di
Daerah
Edisi 2015
KATA
PENGANTAR
Undang
–
Undang
Nomor
24
Tahun
2007
tentang
Penanggulangan
Bencana
dan
Peraturan
Pemerintah
nomor
21
Tahun
2008
tentang
Penyelenggaraan
Penanggulangan
Bencana,
mengamanatkan
adanya
Panduan
Inisiasi
dan
Pembentukan
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
(FPRB)
sebagai
bagian
yang
tidak
terpisah
dalam
siklus
penyelenggaran
penanggulangan
bencana.
Panduan
ini
diperlukan
baik
untuk
aspek
–
aspek
proses
pembentukan
forum
seperti
inisiasi,
formulasi
perangkat,
dan
pengelolaan
forum,
yang
bertujuan
sebagai
wadah
yang
bersifat
cair
dan
memfasilitasi
pertemuan
pemangku
stakeholder
yang
terkait
kebencanaan.
Panduan
ini
disusun
melalui
proses
panjang
dan
secara
partisipatif
telah
diinisiasi
oleh
Platform
Nasional
untuk
Pengurangan
Risiko
Bencana
(Planas)
dan
BNPB
dengan
melibatkan
Kementrian
dan
Lembaga,
Pemerintah
Daerah
serta
Lembaga
non
Pemerintah
baik
internasional
dan
dalam
negeri
yang
selama
ini
terlibat
langsung
dalam
penyelenggaraan
penanggulangan
bencana
secara
keseluruhan
dan
khususnya
proses
pemberdayaan
masyarakat,
kesiapsiagaaan,
dan
pencegahan;
untuk
itu
disampaikan
ucapan
terima
kasih
dan
penghargaan
yang
tulus
dari
BNPB
atas
peran
serta
semua
pihak
sehingga
panduan
ini
dapat
diselesaikan
dengan
baik.
BNPB
berharap,
pedoman
ini
dapat
digunakan
oleh
semua
daerah
Provinsi,
Kabupaten/Kota,
dan
Desa
dalam
rangka
membentuk
forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
(PRB)
di
daerah.
Sekalipun
demikian,
BNPB
tetap
akan
menerima
masukan
dan
mengupayakan
penyempurnaan
sejalan
dengan
perubahan
dinamika
yang
terjadi
baik
kebijakan,
regulasi
dan
atau
pandangan
–
pandangan
ahli
tentang
penanggulangan
bencana.
Semoga
Alloh,
Tuhan
Yang
Maha
Esa
selalu
meridhloi
semua
usaha
luhur
kita
dan
memberikan
petunjuk
serta
hidayah
kepada
kita.
Jakarta;
Desember
2015
Deputi
bidang
Kesiapsiagaan
dan
Pencegahan
B.
Wisnu
Widjaja
Daftar
Isi
KATA
PENGANTAR
.....................................................................................................
2
Daftar
Isi
....................................................................................................................
3
Daftar
Akronim
..........................................................................................................
5
BAB
I
:
PENDAHULUAN
.............................................................................................
6
A.
Latar
Belakang
...............................................................................................
6
A.
Tujuan
dan
Sasaran
........................................................................................
8
B.
Pengertian
dan
Definisi
..................................................................................
9
C.
Prinsip
Pembentukan
...................................................................................
13
D.
Manfaat
dan
Fungsi
.....................................................................................
15
E.
Landasan
Hukum
.........................................................................................
17
F.
Ruang
Lingkup
Panduan
..............................................................................
18
G.
Sistematika
Panduan
...................................................................................
18
BAB
II
:
PROSES
PEMBENTUKAN
FORUM
PENGURANGAN
RISIKO
BENCANA
.........
20
A.
Tahap
Inisiasi
..............................................................................................
20
Langkah
1
:
Identifikasi
tokoh
kunci
.................................................................
21
Langkah
2
:
Meningkatkan
peran
aktif
dan
membangun
hubungan
antar
aktor
kunci
dalam
mendukung
pembentukan
forum
PRB
........................................
22
Langkah
3
:
Menyusun
Baseline
PRB
di
Daerah
.............................................
22
B.
Tahapan
Formulasi
Perangkat
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
Daerah
23
Langkah
1
:
Penyusunan
Draft
Statuta
atau
Anggaran
Dasar/Anggaran
Rumah
Tangga
(AD/ART)
..............................................................................................
24
Langkah
2
:
Penyusunan
Struktur
Kepengurusan
............................................
25
Langkah
3
:
Menyusun
Road
Map/Program
Kerja
Forum
PRB
........................
27
Langkah
4
:
Deklarasi/Penetapan
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
di
Daerah
dan
Penandatangan
Komitmen
Bersama
Anggota
.............................
29
BAB
III
:
PENGELOLAAN
FORUM
PENGURANGAN
RISIKO
BENCANA
.......................
30
Langkah
1
:
Menentukan
Mekanisme
Pembiayaan
dan
Pengelolaan
Aset
Forum
PRB
.......................................................................................................
31
Langkah
2
:
Pelegalan
Status
Forum-‐PRB
........................................................
32
Langkah
3
:
Transfer
Pembelajaran
Baik
..........................................................
33
Langkah
4
:
Manajemen
Sumberdaya
Anggota
...............................................
34
Langkah
5
:
Penyusunan
Laporan
Kegiatan
di
Wilayah
Kerja
Forum
PRB
........
35
Daftar
Pustaka
.........................................................................................................
36
Lampiran
1
;
Daftar
Forum
PRB
Daerah
yang
telah
terbentuk
di
Indonesia
............
38
Lampiran
2
;
Contoh
Statuta
Forum
PRB
Sumatera
Barat
......................................
41
Lampiran
3
;
Contoh
Statuta
Forum
PRB
dan
API
DKI
Jakarta
.................................
48
Lampiran
4
;
Contoh
Statuta
Forum
PRB
Nusa
Tenggara
Timur
.............................
59
Daftar
Akronim
BAB
I
:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diperlukan
untuk
mengarusutamakan
PRB
ke
dalam
kebijakan,
perencanaan
dan
program
pembangunan.
Dalam
perkembangannya
Platform
Nasional
(Planas)
PRB,
yang
berdiri
sejak
tahun
2009,
memiliki
mandat
yang
salah
satunya
adalah
mendorong
terbentuknya
platform
atau
forum
di
daerah
baik
di
tingkat
provinsi
dan
kabupaten/kota
sebagai
upaya
mensinergikan
peran
dan
upaya
pengarusutamaan
PRB
di
berbagai
tingkatan
dan
wilayah.
Platform/forum
PRB
daerah
adalah
sebuah
wadah
independen
yang
menyatukan
berbagai
organisasi
pemangku
kepentingan
yang
bergerak
dan
mendukung
berbagai
upaya
PRB
di
Indonesia.
Forum
PRB
daerah
juga
berupaya
mewadahi
semua
kepentingan
terkait
pengelolaan
kebencanaan
di
daerah,
serta
membantu
menyelaraskan
berbagai
kebijakan,
perencanaan
dan
program
pembangunan
dan
kegiatan
PRB
di
masing-‐masing
tingkatan,
serta
mendukung
tercapainya
tujuan-‐
tujuan
PRB
di
Indonesia
dan
terwujudnya
ketahanan
dan
ketangguhan
bangsa
terhadap
bencana,
yang
selaras
dengan
tujuan-‐tujuan
global
yang
termaktub
dalam
Kerangka
Aksi
Hyogo
(KAH)2005
-‐2015.
Dorongan
untuk
memperkuat
peran
forum
tingkatan
lokal/daerah
ini
juga
kembali
dipertegas
dalam
dokumen
Kerangka
Sendai
untuk
Pengurangan
Risiko
Bencana
2015-‐2030
(SF-‐DRR).
Dokumen
ini
merupakan
dokumen
lanjutan
dari
KAH
yang
telah
berakhir
2015.
Dokumen
yang
diadopsi
dan
disepekati
dalam
3rd
World
Conference
for
Disaster
Risk
Reduction
(WCDRR)
yang
diselenggarakan
di
Sendai,
Jepang
13
–
18
Maret
2015
yang
lalu,
menegaskan
bahwa
dalam
indikator
prioritas
aksi
2
;
“Membangun
dan
memperkuat
forum
koordinasi
pemerintah
yang
terdiri
dari
stakeholder
yang
relevan
di
tingkat
nasional
dan
lokal
untuk
pengurangan
risiko
bencana,
dan
titik
fokus
nasional
yang
ditujukan
untuk
pelaksanaan
kerangka
pasca
2015”.
Dalam
dokumen
SF-‐DRR
ini
juga
disinggung
bagaimana
mengakselerasikan
kerja-‐kerja
baik
melalui
kebijakan
dan
perencanaan
yang
terkait
dengan
isu
Adaptasi
Perubahan
Iklim
(API).
Untuk
menjadikan
rujukan
yang
komprehensif
tentunya
dokumen
ini
harus
melalui
serangkaian
proses
adopsi/ratifikasi
kedalam
peraturan
perundang-‐undangan
yang
berlaku
di
Indonesia.
Nomenklatur
Forum
PRB
Daerah
tidak
sebutkan
secara
spesifik
dalam
Perundang-‐undangan
yang
berlaku,
namun
secara
tersirat
pembentukan
Forum
PRB
Daerah
diamanatkan
melalui
Peraturan
Pemerintah
No.
21
Tahun
2008
tentang
Penyelenggaraan
Penanggulangan
Bencana
pasal
8
yang
mendorong
pelibatan
forum
dalam
penyusunan
Rencana
Aksi
Daerah
–
Pengurangan
Risiko
Bencana
(RAD-‐PRB).
Didalamnya
diatur
bahwa
anggota
forum
ini
meliputi
unsur
dari
pemerintah,
non
pemerintah,
masyarakat,
dan
lembaga
usaha.
Dalam
keberlanjutannya,
hasil
deklarasi
Pengurangan
Risiko
Bencana
Berbasis
Komunitas
(PRBBK)
di
Solo
tahun
2015
telah
menghasilkan
kesepakatan
yang
lebih
mendalam
di
antaranya
dalam
hal
pengurangan
indeks
risiko
bencana,
khususnya
mendorong
gerakan
nasional
pengurangan
risiko
bencana
untuk
masyarakat
yang
tangguh,
sejahtera
dan
berkelanjutan
melalui
perencanaan
dan
implementasi
terpadu
mulai
di
tingkat
program
desa/kelurahan
tangguh
dan
pengurangan
risiko
bencana
berbasis
komunitas/desa,
program
kota
dan
Kabupaten
Tanggguh.
