Anda di halaman 1dari 46

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASA KERJA DAN KUALITAS HIDUP

DENGAN KEJADIAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS DINAS


PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SAMARINDA

OLEH :

ANGGIE YULISTIANI PASANG

NPM : 2013201037

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
proposal yang berjudul “ Hubungan Pengetahuan Masa Kerja dan Kualitas Hidup
Dengan Kejadian Kelelahan Kerja Pada Petugas Dinas Pemadam Kebakaran Di
Kota Samarinda ” ini dengan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penelitian laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Seminar K3. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
refrensi dan wawasan pengetahuan pembaca.

Terlebih dahulu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak


Istiarto, SKM., M.Kes, selaku Dosen pengampu mata Seminar K3 yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan semua, terima kasih
atas bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga dengan senang hati dan segala kerendahan hati penlis
menerima segala saran dan kritik yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis
berharap semoga tugas proposal ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
C. Tujuan Peneliti...................................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6
A. Kajian Teoritis ...................................................................................................... 6
1. Konsep Pengetahuan .......................................................................................... 6
2. Tingkatan Pengetahuan ...................................................................................... 6
3. Kriteria Pengetahuan .......................................................................................... 7
4. Masa Kerja ......................................................................................................... 7
5. Kelelahan Kerja ................................................................................................ 13
6. Risiko terjadinya Kelelahan ............................................................................. 19
7. Faktor- Faktor yang Menyebabkan Kelelahan Kerja ........................................ 19
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 29
C. Kerangka Teori ..................................................................................................... 31
D. Kerangka Konsep ................................................................................................. 32
E. Hipotesis .............................................................................................................. 33
BAB III METODELOGI PENELITIAN .................................................................... 35
A. Jenis Penelitian ................................................................................................... 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 36
C. Populasi & Teknik Sampel................................................................................. 36
D. Instrumen Penelitian .......................................................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 37
F. Teknik Analisis Data .......................................................................................... 38
G. Pengolahan Data............................................................................................. 39
H. Jadwal Penelitian............................................................................................ 40
I. Definisi Operasional ........................................................................................... 40

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelelahan atau Fatigue merupakan salah satu permasalahan
keselamatan dan kesehatan kerja atau potensi bahaya yang sering dijumpai
pada pekerja di tempat kerja. Kelelahan kerja yaitu salah satu dari gangguan
kesehatan yang dialami oleh pekerja akibat dari pekerjaan yang dilakukan.
Kelelahan karena aktivitas kerja yang cukup berat dapat menimbulkan
risiko cedera tubuh. Kelelahan kerja memiliki berbagai kriteria yaitu
kelelahan yang bersifat fisik dan psikis, motivasi yang menurun, rasa mudah
lelah, menurunnya tingkat produktivitas dalam kerja, dan menurunnya kerja
fisik. Waktu kerja yang melebihi ambang batas dapat menimbulkan sulit
berkonsentrasi, berpikir, lelah bicara, dan mudah lupa. Beberapa faktor
penyebab kelelahan kerja yaitu usia, aktivitas berat, beban kerja fisik serta
mental, masa kerja, posisi kerja yang tidak ergonomis, gerakan yang
berulang-ulang, lama kerja, pekerjaan yang bersifat monoton, lingkungan
kerja yang ekstrim, psikologi dari pekerja, asupan gizi yang tidak tercukupi
dengan baik, waktu istirahat yang kurang (Musadalifah et al., 2022).

Menurut Cameron (1973) dalam Lientje (2013), kelelahan kerja


adalah respon total individu terhadap stress psikososial yang dialami dalam
satu periode waktu tertentu dan kelelahan kerja cenderung menurunkan
prestasi maupun motivasi pekerja bersangkutan. Kelelahan kerja merupkan
kriteria yang lengkap tidak hanya menyangkut kelelahan yang bersifat fisik
dan psikis saja tetapi lebih banyak kaitannya dengan adanya penurunan
kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi, dan penurunan
produktivitas kerja. Menurut Gurusinga (2013) dalam Nurlifaiz (2014)
kelelahan kerja merupakan salah satu permasalahan kesehatan dan
keselamatan kerja yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya kecelakaan
saat bekerja. Kelelahan kerja disebabkan oleh banyak faktor baik dari faktor
individu, dan juga faktor dari luar seperti lingkungan (Indrawati & Nufus,
2018).

Masa kerja yaitu lamanya pekerja melakukan suatu pekerjaan di


suatu tempat. Maka akan semakin tinggi lama kerja yang dimiliki akibat
pekerja, hingga bertamabah tinggi risiko gangguan kesehatan yang diterima
oleh pekerja. Menurut hasil penelitian Pasira mendapatkan peroleh bahwa
adanya hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
pabrik tahu dikecamatan Mamajang kota Makassar tahun2016. Dari
penelitian tersebut diketahui bahwa keseluruhan pekerja memperlihatkan
bahwad engan pekerja yang lama menjalani kelelahan, yaitu sebanyak 18
orang. Sedangkan Pekerjayang baru juga mengalami kelelahan sejumlah 12
orang pekerja (Widyanti & Febriyanto, 2020). Masa kerja merupakan waktu
yang telah dijalani seorang teknisi selama menjadi tenaga kerja/karyawan
perusahaan. Masa kerja memberikan pengalaman kerja, pengetahuan dan
keterampilan kerja seorang karyawan. Pengalaman kerja menjadikan
seseorang memiliki sikap kerja yang terampil, cepat, mantap, tenang, dapat
menganalisa kesulitan dan siap mengatasinya (Widyanti, 2019). Secara
garis besar masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu masa kerja <6
tahun, masa kerja 6-10 tahun dan mas akerja 10 tahun (Olivia et al., 2022)
(Gorontalo, 2023).

Data dari ILO menyebutkan hampir setiap tahun sebanyak dua juta
pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh
faktor kelelahan. Penelitian tersebut menyatakan dari 58115 sampel, 32,8%
diantaranya atau 18828 sampel menderita kelelahan. Survei di negara maju
melaporkan bahwa 10- 50% penduduk mengalami kelelahan. Prevalensi
kelelahan sekitar 20% diantara pasien yang datang membutuhkan pelayanan
Kesehatan.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mempunyai


model kesehatan yang dibuat sampai tahun 2020, yang memperkirakan
gangguan psikis pada pekerja seperti perasaan lelah yang begitu berat dan

2
berujung pada depresi dapat menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah
penyakit jantung. Hasil penelitian yang dilakukan oleh kementrian tenaga
kerja Jepang terhadap 12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000
pekerja di negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil
bahwa ditemukan 65% pekerja mengeluhkan fisik akibat kerja rutin, 28%
mengeluhkan keluhan mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh stres berat
dan merasa tersisihkan.

Di Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja,


27,8% disebabkan kelelahan yang cukup tinggi, lebih kurang 9,5% atau 39
orang mengalami cacat. Data mengenai kecelakaan kerja yang diterbitkan
oleh Kepolisian Republik Indonesia tahun 2012 di Indonesia setiap hari
rata-rata terjadi 847 kecelakaan kerja, 36% disebabkan kelelahan yang
cukup tinggi. Lebih kurang 18% atau 152 orang mengalami cacat (Lestari S
et al., 2022).

