Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“SKORING PENGKAJIAN SEBELUM, SAAT, DAN SETELAH


BENCANA TSUNAMI“

Di Susun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Bencana

Disusun oleh :

1. Aditya Restu Pratama (A11601230)


2. Agung Wicaksono (A11601233)
3. Amelia Onesti (A11601238)
4. Aminatun Chasanah (A11601239)
5. Anggie Nur Syinta (A11601240)
6. Anik Siswanti (A11601245)
7. Ari Chaeryyah (A11601247)
8. Ariyani Istinovami (A11601248)
9. Arista Laraswati (A11601250)
10. Chaerul Arfan (A11601255)
11. Dewi Mustika Sari (A11601265)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2019
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT,


yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Bencana, dengan judul Makalah Skoring Untuk Pengkajian Sebelum, Saat, dan
Setelah Bencana.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapatmemberi manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Gombong, 16 september 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................... i

Kata Pengantar ............................................................................................. 1

Daftar Isi ....................................................................................................... 2

BAB I : Pendahuluan .................................................................................... 3

a. Latar Belakang .............................................................................. 3

b. Tujuan ........................................................................................... 3

c. Manfaat ......................................................................................... 3

BAB II : Konsep Teori ................................................................................... 4

a. Definisi ....................................................................................... 4
b. Konsep Umum............................................................................. 4
c. Prinsip Pengkajian Risiko Bencana ............................................. 5
d. Fungsi Pengkajian Risiko Bencana ............................................. 5
e. Komponen Pengkajian ............................................................... 5
f. Skoring Pengkajian Sebelum Bencana ........................................ 6
g. Skoring Pengkajian Saat Bencana .............................................. 8
h. Skoring Pengkajian Setelah Bencana ........................................ 10

BAB III : Penutupan .................................................................................... 13

a. Kesimpulan ................................................................................. 13

b. Saran .......................................................................................... 13

Daftar Pustaka ............................................................................................ 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu pengkajian potensi dan permasalahan daerah yang penting
adalah permasalahan sektoral dalam kebencanaan. Hal ini dikarenakan
bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
faktor alam maupun non alam dan dapat menimbulkan kerusakan dan
kerugian.
Indonesia merupakan Negara yang sangat rawan bencana. Hal ini
dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai
wilayah secara terus menerus, baik yang disebabkan oleh faktor alam
(gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung api, tanah longsor, angin ribut,
dll), maupun oleh faktor non alam seperti berbagai akibat kegagalan
teknologi dan ulah manusia. Umumnya bencana yang terjadi tersebut
mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat, baik berupa korban jiwa
manusia, kerugian harta benda, maupun kerusakan lingkungan serta
musnahnya hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai.

B. Tujuan
a) Untuk mengetahui skoring pengkajian sebelum bencana tsunami
b) Untuk mengetahui skoring pengkajian saat bencana tsunami
c) Untuk mengetahui skoring pengkajian setelah bencana tsunami

C. Manfaat
a. Mahasiswa mampu mengetahui skoring pengkajian sebelum bencana
tsunami
b. Mahasiswa mampu mengetahui skoring pengkajian saat bencana tsunami
c. Mahasiswa mampu mengetahui skoring pengkajian setelah bencana
tsunami

3
BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi
Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk
memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu
potensi bencana yang melanda. Potensi dampak negatif yang timbul dihitung
berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas kawasan tersebut. Potensi
dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa yang terpapar, kerugian
harta benda, dan kerusakan lingkungan.
B. Konsep Umum
Kajian risiko bencana dapat dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan sebagai berikut :

Pendekatan ini digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara ancaman,


kerentanan dan kapasitas yang membangun perspektif tingkat risiko
bencana suatu kawasan.
Berdasarkan pendekatan tersebut, terlihat bahwa tingkat risiko bencana
amat bergantung pada :
1. Tingkat ancaman kawasan,
2. Tngkat kerentanan kawasan yang terancam,
3. Tingkat kapasitas kawasan yang terancam.
Upaya pengkajian risiko bencana pada dasarnya adalah menentukan
besaran 3 komponen risiko tersebut dan menyajikannya dalam bentuk
spasial maupun non spasial agar mudah dimengerti. Pengkajian risiko
bencana digunakan sebagai landasan penyelenggaraan penanggulangan
bencana disuatu kawasan. Penyelenggaraan ini dimaksudkan untuk
mengurangi risiko bencana.
Upaya pengurangan risiko bencana berupa :
1. Memperkecil ancaman kawasan
2. Mengurangi kerentanan kawasan yang terancam;
3. Meningkatkan kapasitas kawasan yang terancam.