Guna
medorong
percepatan
terbentuknya
Forum
PRB
di
Daerah
dan
juga
di
tingkat
desa
maka
panduan
pembentukan
forum
PRB
daerah
yang
telah
disusun
dapat
digunakan
sebagai
acuan
dalam
mengambil
langkah-‐langkah
yang
tepat
dan
strategis
dalam
mensinergikan
para
pihak
yang
turut
mendorong
pengarusutamaan
isu
PRB
di
berbagai
aspek
dan
tingkatan
di
daerah
masing-‐masing
Adapun
sasaran
yang
hendak
dicapai
dari
panduan
ini
adalah:
Rawan
bencana
adalah
kondisi
atau
karakteristik
geologis,biologis,
hidrologis,
klimatologis,
geografis,
sosial,
budaya,
politik,
ekonomi,
dan
teknologi
pada
suatu
wilayah
untuk
jangka
waktu
tertentu
yang
mengurangi
kemampuan
mencegah,
meredam,
mencapai
kesiapan,
dan
mengurangi
kemampuan
untuk
menanggapi
dampak
buruk
bahaya
tertentu.
Kesiapsiagaan
adalah
serangkaian
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
mengantisipasi
bencana
melalui
pengorganisasian
serta
melalui
langkah
yang
tepat
guna
dan
berdaya
guna.
Peringatan
dini
adalah
serangkaian
kegiatan
pemberian
peringatan
sesegera
mungkin
kepada
masyarakat
tentang
kemungkinan
terjadinya
bencana
pada
suatu
tempat
oleh
lembaga
yang
berwenang.
Mitigasi
adalah
serangkaian
upaya
untuk
mengurangi
risiko
bencana,
baik
melalui
pembangunan
fisik
maupun
penyadaran
dan
peningkatan
kemampuan
menghadapi
ancaman
bencana
Tanggap
darurat
bencana
adalah
serangkaian
kegiatan
yang
dilakukan
dengan
segera
pada
saat
kejadian
bencana
untuk
menangani
dampak
buruk
yang
ditimbulkan,
yang
meliputi
kegiatan
penyelamatan
dan
evakuasi
korban,
harta
benda,
pemenuhan
kebutuhan
dasar,
perlindungan,
pengurusan
pengungsi,
penyelamatan,
serta
pemulihan
prasarana
dan
sarana.
Korban
bencana
adalah
orang
atau
kelompok
orang
yang
menderita
atau
meninggal
dunia
akibat
bencana.
Rehabilitasi
adalah
perbaikan
dan
pemulihan
semua
aspek
pelayanan
publik
atau
masyarakat
sampai
tingkat
yang
memadai
pada
wilayah
pascabencana
dengan
sasaran
utama
untuk
normalisasi
atau
berjalannya
secara
wajar
semua
aspek
pemerintahan
dan
kehidupan
masyarakat
pada
wilayah
pasca
bencana.
Rekonstruksi
adalah
pembangunan
kembali
semua
prasarana
dan
sarana,
kelembagaan
pada
wilayah
pascabencana,
baik
pada
tingkat
pemerintahan
maupun
masyarakat
dengan
sasaran
utama
tumbuh
dan
berkembangnya
kegiatan
perekonomian,
sosial
dan
budaya,
tegaknya
hukum
dan
ketertiban,
dan
bangkitnya
peran
serta
masyarakat
dalam
segala
aspek
kehidupan
bermasyarakat
pada
wilayah
pascabencana.
Kelompok
rentan
dan
disabilitas
adalah
bayi,
anak
usia
di
bawah
lima
tahun,
anak-‐anak,
ibu
hamil
atau
menyusui,
disabilitasdan
orang
lanjut
usia.
Pemerintah
daerah
adalah
gubernur,
bupati/walikota
atau
perangkat
daerah
sebagai
unsur
penyelenggara
pemerintahan
daerah.
Badan
Penanggulangan
Bencana
Daerah,
yang
selanjutnya
disingkat
BPBD,
adalah
badan
pemerintah
daerah
yang
melakukan
penyelenggaraan
penanggulangan
bencana
di
daerah.
Pemulihan
adalah
serangkaian
kegiatan
untuk
mengembalikan
kondisi
masyarakat
dan
lingkungan
hidup
yang
terkena
bencana
dengan
memfungsikan
kembali
kelembagaan,
prasarana,
dan
sarana
dengan
melakukan
upaya
rehabilitasi.
Risiko
bencana
adalah
potensi
kerugian
yang
ditimbulkan
akibat
bencana
pada
suatu
wilayah
dan
kurun
waktu
tertentu
yang
dapat
berupa
kematian,
luka,
sakit,
jiwa
terancam,
hilangnya
rasa
aman,
mengungsi,
kerusakan
atau
kehilangan
harta,
dan
gangguan
kegiatan
masyarakat.
Pengurangan
Risiko
Bencana
adalah
sebuah
kerangka
kerja
konseptual
yang
terdiri
dari
elemen-‐elemen
yang
dipertimbangkan
untuk
meminimalkan
kerentanan-‐kerentanan
dan
risiko-‐risiko
bencana
dala,
seluruh
masyarakat
untuk
menghindari
(pencegahan)
atau
membatasi
(mitigasi
dan
kesiapsiagaan)
dampak
merugikan
yang
ditimbulkan
bahaya,
dan
mendukung
pembangunan
berkelanjutan.
Status
keadaan
darurat
bencana
adalah
suatu
keadaan
yang
ditetapkan
oleh
Pemerintah
untuk
jangka
waktu
tertentu
atas
dasar
rekomendasi
Badan
yang
diberi
tugas
untuk
menanggulangi
bencana.
Pemerintah
daerah
adalah
gubernur,
bupati/walikota,
atau
perangkat
daerah
sebagai
unsur
penyelenggara
pemerintahan
daerah.
Organisasi
Perangkat
Daerah
adalah
organisasi
pernagkat
yang
ditetapkan
dengan
Peraturan
Daerah
dengan
berpedoman
pada
Peraturan
Pemerintah
yang
mengatur
mengenai
susunan,
kedudukan
dan
tugas
pokok
organisasi
perangkat
daerah.
Lembaga
usaha
adalah
setiap
badan
hukum
yang
dapatberbentuk
badan
usaha
milik
negara,
badan
usaha
milik
daerah,
koperasi,
atau
swasta
yang
didirikan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-‐
undangan
yang
menjalankan
jenis
usaha
tetap
dan
terus
menerus
yang
bekerja
dan
berkedudukan
dalam
wilayah
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.
Lembaga
Internasional
adalah
organisasi
yang
berada
dalam
lingkup
struktur
organisasi
Perserikatan
Bangsa-‐Bangsa
atau
yang
menjalankan
tugas
mewakili
Perserikatan
Bangsa-‐Bangsa
atau
organisasi
internasional
lainnya
dan
lembaga
asing
nonpemerintah
dari
negara
lain
di
luar
Perserikatan
Bangsa-‐Bangsa.
Forum
diartikan
sebagai
tempat
membicarakan
kepentingan
bersama
atau
tempat
pertemuan
untuk
bertukar
pikiran
secara
bebas.
Platform
Nasional
untuk
PRB
dapat
diartikan
sebagai
sebuah
forum
atau
komite
multi
pemangku
kepentingan
yang
dimiliki
dan
dilaksanakan
di
tingkat
Nasional.
Forum
ini
berfungsi
menggalakkan
PRB
diberbagai
tataran
dan
melakukan
koordinasi,
memberikan
analisis
dan
saran
tentang
bidang-‐bidang
prioritas
yang
memerlukan
aksi
terpadu
melalui
satu
proses
yang
terkoordinasikan
dan
partisipatif.
Forum
PRB
Daerah
dapat
didefinisikan
sebagai
suatu
forum/paguyuban
yang
mewadahi
pemangku
kepentingan
dan
para
pihak
yang
secara
bersama-‐sama
berbagi
peran
dalam
mengurangi
risiko
yang
ditimbulkan
oleh
bencana
dan
upaya-‐upaya
beradaptasi
terhadap
perubahan
iklim.
Forum
PRB
Desa/Kelurahan
adalah
wadah
yang
menyatukan
unsur-‐
unsur
organisasi/kelompok
pemangku
kepentingan
di
tingkat
desa
yang
berkemauan
untuk
mendukung
upaya
upaya
pengurangan
risiko
bencana
di
wilayah
desa.
Forum
ini
menyediakan
mekanisme
koordinasi
untuk
meningkatkan
kerjasama
berbagai
pemangku
kepentingan
dalam
keberlanjutan
kegiatan-‐kegiatan
pengurangan
risiko
bencana
melalui
proses
yang
konsultatif
dan
partisipatif.
Perubahan
iklim
adalah
“meningkatnya
suhu
rata-‐rata
permukaan
bumi
menyebabkan
terjadinya
perubahan
pada
unsur-‐unsur
iklim
lainnya,
seperti
naiknya
suhu
air
laut,
meningkatnya
penguapan
di
udara,
serta
berubahnya
pola
curah
hujan
dan
tekanan
udara
yang
pada
akhirnya
merubah
pola
iklim
dunia”
Adaptasi
(untuk
Perubahan
Iklim)
adalah
proses
atau
hasil
dari
sebuah
proses
yang
mengarah
pada
pengurangan
bahaya
atau
risiko
kerusakan,
atau
realisasi
manfaat
yang
terkait
dengan
variabilitas
iklim
dan
perubahan
iklim,
atau
dapat
diartikan
langkah
praktis
untuk
melindungi
negara
dan
masyarakat
dari
kemungkinan
gangguan
dan
kerusakan
yang
akan
ditimbulkan
dari
dampak
perubahan
iklim.1
Baseline
adalah
data
dasar
yang
dihimpun
sebelum
suatu
program/kegiatan
dilaksanakan
yang
dijadikan
sebagai
tolok
ukur
dalam
mengukur
perbaikan
dan
digunakan
sebagai
pembanding.
C. Prinsip Pembentukan
Praktek
yang
baik
menekankan
bahwa
forum
PRB
harus
dinamis
untuk
membantu
mengembangkan
sistem
yang
lebih
luas
untuk
PRB
dan
API
dalam
proses
pembangunan
yang
berkelanjutan.