Lama kerja merupakan waktu yang digunakan untuk melakukan


suatu kegiatan atau bekerja dalam sehari. Waktu kerja bagi seseorang
menentukan kesehatan yang bersangkutan, dalam efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kerjanya (Suma’mur, 2014). Dalam (UU Ketenagakerjaan
2003), ketentuan jam kerja telah diatur dalam dua sistem yaitu, 7 jam kerja
dalam satu hari atau 40 jam dalam satu minggu untuk enam hari kerja dalam
seminggu. Dan 8 jam kerja dalam satu hari atau 40 jam kerja dalam satu
minggu untuk lima hari kerja dalam seminggu (Prastuti et al., 2020).
Menurut pendataan dinas kebakaran kejadian kebakaran diwilayah
kota samarinda berjumlah kasus kebakaran yang terjadi tahun 2020
berjumlah 282 kasus kebakaran terjadi, dan di tahun 2021-2022 terjadinya
penurunan kasus kebakaran. Pada tahun 2021 kebakaran terjadi sebanyak
240 kasus, tahun 2022 terjadi 227 kasus kebakaran yang terjadi di kota
samarinda.

3
B. Rumusan Masalah
“Dari latar belakng di atas, dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti
yaitu apakah ada Hubungan Pengetahuan Masa Kerja dan Kualitas Hidup
Dengan Kejadian Kelelahan Kerja Pada Petugas Dinas Pemadam
Kebakaran Di Kota Samarinda”.

C. Tujuan Peneliti
1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui hubungan pengetahuan masa kerja dan kualitas


hidup dengan kejadian kelelahan kerja pada petugas dinas pemadam
kebakaran di kota samarinda

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan pengetahuan pada petugas dinas pemadam
kebakaran di kota samarinda
b. Mengetahui hubungan masa kerja pada petugas dinas pemadam
kebakaran di kota samarinda.
c. Mengetahui hubungan kualitas hidup pada petugas dinas pemadam
kebakaran di kota samarinda.
d. Mengetahui hubungan kelelahan kerja pada petugas dinas pemadam
kebakaran di kota samarinda.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik
Agar penelitian ini dapat diterbitkan dalam jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat Widya Gama Mahakam Samarinda. Serta
menjadi refrensi bagi pembaca untuk proses pembelajaran dan
dalam memenuhi tugas akhir.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan tentang
“Mengetahui hubungan masa kerja dan lama pada petugas pemadam

4
kebakaran di samarinda”. Serta informasi mengenai pentingnya
menjaga Kesehatan dan keselamatan kerja dalam melaksanankan
pekerjaan.
3. Manfaat Peneliti
Menjadi pengalaman yang sangat berharga serta menambah
pengetahuan bagi peneliti dalam menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama proses perkulihan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis
1. Devinisi Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia merupakan hasil upaya
yang dilakukan oleh manusia dalam mencari suatu kebenaran atau
masalah yang dihadapi. Kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh
manusia mencari suatu kebenaran atau masalah yang dihadapi pada
dasarnya merupakan kodrat dari manusia itu sendiri atau lebih dikenal
sebagai keinginan. Keinginan yang dimiliki oleh manusia akan
memberikan dorongan bagi manusia itu sendiri untuk mendapatkan
segala sesuatu yang diinginkan.

2. Tingkatan Pengetahuan
Tertulis dalam Yuliana (2017) Bahwa Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda, ada enam
tingkatan pengetahuan sebagai berikut :
a. Pengetahuan Ingatan (Knowledge) seseorang di tuntut untuk
mengetahui fakta tanpa dapat menggunakannya.
b. Pemahaman (Comprehension) Memahami suatu objek bukan
hanya sekedar tahu, tidak hanya sekedae menyebutkan, tetapi
harus dapat menginterprestasikan secara benar tentanh objek
yang diketahui.
c. Penerapan (application) Memahami objek yang dapat
mengaplikasikan prinsip yang dapat diketahui pada situasi yang
lain-lain.
d. Analisis (Analysis) Kemampuan seseorang untuk menjabarkan
atau memisahkan lalu mencari hubungan komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu objek.
e. Sintesis (synthesis) Kemampuan seseorang untuk merangkum
suatu hubungan yang logis dari pengetahuan yang dimiliki.

6
f. Penilaian (Evaluation) Kemampuan seseorang untuk suatu objek
yang didasarkan atas kriteria atau normanorma yang berlaku.

3. Kriteria Pengetahuan
Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang dapat
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Pengetahuan Baik: 76 % - 100 %
2) Pengetahuan Kurang: < 56 %

Sedangkan menurut Arikunto (2017) pengetahuan memiliki


presentase sebagai berikut :

1) Tinggi : Apabila skor 76%-100%


2) Rendah : Apabila skor < 55 %

4. Masa Kerja
1. Devinisi

Masa kerja adalah jangka waktu atau lamanya seseorang bekerja


pada suatu instansi, kantor, dan sebagainya (Koesindratmono, 2011). Masa
kerja juga merupakan fakor yang bekaitan dengan lamanya sesoang bekerja
di suatu tempat menurut Andini (2015). Masa kerja juga merupakan jangka
waktu seseorang yang sudah bekerja dari pertama mulai masuk hingga
bekerja. Masa kerja dapat diartikan sebagai sepenggalan waktu yang agak
lama dimana seseorang tenaga kerja masuk dalam satu wilayah tempat
usaha sampai batas tertentu (Suma’mur, 2009 dalam Nisak, 2014). Masa
kerja merupakan akumulasi aktivitas kerja seseorang yang dilakukan dalam
jangka waktu yang panjang.

Apabilaa aktivitas tersebut dilakukan terus-menerus akan


mengakibatkan gangguan pada tubuh. Tekanan fisik pada suatu kurun waktu
tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, dengan gejala makin
rendahnya gerakan. Tekanan-tekanan akan terakumulasi setiap harinya pada
suatu masa yang panjang, sehingga mengakibatkan memburuknya

7
kesehatan yang disebut juga kelelahan klinis atau kronik (Kesianto, 2013).
(Mathematics, 2016)

Menurut Tulus (2018), Akan memberikan pengaruh positif kepada


tenaga kerja bila dengan lamanya seseorang bekerja maka dia akan semakin
berpengalaman dalam melakukan tugasnya. Sebaliknya akan memberikan
pengaruh negatif apabila semakin lamanya seseorang bekerja maka akan
menimbulkan kebosanan. Siagian (2016) menyatakan bahwa, “Masa Kerja
merupakan keseluruhan pelajaran yang diperoleh oleh seseorang dari
peristiwaperistiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya”. Dengan masa
kerja yang lama seorang karyawan pasti sudah melewati berbagai rintangan
atau hambatan saat melakukan pekerjaan. Waktu masa kerja yang cukup,
sama dengan orang yang memiliki pengalaman yang luas.

Masa kerja yang lama akan membentuk kinerja dari seorang


karyawan menjadi lebih efektif, karena dapat mengendalikan berbagai
kendala berdasarkan pengalaman yang telah didapatnya. Menurut Sinungan
(dalam Sari, 2016), masa kerja atau lama kerja umumnya merupakan
lamanya seseorang bekerja dalam bidang kegiatan yang sama ataupun beda,
yang biasanya diukur dengan waktu. Masa kerja yang lama juga
mempengaruhi tingkat kemahiran seorang karyawan. Karenanya, masa
kerja yang dijalani seseorang pasti memberikan sebuah pengalaman kerja,
yang kemudian berpengaruh terhadap tingkat profesionalitas seseorang
(Candra, 2018).

