melalui kantor perwakilannya
b. Melalui induk organisasi induknya
c. Melalui induk pembinanya
d. Melalui pembina teknisnya
5) Yang termasuk kriteria komando relawan umum adalah
a. Secara prinsip mengikuti semua ketentuan pemerintah, dimana pelaksanaannya secara
mandiri
b. Pelaporan tetap harus dilakukan berkala untuk control deviasi di lapangan
c. a dan b salah
d. a dan b benar
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan jumlah
jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40, peserta tidak
dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan pemahaman terhadap
materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.
C. Glossary
1. Self-rescue: adalah usaha mempertahankan diri dengan usaha dan sarana yang ada di sekitarnya
hingga datangnya pertolongan (basarnas)
2. Medical First Responder/Pertolongan Pertama: adalah orang awam yang pertama kali
memberikan pertolongan di tempat kejadian yang sebelumnya telah terlatih secara medis.
3. SPHERE project: adalah inisiatif yang dilakukan oleh palang merah dan organisasi NGO untuk
menetapkan standar minimum untuk komunitas dunia dalam penanganan penanggulangan
bencana.
4. Urban search and rescue (USAR): adalah usaha penyelamatan yang melibatkan lokasi,
pengambilan, dan pertolongan medis pertama untuk korban yang terjebak dalam ruangan
sempit.
5. IAP: Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia.
6. Incident Command System (ICS): adalah standar sistem penanganan kejadian yang digunakan
oleh semua disiplin penanganan kedaruratan.
7. Bawah Kendali Operasi (BKO): adalah tugas perbantuan kepada instansi yang ditunjuk.
8. Jiwa korsa: dapat diartikan sebagai rasa persatuan, kekeluargaan, setia kawan, rasa tolong
menolong, bahu membahu, rasa memiliki bersama, dan rasa persaudaraan yang sangat erat.
D. Referensi
1. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
2. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
3. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2007 tentang pendanaan dan
pengelolaan bantuan bencana. Sekretariat Negara. Jakarta
4. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2007 tentang Peran Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah. Sekretariat Negara. Jakarta
5. Republik Indonesia. 2008. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan BNPB.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Sub Modul 7
Perencanaan Penanggulangan Bencana
A. UMUM
Penanggulangan bencana di Indonesia saat
ini bukanlah merupakan tugas dari pemerintah
pusat dan pemerintah daerah saja, namun
merupakan tugas seluruh masyarakat, termasuk
dunia usaha. Oleh karena itu untuk menciptakan
kegiatan penanggulangan bencana yang efektif dan
efisien perlu diciptakan sebuah perencanaan yang
matang. Perencanaan ini dapat dimulai dari tahap
pra bencana, terjadinya bencana, dan pasca bencana.
Untuk itu diperlukan adanya suatu pembelajaran kepada para relawan mengenai perencanaan
penanggulangan bencana di Indonesia. Hal ini penting karena dengan terampilnya para relawan
dalam merencanakan penanggulangan bencana maka diharapkan proses penanggulangan bencana
menjadi lebih efektif dan efisien, serta dampak bencana yang ditimbulkan dapat diminimalisasi.
Pembelajaran itu dapat dilakukan melalui berbagai media yang salah satunya adalah dengan
menggunakan modul relawan. Modul ini berisi mengenai kegiatan perencanaan penanggulangan
bencana di Indonesia.
Kompetensi umum yang diharapkan setelah mempelajari modul ini ialah para relawan
diharapkan memiliki wawasan perencanaan penanggulangan bencana di Indonesia sehingga dapat
memahami pengertian serta manfaat dari keikutsertaannya dalam kegiatan kerelawanan. Indikator
yang dapat dijadikan ukuran pemahaman para relawan terhadap materi dalam modul ini yaitu
peserta memahami:
(1) Sistem nasional penanggulangan bencana.
(2) Ruang lingkup penanggulangan bencana.
(3) Pengenalan dan pengkajian bahaya/ancaman.
(4) Risiko, bahaya, ancaman, dan kerentanan.
(5) Kebijakan dan strategi penanggulangan bencana.
(6) Peran dan potensi masyarakat dalam penanggulangan bencana.
(7) Perencanaan kontinjensi, operasi darurat dan pemulihan.
Konsep-konsep yang harus relawan pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
(1) Sistem nasional penanggulangan bencana.
(2) Ruang lingkup penanggulangan bencana.
(3) Pengenalan dan pengkajian bahaya/ancaman.
(4) Risiko, bahaya, ancaman dan kerentanan.
(5) Kebijakan dan strategi penanggulangan bencana.
(6) Peran dan potensi masyarakat dalam penanggulangan bencana.
(7) Perencanaan kontinjensi, operasi darurat dan pemulihan.
Untuk membantu relawan memahami isi modul ini dengan cepat, relawan perlu melakukan
hal-hal sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan
seterusnya.
(2) Jika relawan mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman relawan atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya relawan mengerjakan
latihan-latihan dan menjawab soal-soal. Kemudian cocokkan jawaban relawan dengan kunci
jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor/nilai hasil belajar relawan masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya
relawan tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga mendapat skor/nilai minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penyusun modul/fasilitator/pelatih.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini relawan diharapkan dapat: (1) Memahami mengenai sistem
nasional penanggulangan bencana, (2) Memahami ruang lingkup penanggulangan bencana, (3)
Mengetahui pengenalan dan pengkajian bahaya/ancaman, (4) Mengetahui risiko, bahaya, ancaman
dan kerentanan, (5) Memahami Kebijakan dan strategi penanggulangan bencana, (6) Memahami
Peran dan potensi masyarakat dalam penanggulangan bencana, dan (7) Memahami Perencanaan
kontinjensi, operasi darurat dan pemulihan.
B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.
b. Pasal 6
1) Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
merupakan bagian dari perencanaan pembangunan.
2) Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
berdasarkan hasil analisis risiko bencana dan upaya penanggulangan bencana yang
dijabarkan dalam program kegiatan penanggulangan bencana dan rincian anggarannya.
3) Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana.
b) Pemahaman tentang kerentanan masyarakat.
c) Analisis kemungkinan dampak bencana.
d) Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana.
e) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana.
f) Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
B.2 Rangkuman
1. Rencana Penanggulangan Bencana dititikberatkan pada rencana yang disusun pada saat situasi
normal. Oleh karena itu pada tahap ini masih cukup banyak waktu untuk merencanakan semua
kegiatan yang meliputi dari 4 (empat) tahap dalam penanggulangan bencana.
2. sifat dari Rencana Penanggulangan Bencana ini adalah : lintas tahapan (multi phase), lintas
ancaman (multi hazard), lintas pelaku (multi stakeholder).
3. Rencana penanggulangan disusun bersama pemangku kepentingan yang terkait dengan
penanggulangan bencana dan dikoordinasikan oleh BNPB, BPBD Propinsi dan, BPBD
Kabupaten/ Kota. Langkah pertama kali yang dilakukan adalah pengenalan bahaya yang
mengancam daerahnya.
4. Pengenalan dan pengkajian bahaya/ancaman dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
Pertama, melihat topografi daerahnya (apakah terdapat gunung api aktif yang mengancam, atau
daerah pantai dan patahan yang akan mengancam). Kedua, Berkoodinasi dengan instansi-
instansi yang secara teknis membidangi pemantauan dan pengamatan bahaya/ancaman bencana
seperti BMG dan Dinas ESDM. Ketiga, Inventarisasi bahaya yang mengancam dari hasil
koordinasi dan pengenalan bahaya/ancaman di daerahnya.
B.3 Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang menurut anda paling benar.
1. Titik berat rencana penanggulangan bencana adalah pada 4 tahap penanggulangan, maka sifat
dari Rencana Penanggulangan Bencana adalah sebagai berikut, kecuali :
a. Lintas tahapan (multi phase).
b. Lintas ancaman (multi hazard).
c. Lintas sektoral (multi sector).
d. Lintas pelaku (multi stakeholder).
2. Yang merupakan tindakan pencegahan dan mitigasi adalah:
a. Membuat peraturan, peta rawan, pembatan dam dll.
b. Perbaikan sarana.
c. Menyiapkan posko bantuan.
d. Perencanaan kontinjensi.
3. Berikut ini adalah berbagai sumber yang dapat digunakan dalam melakukan identifikasi terhadap
ancaman bencana, kecuali:
a. Catatan media massa.
b. Data iklim dan cuaca.
c. Catatan sipil.
d. Catatan kecelakaan.
4. Suatu kondisi, secara alamiah maupun karena ulah manusia, dan berpotensi menimbulkan
kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia adalah merupakan pengertian dari :
a. Risiko Bencana.
b. Bahaya (hazard).
c. Kerentanan (vurnability)
d. Mitigasi.
5. Yang dimaksud dengan kerentanan masyarakat adalah :
a. Suatu kondisi tertentu yg menunjukkan ketidakmampuan menghadapi bencana risiko
bencana.
b. Kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan) terhadap bencana.
c. Kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat).
d. kemampuan finansial masyarakat dalam menghadapi ancaman di wilayahnya.
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor relawan dengan mengalikan
jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor relawan masih di bawah 40,
relawan tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan
pemahaman terhadap materi ini hingga relawan benar-benar memperoleh skor di atas 40.
C. Glossary
D. Referensi
A. UMUM
Saat tanggap darurat bencana merupakan masa
yang membutuhkan tenaga dan pikiran bagi relawan
terutama dalam mengantisipasi dampak terburuk dari
terjadinya bencana. Kegiatan utama dari para relawan
pada saat tanggap darurat ini adalah kegiatan evakuasi
para korban, oleh karena itu diperlukan semangat kerja
serta jiwa kemanusiaan yang besar dari para relawan.
Meskipun pada masa tanggap darurat ini
kegiatan apapun yang dilakukan oleh para relawan adalah kegiatan yang baik, namun alangkah
baiknya apabila kegiatan-kegiatan penyelamatan dan evakuasi yang dilakukan para relawan tersebut
dikelola dengan baik melalui sebuah manajemen kedaruratan dalam masa tanggap darurat. Untuk
itu diperlukan adanya suatu pembelajaran kepada para relawan mengenai kegiatan pengelolaan atau
manajemen kedaruratan pada saat tanggap darurat. Hal ini sangat penting karena dengan adanya
sebuah manajemen kedaruratan yang baik, para relawan dapat bekerja dan melakukan perannya
secara baik, efektif dan efisien. Pembelajaran itu dapat dilakukan melalui media modul, misalnya
adalah modul ini yang berisi mengenai manajemen dan mekanisme pengerahan relawan pada masa
tanggap darurat.
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah para peserta yang dalam
hal ini relawan diharapkan memiliki pengetahuan mengenai perannya pada saat tanggap darurat
bencana serta membekali mereka ilmu pengelolaan bencana terutama pada saat evakuasi tanggap
darurat bencana. Indikator yang dapat dijadikan ukuran pemahaman para peserta terhadap materi
dalam modul ini, dapat dirasakan apabila para peserta, dapat:
(1) Memahami kondisi tanggap darurat.
(2) Memahami permasalahan pada saat tanggap darurat.
(3) Memahami tujuan manajemen kedaruratan.
(4) Memahami penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat.
(5) Memahami peran relawan pada masa tanggap darurat.
(6) Memahami mekanisme pengerahan relawan pada masa tanggap darurat.
Konsep yang harus dipahami dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
(1) Definisi tanggap darurat.
(2) Permasalahan pada saat tanggap darurat.
(3) Tujuan manajemen kedaruratan.
(4) Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat.
(5) Peran relawan pada masa tanggap darurat.
(6) Mekanisme pengerahan relawan pada masa tanggap darurat.
Untuk membantu memahami isi modul ini dengan cepat, peserta perlu melakukan hal-hal
sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya peserta mengerjakan
latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci
jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya peserta
tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penulis modul.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) Memahami tanggap darurat, (2)
Memahami permasalahan pada saat tanggap darurat, (3) Memahami tujuan manajemen kedaruratan,
(4) Memahami Penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, (5) Memahami peran relawan
pada masa tanggap darurat, dan (6) Memahami mekanisme pengerahan relawan pada masa tanggap
darurat.
B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.
1. Tanggap Darurat.
Adalah: Serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan.
3. Komando.
Fungsi perintah didasarkan atas sistem
hirarki suatu organisasi yang dilakukan
secara vertikal.
C. Glosary
1. Relawan PB : Seorang/kelompok orang yang memiliki kemampuan & kepedulian dalam
PB yang bekerja secara iklas untuk kegiatan PB.
2. Donasi : Salah satu bentuk relawan dalam bentuk dana, barang atau fasilitas.
D. Referensi
1. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
2. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
3. Republik Indonesia. 2008. Peraturan Kepala BNPB No. 9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap
Tim Reaksi Cepat Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
Sub Modul 9
Peran Relawan Dalam Aspek Logistik dalam
Penanggulangan Bencana
A. UMUM
Relawan mempunyai banyak peran ketika terjadi
bencana, saat tanggap darurat maupun pada saat pasca
bencana. Pada saat tanggap darurat, relawan dituntut
untuk secara cepat dan tepat bertindak karena mereka
diharapkan dapat meminimalkan dampak buruk yang
ditimbulkan bencana. Begitu juga pada saat pasca
bencana, relawan diharapkan dapat membantu dalam
kegiatan pemulihan dini.
Untuk melengkapi peran relawan saat tanggap darurat dan pasca bencana, relawan tersebut
juga diberikan tugas dalam hal pemberian dukungan logistik pada saat bencana bagi siapa saja yang
membutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa peran relawan pada saat bencana sangat dibutuhkan,
oleh karena itu wajar kiranya bila relawan secara intensif, berkelanjutan dan berjenjang diberikan
pelatihan kebencanaan, baik secara teoritis maupun praktis.
Secara garis besar, pada saat tanggap darurat beberapa hal yang patut diketahui oleh relawan
antara lain adalah permasalahan pada saat tanggap darurat dan tujuan manajemen kedaruratan serta
ilmu penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat.
Lebih lanjut, pada saat pasca bencana, relawan perlu untuk diberikan pengetahuan mengenai
penanggulangan bencana pasca-bencana, kegiatan-kegiatan dalam pemulihan dini, penilaian
kerusakan dan kerugian maupun pengetahuan mengenai peran kader masyarakat dan pemberdayaan
masyarakat.
Sedangkan pengetahuan mengenai dunia logistik bencana yang wajib harus diketahui oleh
relawan antara lain adalah pengetahuan mengenai kebijakan logistik dan peralatan dalam
penanggulangan bencana. Hal ini perlu diketahui oleh relawan, sebab mereka akan membantu pada
setiap lini, baik pada saat pra bencana, saat terjadi bencana maupun pasca bencana sehingga mereka
akan selalu berhadapan dengan masyarakat yang terkena bencana dan membutuhkan dukungan
logistik secara intensif.
