0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan23 halaman
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai laporan pendahuluan bronkopneumonia pada anak. Ringkasannya adalah bronkopneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh berbagai etiologi seperti bakteri, virus, dan jamur yang menyebabkan peradangan pada jaringan paru dan bronkus. Manifestasi klinisnya berupa demam, sesak nafas, dan batuk. Penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, oksigenasi, serta asuhan keper
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai laporan pendahuluan bronkopneumonia pada anak. Ringkasannya adalah bronkopneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh berbagai etiologi seperti bakteri, virus, dan jamur yang menyebabkan peradangan pada jaringan paru dan bronkus. Manifestasi klinisnya berupa demam, sesak nafas, dan batuk. Penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, oksigenasi, serta asuhan keper
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai laporan pendahuluan bronkopneumonia pada anak. Ringkasannya adalah bronkopneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh berbagai etiologi seperti bakteri, virus, dan jamur yang menyebabkan peradangan pada jaringan paru dan bronkus. Manifestasi klinisnya berupa demam, sesak nafas, dan batuk. Penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, oksigenasi, serta asuhan keper
NERS STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI 2020/2021 A. Pengertian
Bronkopneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah, 2014). Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009). Bronkopneumonia adalah dimulai dari bronkiolus terminal, yang tersumbat dengan eksudat mukopurulen yang membentuk bidang yang terkonsolidasi pada lobus-lobus didekatnya disebut juga pneumonia lobularis (Wong D.L, dkk, 2008). Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572). B. Etiologi Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara lain :
a) Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
b) Virus :Legionella Pneumoniae
c) Jamur :Aspergillus Spesies, Candida Albicans
d) Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru
e) Terjadi karena kongesti paru yang lama (Nurarif dan Kusuma, 2015). C. Klasifikasi Berdasarkan pedoman (Samuel, 2014), bronkopneumonia dibedakan berdasarkan: a) Bronkopneumonia sangat berat: bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
b) Bronkopneumonia berat: bula dijumpai retraksi tanpa sianosis
dan masih sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik. c) Bronkopneumonia: bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik. d) Bukan bronkopneumonia: hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti di atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik. D. Manifestasi klinis Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia menurut Wijayaningsih (2013), ialah : 1) Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas 2) Demam (39o-40oC) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. 3) Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang dicetuskan saat bernafas dan batuk. 4) Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut. 5) Kadang-kadang disertai muntah dan diare. 6) Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing 7) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius. 8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan atelectasis absorbsi. E. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu atau beberapa lobus yang bebercak-bercak. 2. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang
berhubungan dengan oksigen. 4. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah :untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok diberikan. F. Penatalaksanaan Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu secara asuhan keperawatan dan medis 1. Asuhan keperawatan a) Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada anak yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas b) Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi c) Memberikan kompres untuk menurunkan demam d) Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan e) Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs f) Monitor tanda-tanda vital g) Kolaborasi pemberian O2 h) Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi 2. Medis a) Farmakologi Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, dan gentamicin. Pemberian antibiotik ini berdasarkan usia, keaadan penderita, dan kuman penyebab. G. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang. b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura. c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang. d. Infeksi sitemik e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial. f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. H. Asuhan keperawatan Bronkopneumoni
1. Pengkajian
Menurut Dermawan (2012) pengkajian adalah pemikiran dasar yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Pengkajian pada anak menurut Nursalam (2008) antara lain : a) Identitas pasien
Nama , tempat tanggal lahir, pendidikan, Usia :