Pengaruh
mereka
pada
pengembangan
dan
mobilisasi
sumber
daya
akan
tergantung
pada
kemampuan
mereka
untuk
memberikan
masukan
dan
saran
untuk
kebijakan
dan
pengambil
keputusan
dalam
mengembangkan
kerangka
kerja
institusional
untuk
integrasi
PRB
dan
API
di
berbagai
sektor
pembangunan,
baik
yang
memunculkan
atau
mengurangi
kerentanan
terhadap
bencana.
1
Definisi
diambil
dari
buku
Adaptation
to
Climate
Change:
Key
Term,
penulis
Levina,
Elliana
dan
Tirpak,
Dennis
(
2006)
Secara
umum,
prinsip-‐prinsip
yang
dipegang
dalam
Forum
PRB
adalah
:
• Independensi;
forum
PRB
adalah
otonom
dan
bebas
dari
pengaruh
dan
kepentingan-‐kepentingan
kelompok
tertentu,
seperti;
politik,
pemerintah,
donor/lembaga
penyandang
dana,
sektor
bisnis
dan
siapapun
yang
dapat
menghilangkan
independensi
organisasi
dalam
bertindak
bagi
kepentingan
umum.
Forum
PRB
daerah
sebagai
organisasi
yang
beranggotakan
multi
sektor/pihak
harus
terbebas
dari
keberpihakan
pada
sektor/pihak
tertentu
dalam
menjalan
organisasinya.
• Komitmen
organisasi/professional;
forum
PRB
memiliki
perangkat
kebijakan
yang
jelas
dan
tegas
terkait
kualitas
dan
akuntabilitas
untuk
dapat
diterapkan
dalam
roda
organisasi
forum.
Forum
PRB
harus
melihat
PRB
sebagai
sebuah
tanggung
jawab
bersama
dan
sebuah
isu
lintas
sektoral
dalam
proses-‐proses
pembangunan
berkelanjutan.
• Non
diskriminasi;
forum
PRB
selalu
menerapkan
asas
tidak
membedakan
orang
atau
lembaga
menurut
kelompok,
golongan,
jenis
kelamin,
suku,ras,
agama
dan
aliran
politik
tertentu.
Forum
PRB
juga
memberikan
kesempatan
yang
sama
bagi
seluruh
anggota
forum
dan
melibatkan
kelompok
inklusif.
• Partisipasi;
forum
PRB
melibatkan
seluruh
pemangku
kepentingan
terkait
dan
para
pihak
dalam
semua
tahapan
pembentukan
dan
pengelolaan
organisasi
forum.
Forum
PRB
harus
menggunakan
pendekatan
partisipatif
untuk
mendorong
keterlibatan
berbagai
sektor
beserta
perspektif
dan
aksi
mereka
yang
berbeda
serta
dengan
memanfaatkan
sistem
dan
mekanisme
yang
ada
yang
berazas
demokratis.
• Keterwakilan;
adanya
unsur-‐unsur
yang
cukup
yang
mewakili
para
pihak
dalam
proses
inisiasi
dan
pembentukan
forum
PRB.
• Koordinasi;
forum
berkomunikasi
dengan
pemangku
kepentingan
dana
para
pihak
melalui
wadah
koordinasi
yang
ada.
Forum
PRB
harus
mempengaruhi
perubahan-‐perubahan
positif
melalui
upaya-‐upaya
yang
terpadu
dan
terkoordinasi
dalam
proses-‐
proses
penyusunan
kebijakan,
perencanaan,
administrasi
dan
pembuatan
keputusan
• Kemitraan;
forum
PRB
dapat
menjalin
kerjasama
dengan
berbagai
pihak
dengan
asas
kesetaraan
selama
tidak
melanggar
tujuan
dan
sasaran
forum.
• Kemandirian;
forum
PRB
mampu
melakukan
upaya-‐upaya
memobilisasi
dan
pengelolaan
sumber
daya
guna
menjaga
keberlangsungan
forum.
• Akuntabel:
forum
PRB
harus
memiliki
kewajiban
baik
secara
individu
maupun
lembaga
untuk
terbuka
dan
transparan
dalam
proses
pembentukan
dan
pengelolaan
forum
sehingga
prosesnya
dapat
dipertanggungjawabkan
baik
secara
finansial
maupun
manajerial.
• Transparansi:
Forum
menyediakan
informasi
yang
jelas
dan
benar
serta
dapat
dipertanggungjawabkan
terkait
kegiatan
dan
pengelolaan
forum.
Forum
PRB
juga
terbuka
memberikan
peluang
bagi
seluruh
komponen
yang
terlibat
didalamnya
• Pembelajaran
dan
Perbaikan;
setiap
pengalaman
yang
pernah
dialami
dalam
pengelolaan
organisasi
forum
dilakukan
pendokumentasian
yang
kemudian
dijadikan
bahan
pembelajaran
untuk
perbaikan
kedepan.
Secara
khusus
panduan
ini
bermanfaat
bagi
BPBD
ditingkat
provinsi
dan
kabupaten/kota
sebagai
leading
sector
sekaligus
para
pemangku
kepentingan
dan
para
pihak
dalam
proses
pengelolaan
bencana
di
daerah
hingga
desa
masing-‐masing.
E. Landasan
Hukum
11. Peraturan
Kepala
Badan
no.1
tahun
2012
tentang
Pedoman
Umum
Desa
atau
Kelurahan
Tangguh
Bencana
G. Sistematika Panduan
BAB
III.
Pengelolaan
Forum
PRB
Pada
tahap
ketiga
atau
akhir
ini
akan
mengulas
tentang
beberap
hal
terkait
menjaga
keberlangsungan
Forum
PRB
diantaranya
dengan;
menentukan
mekanisme
pembiayaan
dan
pengeloalaan
aset
forum
PRB,
proses
legal
status
forum
PRB,
transfer
praktik
baik,
menajemen
Sumberdaya
Anggota
dan
Penyusunan
Dokumen
Pencapaian
PRB
di
Wilayah
Forum
PRB.
Bagian
akhir
:
lampiran-‐lampiran.
BAB
II
:
PROSES
PEMBENTUKAN
FORUM
PENGURANGAN
RISIKO
BENCANA
A. Tahap Inisiasi
Lingkup Tahapan :
Tujuan :
Tahapan
ini
bertujuan
agar
inisiator
forum
PRB
dan
aktor
kunci
forum
PRB
daerah
bisa
melakukan
pemetaan
dan
identifikasi
dari
masing-‐
masing
penggiat
PRB
dan
API
di
daerah,
sehingga
memiliki
pemahaman
bersama
mengenai
tujuan
dan
manfaat
pembentukan
Forum
PRB
Daerah.
2
Inisiator
adalah
seorang
atau
sekelompok
orang
(lembaga)
baik
yang
berasal
di
lokal,
nasional
dan
internasional
ataupun
unsur
pemerintah
yang
mendorong
proses-‐proses
awal
dalam
pembentukan
forum
PRB
di
daerah
dan
desa.
3
Aktor
Kunci
yang
dimaksud
adalah
ketua
atau
pimpinan
suatu
institusi/
lembaga/perkumpulan/perusahaan
yang
memiliki
kewenangan
dan
kebijakan
dalam
membuat
suatu
keputusan
didalam
lembaganya,
atau
juga
dapat
diartikan
orang-‐orang
yang
memiliki
pengaruh
di
suatu
daerah.
3. Mengkaji
dokumen
RPJMD
Provinsi/Kabupaten/Kota
dan
RPJMDes
untuk
Desa
sebagai
dasar
pengkajian
relevansi
keberadaan
forum
PRB
dan
rencana
pembangunan
di
daerah.
4. Mengkaji
dokumen
Rencana
Penanggulangan
Bencana
Provinsi/Kabupaten/Kota/Desa
(apabila
sudah
ada)
sebagai
dasar
pengkajian
relevansi
keberadaan
forum
dalam
pengarusutamaan
PRB
dalam
pelaksanaan
program
Penanggulangan
Bencana
di
daerah.
Hasil
Tahapan
:
1. Terjalinnya
komunikasi,
koordinasi
dan
kerjasama
dari
para
aktor
kunci
yang
merupakan
pelaku
PRB
di
daerah.
2. Tersusunnya
baseline
berupa
pemetaan
sumberdaya,
yang
berisi
tentang
isu
PRB
di
daerah,
data
kapasitas
pelaku
PRB
(apa
berbuat
apa),
permasalahan
dan
potensi
daerah.
b. Mempertemukan
Aktor
Pertemuan
aktor
bisa
dilakukan
dengan
beragam
cara
seperti:
mengundang
para
pihak
yang
memiliki
ketertarikan
dalam
PRB
dan
API
maupun
kelompok
masyarakat
dikawasan
rawan
bencana
yang
dikumpulkan
ke
dalam
suatu
pertemuan
formal
(seperti
lokakarya)
ataupun
kegiatan
non
formal
lainya.
Proses
ini
akan
memakan
waktu
kurang
lebih
selama
6
bulan,
hal
ini
tergantung
dari
intensitas
dan
upaya-‐upaya
pertemuan
yang
dilakukan.
Identifikasi
dilakukan
terhadap
aktor
kunci
dalam
pembentukan
forum
PRB
yang
berada
di
daerah
(propinsi/kabupaten/kota)
yang
sama,
namun
merupakan
representasi
dari
berbagai
kalangan
seperti
pemerintahan
(baik
eksekutif
maupun
legislatif),
tokoh
masyarakat/adat/agama/pemuda,
kelompok
masyarakat,
perguruan
tinggi
(dosen
dan
mahasiswa),
lembaga
usaha
(pemilik
usaha/pimpinan
perusahaan/manager/tim
Corporate
Sosial
Responsibilty),
lembaga
swadaya
masyarakat
(LSM),
organisasi
masyarakat
(ormas),
praktisi/ahli
terkait
di
bidangnya,
dll.
Aktor
kunci
yang
sudah
teridentifikasi,
nantinya
sedapat
mungkin
selalu
diikutsertakan/diundang
dalam
diskusi-‐diskusi
awal
tentang
pembentukan
forum
PRB.
