Pada tahun 2028 menghasilkan Ners yang unggul dalam menerapkan ilmu dan teknologi
keperawatan lanjut usia.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya
berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Perencanaan Penanggulangan (Perencanaan Mitigasi, Kontijensi, Operasi, Dan
Perencanaan Pemulihan)”.
Kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini berkat bantuan dan
bimbingan para dosen sehingga kendala-kendala dapat kami selesaikan. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ace Sudrajat, SKp., MKes. sebagai penanggung jawab mata kuliah Manajemen Bencana;
2. Dra. Endang Banon S.B., M.Kep., Ns., Sp.Kep.J. sebagai dosen pembimbing.
Kami berharap makalah ini dapat dinikmati oleh para pembaca. Kami juga menyadari bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran,
dan usulan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh para pembaca. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya, sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................................5
A. Latar Belakang..............................................................................................................................5
B. Tujuan............................................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................................7
KONSEP DASAR PERENCANAAN PENANGGULANGAN..............................................................7
A. Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)..................................................................................7
1. Pengertian Rencana Penanggulangan Bencana............................................................................7
2. Rencana Penanggulangan Bencana di Indonesia.........................................................................7
B. Perencanaan Mitigasi..................................................................................................................11
1. Pengertian Perencanaan Mitigasi...............................................................................................11
2. Langkah-langkah Perencanaan Mitigasi....................................................................................11
C. Perencanaan Kontijensi..............................................................................................................13
1. Pengertian Perencanaan Kontijensi................................................................................................13
2. Langkah Perencanaan Kontijensi...................................................................................................14
3. Contoh Perencanaan Kontijensi.....................................................................................................14
D. Perencanaan Operasi...................................................................................................................14
1. Pengertian Perencanaan Operasi....................................................................................................14
2. Langkah Perencanaan Operasi.......................................................................................................14
3. Contoh Perencanaan Operasi.........................................................................................................14
E. Perencanaan Pemulihan..............................................................................................................14
1. Pengertian Perencanaan Pemulihan...............................................................................................14
2. Langkah Perencanaan Pemulihan..................................................................................................14
3. Contoh Perencanaan Pemulihan.....................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................................16
KASUS.....................................................................................................................................................16
BAB IV.....................................................................................................................................................17
SIMPULAN DAN SARAN......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi terjadi bencana alam dapat terjadi pada semua negara di belahan dunia. Pada
tahun 2015 terdapat 99 negara yang mengalami kejadaian bencana alam sehingga
mengakibatkan dampak buruk kepada jutaan orang, 22.000 orang lebih meninggal dan
kerugian mencapai 70,3 Milyar dollar (Guha‐Sapir et al. 2015). Indonesia dapat dikategorikan
sebagai negara yang rentan dan sering terjadi bencana (Indonesia Investment, 2010).
Penyebabnya adalah posisi Indonesia diantara sabuk api Pasifik, Astralia,dan Eurasi,
sehingga memudahkan terjadi bencana gempabumi dan tsunami di pantai (BNPB, 2012,
p.16). Hal ini senada dengan kenyataan bahwa Indonesia paling berpotensi kuat terjadi
bencana gempabumi, erupsi gunung api, banjir, dan tsunami (Sattler ,Mora Claramita dan
Muskavage, 2017; Djalante, 2018).
Bencana di Indonesia, selama Tahun 2018 Badan Penanggulangan Bencan Nasional
(BNPB) melaporkan ada 2.564 bencana dengan korban meninggal 3.349 orang, 1,432 hilang,
21.064 cedera dan 10,2 juta orang dievakuasi, 374,023 gedung hancur dan kerugian mencapai
lebih dari 100 milyar US dollars(Sutopo, 2018). Kejadian bencana yang terjadi 28 September
2018 adalah gempabumi dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala Provinsi Sulawesi
Tengah yang menelan 2,113 orang meninggal, 2.010 hilang, dan 4.612 cedera, lebih dari
6.632 gedung rusak dan kerugian lebih dari 3 milyar US dollars (Badan Meteorologi,
Klimatology, dan Geofisika, 2018). Bencana tsunami terjadi di Pantai Teluk Sunda Barat
yang meliputi Provinsi Banten dan Lampung tanggal 22 December 2018. Menelan korban 437
orang meninggal, 1.495 cedera, 159 hilang (Sutopo, 2018). Yang terakhir adalah banjir
bandang yang terjadi di Sentani Jayapura tangga 19 Maret 2019, yang mengakibatkan 112
orang meninggal, 915 cedera, dan 94 hilang, dan 11.556 orang dievakuasi serta lebih dari 600
gedung rusak (Sutopo, 2018).
Menurut The World Health Organization (WHO & ICN, 2009) melihat semakin
banyaknya kejadian bencana yang mengakibatkan korban individu atau kelompok bahkan
suatu negara, maka perkembangan bencana ini akan memiliki efek kurang baik bagi
kesehatan, ekonomi dan lingkungan, sehingga perlu usaha-usaha perencanan manajemen
bencana yang konkret. The International Council of Nurses (ICN) sendiri membuat model
kontinum manajemen bencana (Disaster Management Continuum Model) yang punya 4
komponen utama untuk fase mitigasi (mitigation), kesiapsiagaan (preparedness), tanggap
darurat (response) dan pemulihan (recovery) Kurniadi, (2021).