Bronkopneumonia sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi berusia kurang dari 2 bulan, tetapi pada usia dewasa juga masih sering mengalami bronkopneumonia (Riyadi, 2009) b) Jenis kelamin. Anak yang menderita infeksi saluran nafas paling banyak pada jenis kelamin laki-laki dikarenakan diameter saluran pernafasan anak laki-laki lebih kecil dibandingkan anak perempuan atau adanya perbedaan dalam daya tubuh anak laki-laki dan perempuan (Paramanindi, 2014) c) Keluhan Utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah
sesak nafas. Sesak nafas yang muncul akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus (Riyadi, 2009) d) Riwayat Penyakit Sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40˚C dan kadang disertai dengan kejang karena demam yang tinggi (Riyadi, 2009) e) Riwayat Kesehatan Dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah
menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun (Riyadi, 2009) f) Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi
untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder. Imunisasi yang diperlukan, diantaranya: BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak (Riyadi, 2009) g) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Data yang muncul sering orangtua berpersepsi meskipun
anaknya batuk masih menganggap belum terjadi gangguan serius, biasanya orangtua menganggap anaknya benar-benar sakit apabila anak sudah mengalami sesak nafas (Riyadi, 2009) h) Pola metabolik nutrisi
Anak dengan bronkopneumonia sering muncul anoreksia
(akibat respon sistemik melalui kontrol saraf pusat), mual dan muntah (karena peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikroorganisme) (Riyadi, 2009) i) Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam (Riyadi, 2009) j) Pola tidur-istirahat
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan
tidur karena sesak nafas. Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap, mata merah, anak juga sering menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan tersebut (Riyadi, 2009) k) Pola aktivitas-latihan
Anak tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai
dampak kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak minta digendong orangtuanya atau bedrest (Riyadi, 2009) l) Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah
disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak. Pada saat dirawat anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru disampaikan (Riyadi, 2009) m) Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kuran
bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan terhadap orang lain meningkat (Riyadi, 2009) n) Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman
sebaya maupun yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang terdekat orang tua (Riyadi, 2009) o) Pola seksualitas-reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecilmasih sulit terkaji.Pada
anak yang sudah mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada wanita tetapi bersifat sementara dan biasanya penundaan (Riyadi, 2009) p) Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah
anak sering menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung dan suka marah (Riyadi, 2009) q) Pola nilai-keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan
kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT (Riyadi, 2009) r) Pemeriksaan fisik:
hipertensi Frekuensi pernafasan: Takipnea, dispnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, pelebaran nasal. Suhu tubuh: Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon oleh hipotalamus. Berat badan dan tinggi badan: Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan. 4) Integrumen Kulit
Warna: Pucat sampai sianosis
Suhu: Pada hipertermi kulit terbakar panas
akan tetapi setelah hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin. Turgor: Menurun pada dehidrasi.
5) Kepala
Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
Palpasi tengkorak adanya nodus atau
pembengkakan yang nyata. Periksa higiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut, perubahan warna. 6) Thorax dan paru-paru
Inspeksi: Frekuensi irama, kedalaman dan
upaya bernafas antara lain: takipnea, dispnea progresif, pernafasan dangkal, pertus ekskavatum (dada corong), pektus karinatum(dada burung), barrel chest. Palpasi: Adanya nyeri tekan, massa, peningkatan vokal fremitus pada daerah yang terkena. Perkusi: Pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani (terisi udara) resonansi. Auskultasi: Suara pernapasan yang meningkat intensitasnya: Suara bronkovesikuler atau bronkhial pada daerah tyang terkena, Suara pernafasan tambahan-ronchi inspirator pada sepertiga akhir inspirasi. s) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan
presominan PMN atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang. t) Pemeriksaan radiologis memberi gambaran bervariasi : Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia, Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris. Gambaran bronkopneumonia difusi atau infiltrat pada pneumonia stafilokok u) Pemeriksaan cairan pleura
v) Pemeriksaan mikrobiologik, dapat dibiak dari spesimen usap
tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi pleura atau aspirasi paru (Riyadi, 2009). 2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret
b. Defisit nutrisi b/d anoresia
c. Resiko Ketidakseimbangan elektrolit b/d diare
d. Hipertermi b/d peningkatan suhu tubuh
e. Gangguan pertukaran gas b/d gangguan difusi gas
f. Intoleransi aktifitas b/d fatigue (kelelahan)