Oleh karena itu, kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah peserta
yang dalam hal ini relawan diharapkan memiliki pengetahuan mengenai peran mereka pada saat
tanggap darurat, pada saat pasca bencana hingga ketika mereka melakukan distribusi dan
menangani logistik bencana, sehingga peserta dapat memahami peran dan fungsi keikutsertaannya
dalam kegiatan kerelawanan bencana. Indikator yang dapat dijadikan ukuran pemahaman peserta
terhadap materi dalam modul ini, apabila:
(1) Peserta mampu memahami kebijakan logistik dan peralatan dalam penanggulangan bencana.
(2) Peserta memahami pedoman penyelenggaraan logistik dan peralatan di daerah.
Konsep-konsep yang harus peserta pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
(1) Kebijakan logistik dan peralatan dalam penanggulangan bencana.
(2) Pedoman penyelenggaraan logistik dan peralatan di daerah.
(3) Peran relawan dalam logistik dan peralatan bencana.
Agar peserta dapat memahami isi modul ini dengan cepat, peserta perlu melakukan hal-hal
sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya peserta mengerjakan
latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci
jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya peserta
tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penulis modul.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) memahami kebijakan logistik
dan peralatan dalam penanggulangan bencana dan (2) memahami pedoman penyelenggaraan
logistik dan peralatan di daerah, (3) memahami peran relawan dalam logistik bencana.
B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.
1. Pendahuluan
Wilayah Negara Kesatuan RI merupakan wilayah yang rawan bencana sehingga pemerintah
NKRI bertanggung jawab untuk memberi perlindungan. Penyelenggaraan Penanggungan bencana
di Indonesia terdiri atas upaya penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko bencana,
pencegahan, tanggap darurat dan pemulihan dini yang pada akhirnya berdampak munculnya
kebutuhan logistik.
3. Dasar Hukum
Dasar acuan pemberian materi mengenai penyelenggraan logistic dan peralatan ini adalah
sebagai berikut:
a. Undang Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
b. Perpres No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
c. PP RI No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
d. PP RI No. 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana.
e. PP RI No. 23 Tahun 2008 tentang Peran serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing non
Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana.
f. Peraturan Kepala BNPB No. 3 Thn 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah.
g. Peraturan Kepala BNPB No. 12 Thn 2009 Pedoman Kajian Pembentukan UPT.
h. Peraturan Kepala BNPB No.13 Thn 2009 tentang Pedoman Sistem Logistik dan Peralatan PB
i. Peraturan Kepala BNPB No.14 Thn 2009 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelatihan
Penanggulangan Bencana.
Prosedur Bantuan/Permintaan
Dibawah ini adalah gambar 9.1 yang menunjukkan prosedur bantuan atau permintaan
Pengertian UPT: Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unit organisasi BNPB yang
melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah regional yang menunjang PB.
Tugas Pokok UPT antara lain adalah :
a. Mempercepat bantuan PB.
b. Penyelenggaraan pelatihan > basis masyarakat.
c. Pusat informasi.
d. Memperpendek & mempererat hubungan BNPB & BPBD.
e. Perencanaan, Pengawasan dan Pelaporan di bidang anggaran dan program.
Fungsi UPT adalah sebagai berikut :
a. Titik kontak.
b. Koordinator pelaksanaan.
c. Sistem bantuan memdukung perlindunngan, penyelamatan & HAM.
d. Pusat informasi, verifikasi & evaluasi.
Tanggung jawab UPT adalah sebagai berikut:
a. Menjamin sistem manajemen PB mendapat dukungan dari BNPB.
b. Meningkatkan koordinasi bantuan logistik & peralatan, penyelenggaraan pelatihan PB,
Penghimpunan informasi bencana dengan pusat-pusat PB, BPBD, Instansi/ Lembaga dan
Pemda.
c. Komunikasi dan koordinasi informasi.
d. Meningkatkan kapasitas organisasi struktural.
Penyebaran Titik Distribusi UPT di seluruh Indonesia adalah:
1. Sumut Medan
2. Sumsel Palembang
3. NTT Kupang
4. Kalbar Pontianak
5. Kaltim Balikpapan
6. DKI Jakarta DKI Jakarta
7. Sulut Menado
8. Jatim Surabaya
9. NTB Mataram
10. Sulsel Makasar
11. Maluku Ambon
12. Papua Jayapura
B.2 Rangkuman
1. Tuntutan Dukungan Logistik Kemampuan sumber logistik & peralatan dipengaruhi oleh:
Kemamapuan sumber nasional, Kemampuan produksi sendiri, Gudang & Pemeliharaan, Sarana
& prasarana, & transparans, Kuantitas & kualitas, Administrasi dan dana.
2. Kemampuan logistik & peralatan mobilitas tinggi dengan cara: Penyebaran instalasi, Satuan
tugas logistik & peralatan di lapangan, Kecepatan bertindak, Penentuan jalur
3. Prinsisp Pola Dukungan Logistik & Peralatan: Cepat dan tepat, Prioritas, Koordinasi dan
keterpaduan, Transparansi & akuntabilitas, Kemitraan, Pemberdayaan, Non Diskriminasi, Non
Proletisi
4. Penyelenggaraan Operasional Manajemen Logistik dan Peralatan yaitu:Pertama, Pengelolaan
pengadaan logistik dan peralatan. Kedua, tanggung jawab dalam sistem logistik dan peralatan.
Ketiga, dukungan posko. Keempat, koordinasi dengan unit-unit/ badan-badan logistik lainnya.
Kelima, koordinasi dengan pusat operasi dinas/ departemen/ instansi dll.
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan
jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40,
peserta tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan
pemahaman terhadap materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.
C. Glossary
1. Pemulihan dini (early recovery): adalah pemulihan awal sejak terjadinya bencana
2. Perka BNPB: Peraturan Kepala BNPB
3. Damage and lost assessment (DaLA): adalah kajian untuk menghitung kerusakan setelah
bencana, ini adalah langkah penting pasca bencana sebelum rehabilitasi dan rekonstruksi
dilakukan oleh pemerintah.
4. Metode ECLAC: adalah metode Economic Commission for Latin America and the Caribbean
untuk menghitung kerusakan dan kerugian dampak bencana. Metode ini sudah digunakan sejak
tahun 1973 di Amerika Latin dan telah digunakan untuk menilai kerusakan dan kerugian
berbagai pascabencana di dunia.
5. Post-disaster Need Assassment (PDNA): adalah kajian yang dilakukan untuk mengumpulkan
informasi dampak bencana dari berbagai sektor ke dalam sebuah laporan yang komprehensif.
6. Social and cultural landscape: adalah aspek sosial dan masyarakat.
D. Referensi
1. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
2. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
3. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2007 tentang pendanaan dan
pengelolaan bantuan bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
4. Republik Indonesia. 2008. Peraturan Kepala BNPB No. 13 Tahun 2008 tentang Pedoman
Manajemen Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
Sub Modul 10
Peran Relawan Saat Pemulihan
Penanggulangan Bencana
A. UMUM
Bencana yang terjadi dalam suatu
wilayah sangat membutuhkan perhatian khusus
dalam penanganannya terutama oleh
pemerintah daerah setempat serta dukungan
dari pemerintah provinsi serta pemerintah
pusat. Dalam penanganannya banyak
membutuhkan dana dan tenaga apalagi jika
kondisi pasca bencana banyak menimbulkan
korban serta kerusakan fisik sarana dan prasarana. Peran relawan saat penanggulangan bencana
sangat dibutuhkan, untuk itu relawan perlu diberikan pengetahuan dasar mengenai berbagai pola
penanganan pada saat tanggap darurat maupun saat pemulihan.
Modul ini lebih menitikberatkan peran relawan pada saat pemulihan dini dimana suatu
wilayah yang terkena bencana harus segera diberikan perlakuan penanganan agar aspek sosial
ekonomi dapat terus berjalan. Dalam modul sebelumnya (modul peran relawan saat tanggap
darurat) dijelaskan bahwa kondisi tanggap darurat ditetapkan dalam kurun waktu tertentu oleh
Pemda, sedangkan kondisi setelah masa tanggap darurat berakhir disebut dengan kondisi pasca
bencana. Pemulihan pada saat pasca bencana lebih tergantung kepada kemampuan pemerintah
dalam membangun kembali secara permanen sarana dan prasarana yang rusak, namun pada masa-
masa awal peralihan dari saat tanggap darurat ke saat pasca bencana yang biasa disebut masa
pemulihan dini (early recovery) sangat banyak membutuhkan tenaga relawan terutama dalam
membantu membangun kembali permukiman masyarakat serta sarana-sarana vital lainnya.
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah anda diharapkan
memiliki wawasan luas, kemampuan dalam memahami tugas dan fungsi anda sebagai relawan
penanggulangan bencana terutama pada saat pemulihan dini. Indikator-indikator yang dapat
dijadikan ukuran pemahaman anda terhadap materi dalam modul ini yaitu:
(1) Mampu memahami pentingnya Undang undang nomor 24 tahun 2007 mengenai
penanggulangan bencana saat pasca bencana.
(2) Memahami aturan pelaksanaan pemulihan pasca bencana sesuai dengan Peraturan Kepala
BNPB No.11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana.
(3) Memahami konsep penilaian dan kerugian pasca bencana.
(4) Memahami peran kader masyarakat dan pemberdayaan masyarakat saat pasca bencana.
Konsep-konsep yang harus anda pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
(1) Undang Undang Nomor 24 tahun 2007 mengenai penanggulangan bencana.
(2) Peraturan Kepala BNPB No.11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pasca Bencana.
(3) Metode penilaian kerusakan dan kerugian.
(4) Peran kader masyarakat dan pemberdayaan masyarakat.
Untuk membantu anda memahami isi modul ini, anda harus sudah menguasai pemahaman
minimal tentang modul sebelumnya. Oleh karena itu, agar anda dapat memahami isi modul ini
dengan cepat, anda perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan seterusnya.
Sebelum anda benar-benar paham tentang materi pada tahap awal, jangan membaca materi
pada halaman berikutnya. Lakukan pengulangan sampai anda benar-benar memahaminya.
(2) Jika anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman anda atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu untuk
memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya anda mengerjakan
latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban anda dengan kunci
jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor/nilai hasil belajar anda masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya anda
tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Memperkaya pemahaman dengan membandingkan materi ini dengan rujukan yang bersumber
dari peraturan pemerintah yang berkaitan dengan penanggulangan bencana.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) Memahami pentingnya UU
24/2007 mengenai Penanggulangan Bencana dalam pemulihan penanggulangan bencana, (2)
Memahami penanggulangan bencana pasca-bencana, (3) Mengetahui mekanisme bantuan sosial
berpola hibah, dan (4) Menyebutkan dan memahami peran kader masyarakat & pemberdayaan
masyarakat.
B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.
1. Undang Undang nomor 24 tahun 2007
Kronologis dari diterbitkannya undang-undang ini adalah berbagai kejadian bencana di tanah
air, dimana belum ada lembaga khusus yang menangani kebencanaan.
Sketsa dibawah menunjukkan bahwa masih terdapat jarak (gab) antara fase tanggap darurat
dengan fase pasca bencana, dan kondisi ini sedemikian rupa harus dipersempit dengan kata lain
early recovery sangat dibutuhkan sesegera mungkin dalam mengembalikan kondisi perekonomian
masyarakat.
Gambar 10.4 Gap Pada Masa Pemulihan Dini Gambar 10.5 Penambahan Waktu Pemulihan Dini
untuk Menghilangkan Gap
Rehabilitasi
Rekonstruksi (Build Back Better)
Beberapa kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang dijelaskan dalam Perka No.11/2008
adalah sebagai berikut:
a. Penilaian Kerusakan
Secara umum penilaian dalam metoda ini
dikelompokkan menjadi lima bagian yaitu :
Gambar 2.6 Asap Tebal Ketika
1) Sektor Permukiman. Gunung Api Meletus
2) Sektor Infra struktur.
3) Sektor Ekonomi Produktif.
4) Sektor Sosial.
5) Sektor Lainnya (pemerintahan dll).
Masing masing sektor diatas juga merupakan Gambar 10.7 Metode Penilaian Kerusakan
gabungan dari beberapa sub sektor yaitu:
B.2 Rangkuman
1. Undang undang nomor 24 tahun 2007 mengenai penanggulangan bencana merupakan turunan
dari undang undang 1945 yang didalamnya menyebutkan bahwa tugasatau tujuan negara antara
lain melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta
memajukan kesejahteraan umum dari tujuan negara ini terdapat salah satu pasal yang berbunyi
setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan dan hak-hak dasar, termasuk
perlindungan dan hak-hak untuk bebas dari rasa takut, ancaman, risiko, ataupun dampak dari
suatu bencana.
2. Penanggulangan bencana secara umum dibagi menjadi tiga tahapan yaitu pra bencana, saat
terjadi bencana atau sering disebut tanggap darurat dan terakhir pasca bencana. Dalam tahap
pasca bencana terdiri dari periode pemulihan dini, rehabilitasi dan rekonstruksi.
3. Penilaian kerusakan dan kerugian diatur dalam peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2008
tentang penilaian kerusakan dan kerugian (pasal 56 dan 75).
4. Metode penilaian DaLA dirinci menurut penilaian faktor kerusakan fisik yang terdiri dari 5
sektor (permukiman, infra struktur, ekonomi produktif, sosial dan sestor lainnya). Sedangkan
faktor kerugian dihitung biaya yang terpaksa dikeluarkan sebagai dampak tidak langsung
terjadinya bencana.
5. Tahap akhir dalam penanggulangan bencana harus memperhatikan Peran masyarakat / relawan
serta pemberdayaannya, hal ini diasumsikan karena :
a. Masyarakat tidak saja sebagai korban, tetapi juga pelaku aktif (pelibatan dan
pemberdayaan masyarakat)
b. Kegiatan rehab rekon merupakan gerakan dalam masyarakat dalam kelompok swadaya
masyarakat
c. Memanfaatkan kearifan lokal dengan melihat kondisi sosial budaya masyarakat stempat.
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan
jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40,
peserta tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan
pemahaman terhadap materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.
C. GLOSSARY
1. Rehabilitasi : Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat
sampai tingkat yang memadai.
2. Rekonstruksi : Pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, serta kelembagaan
pada wilayah pascabencana.
3. Kerusakan : Nilai semua barang yang rusak sebagai akibat langsung dari terjadinya suatu
bencana.
4. Kerugian : Biaya yang ditimbulkan sebagai akibat tidak langsung dari terjadinya suatu
bencana.
