TUGAS PROPOSAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Penyimpanan Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Metode Penelitian Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Lingkungan
Universitas Cenderawasih
Oleh :
NIM : 2019071014009
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melipahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan
judul “HUBUNGAN PEMAKAIAN KACAMATA LAS DENGAN GANGGUAN
KELUHAN GANGGUAN MATA PADA PEKERJA LAS DI DISTRIK ABEPURA KOTA
AYAPURA”
1. Bapak Dr.Samuel Piter Irab, S.KM, M.P.H, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Cenderawasih Jayapura.
3. Ibu Dr. Novita Medyati, S.KM, M.Kes, Dosen pengampu Metode Penelitian tugas
proposal
4. Teman-teman Peminatan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja dan semua teman-
teman angkatan 2019,terimakasih buat kebersamaanya selama ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna.oleh karena itu penulis
KATA PENGANTAR...................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Perumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................
D. Manfaat Penilitian......................................................................................................
E. Keaslian Penelitian....................................................................................................
A. Tinjauan Teori...........................................................................................................
1. Pengelasan (welding)..........................................................................................
2. Karakteristik Las ................................................................................................
3. Bahaya Pengelasan .............................................................................................
4. Manajemen Kesehatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
5. Alat Pelindung Diri ............................................................................................
6. Jenis Alat Pelindung Diri Untuk Pekerja Las Listrik..........................................
B. Kerangka Teori..........................................................................................................
C. Kerangka Konsep......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Pada pelaksanaan suatu proyek konstruksi sering terhambat oleh hal – hal yang
tidak dinginkan kecelakan kerja. Kecelakan adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan
yang merintangi atau menggangu jalanya kegiatan. Untuk itu setiap karyawan
diwajibkan memelihara kesehatan dan kesehatan kerja secara maksimal melalui perlilaku
Beberapa diantaranya adalah faktor manusia, peralatan pendukung keselamatan, dan juga
tercantum dalam Bab III Pasal 3 UU No. 1 Tahun 1970, tentang keselamatan kerja, telah
diatur di dalamnya mengenai kewajiban bagi setiap tempat kerja untuk menerapkan
mengenai implementasi Alat Pelindung Diri (APD) dan Pakaian Pelindung Diri (PPD).
Terkait implementasi APD, banyak aspek yang berpengaruh, diantaranya adalah faktor
manusia, kondisi atau spesifikasi APD, dan kenyamanan penggunaan APD. Penggunaan
APD yang tepat dapat mengurangi tingkat terjadinya kecelakaan secara signifikan. Hal
tersebut dapat dicapai jika APD yang dipergunakan didesain berdasarkan studi tentang
akibat kerja telah dilakukan oleh ILO, dan menemukan setiap tahunnya terjadi
peningkatan. Menurut ILO, diperkirakan sekitar 2,3 juta pekerja di seluru dunia
meninggal karena kecelakaan atau penyakit pekerjaan setiap tahun; terdapat lebih dari
6000 kematian setiap hari. Selanjutnya ILO menyatakan bahwa di seluruh dunia,
terdapat 340 juta kecelakaan kerja dan 160 juta korban penyakit kerja setiap tahun.
(ILO,2020)
Ketenagakerjaan, pada tahun 2019 terdapat 182 ribu kasus kecelakaan kerja dan
sepanjang tahun 2020 terdapat 225 ribu kasus kecelakaan kerja, 53 (lima puluh) kasus
Januari hingga September 2021 terdapat 82 ribu kasus kecelakaan kerja dan 179 (seratus
tujuh puluh sembilan) kasus penyakit akibat kerja yang 65 persennya disebabkan Covid-
Nusa Teggara Barat 42,15% dan terdapat pada Propinsi Gorontalo 32,06% (Densus,2021). Data
rendahnya kasus keluhan kesehatan pada pekerja Provinsi Papua belum menggambarkan
sektor pekerja, padahal Papua merupakan daerah yang banyak dihuni oleh pencari
lapangan kerja. Hal ini memungkinkan banyak lahan kerja di sector informal yang
bermunculan di Papua.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Papua, dari 1. 476. 227
orang yang bekerja pada Agustus 2016, persentase pekerja yang bekerja di sektor formal
sekitar 297.711 orang ( 20, 17%) dan 1.1798. 561 orang ( 79, 83 persen) bekerja pada
Sektor informal cenderung lebih mudah untuk intervensi karena tidak bedasarkan
kontrak kerja maupun tunduk pada aturan ketenagakerjaan. Pemberian kerja lebih
mudah dapat pekerjaan secara informal, dan pekerjaan informal lebih mudah untuk di
berhentikan. Hal ini berdampak terhadap aspek pelayanan keselamatan dan kesehatan
cabang Tegal sudah menyediakan APD untuk para pekerja sesuai jenis pekerjaannya,
seperti: helm pengaman, masker, kap las/kedok las, ear plug, sarung tangan, safety shoes,
body harness, apron.Yang disediakan PT. Barada Indonesia guna membantu dalam
Untuk proses welding, APD yang dipersyaratkan yaitu: helm pengaman (Safety
Helm), pelindung muka dan mata (kedok las), pelindung dada (apron), sarung tangan
(Safety Gloves), sepatu pelindung (Safety shoes), respirator, dan pelindung telinga (ear
plug), sedangkan APD yang disediakan perusahaan yaitu helm pengaman, pelindung
muka dan mata (kap las/kedok las), masker, sarung tangan, apron, safety shoes. Tetapi
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini penulis
merumuskan masalah “ Apakah ada hubungan pemakaian kacamata las dengan keluhan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pengelola dan tenaga kerja bengkel las agar lebih
memperhatikan pengunan alat pelindung mata untuk mencegah ganguan mata akibat
kerja.
