Disusun oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesikan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................... i
b. Tujuan ........................................................................................... 3
c. Manfaat ......................................................................................... 3
a. Definisi ....................................................................................... 4
b. Konsep Umum............................................................................. 4
c. Prinsip Pengkajian Risiko Bencana ............................................. 5
d. Fungsi Pengkajian Risiko Bencana ............................................. 5
e. Komponen Pengkajian ............................................................... 5
f. Skoring Pengkajian Sebelum Bencana ........................................ 6
g. Skoring Pengkajian Saat Bencana .............................................. 8
h. Skoring Pengkajian Setelah Bencana ........................................ 10
a. Kesimpulan ................................................................................. 13
b. Saran .......................................................................................... 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu pengkajian potensi dan permasalahan daerah yang penting
adalah permasalahan sektoral dalam kebencanaan. Hal ini dikarenakan
bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
faktor alam maupun non alam dan dapat menimbulkan kerusakan dan
kerugian.
Indonesia merupakan Negara yang sangat rawan bencana. Hal ini
dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai
wilayah secara terus menerus, baik yang disebabkan oleh faktor alam
(gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung api, tanah longsor, angin ribut,
dll), maupun oleh faktor non alam seperti berbagai akibat kegagalan
teknologi dan ulah manusia. Umumnya bencana yang terjadi tersebut
mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat, baik berupa korban jiwa
manusia, kerugian harta benda, maupun kerusakan lingkungan serta
musnahnya hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai.
B. Tujuan
a) Untuk mengetahui skoring pengkajian sebelum bencana tsunami
b) Untuk mengetahui skoring pengkajian saat bencana tsunami
c) Untuk mengetahui skoring pengkajian setelah bencana tsunami
C. Manfaat
a. Mahasiswa mampu mengetahui skoring pengkajian sebelum bencana
tsunami
b. Mahasiswa mampu mengetahui skoring pengkajian saat bencana tsunami
c. Mahasiswa mampu mengetahui skoring pengkajian setelah bencana
tsunami
3
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk
memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu
potensi bencana yang melanda. Potensi dampak negatif yang timbul dihitung
berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas kawasan tersebut. Potensi
dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa yang terpapar, kerugian
harta benda, dan kerusakan lingkungan.
B. Konsep Umum
Kajian risiko bencana dapat dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan sebagai berikut :
4
C. Prinsip Pengkajian Risiko Bencana
Pengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip
pengkajian. Oleh karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan :
1. Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada;
2. Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli dengan
kearifan lokal masyarakat;
3. Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar, kerugian
harta benda dan kerusakan lingkungan;
4. Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan risiko
bencana
D. Fungsi Pengkajian Risiko Bencana
Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan
sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana.
Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana yang merupakan mekanisme untuk
mengarusutamakan penanggulangan bencana dalam rencana
pembangunan. Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko
bencana digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan
maupun intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi
risiko bencana. Pendampingan dan intervensi para mitra harus dilaksanakan
dengan berkoordinasi dan tersinkronasi terlebih dahulu dengan program
pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana
digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam
rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi,
pengambilan keputusan daerah tempat tinggal dan sebagainya.
E. Komponen Pengkajian
Komponen pengkajian risiko bencana terdiri dari ancaman, kerentanan
dan kapasitas. Komponen ini digunakan untuk memperoleh tingkat risiko
bencana suatu kawasan dengan menghitung potensi jiwa terpapar, kerugian
harta benda dan kerusakan lingkungan. Selain tingkat risiko, kajian
diharapkan mampu menghasilkan peta risiko untuk setiap bencana yang ada
pada suatu kawasan. Kajian dan peta risiko bencana ini harus mampu
menjadi dasar yang memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan
5
penanggulangan bencana. Ditingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan
dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan
risiko bencana.
Indonesia secara garis besar memiliki 13 Ancaman Bencana. Salah
satunya adalah bencana tsunami
Rumus dasar umum untuk analisis risiko yang diusulkan dalam 'Pedoman
Perencanaan Mitigasi Risiko Bencana' yang telah disusun oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (Peraturan Daerah Kepala
BNPB Nomor 4 Tahun 2008) adalah sebagai berikut:
dimana:
R : Disaster Risk: Risiko Bencana
H : Hazard Threat: Frekuensi (kemungkinan) bencana tertentu cenderung
terjadi dengan intensitas tertentu pada lokasi tertentu
V : Vulnerability: Kerugian yang diharapkan (dampak) di daerah tertentu
dalam
sebuah kasus bencana tertentu terjadi dengan intensitas tertentu.
