Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
GEMA BNPB
MEI 2012 VOL.3 NO.1
ISSN 2088-6527
Koordinasi,
Tantangan dalam
Penanggulangan Bencana
DARI REDAKSI
GEMA BNPB - Mei 2012 3
paya penanggulangan bencana
memerlukan kerjasama dan
partisipasi aktif dari semua
pihak, baik pemerintah,
masyarakat, maupun dunia usaha. Media
sebagai bagian dari dunia usaha memiliki
peran strategis, khususnya diseminasi
informasi penanggulangan bencana. Perlu
disadari, informasi ataupun berita yang
terkait pengurangan risiko bencana di
media masih sangat kurang. Pemerintah
sangat mendorong wartawan selaku
pelaku media dalam menjalankan peran
tersebut. Dalam hal ini, peningkatan
kapasitas penanggulangan bencana sangat
dibutuhkan oleh para wartawan. Pada edisi
ini, majalah Gema BNPB memuat beberapa
tema utama terkait pelatihan manajemen
penanggulangan bencana, rehabilitasi dan
rekonstruksi didaerah terkena bencana.
U
Laporan utama mengangkat tema
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Wartawan
Kebencanaan. Fokus berita mengemukakan
Sinergitas dan Peningkatan Kapasitas
Relawan berbasis lembaga usaha.
Akhir kata, semoga majalah Gema
BNPB ini dapat menambah pengetahuan
dan informasi perkembangan kebencanaan
serta menjadi referensi kebencanaan.
Terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam penulisan
artikel ini.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan
Hubungan Masyarakat
Dr. Sutopo Purwo Nugroho
PELINDUNG Kepala BNPB PENASIHAT Sekretaris Utama PENANGGUNG JAWAB Kepala Pusat Data,
Informasi, dan Humas REDAKTUR Hartje R. Winerungan, Neulis Zuliasri, Agus Wibowo, Harun Sunarso,
I Gusti Ayu Arlita NK EDITOR Ario Akbar Lomban, Theophilus Yanuarto, Rusnadi Suyatman Putra,
Giri Trigondo, Suprapto, Slamet Riyadi, Ratih Nurmasari, Andika Tutun Widiatmoko FOTOGRAFER
Andri Cipto Utomo DESAIN GRAFIS Ignatius Toto Satrio SEKRETARIAT Sulistyowati, Audrey Ulina
Magdalena, Ulfah Sari Febriani, Murliana ALAMAT REDAKSI Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, Pusat Data, Informasi dan Humas, Jl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat Telp : 021-3458400
Fax : 021-3458500 email : majalahgema@bnpb.go.id
Daftar Isi
Volume 3 No.1
Mei 2012
Pengantar Redaksi
3 Dari Redaksi
Laporan Utama
4 Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana se Indonesia
14 Pelatihan Peningkatan Kapasitas
Wartawan Kebencanaan
Bincang-bincang
11 Ledia Hanifa Amaliah, SSi., MPsi. T
Fokus Berita
18 Kunjungan Utusan Khusus Sekjen PBB ke
Katulampa
20 Rapat Koordinasi BPBD Provinsi Sulawesi Utara
24 Menuju Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
28 Sinergitas dan Peningkatan Kapasitas
Relawan Berbasis Lembaga Usaha
32 Pelatihan Teknis Lapangan di Bogor
36 BNPB Raih Elshinta Award 2011
37 Pelatihan Teknis Lapangan BNPB di Gorontalo
Liputan Khusus
40 Membangun Kembali Kepulauan Mentawai
44 Pulihnya 100% Aktivitas Masyarakat Sekitar
Merapi
48 Pasca Gempa Bumi 8,5 SR Mengguncang Aceh
Profl
53 Ir. Sugeng Triutomo, DESS
Teropong
60 Upaya Pemberdayaan Masyarakat dalam
Penanggulangan Bencana : Sebuah Pemikiran
65 Sosialisasi Kewajiban Perpajakan Bagi
Pegawai di Lingkungan BNPB
67 Dokumentasi BNPB
Ketangguhan Bangsa Dal am Menghadapi Bencana
GEMA BNPB
MEI 2012 VOL.3 NO.1 ISSN 2088-6527
Koordinasi,
Tantangan dalam
Penanggulangan Bencana
4
18
40
53
11
60
Penanggulangan Bencana
SeINDONESIA
Rapat Koordinasi Nasional
LAPORAN UTAMA
enanggulangan bencana semakin
mendapat perhatian yang sangat
serius dari pemerintah daerah di
Indonesia. Ini terbukti dengan
dibentuknya Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) di 33 provinsi serta 497 BPBD
di tingkat kabupaten/kota. Memang ini
sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana. Pasal 18
4 GEMA BNPB - Mei 2012 GEMA BNPB - Mei 2012 5
undang-undang tersebut menyebutkan bahwa
pemerintah daerah wajib untuk membentuk
BPBD di wilayahnya. Namun harus diakui
dengan dibentuknya BPBD, tidak serta merta
penanggulangan bencana dinilai handal.