Masa kerja memiliki hubungan yang positif dengan kinerja. Sejauh


mana karyawan dapat mencapai hasil yang dapat memuaskan dalam bekerja
tergantung dari kemampuan, kepandaian, serta keterampilan tertentu yang
dimilikinya agar dapat menyelesaikan pekerjaan. (Sebagai et al., 2022)

1) Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Masa Kerja


Faktor yang mempengaruhi keterikatan kerja menurut Demerouti
dalam (Puspita/2012;58) sebagai berikut :

8
a. Tuntutan Kerja (Job Demands)
Tuntutan kerja merupakan aspek-aspek fisik, sosial, maupun
organisasi dari pekerjaan yang membutuhkan usaha terus-
menerus baik secara fisik maupun psikologis demi mencapai atau
mempertahankannya. Tuntutan kerja meliputi empat faktor yaitu:
beban kerja yang berlebihan (work overload), tuntutan emosi
(emotional demands), ketidaksesuaian emosi (emotional
dissonance), dan perubahan terkait organisasi (organizational
changes)
b. Sumber daya pekerjaan (Job resources)
Keterikatan kerja juga dapat dipengaruhi oleh sumber daya
pekerjaan, yaitu aspek-aspek fisik, sosial, maupun organisasi
yang berfungsi sebagai media untuk mencapai tujuan pekerjaan,
mengurangi tuntutan pekerjaan dan harga, baik secara fisiologis
maupun psikologis yang harus dikeluarkan, serta menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan personal individu. Sumber daya
pekerjaan meliputi empat faktor yaitu: otonomi (autonomy),
dukungan sosial (social support), bimbingan dari atasan
(supervisory coaching), dan kesempatan untuk berkembang
secara profesional (opportunities for professional development).
c. Sumber daya pribadi (Personal Resource)
Sumber daya pribadi merupakan aspek diri yang pada umumnya
dihubungkan dengan kegembiraan dan perasaan bahwa diri
mampu memanipulasi, mengontrol dan memberikan dampak
pada lingkungan sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.
Beberapa tipikal sumber daya pribadi yaitu: Self-efficacy
(keyakinan diri) merupakan persepsi individu terhadap
kemampuan dirinya untuk melaksanakan dan menyelesaikan
suatu tugas atau tuntutan dalam berbagai konteks.
Organizational-based self-esteem didefinisikan sebagai tingkat
keyakinan anggota organisasi bahwa mereka dapat memuaskan

9
kebutuhan mereka dengan berpartisipasi dan mengambil peran
atau tugas dalam suatu organisasi. Optimism (optimisme) terkait
dengan bagaimana seseorang meyakini bahwa dirinya
mempunyai potensi untuk berhasil dan sukses dalam hidupnya.
d. Kepribadian (Personality)
Kepribadian berhubungan erat dengan keterikatan kerja yang
juga dapat di karakteristikkan dengan watak, menggunakan
dimensi aktivasi dan kesenangan sebagai suatu kerangka kerja.

Menurut Finney (dalam Novianto,2012;78) karyawan yang


memiliki ikatan dengan pekerjaannya memiliki sifat umum yaitu :

a. Mempercayai visi dan misi organisasi mereka


b. Menyenangi pekerjaan mereka dan memahami kontribusi
pekerjaan mereka pada tujuan yang lebih besar
c. Tidak memerlukan pendisiplinan dan mereka hanya memerlukan
kejelasan, komunikasi dan konsistensi
d. Selalu meningkatkan kebenaran keterampilan mereka dengan
sikap positif, fokus, keinginan, antusiasme, kreativitas dan daya
tahan
e. Dapat dipercaya dan saling percaya satu sama lain 6.
Menghormati manajer mereka
f. Mengetahui bahwa manajer mereka menghormati mereka
g. Merupakan sumber tetap ide-ide baru yang hebat
h. Memberikan yang terbaik kepada organisasi.

2) Indikator Masa Kerja


Menurut Foster (2018), “ada beberapa hal yang menentukan
apakah seorang karyawan memiliki pengalaman dan ini merupakan
indikator masa kerja, yaitu :

10
a. Lama waktu/periode bekerja. Lama waktu yang dihabiskan atau
masa kerja yang sudah dilalui seorang karyawan dapat
memahami dan melakukan tugas dengan baik.
b. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Pengetahuan yang berkaitan dengan konsep, prinsip, prosedur,
kebijakan, atau informasi lain yang diberikan oleh karyawan.
Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan
menerapkan informasi tentang tanggung jawab pekerjaan.
Keterampilan dasar mengacu pada keterampilan fisik yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan.
c. Menguasai pekerjaan dan peralatan. Tingkat penguasaan
seseorang dalam melaksanakan aspek-aspek teknik peralatan
dan teknik pekerjaan.”

1. Kualitas Kehidupan Kerja


1. Devinisi
Pengertian kualitas kehidupan kerja Cascio (2006: 24)
mendefinisikan kualitas kehidupan kerja sebagai suatu persepsi pekerja
terhadap fisik dan kesejahteraan mental mereka di tempat kerja. Setiap
orang yang bekerja pada sebuah perusahaan, mengharapkan lingkungan
kerja yang nyaman, rekan-rekan kerja yang bisa di ajak untuk bersinergi,
adanya dukungan dari atasan dalam pengembangan diri. Semua hal
tersebut dapat terpenuhi dengan pelaksanaan aspek yang terkandung
dalam kualitas kehidupan kerja atau QWL. Menurut Wibowo (2017:
107), dengan usaha memaksimalkan kualitas kehidupan kerja di
perusahaan dapat memunculkan peranan para karyawan, untuk
perbaikan kinerja dan produktivitas. Selain itu, pemberian kualitas
kehidupan kerja yang memadai juga merupakan bentuk penghargaan
terhadap kemampuan para karyawan yang memiliki sebuah komitmen
pada perusahaan. Mereka akan ditujukan terhadap sumber daya yang
dimiliki beserta manajemen perusahaan agar nantinya mengembangkan

11
lingkungan kerja dan dapat memberikan kontribusi terhadap perbaikan
kinerja mereka. Para karyawan yang bekerja menginginkan pekerjaan
yang mampu memenuhi kebutuhan materil dan non materil. Bukan
hanya pekerjaan yang memberikan penghasilan tetapi juga pekerjaan
yang mampu memberikan tambahan ilmu, dan membuat mereka merasa
bermakna berada di perusahaan karena telah ikut terlibat memutuskan
kebijakan terkait segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kehidupan kerja


Menurut Nadler dan Lawler dalam Anatan & Ellitan (2009: 109),
menyebutkkan beberapa faktor yang menentukkan keberhasilan dalam
meningkatkan kualitas kehidupan kerja di perusahaan yang berfokus
pada keterlibatan:
a. Persepsi akan kebutuhan Kualitas kehidupan kerja akan berhasil
meningkat apabila berfokus pada kebutuhan, yaitu kebutuhan
dari para karyawan, tentang apa saja yang di perlukan dalam
memudahkan ketika bekerja ataupun apa yang diperlukan agar
mereka selalu merasa bersemangat dalam melakukan pekerjaan.
b. Berfokus pada masalah yang penting di dalam organisasi Dalam
memberikan tanggung jawab lebih kepada pekerja untuk
memberikan inisiatif atau masukan kepada perusahaan,
difokuskan pada bagian vital namun yang kurang berkembang.
Kebebasan untuk menerapkan ide oleh para karyawan supaya
bagian tersebut berkembang dan mampu memberikan kontribusi
bagi organisasi secara maksimal.
c. Memiliki struktur untuk mengidentifikasi memecahkan masalah
Dalam mencari pemecahan masalah, harus melalui konseptual,
artinya tim kerja harus menjabarkan langkah-langkah yang perlu
di tempuh hingga pada penyelesaian masalah. Ini penting untuk
menghindari kegagalan dalam menjalankan kegiatan saat
memecahkan masalah

12
d. Sistem imbalan di desain dengan baik sesuai tuntutan yang ada
Dalam memberikan imbalan harus sesuai dengan beban kerja
yang di berikan, semakin banyak karyawan terlibat dan
berkontribusi dalam pekerjaannya maka imbalan harus semakin
besar.
e. Berbagai sistem dan nilai-nilai yang ada di dalam organisasi
Sistem yang ada di perusahaan tidak kaku begitu juga dengan
nilai-nilai di perusahaan, ini dimaksudkan agar keduanya
fleksibel mengikuti perkembangan, demi kelancaran dalam
meningkatkan kualitas kehidupan kerja
f. Keterlibatan seluruh anggota organisasi Keberhasilan dalam
mengaplikasikan ide-ide dan gagasan dari para karyawan, perlu
adanya dukungan dari seluruh elemen di perusahaan.
Keberhasilan akan mustahil terjadi jika hanya segelintir orang
yang ikut terlibat dalam merealisasikan, karena memang
penerapan sistem yang memberikan kebebasan kepada
karyawan, bertujuan agar mereka berperan aktif dan bisa bekerja
sama dengan para manajer ataupun pimpinan di perusahaan dan
bukan hanya sebagai penerima tugas.

