Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ELEMEN PENDUKUNG MANAJAMEN BENCANA

“PEMBINAAN DAN PELATIHAN”


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN
BENCANA SEMESTER 7

Disusun oleh:
Anugrah Dwi Rachman (2130016005)
Anggi Nur Aini (2130016006)
Alfin Nur Faridhotul (2130016030)
Cindy Yunia Setiarso (2130016035)
Gita Olivia (2130016056)
Diana Erlita (2130015027)

Dosen Pengampu:
Edza Aria Wikurendra, S.KL, M.KL

PROGRAM S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji dan sukur kehadhirat Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah, serta inayah-nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyesaikan laporan makalah kami tentang Makalah Elemen Pendukung
Manajamen Bencana “Pembinaan Dan Pelatihan”
Makalah ini telah kami susun secara maksimal atas bantuan dari berbagai
pihak sehingga laporan makalah ini bisa selesai dengan lancar. Untuk itu, kami
selaku penyusun, terimkasi atas segala bantuan dan supportnya selama ini.
Kami menyadari, makalah yang kami buat masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, guna menghasilkan laporan makalah yang lebih baik. Kami berharap,
makalah yang kami susun bisa memberikan manfaat dan inpirasi bagi pembaca.

Surabaya, 02 November 2019

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana .................................. 3
B. Kemampuan dalam Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana ... 3
C. Pembinaan................................................................................................. 4
D. Aspek-aspek Pembinaan ............................................................................ 5
E. Manajemen insiden ................................................................................... 7
F. Manajemen darurat.................................................................................... 7
G. Manajemen krisis ...................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 10
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negeri yang rawan bencana, tetapi pada saat yang
sama memiliki potensi sumber daya manusia yang besar. Penduduk
Indonesia yang banyak dapat diberdayakan dalam menghadapi kedaruratan
dan dalam upaya pengurangan risiko bencana. Undang-undang Nomor 24
tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menetapkan bahwa
Pemerintah dan pemerintah daerah adalah penanggung jawab
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Namun, Pasal 27 UU tersebut
menegaskan bahwa setiap orang berkewajiban untuk melakukan kegiatan
penanggulangan bencana. UU ini juga mengatur keterlibatan pihak swasta,
lembagalembaga non-pemerintah dan lembaga internasional dalam
penanggulangan bencana.
Masyarakat dan pihak non-pemerintah dapat berpartisipasi dalam
berbagai bentuk kerelawanan dalam penanggulangan bencana dan
pengurangan risiko bencana. Agar keterlibatan para pemangku
kepentingan dapat terarah dan terkoordinasi, perlu dirumuskan aturan-
aturan bagi kerja relawan dalam penanggulangan bencana. Aturan yang
dituangkan dalam bentuk pedoman ini akan mengatur peran, hak dan
kewajiban relawan dalam menjalankan fungsi kerelawanan pada saat tidak
terdapat bencana, dalam masa tanggap darurat, dan saat rehabilitasi-
rekonstruksi pasca bencana. Pedoman umum bagi relawan
penanggulangan bencana ini berlaku bagi semua relawan, baik yang
berasal dari organisasi masyarakat, LSM, perguruan tinggi, sektor swasta
atau pihak lainnya. Pedoman diharapkan dapat meningkatkan kerjasama
antara Pemerintah, pemerintah daerah, organisasi masyarakat, LSM,
perguruan tinggi, sektor swasta dan pihakpihak terkait lainnya dalam
penanggulangan bencana. Selain membantu mewujudkan kemudahan bagi
relawan, pedoman ini juga akan berfungsi sebagai acuan bagi Pemerintah,
pemerintah daerah, masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya
dalam melaksanakan fungsi kerelawanan dalam penanggulangan bencana.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana?

2. Bagaimana kemampuan dalam pendidikan dan pelatihan


penanggulangan bencana?

3. Apa yang dimaksud dari Pembinaan?

4. Apa saja aspek-aspek pembinaan?

5. Apa yang dimaksud manajemen insiden?

6. Apa yang dimaksud manajemen darurat?

7. Apa yang dimaksud manajemen krisis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana.

2. Untuk mengetahui kemampuan dalam pendidikan dan pelatihan


penanggulangan bencana.