2. Sebagai bahan masukan bagi penulis untuk menigkatkan ketrampilan dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh selama mengikuti pendidikan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
1. Hubungan antara pemakaian alat 2016 Kuantitatif Ada hubungan antara pemakaian alat
pelindung diri (APD) dengan pelindung diri ( helem, kedok las, masker,
produktivitas kerja pada sarung tanagn,
bagian welding di PT. apron, safety shoes dan hearing protection
Barata Indonesi(Persero) Cabang ) dengan produktifitas
Tegal. Devina Hindayati
Hubungan antara pengetahuan 2013 Cross Ada hubungan antara pengetahuan sikap
Sectional
sikap dan kenyamanan dan kenyaman dengan penggunan alat
dengan pengunan alat pelindung pelindung wajah pada perkeja las listrik
wajah pada perkeja las listrik
kawasan simogan semarang. Reza
Yuda Kusman
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengelasan (Welding)
cara mencairkan sebagian logam induk dengan logam pengisi dengan atau tanpa
tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan
meliputi perkapalan, jembatan rangka baja, bejana tekan pipa pesat, pipa saluran dan
sebagainya. Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk
reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada
Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana
untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan
antara sifat-sifat las dengan kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya. Prosedur
macam pengetahuan. Karena itu dalam pengelasan, pengetahuan harus turut serta
kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang
cara-cara pengelasan. Cara ini pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang akan
digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang
(Suharno, 2008).
Pengelasan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena memiliki resiko fisik
yang sangat tinggi sehingga dalam pengerjaannya memerlukan keahlian serta peralatan
khusus agar pekerja pengelas (welder) tidak mengalami kecelakaan kerja. Pada proses
pengelasan las banyak hal yang membahayakan dan perlu diperhatikan baik bagi
1. Percikan bunga api yang dapat membahayakan pekerja maupun mesin las
listrik, yaitu percikan bunga api dapat mengenai kulit, mata dan masuk ke
dalam perangkat mesin las listrik, yang semua itu akan mengganggu
2. Asap las listrik dan debu beracun, dapat membahayakan pekerja dan orang
3. Efek radiasi sinar ultra violet dan inframerah las listrik yang dapat
orang disekelilingnya.
2. Karakteristik Las
1. Las Listrik
menekan benda kerja dengan tekanan yang cukup. Penyambungan dua buah
logam atau lebih menjadi satu dengan jalan pelelehan atau pencairan dengan
busur nyala listrik. Tahanan yang ditimbulkan oleh arus listrik pada
Bahaya pada las listrik yaitu, loncatan bunga api yang terjadi pada nyala
busur listrik karena adanya potensial tegangan atau beda tegangan antara ujung-
ujung elektroda dan benda kerja. Tegangan yang digunakan sangat menentukan
terjadinya loncatan bunga api, semakin besar tegangan semakin mudah terjadi
loncatan bunga api listrik. Selain penggunaan arus dan tegangan yang bisa
membahayakan operator, nyala busur listrik juga memancarkan sinar ultra violet
dan sinar infra merah yang berinteraksi sangat tinggi. Pancaran atau radiasi dari
2007).