4
C. Prinsip Pengkajian Risiko Bencana
Pengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip
pengkajian. Oleh karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan :
1. Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada;
2. Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli dengan
kearifan lokal masyarakat;
3. Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar, kerugian
harta benda dan kerusakan lingkungan;
4. Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan risiko
bencana
D. Fungsi Pengkajian Risiko Bencana
Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan
sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana.
Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana yang merupakan mekanisme untuk
mengarusutamakan penanggulangan bencana dalam rencana
pembangunan. Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko
bencana digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan
maupun intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi
risiko bencana. Pendampingan dan intervensi para mitra harus dilaksanakan
dengan berkoordinasi dan tersinkronasi terlebih dahulu dengan program
pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana
digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam
rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi,
pengambilan keputusan daerah tempat tinggal dan sebagainya.

E. Komponen Pengkajian
Komponen pengkajian risiko bencana terdiri dari ancaman, kerentanan
dan kapasitas. Komponen ini digunakan untuk memperoleh tingkat risiko
bencana suatu kawasan dengan menghitung potensi jiwa terpapar, kerugian
harta benda dan kerusakan lingkungan. Selain tingkat risiko, kajian
diharapkan mampu menghasilkan peta risiko untuk setiap bencana yang ada
pada suatu kawasan. Kajian dan peta risiko bencana ini harus mampu
menjadi dasar yang memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan

5
penanggulangan bencana. Ditingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan
dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan
risiko bencana.
Indonesia secara garis besar memiliki 13 Ancaman Bencana. Salah
satunya adalah bencana tsunami
Rumus dasar umum untuk analisis risiko yang diusulkan dalam 'Pedoman
Perencanaan Mitigasi Risiko Bencana' yang telah disusun oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (Peraturan Daerah Kepala
BNPB Nomor 4 Tahun 2008) adalah sebagai berikut:

dimana:
R : Disaster Risk: Risiko Bencana
H : Hazard Threat: Frekuensi (kemungkinan) bencana tertentu cenderung
terjadi dengan intensitas tertentu pada lokasi tertentu
V : Vulnerability: Kerugian yang diharapkan (dampak) di daerah tertentu
dalam
sebuah kasus bencana tertentu terjadi dengan intensitas tertentu.
Perhitungan variabel ini biasanya didefinisikan sebagai pajanan (penduduk,
aset, dll) dikalikan sensitivitas untuk intensitas spesifik bencana
C : Adaptive Capacity: Kapasitas yang tersedia di daerah itu untuk pulih dari
bencana tertentu.

F. Scoring pengkajian pada bencana


a. Skoring Pengkajian Sebelum Bencana
Diperlukan pemetaan zona keterpaparan permukiman terhadap
tsunami demi menjaga penduduk yang bertempat tinggal di permukiman
tersebut. Pemetaan keterpaparan permukiman terhadap tsunami ini juga
dapat dijadikan sebagai acuan dalam mitigasi bencana dan
meminimalkan kerugian akibat bencana tsunami. Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan memfokuskan mitigasi pada permukiman yang
terpapar tinggi terhadap tsunami. Pemetaan ini bertujuan untuk
menaksir tingkat keterpaparan permukiman terhadap bencana tsunami.

6
Keterpaparan menunjukkan sejauh mana elemen beresiko
terkena oleh suatu bahaya tertentu di mana pada GIS digambarkan
dengan mengoverlay peta bahaya dengan peta elemen beresiko.
Tingkat keterpaparan dilihat dari dua komponen, yaitu tingkat bahaya (
hazard ), serta element at risk. Bahaya atau hazard merupakan kejadian
fisik, fenomena atau aktivitas manusia yang berpotensi merusak yang
dapat menyebabkan hilangnya nyawa atau cedera, kerusakan properti,
gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan. Parameter
yang digunakan dalam penentuan daerah rawan tsunami dengan
pendekatan SIG meliputi: jarak dari sumber penyebab tsunami,
morfologi dasar laut daerah pantai, elevasi lereng bawah laut, bentuk
garis pantai, jarak dari sungai, keberadaan pulau penghalang, topografi
daratan, elevasi daratan, keterlindungan daratan dan jarak dari garis
pantai.

7
Skoring dan pembobotan tersebut dilakukan untuk menentukan
nilai bahaya, Secara matematis, skoring dan pembobotan tersebut
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X= ∑ni= 1 (W ix Xi)

dimana: X = Nilai Bahaya Wi = Bobot untuk parameter ke-i Xi = Skor


kelas pada parameter ke-i Setiap kelas dikalikan dengan bobotnya,
dan dijumlahkan sehingga menghasilkan nilai bahaya. Selanjutnya, nilai
bahaya tersebut diklasifikasikan untuk menentukan tingkat bahayanya.
Setelah peta bahaya tsunami diperoleh, selanjutnya peta bahaya
tsunami tersebut ditampalkan dengan peta permukiman sebagai
element at risk untuk melihat seberapa terpapar permukiman di Kota
Pariaman terhadap bahaya tsunami.