Dokumen
yang
dapat
dijadikan
baseline
PRB
daerah
meliputi
;
kajian
risiko
bancana
maupun
perubahan
iklim,
peta
risiko,
peta
ancaman,
peta
kerentanan
yang
dikeluarkan
oleh
instansi-‐insatasi
terkait
baik
di
daerah
ataupun
di
nasional,
serta
dokumen-‐dokumen
perencanaan
terkait,
yang
dihasilkan
oleh
daerah
seperti;
dokumen
RPJMD,
RPJMDesa,
Rencana
Strategis
(renstra),
Rencana
Penanggulangan
Bencana
(RPB)
maupun
dokumen-‐dokumen
turunannya
yang
dapat
digunakan
sebagai
kerangka
acuan,
seperti;
Rencana
Mitigasi,
Rencana
Kontinjensi,
Rencana
Operasi,
Rencana
Rehabilitasi
dan
Rekonstruksi,
maupun
dokumen-‐dokumen
pendukung
yang
lain.
Lingkup Tahapan:
Tujuan
Sasaran
Hasil Tahapan
• STRUKTUR
ORGANISASI,
PERUBAHAN
STATUTA
DAN
PERATURAN
PERALIHAN,
meliputi
;
Struktur
Organisasi,
Masa
Kepengurusan,
Pemberhentian
Pengurus,
Mekanisme
Pengambilan
Keputusan,
Tata
Urutan
Peraturan/Keputusan,
Keuangan,
Perubahan
Statuta,
Peraturan
Peralihan.
Selain
itu,
untuk
tingkat
desa
dengan
pilihan
struktur
yang
lebih
sederhana
dan
efisien
• PENUTUP,
meliputi
;
Penutup
l Kelompok
Kerja:
Merupakan
anggota
forum
yang
terlibat
dan
memiliki
ketertarikan
dalam
kelompok-‐kelompok,
yang
bekerja
dalam
isu-‐isu
yang
lebih
khusus/spesifik
yang
dapat
dibuat
sesuai
kebutuhan
Forum
PRB.
Periode Kepengurusan
4
Anggota
:
Anggota
forum
PRB
merupakan
representasi
para
pihak,
sehingga
untuk
menjadi
anggota
forum
PRB
yang
disarankan
merupakan
lembaga,
instansi
atau
organisasi
di
daerah
setempat,
sehingga
orang
yang
berada
dalam
forum
PRB
juga
mendapatkan
mandat
dari
organisasi
bersangkutan
yang
merupakan
anggota
forum
PRB.
kepengurusan
forum
minimal
3
tahun
dan
maksimal
5
tahun
serta
6
tahun
untuk
Forum
PRB
Desa
dapat
menduduki
posisi
yang
sama
dalam
2
kali
periode
kepengurusan
secara
berturut-‐turut.
l Pemerintah
(Eksekutif)
l Legislatif
l Tentara
Nasional
Indonesia
(TNI)
l Polisi
Republik
Indonesia
l Lembaga
Usaha
l Perguruan
Tinggi
l Organisasi
Non
Pemerintah/Lembaga
Swadaya
Masyarakat
l Organisasi
Kemasyarakatan
l Lembaga-‐lembaga
agama/adat
l Media
l Komunitas
l Kelompok
Professional
l Palang
Merah
Indonesia
l Forum-‐forum
tematik
l Kelompok
Perempuan
dan
Disabilitas
l Dll.
Bila
diperlukan
untuk
memfasilitasi
keterlibatan
lembaga-‐lembaga
yang
dianggap
penting
dalam
mendorong
tercapainya
tujuan
forum
PRB
namun
tidak
bisa
menjadi
anggota
(misalnya
lembaga
berkedudukan
di
luar
wilayah
kerja
forum),
dapat
dibentuk
mitra
forum
PRB.
Kerangka
Aksi
Hyogo,
Kerangka
Sendai
untuk
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
UU
Penanggulangan
Bencana
No.24/2007
memberikan
referensi
untuk
menilai
dan
memantau
pencapaian
PRB,
sehingga
memudahkan
pekerjaan
forum
PRB
ketika
melakukan
kegiatan
seperti:
l Membangun
informasi
dasar/baseline
untuk
PRB,
termasuk
profil
risiko,
kebijakan
daerah,
strategi,
kapasitas,
sumber
daya
dan
program;
l Mengidentifikasi
kecenderungan,
gap,
kepentingan
dan
tantangan,
dan
yang
menjadi
bidang-‐bidang
prioritas
dalam
PRB
yang
terintergrasi
API;
l Advokasi
kebutuhan
untuk
mengembangkan
atau
mengadopsi
kebijakan
dan
peraturan
untuk
PRB
yang
terintegrasi
dengan
API;
l Penentuan
benchmark/tolok
ukur
kemajuan
dalam
mempromosikan
PRB
yang
terintegrasi
dengan
API
dan
pengarusutamaan
ke
dalam
kebijakan,
perencanaan
dan
program
pembangunan
(RPJMD
dan
RPJMDes)
;
l Mengembangkan
program
kerja
yang
berorientasi
hasil
forum
PRB
untuk
mengkoordinasikan
kegiatan
PRB
sesuai
dengan
target
capaian
SF-‐DRR
dan
UU
PB
No.24/2007;
l Mengkoordinasikan
upaya
bersama
antara
anggota
forum
PRB
untuk
mengurangi
kerentanan
orang
pada
risiko
yang
relatif
tinggi;
l Pemantauan,
pencatatan
dan
pelaporan
tindakan
pengurangan
risiko
bencana
di
tingkat
daerah
dan
masyarakat
sesuai
dengan
HFA,
SF-‐DRR
dan
UU
PB
No.24/2007;
l Dokumentasi
kegiatan
dan
praktek-‐praktek
yang
baik,
dan
berbagi
temuan
di
daerah.
Dalam
penyunan
Program
Kerja
Forum
PRB
disarankan
dapat
mengacu
indikator-‐indikator
yang
ada
dalam
LG-‐SAT,
sebagai
bagian
dalam
mendorong
pencapaian
pengarusutamaan
PRB
di
Daerah.
Langkah
4
:
Deklarasi/Penetapan
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
di
Daerah
dan
Penandatangan
Komitmen
Bersama
Anggota
BAB
III
:
PENGELOLAAN
FORUM
PENGURANGAN
RISIKO
BENCANA
Lingkup
Tahapan:
Tahapan
ini,
merupakan
tahapan
paling
penting
dalam
mempertahankan
kelanjutan
roda
organisasi.
Dalam
tahapan
ini,
juga
menawarkan
langkah-‐langkah
yang
bersifat
opsional
yang
dapat
disesuikan
dengan
kebutuhan
dan
cita-‐cita
organisasi
forum
yang
termaktub
dalam
perangkat
forum
(BAB
II).
Tahapan
ini
juga
meletakkan
kontribusi
dari
anggota
forum
menjadi
hal
yang
sangat
penting
dalam
menjaga
keberlanjutan
jalannya
organisasi
forum
PRB.
Tujuan:
Tujuan
utama
dari
bagian
ketiga
ini
adalah
untuk
memberikan
gambaran
tentang
mekanisme-‐mekanisme
yang
perlu
dipersiapkan
oleh
forum
PRB
dalam
menjaga
keberlanjutan
forum
PRB.
Sasaran
:
Sasaran
utama
dalam
tahapan
ini
adalah
:
1. Mempertahankan
komitmen
bersama
dan
bekerjasama
secara
terpadu
untuk
mengurangi
risiko
bencana
dan
dampak
perubahan
iklim
bagi
masyarakat
di
daerah
masing-‐masing
2. Membangun
suatu
mekanisme
terkoordinasi
dalam
pengurangan
risiko
bencana
dan
perubahan
iklim
melalui
seluruh
sektor
dan
menggunakan
seluruh
jejaring
yang
ada;
dan
3. Mendukung
para
pemangku
kepentingan
dengan
pengetahuan,
informasi,
distribusi
sumberdaya
,teknologi
yang
relevan,
dan
distribusi
sumberdaya
anggota
forum.
Langkah
1
:
Menentukan
Mekanisme
Pembiayaan
dan
Pengelolaan
Aset
Forum
PRB
Pembiayaan
Dalam
pengelolaan
forum
PRB,
masalah
pembiayaan
menjadi
salah
satu
hal
yang
perlu
dipersiapakan
dalam
strategi
menjaga
keberlanjutan
organisasi
forum
PRB
di
daerah.
Pembiayaan
bisa
diupayakan
dari
berbagai
cara
dan
pendekatan
dalam
menjalankan
organisasi,
beberapa
cara
yang
dapat
dilakukan
forum
PRB
dalam
upaya
penggalangan
dana,
diantaranya;
l Iuran
Anggota
l Donatur
l Dukungan
Lembaga
Usaha
l Pemerintah
(APBD
dan
APBDes)
l Enterpreneurship
Forum
Pembiayaan
bukan
merupakan
satu-‐satunya
aspek
utama
dalam
menjaga
keberlanjutan
organisasi,
namun
terdapat
aspek
pendukung
lain,
yang
juga
dapat
mendorong
berjalannya
roda
organisasi
forum,
yaitu;
kontribusi
lembaga
anggota.
Kontribusi
lembaga
anggota
ini
bisa
diberikan
dalam
berbagai
bentuk,
diantaranya;
sumberdaya
manusia,
peminjaman
aset,
peralatan
ataupun
bangunan.
Pengelolaan
Aset
Hal
terpenting
lainnya
dalam
menjaga
keberlanjutan
organisasi
forum
PRB
adalah
pengelolaan
aset.
Suatu
lembaga
seiring
berjalannya
waktu
akan
memiliki
aset
yang
dapat
dijadikan
salah
satu
modal
penggerak
keberlanjutan
organisasi
forum.
Untuk
itu
pengelolaan
menjadi
hal
terpenting
guna
mengurangi
pembiayaan
yang
tidak
perlu.
Pengelolaan
aset
bisa
dilakukan
dengan
melakukan
inventarisir
aset-‐aset
yang
dimiliki.