3. Untuk mengetahui dari pembinaan.

4. Untuk mengetahui aspek-aspek pembinaan.

5. Untuk mengetahui manajemen insiden.

6. Untuk mengetahui manajemen darurat.

7. Untuk mengetahui manajemen krisis.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan penanggulangan bencana yang
disingkat sebagai Diklat PB adalah pendidikan dan pelatihan yang
diselenggarakan untuk memberikan keterampilan atau penguasaan
pengetahuan di bidang teknis penanggulangan bencana. Diklat PB
diperuntukkan bagi masyarakat, dan lembaga usaha. Penyelenggara
pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana dengan dilakukan
Pemerintah, Pemerintah daerah/lembaga/organisasi yang terkait dengan
penangulangan bencana. Pendidikan dan pembinaan dilakukan secara
formal maupun informal, misal melalui tokoh-tokoh masyarakat, lembaga
pendidiklan , media dan jalur lainnya
B. Kemampuan dalam Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan
Bencana
1. Jenjang Operator
Jenjang jabatan yang memerlukan kecakapan dan pengetahuan
operasional di bidang penanggulangan bencana sehingga mampu
menyelesaikan berbagai masalah dengan metoda yang sesuai, kerja
sama dalam lingkup kerjanya, dan bertanggung jawab pada
pekerjaan sendiri serta dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas
dan mutu hasil kerja orang lain.
2. Jenjang Teknis/Analis adalah jenjang jabatan yang memerlukan
kecakapan dalam mengaplikasikan bidang keahliannya, mampu
menyelesaikan masalah, mampu beradaptasi terhadap situasi yang
dihadapi, memiliki konsep teoritis bidang penanggulangan bencana
secara umum dan dalam bidang pengetahuannya secara mendalam,
mampu memformulasikan penyelesaian masalah secara prosedural,
mempunyai tanggung jawab pada pekerjaan sendiri, dan dapat
diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja
organisasi.

3
3. Jenjang Ahli adalah jenjang jabatan yang memerlukan kecakapan
dalam merencanakan sumber daya di bidang penanggulangan
bencana di bawah tanggung jawabnya, mengevaluasi secara
komprehensif kerjanya, memecahkan masalah dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni untuk
menghasilkan langkah strategis organisasi dan melakukan riset,
penelitian, dan pengembangan, dan dapat mengambil keputusan
strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas
semua aspek yang berada di bawah tanggung jawab bidang
keahliannya.
C. Pembinaan
Pembinaan Diklat PB dilaksanakan oleh Kepala Pusdiklat PB Badan
Nasional Penanggulangan Bencana.
1. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikululum seperti, mencakup sikap pengetahuan dan kecakapan
dan dikuaisai oleh peserta dan kesatuan kompetensi yang harus
dikuasai untuk setiap jenis pada pelatihan.
2. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, batasan, dan cara
mengevaluasi yang di desain secara sistematis dan menarik dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai
kompetensi atau subkompetensi dengan skala kompleksitasnya.
Bahan ajar yang digunakan seperti, audio, visual, audio visual, dan
multimedia.
3. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta Diklat PB dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

4
Metode Pembelajaran merupakan strategi pembelajaran yang
digunakan oleh pendidik sebagai media untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
4. Penilaian
Penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar
peserta Diklat PB. dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian
kompetensi individu, dan/atau kelompok dengan memperhatikan
tampilan sikap dan perilaku, penguasaan pengetahuan, dan
kecakapan dalam pelaksanaan tugas. dilakukan dengan metode
pengamatan terhadap sikap, evaluasi peserta Diklat PB, tes secara
lisan maupun tulisan, penugasan individu atau kelompok, hasil
kerja pasca pelatihan
D. Aspek-aspek Pembinaan
1. Pembinaan Kepemimpinan
Pengurus Lembaga Pembina relawan di masing-masing tingkatan
berkewajiban melakukan pembinaan kepemimpinan para relawan
dalam hal:
a. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan mandat utama,
asas, prinsip kerja dan tanggung jawab relawan
b. Membangun komitmen bersama dalam penanggulangan bencana
yang kokoh
c. Mengkoordinasikan perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan
dan pengendalian kegiatan kerelawanan
d. Memimpin dan membangun kerjasama tim.
2. Pembinaan Kompetensi
Pengembangan kapasitas relawan dilaksanakan secara:
a. Bertahap, terarah dan berkesinambungan
b. Proporsional dalam pembagian tugas dan tanggung jawab
antara Pemerintah Pusat, Povinsi, Kabupaten/Kota dan
lembaga Pembina relawan.

