Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN BENCANA

KERJA SAMA INTER DAN MULTIDISIPLIN PADA


PENANGGULANGAN BENCANA

DISUSUN OLEH

DEBI DWIVAYANA RAHMAT BESLY PERMATA

LIZA ANGGRAINI RATIKA WULANDARI Z

MARTHA NIA PUTRI RAKES

MULYA ULFA K RATNA JULITA

MUNZIR MUBARAK SARAYA SILMINA MANDAGI

OKTAMI SRIDIKA A TESYA NANDRA C

DOSEN PEMBIMBING :

RENY CHAIDIR, S.KEP, M.KEP

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


2020

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas kehendak-Nyalah makalah ini
dapat terselesaikan. Makalah ini membahas tentang kerja sama inter dan multidisiplin pada
penanggulangan bencana. Dalam penyusunan makalah ini kami ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Dosen yang mengampu, yang telah memberikan tugas ini kepada kami,
sehingga pengetahuan kami bertambah mengenai keperawatan bencana

Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan
tentang kerja sama inter dan multidisiplin pada penanggulangan bencana.. Kami menyadari
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempunaan tugas ini.Semoga tugas ini
bermanfaat bagi pembaca.

Bukittinggi 28 Desember 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG................................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................................3
C. TUJUAN................................................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI..........................................................................................................................................4
A. Kerja Sama Interdisiplin Dalam Keperawatan Bencana.......................................................................4
a. Pengertian.......................................................................................................................................4
b. Ciri-Ciri Interdisiplin.........................................................................................................................4
c. Anggota Tim Interdisiplin.................................................................................................................5
B. Kerja Sama Multidisiplin Dalam Keperawatan Bencana......................................................................6
a.Pengertian............................................................................................................................................6
b. Ciri-Ciri Multidisiplin........................................................................................................................6
c. Anggota Tim Multidisiplin................................................................................................................7
C. Komunikasi Multidisiplin Dalam Keperawatan..................................................................................11
a. Menciptakan hubungan interpersonal yang baik..........................................................................11
b. Bertukar informasi.........................................................................................................................11
c. Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian.........................................................................12
d. Penggunaan bahasa yang tepat.....................................................................................................12
e. Bahasa tubuh dan penampilan......................................................................................................12
f. Bersikap jujur.................................................................................................................................12
g. Memperhatikan kebutuhan pasien................................................................................................13
h. Mengembangkan sikap empati......................................................................................................13
BAB III........................................................................................................................................................14

ii
PENUTUP...................................................................................................................................................14
A.KESIMPULAN..........................................................................................................................................14
B.SARAN....................................................................................................................................................14
Daftar pustaka..........................................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor

alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh

faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan

bencana sosial. (Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2012).

Wilayah negara Indonesia adalah rawan terjadi bencana alam terutama bencana

gempa bumi dan erupsi gunung berapi. Hal ini diakibatkan letak posisi Indonesia

terletak pada lempengan tektonik yaitu Indo-Australian, Eurasia dan Pacific yang

menghasilkan tumpukan energi dalam batas ambang tertentu. Posisi inilah yang pada

akhirnya menyebabkan Indonesia sering terjadi bencana seperti gempa bumi dan

tsunami. Berdasarkan kondisi tersebut, maka beberapa daerah di Indonesia dibentuk tim

siap siaga bencana untuk membimbing , memberikan penyuluhan dan motivator kepada

masyarakat dalam kegiatan kesiapsiagaan bencana (Safety Sign, 2018).

Pelatihan merupakan suatu proses (kegiatan) Pendidikan jangka pendek dengan

menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir yang dirancang untuk meningkatkan

1
berbagi keahlian, pengetahuan, pengalaman, yang berarti perubahan sikap

(Siagian,2014). Menurut (International Federation Red Cross, 2012) kesiapsiagaan

adalah Segala upaya untuk menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber

daya untuk memenuhi kebutuhan saat itu. Hal ini bertujuan agar masyarakat memiliki

persiapan yang baik saat menghadapi bencana.

Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang digunakan untuk mengantisipasi

bencana. Faktor utama yang menjadi kunci untuk kesiapsiagaan adalah pengetahuan.

