Anda di halaman 1dari 24

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan Ners yang unggul dalam menerapkan ilmu dan teknologi
keperawatan lanjut usia.

TUGAS MAKALAH MK. MANAJEMEN BENCANA


PERENCANAAN PENANGGULANGAN (PERENCANAAN MITIGASI, KONTIJENSI,
OPERASI, DAN PERENCANAAN PEMULIHAN)

Disusun oleh Kelompok 3:

1. Diva Nurvaida ( P3.73.20.2.23.308)


2. Ersa Taura Lubis (P3.73.20.2.23.309)
3. Fira Millenia Arinta ( P3.73.20.2.23.310)

Pembimbing: Dra. Endang Banon S.B., M.Kep., Ns., Sp.Kep.J.

PROGRAM SARJANA TERAPAN DAN PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM PROFESI

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya
berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Perencanaan Penanggulangan (Perencanaan Mitigasi, Kontijensi, Operasi, Dan
Perencanaan Pemulihan)”.
Kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini berkat bantuan dan
bimbingan para dosen sehingga kendala-kendala dapat kami selesaikan. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ace Sudrajat, SKp., MKes. sebagai penanggung jawab mata kuliah Manajemen Bencana;
2. Dra. Endang Banon S.B., M.Kep., Ns., Sp.Kep.J. sebagai dosen pembimbing.

Kami berharap makalah ini dapat dinikmati oleh para pembaca. Kami juga menyadari bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran,
dan usulan demi perbaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipahami oleh para pembaca. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya, sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