2. Las Karbit
Las Karbit adalah pengelasan yang menggunakan media gas karbit atau
dalam dunia kimia dikenal dengan nama gas asetilen sebagai bahan bakar,
menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan
logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas asetilen, propana atau
hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas
asetilin, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen. Las
karbit ini juga sering dipakai dilapangan dikarenakan tidak memerlukan listrik
memotong dan menyambung benda kerja yang terbuat dari logam seperti plat besi,
3. Bahaya Pengelasan
Menurut Yasari (2008), potensi bahaya pada saat melakukan pengelasan antara
lain:
Cahaya dari busur las dapat digolongkan pada sifatnya yaitu cahaya yang
dapat dilihat, ultra violet dan infra merah. Cahaya ters ebut tergolong dalam
radiasi bukan pengion (non-ionizing). Bahaya cahaya (radiasi cahaya) ini dapat
oksida logam. Asap ini terbentuk ketika uap logam terkondensasi dan teroksidasi.
Komposisi asap ini tergantung pada jenis logam induk, logam pengisi, flux dalam
Adapun gas-gas berbahaya yang terjadi pada waktu pengelasan adalah gas
Percikan dan terak las apabila mengenai kulit dapat menyebabkan luka bakar.
Oleh karena itu, juru las harus dilindungi agar terhindar dari hal ini terutama
4. Bahaya Kebakaran
dengan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar, bensin, gas, cat kertas
dan bahan lainnya yang mudah terbakar. Bahaya kebakaran juga dapat terjadi
karena kabel yang menjadi panas yang disebabkan karena hubungan yang kurang
baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang
rusak
5. Bahaya Jatuh
Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang tinggi akan selalu
ada bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan luka ringan
diperhatikan.
6. Bahaya Listrik
Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya arus
dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perusahaan harus dikelola layaknya mengelola
aspek lainnya dalam kegiatan, seperti produksi, sumber daya manusia, dan
keuangan. Setiap kegiatan pasti memiliki aspek K3 atau potensi bahaya yang
terkait dengan kegiatannya. Potensi bahaya ini bersumber dari kegiatan yang
dilakukan, alat yang digunakan, material yang diolah atau dihasilkan, proses
lingkungan perusahaan.
management system that facilities of the OHS risks associated with the
2) Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/ buruh, dan/ atau serikat pekerja/ serikat
buruh; menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.
Menurut Cecep Dani Sucipto (2014), penerapan SMK3 mempunyai banyak manfaat
3) Menciptakan lingkungan kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja
Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
kerja karena menurunnya jumlah hari yang hilang akibat kelelahan kerja, kecelakaan
suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
perusahaan wajib menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan
orang lain yang memasuki tempat kerja, apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi
pekerjanya secara keseluruhan. Ketersediaan APD harus sesuai dengan bahaya yang
ada di perusahaan, terbuat dari material yang tahan terhadap bahaya tersebut, nyaman
Pengendalian secara teknologis terhadap potensi bahaya atau penyakit akibat kerja
merupakan pengendalian yang efektif dalam usaha pencegahan kecelakaan akibat kerja
dan penyakit akibat kerja. Namun karena berbagai hambatan upaya tersebut belum
Tujuan penggunaan alat pelindung diri adalah untuk melindungi tubuh dari
bahaya pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat
kerja. Sehingga penggunaan alat pelindung diri bermanfaat bukan untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri tetapi juga bagi orang di sekelilingnya (Buntarto, 2015).
Jenis Alat pelindung diri banyak macamnya menurut bagian tubuh yang
dilindunginya (Suma’mur P.K., 1996). Alat pelindung diri untuk pekerja las listrik
Pakaian kerja las adalah pakaian yang dapat melindungi seluruh bagian
tubuh dari panas dan percikan las. Selain itu terdapat Apron sebagai tambahan,
apron dada dan apron lengan ini terbuat dari bahan kulit. Karena jika dari kain
biasa maka pakaian akan lubang, hal ini disebabkan tingginya temperatur percikan
las.