Dengan pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi sikap dan kepedulian untuk

siap siaga dalam mengantisipasi bencana. Kesiapsiagaan merupakan salah satu proses

manajemen bencana, pentingnya kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting

dari kegiatan pencegahan pengurangan resiko bencana (Sinsiana, 2015).

Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan.

Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat memengaruhi sikap dan kepedulian untuk

siap siaga dalam mengantisipasi bencana. Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian

dari proses manajemen bencana dan didalam konsep bencana yang berkembang saat ini,

pentingnya kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan

pencegahan pengurangan risiko bencana yang bersifat pro- aktif, sebelum terjadinya

suatu bencana. Faktor utama yang dapat mengakibatkan bencana tersebut menimbulkan

korban dan kerugian besar , yaitu kurangnya pemahaman tentang karakterisitik bahaya,

sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan sumber daya alam, kurangnya

informasi peringatan dini yang mengakibatkan ketidaksiapan, dan ketidakberdayaan

atau ketidakmampuan dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan dikelompokkan

menjadi empat parameter yaitu pengetahuan dan sikap, perencanaan kedaruratan, sistem

2
peringatan dan mobilisasi sumber daya (Firmansyah, 2014).

Peran perawat dalam manajemen bencana yaitu pada saat fase pra, saat dan

pasca bencana. Salah satu peran perawat dalam fase pra bencana adalah perawat terlibat

dalam promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi

bencana. Perawat memiliki peran kunci dalam kesiapsiagaan masyarakat terhadap

bencana. Perawat sebagai profesi tunggal terbesar dalam layanan kesehatan harus

memahami siklus bencana, tanpa integrasi keperawatan dalam setiap tahap bencana

masyarakat akan kehilangan bagian penting dalam pencegahan bencana karena

perawatan merupakan respon terdepan dalam penanganan bencana (Efendi &

Makhfudli, 2009).

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana kerja sama interdisiplin dan multidisiplin pada penangan atau penanggulangan
bencana

C. TUJUAN
Dapat mengetahui kerja sama inter dan multidisiplin pada penanggulangan bencana

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kerja Sama Interdisiplin Dalam Keperawatan Bencana

a. Pengertian
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok professional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan terbaik.
Interdisiplin merupakan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu dalam tugas, namun
dalam pemecahan suatu masalah saling bekerjasama dengan disiplin ilmu lain, saling
berkaitan.
Interdisiplin merupakan interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang
langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program penenlitian dengan
tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.

b. Ciri-Ciri Interdisiplin
a. Peran dan tanggung jawab tidak kaku, dapat beralih sesuai dengan perkembangan.
b. Menyadari adanya tumpang tindi kompetensi dan menerapkan dalam praktek sehari-
hari.
c. Menemui dan mengenali keunikan peran berbagai disiplin yang tidak bias diabaikan
dan merupakan modal bersama.
d. Ranah perluasan ilmu dan ketrampilan yang dimiliki dan akan diterapkan merupakan
yang paling komprehensif, terdapat keinginan untuk memikul beban berat bersama,
hasrat untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan.

4
e. Interdisiplin dimulai dari disiplin, setelah itu mengembangkan permasalahan seputar
disiplin tersebut.

c. Anggota Tim Interdisiplin


a. Peran dan fungsi dan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika )
BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen(LPND),
dipimpin oleh seorang Kepala Badan.
BMKG mempunyai tugas : melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi,
Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi :
1) Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
2) Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
3) Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
4) Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data dan
informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
5) Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
6) Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat
berkenaan dengan perubahan iklim;
7) Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait
serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
8) Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
9) Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
10) Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan
jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;

5
11) Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi
di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
12) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen pemerintahan
di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
13) Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
14) Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
15) Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan
BMKG;
16) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BMKG;
17) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
18) Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh
Menteri yang bertanggung jawab di bidang perhubungan.