D. REFERENSI
1. Undang Undang nomor 24 tahun 2007 mengenai Penanggulangan Bencana.
2. Peraturan Pemerintah No. 21 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
3. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2008 tentang Pendanaan Penanggulangan Bencana.
4. Peraturan Kepala BNPB No. 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pasca Bencana.
5. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
6. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
7. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2007 tentang pendanaan dan
pengelolaan bantuan bencana. Sekretariat Negara. Jakarta
8. Republik Indonesia. 2008. Peraturan Kepala BNPB No. 11 Tahun 2008 tentang Pedoman
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Paska Bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
9. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2007 tentang Peran Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah. Sekretariat Negara. Jakarta
10. Republik Indonesia. 2008. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan BNPB.
Sekretariat Negara. Jakarta.
11. ECLAC (Economic Comission for Latin America and The Carribean). 2003. Handbook for
Estimating Socio-economic and Environmental Effects of Disasters. Colombia: United Nations.
Sub Modul 11
Dapur Umum dan Tempat Tinggal Sementara
(Shelter)
A. UMUM
Manusia pada umumnya memiliki tiga unsur
kebutuhan dasar dalam kehidupannya, yaitu kebutuhan
sandang, pangan dan papan. Dari ketiga kebutuhan
dasar manusia tersebut, ada dua unsur yang terpenting
yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan dan tersedianya
hunian yang layak.
Kedua unsur ini akan sangat sulit terwujud
tatkala terjadi bencana yang cukup besar disuatu
daerah, seperti bencana gempa bumi, bencana tsunami, bencana banjir dan lain sebagainya.
Kemudian untuk mengatasi kesulitan tersebut maka perlu dipahaminya bagaimana mengatur pola-
pola hunian sementara (shelter) agar dapat mudah dikontrol dan sesuai dengan kebutuhan
pengungsi.
Pengaturan manajemen shelter yang harus diperhatikan adalah tersedianya fasilitas-fasilitas
publik didalam lingkup blok hunian seperti sekolah, tempat ibadah, unit mandi cuci kakus (MCK)
yang terpisah, area bermain anak-anak, area olah raga, dapur umum, dan klinik. Tujuannya agar
hak-hak hidup pengungsi tidak ada yang tereduksi.
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah diharapkan peserta
mampu merencanakan/mengatur pembuatan penampungan sementara yang memadai (termasuk
suplai makanan, air bersih dan MCK). Menunjang tercapainya kompentensi yang harus dimiliki
oleh peserta didik.
Konsep-konsep yang harus anda pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
(1) Pengertian camp shelter dan dapur umum.
(2) Prinsip Dasar camp/shelter dan dapur umum.
(3) Faktor-faktor pengelolaan.
(4) Pembangunan dan penempatan korban bencana.
(5) Perhitungan kemampuan dapur umum.
Untuk membantu anda memahami isi modul ini, anda harus sudah menguasai pemahaman
minimal tentang tali temali, pemasangan tenda, dan masak-memasak. Oleh karena itu, agar peserta
dapat memahami isi modul ini dengan cepat, peserta perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan
seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya peserta mengerjakan
latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci
jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya peserta
tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penulis modul.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar dari pelatihan ini adalah agar peserta mampu memahami prinsip dasar
camp/shelter dan dapur umum. Peserta mampu memahami faktor-faktor Pengelolaan, pembangunan
dan penempatan korban bencana. Peserta mampu memahami perhitungan kemampuan dapur umum.
B.1. Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.
1. Prinsip Dasar
a. Memenuhi syarat/standar minimum atau sphere standard yang disesuaikan dengan kondisi
Indonesia.
b. Pengelolaan, Pembangunan dan Penempatannya menganut pendekatan pada faktor-faktor:
1) Kemudahan geografis/medan.
2) Kemampuan dapur umum/kapasitas memasak.
3) Kemudahan dalam mengendalikan/menjaga kebersihan dari limbah-limbah akibat
penampungan atau shelter.
4) Hygienisitas Hunian:
a) Tidak boleh mengganggu lingkungan/permukiman yang telah ada sebelumnya
b) Menata dan mengelola camp atau hunian sementara/Penampungan tidak dapat
dipisahkan dengan kemampuan dapur umum, begitu juga sebaliknya.
2. Kemudahan Geografis
a. Pemilihan Lokasi Harus Tepat dan Mudah Untuk:
1) Dijangkau karena faktor medan (terrain) dan akses jalan/transpotasi yang baik dan relatif
baik.
2) Setidaknya punya koneksitas masuk dalam sistem jaring ekonomi level kecamatan untuk
memudahkan recovery.
3) Akan lebih baik bila bisa menempatkan area shelter pada daerah aliran sungai namun pada
elevasi dataran di atas 10 meter dari muka sungai dan mempunyai kondisi tanah yang stabil.
4) Tidak mudah banjir dan segera kering setelah hujan.
5) Bukan lokasi yang mudah longsor atau daerah yang mudah tertimbun longsor.
.
3. Kemampuan Dapur Umum
Secara mudah cara menentukannya adalah sebagai berikut, misal:
Sebuah perangkat kerja dapur umum lapangan memilki kemampuan sebagai berikut:
a. Kemampuan dalam tiap kali memasak adalah: 750 Porsi makanan siap saji maka apabila jumlah
pengungsi di tempat tersebut:
Kurang dari 750 orang : 1 dapur umum (ada dasarnya?)
750 1500 orang : 2 dapur umum, dst
Pengertian 750 orang atau 750 porsi untuk sekali memasak matang siap saji, harus sudah
termasuk makanan untuk petugas pengurus camp.
Semua aktivitas memasak makanan siap saji harus dilakukan dalam satu kali masak untuk
tiap periode waktu makan. Periode makan yaitu: sarapan pagi, makan siang dan makan sore/malam.
Sedangkan kegiatan memasak diluar periode waktu makan hanya dilakukan untuk:
1) Makanan tambahan bagi lansia dan pekerja ekstra dalam tugas-tugas bencana.
2) Makanan untuk balita (support facility).
3) Masak air minum.
Standar makanan untuk hunian sementara/shelter harus mengacu kepada
1) Standard SPHERE.
2) Standar BNPB.
b. Pengaturan hunian
Di dalam tata kelola hunian sementara/shelter/camp pada tahap pengungsian, di Indonesia
selalu digunakan sebagai berikut:
1) Tenda peleton.
2) Tenda regu.
3) Tenda rumah.
Di dalam mengatur tata kelola hunian sementara menggunakan tenda Peleton maka yang
perlu diperhatikan adalah:
1) Kapasitas tenda (yang layak) dapat diisi 30 orang dengan veltbed / 45 org tanpa velbed
menggunakan alas tidur
2) Tenda regu digunakan untuk kantor sementara/posko.
Blok Hunian
Blok Hunian terdiri dari:
sepasang tenda
2 x 30-45 org
30-45 org Wanita
30-45 org Pria
Jadi misalnya 600 org pengungsi maka bisa
menjadi:
dengan Veltbed 600 = 10 blok @ 60 org/blok
30 x 2
dengan Tikar 600 = 6-7 blok @ 90 org/blok
45 x 2
Kalau kita ambil patokan: 600-750 org pengungsi, Gambar 11.1 Skema Blok Hunian
maka akan terjadi/terdapat 10-12 blok yang terdiri dari:
2 x 30 org/tenda atau 6-7 blok @ 2 tenda x 45 org/tenda. Untuk panitia dalam 1 area
hunian/10 blok hunian: maximum 10 orang.
B.2 Rangkuman
1. Pengelolaan, pembangunan, dan penempatan dapur umum dan shelter menganut pendekatan
pada faktor-faktor:
a. Kemudahan geografis/medan.
b. Kemampuan dapur umum/kapasitas memasak.
c. Kemudahan dalam mengendalikan/menjaga kebersihan dari limbah-limbah akibat
penampungan atau shelter itu.
2. Pemilihan lokasi camp shelter harus tepat dan mudah.
3. Sebuah blok hunian harus seimbang dengan kapasitas dapur umum, apabila tidak seimbang ada
kemungkinan akan terjadi kerusuhan sosial.
B.3 Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang menurut anda paling benar.
1) Pengelolaan, Pembangunan dan Penempatannya menganut pendekatan pada faktor-faktor:
a. Kemudahan geografis/medan.
b. Kemampuan dapur umum/kapasitas memasak.
c. Kemudahan dalam mengendalikan/menjaga kebersihan dari limbah-limbah akibat
penampungan atau shelter.
d. Semua jawaban benar.
2) Mudah dijangkau karena faktor medan (terrain) dan akses jalan/transpotasi yang baik dan relatif
baik adalah salah satu syarat dalam mendirikan
a. Dapur umum dan shelter.
b. Pusat pengendalian dan operasi.
c. Komando bencana.
d. Pusat komunikasi bencana.
3) Kegiatan memasak diluar periode waktu makan hanya dilakukan untuk
a. Makanan tambahan bagi lansia dan pekerja ekstra dalam tugas-tugas bencana.
b. Makanan untuk balita (support facility).
c. Masak air minum.
d. Semua jawaban benar
4) Kapasitas tenda (yang layak) dapat diisi oleh
a. 50 orang.
b. 40 orang.
c. 30 orang.
d. 60 orang.
5) Di dalam tata kelola hunian sementara/shelter/camp pada tahap pengungsian, di Indonesia selalu
digunakan sebagai berikut:
a. Tenda pleton.
b. Tenda Regu.
c. Tenda Rumah.
d. Semua jawaban benar.
C. GLOSSARY
1. Camp shelter: hunian sementara.
2. Dapur umum: Dapur yang mengelola kebutuhan pangan pada masa tanggap darurat bencana.
D. REFERENSI
1. Base or camp manager, Job Aid, Feb 2004, National Wildfire Coordinating.
2. Steering Commitee for Humanitarian Response (SCHR). 2004. Sphere Project Handbook,
Humanitarian Charter and Minimum Standars in Disaster Response. England.
3. Swedish International Development Cooperation Agency (SIDA). 2004. Assistance to Internally
Displaces Persons (IDPs) in Indonesia. Jakarta.
4. Republik Indonesia. 2008. Peraturan Kepala BNPB No. 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata
Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Sekretariat Negara. BNPB.
Sub Modul 12
Komunikasi Radio
A. UMUM
Di dalam kehidupan kita tak pernah lepas dari
telekomunikasi. Termasuk saat terjadi bencana,
sehingga memudahkan mengakses laporan-laporan
terkini yang terjadi di tempat kejadian. Itu membuat
kita harus mengetahui cara kerja dan sistem operasi
telekomunikasi. Kompetensi umum yang dituntut
setelah mempelajari modul ini ialah anda diharapkan
memiliki wawasan luas, apresiasi yang mendalam dan
keterampilan untuk mengoperasikan radio dan menggunakan prosedur sesuai peraturan yang ada.
Dasar Hukum komunikasi radio dalam penanggulangan bencana adalah UU no. 24/2007
tentang Penanggulangan Bencana, UU no 36 / 1999 tentang Telekomunikasi, PP no 52/2000 tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi dan SK Dirjen POSTEL no 1737/DJPT.4/KOMINFO/12/2009
tentang Penetapan Frequensi PB untuk BNPB.
Tujuan dari diajarkannya materi ini pada relawan antara lain adalah untuk membangun sistem
komunikasi yang menjamin ketersediaan komunikasi antara BNPB / BPB-Daerah dengan On
Scene di lokasi bencana sehingga tugas-tugas pokok penanggulangan bencana dapat dilaksanakan
dengan baik, tersedianya komunikasi efektif antara On Scene Commander dengan Anggota
BNPB/BPB-D di lapangan termasuk tracking posisi personel serta kendaraan BNPB/BPBD,
tersedianya komunikasi koordinasi antara On Scene Officers dengan Unsur Pendukung, serta
Melatih tenaga relawan agar bisa masuk dan menggunakan system Telekomunikasi BNPB pada
saat membantu BNPB dalam PB.
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah para peserta yang dalam
hal ini relawan diharapkan memiliki wawasan mengenai komunikasi radio kebencanaan, sehingga
para peserta dapat memahami pengertian serta manfaat dari keikutsertaannya dalam kegiatan
kerelawanan.
Untuk membantu peserta memahami isi modul ini secara cepat, peserta perlu melakukan hal-
hal sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya peserta mengerjakan
latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci
jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor/nilai hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya
peserta tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor/nilai minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penyusun modul/fasilitator/pelatih.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat mengenal sistem komunikasi di
Indonesia sehingga bisa menyesuaikan serta mengoperasikan radio dengan prosedur yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Selain itu dikenalkan pula kepada siswa antara lain: (1) Sistem
Nasional Telekomunikasi BNPB, (2) Sistem Siaga dan SOP Telekomunikasi, (3) Kelengkapan
station radio, (4) Format radio mengenalkan sistem komunikasi di Indonesia agar relawan PB bisa
menyesuaikan serta mengoperasikan radio dengan prosedur yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Selain itu dikenalkan pula kepada siswa antara lain: (1) Sistem Nasional Telekomunikasi
BNPB, (2) Sistem Siaga dan SOP Telekomunikasi, (3) Kelengkapan station radio, (4) Format radio.
B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.
1.b Solusi
Solusi untuk menangani kendala-kendala komunikasi di Indonesia telah dilakukan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Merancang sistem komunikasi voice (dan data) yang mandiri dengan metoda operasi yang
semudah mungkin.
b. Menggunakan teknologi intelligent interconnect yang mampu menangani radio
interoperability.
c. Catatan: interoperability yang dimaksudkan adalah kemampuan beroperasi lintas radio.
Misalkan dari telepon rumah menyambung ke HF SSB, dari HF SSB menyambung ke VHF
handy talky.
171,300 MHz
a. Precom : indera dini , 11.415
NON RADIO UNIT MOBILE BNPB
KOMUNITAS POL
1) Tx 1 170.300 MHz. RADIO BENCANA RES
BPBD
BNPB
PROVINSI
KABUPAT
KOTA
11.473,5 mhz
171.300 MHZ
NON RADIO
NON RADIO
TNI
SRC- BNPB
11.415 mhZ PEMDA
NON RADIO
TIM/POS AJU UPT BNPB
FREQ LOKAL POLRI
BNPB
NON RADIO
11.415 mhZ
NON RADIO
7. Sistem terintegrasi
a. Intelligent Interconnect
b. Interoperable
c. Compatible
8. BNPB PLAN
Perencanaan BNPB dalam hal komunikasi
kebencanaan adalah saat ini sedang dibangun komunikasi
antar jaringan (cross band) dapat dilakukan dengan mudah
dan intelligent.
