Anda di halaman 1dari 24

HUBUNGAN PEMAKAIAN KACAMATA LAS DENGAN KELUHAN GANGGUAN MATA

PADA PEKERJA LAS DI DISTRIK ABEPURA KOTA JAYAPURA

TUGAS PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Penyimpanan Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Metode Penelitian Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Lingkungan
Universitas Cenderawasih

Oleh :

IKE KRISTIANI PASELANG

NIM : 2019071014009

KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA

JURUSAN\PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melipahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan
judul “HUBUNGAN PEMAKAIAN KACAMATA LAS DENGAN GANGGUAN
KELUHAN GANGGUAN MATA PADA PEKERJA LAS DI DISTRIK ABEPURA KOTA
AYAPURA”

Selama penyusunan tugas proposal ini penulis banyak mendapatkan


bimbingan,dukungan dan bantua dari berbagai pihak,oleh karena itu dalam kesempatan in
penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr.Samuel Piter Irab, S.KM, M.P.H, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Cenderawasih Jayapura.

2. Bapak Dr.Dolfinus Y. Bouway, S.KM, M.Kes, Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Cenderawasih

3. Ibu Dr. Novita Medyati, S.KM, M.Kes, Dosen pengampu Metode Penelitian tugas
proposal

4. Teman-teman Peminatan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja dan semua teman-
teman angkatan 2019,terimakasih buat kebersamaanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna.oleh karena itu penulis

Senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat.


DAfTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Perumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................
D. Manfaat Penilitian......................................................................................................
E. Keaslian Penelitian....................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................

A. Tinjauan Teori...........................................................................................................
1. Pengelasan (welding)..........................................................................................
2. Karakteristik Las ................................................................................................
3. Bahaya Pengelasan .............................................................................................
4. Manajemen Kesehatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
5. Alat Pelindung Diri ............................................................................................
6. Jenis Alat Pelindung Diri Untuk Pekerja Las Listrik..........................................
B. Kerangka Teori..........................................................................................................
C. Kerangka Konsep......................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................................

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian .............................................................................


B. Waktu Dan Lokasi Penelitian...................................................................................
C. Populasi Dan Sampel Penelitian ..............................................................................
D. Hipotesis Penelitian..................................................................................................
E. Variabel, Defines Oprasional Penelitian dan............................................................
F. Pengumpulan Data..................................................................................................
G. Teknik Pengolahan,Analisis dan Penyajian Data......................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada pelaksanaan suatu proyek konstruksi sering terhambat oleh hal – hal yang

tidak dinginkan kecelakan kerja. Kecelakan adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan

yang merintangi atau menggangu jalanya kegiatan. Untuk itu setiap karyawan

diwajibkan memelihara kesehatan dan kesehatan kerja secara maksimal melalui perlilaku

yang aman agar dapat menekan terjadinya kecelakan kerja. (Srijayanti,2012)

Banyak faktor yang berpengaruh dalam setiap kejadian kecelakaan kerja.

Beberapa diantaranya adalah faktor manusia, peralatan pendukung keselamatan, dan juga

sistem manajemen keselamatan kerja yang ada di dalam organisasinya. Sebagaimana

tercantum dalam Bab III Pasal 3 UU No. 1 Tahun 1970, tentang keselamatan kerja, telah

diatur di dalamnya mengenai kewajiban bagi setiap tempat kerja untuk menerapkan

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Termasuk peraturan

mengenai implementasi Alat Pelindung Diri (APD) dan Pakaian Pelindung Diri (PPD).

Terkait implementasi APD, banyak aspek yang berpengaruh, diantaranya adalah faktor

manusia, kondisi atau spesifikasi APD, dan kenyamanan penggunaan APD. Penggunaan

APD yang tepat dapat mengurangi tingkat terjadinya kecelakaan secara signifikan. Hal

tersebut dapat dicapai jika APD yang dipergunakan didesain berdasarkan studi tentang

ergonomi dan K3 (Suma’mur P.K., 1996).