D. Kerja Sama Multidisiplin Dalam Keperawatan Bencana

a.Pengertian
Menurut Wywialowski (2004), multidisiplin atau multidisipliner mengacu pada tim
dimana sejumlah orang atau individu dari berbagai disiplin ilmu terlibat dalam suatu
proyek namun masing-masing individu bekerja secara mandiri. Setiap individu dalam tim
multidisiplin memiliki keterampilan dan keahlian yang berbeda namun saling melengkapi
satu sama lain. Pengalaman yang dimiliki masing-masing individu memberikan
kontribusi yang besar bagi keseluruhan upaya yang dilakukan.
Tim multidisiplin adalah sebuah kelompok pekerja kesehatan atau pekerja medis
yang terdiri dari anggota – anggota dengan latar belakang ilmu profesi yang berbeda dan
masing – masing anggota tim memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

6
b. Ciri-Ciri Multidisiplin
a. Setiap bagian ikut berperan cukup besar, melakukan perencanaan pengelolaan
bersama.
b. Setiap bagian beraktivitas berdasarkan batasan ilmunya.
c. Konseptual dan operasional : terpisah-pisah.
d. Dalam pelayanan kesehatan, berbagai bidang ilmu berupaya mengintegrasikan
pelayanan untuk kepentingan pasien. Namun setiap disiplin membatasi diri secara
‘tegas’ untuk tidak memasukan ranah ilmu lain.

c. Anggota Tim Multidisiplin


a. Dokter
1) Peran dokter dalam keadaan bencana. Dokter merupakan salah satu praktis
kesehatan yang sangat diperlukan dalam keadaan bencana peran dokter tersebu
diantaranya:
a) Melakukan penanganan kasus kegawat daruratan trauma maupun non trauma
seperti PPGD-GELS, ATLS, ACLS)
b) Melakukan pemeriksaan umum terhadap korban bencana.
c) Mendiangnosa keadaan korban bencana dan ikut menentukan status korban
triase.
d) Menetapkan diagnosa terhadap pasien kegawat daruratan dan mencegah
terjadinya kecatatan pada pasien.
e) Memberikan pelayanan pengobatan darurat
f) Melakukan tindakan medis yang dapat dilakukan di posko tanggap bencana.
g) Memberikan rekomendasi rujukan ke rumah sakit apabila memerlukan
penanganan lebih lanjut
h) Melakukan pelayanan kesehatan rehabilitative
2) Tenaga dokter dalam tim penanggulagan kritis
Dalam keadaan bencana diadakannya mobilisasi SDM kesehatan, diantarnya
dokter, yang tergabung dalam suatu tim penanggulangan kritis yang meliput tim
gerak cepat, tim penilaian cepat kesehatan (Tim RHA), dab tim bantuan kesehatan
berikut kebutuhan minimal tenaga dokter untuk masing-masing tim tersebut:

7
a) Tim gerak cepat
Merupakan tim yang bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah adanya kejasin
bencana. Tenaga dokter yang dibutuhkan terdiri dari dokter umum/BSB 1
orang, dokter spesialis bedah 1 orang, dan dokter spesialis anastesis 1 orang.
b) Tim RHA
Merupakan tim yang bisa diberangkatkan bersama dengan tim gerak cepat
atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada tim ini, tenaga dokter
umum minimal 1 orang dikirikan.
c) Tim bencana kesehatan
Merupakan tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah tim gerak
cepat dan tim RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka dilapangan.
b. Perawat
Fungsi dan tugas perawat dalam situasi bencana dapat dijabarkan menurut fase
dan keadaan berlaku saat terjadi bencana seperti dibawah ini :
1) Fase pra bencana
a) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal – hal
berikut.
(1) Usaha pengobatan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)..
(2) Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain.
2) Fase bencana
a) Bertindak cepat
b) Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan takut
memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.

8
c) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan.

3) Fase pasca bencana


a) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan
psikologis korban.
b) Stress psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang merupkan sindron dengan tiga
kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua,
individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback,
mimpi, ataupun peristiwa – peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu
akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu individu dengan PTSD dapat
mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalahm dan gangguan
memori.
c) Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja
sama dengan unsure lintas sector manangani masalah kesehatan
masyarakat pasca bencana.
c. Ahli gizi
Kegiatan penaganan dan tugas ahli gizi pada situasi bencana perlu efesien dan
efektif antara lain, sebagai berikut:
1) Menyusun menu bagi sekelompok masyarakat korban bencana alam.
2) Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari perisapan samppai
perindistribusian.
3) Pegawasan logistik bantuan bahan makanan dan minuman.
4) Memantau keadaan gizi pengungsian khusus balita dan ibu hamil.
5) Pelaksanaan koseling gizi gratis yang disediakan untuk masyarakat korban
bencana alam.
6) Pemberian suplemen zat gizi makro (kapsul vitamin A, untuk balita dan tablet
besi untuk ibu hamil).