5
c. Pengembangan kapasitas dilaksanakan agar relawan
memiliki kompetensi dalam:
1. Pencarian dan penyelamatan
2. Dapur umum
3. Logistik
4. Informasi dan komunikasi
5. Manajemen tempat evakuasi
6. Pengelolaan air, sanitasi dan kesehatan lingkungan
7. Kesehatan pengungsi
8. Penanganan psikososial
9. Standar-standar minimum dalam penanggulangan
bencana
10. Pengurangan risiko bencana.
d. Peningkatan kompetensi dapat dicapai melalui berbagai
cara, antara lain: Orientasi, Pendidikan dan pelatihan,
Geladi dan Simulasi.
3. Pembinaan Jiwa Korsa dan Karakter
a. Pembinaan jiwa korsa menjadi tanggung jawab Lembaga
Pembina Teknis dan Pembina Fungsional di masing-masing
tingkatan.
b. Pelaksanaan pembinaan dikembangkan berdasarkan
prinsipprinsip dan aturan yang berlaku pada organisasi
induk relawan.
4. Pembinaan Kelembagaan
a. BNPB dan BPBD membantu lembaga-lembaga relawan
dalam
melaksanakan pembinaan kelembagaan.
b. Pembinaan kelembagaan dapat dikembangkan melalui
pemberian
dukungan manajerial dan sumber daya untuk penguatan
kelembagaan organisasi relawan

6
E. Manajemen insiden
Manajemen insiden adalah proses untuk menangani semua insiden.
ini mungkin insiden dimana layanan sedang terganggu atau insiden
dimana layanan belum terganggu. Nilai manajemen insiden untuk bisnis
adalah bahwa sumber daya yang dialokasikan untuk meminimalkan dan
mengurangi dampak dari insiden dan tidak tersedianya layanan sejalan
dengan prioritas bisnis. Tujuan utama dari proses manajemen insiden
adalah untuk mengembalikan operasi layanan normal secepat mungkin dan
meminimalkan dampak negatif terhadp operasi bisnis Hubungan
manajemen insiden dengan manajemen lainnya. Manajemen insiden
terkait erat dengan manajemen masalah dengan satu atau lebih insiden
yang disebabkan oleh masalah. Ada juga link yang kuat dengan anajemen
perubahan untuk menyelesaikan insiden atau sejumlah insiden tetapi
perubahan yang tidak melakukan apa yang mereka maksud dapat
menyebabkan insiden.
F. Manajemen darurat
a. Tanggap Darurat (response). Tanggap darurat adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Beberapa
aktivitas yang dilakukan pada tahapan tanggap darurat antara lain:
1. Pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya;
2. penentuan status keadaan darurat bencana
3. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
4. pemenuhan kebutuhan dasar
5. perlindungan terhadap kelompok rentan
6. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

7
b. Bantuan Darurat (relief)
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar berupa: Pangan, Sandang, Tempat
tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih.