Bekasi, 18 Juli 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................................5
A. Latar Belakang..............................................................................................................................5
B. Tujuan............................................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................................7
KONSEP DASAR PERENCANAAN PENANGGULANGAN..............................................................7
A. Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)..................................................................................7
1. Pengertian Rencana Penanggulangan Bencana............................................................................7
2. Rencana Penanggulangan Bencana di Indonesia.........................................................................7
B. Perencanaan Mitigasi..................................................................................................................11
1. Pengertian Perencanaan Mitigasi...............................................................................................11
2. Langkah-langkah Perencanaan Mitigasi....................................................................................11
C. Perencanaan Kontijensi..............................................................................................................13
1. Pengertian Perencanaan Kontijensi................................................................................................13
2. Langkah Perencanaan Kontijensi...................................................................................................14
3. Contoh Perencanaan Kontijensi.....................................................................................................14
D. Perencanaan Operasi...................................................................................................................14
1. Pengertian Perencanaan Operasi....................................................................................................14
2. Langkah Perencanaan Operasi.......................................................................................................14
3. Contoh Perencanaan Operasi.........................................................................................................14
E. Perencanaan Pemulihan..............................................................................................................14
1. Pengertian Perencanaan Pemulihan...............................................................................................14
2. Langkah Perencanaan Pemulihan..................................................................................................14
3. Contoh Perencanaan Pemulihan.....................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................................16
KASUS.....................................................................................................................................................16
BAB IV.....................................................................................................................................................17
SIMPULAN DAN SARAN......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Potensi terjadi bencana alam dapat terjadi pada semua negara di belahan dunia. Pada
tahun 2015 terdapat 99 negara yang mengalami kejadaian bencana alam sehingga
mengakibatkan dampak buruk kepada jutaan orang, 22.000 orang lebih meninggal dan
kerugian mencapai 70,3 Milyar dollar (Guha‐Sapir et al. 2015). Indonesia dapat dikategorikan
sebagai negara yang rentan dan sering terjadi bencana (Indonesia Investment, 2010).
Penyebabnya adalah posisi Indonesia diantara sabuk api Pasifik, Astralia,dan Eurasi,
sehingga memudahkan terjadi bencana gempabumi dan tsunami di pantai (BNPB, 2012,
p.16). Hal ini senada dengan kenyataan bahwa Indonesia paling berpotensi kuat terjadi
bencana gempabumi, erupsi gunung api, banjir, dan tsunami (Sattler ,Mora Claramita dan
Muskavage, 2017; Djalante, 2018).
Bencana di Indonesia, selama Tahun 2018 Badan Penanggulangan Bencan Nasional
(BNPB) melaporkan ada 2.564 bencana dengan korban meninggal 3.349 orang, 1,432 hilang,
21.064 cedera dan 10,2 juta orang dievakuasi, 374,023 gedung hancur dan kerugian mencapai
lebih dari 100 milyar US dollars(Sutopo, 2018). Kejadian bencana yang terjadi 28 September
2018 adalah gempabumi dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala Provinsi Sulawesi
Tengah yang menelan 2,113 orang meninggal, 2.010 hilang, dan 4.612 cedera, lebih dari
6.632 gedung rusak dan kerugian lebih dari 3 milyar US dollars (Badan Meteorologi,
Klimatology, dan Geofisika, 2018). Bencana tsunami terjadi di Pantai Teluk Sunda Barat
yang meliputi Provinsi Banten dan Lampung tanggal 22 December 2018. Menelan korban 437
orang meninggal, 1.495 cedera, 159 hilang (Sutopo, 2018). Yang terakhir adalah banjir
bandang yang terjadi di Sentani Jayapura tangga 19 Maret 2019, yang mengakibatkan 112
orang meninggal, 915 cedera, dan 94 hilang, dan 11.556 orang dievakuasi serta lebih dari 600
gedung rusak (Sutopo, 2018).
Menurut The World Health Organization (WHO & ICN, 2009) melihat semakin
banyaknya kejadian bencana yang mengakibatkan korban individu atau kelompok bahkan
suatu negara, maka perkembangan bencana ini akan memiliki efek kurang baik bagi
kesehatan, ekonomi dan lingkungan, sehingga perlu usaha-usaha perencanan manajemen
bencana yang konkret. The International Council of Nurses (ICN) sendiri membuat model
kontinum manajemen bencana (Disaster Management Continuum Model) yang punya 4
komponen utama untuk fase mitigasi (mitigation), kesiapsiagaan (preparedness), tanggap
darurat (response) dan pemulihan (recovery) Kurniadi, (2021).  
Perencanaan pengelolaan bencana harus dikembangkan untuk menghadapi datangnya
bencana yang tidak bisa diprediksi kedatangannya. Dalam perencanaan tersebut diperlukan
peran serta semua profesi untuk mendukung gerakan ini (Savage & Kube, 2009). Untuk itu
dibutuhkan peran perawat yang memiliki komptensi dalam penanggulangan bencana yang
cenderung meningkat (Guha‐Sapir et al. 2015). Kejadian bencana yang kerap terjadi membuat
perawat harus memiliki kesiapsiagaan yang baik pada saat kritis untuk menurunkan dampak
pada kesehatan korban bencana.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep
dasar dan melakukan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan Perencanaan
Penanggulangan .
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan Perencanaan Mitigasi
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan Perencanaan Kontijensi
3. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan Perencanaan Operasi
4. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan Perencanaan Perencanaan Pemulihan
BAB II

KONSEP DASAR PERENCANAAN PENANGGULANGAN

A. Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)


1. Pengertian Rencana Penanggulangan Bencana
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) merupakan rencana umum dan menyeluruh
yang meliputi seluruh tahapan (pra-saat-pasca) bencana dan bidang kerja kebencanaan
(Perka BNPB No 4 2008). Dalam arti luas, RPB merupakan program strategis pada
seluruh bidang/cakupan pengurangan risiko bencana, baik dalam bidang pencegahan,
kesiapsiagaan, kedaruratan, rehabilitasi, maupun rekonstruksi untuk seluruh ancaman
bencana prioritas dalam suatu wilayah administrative (Sumino, 2021).
Menurut BNPB paradigma dalam penanggulangan bencana secara global/internasional
mulai tahun 1990 telah bergeser dari upaya yang difokuskan pada saat terjadi bencana,
sekarang lebih diperluas kepada upaya mengurangi resiko dan dampak bencana.
Penanggulangan bencana diawali dengan menganalisis risiko bencana berdasarkan
ancaman/bahaya dan kerentanan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola dan
mengurangi risiko serta mengurangi dampak bencana yang ditimbulkan. Manajemen
bencana dilakukan bersama oleh semua pemangku kepentingan/stakeholder, lintas sektor
dan dengan pemberdayaan masyarakat (Erita, 2019).