9
d. Fisioterapi
1) Fisioterapi harus mampu mebina hubungan baik secara intense dengan
instansi yang diakui secara internasional / LSM untuk memastikan bahwa
layanan professional dikoordinasikan dan dimasukkan sebagai bagian dari
program rancangan pembangunan nasional yang berkelajutan dalam kerangka
manajemen bencana.
2) Mitigasi dan kesiapan adalah cara utama untuk mengurangi dampak bencana
dan mitigasi dan kesiapsiagaan berbasis masyarakat/manajemen harus
menjadi praktek manajemen fisioterapi.
3) Korban bencana yang mengalami luka fisik dapat di fase awal dapat mendapat
perawatan di rumah sakit terdekat, atau pada langkah sementara dilokasi
dengan bantuan medis oleh tim bantuan bencana local secaara organisasi
bantuan internasional. Namun kembali ke rumah mereka untuk membangun
kembali kehidupan mereka adalah keentingan utama bagi para korban.
e. Pekerja sosial
Profesi pekerja sosial memiliki peran penting dalam penggulangan bencana baik
pada saat pra bencana, tanggap darurat maupun pasca bencana pada saat pra
bencana, kontribusi pekerja sosial berfokus pada upaya pengurangan risiko
bencana, antara lain melalui kegiatan , peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dan
mitigasi dala menghadapi kemungkinan terjadinya bencana, pemetaan kapasitas
masyarakat, dan melalukan advokasi ke berbagai pihak terkait kebijakan
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, pekerja sosial membantu
pemulihan kondisi fisik dan penanganan psikososial dasar bagi korban bencana.
Pada saat pasca bencana, pekerja sosial melakukan upaya pemulihan kondisi
psikologis korban bencana, khususnya mengatasi trauma dan pemulihan kondisi
sosial, serta pengembangan kemandirian korban bencana.
f. POLRI
Peran Polri dalam mendukung manajemen penanggulangan bencana melalui:
1) Meningkatkan pembinaan masyarakat melalui kegiatan community policing
sehingga masyarakat diharapkan mampu mencegah dan menghindari

10
terjadinya tindakan kejahatan yang akan menimpa dirinya mampu
kelompoknya.
2) Melaksanakan sosialisasi antisipasi terhadap bencana melalui pelatihan
penyelamat saat terjadinya bencana serta terbentuknya sistem deteksi dini
adanya bencana yang dapat dimengerti oleh masyarakat.
3) Meningkatkan kepatuhan hukum dari masyarakat agar tidak melakukan
tindakan yang melanggar hukum pada saat terjadinya bencana penyuluhan dan
pengorganisasian kelompok masyarakat sadar hukum.
4) Melakukan kegitan kepolisian dalam rangka memberikan jaminan rasa aman
kepada masyarakat baik jiwa maupun harta melalui kegiatan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan masyarakat serta penegakan hukum yang
professional dengan menjunjung tinggi HAM.
5) Melakukan pembenhan dan peningkatan internasional organisasi polri melalui
peningkatan kuantitas dan kualitas personil medasari paradigma baru polri,
meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan masyarakat, menciptakan
sistem dan metode serta anggaran yang mampu mendukung operasional polri
dalam penggulangan bencana.
g. Tim SAR (Search And Rescue)
Dalam hal kejadian bencana alam, peranan SAR adalah yang paling mengemuka
karena harus bertindak paling awal pada setiap bencana alam yang terjadi,
sehingga SAR menjadi titik pandang bagi masyarakat yang tertimpa musibah.

E. Komunikasi Multidisiplin Dalam Keperawatan

a. Menciptakan hubungan interpersonal yang baik


Menciptakan dan memelihara hubungan yang baik adalah penting dalam upaya
penanganan dan perawatan pasien. Hasil studi menunjukkan bahwa komunikasi dan
hubungan baik antara pasien dan anggota tim memberikan dampak positif pada
kepuasan pasien, pengetahuan dan pemahaman, kepatuhan terhadap program
pengobatan, dan hasil kesehatan yang terukur.