Klasifikasi Tingkat Ancaman Tsunami (BNPB, 2012)

Tinggi Gelombang Kelas Ancaman Daya Kerusakan


(m)

<1 Rendah Kecil

1-3 Sedang Sedang

>3 tinggi Berat

Badan Nasional Penanggulangan Risiko Bencana, 2012, Pedoman


UmumPengkajian Risiko Bencana.

b. Skoring Pengkajian Saat Bencana


Tsunami Sebaran luasan wilayah terdampak (bahaya) tsunami
diperoleh dari hasil perhitungan matematis yang dikembangkan oleh
Berryman (2006) berdasarkan perhitungan kehilangan ketinggian tsunami
per 1 m jarak inundasi (ketinggian genangan) berdasarkan harga jarak
terhadap lereng dan kekasaran permukaan.
Hloss = (167 n2/Ho1/3) + 5 SinS
Dimana:
Hloss : kehilangan ketinggian tsunami per 1 m jarak inundasi
n : koefesien kekasaran permukaan

8
Ho : ketinggian gelombang tsunami di garis pantai (m)
S : besarnya lereng permukaan (derajat)

Parameter ketinggian gelombang tsunami di garis pantai mengacu


pada hasil kajian BNPB yang merupakan lampiran dari Perka No. 2 BNPB
Tahun 2012 yaitu Panduan Nasional Pengkajian Risiko Bencana
Tsunami. Parameter kemiringan lereng dihasilkan dari data raster DEM
dan koefisien kekasaran permukaan dihasilkan dari data tutupan lahan
(landcover). Indeks bahaya tsunami dihitung berdasarkan pengkelasan
inundasi sesuai Perka No. 2 BNPB Tahun 2012 menggunakan metode
fuzzy logic.

Nilai Koefesien Permukaan Masing-masing Jenis Penutupan/


Penggunaan lahan (Berryman 2006)

Jenis Penutupan/Penggunaan Nilai 0.040 Koefisien Kekerasan


Lahan

Badan Air 0.007

Belukar/Semak 0.040

Hutan 0.070

Kebun/Perkebunan 0.035

Lahan Kosong/Terbuka 0.015

Lahan Pertanian 0.025

Pemukiman/Lahan Terbangun 0.045

Mangrove 0.025

Tambak/Empang 0.010

Analisis bahaya tsunami bertujuan untuk menilai sejauh mana


daerah yang terkena tsunami, intensitas dampak tsunami dan
kemungkinan terjadinya. Analisis bahaya tsunami dilakukan secara

9
kuantitatif. Tahapan yang dilakukan dalam analisis bahaya tsunami
adalah sebagai berikut :
a. Klasifikasi parameter ketinggian dan kelerengan dengan data DEM
Kota Banda Aceh dengan menggunakan Spatial Analyst
b. Klasifikasi parameter jarak dari pantai
c. Overlay variabel dan kalkulasi dengan rumus sebagai berikut: H =
(Ketinggian × 50) + (Jarak dari Pantai × 30) + (Kelerengan × 20)
d. Penyajian hasil melalui peta bahaya tsunami. Analisis Kerentanan
Tsunami ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

c. Skoring Pengkajian Setelah Bencana


Indikator yang digunakan untuk peta bahaya akibat terjadinya bencana
tsunami epidemic dan wabah penyakit adalah terjadinya kepadatan
bahaya epidemi (malaria, demam berdarah, dan campak),
dikombinasikan dengan kepadatan penduduk. Untuk mendapatkan skala
bahaya, rata-rata terjadinya indeks kepadatan dikalikan dengan logaritma
kepadatan penduduk. Parameter konversi indeks dan persamaannya
ditunjukkan di bawah ini.

Parameter Bobot Kelas Skor


(%)

Rendah Sedang Tinggi

Frekuensi 60 <2% 2 – 5% >5% Kelas/Nilai


kejadian Max Kelas
kebakaran
(%)

Kerugian 6 <1 M 1-3 M >3M


ekonomi
(miliar
rupiah)

10
Jumlah 28 - 1 orang >1 orang
korban
meninggal

Jumlah 6 <5 orang 5-10 >10


korban orang orang
luka berat

Keterangan :