Inventarisir
aset
dapat
berupa
:
Dalam
menjalan
langkah
ini,
perlu
disusun
suatu
mekanisme
pendataan
aset
dan
sistem
pengelolaan
(perawatan
dan
perbaikan),
sehingga
organisasi
forum
dapat
berjalan
dengan
efektif
dan
bekelanjutan
sesuai
dengan
aturan
yang
berlaku
4. Pengalaman
aparat
pemerintah
daerah
melibatkan
diri
dalam
forum
antar
pemangku
kepentingan,
5. Pengalaman
aparat
pemerintah
daerah
dalam
memfasilitasi
inisiatif
bersama
pemangku
kepentingan
dalam
sebuah
isu
tertentu,
6. Kekuatan
lembaga
non
pemerintah
dan
lembaga
ilmiah
di
daerah
dan
desa
tersebut
dalam
mengkoordinasikan
diri
,
7. Pengalaman
lembaga
usaha
dalam
membangun
komunikasi
dengan
pemangku
kepentingan
lain.
5
Forum
Mandiri
yang
dimaksudkan
pada
bagian
ini
adalah
Forum
PRB
diharapkan
menjadi
wadah
yang
cair
dan
tidak
terlalu
terikat
dengan
salah
satu
pihak
dari
anggota
Forum
PRB
ataupun
kepentingan
pihak-‐pihak
tertentu.
depan
maupan
proses
pembelajaran
bagi
anggota-‐anggota
forum
PRB
lainnya.
Selain
itu,
transfer
praktik
baik
anggota
forum
PRB
ini
juga
akan
menjadi
bahan
pembelajaran
bagi
forum
di
daerah
lain
maupun
praktik
baik
di
tingkat
nasional.
-‐ Membuat
mekanisme
distribusi
infomasi
kepengurusan
forum
agar
anggota
forum
yang
memerlukan
informasi
bisa
mengakses
dengan
mudah,
dan
mekanisme
penggunaannya
untuk
menunjang
keberlangsungan
kegiatan
yang
telah
disepakati
forum.
Kegiatan
penyusunan
laporan
kegiatan
PRB
di
wilayah
kerja
Forum
ini
dilakukan
untuk
membangun
kesepahaman
bersama
mengenai
kemajuan
kegiatan
PRB
di
sebuah
wilayah
kerja,
termasuk
pemetaan
kontribusi
kegiatan
dan
sumberdaya
dari
masing-‐masing
anggota,
berdasarkan
Roadmap
yang
telah
disusun
pada
BAB
II,
point
B,
langkah
3.
Penyusunan
laporan
kegiatan
dilakukan
setidaknya
setahun
sekali
(Laporan
Tahunan)
.
Dalam
penyusunan
dokumen
ini
dapat
juga
menggunakan
referensi
tambahan
seperti
dokumen
LG-‐SAT
yang
dapat
dijadikan
acuan
dalam
menyusun
laporan
kegiatan
pencapaian
RPB
sesuai
indikator
yang
ada.
Daftar
Pustaka
Tim
Penyusun
PAPBK
(PIRAC
dan
HFI),
Pedoman
Akuntabilitas
pengelolaan
Bantuan
Kemanusiaan
di
Indonesia,
PIRAMEDIA,
Jakarta,
2011
Winarto,
Strategi
adaptasi
masyarakat
terhadap
perubahan
iklim:
Sebuah
pendekatan
holistis
dan
integratif,
http://winarto.in
/2013/03/strategi-‐adaptasi-‐masyarakat-‐terhadap-‐perubahan-‐
iklim-‐sebuah-‐pendekatan-‐holistis-‐dan-‐integratif/,
2013,
akses
01/07/2014;
16:50
WIB
Lampiran
1
;
Daftar
Forum
PRB
Daerah
yang
telah
terbentuk
di
Indonesia
Temuan
sementara
yang
diperoleh
adalah
ada
19
Forum
PRB
di
tingkat
provinsi
antara
lain:
Dan
ada
50
Forum
PRB
di
tingkat
kabupaten/kota
dan
kepulauan
antara
lain:
11. Forum
PRB
Kabupaten
Tasikmalaya
12. Forum
PRB
Kabupaten
Cianjur
13. Forum
PRB
Kabupaten
Sukabumi
14. Forum
PRB
Kabupaten
Cilacap
15. Forum
PRB
Kabupaten
Rembang
16. Forum
PRB
Kabupaten
Grobogan
17. Forum
PRB
Kabupaten
Bantul
18. Forum
PRB
Kabupaten
Pasuruhan
19. Forum
PRB
Kabupaten
Lumajang
20. Forum
PRB
Kabupaten
Malang
21. Forum
PRB
Kabupaten
Mojokerto
(Pasangoan
Wirunggan
Mojopahit)
22. Forum
PRB
Kabupaten
Lamongan
23. Forum
PRB
Kabupaten
Bojonegoro
24. Forum
PRB
Kabupaten
Trenggalek
(Siogo
Beboyo)
25. Forum
PRB
Kabupaten
Tulungagung
26. Forum
PRB
Kabupaten
Situbondo
27. Forum
PRB
Kabupaten
Sampang
28. Forum
PRB
Kota
Tomohon
29. Forum
PRB
Kabupaten
Enrekang
30. Forum
PRB
Kota
Palu
(Nosarara
Nosabatutu)
31. Forum
PRB
Kabupaten
Sangihe
32. Forum
PRB
Kabupaten
Lombok
Timur
33. Forum
PRB
Kepulauan
Sumbawa
34. Forum
PRB
Kabupaten
Manggarai
35. Forum
PRB
Kota
Bima
(Mbojo
Matenggo)
36. Forum
PRB
Kabupaten
Bima
37. Forum
PRB
Kabupaten
Lombok
Utara
(Diar
Paye)
38. Forum
PRB
Kabupaten
Lombok
Timur
39. Forum
PRB
Kabupaten
Dompu
40. Forum
PRB
Kabupaten
Timor
Tengah
Utara
41. Forum
PRB
Kabupaten
Flores
Timur
42. Forum
PRB
Kabupaten
Timor
Tengah
Selatan
43. Forum
PRB
Kabupaten
Lembata
44. Forum
PRB
Kabupaten
Sikka
45. Forum
PRB
Kepuluan
Flores
Raya
46. Forum
PRB
Kota
Jayapura
47. Forum
PRB
Kabupaten
Nabire
48. Forum
PRB
Kabupaten
Jayawijaya
49. Forum
PRB
Kota
Manokwari
50. Forum
PRB
kabupaten
Tambraw
Lampiran
2
;
Contoh
Statuta
Forum
PRB
Sumatera
Barat
6
STATUTA
FORUM
PENGURANGAN
RISIKO
BENCANA
SUMATERA
BARAT
PEMBUKAAN
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
Sumatera
Barat
(selanjutnya
disebut
Forum
PRB
Sumbar)
adalah
wadah
yang
menyatukan
elemen-‐elemen
pemangku
kepentingan
di
berbagai
kabupaten
dan
kota
di
wilayah
Sumatera
Barat
yang
bergerak
dalam
mendukung
upaya-‐upaya
pengurangan
risiko
bencana.
Sebagai
Forum,
maka
perlu
menyediakan
wadah
untuk
meningkatkan
kolaborasi
&
koordinasi
berbagai
pemangku
kepentingan
dalam
keberlanjutan
aktivitas-‐aktivitas
pengurangan
risiko
bencana
melalui
proses
konsultatif
dan
partisipatif
berdasarkan
pelaksanaan
kerangka
kerja
pengurangan
risiko
bencana
sebagaimana
ditetapkan
kebijakan
nasional.
Sejalan
dengan
cita-‐cita
nasional
untuk
menjadi
komunitas
yang
tangguh
terhadap
bencana,
Forum
PRB
Sumatera
Barat
mewujudkan
visi
yang
diilhami
oleh
nilai-‐nilai
kemanusiaan
guna
mewujudkan
komunitas
Sumatera
Barat
yang
tangguh
terhadap
bencana.
Berdasarkan
keyakinan
tersebut,
Forum
PRB
Sumatera
Barat
memberikan
kontribusi
dalam
pengurangan
risiko
bencana
melalui
fasilitasi,
konsultasi,
monitoring/
pemantauan,
mediasi,
advokasi
dan
evaluasi
yang
memungkinkan
terjadinya
pengarusutamaan
pengurangan
risiko
bencana
bagi
semua
pemangku
kepentingan
menuju
komunitas
yang
tanggap
dan
tahan
bencana.
Untuk
mewujudkan
dan
mengatur
pelaksanaan
kegiatan
tersebut
disusunlah
Statuta
Forum
PRB
Sumatera
Barat.
Statuta
ini
sebagai
pedoman
dasar
yang
dipergunakan
dalam
merencanakan,
mengembangkan
program
dan
menyelenggarakan
kegiatan
fungsional
sesuai
dengan
tujuan
forum.
BENTUK
1. Forum
adalah
wadah
yang
menyatukan
elemen-‐elemen
pemangku
kepentingan
yang
bergerak
dalam
mendukung
upaya-‐upaya
pengurangan
risiko
bencana
di
Kabupaten
dan
Kota
di
Wilayah
Sumatera
Barat.
Elemen-‐
elemen
yang
termasuk
di
dalamnya
adalah
lembaga
pemerintah,
dunia
usaha,
kelompok
organisasi
dan
masyarakat
sipil.
2. Forum
adalah
mitra
pemerintah
yang
mengembangkan
fleksibilitas
untuk
mencapai
tujuan
bersama
dengan
berpedoman
kepada
peraturan
dan
prinsip-‐
prinsip
kemandirian
melalui
kerjasama
yang
saling
menguntungkan.
6
Dokumen
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
Provinsi
Sumatera
Barat
IDENTITAS
NAMA,
WAKTU
DAN
KEDUDUKAN
1. Forum
PRB
Sumatera
Barat
didirikan
pada
tahun
2010
untuk
menjadi
platform
Pengurangan
Risiko
Bencana
Provinsi
untuk
waktu
yang
tidak
ditentukan.
Pendirian
dilakukan
atas
prakarsa
dari
organisasi
masyarakat,
pemerintah,
dunia
usaha,
media
massa,
perguruan
tinggi,
lembaga
swadaya
masyarakat,
dan
lembaga
internasional
yang
bekerja
di
Sumatera
Barat.
2. Forum
PRB
Sumatera
Barat
berkedudukan
di
Provinsi
Sumatera
Barat.
Yang
dimaksud
dengan
“asas
keseimbangan”
adalah
bahwa
materi
muatan
ketentuan
dalam
penanggulangan
bencana
mencerminkan
keseimbangan
kehidupan
sosial
dan
lingkungan.