Perkiraan secara berkala untuk mengestiminasi kasus kecelakaan dan penyakit

akibat kerja telah dilakukan oleh ILO, dan menemukan setiap tahunnya terjadi

peningkatan. Menurut ILO, diperkirakan sekitar 2,3 juta pekerja di seluru dunia

meninggal karena kecelakaan atau penyakit pekerjaan setiap tahun; terdapat lebih dari
6000 kematian setiap hari. Selanjutnya ILO menyatakan bahwa di seluruh dunia,

terdapat 340 juta kecelakaan kerja dan 160 juta korban penyakit kerja setiap tahun.

(ILO,2020)

Data kasus kecelakan akibat kerja di Indonesia,berdasarkan data BPJS

Ketenagakerjaan, pada tahun 2019 terdapat 182 ribu kasus kecelakaan kerja dan

sepanjang tahun 2020 terdapat 225 ribu kasus kecelakaan kerja, 53 (lima puluh) kasus

penyakit akibat kerja yang 11 (sebelas) di antaranya disebabkan Covid-19. Sepanjang

Januari hingga September 2021 terdapat 82 ribu kasus kecelakaan kerja dan 179 (seratus

tujuh puluh sembilan) kasus penyakit akibat kerja yang 65 persennya disebabkan Covid-

19.(Admin Disnakertrans DIY 2022).

Menurut data Densus tahun 2021,pekerja yang miliki keluhan terhadap

kesehatannya.Untuk wilayah Indonesia dengan keluhan tertinggi, berada pada Provinsi

Nusa Teggara Barat 42,15% dan terdapat pada Propinsi Gorontalo 32,06% (Densus,2021). Data

rendahnya kasus keluhan kesehatan pada pekerja Provinsi Papua belum menggambarkan

sektor pekerja, padahal Papua merupakan daerah yang banyak dihuni oleh pencari

lapangan kerja. Hal ini memungkinkan banyak lahan kerja di sector informal yang

bermunculan di Papua.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Papua, dari 1. 476. 227

orang yang bekerja pada Agustus 2016, persentase pekerja yang bekerja di sektor formal

sekitar 297.711 orang ( 20, 17%) dan 1.1798. 561 orang ( 79, 83 persen) bekerja pada

kegiatan informal ( Pusat Perencanahan Tenaga Kerja,2016).

Sektor informal cenderung lebih mudah untuk intervensi karena tidak bedasarkan

kontrak kerja maupun tunduk pada aturan ketenagakerjaan. Pemberian kerja lebih

mudah dapat pekerjaan secara informal, dan pekerjaan informal lebih mudah untuk di

berhentikan. Hal ini berdampak terhadap aspek pelayanan keselamatan dan kesehatan

kerja di sektor informal ( Gunawan, 2018).


Dalam upaya pengendalian bahaya di lingkungan kerja, PT. Barata Indonesia

cabang Tegal sudah menyediakan APD untuk para pekerja sesuai jenis pekerjaannya,

seperti: helm pengaman, masker, kap las/kedok las, ear plug, sarung tangan, safety shoes,

body harness, apron.Yang disediakan PT. Barada Indonesia guna membantu dalam

pelindungan diri atau biasa disebut APD

Untuk proses welding, APD yang dipersyaratkan yaitu: helm pengaman (Safety

Helm), pelindung muka dan mata (kedok las), pelindung dada (apron), sarung tangan

(Safety Gloves), sepatu pelindung (Safety shoes), respirator, dan pelindung telinga (ear

plug), sedangkan APD yang disediakan perusahaan yaitu helm pengaman, pelindung

muka dan mata (kap las/kedok las), masker, sarung tangan, apron, safety shoes. Tetapi

ada sebagian yang menyepelehkan alat pelindung diri (APD).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini penulis

merumuskan masalah “ Apakah ada hubungan pemakaian kacamata las dengan keluhan

ganguan mata pada pekerja las di Distrik Abepura Tahun 2022?’