2. Rencana Penanggulangan Bencana di Indonesia


Pemerintah Indonesia sangat memperhatikan program penanggulangan bencana
sehingga memandang perlu merumuskan sistem penanggulangan bencana dari tingkat
pusat sampai daerah. Gambar berikut memperlihatkan sistem nasional penanggulangan
bencana di Indonesia (Erita, 2019).
Berdasarkan bagan di atas untuk menyelenggarakan penanggulangan bencana
diperlukan peraturan-peraturan yang menjadi landasan dalam menangani bencana. Berbagai
produk hukum telah dibuat seperti Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 mengenai
penyelenggaraan penanggulangan bencana dan sebagainya. Sistem penanggulangan bencana
meliputi perencanaan, kelembagaan dan pendanaan yang secara sinergis bersama-sama
menyelenggarakan penanggulangan bencana dengan mendayagunakan semua kapasitas yang
ada baik lokal, nasional atau internasional sesuai dengan skala bencana yang terjadi (Erita,
2019).
Berikut di bawah ini akan diuraikan rincian sistem penanggulangan bencana di
Indonesia.
a. Perencanaan
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008, perencanaan
penanggulangan bencana disusun berdasarkan hasil analisis resiko bencana dan upaya
penanggulangannya yang dijabarkan dalam program kegiatan penanggulangan bencana
beserta rincian anggarannya. Penyusunan rencana penanggulangan bencana dirumuskan
untuk jangka waktu lima tahun dan ditinjau kembali setiap dua tahun atau sewaktu-waktu
apabila terjadi bencana. Rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh BNPB
dan BPBD, berisi tentang pengenalan dan pengkajian ancaman bencana, pemahaman
tentang kerentanan masyarakat, analisis kemungkinan dampak bencana, pilihan tindakan
pengurangan risiko bencana, penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana, serta alokasi tugas, kewenangan dan sumberdaya yang tersedia.
b. Kelembagaan
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 menyebutkan bahwa penyelenggaraan
penanggulangan bencana di tingkat pusat ditangani oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) dan di tingkat daerah oleh Badan Penaggulangan Bencana Daerah
(BPBD). Berikut akan diuraikan pengorganisasian penanggulangan bencana di tingkat
pusat dan daerah (Erita, 2019).
1) Tingkat pusat
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan lembaga pemerintah
non departemen setingkat menteri yang memiliki fungsi merumuskan dan menetapkan
kebijakan penanggulangan dan penanganan pegugsi secara cepat, tepat, efektif dan
efisien serta mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh. Tugas BNPB adalah membantu Presiden R.I
dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan
bencana dan kedaruratan secara terpadu, serta melaksanakan penanganan bencana da
kedaruratan mulai dari sebelum, pada saat dan setelah terjadi bencanayang meliputi
pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat dan pemulihan.
2) Tingkat daerah
Penanggulangan bencana di daerah ditangani oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD). Pada tingkat propinsi, BPBD dipimpin oleh seorang pejabat setingkat
di bawah gubernur atau setingkat eselon Ib dan pada tingkat kabupaten/kota dipimpin
oleh seorang pejabat setingkat di bawah bupati/walikota atau setingkat eselon IIa. Pada
saat keadaan darurat bencana, Kepala BNPB dan Kepala BPBD berwenang
mengerahkan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik dari instansi/lembaga dan
masyarakat untuk melakukan tanggap darurat yang meliputi permintaan, penerimaan
dan penggunaan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik.