5. Kelelahan Kerja
1. Devinisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian
kelelahan yaitu perihal (keadaan) lelah; kepenatan; kepayahan.
Kelelahan Fisik merupakan kelelahan yang ditandai oleh adanya
keletihan, kejenuhan, ketegangan otot, perubahan dalam kebiasaan
makan dan tidur serta secara umum tingkat energinya rendah.
Sedangkan kelelahan mental adalah kelelahan yang timbul karena
ketidakpuasaan terhadap diri sendiri, ketidakpuasaan terhadap
pekerjaan dan hidup secaara keseluruhan, serta merasa tidak kompoten
atau merasa rendah diri.

13
Kata Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi
semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan
tubuh. Terdapat dua jenis kelelahan otot merupakan tremor pada otot
atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot. Kelelahan umum ditandai
dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang sebabnya adalah
persyaratan atau psikis (Suma’mur,1996). (Hardi, 2020)
Majalah Kedokteran berjudul Kelelahan Kerja tahun 1998, Gerry
Silaban merangkum beberapa definisi mengenai kelelahan, antara lain :
1. Mc. Farland (1972)
Kelelahan kerja merupakan gejala yang berhubungan dengan adanya
penurunan efisiensi kerja dan keterampilan serta peningkatan
kecemasan atau kebosanan.
2. Camerom (1973)
Kelelahan merupakan kriteria yang kompleks tidak hanya
menyangkut kelelahan fisiologis dan psiologis tetapi dominan
hubungannya dengan penurunan kerja fisik adanya perasaan lelah,
penurunan motivasi, dan penurunan produktivitas kerja.
3. Anastasi (1979)
Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan Lelah, output
menurun, dan penurunan kondisi fisiologis yang dihasilkan dari
aktivitas terus menerus.
4. Barnes (1980)
Kelelahan kerja dalam suatu industry berkaitan pada tiga gejala yang
saling berhubungan yaitu perasaan lelah, penurunan fisiologis dalam
tubuh (saraf dan otot tidak berfungsi dengan baik atau tidak secepat
pada keadaan normal yang disebabkan oleh perubahan kimiawi
setelah bekerja),dan menurunnya kapasitas kerja.
5. Dwivedi (1981)
Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang dihasilkan stress
sebelumnya yang mengakibatkan melemahnya kembali fungsi dan
kinerja. Fungsi organ saling mempengaruhi yang akhirnya

14
menganggu fungsi kepribadian dan umumnya Bersama dengan
menurunnya kesiagaan kerja serta meningkatnya sensasi
ketegangan.
6. Grandjean (1985)
Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya perasaan
lelah dan penurunan kesiagaan.
Kelelahan dapat diartikan secara fisiologis yaitu adanya
penurunan kekuatan otot disebabkan karena kehabisan tenaga dan
peningkatan sisa-sisa metabolism, misalnya asam laknat dan karbon
dioksida. Dalam arti psikologis yaitu keadaan mental dengan ciri-
ciri menurunnya motivasi, ambang rangsang yang tinggi,
menurunnya kecermatan dan kecepatan pemecahan personal
(Soetomo, 1981). Definisi kelelahan menurut Kroemer dalam
bukunya Engineering Physiology tahun 1997 adalah tahapan dimana
seseorang berkurang kemampuannya untuk melanjutkan gerakan
atau fisik kerja pada umunya. (Putri, 2017)
2. Jenis Kelelahan Kerja
Menurut Suma’mur dalam Roshyadi (2014) “kelelahan kerja
berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahan tubuh”.
Kelelahan kerja dapat dibedakan sebagai berikut, yaitu (Fitria, 2013)
:
1) Berdasarkan Proses dalam Otot
Berdasarkan proses dalam otot Kelelahan dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)
Kelelahan Otot merupakan fenomena terjadinya tekanan melalui
fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi,
dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya
tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada
akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal
yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan

15
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan dan meningkatnya
kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat
mempengaruhi produktivitas kerja.
b. Kelelahan Umum (General fatigue)
Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang
luar biasa. Semua aktivitas mejadi terganggu dan terhambat
karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya
gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya
terasa berat dan melelahkan. Kelelahan umum biasanya ditandai
berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh
karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan
dirumah, kondisi mental, status dan kesehatan gizi.
2) Berdasarkan Waktu Terjadinya
Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan dibagi menjadi 2
antara lain:
a. Kelelahan Akut biasanya disebabkan oleh kerja suatu organ atau
seluruh tubuh secara berlebihan.
b. Kelelahan Kronis terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari,
berkepanjangan dan baha terkadang telah terjadi sebelum
memulai suatu pekerjaan.
3. Gejala Kelelahan
Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan
melemahnya kegiatan, 11-20 menunjukkan melemahnya motivasi
dan 21-30 gambaran kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan
umum yang melelahkan. Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah
hambatan terhadap fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan-
perubahan pada organ-organ di luar kesadaran. Seseorang yang lelah
menunjukkan gejala antara lain penurunan perhatian, perlambatan
dan hambatan persepsi, lambat dan sukar berpikir, penurunan
kemauan atau dorongan untuk bekerja, kurangnya efisiensi
kegiatan-kegiatan fisik dan mental. Pada umumnya orang lelah

16
menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut (Pasira, 2016)
(Aderibigbe, 2018) :
a. Penurunan perhatian.
b. Perlambatan dan hambatan persepsi.
c. Lamban dan sukar berfikir.
d. Penurunan kemampuan atau dorongan untuk bekerja.
e. Kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental

Gambaran mengenai gejala kelelahan (Fatigue Symptons) secara


subyektif dan obyektif menurut Suma’mur (2013) antara lain :

a. Perasaan berat di kepala


b. Menjadi lelah seluruh badan
c. Kaki merasa berat
d. Menguap
e. Merasa kacau pikiran
f. Menjadi mengantuk
g. Merasakan beban pada mata
h. Kaku dan canggung pada gerakan
i. Tidak seimbang dalam berdiri
j. Mau berbaring
k. Merasa susah berpikir
l. Lelah bicara
m. Menjadi gugup
n. Tidak dapat berkonsentrasi
o. Tidak dapat mempusatkan perhatian terhadap sesuatu
p. Cenderung untuk lupa
q. Kurang kepercayaan
r. Cemas terhadap sesuatu
s. Tidak dapat tekun dalam bekerja
t. Sakit kepala
u. Kekakuan dibahu

17
v. Merasa nyeri dipinggang
w. Merasa pernafasan tertekan
x. Haus y. Suara serak
y. Merasa pening
z. Spasme dari kelopak mata
aa. Tremor pada anggota badan
bb. Merasa kurang sehat
4. Penyebab Kelelahan
Grandjean (1991) menjelaskan bahwa faktor penyebab
terjadinya kelelahan ketenagakerjacan diwilayah pemadam
kebakaran sangat bervariasi, dan untuk memelihara/
mempertahankan Kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus
dilakukan di luar telanan (cancel out the stress). Penyegaran terjadi
terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan
waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.
Penyebab kelelahan menurut Suma’mur (1989), terdapat lima
kelompok yaitu :
a. Keadaan monoton
b. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental
c. Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan
kebisingan
d. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau
konflik.
e. Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.

Kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat


menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi
pada waktu ketahanan (Endurance time) otot terlampaui. Pada saat
kebutuhan metabolism dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas
energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan
terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi (Waters dan
Bhattacharya (1996) dalm Tarwaka,dkk,2004).

18
6. Risiko terjadinya Kelelahan
Kelelahan kerja akan menimbulkan suatu dampak yang
dapat merugikan kepada perusahaan, secara langsung kelelahan
dapat mengakibatkan (Yulianto, 2011) :
1. Motivasi kerja turun
2. Performasi rendah
3. Kualtitas kerja rendah
4. Banyak terjadi kesalahan
5. Stress akibat kerja
6. Penyakit akibat kerja
7. Cedera
8. Terjadi kecelakaan akibat kerja

7. Faktor- Faktor yang Menyebabkan Kelelahan Kerja


Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses
yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan
ketegangan (stress) yang dialami oleh tubuh manusia
(Wignjosoebroto, 2000). Faktorfaktor yang mempengaruhi
kelelahan ada dua hal yaitu, faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
individu, terdiri dari :
a. Umur
Umur atau usia adalah lama waktu hidup atau ada sejak
dilahirkan. Suma’mur (2009) umur merupakan proses menjadi tua
disertai kurangnya kemampuan kerja oleh karena perubahan-
perubahan pada alat-alat tubuh, sistem kardiovaskular dan
hormonal. Menurunnya kemampuan kerja alat-alat tubuh akan
menyebabkan tenaga kerja semakin mudah mengalami kelelahan.
Semakin usia bertambah makan akan semakin mudah tenaga kerja
mengalami kelelahan kerja. Faktor individu seperti umur dapat
berpengaruh terhadap waktu reaksi dan perasaan lelah tenaga kerja.
Pada umur yang lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot, tetapi

19
keadaan ini diimbangi dengan stabilitas emosi yang lebih baik di
banding tenaga kerja yang muda yang dapat berakibat positif dalam
melakukan pekerjaan.
Umur adalah variable yang selalu diperhatikan di dalam
penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Pada umumnya usia yang
tekah lanjut, kemampuan fisisknya juga menurun. Proses menjadi
tua akan disertai dengan kurangnya kemampuan kerja oleh karena
perubahan-perubahan pada fungsi tubuh, sistem kordiovaskuler dan
hormonal. Dari umur dapat diketahui ada beberapa kapasitas fisik
seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan, reaksi menurun
sesudah usia 40 tahun. Makin tua usia, makin sulit bagi seseorang
untuk beradaptasi dan makin cepat menjadi lelah. Demikian pula
makin makin pendek waktu tidurnya dan makin sulit untuk tidur
(Suma’mur, 2014).
Pada umumnya keluhan sistem musculoskeletal mulai
dirasakan pada umur kerja, yaitu 25-26 tahun. Keluhan pertama
biasanya dirasakan pada umur 25 tahun dan tingkat keluhan terus
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena
pada umur setengah keluhan otot meningkat.
Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia
pertengahan 20-an dan kemudian menurun dengan bertambahnya
usia. WHO menyatakan batas usia lansia adalah 60 tahun ke atas.
Sedangkan di Indonesia 55 tahun sudah dianggap sebagai batas
lanjut usia. Dengan menanjaknya umur, maka kemampuan jasmani
dan Rohani pun akan munurun secara perlahan-lahan tapi pasti.
Aktivitas hidup juga berkurang yang menakibatkan semakin
bertambahnya ketidakmampuan tubuh dalam berbagai hal
(Windyananti, 2010). (Student et al., 2021)
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan suatu identitas seseorang laki-laki
atau wanita. Pada tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis

20
setiap bulan di dalam mekanisme tubuhnya, sehingga akan
mempengaruhi turunnya kondisi fisik maupun psikisnya. Hal ini
akan menyebabkan tingkat kelelahan wanita lebih besar daripada
lakilaki. Hungu (2007), berpendapat jenis kelamin (seks) adalah
perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara biologis sejak
seseorang lahir.
c. Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh
seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan
penggunaan zatzat gizi di dalam tubuh (Almatsier, 2010).. Dalam
laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 dinyatakan bahwa Indeks
Masa Tubu (IMT) merupakan indicator status gizi orang dewasa.
Nilai IMT dihitung menurut ilmu berat badan (dalam kilogram)
dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter). Status gizi umum
spesifik zat gizi, melainkan lebih erat kaitannya dengan energi dan
protein dapat diukur dengan antropometri.
Dengan kata lain antropometri atau ukuran tubuh dapat
memberi gambaran status energi dan protein seseorang, karenanya
antropometri sering digunakan sebagai indikator status gizi yang
berkaitan dengan masalah kurang energi protein. (Student et al.,
2021)
Status gizi berpengaruh terhadap kelelahan kerja karena
dalam melakukan pekerjaan memerlukan energi yang cukup.
Apabila tubuh kekurangan energi, maka pekerjaan lebih mudah
merasakan lelah yang akan mengganggu kinerja pekerja tersebut.
(V.A.R.Barao et al., 2022)
Status gizi pekerja dapat diukur dengan IMT, cara mengukur
Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut (Almatsier, 2015):

Tabel 2.1 Rumusan Pengukuran IMT

21
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
(𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚))
Sumber : WHO Internasional, 2018

Standar IMT untuk orang Indonesia batas ambangnya telah


dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis sebagai berikut :

Tabel 2.2 Kategori Indeks Masa Tubuh

Kategori IMT (Kg/𝑚2 ) Keterangan


Kurus <17,0 Kekurangan BB tingkat berat
17,0 – 18,4 Kekurangan Bb tingkat ringan
Normal >18,5 -25,0 – 27,0 Normal
Gemuk >25,1- 27,0 Kelebihan BB tingkat ringan
>27,0 Kelebihan BB tingkat berat
Sumber : Depkes (2011)

d. Kondisi Kesehatan
Muftia (2005), berpendapat kesehatan fisik sangat penting
untuk menduduki suatu pekerjaan. Tidak mungkin seseorang dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik jika sering sakit. Status
kesehatan dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang dapat dilihat
dari riwayat penyakit yang diderita. Beberapa penyakit yang
mempengaruhi kelelahan kerja yaitu:
a) Penyakit gangguan ginjal
Pada penderita gangguan ginjal, sistem pengeluaran sisa
metabolisme akan terganggu sehingga tertimbun dalam
darah (uremi). Penimbunan sisa metabolisme menyebabkan
kelelahan.
b) Penyakit jantung