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan pemakaian kacamata las dengan keluhan ganguan mata

pada pekerja las di Distrik Abepura Tahun 202

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pengelola dan tenaga kerja bengkel las agar lebih

memperhatikan pengunan alat pelindung mata untuk mencegah ganguan mata akibat

kerja.

2. Sebagai bahan masukan bagi penulis untuk menigkatkan ketrampilan dalam menerapkan

ilmu yang diperoleh selama mengikuti pendidikan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Peminatan Kesehatan Lingkungan Dan Kesehatan Kerja.

3. Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Peminatan Kesehatan Lingkungan Dan Kesehatan Kerja.


E. Keaslian Penelitian

N JUDUL/PENELITIAN/LOKASI TAHUN DESAIN HASIL PENELITIAN

1. Hubungan antara pemakaian alat 2016 Kuantitatif Ada hubungan antara pemakaian alat
pelindung diri (APD) dengan pelindung diri ( helem, kedok las, masker,
produktivitas  kerja pada sarung tanagn,
bagian welding di PT. apron, safety shoes dan hearing protection
Barata Indonesi(Persero) Cabang ) dengan produktifitas
Tegal.  Devina Hindayati

Hubungan antara pengetahuan 2013 Cross Ada hubungan antara pengetahuan sikap
Sectional
sikap dan kenyamanan dan kenyaman dengan penggunan alat
dengan pengunan alat pelindung pelindung wajah pada perkeja las listrik
wajah pada perkeja las  listrik
kawasan simogan  semarang. Reza
Yuda Kusman

Hubungan pengunaan alat 2012 Cross Ada hubungan yang


Sectional
pelindung mata waktu kerja dan signifikan pengunan alat pelindung mata
masa kerja dengan gejala subjektif dengan gejala subjektif gangguan mata
gangguan mata pada perkerja las pada perkerja las di Distrik Heram Kota
di Distrik Heram Kota Jayapura. Jayapura
Agung Eko Nugroho

Factor yan g berhubungan 2009 Cross Tidak ada hubungan antara umur


Sectional
dengan pemakianalat pelindung pendidikan pengetahuan  masa kerja sikap
muka pada pengelas di bengkel las dengan pemakaian alat pelindung muka
listrik kawasan Barito Kota
Semarang Wahyu Adi Bintoro
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengelasan (Welding)

Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan

cara mencairkan sebagian logam induk dengan logam pengisi dengan atau tanpa

tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan

kontinyu. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas,

meliputi perkapalan, jembatan rangka baja, bejana tekan pipa pesat, pipa saluran dan

sebagainya. Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk

reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada

perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus, dan macam-macam reparasi

lainnya (Suharno, 2008).

Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana

untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan

cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian

antara sifat-sifat las dengan kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya. Prosedur

pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya didalamnya banyak

masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya memerlukan bermacam-

macam pengetahuan. Karena itu dalam pengelasan, pengetahuan harus turut serta

mendampingi praktek, secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa perancamgan

kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang
cara-cara pengelasan. Cara ini pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang akan

digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang

(Suharno, 2008).

Pengelasan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena memiliki resiko fisik

yang sangat tinggi sehingga dalam pengerjaannya memerlukan keahlian serta peralatan

khusus agar pekerja pengelas (welder) tidak mengalami kecelakaan kerja. Pada proses

pengelasan las banyak hal yang membahayakan dan perlu diperhatikan baik bagi

pekerja pengelas, mesin las listrik, dan orang disekitarnya, yaitu:

1. Percikan bunga api yang dapat membahayakan pekerja maupun mesin las

listrik, yaitu percikan bunga api dapat mengenai kulit, mata dan masuk ke

dalam perangkat mesin las listrik, yang semua itu akan mengganggu

berjalannya proses produksi.