4. Asas
keselarasan
Yang
dimaksud
dengan
“asas
keselarasan”
adalah
bahwa
materi
muatan
ketentuan
dalam
penanggulangan
bencana
mencerminkan
keselarasan
tata
kehidupan
dan
lingkungan.
5. Asas
Keserasian
Yang
dimaksud
dengan
”asas
keserasian”
adalah
bahwa
materi
muatan
ketentuan
dalam
penanggulangan
bencana
mencerminkan
keserasian
lingkungan
dan
kehidupan
sosial
masyarakat.
6. Asas
Ketertiban
Dan
Kepastian
Yang
dimaksud
dengan
“asas
ketertiban
dan
kepastian
hukum”
adalah
bahwa
materi
muatan
ketentuan
dalam
penanggulangan
bencana
harus
dapat
menimbulkan
ketertiban
dalam
masyarakat
melalui
jaminan
adanya
kepastian
hukum.
7. Asas
Kebersamaan
Yang
dimaksud
dengan
“asas
kebersamaan”
adalah
bahwa
penanggulangan
bencana
pada
dasarnya
menjadi
tugas
dan
tanggung
jawab
bersama
Pemerintah
dan
masyarakat
yang
dilakukan
secara
gotong
royong.
8. Asas
Kelestarian
Lingkungan
Hidup
Yang
dimaksud
dengan
“asas
kelestarian
lingkungan
hidup”
adalah
bahwa
materi
muatan
ketentuan
dalam
penanggulangan
bencana
mencerminkan
kelestarian
lingkungan
untuk
generasi
sekarang
dan
untuk
generasi
yang
akan
datang
demi
kepentingan
bangsa
dan
negara.
9. Asas
Ilmu
Pengetahuan
Dan
Teknologi
Yang
dimaksud
dengan
“asas
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi”
adalah
bahwa
dalam
penanggulangan
bencana
harus
memanfaatkan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
secara
optimal
sehingga
mempermudah
dan
mempercepat
proses
penanggulangan
bencana,
baik
pada
tahap
pencegahan,
pada
saat
terjadi
bencana,
maupun
pada
tahap
pascabencana.
10. Menghargai
budaya
local
Yang
dimaksud
dengan
“asas
menghargai
budaya
local”
adalah
bahwa
dalam
pengurangan
risiko
bencana
harus
menghargai
pengetahuan,
nilai-‐nilai
dan
budaya
masyarakat
setempat.
Prinsip
Yang
dimaksud
dengan
“prinsip
prioritas”
adalah
bahwa
apabila
terjadi
bencana,
kegiatan
penanggulangan
harus
mendapat
prioritas
dan
diutamakan
pada
kegiatan
penyelamatan
jiwa
manusia.
3. Prinsip
Koordinasi
Yang
dimaksud
dengan
“prinsip
koordinasi”
adalah
bahwa
penanggulangan
bencana
didasarkan
pada
koordinasi
yang
baik
dan
saling
mendukung.
4. Prinsip
Keterpaduan
Yang
dimaksud
dengan
“prinsip
keterpaduan”
adalah
bahwa
penanggulangan
bencana
dilakukan
oleh
berbagai
sektor
secara
terpadu
yang
didasarkan
pada
kerja
sama
yang
baik
dan
saling
mendukung.
5. Prinsip
Berdaya
Guna
Yang
dimaksud
dengan
“prinsip
berdaya
guna”
adalah
bahwa
dalam
pengurangan
risiko
bencana,
dilakukan
dengan
memperhatikan
kekuatan
dan
keberdayaan
serta
sumberdaya
lokal
yang
tersedia.
6. Prinsip
Berhasil
Guna
Yang
dimaksud
dengan
“prinsip
berhasil
guna”
adalah
bahwa
kegiatan
penanggulangan
bencana
harus
berhasil
guna,
khususnya
dalam
mengatasi
kesulitan
masyarakat
dengan
tidak
membuang
waktu,
tenaga,
dan
biaya
yang
berlebihan.
7. Prinsip
Transparansi
dan
Akuntabilitas
Yang
dimaksud
dengan
“prinsip
transparansi”
adalah
bahwa
upaya
penanggulangan
bencana
dilakukan
secara
terbuka
dan
dapat
dipertanggungjawabkan
secara
etik
dan
hukum.
8. Prinsip
Proporsional
Yang
dimaksud
dengan
“prinsip
proporsional”
adalah
bahwa
dalam
penanggulangan
bencana
memberikan
perlakuan
yang
seimbang
yang
sesuai
dengan
masalah
dan
kebutuhan
kelompok
sasaran
dengan
memperhatikan
kebutuhan
kelompok
rentan.
9. Non
Proletisi
Yang
dimaksud
dengan
”non
proletisi”
adalah
bahwa
dilarang
menyebarkan
agama
atau
keyakinan
pada
saat
melakukan
upaya-‐upaya
pengurangan
risiko
bencana.
FUNGSI
Forum
PRB
Sumatera
Barat
berfungsi
sebagai
:
1. Wadah
fasilitasi
pengarusutamaan
pengurangan
risiko
bencana
ke
dalam
sektor
pembangunan
di
Sumatera
Barat.
2. Wadah
konsultasi,
koordinasi
dan
mediasi
daerah
dalam
membangun
pemahaman
dan
pengembangan
upaya
pengurangan
risiko
bencana
bagi
para
pihak
atau
pemangku
kepentingan
di
Sumatera
Barat.
3. Wadah
monitoring
(pemantauan)
dan
evaluasi
kegiatan-‐kegiatan
pengurangan
risiko
bencana
di
Sumatera
Barat.
4. Wadah
advokasi
dan
rekomendasi
terhadap
kebijakan
dan
pelaksanaan
pengurangan
risiko
bencana
yang
telah
dilaksanakan
oleh
pemerintah,
multi
stake-‐holder
dan
masyarakat.
UNSUR-‐UNSUR FORUM
1. Merupakan
utusan
yang
berasal
dari
lembaga
anggota
Forum
PRB
Sumbar
2. Pengurus
forum
yang
sudah
tidak
beraktifitas
pada
lembaga
asalnya,
masih
dimungkinkan
untuk
aktif
sebagai
anggota
forum.
Koordinator
forum
menyurati
lembaga
asal
untuk
menunjuk
penggantinya.
3. Kepengurusan
forum
ditetapkan
berdasarkan
hasil
silaturrahmi
tahunan
forum
PRB
Sumbar
yang
dikukuhkan
melalui
SK
Gubernur.
MASA
JABATAN
Masa
jabatan
pengurus
forum
selama
3
(tiga)
tahun.
KEANGGOTAAN
1. Anggota
forum
adalah
lembaga/institusi/organisasi/kelompok
dan/atau
individu
yang
menyatakan
diri
menjadi
anggota
tanpa
batas
waktu
serta
memenuhi
syarat
sebagai
anggota.
2. Keanggotaan
diinformasikan/diumumkan
dalam
forum
tertinggi
pada
Silaturrahim
Forum
PRB
Sumbar.
3. Anggota
pertama
forum
adalah
organisasi-‐organisasi
yang
mendukung
pendirian
forum
dan
menyatakaan
kesediaannya
menjadi
anggota
dalam
lembar
konfirmasi.
Syarat
keanggotaan
Individu:
1. Perorangan
yang
memiliki
kemampuan,
keilmuan
dan
keahlian
yang
diperlukan
dalam
pengurangan
risiko
bencana
2. Mempunyai
ketersediaan
waktu
untuk
terlibat
dalam
kegiatan-‐kegiatan
forum
3. Keanggotan
dari
individu
harus
mendapatkan
rekomendasi/referensi
dari
2
anggota
forum.
4. Menyatakan
kesediaan
tertulis
untuk
menjadi
anggota
forum
HAK
1. Setiap
anggota
mempunyai
hak
yang
sama
baik
hak
bicara
dan
hak
suara
dalam
musyawarah
dan
mufakat.
2. Setiap
anggota
punya
hak
untuk
terlibat
dan
dilibatkan
dalam
setiap
kegiatan
Forum
PRB
Sumatera
Barat
3. Setiap
anggota
berhak
mendapatkan
seluruh
informasi
dan
perkembangan
kekinian
tentang
proses-‐proses
dan
upaya
pengurangan
resiko
bencana
yang
dilakukan
Forum
PRB
Sumbar.
KEWAJIBAN
1. Mematuhi
segala
ketentuan
perundang-‐undangan
dan
segala
peraturan
yang
berlaku
dalam
upaya
Pengurangan
Risiko
Bencana.
2. Mematuhi
segala
peraturan
internal
Forum
PRB
Sumatera
Barat
PERUBAHAN
STATUTA
Untuk
pertama
kalinya
Statuta
disusun
dan
ditetapkan
oleh
Tim
Kecil
Pembentukan
Forum
PRB
Sumbar.
Pada
periode
selanjutnya
Statuta
hanya
dapat
diubah
oleh
Silaturrahim
Forum
PRB
Sumbar.
PENUTUP
Statuta
ini
mulai
berlaku
sejak
tanggal
ditetapkan.
Lampiran
3
;
Contoh
Statuta
Forum
PRB
dan
API
DKI
Jakarta7
STATUTA
FORUM
PENGURANGAN
RISIKO
BENCANA
DAN
ADAPTASI
PERUBAHAN
IKLIM
PROVINSI
DKI
JAKARTA
LATAR
BELAKANG
Provinsi
DKI
Jakarta
merupakan
daerah
khusus
ibukota
negara
Republik
Indonesia.
Provinsi
DKI
Jakarta
mempunyai
kekhususan
hak,
kewajiban,
dan
tanggung
jawab
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan
dan
sebagai
tempat
kedudukan
perwakilan
negara
asing,
serta
pusat/perwakilan
lembaga
internasional.
Otonomi
Provinsi
DKI
Jakarta
diletakkan
pada
tingkat
provinsi
sehingga
kabupaten
dan
kota
di
Provinsi
DKI
Jakarta
berbentuk
adminitratif.
Provinsi
DKI
Jakarta
memiliki
permasalahan
kebencanaan
yang
komplek.
Dengan
luas
661,52
km2,
40%
atau
24.000
hektar
wilayahnya
merupakan
dataran
rendah
dengan
ketinggian
rata-‐rata
di
bawah
permukaan
air
laut.