9. Interoperable Equipment
Dengan kemudahan komunikasi cross-band maka:
a. Gelar jaring komunikasi di lapangan dapat lebih efisien.
b. Komunikasi antar unsur yang berbeda dapat mudah disambungkan.
Diagram Sistem
Gambar 12.12 di bawah ini merupakan gambar diagram sistem untuk menunjukkan alur
sistem komunikasi radio kebencanaan dapat bekerja.
13. ACU-1000
ACU-1000 merupakan contoh suatu
perangkat yang sudah diintegrasikan yang terdiri
dari : mesin ACU-1000 dan 10 (sepuluh) radio-
radio.
a. Contoh suatu perangkat yang sudah Gambar 12.15 Alur Komunikasi BPBD
diintegrasikan yang terdiri dari
1) ACU-1000
2) 10 (sepuluh) radio-radio
b. BNPB menggunakan:
1) ACU 1000 dan ACU-T dg konfigurasi HF
VHF
UHF PSTN / Cell GSM & CDMA
2) SATPHONE BYRU-PASTI THURAYA
3) VOIP & ROIP sdh tidak digunakan lagi.
4) Tracking System HF VHF Cell -
Gambar 12.16. On Scene kondisi
Satphone terburuk
16. Berita
Berita merupakan hasil pengolahan data yang berasal dari komunikasi radio kebencanaan
yang telah dilakukan. Berita dibedakan menjadi:
a. Menurut sifatnya:
1) Berita terbuka ( Plain Text - PLN )
2) Berita tertutup ( Rahasia RHS )
b. Menurut derajatnya:
1) Biasa
2) Segera
3) Amat segera
Alokasi Saluran
ID Fungsi ID No.
Sistem Komunikasi Frekuensi Keterangan
Pemancar Komunikasi Saluran Saluran
Untuk: Jabatan:
Dari: Jabatan:
Subjek:
Isi Pesan:
ICS-213
ICS-309 Catatan Komunikasi (Communication Log)
Catatan
ID Pemancar
Waktu Subjek
Dari Ke
Halamandari. ICS-309
ICS-216 Persyaratan Lembar Kerja Radio (Radio Requirement Worksheet)
Ikut Asuransi?Y/T
halaman? Y/T
No. Rumah:
Nama
Penghuni
Penghuni
Jumlah
DATA/INFORMASI
KEJADIAN DAN DAMPAK BENCANA
I. KEJADIAN BENCANA
1. Umum
a. Jenis : ..............
b. Tanggal/Waktu : ..............
c. Lokasi : ..............
d. Keterangan : ..............
..............
..............
..............
..............
2. Korban Jiwa
No Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah (jiwa)
Hilang Luka Luka Pengungsi MD
Berat Ringan *)
1.
2.
3.
Dst.
TOTAL
*) MD = Meninggal Dunia
3. Kerusakan
a. Pemukiman
Rumah
NO Lokasi (Kec/Kel/Desa) JUMLAH (unit) Taksiran
Rusak Rusak Berat Kerugian
Ringan
1.
2.
dst
TOTAL
a. Fasilitas Pendidikan
b. Fasilitas Kesehatan
c. Fasilitas Ibadah
d. Fasilitas Sosial
e. Insfrastruktur
f. Fasilitas Pemerintahan
g. Jaringan Listrik, Telekomunikasi, Air Bersih, Gas
h. Fasilitas Pelayanan Publik
i. Hutan, Lahan dan Tanaman Pertanian, Hewan Ternak
j. Sarana Prasarana Kelautan dan Perikanan
Tabel Pendataan Kerusakan Fasilitas Pendidikan (point b) hingga Sarana Prasarana Kelautan (point
k)
2. Terhadap Kerusakan :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
4. Dana
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
IV. KENDALA
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
9. Lain-lain
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Catatan:
Pengisian form disesuaikan dengan perkembangan kemampuan Tim dan jenis/macam
bencana di lapangan.
B.2 Rangkuman
1. Salah satu alat komunikasi yang dapat di gunakan sebagai pendukung proses penanggulangan
bencana adalah dengan menggunakan komunikasi radio.
2. Ada beberapa kendala dalam komunikasi di antaranya adalah:
a. Kerusakan infra struktur akibat bencana, seperti ketiadaan fasilitas telepon, listrik, sinyal
cellphone dapat melumpuhkan/memutuskan komunikasi pusat dengan On Scene maupun
unsur pendukung.
b. Beragam sistem dan alat kom yang existing
c. Keterbatasan manpower dan skill personel komunikasi disaat darurat bencana
3. Intelligent interconnect Suatu alat yang meng-interkoneksi-kan beberapa peralatan voice
komunikasi seperti:
d. Radio-radio HF/SSB, VHF, UHF & 800MHz,
e. Audio Conference.
f. VoIP (apabila internet/leased channel masih berfungsi).
g. Komunikasi Satelit (apabila masih berfungsi).
h. Jaringan Telkom, GSM & CDMA (apabila masih berfungsi).
4. SOP (Standar Operasional Prosedur) yang di gunakan dalam penanggulangan bencana yaitu:
i. Alat Komunikasi harus selalu ready for use.
j. Siaga penuh 24 7 1 bulan/tahun.
k. Tiap kejadian, max dlm 3 jam hrs mendptkan berita benar dan akurat.
l. Patuh pd tata-laksana Syskom - Bencana yang berlaku.
m. Administrasi berita harus rapi dan lengkap, update tiap jam.
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan
jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40,
peserta tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan
pemahaman terhadap materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.
C. Glossary
1. HF SSB: high frequency single side-band, adalah transmisi radio yang hanya memancarkan 1
side band saja.
2. VHF handy talky: very high frequency handy talky, adalah peralatan komunikasi radio handy
talky yang beroperasi pada frekuensi VHF.
3. UHF: ultra high frequency, adalah frekuensi radio antara 300-Mega Hertz sampai dengan 3.000-
Mega Hertz.
4. PTT (Push to Talk): adalah teknologi yang ada beroperasi layaknya walkie-talkie dan berada
didalam jaringan seluler.
5. ALKOM: Alat Komunikasi
6. Intelligent Interconnect: adalah koneksi pintar antar peralatan radio komunikasi sehingga dapat
beroperasi sebagai satu kesatuan.
7. Interoperable: adalah kemampuan untuk berkomunikasi, mejalankan program, atau mentransfer
data diantara berbagai jenis teknologi dan unit data yang digunakan oleh paket perangkat lunak
SIG dimana pengguna tidak memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik unit datanya.
8. Compatible: adalah system yang mampu bergerak dan bekerja dng keserasian dan kesesuaian.
9. Sinyal DTMF: adalah piranti semikonduktor yang dirancang untuk digunakan pada sistem dial
pada pesawat telepon. DTMF membangkitkan suatu sinyal nada yang merupakan kombinasi
dari 2 buah nada yang memiliki frekuensi rendah dan frekuensi tinggi
10. AM/FM: Modulasi Amplitudo/Modulasi Frekuensi
11. VoiP: Voice Over Internet Protocol, adalah teknologi yang memungkinkan percakapan suara
jarak jauh melalui media internet. Data suara diubah menjadi kode digital dan dialirkan melalui
jaringan yang mengirimkan paket-paket data, dan bukan lewat sirkuit analog telepon biasa.
12. ROIP: adalah sebuah teknologi sistem radio yang menggunakan standar Voice over IP (VoIP)
dan bekerja melalui perangkat lunak maupun keras. RoIP memungkinkan adanya multi
komunikasi dengan banyak frekuensi serta terhubung dengan perangkat komunikasi. Berbeda
dengan sistem komunikasi dua arah seperti telepon, RoIP memiliki stasiun pangkalan yang
secara fungsional mengirimkan sinyal kepada seluruh pengakses RoIP.
13. PSTN/PABX: adalah singkatan dari Public Switched Telephone Network atau yang biasa disebut
jaringan telpon tetap (dengan kabel). PSTN secara umum diatur oleh standar-standar teknis
yang dibuat oleh ITU-T, dan menggunakan pengalamatan E.163/E.164 (secara umum dikenal
dengan nomor telepon).
14. PABX atau Private Automatic Branch eXchange adalah perangkat penyambungan komunikasi
telepon yang terletak di sisi pelanggan, misalnya di gedung-gedung perkantoran yang
memerlukan percabangan sambungan telepon. Secara umum perangkat PABX terhubung ke
penyedia layanan telekomunikasi publik.
15. Teknologi DSP: Digital Signal Processor, merupakan prosesor digital alternatif pengganti
teknologi CDMA untuk menghindari jamming, gangguan pantul dan pemakaian frekuensi yang
berulang.
16. VMR (Voice Modulation Recognizer): adalah perangkat interoperable yang mampu mendeteksi
frekuensi tranmisi suara dan menyesuaikannya.
17. VSAT: merupakan singkatan dari Very Small Aperture Terminal adalah stasiun penerima sinyal
dari satelit dengan antena penerima berbentuk piringan dengan diameter kurang dari tiga meter.
Fungsi utama dari VSAT adalah untuk menerima dan mengirim data ke satelit. Satelit berfungsi
sebagai penerus sinyal untuk dikirimkan ke titik lainnya di atas bumi.
18. UNDAC: singkatan dari United Nations Disaster Assessmenet and Coordination, adalah suatu
lembaga dunia dibawah PBB.
D. Referensi
1. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
2. Republik Indonesia. 1999. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
Sekretariat Negara. Jakarta.
3. Republik Indonesia. 2000. Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Telekomunikasi. Sekretariat Negara. Jakarta.
4. Republik Indonesia. 2009. Surat Keputusan Dirjen POSTEL No.
1737/DJPT.4/KOMINFO/12/2009 tentang Penetapan Frequensi Penanggulangan Bencana untuk
BNPB. Sekretariat Negara. Jakarta.
Sub Modul 13
Navigasi
(Global Positioning System)
A. UMUM
Pengetahuan navigasi, terutama mengenai Global
Positioning System (GPS) merupakan pengetahuan
yang sangat penting dalam dunia kebencanaan. Hal ini
disebabkan oleh kenyataan di lapangan bahwa
seringkali cakupan daerah yang terkena bencana sangat
luas, sedangkan tenaga penolong kebencanaan
jumlahnya sangat terbatas sehingga diperlukan skala
prioritas dalam penanganan bencana misalnya daerah
yang paling parah bencananya bisa dipantau melalui satelit dan koordinatnya dapat diketahui
dengan bantuan GPS. Fungsi GPS dapat menggantikan fungsi kompas konvensional walaupun
kompas konvensional masih tetap diperlukan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan kerelawanan, pengetahuan navigasi GPS ini sangat
dibutuhkan sebab seringkali relawan penanggulangan bencana tidak memahami ilmu medan, peta
dan kompas sehingga untuk mempermudah digunakan GPS. Ilmu navigasi ini wajib dan mutlak
dipelajari oleh relawan sebagai persyaratan dasar relawan.
Diperlukan adanya suatu pembelajaran kepada relawan mengenai navigasi Global Positioning
System (GPS) yang mana salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan media modul,
sebagaimana modul ini.
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah peserta relawan
diharapkan memiliki kemampuan dasar kenavigasian, terutama dalam penguasaan Global
Positioning System (GPS). Indikator yang dapat dijadikan ukuran pemahaman peserta terhadap
materi dalam modul ini, apabila peserta dapat memahami:
(1) Pengertian koordinat geografis.
(2) Global Positioning System (GPS).
(3) Konstelasi satelit GPS.
(4) Distribusi titik control GPS.
(5) Aplikasi GPS.
Konsep-konsep yang harus peserta pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
(1) Pengertian koordinat geografis.
(2) GPS itu sendiri.
(3) Konstelasi satelit GPS.
(4) Distribusi titik control GPS.
(5) Aplikasi GPS.
Untuk membantu peserta memahami isi modul ini secara cepat, peserta perlu melakukan hal-
hal sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan
seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya peserta mengerjakan
latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci
jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor/nilai hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya
peserta tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor/nilai minimal
untuk melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penulis modul.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) Memahami mengenai pengertian
koordinat geografis, (2) Memahami Global Positioning System (GPS), (3) Memahami konstelasi
satelit GPS, (4) Memahami mengenai distribusi titik control GPS, dan (5) menyebutkan aplikasi
GPS
B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.
1. Koordinat
Koordinat adalah suatu besaran untuk menyatakan letak atau lokasi suatu titik dalam suatu
sistem referensi tertentu. Dalam survei dan pemetaan, koordinat atau posisi atau letak suatu titik
dapat dinyatakan dalam 2-dimensi (gambar 13.1) atau 3-dimensi (gambar 13.2), yaitu dengan
menspesifikasikan 3 parameter:
a. Titik nol (origin) dari sistem koordinat.
b. Orientasi dari sumbu-sumbu koordinat.
c. Besaran yang digunakan untuk mendefinisikan posisi dalam sistem koordinat tersebut.
2. Koordinat Geografis
Koordinat Geografis dapat dinyatakan dalam lintang
dan bujur
a. Lintang:
Lintang merupakan sudut yang dibentuk mulai dari
bidang equator sepanjang meridian sampai ke titik yang
bersangkutan dan mempunyai nilai antara 00 (di
Gambar 13.3 Garis Lintang dan
equator) s.d. 900 (di kutub). Pada belahan bumi utara Bujur
bertanda positif (+) sedangkan pada belahan bumi selatan bertanda negatif (-).
b. Bujur:
Bujur merupakan sudut yang dibentuk dari bidang meridian Greenwich sepanjang paralel sampai ke
titik yang bersangkutan dan mempunyai nilai antara 00 s.d. 1800. Arah bujur ini kearah Timur dari
meridian Greenwich disebut Bujur Timur (BT) sedangkan kearah Barat dari meridian Greenwich
disebut Bujur Barat (BB).
3. GPS (Global Positioning System)
GPS adalah: Suatu Sistem Navigasi berbasis satelit yang
digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan dan waktu yang
akurat dipermukaan bumi.
Deskripsi GPS
GPS merupakan sistem satelit navigasi milik
AS, berbentuk sistem yang dapat menentukan posisi
dimana saja diatas permukaan bumi, tidak
tergantung cuaca. GPS terdiri atas 24 Satelit pada 6
bidang orbital, serta pemakaiannya tanpa bayar,
tanpa izin dan tanpa batas, cukup investasi pada
Gambar 13.5 Peluncuran Satelit GPS
receiver.
6. Segmen Pengendali
GPS dalam segmen pengendali berfungsi sebagai
monitor kesehatan satelit, injeksi data, prediksi orbit, Gambar 13.7 Konstelasi Satelit GPS
sinkronisasi waktu dan master/monitor stasion tersebar
dibelahan dunia.