2. Asap las listrik dan debu beracun, dapat membahayakan pekerja dan orang

disekelilingnya, asap tersebut dapat mengganggu proses pernafasan.

3. Efek radiasi sinar ultra violet dan inframerah las listrik yang dapat

membahayakan kesehatan mata dan organ dalam tubuh pekerja maupun

orang disekelilingnya.

2. Karakteristik Las

1. Las Listrik

Las listrik adalah proses pengelasan yang dilakukan dengan jalan

mengalirkan arus listrik melalui bidang atau permukaan-permukaan benda yang

akan disambung. Elektroda-elektroda yang dialiri listrik digunakan untuk

menekan benda kerja dengan tekanan yang cukup. Penyambungan dua buah

logam atau lebih menjadi satu dengan jalan pelelehan atau pencairan dengan

busur nyala listrik. Tahanan yang ditimbulkan oleh arus listrik pada

bidangbidang sentuhan akan menimbulkan panas dan berguna untuk mencairkan

permukaan yang akan disambung.

Bahaya pada las listrik yaitu, loncatan bunga api yang terjadi pada nyala

busur listrik karena adanya potensial tegangan atau beda tegangan antara ujung-
ujung elektroda dan benda kerja. Tegangan yang digunakan sangat menentukan

terjadinya loncatan bunga api, semakin besar tegangan semakin mudah terjadi

loncatan bunga api listrik. Selain penggunaan arus dan tegangan yang bisa

membahayakan operator, nyala busur listrik juga memancarkan sinar ultra violet

dan sinar infra merah yang berinteraksi sangat tinggi. Pancaran atau radiasi dari

sinar tersebut sangat membahayakan mata maupun kulit manusia (Prabowo,

2007).

2. Las Karbit

Las Karbit adalah pengelasan yang menggunakan media gas karbit atau

dalam dunia kimia dikenal dengan nama gas asetilen sebagai bahan bakar,

prosesnya adalah membakar bahan bakar gas dengan oksigen sehingga

menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan

logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas asetilen, propana atau

hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas

asetilin, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen. Las

karbit ini juga sering dipakai dilapangan dikarenakan tidak memerlukan listrik

dalam pengoperasiannya. Perangkat perbengkelan las karbit digunakan untuk

memotong dan menyambung benda kerja yang terbuat dari logam seperti plat besi,

pipa dan poros.

3. Bahaya Pengelasan

Menurut Yasari (2008), potensi bahaya pada saat melakukan pengelasan antara

lain:

1. Bahaya Cahaya/ Sinar

Cahaya dari busur las dapat digolongkan pada sifatnya yaitu cahaya yang

dapat dilihat, ultra violet dan infra merah. Cahaya ters ebut tergolong dalam

radiasi bukan pengion (non-ionizing). Bahaya cahaya (radiasi cahaya) ini dapat

menimbulkan luka bakar, kerusakan mata dan kerusakan kulit.

2. Bahaya Asap dan Gas Las


Asap las (fume) yang ada selama pengelasan asap terutama terdiri dari

oksida logam. Asap ini terbentuk ketika uap logam terkondensasi dan teroksidasi.

Komposisi asap ini tergantung pada jenis logam induk, logam pengisi, flux dalam

permukaan atau kontaminasi pada permukaan logam. Gas-gas berbahaya dapat

menyebabkan kerusakan pada sistem pernafasan juga bagian tubuh tertentu.

Adapun gas-gas berbahaya yang terjadi pada waktu pengelasan adalah gas

CO,CO2, NO, dan ozon..

3. Bahaya Percikan Api

Selama dalam proses pengelasan menghasilkan percikan dan terak las.

Percikan dan terak las apabila mengenai kulit dapat menyebabkan luka bakar.

Oleh karena itu, juru las harus dilindungi agar terhindar dari hal ini terutama

apabila harus melakukan pengelasan tegak dan pengelasan diatas kepala.