c. Pendanaan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor22 tahun 2008, dana penaggulangan bencana
adalah dana yang digunakan bagi penaggulangan bencana untuk tahap pra bencana, saat
tanggap darurat, dan/atau pascabencana. Pendanaan yang terkait dengan penanggulangan
bencana di Indonesia bersumber dari DIPA (APBN/APBD), dana on-call, dana bantuan
sosial berpola hibah, dana yang bersumber dari masyarakat, dana dukungan komunitas
internasional. Namun dalam hal bantuan untuk penanggulangan bencana yang berasal dari
Negara asing, BNPB wajib berkonsultasi dengan Kementrian Luar Negeri. BNPB dan
BPBD dapat menggunakan dana siap pakai yang ditempatkan dalam anggaran BNPB dan
BPBD untuk pengadaan barang dan/atau jasa pada saat tanggap darurat bencana.
Pengunaan dana siap pakai terbatas pada pengadaan barang dan/atau jasa untuk pencarian
dan penyelamatan korban bencana, pertolongan darurat, evakuasi korban bencana,
kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, serta
penampungan dan tempat hunian sementara (Erita, 2019).

d. Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas dapat dilakukan melalui :
1) pendidikan dan latihan; misalnya memasukkan materi pendidikan kebencanaan dalam
kurikulum sekolah, melakukan pelatihan manajer dan teknis penanggulangan bencana,
mencetak tenaga professional dan ahli penanggulangan bencana.
2) penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan kebencanaan; contohnya penelitian
tentang karakteristik ancaman/hazard di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
3) penerapan teknologi penanggulangan bencana; seperti pembangunan rumah tahan
gempa, deteksi dini untuk ancaman bencana, teknologi untukpenanganan darurat
(Erita, 2019).

e. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


Menurut Undang-undang Nomor 24 tahun 2007, penyelenggaraan penanggulangan
bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan
rehabilitasi dengan prinsip tepat, cepat dan prioritas. Penanggulangan bencana bertujuan
untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana,
menyelaraskan peraturan perundangundangan yang sudah ada, menjamin terselenggaranya
penanggulanga bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh,
menghargai budaya lokal, membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta,
mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan kedermawanan serta
menciptakan perdamaian (Erita, 2019).
B. Perencanaan Mitigasi
1. Pengertian Perencanaan Mitigasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mitigasi adalah kata benda yang
memiliki dua makna tergantung konteks penggunaannya. Makna pertama, mitigasi adalah
upaya menjadikan berkurang kekasaran atau atau kesuburannya (tentang tanah dan
sebagainya). Sedangkan makna kedua, mitigasi adalah tindakan mengurangi dampak
bencana. Menurut Cambridge Dictionary, mitigasi adalah tindakan mengurangi seberapa
berbahaya, tidak menyenangkan, atau buruknya sesuatu. Sementara itu menurut Merriam-
Webster, mitigasi adalah tindakan mengurangi sesuatu atau keadaan yang dikurangi: proses
atau hasil membuat sesuatu yang kurang parah, berbahaya, menyakitkan, keras, atau
merusak. Dari sejumlah definisi tersebut ada kesamaan komponen makna, yakni
mengurangi sesuatu yang terkait dengan risiko, dampak, buruk, atau hal-hal yang tidak
diinginkan. Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya
yang dilakukan untuk mengurangi risiko, dampak buruk atau hal lain yang tidak
diinginkan, akibat dari suatu peristiwa, yang umumnya adalah bencana.
Mitigasi adalah upaya yang bertujuan untuk menurunkan risiko dan dampak dari
bencana. Bencana sendiri memiliki tiga kelompok kategori, yakni bencana alam, bencana
nonalam , dan bencana sosial. Bencana alam, adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa/serangkaian peristiwa oleh alam. Sedangkan bencana nonalam, adalah bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa/serangkaian peristiwa nonalam. Sementara itu, bencana
sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa/serangkaian peristiwa oleh manusia.
Bencana alam sendiri masih bisa dibedakan menjadi dua kategori, yakni bencana alam
meteorologi dan bencana geologi. Bencana alam meteorologi adalah bencana yang
berhubungan dengan iklim, umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus.
Sedangkan bencana geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi seperti
gempa bumi, tsunami, dan longsor.