7. Menentukan Posisi
Posisi GPS dapat ditentukan dengan langkah-langkah sederhana, yaitu :
a. Receiver menerima sinyal dari minimum 4 satelit.
b. Jarak dari satelit ke receiver yaitu beda waktu tempuh x kecepatan cahaya.
c. Waktu tempuh sinyal dari satelit ke receiver ditentukan dengan sistem pintar pada receiver.
d. Bila diperoleh empat jarak dari satelit ke receiver maka secara matematis lokasi receiver dapat
ditentukan.
B.2 Rangkuman
1. Koordinat adalah suatu besaran untuk menyatakan letak atau lokasi suatu titik dalam suatu
sistem referensi tertentu.
2. Koordinat geografis di nyatakan dalam 2 bagian yaitu lintang dan bujur.
a. Lintang berarti Sudut yang dibentuk mulai dari bidang equator sepanjang meridian sampai
ke titik yang bersangkutan, Mempunyai nilai antara 00 (di equator) s.d. 900 (di kutub),
Pada belahan bumi utara bertanda positif (+), Pada belahan bumi selatan bertanda negatif
().
b. Bujur berarti sudut yang dibentuk dari bidang meridian Greenwich sepanjang paralel
sampai ke titik yang bersangkutan, mempunyai nilai antara 00 s.d. 1800, kearah Timur
dari meridian Greenwich disebut Bujur Timur (BT), kearah Barat dari meridian Greenwich
disebut Bujur Barat (BB).
3. GPS adalah: Suatu Sistem Navigasi berbasis satelit yang digunakan untuk menentukan posisi,
kecepatan dan waktu yang akurat dipermukaan bumi.
4. Menentukan Posisi dengan GPS
Langkah Sederhana
1) Receiver menerima sinyal dari minimum 4 satelit.
2) Jarak dari satelit ke receiver yaitu beda waktu tempuh x kecepatan cahaya.
3) Waktu tempuh sinyal dari satelit ke receiver ditentukan dengan sistem pintar pada receiver.
Bila diperoleh empat jarak dari satelit ke reciver maka secara matematis lokasi receiver
dapat ditentukan.
B.3. Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang menurut anda paling benar.
1. Spesifikasi paramater untuk koordinat adalah sebagai berikut, kecuali
a. Titik nol (origin) dari sistem koordinat
b. Orientasi dari sumbu-sumbu koordinat
c. Besaran yang digunakan untuk mendefinisikan posisi dalam sistem koordinat tersebut
d. Sudut yang dibentuk mulai dari bidang equator sepanjang meridian sampai ke titik yang
bersangkutan
2. GPS adalah
a. Sistem navigasi berbasis satelit yang digunakan untuk memprediksi terjadinya bencana
b. Sistem navigasi satelit yang digunakan untuk mendeteksi perubahan cuaca di permukaan
bumi
c. Sistem navigasi satelit untuk menentukan perputaran bumi pada porosnya
d. Sistem Navigasi berbasis satelit yang digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan dan
waktu yang akurat dipermukaan bumi
3. Yang bukan tipe receiver GPS
a. Tipe navigasi
b. Tipe point-to-point
c. Tipe pemetaan
d. Tipe geodetik
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan
jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40,
peserta tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan
pemahaman terhadap materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.
C. Glossary
1. Koordinat geocentric: sistem yang terpusat pada lokasi objek di tata surya dalam tiga-dimensi
sepanjang Cartesian X, Y dan sumbu Z.
2. Meridian greenwich: adalah basis pembagian waktu di seluruh dunia. international (meridian
conference tahun 1884 di Washington telah memutuskan untuk membasiskan titik nol derajat di
kota greenwich di inggris raya).
3. Konstelasi: adalah susunan orbit satelit (minimal 4) untuk menentukan lokasi object.
4. Inklinasi: adalah jarak anguler (sudut) antara bidang orbit planet terhadap bidang yang menjadi
acuan (umumnya ekuator bumi, matahari, atau bahkan Jupiter) yang dinyatakan dengan derajat.
Bidang yang menjadi acuan umumnya adalah ekuator bumi di mana pengamatan lebih banyak
dilakukan di bumi.
5. GIS (Geographic Information System): adalah sistem informasi khusus yang mengelola data
yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit,
adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola
dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut
lokasinya, dalam sebuah database.
D. Referensi
a. Ahmed El-Rabbany. 2002. Introduction to GPS: the Global Positioning System, Second Edition.
Artech House Inc.
SUB-MODUL 14
PERTOLONGAN PERTAMA
PADA KORBAN BENCANA
A. UMUM
Mengingat sangat sedikit/terbatasnya jumlah
petugas/tenaga kesehatan dilapangan, terutama dalam
situasi menghadapi bencana, baik bencana alam
(Natural Disaster), maupun bencana akibat ulah
manusia (Man-made Disaster), maka sangatlah perlu
untuk memberikan pembekalan pengetahuan
Pertolongan Pertama (First Aid) Tingkat Dasar bagi
para Relawan Penanggulangan Bencana, yang bisa
bertugas pada tahap pra-bencana (Pre-Disaster Stage), tahap tanggap darurat bencana (Emergency-
Response Stage), maupun pada tahap pemulihan (Post-Disaster Stage).
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah para peserta yang dalam
hal ini relawan diharapkan memiliki wawasan luas mengenai usaha pertolongan pertama pada
korban bencana, sehingga para peserta dapat memahami fungsi dan perannya dalam kegiatan
kebencanaan Indikator-indikator yang dapat dijadikan ukuran pemahaman para peserta terhadap
materi dalam modul ini, dapat dirasakan apabila para peserta, dapat:
a. Memahami Pengertian Pertolongan Pertama (First Aid), Tugas dan Kewajiban Penolong
Pertama (First Aider).
b. Memahami Dasar Hukum Pertolongan Pertama.
c. Memahami Ilmu Urai Tubuh Manusia dan Ilmu Faal Tubuh Manusia (Anatomy dan
Physiology).
d. Memahami Perdarahan (Bleeding) dan penanganannya.
e. Memahami Luka dan penanganannya.
f. Memahami Syok (Shock) dan penanganannya.
g. Memahami Resusitasi Jantung-Paru (RJP)/Cardio-Pulmonary Resuscitation (CPR) dan
mempraktekkannya.
h. Memahami Patah Tulang (Fracture) dan penanganannya.
i. Memahami Cedera Jaringan Lunak (Soft Tissue Injury) dan penanganannya.
j. Memahami Cedera karena pengaruh suhu (Climatic Injury) dan penanganannya.
k. Memahami Penyakit-penyakit Darurat lain (Emergency Medicine) dan penanganannya.
l. Memahami Pengangkutan Korban (Medical Evacuation) dan mempraktekkannya.
m. Memahami Pemilahan Korban (Triage) dan mempraktekkannya
Konsep-konsep yang harus peserta pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
a. Pengertian Pertolongan Pertaman(First Aid), Tugas dan Kewajiban Penolong Pertama (First
Aider).
b. Memahami Dasar Hukum Pertolongan Pertama.
c. Ilmu Urai Tubuh Manusia dan Ilmu Faal Tubuh Manusia (Anatomy dan Physiology).
d. Perdarahan (Bleeding).
e. Luka.
f. Syok (Shock).
g. Resusitasi Jantung Paru (RJP)/Cardio-Pulmonary Resuscitation (CPR).
h. Patah Tulang (Fracture).
i. Cedera Jaringan Lunak (Soft Tissue Injury).
j. Cedera akibat pengaruh suhu (Climatic Injury).
k. Penyakit-penyakit Darurat lain (Emergency Medicine).
l. Pengangkutan Korban (Medical Evacuation).
m. Pemilahan Korban (Triage).
Untuk membantu peserta memahami isi modul ini secara cepat, peserta perlu melakukan hal-
hal sebagai berikut:
a. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan seterusnya.
b. Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
c. Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya peserta mengerjakan
latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci
jawaban yang tersedia.
d. Jika skor hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya peserta
tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
e. Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penulis modul.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) Memahami Pengertian
Pertolongan Pertaman (First Aid), Tugas dan Kewajiban Penolong Pertama (First Aider), (2)
Memahami Dasar Hukum Pertolongan Pertama, (3) Memahami Ilmu Urai Tubuh Manusia dan Ilmu
Faal Tubuh Manusia (Anatomy dan Physiology), (4) Memahami Perdarahan (Bleeding) dan
penanganannya, (5) Memahami Luka dan penanganannya, (6) Memahami Syok (Shock) dan
penanganannya, (7) Memahami Resusitasi Jantung-Paru (RJP)/Cardio-Pulmonary Resuscitation
(CPR) dan mempraktekkannya, (8) Memahami Patah Tulang (Fracture) dan penanganannya, (9)
Memahami Cedera Jaringan Lunak (Soft Tissue Injury) dan penanganannya, (10) Memahami
Cedera karena pengaruh suhu (Climatic Injury) dan penanganannya, (11) Memahami Penyakit-
penyakit Darurat lain (Emergency Medicine) dan penanganannya, (12) Memahami Pengangkutan
Korban (Medical Evacuation) dan mempraktekkannya, (13) Memahami Pemilahan Korban (Triage)
dan mempraktekkannya.
B.1Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.
1. Pengertian Pertolongan Pertama:
Pengertian Pertolongan Pertama (First Aid), Tugas Dan Kewajiban Penolong Pertama (First
Aider):
a. Pengertian Pertolongan Pertama:
Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang
memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.
b. Tujuan Pertolongan Pertama:
1) Menyelamatkan jiwa penderita.
2) Mencegah cacat.
3) Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan.
12. Ilmu Urai Tubuh Manusia (Anatomy) dan Ilmu Faal (Physiology):
a. Posisi Anatomis:
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi
yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri
tegak, kedua lengan di samping tubuh, telapak
tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri
mengacu pada kanan dan kiri penderita.
b. Bidang Anatomis:
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi
menjadi beberapa bagian oleh
3 buah bidang khayal: Gambar 14.8. Posisi Anatomis.
b. Leher (Neck):
1). Lakukan dari bagian depan ke belakang..
2). Periksa Trachea.
c. Dada (Thorax):
Gambar 14.21. Penolong Pertama
sedang memeriksa Leher Korban. 1). Periksa tulang rusuk hingga ke bagian belakang, tapi
jangan sampai mengangkat korban.
2). Periksa tulang dada (Sternum).
e. Punggung (Back):
1). Bagian dada belakang.
2). Tulang belakang.
3). Periksa luka tembus, luka tusuk, luka robek.
4). Bila ada akumulasi darah di panggul, pertanda
cedera perut.
Gambar 14.23. Penolong Pertama
sedang memeriksa Punggung Korban.
f. Panggul (Pelvis):
1). Terdiri dari Ileum kanan dan kiri, Ischium dan
tulang Pubic.
2). Patah tulang panggul akan mengakibatkan
hilangnya darah sebanyak 2 liter.
3). Pada daerah kemaluan : Ereksi konstan
Gambar 14.24. Penolong Pertama
(Priapismus) pada lakilaki. sedang memeriksa Panggul Korban.
.
19. Alat gerak bawah (Lower Extremity dan Alat gerak atas (Upper Extremity) : Cek Pulse,
Motoric, and Sensoric (PMS).
23. Pelaporan:
a. Data korban:
b. Semua pemeriksaan dan tindakan yang telah
diberikan:
1) Keluhan utama.
2) Kesadaran. Gambar 14.27. Penolong Pertama,
sedang menyerahkan Laporan kepada
3) Status ABC. Petugas Medis.
.
4) Riwayat korban.
5) Perawatan yang diberikan.
c. Pertolongan dilaporkan secara singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya.
24. Bantuan Hidup Dasar dan Resusitasi Jantung Paru (RJP):
Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem, diantaranya yang utama adalah:
a. Sistem pernafasan (Respiratory System).
b. Sistem peredaran darah (Circulatory System).
Kedua sistem ini merupakan komponen utama untuk mempertahankan hidup seseorang.
Terganggunya salah satu atau kedua fungsi ini dapat mengakibatkan ancaman kehilangan
nyawa pada seseorang.
Jangan lupa untuk memeriksa mulut penderita apakah ada suatu benda yang dapat menyumbat
saluran napas (sisa makanan, gigi palsu, dan lain-lain). Pembersihannya dapat dilakukan dengan
cara sapuan jari. Tetapi cara ini tidak boleh dilakukan pada bayi dan anak kecil.
31. Beberapa Cara Untuk Membebaskan Jalan Napas Pada Tersedak (Choking):
Gambar 14.31. Gambar atas dan bawah: Heimlich Manouver (Abdominal Thrust)
pada korban yang sadar.
32. Bila penderita menjadi tidak sadar, lakukan langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar
(BHD)/Basic Life Support (BLS):
a. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar, mencakup 4 elemen penting:
1) Pengkajian awal,
2) Penanganan jalan napas,
3) Bantuan napas,
4) Resusitasi jantung.
b. Bantuan Hidup Dasar, berarti tidak selalu dilengkapi dengan peralatan/alat bantu seperti:
facemask, pembalut dan lain sebagainya
c. Tujuan Bantuan Hidup Dasar :
Untuk mempertahankan jalan nafas dan sirkulasi darah yang adekwat sampai bantuan medis
tiba
33. Kenali Kejadian, Segera Minta Bantuan, Lakukan Urutan Tindakan Pertolongan
Bantuan Hidup Dasar
a. Periksa DRABC (Danger, Respons, Airway, Breathing Circulation)!
1) Langkah 1 Danger (Bahaya):
a) Lihat Bahaya di sekitar lokasi kejadian.
b) Pastikan anda, rekan anda dan korban dalam keadaan aman dari bahaya. Jangan
menjadi korban berikutnya!!
c) Kondisi bahaya meliputi:
(1) Bahaya terhadap diri sendiri.
(2) Bahaya terhadap rekan kerja dan orang lain.
(3) Bahaya terhadap korban.
d) Deteksi kondisi bahaya, dengan:
(1) Lihat.
(2) Dengar.
(3) Cium.
e) Amankah lokasi kejadian??
Sebelum melakukan tindakan pertolongan pertama, periksalah:
(1) Bahaya Electrical.
(2) Bahaya Kimia/racun
(3) Bahaya Gas Toxic dan Noxious
(4) Bahaya Struktur yang tidak stabil
(5) Bahaya Api dan minyak
(6) Bahaya Alat yang tidak stabil
2) Langkah 2 Respons (Kesadaran):
a) Periksa apakah korban responsive atau tidak sadar atau tidak?
b) Panggil nama korban dan tepuk bahunya.
c) Jika korban ada respons (sadar):
(1) Biarkan posisi korban seperti yang anda temukan.
(2) Minta bantuan segera.
(3) Bila anda sendiri segera tinggalkan korban, cari bantuan dan segera kembali.