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa Intervensi Tujuan
Keperawatan (SIKI) (SLKI)
Bersihan jalan Manajemen Jalan Nafas Bersihan jalan nafas meningkat
nafas tidak efektif KH : b/d penumpukan 1. Observasi 1. Produksi sputum sekret Monitor pola napas (frekuensi, menurun (5) kedalaman, usaha napas) 2. Mengi menurun (5) Monitor bunyi napas 3. Wheezing menurun (5) tambahan (mis. Gurgling, 4. Dispnea menurun (5) mengi, weezing, ronkhi 5. Frekuensi nafas kering) membaik Monitor sputum (jumlah, 6. Pola nafas membaik warna, aroma) 2. Terapeutik Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin- lift (jaw-thrust jika curiga trauma cervical) Posisikan semi-Fowler atau Fowler Berikan minum hangat Lakukan fisioterapi dada, jika perlu Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik Lakukan hiperoksigenasi sebelum Penghisapan endotrakeal Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill Berikan oksigen, jika perlu 3. Edukasi Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi. Ajarkan teknik batuk efektif 4. Kolaborasi Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Defisit nutrisi b/d MANAJEMEN NUTRISI Status nutrisi terpenuhi
anoresia Kh : 1. Observasi 1. Porsi makan yang Identifikasi status nutrisi dihabiskan Identifikasi alergi dan meningkat intoleransi makanan 2. Berat badan/ IMT Identifikasi makanan yang meningkat disukai 3. frekuensi makan Identifikasi kebutuhan kalori dan meningkat jenis nutrient 4. nafsu makan Identifikasi perlunya meningkat penggunaan selang nasogastrik Monitor asupan makanan Monitor berat badan Monitor hasil pemeriksaan laboratorium 2. Terapeutik Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein Berikan suplemen makanan, jika perlu Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat Ditoleransi 3. Edukasi Anjurkan posisi duduk, jika mampu Ajarkan diet yang diprogramkan 4. Kolaborasi Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu)
1. Menggigil menurun (5) peningkatan suhu 2. Suhu tubuh tubuh 1. Observasi Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan panas penggunaan incubator) Monitor suhu tubuh Monitor kadar elektrolit membaik (5) Monitor haluaran urine 2. Terapeutik 3. Suhu kulit membaik (5) Sediakan lingkungan yang dingin Longgarkan atau lepaskan pakaian Basahi dan kipasi permukaan tubuh Berikan cairan oral Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin Batasi oksigen, jika perlu 3. Edukasi Anjurkan tirah baring 4. Kolaborasi Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Gangguan PEMANTAUAN RESPIRASI Pertukaran gas meningkat Kh :
pertukaran gas 1. Dispnea menurun b/d gangguan 1. Observasi 2. Bunyi nafas tambahan difusi gas Monitor frekuensi, irama, menurun kedalaman, dan upaya napas 3. Takikardi menurun Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, 4. PCO2 membaik hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0 5. Po2 membaik Monitor kemampuan batuk efektif Monitor adanya produksi sputum Monitor adanya sumbatan jalan napas Palpasi kesimetrisan ekspansi paru Auskultasi bunyi napas Monitor saturasi oksigen Monitor nilai AGD Monitor hasil x-ray toraks 2. Terapeutik Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien Dokumentasikan hasil pemantauan 3. Edukasi Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Intoleransi MANAJEMEN ENERGI Toleransi aktifitas
aktifitas b/d meningkat fatigue 1. Observasi KH : (kelelahan) Identifkasi gangguan fungsi 1. Frekuensi nadi tubuh yang mengakibatkan meningkat kelelahan 2. SPO2 meningkat Monitor kelelahan fisik dan emosional 3. Keluhan lelah Monitor pola dan jam tidur manurun Monitor lokasi dan 4. Sianosis menurun ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas 5. Waran kulit 2. Terapeutik membaik Sediakan lingkungan nyaman dan 6. Frekuensi napas rendah stimulus (mis. cahaya, membaik suara, kunjungan) Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan 3. Edukasi Anjurkan tirah baring Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan 4. Kolaborasi Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
7. Implementasi keperawatan
Menurut Ghofur (2016) Implementasi keperawatan Serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementiasi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi. 8. Evaluasi keperawatan
Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap
asuhan keperawatan yang telah diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan untuk: a. Mengakhiri rencana asuhan keperawatan (jika klien telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan). b. Memodifikasi rencana asuhan keperawatan (jika pasien mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan). c. Meneruskan rencana asuhan keperawatan (jika klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan) (Wilkinson, 2011) DAFTAR PUSTAKA
F Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC Medika Nettina, Sandra M.(2001).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC Prince, S.A. & Wilson L.M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi IV. Jilid 2. Jakarta: EGC. Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medika. Reeves, C.J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika. Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta : EGC Wong, O.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. Zul, Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.