Peningkatan kapasitas baik pengetahuan dan
keterampilan terkait kebencanaan masih harus
terus dilakukan.
Disadari bahwa kecenderungan kejadian
P
personel, maupun logistik dan peralatan.
Sementara itu dukungan dari pusat, khususnya
BNPB, merupakan wujud konkret komitmen
dalam penanggulangan bencana di Indonesia
serta pencapaian visi Menuju Ketangguhan
Bangsa dalam Menghadapi Bencana.
BNPB sebagai lembaga baru telah menunjukkan
prestasi yang dapat dibanggakan; dan
beberapa pencapaian menghantarkan BNPB
untuk mendapatkan penganugerahan Global
Champion for Disaster Risk Reduction dari
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Pengakuan
PBB kepada upaya kerja keras Indonesia,
dalam hal ini BNPB sebagai focal point, telah
menunjukkan keseriusan Pemerintah Indonesia
dalam penanggulangan bencana. Tidak
terlepas dari peran BNPB sebagai focal point,
Indonesia juga ditunjuk sebagai host untuk
penyelenggaraan Asian Ministerial Conference
Disaster Risk Reduction (AMCDRR) ke-5.
Namun demikian peningkatkan kinerja dan
koordinasi di antara BNPB dan BPBD di tingkat
provinsi/kabupaten/kota tetap harus dilakukan
serta pemahaman bersama mengenai sistem
penanggulangan bencana Indonesia sangat
penting. Dalam kerangka tersebut, Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menyelenggarakan Rapat Koordinasi dan
Pelatihan Penanggulangan Bencana tingkat
nasional pada 1 3 Februari 2012 di Hotel Mercure
Ancol, Jakarta Utara. Penyelenggaraan acara
ini sekaligus merayakan Hari Ulang Tahun BNPB
ke-4. BNPB yang dibentuk sejak 2008 lalu telah
memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara
dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana di Indonesia. Rapat koordinasi (rakor)
dan pelatihan yang mengangkat tema Menuju
Indonesia Tangguh ini melibatkan seluruh
BPBD provinsi dan sejumlah BPBD kabupaten/
kota di Indonesia.
Mengawali rangkaian kegiatan, Kepala BNPB, Dr.
Syamsul Maarif, M.Si. mengatakan bahwa BNPB
telah melaksanakan pengabdiannya selama
4 tahun dan saat ini telah banyak pengakuan
baik dalam negeri maupun komunitas
internasional. Harus diingat bahwa BNPB dan
BPBD bergerak dalam lingkup kemanusiaan,
yang di dalam kegiatannya selalu terpacu dan
berkesinambungan, baik dari segi komponen
bencana di Indonesia setiap tahun meningkat.
Pencegahan dan kesiapsiagaan di tingkat
lokal yang dekat dengan potensi bencana
sangat penting. Pemerintah daerah
yang belum mengenal betul mengenai
sistem penanggulangan bencana sangat
mengharapkan pendampingan dari BNPB.