(4) Kaji ulang kondisi korban secara teratur DRABC.
d) Jika korban tidak ada respons (tidak sadar):
(1) Teriak minta tolong/aktifkan sistem Emergency (gawat darurat).
(2) Bila tidak memungkinkan memeriksa korban dengan posisi tertelungkup
Balikkan tubuh korban segera menjadi posisi terlentang.
(3) Buka Jalan Napas (Airway)
Gambar 14.36. Penolong Pertama meminta bantuan dan membalikkan
tubuh korban dari posisi tertelungkup ke posisi terlentang.
Gambar 14.38.
Gambar 14.37. Head-tilt/Chin-lift. Blind Finger-Sweep.
Gambar 14.42. Lokasi penempatan Gambar 14.43. Posisi yang benar dari
tangan untuk Pijat Jantung Luar. tangan untuk Pijat Jantung Luar.
e. Tentukan titik kompresi. Letakkan 2
jari diatas pertemuan tulang iga
paling bawah dan letakan salah satu
tumit tangan dan tangan yang lain
ditempatkan diatasnya (saling
mengunci):
f. Posisikan bahu. Tegak lurus dengan
telapak tangan.
g. Lakukan kompresi dada. Lengan
lurus dan dikunci. Ayunan dari
pinggang melalui bahu. Lepaskan
tekanan setiap kali selesai kompresi. Gambar 14.44. Penolong Pertama sedang
melakukan Pijat Jantung Luar.
Jangan angkat tangan dari titik
kompresi.
Bila korban menunjukan tanda-tanda pulih, maka tindakan RJP dihentikan atau hanya
diarahkan ke sistem yang belum pulih saja. Biasanya yang paling lambat pulih adalah
pernapasan spontan.
Darah mengalir secara perlahan, jumlahnya sedikit, hampir mirip dengan perdarahan
vena.
Penanganan Shock:
a. Awasi jalan napas, beri oxygen bila ada.
b. Hentikan perdarahan bila ada.
c. Tinggikan tungkai sekitar 20 30 cm.
d. Kecuali kita mencurigai adanya cedera tulang punggung, korban tetap terlentang.
e. Pertahankan suhu tubuh penderita, tetapi jangan sampai membuat suhu penderita terlalu
tinggi.
f. Rawat luka ringan.
6) Luka remuk.
7) Luka tembak (Gun Shot Wound).
8) Luka gigitan.
b. Penanganan luka terbuka:
1) Paparkan seluruh luka dan sekitarnya.
2) Hentikan berdarahan.
3) Cegah kontaminasi.
4) Tutup luka dan balut.
5) Buat korban senyaman mungkin.
6) Rawat Shock bila perlu.
Darah, cairan bening atau cairan bersemu darah yang mengalir dari telinga meru-
pakan petunjuk adanya patah tulang tengkorak atau cedera kepala berat.
j. Cedera perut:
Rongga perut berisi organ-organ dalam, baik padat maupun berongga.
Gejala dan tanda cedera perut.
1) Nyeri atau kejang pada daerah perut,
lokal atau luas.
2) Posisi menjaga atau tiduran dengan
posisi janin.
3) Nyeri tekan pada perut.
4) Tanda-tanda shock.
Gambar 14.60.a. Perawatan luka di
perut dengan usus keluar. 5) Dinding perut kaku, tegang dan
kembung.
6) Rasa tidak nyaman yang berkembang menjadi sesak nyeri yang hebat.
7) Nyeri didaerah panggul atau punggung bawah.
8) Nyeri yang menjalar ke bahu.
9) Muntah darah segar/hitam.
10) Buang air besar (b.a.b.) berdarah hitam atau segar.
Penanganan cedera perut:
1) Hati-hati korban muntah.
2) Rawat semua luka:
a) Jangan berupaya memasukan organ
yang terburai.
b) Jangan mencabut benda yang
menancap.
c) Periksa
Gambar tanda
14.10. vital secara berkala.
Rongga-rongga
dalam Tubuh Manusia.
d) Letakkan korban pada posisi
telentang. Gambar 14.60.b. Perawatan luka di
perut dengan usus keluar.
e) Rawat shock.
Luka perut disertai keluarnya organ dalam:
1) Jangan mengembalikan organ ke dalam perut.
2) Tutup dengan penutup kedap.
Baganb)1.2Rasa sakit
Sistem dan nyeri tekan pada saat disentuh atau digerakkan.
Kelembagaan
c) Crepitus suara berderak.
d) Bengkak.
e) Memar dan perubahan warna.
f) Terlihat bagian tulang yang patah.
g) Persendian sukar atau tidak dapat digerakkan.
h) Mati rasa dan kelumpuhan.
i) Terganggunya sirkulasi pada bagian distal yang cedera yang ditandai dengan perubahan
warna kulit, suhu atau pengisian kapiler.
55. Dislokasi:
Dislokasi adalah keluarnya salah satu tulang dari sendinya.
Gejala dan tanda:
a. Perubahan bentuk.
b. Bengkak, ringan sampai berat disekitar sendi.
c. Nyeri dan kaku atau perasaan tertekan pada daerah sendi.
d. Gangguan gerak pada sendi yang cidera.
Gambar 14.69. Perawatan sprain dan strain R.I.C.E.: dari kiri ke kanan Rest (diistirahatkan), Ice (dikompres
dingin), Compress (dipasangi pembalut tekan), Elevate (ditinggikan).
57. Pembidaian (Splinting):
Pemasangan alat bantu untuk menstabilkan bagian tubuh
yang nyeri, berubah bentuk atau bengkak. Tujuan utama
pembidaian adalah untuk mencegah gerakan dari bagian tubuh.
Untuk menjamin efektifitasnya maka bidai terpasang harus
meliputi tulang dan kedua sendi yang mengapit bagian yang
cedera.
a. Tujuan pembidaian adalah:
1) Mencegah pergerakan sendi atau bagian tulang yang
patah.
2) Mengurangi rasa sakit dan derita.
3) Mengurangi kerusakan pada jaringan lunak.
4) Mengontrol perdarahan dan bengkak.
5) Membantu mencegah terjadinya shock.
b. Beberapa jenis bidai:
1) Bidai lurus.
2) Bidai lipat.
3) Traksi.
4) Gendongan (sling dan swath), Bidai improvisasi. Gambar 14.70. Immobilisasi
patah tulang lengan, dengan
lengan baju (gambar atas) dan
dengan sling (gambar bawah).
c. Ketentuan umum pembidaian:
Tanpa memperhatikan jenis dan macam bidai secara umum pembidaian aturan
umumnya yaitu:
1) Sedapat mungkin komunikasi-kan rencana penolong dengan korban.
2) Sebelum membidai rawat luka dan perdarahan lebih dahulu.
3) Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka
perhiasan di daerah patah atau dibawahnya.
4) Periksa denyut nadi, gerakan dan sensasi.
5) Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi
ketika ditemukan.
6) Lapisi bidai dengan bahan yang lunak.
7) Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
8) Bila cedera terjadi pada sendi upayakan juga untuk membidai sendi diatas dan
bawahnya.
9) Jangan membidai berlebihan.
\
1) Gejala Dan Tanda Cedera Kepala:
a) Perubahan status mental mulai dari bingung sampai tidak sadar.
b) Nyeri atau peradangan di sekitar cedera.
c) Luka terbuka yang dalam atau gumpalan darah pada kulit kepala.
d) Ada bagian tengkorak yang teraba lembut atau lebih dalam.
e) Memar di muka.
f) Memar di belakang telinga (battles sign).
g) Memar di sekeliling mata (racoons eyes).
h) Salah satu atau kedua mata lebih dalam.
i) Pupil tidak simetris.
j) Sakit kepala sangat hebat atau muncul mendadak.
k) Darah atau cairan otak keluar melalui hidung/telinga.
l) Penurunan tanda vital.
m) Mual muntah.
n) Postur abnormal.
2) Penanganan cedera kepala:
a) Lakukan penilaian dini.
b) Hentikan perdarahan.
c) Imobilisasi kepala dan leher.
d) Berikan oxygen bila ada.
e) Tutup dan balut luka.
f) Baringkan korban dengan baik, hati-hati dengan kemungkinan korban muntah.
g) Penilaian tingkat kesadaraannya, monitor tanda vital.
b. Cedera Otak:
1) Terbuka/tertembus: cedera otak biasanya berkaitan dengan patah tulang tengkorak atau
tertembus benda asing.
2) Tertutup: Cedera otak tertutup tidak berkaitan dengan patah tulang tengkorak walaupun
kulit kepala mengalami luka, namun demikian, otak masih mungkin mengalami cedera
serius.
Gejala dan tanda khas cedera otak:
1) Muntah.
2) Mual.
3) Lemah.
4) Gangguan penglihatan.
5) Sakit kepala.
6) Tidak sadar atau penurunan response.
7) Perubahan posture.
8) Gangguan pernapasan.
Catatan:
Jika disertai dengan cidera berat pada wajah maka perhatikan airway. Pastikan jalan
napas terbuka dengan baik tanpa terlalu menggerakkan kepala korban .
d. Cidera Punggung:
1) Perubahan bentuk pada leher.
2) Perubahan bentuk yang jelas pada tulang spinal.
3) Cedera kepala.
4) Gumpalan darah didaerah bahu punggung, perut atau kaki.
5) Rasa sakit saat bergerak disepanjang tulang spinal.
6) Rasa sakit temporer/tetap pada tulang spinal / tungkai bawah walau tak ada gerakan.
7) Nyeri tekan pada lokasi cedera.
Catatan:
Gejala dan tanda tersebut diatas biasanya tidak khas atau tidak langsung terlihat. Tidak
ditemukankannya hal-hal di atas tidak menyingkirkan kemungkinan adanya cedera spinal.
Penyulit pada cedera spinal:
1) Henti napas, karena kelumpuhan otot dada.
2) Shock neurogenic.
3) Kelumpuhan umum.
Penanganan cedera spinal:
1) Selidiki mekanisme cedera.
2) Lakukan stabilisasi manual netral satu garis lurus pada leher dan kepala saat. pertama
kali kontak dengan patient.
3) Lakukan penilaian dini.
4) Berikan oxygen bila ada.
5) Lakukan pemeriksaan korban dan berikan perawatan.
6) Pertahankan stabilitas manual sampai ada stabilitas penuh.
e. Cedera Leher:
Luka terbuka yang besar pada leher dapat mengakibatkan masuknya udara ke dalam
peredaran darah yang dikenal sebagai emboli. Emboli dapat mengakibat-kan sumbatan
sehingga korban dapat mengalami serangan jantung atau stroke sehingga akhirnya
meninggal.
Gejala dan tanda cedera leher:
1) Adanya luka.
2) Sukar bicara atau kehilangan suara.
3) Sumbatan jalan napas.
4) Deviasi trachea.
5) Perubahan bentuk.
Penanganan cedera leher:
1) Bila ada luka terbuka besar pasang oklusif yang dilapisi dengan penutup tebal.
2) Baringkan korban dengan baik.
3) Bila ada benda yang menancap stabil-kan dengan penutup luka yang tebal dan jangan
sekali kali dicabut.
f. Cedera Dada:
Cedera pada dada umumnya terjadi karena tumbukan dengan benda tumpul atau
tertusuk.
Gejala dan tanda cedera dada:
1) Nyeri pada daerah yang cedera.
2) Perubahan bentuk pada dada,batuk darah.
3) Napas dangkal,mungkin ada bunyi tambahan di sekitar daerah cedera.
4) Rasa nyeri yang bertambah bila bernapas.
5) Posture pasien terkesan melindungi bagian yang cedera.
6) Memar yang jelas dan luas di daerah dada.
7) Mungkin diketemukan bunyi krepitus pada perabaan.
8) Pelebaran pembulu balik leher,mata merah,sianosis,bagian tubuh atas bengkak.
Penanganan cedera dada:
1) Pertahankan jalan nafas.
2) Berikan oxygen.
3) Posisikan korban senyaman mungkin.
4) Bila ada luka tusuk pasang penutup occlusive, dengan membiarkan satu sisi tetap
terbuka agar udara dari dalam masih dapat mengalir keluar tapi tidak sebaliknya.
2) Paparan Dingin:
a) Hypothermia:
Udara dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Suhu lingkungan tidak
perlu sampai beku untuk mencetuskan hipothermia. Ada beberapa keadaan yang
memperburuk hipothermia yaitu faktor angin dan kekurangan makanan.
(1) Gejala dan tanda hypothermia sedang:
(a) Menggigil.Terasa melayang.
(b) Pernapasan cepat nadi lambat.
(c) Gangguan penglihatan.
(d) Reaksi mata lambat.
(e) Gemetar.
(2) Gejala dan tanda hypothermia berat:
(a) Pernapasan sangat lambat.
(b) Denyut nadi sangat lambat.
(c) Unresponsive.
(d) Pupil dilatasi dan tidak bereaksi.
(e) Alat gerak kaku.
(f) Tidak menggigil.
(3) Penanganan Hypothermia:
Rawat penderita dengan hati-hati, berikan rasa nyaman, pastikan situasi aman,
gunakan APD dan minta bantuan.
(a) Penilaian dini dan lakukan pemeriksaan korban.
(b) Pindahkan penderita dari lingkungan dingin.
(c) Jaga jalan napas dan berikan oxygen bila ada.
(d) Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering.
(e) Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan-pelan.
(f) Pantau tanda vital secara berkala.
c. Penilaian keadaan:
Setelah menentukan suatu kejadian sebagai kasus dengan korban banyak maka hal yang
paling penting dilakukan adalah menahan diri untuk tidak langsung memberikan pertolongan
kepada perorangasn. Nilai hal-hal sebagai berikut:
1) Keadaan.
2) Jumlah korban.
3) Tindakan khusus.
4) Sumber daya yang kira-kira diperlukan.
5) Hal lain yang dapat berdampak pada situasi dan kondisi.
6) Berapa banyak sektor yang diperlukan..
7) Wilayah atau areal penampungan.
Buat suatu laporan singkat, sehingga bantuan yang akan datang akan sesuai dengan keperluan.
d. Pelaksanaan Triage:
Seperti yang telah dikatakan di awal triage adalah tindakan pemilahan penderita untuk
menentukan prioritas pertolongan.
Prinsip utama dari triage adalah menolong pada penderita yang mengalami cedera atau
keadaan yang berat namun memiliki harapan hidup.
Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T..
atau Simple Triage and Rapid Treatment. Metode ini membagi penderita menjadi 4 kategori, yaitu:
1) Prioritas 1 Merah:
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis keadaanya seperti
gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol,
penurunan status mental.
2) Prioritas 2 - Kuning:
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang mengalami keadaan
seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas, nyeri yang berat atau banyak, bengkak/perubahan
bentuk alat gerak, cidera punggung.