4. Bahaya Kebakaran

Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api pengelasan

dengan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar, bensin, gas, cat kertas

dan bahan lainnya yang mudah terbakar. Bahaya kebakaran juga dapat terjadi

karena kabel yang menjadi panas yang disebabkan karena hubungan yang kurang

baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang

rusak

5. Bahaya Jatuh

Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang tinggi akan selalu

ada bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan luka ringan

ataupun berat bahkan kematian karena itu usaha pencegahannya harus

diperhatikan.

6. Bahaya Listrik

Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya arus

dan keadaan badan manusia

3.Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya pengelolaan

K3 dalam suatu perusahaan atau organisasi. Sesuai dengan persyaratan

perundangan, yaitu pasal 86 UU No. 13 Tahun 2013, pengusaha wajib

melakukan upaya keselamatan dan kesehatan kerja (Ramli, 2013). Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perusahaan harus dikelola layaknya mengelola

aspek lainnya dalam kegiatan, seperti produksi, sumber daya manusia, dan

keuangan. Setiap kegiatan pasti memiliki aspek K3 atau potensi bahaya yang

terkait dengan kegiatannya. Potensi bahaya ini bersumber dari kegiatan yang

dilakukan, alat yang digunakan, material yang diolah atau dihasilkan, proses

yang dijalankan, dan aktivitas manusia yang berlangsung sepanjang waktu di

lingkungan perusahaan.

a. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Menurut PP No. 50 Tahun 2012, Sistem Manajemen K3 adalah bagian

dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka

pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Menurut

OHSAS 18001, OHS management system- part of the overall

management system that facilities of the OHS risks associated with the

business of the organization. This includes the organizational structure,

palnning activities, responsibility, practices, procedures, processes and

resoures for developing, implementing, achieving, reviewing and

maintining the organization’s OHS policy. Sistem Manajemen K3

mrnggunakan prinsip siklus PDCA (Ramli, 2013).

Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menurut PP

No. 50/2012 yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang

terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.

2) Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan

melibatkan unsur manajemen, pekerja/ buruh, dan/ atau serikat pekerja/ serikat
buruh; menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk

mendorong produktivitas.

Menurut Cecep Dani Sucipto (2014), penerapan SMK3 mempunyai banyak manfaat

bagi industri, antara lain:

1) Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.

2) Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.

3) Menciptakan lingkungan kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja

merasa aman dalam bekerja.

4) Meningkatkan image market terhadap perusahaan.

5) Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.

Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur

alat semakin lama.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan

bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan

pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Menurut Jackson (2005), Apabila perusahaan melaksanakan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, akan meningkatkan produktivitas

kerja karena menurunnya jumlah hari yang hilang akibat kelelahan kerja, kecelakaan

dan penyakit akibat kerja

4.Alat Pelindung Diri

Menurut Permenaker No. O8/VIII/2010, Alat pelindung diri (APD) adalah

suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya

mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.

Berdasarkan pasal 14 ayat c UU No.1tahun 1970 tentang keselamatan kerja,

perusahaan wajib menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan
orang lain yang memasuki tempat kerja, apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi

merupakan suatu pelanggaran undang-undang. Berdasarkan pasal 12 huruf b tenaga

kerja diwajibkan memakai APD yang telah disediakan (Anizar, 2009).

Dalam menyediakan APD prioritas pertama perusahaan adalah melindungi

pekerjanya secara keseluruhan. Ketersediaan APD harus sesuai dengan bahaya yang

ada di perusahaan, terbuat dari material yang tahan terhadap bahaya tersebut, nyaman

dipakai (Ridley, 2006).

Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu aspek

perlindungan tenaga kerja untuk mencapai produktivitas kerja yang optimal.

Pengendalian secara teknologis terhadap potensi bahaya atau penyakit akibat kerja

merupakan pengendalian yang efektif dalam usaha pencegahan kecelakaan akibat kerja

dan penyakit akibat kerja. Namun karena berbagai hambatan upaya tersebut belum

dapat dilakukan secara optimal.