Provinsi
DKI
Jakarta
juga
merupakan
pertemuan
sungai
dari
bagian
Selatan
dengan
kemiringan
dan
curah
hujan
tinggi.
Terdapat
13
sungai
yang
melewati
dan
bermuara
ke
Teluk
Jakarta.
Secara
alamiah,
kondisi
ini
memposisikan
wilayah
DKI
Jakarta
memiliki
kerentanan
yang
tinggi
terhadap
banjir.
Beberapa
wilayah
Provinsi
DKI
Jakarta,
pada
musim
penghujan
menjadi
wilayah
banjir.
Dari
catatan
sejarah
kejadian
banjir,
banjir
besar
pernah
terjadi
pada
tahun
1621,
1654
dan
1918.
Banjir
besar
juga
terjadi
pada
tahun
1976,
1996,
2002,
2007,
2013
dan
terakhir
pada
bulan
Januari
2014.
Banjir
tahun
1996
menggenangi
hampir
seluruh
penjuru
kota.
Kejadian
ini
menjadi
tragedi
nasional
dan
mendapat
perhatian
dunia.
Sedangkan
banjir
tahun
2007
dengan
cakupan
wilayah
genangan
lebih
luas.
Berulangnya
kejadian
banjir
per
lima
tahun
menyebabkan
banyak
kalangan
mempercayai
sebagai
siklus
lima
tahunan.
Kerusakan
dan
kerugian
terhadap
aset
terkena
banjir
yang
melanda
Provinsi
DKI
Jakarta,
Bogor,
Depok,
Tangerang
dan
Bekasi
(JABODETABEK)
tahun
2007,
baik
milik
pemerintah,
aset
dunia
usaha
dan
aset
masyarakat
diperkirakan
senilai
Rp.
5,16
trilyun8.
Selain
banjir,
Provinsi
DKI
Jakarta
juga
memiliki
ancaman
yang
berpotensi
bencana
seperti
cuaca
ekstrim,
gelombang
pasang/banjir
rob,
abrasi,
gempa
bumi
maupun
ancaman
bencana
non
alam
dan
sosial
seperti
konflik
sosial,
teroris,
kegagalan
teknologi,
epidemi
penyakit
serta
kebakaran
gedung
dan
pemukiman.
Risiko
bencana
di
Provinsi
DKI
Jakarta
tidak
hanya
dipengaruhi
oleh
ancaman
bencana,
tetapi
juga
7
Dokumen
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
Provinsi
DKI
Jakarta
8
BAPPENAS,
Perkiraan
kerusakan
dan
kerugian
paska
bencana
banjir
awal
februari
2007
di
wilayah
JABODETABEK,
2007,
hal.
vii
karena
kerentanan
dan
kapasitas
dalam
menghadapi
ancaman
yang
ada.
Curah
hujan
tinggi
dalam
waktu
yang
pendek
meningkatkan
tingkat
bahaya
banjir
akibat
topografi
wilayah,
daya
dukung
lingkungan
yang
semakin
menurun
maupun
kerentanan
dan
kapasitas
warga
dalam
menghadapi
ancaman
bencana.
Penurunan
permukaan
tanah
yang
diakibatkan
oleh
eksploitasi
air
yang
berlebihan
dan
pembangunan
infrastruktur
semakin
meningkatkan
ancaman
banjir
dan
meningkatkan
kerentanan
wilayah
maupun
komunitas
Provinsi
DKI
Jakarta.
Kota
Jakarta
berada
dalam
daerah
kota
delta
(delta
city)
sehingga
pengaruh
utama
tantangan
dan
kendala
daerah
delta
melalui
pengelolaan
tata
air,
analisa
resiko
bencana,
dan
perbaikan
ekosistem,
harus
menjadi
perhatian
utama
dalam
penataan
ruang.
Sebagaimana
kota-‐kota
besar
lain
di
dunia,
Provinsi
DKI
Jakarta
menghadapi
tantangan
global,
khususnya
pemanasan
global
(global
warming)
dan
perubahan
iklim
(climate
change)
yang
membutuhkan
aksi
baik
aksi
adaptasi
maupun
aksi
mitigasi
yang
perlu
dituangkan
dalam
penataan
ruang.
Dampak
perubahan
iklim
yang
saat
ini
ada,
secara
signifikan
mempengaruhi
tingkat
risiko.
Karena
selain
mempengaruhi
variabel
ancaman
bencana,
khususnya
hidrometeorologis
dan
biologis,
juga
mempengaruhi
kerentanan
dan
kapasitas
yang
ada.
Hasil
kajian
Economy
and
Environment
Program
For
Southeast
Asia
(EEPSEA)
menyebutkan
bahwa
Provinsi
DKI
Jakarta
merupakan
daerah
yang
paling
rentan
terhadap
perubahan
iklim.
Dari
530
kota
di
7
negara:
Indonesia,
Thailand,
Kamboja,
Laos,
Vietnam,
Malaysia
dan
Filipina,
Indonesia
merupakan
Negara
paling
rentan
terhadap
dampak
perubahan
iklim.
Kondisi
ini
perlu
disikapi
secara
sinergis
dalam
pemanfaatan
ruang,
lingkungan
yang
menempatkan
pengurangan
risiko
bencana
sebagai
landasan
berpikir.
Kompleksnya
penanggulangan
bencana
di
Provinsi
DKI
Jakarta
sebagai
Ibu
kota
Negara
Republik
Indonesia,
megapolitan
maupun
pusat
pertumbuhan
dan
pembangunan,
membutuhkan
peran
serta
semua
pihak
untuk
mengurangi
risiko
bencana
dan
dampak
perubahan
iklim
yang
ada.
Undang
Undang
No
24
Tahun
2007
mengenai
Penanggulangan
Bencana
mengamanatkan
adanya
paradigma
baru
dalam
penanggulangan
bencana
di
Indonesia.
Salah
satunya
adalah
menekankan
bahwa
penanggulangan
bencana
pada
dasarnya
merupakan
tanggung
jawab
semua
orang,
setiap
warga
negara,
dimana
kewajiban
masyarakat
adalah
berpartisipasi
aktif
untuk
mengurangi
risikonya
bersama-‐sama
dengan
pemerintah
dan
dunia
usaha.
Pada
kenyataannya
sudah
cukup
banyak
pelaku
penanggulangan
bencana
di
Provinsi
DKI
Jakarta,
baik
dari
kalangan
pemerintahan,
sektor
swasta
maupun
masyarakat
yang
telah
melakukan
kerja-‐kerja
kongkrit
Penanggulangan
Bencana.
Upaya
tersebut
perlu
terus
didorong
dan
dikembangkan
agar
tercapai
hasil
optimal
yang
mengarah
pada
berkurangnya
risiko
bencana
yang
ada.
Agar
upaya-‐upaya
yang
telah
ada
semakin
optimal,
dibutuhkan
sebuah
forum
yang
mampu
mewadahi
dan
menjembatani
komunikasi,
koordinasi
dalam
perspektif
pengurangan
risiko
bencana
dan
adaptasi
perubahan
iklim
di
Provinsi
DKI
Jakarta.
Lebih
lanjut,
forum
para
pelaku
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
(selanjutnya
disebut
PRB-‐API)
dapat
menjadi
kekuatan
untuk
mendorong
upaya
pengarusutamaan
PRB
dan
API
di
Provinsi
DKI
Jakarta
dalam
penyusunan
kebijakan,
perencanaan
pembangunan
maupun
mendorong
perubahan
perilaku
warga
DKI
Jakarta
dalam
menghadapi
berbagai
ancaman
bencana
dan
dampak
perubahan
iklim,
serta
mampu
mengurangi
ancaman
dan
kerentanan
yang
ada.
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
merupakan
forum
yang
dibentuk
atas
kesadaran
kritis
serta
tanggung
jawab
bersama,
pada
akhirnya
akan
menjadi
motor
penggerak
atas
kepentingan
bersama
untuk
mengurangi
risiko
bencana
dan
dampak
perubahan
iklim.
Hal
tersebut
menempatkan
PRB-‐API
sebagai
bagian
untuk
mewujudkan
kesejahateraan.
Sebagai
wadah
bersama,
forum
tersebut
akan
menyediakan
mekanisme
koordinasi
untuk
meningkatkan
kolaborasi
dan
koordinasi
berbagai
pemangku
kepentingan
melalui
proses
konsultatif
dan
partisipatif
yang
selaras
dengan
pelaksanaan
kerangka
kerja
PRB-‐API
sebagaimana
ditetapkan
kebijakan
nasional.
Berdasarkan
keyakinan
tersebut,
forum
akan
berkontribusi
dalam
pengurangan
risiko
bencana
dan
adaptasi
perubahan
iklim
yang
memungkinkan
terjadinya
pengarusutamaan
PRB-‐API
bagi
semua
pemangku
kepentingan
menuju
komunitas
yang
tanggap
dan
tangguh
menghadapi
risiko
bencana
dan
dampak
perubahan
iklim.
BAB
I
ORGANISASI
Pasal
1
Identitas
Organisasi
:
Nama,
Waktu
dan
Tempat
1. Forum
ini
bernama
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
(Forum
PRB-‐API)
–
Provinsi
DKI
Jakarta.
2. Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
secara
formal
didirikan
untuk
menjadi
Platform
Pengurangan
Risiko
Bencana
tingkat
Provinsi.
3. Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
ini
merupakan
forum
koordinasi
dan
komunikasi
antar
para
pihak
pelaku
penanggulangan
bencana
di
Provinsi
DKI
Jakarta.
4. Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
ini
dibentuk
atas
prakarsa
para
pihak
dari
tiga
pilar
dan
mitra
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
yang
terdiri
dari
unsur
pemerintah,
masyarakat,
dunia
usaha,
akademisi,
media
masa,
lembaga
swadaya
masyarakat
yang
bekerja
di
Provinsi
DKI
Jakarta.
Pasal
2
Waktu
dan
Kedudukan
Organisasi
1. Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
secara
formal
dideklarasikan
di
Jakarta
pada
tanggal
.....,
bulan
.....,
tahun
dua
ribu
empat
belas
(.................
2014).
2. Pada
waktu
didirikan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
menjadi
bagian
dari
Platform
Nasional
Pengurangan
Risiko
Bencana
(PLANAS
PRB)
Indonesia.