3) Prioritas 3 Hijau:
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai walking
wounded atau orang yang dapat berjalan sendiri, orang dengan cidera ringan dan hanya
membutuhkan perawatan minimal tanpa ada kekhawatiran cidera tersebut menjadi parah. Termasuk
korban dengan nyeri ringan, bengkak / perubahan bentuk pada alat gerak, luka luka kecil.
4) Prioritas 0 (terakhir) Hitam:
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang mematikan antara lain : a)
perdarahan hebat di kepala, b) luka parah di tubuh dengan organ tubuh keluar.
Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai
berikut:
a) Kumpulkan semua penderita yang dapat/mampu berjalan sendiri ke areal yang telah ditentukan,
dan diberi mereka LABEL HIJAU.
b) Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa:
e. Pernapasan:
1) Bila pernapasan lebih 30 ppm beri LABEL MERAH
2) Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas dan bersihkan jalan
napas satu kali, bila pernapasan spontas mulai maka beri LABEL MERAH
3) Bila pernapasan kurang dari 30 ppm Nilai waktu pengisian kapiler.
f. Waktu pengisian Kapiler:
1) Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri LABEL MERAH hentikan perdarahan besar
bila ada.
2) Bila kurang dari 2 detik, maka nilailah status mental-nya.
3) Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila tidak ada maka ini berarti
bahwa tekanan darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah menurun.
TIDAK
TIDAK
Penderita YA
bernapas?
HITAM
>2 Cek waktu
pengisian
kapiler
<2
Status Mental
TIDAK perintah
sederhana?
YA
KUNING
B.2 RANGKUMAN
1. Pertolongan Pertama yaitu pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban
kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.
Bertujuan untuk menyelamatkan jiwa penderita, mencegah cacat korban, memberikan rasa
nyaman dan menunjang proses penyembuhan.
2. Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu yaitu:
a) Akses dan Komunikasi:Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta
bantuan, baik yang umum maupun yang khusus.
b) Pelayanan Pra Rumah Sakit: Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.
3. Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama:
Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan:
a) Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya.
b) Dapat menjangkau penderita.
c) Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.
d) Meminta bantuan/rujukan.
e) Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban.
f) Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g) Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
h) Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i) Mempersiapkan penderita untuk di-transportasi.
4. Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan
Pertama, namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya.
5. Diperlukan persetujuan dalam melakukan pertolongan kepada korban.
a) Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent): Persetujuan yang
diberikan penderita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar, atau
pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan.
b) Persetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent): Persetujuan yang dinyatakan secara
lisan maupun tulisan oleh penderita.
6. Penilaian dini adalah Suatu proses untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat
mengancam nyawa korban. Hal-hal yang perlu di perhatikan adalah: Kesan umum, Tentukan
kasus Trauma atau Medis. Periksa kesadaran (Response), Pastikan jalan napas (Airway) terbuka
dengan baik. Nilai pernapasannya (Breathing), Nilai sirkulasi (Circulation) dan hentikan
perdarahan berat (Bleeding), Hubungi bantuan, informasi-kan status keadaan terakhir korban.
D. Referensi
A. UMUM
Bencana merupakan hal yang terjadi secara tidak
terduga, sehingga seringkali menyebabkan jatuhnya
korban dalam jumlah yang tidak sedikit. Untuk
menolong para korban bencana tersebut kegiatan yang
utama harus dilakukan adalah evakuasi. Kegiatan ini
harus dilakukan secepat dan sesegera mungkin agar
korban bencana tersebut dapat segera tertolong dan
menghindari banyaknya korban yang meninggal dunia.
Kemampuan evakuasi ini mutlak diperlukan oleh para relawan kebencanaan, sebab mereka
nanti akan berada di garis depan saat kegiatan evakuasi. Selain itu, dalam kaitannya dengan
kegiatan evakuasi, pertolongan pada korban dalam bencana yang berhubungan dengan air (water
rescue) juga sangat penting untuk diketahui oleh para relawan sehingga pada kondisi apapun para
relawan akan selalu siap dalam bekerja.
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah para peserta yang dalam
hal ini relawan diharapkan memiliki wawasan yang baik mengenai kegiatan evakuasi agar mereka
dapat selalu siap jika dibutuhkan di lapangan. Indikator-indikator yang dapat dijadikan ukuran
pemahaman para peserta terhadap materi dalam modul ini, dapat dirasakan apabila para peserta,
dapat:
(1) Memahami mengenai tujuan evakuasi.
(2) Memahami pertimbangan dalam evakuasi.
(3) Memahami elemen kemampuan evakuasi.
(4) Memahami teknik pertolongan di air.
(5) Memahami aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam penyelamatan
(6) Memahami dan mampu menganalisa potensi korban
Konsep-konsep yang harus peserta pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
1. Tujuan evakuasi.
2. Pertimbangan dalam evakuasi.
3. Elemen kemampuan evakuasi.
4. Bahaya di perairan.
Untuk membantu peserta memahami isi modul ini dengan cepat, peserta perlu melakukan hal-
hal sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya peserta mengerjakan
latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci
jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor/nilai hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya
peserta tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor/nilai minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penulis modul.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) memahami mengenai tujuan
evakuasi, (2) memahami pertimbangan dalam evakuasi, (3) memahami elemen kemampuan
evakuasi, (4) mampu menjelaskan bahaya di perairan, (5) mampu memahami ombak dan arus, (6)
mampu menjelaskan langkah-langkah pada sebuah keadaan darurat, dan (7) mampu menjelaskan
prinsip-prinsip upaya pertolongan
B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.
1. Tujuan Evakuasi
Tujuan memindahkan/evakuasi korban adalah:
a. Menyelamatkan jiwa.
b. Mencegah cacat.
c. Membantu proses penyembuhan.
d. Memindahkan dari tempat bahaya ke tempat yang mempunyai fasilitas memadai.
2. Pertimbangan Evakuasi
Evakuasi dilakukan apabila ada bahaya api, lalu lintas, asap beracun atau hal lain yang dapat
membahayakan korban maupun penolong. Apabila tidak ada hal yang membahayakan sebisa
mungkin lakukan pertolongan pertama di tempat korban ditemukan.
3. Syarat yang harus dipertimbangan dalam evakuasi:
a. Keselamatan.
1) Diri Sendiri: a. PPE misal. helm, kacamata, sarung tangan dan sepatu; b. Peralatan yang
memadai sesuai kondisi; c. Mengakui kekurangan yang ada pada dirinya.
2) Orang di Sekitar korban
3) Korban
b. Medis
1) Kondisi Korban Stabil (jalan napas terbuka, pernapasan normal, sirkulasi baik)
2) Perdarahan terkontrol
3) Patah tulang sudah diimobilisasi/dibidai
4) Luka sudah diatasi sementara
5) Pengawasan dalam evakuasi
4. Pemindahan
Dalam memindahkan korban hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Nilai kesulitan saat proses pemindahan,
b. Rencanakan gerakan sebelum mengangkat/memindahkan korban,
c. Kehati-hatian, angkat korban perlahan untuk menghindari cedera lebih parah, perhatikan
bagian kepala, leher dan tulang belakang terutama saat korban tak sadar.
d. Keamanan, kenyamanan korban selama evakuasi/tata letak sudah sesuai.
e. Peralatan memadai.
f. korban tetap stabil.
g. Kecepatan sampai ke rumah sakit.
h. Pengawasan selama tranportasi.
Pemindahan korban dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Pemindahan Darurat
Dilakukan bila ada bahaya yang mengancam, misal. Ancaman kebakaran, ancaman
ledakan, ancaman bangunan runtuh, adanya bahan berbahaya dan cuaca buruk. Biasanya
dilakukan bila penolong kurang jumlahnya atau tidak cukup kuat mengangkat korban.
Contoh cara pemindahan darurat:
1) Tarikan lengan
2) Tarikan bahu
3) Tarikan baju korban
4) Tarikan selimut
5) Teknik menjulang
b. Pemindahan Biasa
Dilakukan jika keadaan tidak membahayakan korban maupun penolong. Cara pemindahan
biasa, contoh:
1) Teknik angkat langsung
2) Teknik angkat anggota gerak
Hawserlaid kernmantel
2. Simpul (Knotting)
Simpul adalah ikatan pada tali/tambang atau media lain yang sengaja dibuat untuk
keperluan tertentu. Banyak digunakan dalam kegiatan panjat tebing.
Jenis-jenis simpul
1) Simpul Delapan (figure eight knot) Digunakan pada ujung tali dan untuk
menghubungkan tali dengan sabuk pengaman. Bentuk nya menyerupai angka delapan.
2) Simpul Delapan ganda (double figure eight knot) Bentuk sama dengan simpul delapan
tapi menggunakan dua tali.
3) Simpul Italia (Italian Knot) Untuk menambat pengaman dan dipakai untuk rappling,
belaying.
4) Simpul Kambing (bowline knot)
Untukmengikat tali pada sabuk
pengaman
5) Simpul kacamata Untuk menambat
tali pada bilayer yang dipakai pada
tengah tali.
6) Simpul nelayan ganda (double
fisherman knot) Untuk menyambung
dua tali yang tidak sama besar tetapi
sejenis dan licin.
7) Simpul sambung pita (tipe knot)
Untuk menyambung pita atau
Gambar 15.3. Contoh-contoh simpul tali
webbing.
8) Simpul jerat (prussik) Untuk mengunci pada tengah tali utama dan untuk menambah
ketinggaian.
9) Simpul pengunci (over hand) Untuk pengunci pada tengah tali utama dan ujung tali
yang terpasang.
10) Simpul mati Untuk menyambung tali yang sama besar.
11) Simpul pangkal untuk mengikat tali pada tiang.
C. Glossary
Prusik: adalah jenis tali yang biasa digunakan untuk pendakian karena sangat kuat, dalam ukuran
yang lebih besar tali ini disebut kern mantel.
Tali kermantel: Salah satu jenis tali nylon yang sangat kuat.
D. Referensi
1. Juliati Susilo, dkk. 2008. Pertolongan Pertama Palang Merah Remaja Madya. Palang Merah
Indonesia. Jakarta.
2. Pengantar Pertolongan di Air diakses dari http://www.ksrunhas.org tanggal
19 September 2010.
3. Aditya Perdana DW, 2008. Pengenalan Dasar Water Rescue. Jakarta: Dharma Wiguna.
4. Puguh Sihwidijono, 2004. Pertolongan Korban di Air Tenang Dan Self Rescue. Jamnas VII
PTBMMKI.
5. No Name, 2007. Teknik Renang, diakses dari http://www.wikipedia/renang tanggal
29 September 2010.
6. Pengantar Pertolongan di Air diakses dari http://www.ksrunhas.org tanggal 29 September 2010.
7. No Name, 2007. Personal Floatating Device diakses dari http://www.fishstate.pa.us/pdf
tanggal 29 September 2010.
8. No Name, 2007. Personal Floatating Device diakses dari http://www.pawaterrescue/pdf
tanggal 29 September 2010.
9. Puguh Sihwidijono, 2004. Pertolongan Korban di Air Tenang Dan Self Rescue. Jamnas VII
PTBMMKI.
10. Syofyan, 2007. Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana di Sumatera Barat. Seminar
Nasional Penanggulangan Bencana Jamnas XI PTBMMKI.
11. Ino Supriatno, 2006. Teknik Mendayung, diakses dari
http://www.hmgunpad/artikel/olahragaarusderas tanggal 29 September 2010.
12. No Name, 2007. Teknik Renang, diakses dari http://www.wikipedia/renang tanggal
29 September 2010.
13. No Name, 2007. Water Safety, diakses dari http://www.irishwatersafety.com tanggal
29 September 2010.
14. No Name, 2007. Water Safety, http://www.marinesafetyvictoria/watersavety tanggal
29 September 2010.
Sub Modul 16
Pendampingan Psikososial
Terhadap Korban Bencana (Trauma Healing)
A. UMUM
Memahami apa yang dimaksudkan dengan
Pendampingan Psikososial sangatlah penting.
Pemahaman ini dibutuhkan sehingga kegiatan-kegiatan
apapun yang dilaksanakan di tengah-tengah masyarakat
pasca terjadi bencana tidak mengaburkan makna dan
tujuan sesungguhnya yang diharapkan dari
pendampingan psikososial. Oleh karena itu, untuk dapat
semakin memahami, akan dibahas dalam bagian bahan
bacaan ini segala sesuatu yang terkait dengan pendampingan psikososial secara umum.
Kompetensi umum yang diharapkan setelah mempelajari modul ini ialah dengan membaca
bagian bahan bacaan ini peserta pelatihan yang dalam hal ini adalah relawan dapat memahami
prinsip dari pendampingan Psikososial dan hal-hal penting ketika melaksanakan pendampingan
Psikososial. Indikator-indikator yang dapat dijadikan ukuran pemahaman para peserta terhadap
materi dalam modul ini, dapat dirasakan apabila para peserta, dapat:
(1) Memahami mengenai definisi psikososial, masalah psikososial, dan pendampingan psikososial.
(2) Memahami mengenai dampak psikososial dari terjadinya bencana.
(3) Memahami mengenai karakteristik pendamping/Relawan psikososial.
(4) Memahami mengenai intervansi psikososial dan bentuk-bentuknya.
(5) Memahami mengenai prinsip-prinsip yang harus dijadikan pedoman dalam memberikan
pendampingan psikososial.
Konsep-konsep yang harus peserta pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
(1) Definisi psikososial.
(2) Dampak psikososial bencana.
(3) Karakteristik pendamping psikososial.
(4) Bentuk intervensi psikososial.
(5) Prinsip dalam memberikan pendampingan psikososial
Untuk membantu peserta memahami isi modul ini secara cepat, peserta perlu melakukan hal-
hal sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan
seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan
tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya peserta mengerjakan
latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci
jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya peserta
tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hingga benar-benar mendapat skor minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Disarankan berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penyusun modul/fasilitator/pelatih.
B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) Memahami Definisi psikososial,
masalah psikososial dan pendampingan/ dukungan psikososial,
(2) Memahami dampak psikososial dari terjadinya bencana, (3) Memahami karakteristik
pendamping/Relawan psikososial, (4) Memahami bentuk intervensi psikososial, (5) Memaparkan
prinsip-prinsip dalam memberikan pendampingan psikososial.
B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.
1. Pendampingan Psikososial
1) Psikososial : segala sesuatu yang menyangkut aspek psikologis dan aspek sosial dari individu
2) Masalah-masalah psikososial: masalah-masalah yang dapat memberikan pengaruh terhadap
kondisi psikologis dan sosial seseorang, sehingga terdapat hubungan yang erat antara kondisi
psikologis dan kondisi sosial, dimana kondisi psikologis dapat berpengaruh terhadap kondisi
sosial, dan sebaliknya.