khusus dibuat untuk proses pekerjaan las, bahan sarung tangan las terbuat dari
kulit atau bahan sejenis asbes dengan kelenturan yang baik. Welding gloves
berfungsi untuk melindungi kedua tangan dari percikan las atau spater dan panas
Sepatu las adalah sepatu yang terbuat dari kulit dan bagian depan sepatu
terdapat sebuah plat baja yang berfungsi untuk melindungi kaki dari kejatuhan
bendan yang berat dan benda yang tajam. Selain itu karena bersifat isolator, sepatu
Helm las adalah alat yang mempunyai fungsi melindungi bagian wajah
dari percikan las, panas pengelasan dan sinar las ke bagian mata. Topeng las ini
terbuat dari bahan plastik yang tahan panas, selain itu terdapat tiga kaca (bening,
hitam, bening) yang berfungsi untuk melindungi mata dari bahaya sinar tampak
11, 12 dan 14. Semakin besar ukurannya maka densitas atau kegelapan kaca
tersebut juga semakin tinggi. Jadi Anda dapat menyesuaikan yang cocok dengan
kondisi mata Anda. Selain itu juga ukuran ampere yang digunakan, karena ampere
e. Masker Las
Masker berfungsi sebagai alat perlindung pernafasan dari bahaya asap las,
karena asap las berbeda dengan asap biasa. Asap las ini merupakan hasil
pembakaran dari bahan kimia untuk perlindungan lasan dan juga pembakaran atau
pelelehan dari material lasan. Oleh karena itu asap las ini hampir seperti serbuk
B. Kerangka Teori
Penggunaan APD
Faktor Individu
3.Sikap
4.Umur
5.Masa kerja
3.Kemerah-merahan
Faktor Manajemen
4.Lingkaran Hitam sekitaran
1.Lingkungan Kerja mata
C. Kerangka Konsep
Penggunaan
Kacamata Las Keluhan Subjektif
Gangguan Mata
Faktor Individu
1.Umur
2.Pendidikan
3.Pendapatan
Keterangan
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan penelitian Cross
Sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari suatu dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dan efek, dan suatu pendekatan, observasi ataupun dengan
1. Lokasi Penelitian
2.Waktu Penelitian
populasi adalah seluruh pekerja las bengkel las di Distrik Abepura dengan berjumlah 57
2.Sampel
Sampling dalam penelitian adalah sampel jenuh yaitu teknik pengambilan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini bisa dilakukan jika populasi
relatif kecil (Hasmi, 2012). Maka sampel penelitian ini berjumlah 57 orang .
Operasional Pengukuran
dengan waktu
ulang tahunnya.
diikuti
dan sampingan
> Rp 3.516.700
2. Pendapatan rendah≤
Rp.516.700(Penetapan
Gubernur Papua
Nomor 188.4/369/
Peraturan Pemerintah
Nomor 78 Tahun
2015 tentang
Pengupahan)
2. Menggunakan
pekerja mengunakan
kacamata las saat
melakukan pengelasan
E. Pengumpulan Data
rangka mencapai tujuan penelitian dan data yang di peroleh sebagai berikut.
1.Pengolahan Data
a. Editing
b. Coding
adalah memberikan kode pada jawaban yang ada mempermudah angka pada tiap-tiap
jawaban.
c.Entry
Entry adalah datayang dikode tersebut kemudiandimasukan dalam program komputer
d.Tabulating
Adalah proses pengolahan jawaban serupadan menjumlahkan dengan cara dan diteliti dan
teratur kedalam tabel yang telah disiapkan.
2.Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisi yang di lakukan pada sebuah variabel.Dalam auatu penelitian baik yang di
peroleh melalui observasi,wawancara,kuesionermaupun dokumentasi,analisis univariat
dapat si sajikan dalam bentuk :Distribusi Frekuensi,tendesi sentral dan nilai sabar dan
variabel(Hasmi,2012).
b.Anilisis Bivariat
Analisis bivariat di gunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu
independen dan dependen.uji statistik yang di gunakan dalam analisi ini adalah chi
square (X2) dengan derajat kepercayaan yang di gunakan adalah 95% (0,05)intuk melihat
dan tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Bila nilai p-value >0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna dari kedua variabel
yang di teliti
Bilan nilai p-value >0,05 artinya ada hubungan yang bermakna dari kedua variabel yang
di teliti(Hasmi 2012).
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sugeng Budiono, 2003, Hiperkes dan KK, Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang.
Albertus Ari Eka P., 2007, Faktor yang berhubungan dengan Pemakaian Alat Pelindung Masker
pada Tenaga Pengelas di Wilayah Karangrejo Kota Semarang, Semarang: Skripsi FKM UNDIP
Adryansyah, 2000, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pengelasan dalam Ruang terbatas. Jurnal
Ilham Noviandry, 2013, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pekerja Dalam
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal Di Kelurahan
Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Kusman yuda reza.,2013, Hubungan Antara Pengetahuan Sikap, Dan Kenyaman Dengan
Penggunaan Alat Pelindung Wajah Pada Perkerja Bengkel Las Listrik Kawasan Simongan
Semarang