Perhitungan variabel ini biasanya didefinisikan sebagai pajanan (penduduk,
aset, dll) dikalikan sensitivitas untuk intensitas spesifik bencana
C : Adaptive Capacity: Kapasitas yang tersedia di daerah itu untuk pulih dari
bencana tertentu.
6
Keterpaparan menunjukkan sejauh mana elemen beresiko
terkena oleh suatu bahaya tertentu di mana pada GIS digambarkan
dengan mengoverlay peta bahaya dengan peta elemen beresiko.
Tingkat keterpaparan dilihat dari dua komponen, yaitu tingkat bahaya (
hazard ), serta element at risk. Bahaya atau hazard merupakan kejadian
fisik, fenomena atau aktivitas manusia yang berpotensi merusak yang
dapat menyebabkan hilangnya nyawa atau cedera, kerusakan properti,
gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan. Parameter
yang digunakan dalam penentuan daerah rawan tsunami dengan
pendekatan SIG meliputi: jarak dari sumber penyebab tsunami,
morfologi dasar laut daerah pantai, elevasi lereng bawah laut, bentuk
garis pantai, jarak dari sungai, keberadaan pulau penghalang, topografi
daratan, elevasi daratan, keterlindungan daratan dan jarak dari garis
pantai.
7
Skoring dan pembobotan tersebut dilakukan untuk menentukan
nilai bahaya, Secara matematis, skoring dan pembobotan tersebut
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X= ∑ni= 1 (W ix Xi)
8
Ho : ketinggian gelombang tsunami di garis pantai (m)
S : besarnya lereng permukaan (derajat)
Belukar/Semak 0.040
Hutan 0.070
Kebun/Perkebunan 0.035
Mangrove 0.025
Tambak/Empang 0.010
9
kuantitatif. Tahapan yang dilakukan dalam analisis bahaya tsunami
adalah sebagai berikut :
a. Klasifikasi parameter ketinggian dan kelerengan dengan data DEM
Kota Banda Aceh dengan menggunakan Spatial Analyst
b. Klasifikasi parameter jarak dari pantai
c. Overlay variabel dan kalkulasi dengan rumus sebagai berikut: H =
(Ketinggian × 50) + (Jarak dari Pantai × 30) + (Kelerengan × 20)
d. Penyajian hasil melalui peta bahaya tsunami. Analisis Kerentanan
Tsunami ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
10
Jumlah 28 - 1 orang >1 orang
korban
meninggal
Keterangan :
11
daerah untuk mendukung upaya penyelenggaraan penanggulangan
bencana untuk setiap bencana yang ada di daerah tersebut. Kebijakan
administratif disusun berdasarkan hasil kajian ketahanan daerah pada
saat penentuan Tingkat Ketahanan Daerah. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya, penentuan Tingkat Ketahanan Daerah dilaksanakan
berdasarkan indikator HFA. Dalam prosesnya, penentuan Tingkat
Ketahanan Daerah ini juga menghasilkan tindakan prioritas yang harus
dilaksanakan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
lingkup kawasan kajian. Tindakan-tindakan prioritas yang teridentifikasi
menjadi dasar penyusunan kebijakan yang bersifat administratif.
Komponen kebijakan yang bersifat administratif adalah :
12
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Indonesia merupakan Negara yang sangat rawan bencana. Hal ini
dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai
wilayah secara terus menerus.
Untuk mengetahui tentang sejauh mana bencana terjadi dan kerusakan
yang ditimbulkan,maka dilakukan skoring pengkajian bencana. Terdapat
3 waktu dalam pelaksanaan skoring pengkajian bencana, yaitu skoring
pengkajian sebelum bencana, skoring pengkajian saat bencana, dan
skoring pengkajian setelah bencana. Masing-masing penilaian
berhubungan dalam menentukan resiko bencana dan menentukan
tindakan dalam manajemen bencana.
b. Saran
Sebaiknya setiap daerah yang berpotensi bencana dilakukan skoring
pengkajian dengan cermat agar didapatkan data yang sesuai.
13
DAFTAR PUSTAKA
Faiqoh Iqoh, Johson Lumban Gaol, dan Marisa Mei Ling. (2013). Vulnerability
Level Map of Tsunami Disaster in Pangandaran Beach, West Java .
International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences ,10 (2), 90 –
103.
14