Namun tidak menutup kemungkinan,
pemerintah daerah lain di sekitarnya dapat juga
memberikan dukungan, baik itu pemikiran,
Sebagai aparat
penanggulangan bencana,
kita harus selalu siap,
dimana pun,
kapan pun untuk
melaksanakan
tugas kemanusiaan
menanggulangi
bencana
s
BPBD Provinsi dan Kabupaten/Kota penerima penghargaan
diperhatikan adalah terbangunnya koordinasi
dengan Kementerian Dalam Negeri. Hal ini
menyangkut Permendagri Nomor 32 Tahun
2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Problemnya adalah tidak dimungkinkan
BPBD mengeluarkan dana langsung ketika
ada bencana, kalau di pusat ada dana on call,
ujar Ibu Ledia. Beliau mencontohkan dengan
kejadian bencana di Garut, justru BPBD lebih
lambat daripada BNPB.
Penanggulangan bencana selalu menyangkut
pembahasan mengenai tahapan pra bencana,
pada saat bencana, dan pasca bencana.
Dalam konteks tersebut, pengarusutamaan
pengurangan risiko bencana (PRB) harus
menjadi prioritas sebagai upaya meminimalkan
jatuhnya korban jiwa an kerugian harta benda
yang lebih besar. Di sisi lain, masyarakat sebagai
frst respondent sudah selayaknya paham akan
ancaman dan risiko yang ada di sekitar tempat
tinggalnya. Harapan besar terhadap BNPB
untuk selalu mengedepankan pengurangan
risiko bencana dengan lebih menghidupkan
masyarakat, lewat organisasi-organisasi
masyarakat, ungkap Ibu Ledia yang juga aktif
sebagai daiyah, trainer, dosen, dan pekerja sosial
ini. Beliau mencontohkan seperti pelatihan dan
penyiapan Desa Siaga Bencana dapat dikelola
oleh masyarakat. Ketika ini sudah berjalan,
beban BNPB dapat berkurang dan terfokus
pada penanganan darurat, sementara PRB oleh
masyarakat sehingga mereka merasa terlibat,
tambah Ibu Ledia.
Bercermin pada Ibu Ledia
Pencapaian selama ini merupakan proses
panjang yang dijalani Ibu Ledia. Tentunya
proses tersebut membutuhkan kerja keras yang
tinggi. Melihat perjalanan Ibu Ledia, tampak
benang merah sebagai pesan keberhasilan
dalam hidup, baik itu karir dan keluarga. Pesan
itu menggarisbawahi tentang keberanian akan
perubahan dalam diri sendiri. Berikut cuplikan
apa yang menjadi pandangan Ibu Ledia: Tidak
selamanya perubahan itu mendatangkan
keburukan. Perubahan adalah sebuah proses.
Ada yang berjalan dengan cepat, ada yang
lambat. Rasa takut terhadap perubahan
seringkali membuat orang terbelenggu. Tidak
memiliki keberanian untuk melakukan
pengembangan diri yang bisa jadi membawa
perubahan dalam hidupnya. Tentu perubahan
yang dimaksud disini adalah perubahan menuju
pada kondisi yang lebih baik.
tangga. Keputusan untuk bergabung dengan
partai politik dilakukan melalui diskusi yang
panjang dengan suami dan anak-anak.
Perspektif Penanggulangan Bencana
Bekerja dengan isu-isu sosial, seperti kesehatan
reproduksi, gender, pemberdayaan perempuan,
ketenagakerjaan, tidak menyulitkan untuk
memahami kompleksitas penanggulangan
bencana. Bersinggungan dengan kebencanaan
dialami Ibu Ledia pasca gempa dan tsunami
Aceh tahun 2004 dan gempa Yogyakarta
2006. Melalui latar belakang pendidikan dan
kepedulian, beliau membantu korban bencana
saat itu.
Menurut beliau, BNPB sebagai badan yang
relatif baru sudah sangat tertata manajemennya.