22
Seseorang yang mengalami nyeri jantung jika kekurangan
darah, kebanyakan menyerang bilik kiri jantung sehingga
paru-paru akan mengalami bendungan dan penderita akan
mengalami sesak nafas sehingga akan mengalami kelelahan.
c) Penyakit asma
Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan saluran udara
bronkus kecil bronkiolus. Proses transportasi oksigen dan
karbondioksida terganggu sehingga terjadi akumulasi
karbondioksida dalam tubuh yang menyebabkan kelelahan.
Terganggunya proses tersebut karena jaringan otot paru-paru
terkena radang.
d) Tekanan darah rendah
Pada penderita tekanan rendah kerja jantung untuk
memompa darah kebagian tubuh membutuhkan kurang
maksimal dan lambat sehingga kebutuhan oksigennya tidak
terpenuhi, akibatnya proses kerja yang membutuhkan
oksigen terhambat. Pada penderita penyakit paru-paru
pertukaran O2 dan CO2 terganggu sehingga banyak tertimbun
sisa metabolism yang menjadi penyebab kelelahan.
e) Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Hipertensi pada sebagian besar kasus tidak menunjukkan
gejala apapun hingga suatu saat hipertensi menjadi stroke
dan serangan jantung yang menjadikan penderita meninggal.
Sakit kepala yang sering menjadi indikator hipertensi tidak
terjadi pada beberapa orang atau dianggap keluhan ringan
yang akan sembuh dengan sendirinya (Nurrahmani, 2012).
Tenaga kerja yang mengalami tekanan darah tinggi akan
menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat sehingga
jantung membesar. Pada saat jantung tidak mampu
mendorong darah beredar keseluruhan tubuh dan sebagian
akan menumpuk pada jaringan seperti tungkai atau paru.

23
Selanjutnya terjadi sesak nafas bila ada pergerakan sedikit
karena tidak tercukupi kebutuhan oksigennya akibatnya
pertukaran darah tersumbat. Pada tungkai terjadi
penumpukan sisa metabolisme yang menyebabkan
kelelahan.
e. Keadaan psikis tenaga kerja
Keadaan psikis tenaga kerja yaitu suatu respon yang
ditafsirkan bagian yang salah, sehingga merupakan suatu aktivitas
secara primer suatu organ, akibatnya timbul ketegangan-ketegangan
yang dapat meningkatkan tingkat kelelahan seseorang.

f. Posisi kerja
Posisi tubuh dalam bekerja adalah sikap yang ergonomi,
sehingga dicapai efisien kerja dan produktivitas yang optimal
dengan memberikan rasa nyaman dalam bekerja. Apabila dalam
melakukan pekerjaan posisi tubuh salah, maka akan mempenaruhi
kelelahan kerja.
2) Faktor eksternal
a. Beban Kerja
Beban kerja adalah suatu perbedaan antara kapasitas atau
Kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus
dihadapi Tarwaka, 2014). Beban kerja merupakan salah satu
unsur yang harus diperhatikan bagi seorang tenaga kerja untuk
mendapatkan keserasian dan produktivitas kerja yang tinggi
selain unsur beban tambahan akibat lingkungan kerja dan
kapasitas kerja. Pengertian beban kerja dapat dilihat dari dua
sudut pandang, yaitu secara subyektif dan secara obyektif.
Beban kerja secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang
dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja
subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap
pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan, tentang perasaan

24
kelebihan jam kerja, ukuran dan tekanan pekerjaan dan kepuasan
kerja(Minarsih, 2011). Pekerjaan biasanya dilakukan dalam
suatu lingkungan atau situasi yang akan menjadi beban
tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja tersebut. Seperti
faktor lingkungan fisik, kimia, biologi, ergonomik dan psikologi.
Beban kerja menentukan berapa lama seseorang dapat
bekerja tanpa mengakibatkan kelelahan atau gangguan. Pada
pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat
pula kelelahan kerja seseorang. Faktor yang mempengaruhi
beban kerja Menurut Nurmianto dalam Utami (2012), faktor
yang mempengaruhi beban kerja, yaitu:
1. Beban yang diperkenankan
2. Jarak angkut dan intensitas pembebanan
3. Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat
4. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja
5. Kondisi lingkungan kerja
6. Keterampilan bekerja
7. Tidak terkoordinasinya kelompok kerja
8. Peralatan kerja beserta keamanannya.

Beban kerja dapat mengakibatkan kelelahan, hal ini


dikarenakan semakin banyak jumlah material yang diangkat dan
dipindahkan serta aktifitas yang berulang dalam sehari oleh
seorang tenaga kerja.

Pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu


metode untuk menilai cardiovascular strain. Salah satu peralatan
yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah
Oximeter. Dengan enggunaan nadi kerja untuk menilai beban
kerja mempunyai beberapa keuntungan. Selain mudah, cepat dan
murah juga tidak diperlukan peralatan yang mahal serta hasilnya
cukup reliable. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan

25
perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan
mekanik, fisika, maupun kimia.

Tabel 2.3 Nadi Kerja Menurut Tingkat Beban Kerja

Kategori Beban Kerja Nadi Kerja (Permenit)


Rungan 75-100
Sedang 100-125
Berat 125-150
Sangat Berat 150-175
Sangar Berat Sekali <175
Sumber : Tarwaka (2010)

b. Lama Kerja
Lama kerja merupakan kurun waktu atau lamanya tenaga
kerja bekerja di suatu tempat. Masa kerja adalah waktu yang
dihitung berdasarkan tahun pertama bekerja hingga saat
penelitian dilakukan dihitung dalam tahun. Semakin lama masa
kerja seseorang maka semakin tinggi juga tingkat kelelahan,
karena semakin lama bekerja menimbulkan perasaan jenuh
akibat kerja monoton akan berpengaruh terhadap tingkat
kelelahan yang dialami (Setyawati, 2010). Kelelahan yang
disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja
dinamis. Tarwaka menjelaskan pada kerja otot statis dengan
pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimum otot hanya
dapat bekerja selama 1 menit sedangkan pada pengerahan tenaga
<20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama (Tarwaka,
2004). Kelelahan harus dibedakan dengan kejenuhan merupakan
salah satu faktor penyebab kelelahan, jemu adalah keadaan
dimana terdapat 5 (lima) faktor penyebab kelelahan :
1. Keadaan monoton
2. Beban kerja dan lama pekerjaan baik fisik maupun
mental

26
3. Keadaan lingkungan kerja seperti cuaca kerja,
penerangan dan bising
4. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab,
kekhwatiran/konflik
5. Penyakit perasaan sakit dan keadaan gizi
Kehilangan cairan dalam tubuh dapat menimbulkan dan
mengakibatkan kelelahan. Berikut ini adalah persentase
kehilangan cairan dalam tubuh :
1) Kekurangan air tubuh 1% mulai menimbulkan rasa haus
dan gangguan mood
2) Kekurangan air tubuh 2-3% meningkatkan suhu tubuh,
rasa haus dan gangguan stamina
3) Kekurangan air tubuh 4% dapat menurunkan
kemampuan fisik 25%
4) Pingsan bila kadar air tubuh berkurang sampai 7%.