G. Manajemen krisis
Manajemen krisis adalah proses yang membahas organisasi dengan
sebuah peristiwa besar yang mengancam merugikan organisasi, atau
masyarakat umum. Ada tiga elemen yang paling umum untuk mendefinisi
krisis: ancaman bagi organisasi, unsur kejutan, dan keputusan waktu
singkat. Jadi manajemen krisis dalam pengertian yang lebih luas
merupakan sebuah keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk
mengidentifikasi, menilai, memahami, dan mengatasi situasi yang serius,
terutama dari saat pertama kali terjadi sampai ke titik pemulihan kembali.
Jadi esensi manajemen krisis adalah upaya untuk menekan faktor
ketidakpastian dan faktor risiko hingga tingkat serendah mungkin, dengan
demikian akan lebih mampu menampilkan sebanyak mungkin faktor
kepastiannya. Sebenarnya yang disebut manajemen krisis itu diawali
dengan langkah mengupayakan sebanyak mungkin informasi mengenai
alternatif-alternatif, maupun mengenai probabilitas, bahkan jika mungkin
mengenai kepastian tentang terjadinya, sehingga pengambilan keputusan
mengenai langkah-langkah yang direncanakan untuk ditempuh, dapat lebih
didasarkan pada sebanyak mungkin dan selengkap mungkin serta setepat
mungkin informasinya.
a. Kategori krisis
Untuk itu, selama proses penyusunan manajemen krisis, sangat penting
untuk mampu mengidentifikasi jenis krisis dalam berbagai situasi yang
berbeda-beda dan menggunakan berbagai macam strategi manajemen
krisis yang berbeda. Perlu diketahui memprediksi krisis memang sangat
sulit, tapi mengidetifikasi macam-macam krisis sangatlah mudah dan
bisa dikelompokkan. Lerbinger mengkategorikan ada tujuh jenis/tipe
krisis:

8
1. Bencana alam
2. Teknologi krisis
3. Konfrontasi
4. Kedengkian (Malevolence)
5. Krisis karena Manajemen yang Buruk (Crisis of skewed
management value)
6. Krisis adanya penipuan (deception)
7. Kesalahan manajemen (management misconduct)
b. Krisis Teknologi merupakan krisis yang timbul atau terjadi akibat aplikasi
ilmu pengetahuan dan teknologi (application of science). Bencana
tehnologi biasanya terjadi apabila terjadi kesalahan satu sistem yang
mengakibatkan gangguan pada sistem yang lain sehingga merusak
keseluruhan tehnologi. Krisis teknologi sering terjadi karena kesalahan
manusia (human error) mengingat semakin kompleksnya jalinan antar
sistem tehnologi. Ketika terjadi bencana tehnologi, orang selalu mudah
dan cenderung menyalahkan tehnologi karena adanya kegagalan dalam
sistem sebagai alasan pembenaran untuk menghindari
pertanggungjawaban atas bencana terjadi.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelatihan dan pembinaan sangat diperlukan baik untuk petugas
maupun untuk masyarakat sebagai bekal pengendalian pada saat terjadi
bencana. Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi
yang dilakukan, bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta
mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Adakalanya kegiatan
mitigasi ini digolongkan menjadi mitigasi yang bersifat non-struktural
(berupa peraturan, penyuluhan, pendidikan) dan yang bersifat struktural
(berupa bangunan dan prasarana).
B. Saran
Saya menyadari bahwa makalah saya sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharap adanya kritik dan saran
bagi pembaca, agar saya dapat memperbaiki makalah ini lebih baik lagi.
Semoga makalah saya dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada
pembaca tentang pelatihan dan pembinaan manajemen bencana.

10
DAFTAR PUSTAKA

Manajemen Krisis. Retrieved Novenmber 1, 2019, from Wikipedia:


https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_krisis
Pedoman Relawan Penanggulangan Bencana . (2014). Retrieved November 1, 2019,
from Ditjenpp kemenkumham:
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1422-2014.pdf
Pendidikan dan Pelatihan Penanngulangan Bencana. (2016). Retrieved November 1,
2019, from Perpustakaan BNPB:
http://perpustakaan.bnpb.go.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=81&bid=797
Riadi, M. (2018, April 13). Pengertian, Jenis dan Manajemen Bencana . Retrieved
November 1, 2019, from Kajian Pustaka:
https://www.kajianpustaka.com/2018/04/pengertian-jenis-dan-manajemen-
bencana.html

11

Anda mungkin juga menyukai