Salah satu catatan penting bahwa manajemen
di lapangan perlu mendapatkan perhatian
karena pada saat bencana ada banyak
pemain sehingga perlu koordinasi yang
baik. Sementara itu koordinasi merupakan
kata kunci dalam penanggulangan bencana,
khususnya bagaimana membangun komunikasi
antar kementerian/lembaga terkait sehingga
terbangun koordinasi yang baik. Secara yuridis
telah tertuang bahwa Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana yang menyebutkan BNPB mempunyai
fungsi antara lain pengoordinasian pelaksanaan
kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh.
Diharapkan melalui koordinasi yang baik,
BNPB bersama kementerian/lembaga dan
mitra yang lain dapat bekerja secara maksimal
dalam penanggulangan bencana. Di sisi
lain, BNPB melalui Unsur Pelaksana memiliki
fungsi komando dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Dalam setiap
kejadian bencana, pengambilan keputusan
untuk kepentingan korban dan masyarakat
terdampak harus cepat dan tepat. Oleh karena
itu pengambilan keputusan menjadi hal yang
penting. Pengambilan keputusan ini juga
harus ada kesepakatan, tambah beliau. Hal ini
mengingat BNPB tidak bekerja sendiri ketika
melakukan penanggulangan bencana.
Sementara itu pada konteks pada saat
terjadi bencana, tahapan berikut yang perlu
hingga bergabung dengan senat mahasiswa.
Meskipun lulus dengan latar belakang ilmu
kimia, ini tidak menghalangi niat untuk
berorganisasi. Justru melalui organisasi ini, Ibu
Ledia belajar dan tumbuh kepedulian pada isu-
isu sosial, khususnya gender dan pemberdayaan
perempuan. Ini ditunjukkan dengan menjadi
pembicara di beberapa seminar dan konferensi di
tingkat nasional maupun internasional. Terakhir
kali beliau menjadi salah satu pembicara untuk
memenuhi undangan Parliamentary Workshop
on Advancing Maternal and Reproductive Health
and Gender Equality in Member Countries of The
Organization of Islamic Cooperation di Tunisia
pada 8 11 Maret 2012.
Keseriusan di Panggung Organisasi
Pengalaman berorganisasi dimulai saat beliau
bergabung dengan Retas Leadership Center pada
tahun 1996. Baru 2 tahun kemudian Ibu Ledia
terjun di panggung politik dengan menjadi
staf pada unit Kewanitaan DPW Partai Keadilan
DKI Jakarta. Karir pun merangkak naik hingga
pada periode 2005 2010 menjadi Ketua DPP
Partai Keadilan Sejahtera Bidang Kewanitaan. Di
samping terlibat di dalam partai politik, beliau
juga pernah tergabung di beberapa organisasi.
Menjadi ketua dewan pengurus Yayasan Uswah
Ummahat dijabat selama periode 2003 2006.
Beliau juga pernah menjadi Ketua Divisi Diklat
Kaukus Perempuan Politik Indonesia selama 2
tahun.
Ketertarikan dalam berorganisasi, khususnya
dalam partai politik, memposisikan diri untuk
melakukan banyak hal bagi masyarakat. Salah
satunya dicontohkan dengan pembuatan
produk kebijakan yang berpihak pada rakyat.
Beliau meyakini bahwa dengan terjun ke
panggung politik dapat lebih luas untuk
mengabdikan dirinya untuk masyarakat. Ibu
Ledia membuktikan dengan giat menyuarakan
pentingnya perlindungan perempuan,
seperti penurunan angka kematian ibu dan
perlindungan tenaga kerja perempuan di luar
negeri.
Satu hal yang menarik dan dapat dipetik dari
Ibu Ledia bahwa dia tidak lantas meninggalkan
keluarga karena keseriusan di panggung politik.