3) Pendampingan psikososial: bantuan pada masyarakat yang memperhatikan hubungan dinamis
yang terjadi secara terus-menerus dan saling mempengaruhi antara aspek psikologis dan aspek
sosial dalam lingkungan dimana individu/masyarakat berada.
a. Inti Dari Pendampingan Psikososial
Penerimaan Diri Membantu korban untuk mampu menerima
kenyataan, melanjutkan kehidupan
Support Memberikan dukungan
Melepaskan diri Dengan menerima kenyataan, akan membantu
dari kejadian korban untuk sedikit demi sedikit melepaskan diri
dari kejadian, melibatkan dalam kegiatan Relawan
Mengekspresikan Memberikan kesempatan korban untuk
perasaan menumpahkan perasaannya
Menjaga kebersihan Seringkali setelah melewatu fase yang penuh stres,
dan keselamatan diri sendiri cenderung terlupakan
diri sendiri
Ambil sisi Membantu korban agar bisa mengambil hikmah
positifnya dari kejadian yang dialami
Gambar 16.1 Tahapan Respon Normal Dan Recovery Terhadap Pengalaman Traumatik.
c. Dampak Psikososial dari terjadinya bencana
Reaksi terhadap bencana
Reaksi trauma adalah hal yang wajar terjadi setelah kondisi krisis. Kondisi lain yang mungkin
terjadi berkaitan dengan kebutuhan psikososial pasca bencana adalah:
1) Bencana dapat menyebabkan rusaknya bangunan fisik dan terhambatnya pasokan air bersih dan
makanan. Kebutuhan dasar ini perlu segera dipenuhi.
2) Bencana menjauhkan bahkan membuat orang-orang kehilangan sanak saudara, tetangga atau
teman sehingga menyebabkan dukungan sosial melemah atau mungkin hilang
3) Perubahan dinamika dalam keluarga. Kehilangan pencari nafkah atau perubahan peran secara
mendadak karena kehilangan orangtua misalnya.
4) Struktur sosial menjadi berantakan. Komunitas terpecah, rasa percaya meyusut.
5) Ketiadaan tempat untuk berkumpul bersama
6) Ketika tekanan meningkat mungkin timbul sikap pasif. Tekanan juga dapat memicu timbulnya
kekerasan
Reaksi Yang Muncul Setelah Bencana
Reaksi Anak-anak
Masalah tidur, mimpi buruk Butuh objek untuk rasa aman.
Mudah tersinggung, susah diatur, Perubahan cara berpakaian, pola makan,
gampang bosan toilet habits.
Kesulitan mengerjakan masalah Keterpakuan terhadap sumber trauma,
sehari-hari takut ada bencana susulan
Banyak menuntut, banyak Relasi dengan adik/kakak: konflik,
mengatur, atau memisahkan diri, kompetisi, agresi, atau memisahkan diri
tidak bicara, menolak apapun.
Penurunan kemampuan belajar Gangguan fisik: denyut jantung, otot
kaku, sesak napas, sakit kepala, dll.
Berikut beberapa kondisi Mitos Seputar Bencana serta faktor emosional masyarakat setelah
mengalami bencana
Mitos Realita
Orang-orang Orang-orang berperilaku cukup rasional dan bertanggung
panik jawab, terkecuali jika sama sekali tak ada tempat yang
aman, tak ada informasi, dan tak ada yang mengarahkan
Tidak dapat Secara umum orang-orang justru mampu menjaga orang
menjaga diri disekitarnya, jika memungkinkan bisa menolong orang
sendiri lain yang membutuhkan
Terlalu Orang-orang mampu memilih dan merespon informasi
banyak yang dianggap berasal dari sumber yang bisa dipercaya
informasi
berakibat
buruk
Emosi Kondisi
Pengayaan
Apabila tekanan udara dalam kabin terganggu, maka masker oksigen akan jatuh dari
langit-langit di atas kepala anda. Kenakan masker oksigen pada mulut dan hidung dan
bernafaslah seperti biasa. Penumpang yang membawa anak-anak harus mengenakan
maskernya terlebih dahulu sebelum menolong anaknya
A. Pendahuluan
Instruksi ini disampaikan oleh para awak pesawat terbang tentang bagaimana
bersikap di tengah situasi darurat. Pesan utama dari instruksi ini adalah memastikan
keselamatan diri terlebih dahulu sebelum menyelamatkan orang lain. Prinsip ketika
menghadapi situasi darurat di pesawat ini juga merupakan prinsip penting yang perlu
dicamkan oleh pekerja kemanusiaan. Memastikan keselamatan diri terlebih dahulu
merupakan syarat mutlak untuk dapat membantu orang lain secara tepat dan efektif.
Oleh karena itu, sebagai pekerja kemanusiaan dibutuhkan pemahaman akan
pentingnya mengelola diri sendiri untuk dapat menjalankan pekerjaan kemanusiaan secara
efektif. Dalam bagian bacaan ini, akan dipaparkan latar belakang pentingnya membantu
diri sendiri sebagai seorang pekerja kemanusiaan dan beberapa tips-tips sederhana untuk
membantu diri sendiri.
Pada halaman berikut, terdapat suatu alat bantu berupa kuesioner yang dapat
mendeteksi kelelahan mental Anda berkaitan dengan pekerjaan yang Anda jalani: apakah
Anda mengalami kelelahan mental-burn out atau Anda sedang berjalan menuju kelelahan
mental tersebut?
Isilah kuesioner ini ketika anda sedang merasa ada ketidakberesan pada diri anda
akibat pekerjaan. Anda diminta untuk menjawab sesuai (S) atau tidak sesuai (TS) terhadap
pernyataan yang diberikan. Alat bantu ini akan sangat bermanfaat terutama jika anda
menjawab jujur sesuai dengan yang anda alami.
4) Jika anda menyetujui lebih dari 10 pernyataan diatas, anda sedang berjalan menuju
kelelahan mental yang luar biasa. Waspadailah.
5) Jika anda menyetujui lebih dari 15 pertanyaan diatas, anda mengalami kelelahan
mental yang luar biasa.
Trauma Sekunder
Sumber stress lain adalah pengalaman pekerja kemanusiaan sebagai saksi
penderitaan orang lain. Pekerja kemanusiaan seringkali dihadapkan pada emosi orang-
orang yang terkena dampak bencana secara langsung, sehingga dapat mengidentifikasikan
dirinya seperti mereka. Respons emosional seperti yang dialami oleh orang-orang yang
terkena dampak langsung dari suatu bencana (=respon stress traumatik) juga dialami oleh
pekerja kemanusiaan yang tidak mengalami langsung bencana. Respons emosional ini
muncul sebagai akibat dari seringnya pekerja kemanusiaan dihadapkan pada cerita-cerita
dan reaksi orang-orang yang dimiliki sering kali terjadi.
Bila bekerja pada daerah yang terjadi konflik, pekerja kemanusiaan dapat menjadi
target tindak kekerasan. Pekerja kemanusiaan dapat mengalami kekerasan, penahanan, dan
gangguan atau hinaan. Pada situasi tertentu , akan sulit untuk meminta bantuan hukum
untuk keamanan karena polisi atau militer merupakan bagian dari permasalahan yang ada.
Hal ini dapat meningkatkan rasa tidak berdaya, marah, takut dan cemas, perasaan
dikhianati dan kehilangan, lemah, kehilangan kepercayaan. Berbagai perasaan ini akan
terus berlanjut bahkan sampai pekerja kemanusiaan kembali ke tempat asal mereka.
Berbagai perasaan ini juga memberikan dampak terhadap kehidupan pribadi pekerja
kemanusiaan. Simak kisah nyata dari seorang pekerja kemanusiaan berikut ini:
Kisah Seorang Pekerja Kemanusiaan
Siti (bukan nama sebenarnya), staf sebuah LSM di Aceh, mengalami luka fisik saat terjadi
kontak senjata; punggungnya terserempet peluru. Hal ini membuat ia sangat ketakutan bila
bertemu dengan orang bersenjata. Ketakutannya terus merembet dan berlebihan, ia menjadi
serba takut akan keamanan nyawanya. Dia harus berpindah-pindah mencari tumpangan di
rumah kawan-kawannya di Medan, Jakarta bahkan Malaysia. Suaminya yang tidak tahan
melihat perilaku Siti akhirnya menjatuhkan talak cerai.
Sumber: Majalah Tempo
Hal-hal berikut perlu dihindari sebagai cara untuk mengatasi stress yang dialami pekerja
kemanusiaan :
(1) Menggunakan obat terlarang, terlalu banyak merokok, atau minum minuman keras
untuk melupakan masalah,
(2) Memikirkan masalah terus-menerus,
(3) Mengkritik orang lain, merendahkan orang lain,
(4) Membawa ketegangan dalam pekerjaan ke rumah atau sebaliknya,
(5) Melampiaskan kemarahan atau kekesalan pada orang lain,
(6) Lari dari masalah,
Berusaha untuk selalu menyenangkan semua orang meski kondisi tidak memungkinkan
merupakan suatu beban/sumber stress pekerja kemanusiaan. Belajarlah untuk mengatakan
tidak ketika kita memang tidak mau, atau tidak mampu melakukan apa yang diminta
orang lain pada kita.
(4) Berbagi
Pekerja kemanusiaan perlu memiliki rekan kerja/orang lain yang dapat dipercayai
sebagai tempat berkeluh kesah tentang masalah yang dihadapi. Keluarkan berbagai
pikiran dan perasaan negatif. Bercerita kepada diri sendiri atau berbicara kepada diri
sendiri untuk menyemangati atau memberikan dorongan kepada diri sendiri
merupakan sesuatu yang positif, mis: Saya pasti bisa...; Tidak ada cobaan yang
diberikan melampaui kekuatan kita; Hei masalah ! Saya punya Allah yang selalu
membantu saya
Berbagi dengan orang lain, atau dengan Allah melalui doa bisa menjadi cara terbaik
untuk meringankan beban, merasa diri tidak sendiri, dan untuk melatih diri mengatasi
masalah dengan lebih baik. Mengungkapkan apa yang kita rasakan kepada sesama
akan membantu mereka memahami permasalahan kita. Mungkin saja mereka dapat
menemukan cara praktis untuk menolong kita (misalnya, menawarkan bantuan,
memberikan ide pemecahan masalah, dll).
(5) Menulis/Menggambar
Menulis/menggambar tentang pengalaman dan perasaan diri juga merupakan sesuatu
yang positif. Hal yang utama adalah membuat sesuatu yang dirasakan, dipikirkan
yang sifatnya abstrak menjadi suatu yang konkret; tulisan atau gambar. Keuntungan
positifnya adalah kita bisa melihat kembali apa yang telah terjadi dalam diri kita
sehingga tahu bagaimana bersikap dan bereaksi dengan tepat/positif terhadap
pengalaman kita.
B.2 Rangkuman
1. Psikososial : segala sesuatu yang menyangkut aspek psikologis dan aspek sosial dari individu.
2. Keterampilan utama yang dibutuhkan relawan: keterampilan kemimpin, keterampilan
komunikasi dan keterampilan meresolusi konflik.
3. Tipe-tipe konflik yang mungkin muncul antar kelompok/individu di masyarakat: Konflik
kepentingan, Perbedaan pendapat dan ide, Konflik yang muncul akibat kepentingan pihak luar,
Permusuhan atau kompetisi antar individu atau kelompok, Perlakuan tidak adil dan tidak sama,
Konflik akibat pembuat masalah, Konflik struktur sosial, Kesalahpahaman, gosip dan berita
yang tidak jelas (rumor)
4. Teknik pendampingan psikososial : Bermain, Konseling kelompok: (modifikasi), Konseling
individual, PRA (Participatory Rural Appraisal), Pemberdayaan ekonomi.
B.3 Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang menurut anda paling benar.
1. Bantuan pada masyarakat yang memperhatikan hubungan dinamis yang terjadi secara terus-
menerus dan saling mempengaruhi antara aspek kejiwaan dan aspek sosial dalam lingkungan
dimana individu/masyarakat berada di sebut dengan
a. Pendampingan medis. c. Pendampingan sosial.
b. Pendampingan psikososial. d. Pendampingan psikologis.
2. Reaksi yang muncul setelah bencana yang terjadi pada anak-anak adalah sebagai berikut
kecuali..
a. Mudah tersninggung. c. Penurunan kemauan belajar.
b. Banyak menuntut. d. Semua jawaban benar.
3. Keterampilan yang harus di miliki relawan dalam melakukan pendampingan psikosial adalah
sebagai berikut.
a. Peka & mampu memanfaatkan potensi diri.
b. Memahami perbedaan budaya.
c. Jawaban a dan b benar.
d. Jawaban a dan b salah.
4. Berikut ini adalah mitos-mitos seputas bencana kecuali,
a. Orang mampu memilih dan merespon informasi yang bisa di percaya
b. Tidak dapat menjaga diri sendiri
c. Terlalu banyak informasi
d. Orang-rang menjadi panik
5. Di bawah ini adalah etika-etika yang harus dimiliki relawan dalam melakukan pendampingan
psikososial, kecuali
a. Menjaga rahasia
b. Menyadari batas-batas kemampuan diri
c. Jangan cepat memberi penilaian terhadapat pendapat korban
d. Mampu melakukan tindakan medis terhadap korban
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan
jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40,
peserta tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan
pemahaman terhadap materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.
C. Glossary
PRA (Participatory Rural Appraisal): adalah pendekatan yang digunakan oleh NGO dan lembaga
pembangunan internasional. Bertujuan untuk memasukkan pengetahuan dan pendapat masyarakat
pedesaan dalam perencanaan dan manajemen.
D. Referensi
1. Christenson James A. & Robinson, Jr. Jerry W. 1989. Community Development in Perspective.
Iowa: Iowa State University Press/ Ames
2. 1996. Australian Emergency Manual: Disaster Recovery. Emergency Management Australia.
3. Bartholomew L. Kay, Et al. 2001. Intervention Mapping: Designing Theory And Evidence
Based Health Promotion Programs. New York: McGraw Hill
4. Dalton James H. Et al. 2001. Community Psychology: Lingking Individuals and Communities.
Wardsworth
5. Borden, Kenneth S. & Horowitz Irwin A. 2002. Social Psychology, 2nd edition. New Jersey.
6. Juan Jose Lopez Ibor. 2005. Disasters and Mental Health. World Psychiatric Assosiation.
Wiley.
7. 2007. Trauma Psychology: Issues in Violence, Disaster, Helath, and Illness. London:Praeger.
8. 2008. Markas Pusat Palang Merah Indonesia (PMI). Manual Pelatihan Program Dukungan
Psikososial (Psychososial Support Program).
Penutup