Tujuan penggunaan alat pelindung diri adalah untuk melindungi tubuh dari

bahaya pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat

kerja. Sehingga penggunaan alat pelindung diri bermanfaat bukan untuk menjaga

keselamatan pekerja itu sendiri tetapi juga bagi orang di sekelilingnya (Buntarto, 2015).

5.Jenis Alat Pelindung Diri untuk Pekerja Las Listrik

Jenis Alat pelindung diri banyak macamnya menurut bagian tubuh yang

dilindunginya (Suma’mur P.K., 1996). Alat pelindung diri untuk pekerja las listrik

dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Pakaian Kerja Las atau Apron.

Pakaian kerja las adalah pakaian yang dapat melindungi seluruh bagian

tubuh dari panas dan percikan las. Selain itu terdapat Apron sebagai tambahan,

apron dada dan apron lengan ini terbuat dari bahan kulit. Karena jika dari kain

biasa maka pakaian akan lubang, hal ini disebabkan tingginya temperatur percikan

las.

b. Sarung Tangan Las atau Welding Gloves.


Welding gloves atau sarung tangan las adalah sarung tangan yang memang

khusus dibuat untuk proses pekerjaan las, bahan sarung tangan las terbuat dari

kulit atau bahan sejenis asbes dengan kelenturan yang baik. Welding gloves

berfungsi untuk melindungi kedua tangan dari percikan las atau spater dan panas

material yang dihasilkan dari proses pengelasan.

c. Sepatu Las atau Safety Shoes.

Sepatu las adalah sepatu yang terbuat dari kulit dan bagian depan sepatu

terdapat sebuah plat baja yang berfungsi untuk melindungi kaki dari kejatuhan

bendan yang berat dan benda yang tajam. Selain itu karena bersifat isolator, sepatu

ini juga melindungi dari bahaya sengatan listrik.

d. Helm Las atau Topeng las.

Helm las adalah alat yang mempunyai fungsi melindungi bagian wajah

dari percikan las, panas pengelasan dan sinar las ke bagian mata. Topeng las ini

terbuat dari bahan plastik yang tahan panas, selain itu terdapat tiga kaca (bening,

hitam, bening) yang berfungsi untuk melindungi mata dari bahaya sinar tampak

dan ultraviolet saat melakukan pekerjaan pengelasan.

Kaca las listrik mempunyai pengkodean nomor, yaitu nomor 6, 7, 8 , 10,

11, 12 dan 14. Semakin besar ukurannya maka densitas atau kegelapan kaca

tersebut juga semakin tinggi. Jadi Anda dapat menyesuaikan yang cocok dengan

kondisi mata Anda. Selain itu juga ukuran ampere yang digunakan, karena ampere

yang besar akan menimbulkan cahaya yang lebih terang.

e. Masker Las

Masker berfungsi sebagai alat perlindung pernafasan dari bahaya asap las,

karena asap las berbeda dengan asap biasa. Asap las ini merupakan hasil

pembakaran dari bahan kimia untuk perlindungan lasan dan juga pembakaran atau
pelelehan dari material lasan. Oleh karena itu asap las ini hampir seperti serbuk

bersih dan sangat membahayakan alat pernafasan kita.

B. Kerangka Teori

Penggunaan APD

Faktor Individu

1.Pendidikan Keluhan Subjektif


Gangguan Mata
2.Pengetahuan

3.Sikap

4.Umur

5.Masa kerja

6.Kenyamanan Masalah Gangguan Mata


7.Pendapatan 1.Mata berair

2.Gatal-gatal dan rasa terbakar

3.Kemerah-merahan
Faktor Manajemen
4.Lingkaran Hitam sekitaran
1.Lingkungan Kerja mata