Faktor yang mempengaruhi lama kerja antara lain :

1. Tingkat kepuasan kerja karyawan


2. Stres lingkungan kerja karyawan
3. Penggembangan karir karyawan
4. Kompensasi hasil kerjayang diberikan kepada
karyawan.
Lama bekerja menurut (Handoko, 2002) dapat
dikategorikan menjadi 4 yaitu :
1. Lama bekerja kategori baru : 0 – 1 tahun
2. Lama bekerja kategori sedang pertama : 1 – 2 tahun
3. Lama bekerja kategori sedang kedua :3 – 4 tahun
4. Lama bekerja kategori sedang kedua : > 4 tahun
c. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja menurut Komarudin (1983), adalah
kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam perusahaan yang

27
berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai keadaan
lingkungan sekitarnya, antara manusia dan lingkungan terdapat
hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini, manusia akan selalu
berusaha untuk beradaptasi dengan berbagai keadaan
lingkungan sekitarnya. Demikian pula halnya ketika melakukan
pekerjaan, karyawan sebagai manusia tidak dapat dipisahkan
dari berbagai keadaan disekitar tempat mereka bekerja, yaitu
lingkungan kerja. Selama melakukan pekerjaan, setiap karyawan
akan berinteraksi dengan berbagai kondisi yang terdapat dalam
lingkungan kerja.
1) Lingkungan Fisik
Lingkungan Fisik merupakan jenis lingkugan yang
berhubungaan dengan kondisi fisik lingkungan kerja yaitu :
tingkat pencahayaan, suhu dan kelembaban. Lingkungan
fisik dapat mempengaruhi kinerja manusia. Apabila
lingkungan fisik baik dapat membuat pekerja nyaman dan
aman, sebaliknya lingkungan fisik buruk dapat
menyebabkan konsentrasi, kemampuan, dan efektivitas
pekerja menurun. Hal tersebut merupakan tanda-tanda
kelelahan.
2) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial yang dimaksud berkenaan dengan
keyakinan nilai-nilai, sikap, pandangan, pola atau gaya
hidup di lingkungan sekitar serta interaksi antara orang-
orang yang bekerja dalam suatu perusahaan baik itu
interaksi antara atasan dengan bawahan maupun dengan
rekan kerja.
3) Lingkungan Psikologis
Kehidupan psikologis adalah interaksi perilaku-perilaku
karyawan dalam suatu perusahaan dimana mereka bekerja.

28
Setiap orang dalam suatu perusahaan membawa suatu
harapan akan pemenuhan kebutuhan dan keinginan. Adanya
kebutuhan dan keinginan itu mendorong mereka
berperilaku untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginannya.

B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.4 Matriks Penelitian Terdahulu
Publikasi Penelitian Metode Hasil
No Variabel
Jurnal (Tahun) Penelitian Penelitian
1 Hubungan Tiara Variabel Penelitian ini Menunjukan
Masa kerja Riizqi bebas dan adalah jenis bahwa hasil
dengan Widyanti, variabel penelitian uji statistik
Kelelahan Kresna terikat kuantitatif korelasi
Kerja pada Febriyanto dengan spearman
Petugas ( 2020) desain Cross (rho) yang
Pemadam sectional diperoleh
Kebakaran di yang akan dengan nilai
Kota dianalisis p-value
Samarinda dengan sebesar 0,822,
menggunakan yang berarti
Uji statistik tidak adanya
korelasi hubungan
Spearman antara masa
(rho) kerja dengan
kelelahan
kerja pada
petugas
pemadam
kebakaran di

29
kota
samarinda

2 Analisis Moh. Usia, Penelitian Tidak ada


Kelelahan Rivandi Masa yang terdapat
Kerja pada Dengo, kerja, dilakukan hubungan
Petugas Zul shift adalah umur, masa
Damkar di Adhayani kerja observasional kerja, shift
BPBD Arda, Putri dengan kerja dengan
Kabupaten Anggraini desain cross kelelahan
Gorontalo B, Deby sectional kerja pada
sinta study. petugas
Darsise damkar
(2023) BPBD di
kabupaten
Gorontalo.
3 Hubungan Tria Umur, Penelitian 1. Tidak
Antara masa Fauziah, Masa yang terdapat
Kerja dan Paul Kerja, digunakan hubungan
Beban Kerja Kawatu, beban penelitian antara masa
dengan Chreisye Kerja, observasional kerja dengan
Kinerja pada Mandagie Kinerja analitik kinerja kerja
Petugas (2018) dengan pada petugas
Pemadam penelitian pemadam
Kebakaran studi potong kebakaran di
Kota Manado lintang (cross dinas
sectional pemadam
study) kebakaran
kota manado.
2. Terdapat
hubungan

30
antara beban
kerja dengan
kinerja kerja
antara beban
kerja dengan
kinerja pada
petugas
pemadam
kebakaran di
dinas
pemadam
kebakaran
kota manado

C. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan visualisasi hubungan antara berbagai
variabel untuk menjelaskan sebuah fenomena (Wibowo, 2014). Hubungan
antara berbagai variabel digambarkan dengan lengkap dan menyeluruh
dengan alur dan skema yang menjelaskan sebab akibat suatu
fenomena.Sumber pembuatan kerangka teori adalah dari paparan satu atau
lebih teori yang terdapat pada tinjauan pustaka. Pemilihan teori dapat
menggunakan salah satu teori atau memodifikasi dari berbagai teori nhn
selama teori yang dipilih relevan dengan keseluruhan substansi penelitian
yang akan dilakukan (Antarmuka, 2006).

31
Tingkat
Pengetahuan
1. Pengetahuan
Baik 76%-100%
2. Pengtahuan
Kurang <56%

Masa Kerja
1. Faktor-Faktor Kelelahan
yang Kerja
mempengaruhi
masa kerja
2. Indikator Masa
kerja

Kualitas Hidup
1. Pengertian Kualitas Hidup
2. Faktor Faktor yang
mempengaruhi kualitas
kehidupan kerja

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian

D. Kerangka Konsep
Kerangka teori merupakan visualisasi hubungan antara berbagai
variabel untuk menjelaskan sebuah fenomena (Wibowo, 2014). Hubungan
antara berbagai variabel digambarkan dengan lengkap dan menyeluruh
dengan alur dan skema yang menjelaskan sebab akibat suatu
fenomena.Sumber pembuatan kerangka teori adalah dari paparan satu atau
lebih teori yang terdapat pada tinjauan pustaka. Pemilihan teori dapat

32
menggunakan salah satu teori atau memodifikasi dari berbagai teori, selama
teori yang dipilih relevan dengan keseluruhan substansi penelitian yang
akan dilakukan (Anggreni, 2022).

Variabel Independen Variabel Dependent

Pengetahuan

Masa Kerja

Kelelahan Kerja
Kualitas Hidup

Gambar 3.2 Keranga Konsep Penelitian

E. Hipotesis
Berdasarkan tujuan dan landasan teori diatas, maka dirumuskan hipotesis
penelitian ini ialah sebagai berikut :

1) Ho = Tidak ada signifikan hubungan pengetahuan dengan kelelahan


kerja pada petugas pemadam kebakaran di kota samarinda
Ha = Ada signifikan hubungan pengetahuan dengan kelelahan kerja
pada petugas pemadam kebakaran di kota samarinda
2) Ho = Tidak ada signifikan hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja
pada petugas pemada kebakaran di kota samarinda

33
Ha = Ada hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja pada petugas
pemadam kebakaran di kota samarinda
3) Ho = Tidak ada signifikan hubungan kualitas hidup dengan kelelahan
kerja pada petugas pemada kebakaran di kota samarinda
Ha = Ada signifikan hubungan kualitas hidup dengan kelelehan kerja
pada petugas pemadam kebakaran di kota samarinda

34
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Menurut (Wiratna Sujarweni, 2018) penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat dicapai
dengan menggunakan prosedur statistik. Di dalam pendekatan
kuantitatif hakikat hubungan di antara variabel dianalisis dengan
menggunakan teori yang objektif. Menurut (Sugiyono, 2019) metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi dan sampel tertentu, pengumpulan data, menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dalam
melakukan penelitian ada beberapa tahapan-tahapan proses pelaksanaan
nya penelitian dari awal sampai akhir, masingmasing dari tahapan
penelitian ini diuraikan secara sebagai berikut:

1. Tahapan Perencanaan
a. Melakukan survei, langkah awal yang penulis lakukan sebelum
pemilihan topik adalah dilakukan nya survei terlebih dahulu.
b. Identifikasi masalah, dalam proses identifikasi inilah penulis
menemukan topik permasalahan yang akan dikaji lebih spesifik.
c. Penetapan topik, dari proses identifikasi masalah di atas, maka
output yang dihasilkan adalah adanya sebuah permasalahan yang
akan penulis kaji. Di dalam skripsi ini, penulis menetapkan dengan
tema atau topik “Hubungan Pengetahuan Masa Kerja Dan Kualitas
Hidup Dengan Kejadian Kelelahan Kerja Pada Petugas Dinas
Pemadam Kebakaran Di Kota Samarinda”
d. Penentuan tujuan, setelah topik dirumuskan, maka hal selanjutnya
yang akan dilakukan adalah menentukan hasil akhir dari penelitian
ini.