A = Kepadatan penderita malaria

B = Kepadatan penderita demam berdarah

C = Kepadatan penderita campak

Indeks Kerugian diperoleh dari komponen ekonomi, fisik dan


lingkungan. Komponen-komponen ini dihitung berdasarkan indikator-
indikator berbeda Sama halnya dengan Indeks Penduduk Terpapar, Data
yang diperoleh untuk seluruh komponen kemudian dibagi dalam 3 kelas
ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain dari ditentukannya
kelas indeks, penghitungan komponen komponen ini juga akan
menghasilkan potensi kerugian daerah dalam satuan rupiah. Kerentanan
Lingkungan Indikator yang digunakan untuk kerentanan lingkungan
adalah penutupan lahan (hutan lindung, hutan alam, hutan
bakau/mangrove, rawa dan semak belukar). Indeks kerentanan fisik
berbedabeda untuk masing-masing jenis ancaman dan diperoleh dari
rata-rata bobot jenis tutupan lahan.
Adapula kebijakan yang dibuat untuk mendukung pasca bencana
yaitu kebijakan Administratif dan ,Kebijakan administratif adalah
kebijakan pendukung kebijakan teknis yang akan diterapkan untuk
mengurangi potensi jumlah masyarakat terpapar dan mengurangi potensi
aset yang mungkin hilang akibat kejadian bencana pada suatu kawasan.
Kebijakan administratif lebih mengacu kepada pembangunan kapasitas
daerah secara umum dan terfokus kepada pembangunan perangkat

11
daerah untuk mendukung upaya penyelenggaraan penanggulangan
bencana untuk setiap bencana yang ada di daerah tersebut. Kebijakan
administratif disusun berdasarkan hasil kajian ketahanan daerah pada
saat penentuan Tingkat Ketahanan Daerah. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya, penentuan Tingkat Ketahanan Daerah dilaksanakan
berdasarkan indikator HFA. Dalam prosesnya, penentuan Tingkat
Ketahanan Daerah ini juga menghasilkan tindakan prioritas yang harus
dilaksanakan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
lingkup kawasan kajian. Tindakan-tindakan prioritas yang teridentifikasi
menjadi dasar penyusunan kebijakan yang bersifat administratif.
Komponen kebijakan yang bersifat administratif adalah :

1. Peraturan dan kelembagaan


2. Pengkajian risiko dan sistem peringatan dini
3. Pelatihan, pendidikan dan keterampilan
4. Pengurangan faktor risiko dasar
5. Sistem kesiapsiagaan pemerintah.
Transformasi tindakan prioritas hasil kajian Tingkat Ketahanan Daerah
menjadi kebijakan administratif membutuhkan beberapa proses. Proses
ini membutuhkan masukan dari berbagai pemangku kebijakan
terkait.Kebijakan Teknis Kebijakan yang bersifat teknis juga dapat
diperoleh berdasarkan kajian dan peta risiko bencana. Komponen
kebijakan yang bersifat teknis dan harus dipertimbangkan untuk setiap
bencana pada level terendah pemerintahan lingkup kajian adalah :

1. Pencegahan dan mitigasi bencana


2. Kesiapsiagaan bencana
3. Tanggap darurat bencana
4. Pemulihan bencana
Penyusunan kebijakan teknis harus memperhatikan peta risiko yang telah
disusun. Peta risiko bencana mampu memperlihatkan tingkat risiko di
setiap daerah pemerintahan terendah yang dikaji. Sama halnya dengan
penyusunan kebijakan yang bersifat administratif, kebijakan teknis
disusun dengan berdiskusi dan berkonsultasi dengan para pemangku
kebijakan terkait penyelenggaraan penanggulangan bencana.

12
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Indonesia merupakan Negara yang sangat rawan bencana. Hal ini
dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai
wilayah secara terus menerus.
Untuk mengetahui tentang sejauh mana bencana terjadi dan kerusakan
yang ditimbulkan,maka dilakukan skoring pengkajian bencana. Terdapat
3 waktu dalam pelaksanaan skoring pengkajian bencana, yaitu skoring
pengkajian sebelum bencana, skoring pengkajian saat bencana, dan
skoring pengkajian setelah bencana. Masing-masing penilaian
berhubungan dalam menentukan resiko bencana dan menentukan
tindakan dalam manajemen bencana.

b. Saran
Sebaiknya setiap daerah yang berpotensi bencana dilakukan skoring
pengkajian dengan cermat agar didapatkan data yang sesuai.

13
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penanggulangan Bencana (BNBP). 2012

Dara Zaiyana, I. B. (2014). kajian Kembali Terhadap Risiko Tsunami Di Kota


Banda Aceh. Jurnal Teknik PWK, Volume 3 Nomor 4.

Faiqoh Iqoh, Johson Lumban Gaol, dan Marisa Mei Ling. (2013). Vulnerability
Level Map of Tsunami Disaster in Pangandaran Beach, West Java .
International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences ,10 (2), 90 –
103.

Jurenzy, T. (2011). Karateristik Sosial Budaya Masyarakat dalam Kaitannya


Dengan Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana. Skripsi. Bandung : Institut
Pertanian Bogor.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 2012.


Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Wahyuningtiyas, A., Pratomo, R. (2015). Identifikasi Potensi Multi-Bencana Di


Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Journal of Geomatics and
Planning. E-ISSN: 2355-6544

14

Anda mungkin juga menyukai