Perencanaan pengelolaan bencana harus dikembangkan untuk menghadapi datangnya
bencana yang tidak bisa diprediksi kedatangannya. Dalam perencanaan tersebut diperlukan
peran serta semua profesi untuk mendukung gerakan ini (Savage & Kube, 2009). Untuk itu
dibutuhkan peran perawat yang memiliki komptensi dalam penanggulangan bencana yang
cenderung meningkat (Guha‐Sapir et al. 2015). Kejadian bencana yang kerap terjadi membuat
perawat harus memiliki kesiapsiagaan yang baik pada saat kritis untuk menurunkan dampak
pada kesehatan korban bencana.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep
dasar dan melakukan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan Perencanaan
Penanggulangan .
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan Perencanaan Mitigasi
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan Perencanaan Kontijensi
3. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan Perencanaan Operasi
4. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan Perencanaan Perencanaan Pemulihan
BAB II
c. Pendanaan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor22 tahun 2008, dana penaggulangan bencana
adalah dana yang digunakan bagi penaggulangan bencana untuk tahap pra bencana, saat
tanggap darurat, dan/atau pascabencana. Pendanaan yang terkait dengan penanggulangan
bencana di Indonesia bersumber dari DIPA (APBN/APBD), dana on-call, dana bantuan
sosial berpola hibah, dana yang bersumber dari masyarakat, dana dukungan komunitas
internasional. Namun dalam hal bantuan untuk penanggulangan bencana yang berasal dari
Negara asing, BNPB wajib berkonsultasi dengan Kementrian Luar Negeri. BNPB dan
BPBD dapat menggunakan dana siap pakai yang ditempatkan dalam anggaran BNPB dan
BPBD untuk pengadaan barang dan/atau jasa pada saat tanggap darurat bencana.
Pengunaan dana siap pakai terbatas pada pengadaan barang dan/atau jasa untuk pencarian
dan penyelamatan korban bencana, pertolongan darurat, evakuasi korban bencana,
kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, serta
penampungan dan tempat hunian sementara (Erita, 2019).
d. Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas dapat dilakukan melalui :
1) pendidikan dan latihan; misalnya memasukkan materi pendidikan kebencanaan dalam
kurikulum sekolah, melakukan pelatihan manajer dan teknis penanggulangan bencana,
mencetak tenaga professional dan ahli penanggulangan bencana.
2) penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan kebencanaan; contohnya penelitian
tentang karakteristik ancaman/hazard di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
3) penerapan teknologi penanggulangan bencana; seperti pembangunan rumah tahan
gempa, deteksi dini untuk ancaman bencana, teknologi untukpenanganan darurat
(Erita, 2019).
C. Perencanaan Kontijensi
1. Pengertian Perencanaan Kontijensi
Perencanaan Kontingensi adalah alat manajemen yg digunakan untuk menganalisa
dampak potensi krisis, agar dapat mengatur langkah lebih awal yg tepat untuk menghadapi
secara tepat waktu, efektif dan sesuai yg dibutuhkan oleh masyarakat yg terdampak.
Perencanaan Kontingensi adalah alat untuk mengantisipasi dan memecahkan masalah yg
khas timbul selama tanggap kemanusiaan. suatu perencanaan kedepan pada
keadaan/situasi yang tidak menentu, dengan • skenario dan tujuan yang disepakati; •
tindakan manajerial dan teknis ditetapkan; • sistem penanggulangan ditentukan untuk
meningkatkan upaya penanggulangan bencana & kedaruratan.
Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakanakan segera terjadi,
tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana Kontinjensi adalah suatu proses
identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang
belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan,
jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi. Rencana kontinjensi lahir dari proses
perencanaan kontinjensi. Proses perencanaan tersebut melibatkan sekelompok orang atau
organisasi yang bekerja sama secara berkelanjutan untuk merumuskan dan mensepakati
tujuan–tujuan bersama, mendefinisikan tanggung jawab dan tindakan–tindakan yang harus
diambil oleh masing-masing pihak. Rencana kontijensi disusun dalam tingkat yang
dibutuhkan. Perencanaan kontinjensi merupakan prasyarat bagi tanggap darurat yang
cepat dan efektif. Tanpa perencanaan kontinjensi sebelumnya, banyak waktu akan
terbuang dalam beberapa hari pertama menanggapi keadaan darurat tersebut. Perencanaan
kontinjensi akan membangun kapasitas sebuah organisasi dan harus menjadi dasar bagi
rencana operasi tanggap darurat.
c. Evaluasi Kerusakan
Pada tahapan ini dilakukan pembahasan mengenai kekurangan dan kelebihan dalam
penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Perbaikan dalam penanggulangan
bencana diharapkan dapat dicapai pada tahapan ini.
d. Pemulihan (Recovery)
Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi lingkungan yang
rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya. Pemulihan ini tidak hanya
dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban yang terkena bencana juga
diberikan pemulihan baik secara fisik maupun mental.
e. Rehabilitasi (Rehabilitation)
1) Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi
kepercayaan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya korban
bencana. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah bencana.
2) Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem
pengelolaan lingkungan
3) Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap
4) Relokasi korban dari tenda penampungan
5) Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana
6) Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka
menengah
7) Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja
8) Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah sakit dan
pasar mulai dilakukan
9) Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau
pendampingan.
f. Rekonstruksi
Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan jangka
panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan
masyarakat pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya
g. Melanjutkan pemantauan
Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan besar akan
mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan
terus-menerus untuk meminimalisir dampak bencana tersebut.
BAB III
KASUS
BAB IV
Erita, dkk. (2019). Buku Materi Pembelajaran Manajemen Gawat Darurat Dan Bencana. Jakarta:
Universitas Kristen Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
https://bpbd.ntbprov.go.id/pages/penanganan-bencana
https://bpbd.bogorkab.go.id/bencana-dan-manajemen-bencana/