Beliau selalu memberikan ruang dan waktu
bagi keluarga dan perannya sebagai ibu rumah
12 GEMA BNPB - Mei 2012 GEMA BNPB - Mei 2012 13
14 GEMA BNPB - Mei 2012 GEMA BNPB - Mei 2012 15
erahu karet ini hanya digunakan
untuk misi evakuasi korban di
medan banjir atau permukaan
air yang tenang, ucap fasilitator
pelatihan. Penjelasan itu diberikan pada
saat berlangsungnya pelatihan dengan
tema Peningkatan Kapasitas Wartawan
dalam Penanggulangan Bencana yang
diselenggarakan selama 3 (tiga) hari pada 13
15 Maret 2012 di Hotel Lido Lakes, Resort &
Conference - Bogor. 141 wartawan dari 86 media
massa internasional dan nasional mengikuti
pelatihan ini dengan sangat antusias.
Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB)
menyelenggarakan pelatihan khusus bagi pelaku
media atau wartawan dari perwakilan tv, radio,
majalah, koran, tabloid dan online. Kegiatan
tersebut didasari bahwa penanggulangan
bencana di Indonesia melibatkan 3 elemen, yaitu
pemerintah, masyarakat sipil, dan dunia usaha.
Sesuai pasal 28 Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
disebutkan bahwa dunia usaha atau lembaga
usaha mendapatkan kesempatan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana
P
baik secara tersendiri maupun secara bersama
dengan pihak lain. Pada konteks itu, peran serta
media dapat dilihat sebagai elemen dari dunia
usaha. Di sisi lain, pelibatan elemen tersebut
ditunjukkan pada logo segitiga biru yang berarti
bahwa elemen penanggulangan bencana
terdiri atas 3 (tiga) elemen atau pilar utama yaitu
pemerintah (government), masyarakat (civil
society), dan swasta (private sectors).
Pelaku media dalam hal ini wartawan berperan
dalam diseminasi berita kebencanaan untuk
dimuat, baik itu media cetak, elektronik,
maupun online. Berita kebencanaan tidak
harus mengenai kejadian bencana atau pada
saat situasi pasca bencana, tetapi berita terkait
langkah-langkah pengurangan resiko bencana
(PRB) sangat penting. Sehingga ada suatu
proses edukasi yang dilakukan oleh media
terhadap masyarakat, khususnya mereka yang
berada di wilayah rawan bencana. Kehadiran
United Nations International Strategy for
Disaster Reduction (UNISDR) di Lido Resort
melihat kolaborasi sebagai langkah penting
dalam aktualisasi pembangunan ketangguhan
masyarakat dalam menghadapi bencana,
LAPORAN UTAMA
Pelatihan
Peningkatan Kapasitas
Wartawan
Kebencanaan
khususnya dengan media. Pada posisi ini, media
diharapkan mampu untuk memahami bahwa
masyarakat sangat perlu diedukasi. Media
merupakan pihak yang memiliki akses luas
dalam memberikan informasi, pengetahuan,
atau pun berita kebencanaan. Diharapkan
bekal pengetahuan tentang kebencanaan
yang dimiliki oleh para wartawan yang akan
meliput berita terkait penanggulangan bencana
menjadi penting ketika mereka harus berada di
lapangan. Pelaku media dapat juga bergabung
dalam cluster media yang sewaktu-waktu
dapat diaktifkan ketika terjadi bencana. Cluster
ini nantinya bertujuan untuk memperkuat
secara keseluruhan respon kapasitas dan juga
efektivitas sesuai dengan keahliannya, dalam
hal ini jurnalistik.
Kepala BNPB, Dr. Syamsul Maarif membuka
secara resmi pelatihan ini menyambut baik
inisiatif pelatihan yang dikhususkan bagi
para wartawan. Kepala BNPB berpendapat
bahwa pemberitaan bencana diceritakan apa
adanya. Pemberitaan bencana hendaknya
tidak didramatisir, untuk sekedar mengejar
Berita kebencanaan terkait
langkah-langkah pengurangan
resiko bencana (PRB) sangat
penting sebagai proses edukasi
yang dilakukan oleh media
terhadap masyarakat, khususnya
mereka yang berada di wilayah
rawan bencana.
5500 - 3
3500 - 100