2. Langkah-langkah Perencanaan Mitigasi


Berikut tahap-tahap mitigasi seperti yang telah dikutip Liputan6.com dari laman resmi
BPBD Kabupaten Purworejo:
a. Mitigasi adalah langkah yang memiliki tahap awal penanggulangan bencana alam
untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Mitigasi adalah langkah yang
juga dilakukan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain membuat
peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon
bakau, penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan
kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana.
b. Berikutnya, langkah dari mitigasi adalah perencanaan. Perencanaan dibuat
berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan
terjadi. Tujuannya adalah untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-
sarana pelayanan umum yang meliputi upaya mengurangi tingkat risiko,
pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta pelatihan warga di wilayah
rawan bencana.
c. Langkah ketiga mitigasi adalah respons, yang merupakan upaya meminimalkan
bahaya yang diakibatkan bencana. Tahap ini berlangsung sesaat setelah terjadi
bencana. Rencana penanggulangan bencana dilaksanakan dengan fokus pada upaya
pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang terjadi akibat bencana.
d. Hal yang tak kalah penting dari upaya mitigasi adalah pemulihan. Langkah ini
merupakan langkah yang perlu diambil setelah bencana terjadi guna
mengembalikan kondisi masyarakat seperti semula. Pada tahap ini, fokus diarahkan
pada penyediaan tempat tinggal sementara bagi korban serta membangun kembali
saran dan prasarana yang rusak. Selain itu, juga perlu dilakukan evaluasi terhadap
langkah penanggulangan bencana yang dilakukan

3. Contoh Perencanaan Mitigasi

a. Mitigasi Bencana Tsunami


Mitigasi bencana tsunami adalah sistem untuk mendeteksi tsunami dan
memberi peringatan untuk mencegah jatuhnya korban. Ada dua jenis sistem
peringatan dini tsunami, yaitu sistem peringatan tsunami internasional dan sistem
peringatan tsunami regional.
b. Mitigasi Bencana Gunung Berapi
Upaya mitigasi bencana gunung berapi meliputi pemantauan aktivitas gunung
api. Data hasil pemantauan dikirim ke Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (DVMBG) di Bandung dengan radio komunikasi SSB. Selain pemantauan,
mitigasi bencana gunung berapi juga melibatkan pemetaan untuk mengetahui kawasan
rawan bencana gunung berapi. Ini juga memungkinkan untuk menjelaskan jenis dan
sifat bahaya, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, pengungsian, dan pos
penanggulangan bencana gunung berapi. Bagian yang tidak kalah penting dari mitigasi
bencana gunung berapi adalah sosialisasi. Tujuannya langkah mitigasi adalah untuk
menyadarkan masyarakat terkait risiko bencana di lereng gunung berapi.
c. Mitigasi Bencana Gempa Bumi
Langkah mitigasi gempa bumi pun dibedakan menjadi tiga, yakni langkah
sebelum gempa, langkah saat terjadi gempa, dan langkah pasca gempa. Langkah yang
bisa dilakukan sebelum gempa yang dapat mengurangi dampaknya adalah sebagai
berikut:

1) Mendirikan bangunan sesuai aturan baku (tahan gempa)


2) Kenali lokasi bangunan tempat Anda tinggal
3) Tempatkan perabotan pada tempat yang proporsional
4) Siapkan peralatan seperti senter, P3K, makanan instan, dll
5) Periksa penggunaan listrik dan gas
6) Catat nomor telepon penting
7) Kenali jalur evakuasi
8) Ikuti kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa

C. Perencanaan Kontijensi
1. Pengertian Perencanaan Kontijensi
Perencanaan Kontingensi adalah alat manajemen yg digunakan untuk menganalisa
dampak potensi krisis, agar dapat mengatur langkah lebih awal yg tepat untuk menghadapi
secara tepat waktu, efektif dan sesuai yg dibutuhkan oleh masyarakat yg terdampak.
Perencanaan Kontingensi adalah alat untuk mengantisipasi dan memecahkan masalah yg
khas timbul selama tanggap kemanusiaan. suatu perencanaan kedepan pada
keadaan/situasi yang tidak menentu, dengan • skenario dan tujuan yang disepakati; •
tindakan manajerial dan teknis ditetapkan; • sistem penanggulangan ditentukan untuk
meningkatkan upaya penanggulangan bencana & kedaruratan.
Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakanakan segera terjadi,
tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana Kontinjensi adalah suatu proses
identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang
belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan,
jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi. Rencana kontinjensi lahir dari proses
perencanaan kontinjensi. Proses perencanaan tersebut melibatkan sekelompok orang atau
organisasi yang bekerja sama secara berkelanjutan untuk merumuskan dan mensepakati
tujuan–tujuan bersama, mendefinisikan tanggung jawab dan tindakan–tindakan yang harus
diambil oleh masing-masing pihak. Rencana kontijensi disusun dalam tingkat yang
dibutuhkan. Perencanaan kontinjensi merupakan prasyarat bagi tanggap darurat yang
cepat dan efektif. Tanpa perencanaan kontinjensi sebelumnya, banyak waktu akan
terbuang dalam beberapa hari pertama menanggapi keadaan darurat tersebut. Perencanaan
kontinjensi akan membangun kapasitas sebuah organisasi dan harus menjadi dasar bagi
rencana operasi tanggap darurat.

2. Langkah Perencanaan Kontijensi


Kegiatan penyusunan rencana kontijensi ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Penyamaan persepsi terhadap semua pelaku penanggulangan bencana terhadap
skenario ancaman tsunami di Kota Padang berikut dampaknya sehingga pentingnya
penyunan rencana kontinjensi.
b. Pengumpulan data dan updating data yang dilakukan oleh semua sektor yang terkait
dalam penanganan bencana dan lintas administratif.
c. Penyusunan draft dokumen rencana kontinjensi oleh instansi lintas sektor berdasarkan
data-data yang dibutuhkan
d. Verfikasi data dan Analisa data sumberdaya yang ada dibandingkan proyeksi
kebutuhan penanganan bencana saat tanggap darurat.
e. Melengkapi data-data sumber daya yang tersedia untuk menyempurnakan proyeksi
kebutuhan
f. Rapat konsultasi dengan Pimpinan SKPD/Instansi/Lembaga terkait
g. Proses formalisasi/legalisasi dengan melibatkan Biro Hukum
h. Menjadi lembar daerah berupa lampiran Perwako

3. Contoh Perencanaan Kontijensi


D. Perencanaan Operasi
1. Pengertian Perencanaan Operasi
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) sesuai Perka BNPB No.4/2019 memiliki
fungsi penyusunan rencana operasi penanganan pada saat siaga darurat, tanggap darurat,
dan transisi darurat ke pemulihan. Perka BNPB No.24/2010 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Operasi Darurat Bencana merupakan acuan yang dipakai, disesuaikan dengan
Sistem Komando Penanggulangan Bencana yang diatur didalam Perka BNPB No.3/2016.
Dalam menjalankan fungsi tersebut, Pusdalops perlu memberikan suatu pendampingan
teknis bagi pemerintah daerah agar memiliki kapasitas standart dalam pengelolaan operasi
darurat bencana. Namun demikian, dengan mempertimbangkan bahwa terdapat 34 Provinsi
dan 514 Kabupaten/Kota di Indonesia maka perlu suatu metode alternatif dalam
memberikan pendampingan teknis ini agar dapat menjangkau lebih banyak daerah dengan
cara yang lebih cepat dan efisien. Terlebih, penanganan darurat perlu diselenggarakan
secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka memberikan
perlindungan dan keamanan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak bencana.
Bukan hanya pemerintah, namun banyak pihak lain baik kelompok maupun
instansi/lembaga di dalam masyarakat, dari dalam mupun luar negeri, yang ingin
berkonstribusi baik secara materiil maupun non materiil untuk menolong masyarakat
terdampak bencana.