2. Standar 5.Kepekaan cahaya


Operasional
6.Pembengkakan Kelopak mata
Prosedur(SOP)
7.Mata berpasir
Sumber : (Nurjaman,2014),(A.M. Sugenbudiono, 2012),
(Nontoatmodjo, 2013,  (Buntarto, 2011), (Ridley,2008),
(Soehatman Ramli, 2013), (Cecep Dani Sucpto, 2014), (Tarwaka, 2004),
(Premenaker No.8/VII/2010), (Suma’mur PK, 1996)
 

C. Kerangka Konsep

Penggunaan
Kacamata Las Keluhan Subjektif
Gangguan Mata

Faktor Individu

1.Umur

2.Pendidikan

3.Pendapatan

Keterangan

Kotak Persegi =Variabel Bebas


Oval =Variabel Terikat

Kotak Persegi garis putus = Variabel yang tidak di teliti

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan penelitian Cross

Sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari suatu dinamika korelasi antara

faktor-faktor resiko dan efek, dan suatu pendekatan, observasi ataupun dengan

pengumpulan data pada suatu saat tertentu (Notoatmodjo, 2010).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bengkel las yang berada di Distrik Abepura

2.Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2022

C. .Populasi dan Sampel


1.Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2002). Dalam penelitian

populasi adalah seluruh pekerja las bengkel las di Distrik Abepura dengan berjumlah 57

(Limah Puluh tujuh ) orang.

2.Sampel

Sampling dalam penelitian adalah sampel jenuh yaitu teknik pengambilan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini bisa dilakukan jika populasi

relatif kecil (Hasmi, 2012). Maka sampel penelitian ini berjumlah 57 orang .

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Kriteria Objektif Skala

Operasional Pengukuran

1. karakteristik Usia responden Kuesioner 1.Remaja = 12 - 25 Ordinal


tahun
Responden yang di mulai dari 2.Dewas = 26 - 45
tahun
Umur (Usia) saat kelahiran
3.Lansia = ≥ 46 tahun
seseorang sampai (Depkes RI,2009)

dengan waktu

ulang tahunnya.

2. Pendidikan Lamanya sekolah Kuesioner 1. SD Ordinal


2. SMP
atau tingkat 3. SMA/ SMK
4. S1
sekolah yang telah

diikuti

3. Pendapatan Jumlah Kuesinoer 1.Pendapatan tinggi Nominal


dan
pendapatan tetap Wawancara

dan sampingan
> Rp 3.516.700

2. Pendapatan rendah≤

Rp.516.700(Penetapan

UMP lewat keputusan

Gubernur Papua

Nomor 188.4/369/

Tahun 2019 tentang

Upah Minimum dan

Upah Minimu Sektoral

Provinsi Papua Tahun

2020, dan Tahun

Peraturan Pemerintah

Nomor 78 Tahun

2015 tentang

Pengupahan)