11
b. Bertukar informasi
Anggota tim yakni dokter perlu memperoleh sebanyak mungkin informasi dari
pasien agar dapat mendiagnosa dengan tepat jenis penyakit yang diderita pasien dan
merumuskan rencana penanganan dan perawatan. Bagi pasien, pasien perlu
mengetahui, memahami, merasa dikenal, dan dipahami oleh anggota tim. Untuk itu,
kedua belah pihak sangat perlu melakukan komunikasi dua arah sebagai upaya untuk
saling bertukar informasi.

c. Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian


Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian adalah salah satu penyebab
keberhasilan dalam komunikasi. Perawat sebagai anggota tim bertanggung jawab
dalam memberikan perhatian dan memobilisasi semua indera untuk mempersespi
semua pesan verbal maupun pesan nonverbal yang diberikan oleh pasien.
Dengan mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian, perawat dapat menilai situasi
dan masalah yang dialami pasien. Selain itu perawat juga dapat meningkatkan harga
diri pasien dan mengintergrasikan diagnosa keperawatan dan proses perawatan.

d. Penggunaan bahasa yang tepat


Informasi yang diberikan selama proses konsultasi, penanganan, dan perawatan
pasien perlu dilakukan dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh pasien
dan anggota pasien. Bahasa sebagai alat komunikasi dalam proses konsultasi,
penanganan, dan perawatan pasien hendaknya tidak menggunakan jargon dan istilah
teknis kesehatan kecuali dijelaskan secara komprehensif. Yang harus dihindari juga
adalah penggunaan eufemisme karena dapat mengarah pada ambigu.

e. Bahasa tubuh dan penampilan


Bahasa tubuh dalam komunikasi dan penampilan juga hendaknya menjadi bahan
pertimbangan dan perlu diperhatikan dengan baik. Berbagai komunikasi
nonverbal yang ditampilkan seperti postur tubuh, gaya, dan perilaku dapat berdampak
pada kemajuan dan hasil konsultasi antara pasien dan anggoa tim. Untuk itu, bahasa
tubuh yang ditampilkan selama proses konsultasi harus ditampilkan secara lengkap
dan fokus pada pasien.

12
f. Bersikap jujur
Bersikap jujur merupakan salah satu konsep moral dalam komunikasi
keperawatan. Anggota tim seperti perawat harus bersikap jujur agar diskusi atau
konsultasi yang dilakukan tidak menimbulkan kecurigaan, keraguan, dan
kesalahpahaman. Jika ada kebutuhan untuk diskusi yang terpisah dengan anggota
keluarga pasien maka harus dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi
terapeutik seperti hati – hati memperhatikan tempat diskusi, dan waktu yang tepat.

g. Memperhatikan kebutuhan pasien


Anggota tim seperti pasien perlu mengetahui apa yang menjadi kebutuhan
komunikasi pasien. Beberapa orang pasien hanya ingin didengar tanpa banyak
penjelasan dan beberapa pasien lainnya ingin mengetahui penjelasan yang lengkap
tentang penyakit yang diderita. Perawat harus dapat mendeteksi setiap apa yang
diinginkan pasien.

h. Mengembangkan sikap empati


Empati merupakan salah satu karakteristik komunikasi terapeutik.Yang
dimaksud dengan empati adalah perawat dapat merasakan apa yang dirasakan oleh
pasien. Dalam artian, perawat hendaknya dapat memposisikan dirinya pada posisi
pasien.

13
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia.

Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang digunakan untuk mengantisipasi bencana. Faktor


utama yang menjadi kunci untuk kesiapsiagaan adalah pengetahuan. Dengan pengetahuan yang
dimiliki dapat mempengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap siaga dalam mengantisipasi
bencana. Kesiapsiagaan merupakan salah satu proses manajemen bencana, pentingnya
kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pencegahan pengurangan
resiko bencana.

B.SARAN
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa
mendekati kata sempurna.Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk
menyempurnakan makalah ini.

14
Daftar pustaka

Hikmat, 2001.masyarakat dalam kesehatan agung sentosa. Jakarta.

https://www.scribd.com/document/394972165/BAB-II-Kep-Bencana-kel-10

15

Anda mungkin juga menyukai