35
2 Tahapan Penelitian
Di dalam penelitian ini, dilakukan untuk pengambilan data-
data yang diperlukan adalah dengan membuat kuesioner dan
menyimpulkan hasil dari data kuesioner tersebut. Setelah penulis
menentukan judul, kemudian penulis menjelaskan kerangka berfikir
hubungan antar variabel terikat dengan variabel bebas. Setelah itu,
penulis menentukan populasi dan sampel yang akan menjadi objek
penelitian yang terdiri dari jumlah pegawai pada Dinas Pemadam
Kebakaran Kota Bekasi.
3 Tahapan Penulis
Dalam penulisan laporan penelitian ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran secara keseluruhan, selain itu juga di dalam
penelitian ini menggunakan buku dan jurnal yang berkaitan dengan
penelitian sebagai referensi dalam menulis penelitian ini.
(Widayanto, 2016)

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pemadam Kebakaran Samarinda
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksankan pada bulan November 2023, waktu
tersebut digunakan untuk mengumpulkan data melalui kuesioner yang
dilakukan peneliti.

C. Populasi & Teknik Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono,2016). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja
petugas pemadam kebakaran di samarinda.
2. Sampel

36
Pengambilan sampel harus sedemikian rupa sehingga dapat
mewakili populasi (Saryono, 2011).

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga
lebih mudah diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah, kuesioner
identitas responden, angket, checklist atau daftar centang, pedoman
wawancara, pedoman pengamatan (Arikunto, 2006:160) (Hakimah, 2016).
A. Lembar Observasi
B. Kuesioner yang memuat pertanyaan mengenai identitas dan
karakteristik pekerja
C. Alat dokumentasi

E. Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan
sekunder sebagai berikut :
1. Data Primer(Wahyu Kusgiyanto et., 2017) data primer merupakan data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari tempat objek peneliti
dilakukan narasumber pertama. Data primer dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh langsung oleh responden dengan menggunakan
lembar kuesioner yang berisikan identitas responden dan lembar
observasi berisikan hasil lapangan.
Menurut
2. Data Sekunder
Menurut (Wahyu kusgiyanto et al ., 2017) data sekunder merupakan
sumber data yang tidak langsung memberikan data ke pengempul data,
seperti data orang lain atau pun data dari dokumen. Data sekunder dalam
penelitian ini adalah data dari berbagai tinjauan pustaka baik dari jurnal,
situs, buku internet yang mampu menunjang pembuatan penelitian ini.

37
F. Teknik Analisis Data
Analisi data dilakukan secara komputerisasi, yaitu dengan
menggunakan software SPSS, meliputi :
1. Analisis Univariant
Tujuan dari analisa ini adalah untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel dalam penelitian.
Analisis ini menggunakan metode distribusi frekuensi, data yang telah
didapat keinudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan
perangkatlunak komputer SPSS dan ditampilkan dalam bentuk tabel data
yang meniabarkan distribusi frekuensi dan persentase dari masing-
masing variabel
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah uji yang dilakukan terhadap dua sampel yang
berpasangan. Untuk menganalisis hubungan Masa Kerja dan Lama Kerja
dengan Kelelahan Kerja pada Petugas Pemadam Kebakaran empake
Kota Samarinda, penulis menggunakan rumus korelas; product moment
sesuai dengan pendapatan dari (Sugiyono, 2014) analisis corelasi product
moment ini merupakan alat uji statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis asosiatif (uji hubungan) dia variabel atau digunakan untuk
mengetahui kekuatan hubungan antara korelasi kedua variabel dimana
variabel lainnya yang dianggap berpengaruh dikendalikan atau dibuat
tetap (sebagai variabel kontrol).

Rumus uji korelasi spearman :


6𝜀𝑑2
𝑟𝑠 = 1 − 𝑛(𝑛−1)𝑥2

Keterangan :
Rs = Koefisien Korelasi Spearman
𝜀𝑑 2 = Total kuadrat selisih antar ranking
𝜋 = Jumlah Sampel Penelitian

38
Pada penelitian ini dilakukan data dengan bantuan aplikasi SPSS
(Statistical Product and Service Solution ) verssi 25.
Memberikan nilai siginifikan dengan tarif 0.05 maka hal ini berarti
terdapat kesesuaian yang nyata atau signifikan.

G. Pengolahan Data
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dikerjakan melalui
suatu proses dengan tahapan sebagai berikut :
1. Editing
Editing dilakukan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner meliputi
kelengkapan isi, kesalahan dalam pengisian dan konsistensi dari setiap
jawaban
2. Coding
Setelah melakukan pengecekan isi kuesioner, langkah selanjutnya adalah
memberi kode pada jawaban pertanyaan pengisian berdasarekan jawaban
dari responden tersebut.
3. Rocessing
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga telah
terlewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data agar
bisa di analisis. Dilakukan pengolahan data dengan memasukkan data-data
kuesioner dan diolah oleh computer.
4. Cleansing
Cleansing yaitu pembersih data kegiatan untuk pengecekkan data kembali
yang sudah dimasukkan dicari apakah adanya kesalahan atau tidak ada
kesalahan. Dan kesalahan tersebut bisa terjadi saat kita memasukannya
kedalam computer (Ardiyanti,2019)

39
H. Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Pelaksanaan Kegiatan Penelitian


Uraian Bulan
Juni September Oktober November Februari Maret
-Juli
Pengajual
Judul
Proses
Bimbingan
Seminar
Proposal
Penelitian
Seminar
Hasil
Pendadaran

I. Definisi Operasional
Tabel 3.3 Devinisi Oprasional
Variabel Devinisi Alat ukur Kriteria Skala
ukur
Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner 1) Baik Nominal
yang diketahui 2) Kurang
responden baik
mengenai
pengertian k3
kerja, penyebab,
tanda dan gejala,
dampak dan
penatalaksanaan.

40
Masa Kerja Masa kerja juga Kuesioner 1. Baru jika Nominal
merupakan bekerja:
jangka waktu (<5 tahun
seseorang yang 2. Lama jika
sudah bekerja kerja >5
dari pertama tahun
mulai masuk
hingga bekerja
Kualitas Suatu kondisi Kuesioner 1. Normal Nominal
Hidup ketegangan yang 2. Segi fisik
mempengaruhi 3. Segi
emosi, mental mental
dan kondisi fisik
seseorang.
Kelelahan Adanya Kuesioner Tingkat Nominal
kerja penurunan Kelelahan
kekuatan otot Pada Petugas
disebabkan 1. Kelelahan
karena Rendah
kehabisan tenaga 2. Kelelahan
dan peningkatan Sedang
sisa-sisa 3. Kelelahan
metabolism, Tinggi
misalnya asam
laknat dan
karbon dioksida.

41
42

Anda mungkin juga menyukai