4. Pengunaan Timbulnya Lembaran 1. Tidak menggunakan Nominal

Kacamta las pekerja yang kuesinoer kacamata las :Jika

mengunakan berbentuk pekerja tidak

kacamata las checklist mengunakan kacamata

saat las saat melakukan

melakukan pengelasan sehingan

pekerjaan terhibdar dari percikan

pengekasan bunga api

2. Menggunakan

kacamata las :Jika

pekerja mengunakan
kacamata las saat

melakukan pengelasan

sehingga terhindar dari

percikan bunga api

5. Keluhan Keluhan yang Kuseineor 1. Ada keluhan : Nominal


terjadi pada Jika, para pekerja
subjektif pekerja saat mempunyai keluhan
bekerja atau sepertiMata berair,
ganguan mata
setelah berkeja Gatal-Gatal Dan Rasa
seperti Mata Terbakar,Kemerahan-
berair, Gatal- Merahan, Lingkaran-
Gatal Dan Lingkaran Hitam
Rasa Terbakar Sekeliling Mata,
Kepekaan Cahaya
Kemerahan- (photophobia),
Merahan, Pembengkakkan
Lingkaran- Kelopak Mata, Mata
Lingkaran Hitam berpasir
Sekeliling Mata, 2. Tidak ada keluhan :
Kepekaan Cahaya Jika, para pekerja tidak
(photophobia), mempunyai keluhan
Pembengkakkan sepertiMata berair,
Kelopak Mata, Gatal-Gatal Dan Rasa
Mata berpasi r Terbakar,Kemerahan-
Merahan, Lingkaran-
Lingkaran Hitam
Sekeliling Mata,
Kepekaan Cahaya
(photophobia),
Pembengkakkan
Kelopak Mata, Mata
berpasir
(fahrul, 2008)

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam

rangka mencapai tujuan penelitian dan data yang di peroleh sebagai berikut.

a. Data Primer adalah jenis data yang dikumpulkan secara langsung dari


sumber utamanya seperti melalui wawancara,yang ditanyakan kepada
pekerja bengkel las di Distrik Abepura Kota Jayapura.
b. Data Sekunder adalah data yang di peroleh secara tidak langsung.
Dalam penelitian ini data yang di peroleh dari pengelasan di bengkel las
listrik,di Kota Jayapura untuk mengetahui jumlah pengelasan,nama-nama
pengelasan,nama bengkel las listrik,gambaran umum bengkel las
listrik,yang di peroleh dari bengkel las listrik di Distrik Abepura Kota
Jayapura.

F. Pengolahan,Analisis dan Penyajian Data

1.Pengolahan Data

a. Editing

kegiatan memeriksa kelengkapan dan meneliti data-data yang telah dikumpulkan, terutama


dari kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, kejelasan makna, kesesuaian dan
relevansinya dengan data yang lain.

b. Coding

adalah memberikan kode pada jawaban yang ada mempermudah angka pada tiap-tiap
jawaban.

c.Entry

Entry adalah  datayang dikode tersebut kemudiandimasukan dalam program komputer

Untuk selanjutnya  akan di olah.

d.Tabulating

Adalah proses pengolahan jawaban serupadan menjumlahkan dengan cara dan diteliti dan
teratur  kedalam tabel yang telah  disiapkan.

2.Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisi yang di lakukan pada sebuah variabel.Dalam auatu penelitian baik yang di
peroleh melalui observasi,wawancara,kuesionermaupun dokumentasi,analisis univariat
dapat si sajikan dalam bentuk :Distribusi Frekuensi,tendesi sentral dan nilai sabar dan
variabel(Hasmi,2012).
b.Anilisis Bivariat

Analisis bivariat di gunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu
independen dan dependen.uji statistik yang di gunakan dalam analisi ini adalah chi
square (X2) dengan derajat kepercayaan yang di gunakan adalah 95% (0,05)intuk melihat
dan tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

X2= Nilai Chi-Square

Oi= Frekunsi Pengamatan

Ei= Frekuensi yang di harapkan

Bila nilai p-value >0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna dari kedua variabel
yang di teliti

Bilan nilai p-value >0,05 artinya ada hubungan yang bermakna dari kedua variabel yang
di teliti(Hasmi 2012).

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sugeng Budiono, 2003, Hiperkes dan KK, Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro Semarang.

Albertus Ari Eka P., 2007, Faktor yang berhubungan dengan Pemakaian Alat Pelindung Masker

pada Tenaga Pengelas di Wilayah Karangrejo Kota Semarang, Semarang: Skripsi FKM UNDIP

Adryansyah, 2000, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pengelasan dalam Ruang terbatas. Jurnal

Keselamatan Kerja volume 01, hal. 52-55

Ilham Noviandry, 2013, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pekerja Dalam

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal Di Kelurahan

Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

Kusman yuda reza.,2013, Hubungan Antara Pengetahuan Sikap, Dan Kenyaman Dengan

Penggunaan Alat Pelindung Wajah Pada Perkerja Bengkel Las Listrik Kawasan Simongan

Semarang

Anda mungkin juga menyukai