2. Langkah Perencanaan Operasi


Bimbingan Teknis (Bimtek) secara Daring Penyusunan Rencana Operasi Penanganan
Darurat Bencana menjadi hal yang dibutuhkan karena bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan petugas Pusdalops BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi dalam Penyusunan
Rencana Operasi Tanggap Darurat. Tahapan penyusunan rencana operasi meliputi
pengumpulan dan penelaahan bahan materi peningkatan kemampuan dan menentukan
waktu dan agenda penyelenggaraan ( pembukaan, pengantar rencana operasi darurat
bencana, tindakan awal penanggulangan darurat bencana, dan penusunan rencana operasi
darurat bencana).

3. Contoh Perencanaan Operasi


E. Perencanaan Pemulihan
1. Pengertian Perencanaan Pemulihan
Fase Pemulihan sulit dibedakan secara akurat dari dan sampai kapan, tetapi fase ini
merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya sendiri dapat
memulihkan fungsinya seperti sedia kala (sebelum terjadi bencana). Orang-orang
melakukan perbaikan darurat tempat tinggalnya, pindah ke rumah sementara, mulai masuk
sekolah ataupun bekerja kembali sambil memulihkan lingkungan tempat tinggalnya.
Kemudian mulai dilakukan rehabilitasi lifeline dan aktivitas untuk membuka kembali
usahanya. Institusi pemerintah juga mulai memberikan kembali pelayanan secara normal
serta mulai menyusun rencana-rencana untuk rekonstruksi sambil terus memberikan
bantuan kepada para korban. Fase ini bagaimanapun juga hanya merupakan fase pemulihan
dan tidak sampai mengembalikan fungsi-fungsi normal seperti sebelum bencana terjadi.
Dengan kata lain, fase ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi tenang
(Erita, 2019).

2. Langkah Perencanaan Pemulihan

3. Contoh Perencanaan Pemulihan


Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi biasa dilakukan setelah terjadinya bencana. Kegiatan
inti pada tahapan ini adalah:
a. Bantuan Darurat
1) Mendirikan pos komando bantuan
2) Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan Bencana
(SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
3) Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos
koordinasi.
4) Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
5) Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
6) Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
7) Mencari, mengevakuasi, dan makamkan korban meninggal.
b. Inventarisasi Kerusakan
Pada tahapan ini dilakukan pendataan terhadap berbagai kerusakan yang terjadi, baik
bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan sebaganya.

c. Evaluasi Kerusakan
Pada tahapan ini dilakukan pembahasan mengenai kekurangan dan kelebihan dalam
penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Perbaikan dalam penanggulangan
bencana diharapkan dapat dicapai pada tahapan ini.

d. Pemulihan (Recovery)
Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi lingkungan yang
rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya. Pemulihan ini tidak hanya
dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban yang terkena bencana juga
diberikan pemulihan baik secara fisik maupun mental.

e. Rehabilitasi (Rehabilitation)

1) Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi
kepercayaan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya korban
bencana. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah bencana.
2) Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem
pengelolaan lingkungan
3) Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap
4) Relokasi korban dari tenda penampungan
5) Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana
6) Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka
menengah
7) Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja
8) Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah sakit dan
pasar mulai dilakukan
9) Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau
pendampingan.

f. Rekonstruksi
Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan jangka
panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan
masyarakat pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya

g. Melanjutkan pemantauan
Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan besar akan
mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan
terus-menerus untuk meminimalisir dampak bencana tersebut.
BAB III

KASUS
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

Sumino, dkk. (2020). Modul 9: Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.Edisi


2020.Yogyakarta:BNPB.

Erita, dkk. (2019). Buku Materi Pembelajaran Manajemen Gawat Darurat Dan Bencana. Jakarta:
Universitas Kristen Indonesia.

Kurnaidi,Anwar.(2021).Peran Profesi Perawat Dalam Penanggulangan Bencana Di


Indoneisia.Edukasi IPS, 5(2),47-48.doi: https://doi.org/10.21009/EIPS.005.2.06.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

https://bpbd.ntbprov.go.id/pages/penanganan-bencana

https://bpbd.bogorkab.go.id/bencana-dan-manajemen-bencana/

Anda mungkin juga menyukai