Pasal
3
Visi
“Terwujudnya
Ketangguhan
Masyarakat
DKI
Jakarta
Dalam
Menghadapi
Risiko
Bencana
dan
Dampak
Perubahan
Iklim”
Pasal
4
Misi
1. Membangun
komunikasi
dan
koordinasi
yang
strategis,
taktis
dan
ideologis
antar
pemangku
kepentingan
terkait
upaya-‐upaya
mengarus-‐utamakan
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
ke
dalam
pembangunan.
2. Mendorong
terwujudnya
lingkungan
yang
mendukung
pengembangan
budaya
adaptif
dan
pengurangan
risiko
bencana
melalui
upaya-‐upaya
kampanye,
advokasi
dan
peningkatan
kapasitas
para
pelaku
pemangku
kepentingan.
3. Mendorong
pengembangan
kajian
yang
relevan
untuk
memperkuat
perencanaan,
kebijakan
dan
implementasi
kegiatan
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim.
4. Mendorong
penggunaan
berbagai
perspektif
dan
aksi
yang
bersifat
multi
sektor
dan
multi
disiplin
ilmu.
5. Membangun
jejaring
komunikasi
yang
efektif
sebagai
wadah
berbagi
pengalaman
dan
pembelajaran
yang
relevan
untuk
meningkatkan
kapasitas
para
pemangku
kepentingan
dan
masyarakat.
6. Membangun
kerjasama
efektif
multi-‐pihak
dan
lintas
bidang/sektor
dalam
proses-‐proses
pembangunan
Provinsi
DKI
Jakarta
sebagai
kota
megapolitan
yang
berketahanan.
7. Memfasilitasi
mobilisasi
sumber
daya
dan
kapasitas
pemangku
kepentingan
lokal,
lembaga-‐lembaga
nasional,
regional
dan
internasional
yang
relevan.
Pasal
5
Tujuan
Umum
dan
Tujuan
Khusus
1. Tujuan
Umum
a. Mengembangkan
jejaring
kerjasama
efektif
pemangku
kepentingan
dalam
kegiatan
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
di
Provinsi
DKI
Jakarta.
b. Mengarusutamakan
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
secara
partisipatif
dalam
perencanaan,
kebijakan,
dan
program-‐
program
pembangunan
di
Provinsi
DKI
Jakarta.
c. Mensinergikan
kegiatan
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
yang
dilakukan
oleh
pemangku
kepentingan
di
Provinsi
DKI
Jakarta.
d. Mengarusutamakan
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
dalam
mekanisme
perencanaan,
dan
kebijakan
pembangunan
di
Provinsi
DKI
Jakarta.
2. Tujuan
Khusus
a. Meningkatkan
pemahaman
dan
kesadaran
pemangku
kepentingan
untuk
mendukung
upaya-‐upaya
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
yang
sinergis
dan
terintegrasi
dengan
mandat,
tugas
dan
fungsi
masing-‐masing.
b. Membangun
jejaring
kemitraan
antar
pemangku
kepentingan
baik
di
tingkat
akar
rumput
sampai
tingkat
global
untuk
mendukung
upaya-‐upaya
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
yang
memiliki
sumber
daya
lebih
baik,
efektif,
dan
terpadu.
c. Meningkatkan
partisipasi
aktif
para
pemangku
kepentingan
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
di
Provinsi
DKI
Jakarta
baik
dari
unsur
pemerintah,
masyarakat
dan
dunia
usaha.
d. Mewujudkan
lingkungan
yang
mendukung
para
pemangku
kepentingan
untuk
saling
bertukar
informasi,
data,
pengalaman,
petikan
pembelajaran
atau
hikmah
pembelajaran
dan
praktek-‐praktek
terbaik
dalam
mengarusutamakan
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
ke
dalam
pembangunan
yang
berkelanjutan.
Pasal
6
Sifat
Forum
PRB
Provinsi
DKI
Jakarta
bersifat
nirlaba,
independen,
profesional,
menghargai
potensi
dan
budaya
lokal
serta
terbuka
kesempatan
untuk
membangun
kerja
sama
dengan
para
pemangku
kepentingan
sesuai
dengan
visi,
misi
dan
tujuan
forum.
Pasal
7
Peran
dan
Fungsi
1. Sebagai
wadah
konsultasi
daerah
dalam
membangun
pemahaman
dan
pengembangan
upaya
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
bagi
para
pemangku
kepentingan
di
Provinsi
DKI
Jakarta.
2. Sebagai
wadah
untuk
meningkatkan
kolaborasi
dan
koordinasi
para
pemangku
kepentingan
untuk
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim.
3. Sebagai
wadah
untuk
memobilisasir
sumber
daya
dan
kapasitas
pemangku
kepentingan
lokal,
lembaga
nasional
dan
internasional
untuk
mendukung
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
di
Provinsi
DKI
Jakarta.
4. Sebagai
fasilitator
integrasi
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
ke
dalam
kebijakan,
perencanaan
dan
program
daerah
di
berbagai
sector.
5. Sebagai
wadah
untuk
mendorong
dan
memfasilitasi
penguatan
kapasitas
para
pemangku
kepentingan
untuk
menangani
masalah-‐masalah
sosial,
ekonomi
dan
lingkungan
terkait
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
berbasis
komunitas.
6. Sebagai
wadah
para
pemangku
kepentingan
melakukan
fungsi
monitoring
dan
evalauasi
kegiatan-‐kegiatan
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
di
DKI
Jakarta.
7. Sebagai
wadah
advokasi
terhadap
proses-‐proses
Pengurangan
Risiko
Bencana
dan
Adaptasi
Perubahan
Iklim
yang
telah
dilaksanakan
oleh
para
pemangku
kepentingan.
Pasal
8
Prinsip
-‐
Prinsip
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
menerapkan
prinsip-‐prinsip,
antara
lain
sebagai
berikut
:
1. Cepat
dan
tepat;
2. Prioritas;
3. Koordinasi
dan
keterpaduan;
4. Berdaya
guna
dan
berhasil
guna;
5. Transparansi
dan
akuntabilitas;
6. Kemitraan;
7. Pemberdayaan;
8. Non
diskriminatif;
dan
9. Non
proletisi
Pasal
9
Ruang
Lingkup
Kegiatan
1. Ruang
Lingkup
Kegiatan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
memiliki
ruang
lingkup
kegiatan
sebagai
berikut
:
a. Pengurangan
risiko
bencana,
b. Adaptasi
Perubahan
Iklim,
dan
c. Pembangunan
berkelanjutan.
2. Kegiatan-‐
Kegiatan
Forum
a. Mendorong
dan
mengembangkan
integrasi
pengurangan
risiko
bencana
dan
adaptasi
perubahan
iklim,
b. Mendorong
terbangunnya
akses
data-‐informasi
untuk
pengurangan
risiko
bencana
dan
adaptasi
perubahan
iklim,
c. Mengelola
kegiatan
koordinasi
dan
berbagi
data/informasi
antar
pihak
dalam
melaksanakan
kegiatan
pengurangan
risiko
bencana
dan
adaptasi
perubahan
iklim,
d. Mendokumentasikan
pengalaman,
petikan
pembelajaran
dan
praktek
terbaik,
e. Mengidentifikasi
kecenderungan,
kesenjangan,
permasalahan
dan
tantangan
serta
bidang
prioritas
pengurangan
risiko
bencana
dan
adaptasi
perubahan
iklim,
f. Meningkatkan
kapasitas
para
pihak
dan
pemangku
kepentingan
dalam
analisa
sistem
pengurangan
risiko
bencana
dan
adaptasi
perubahan
iklim
dan
kebijakan
pemerintah
daerah
yang
terkait
secara
menyeluruh,
g. Mendorong
proses
penyusunan
kebijakan
peraturan
perundangan
yang
berpespektif
pengurangan
risiko
bencana
dan
adaptasi
perubahan
iklim,
h. Menyusun
rencana
kerja
yang
berorientasi
hasil
dan
selaras
dengan
kerangka
kerja
aksi
PRB
yang
disepakati
secara
nasional,
i. Mengkoordinasikan
upaya
bersama
antar
anggota
untuk
pengurangan
risiko
bencana
dan
adaptasi
perubahan
iklim,
j. Memantau,
mencatat
dan
melaporkan
aksi-‐aksi
di
daerah
sejalan
dengan
kerangka
kerja
aksi
pengurangan
risiko
bencana
dan
adaptasi
perubahan
iklim
yang
disepakati,
k. Berperan
dalam
kegiatan
pendidikan
pengurangan
risiko
bencana
dan
adaptasi
perubahan
iklim,
serta
peningkatan
kapasitas
dan
pemberdayaan
masyarakat.
BAB
II
UNSUR-‐UNSUR
ORGANISASI
DAN
KEANGGOTAAN
Pasal
10
Unsur
–
Unsur
Organisasi
Unsur-‐unsur
organisasi
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
adalah
sebagai
berikut:
1. Anggota
:
lembaga/institusi/organisasi/kelompok/perorangan
yang
menyatakan
diri
secara
tertulis
menjadi
anggota
tanpa
batas
waktu
serta
memenuhi
kewajiban
sebagai
anggota.
2. Mitra
:
lembaga/institusi/organisasi/kelompok/perorangan
baik
lokal,
nasional
maupun
internasional
yang
memiliki
kesamaan
visi
dan
misinya
dalam
pengurangan
risiko
bencana
dan
adaptasi
perubahan
iklim
mempunyai
komitmen
untuk
bekerjasama
dengan
menjunjung
prinsip-‐prinsip
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta.
3. Sekretariat
:
fasilitas
berupa
ruang,
administrasi
dan
logistik
yang
disediakan
untuk
mendukung
pelaksanaan
harian
terkait
dengan
administrasi,
keuangan,
mupun
program,
dengan
keikutsertaan
dan
kontribusi
sukarela
dari
unsur-‐unsur
organisasi
yang
lain.
Pasal
11
Unsur
dan
Syarat
Keanggotaan
1. Unsur
Keanggotaan
Keanggotaan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
terdiri
dari
3
(tiga)
pilar,
meliputi
:
a. Pemerintah
:
Eksekutif
(birokrat),
Yudikatif
dan
Legislatif
(parlemen),
TNI,
POLRI,
b. Masyarakat
:
Perguruan
Tinggi,
Organisasi
Masyarakat,
Lembaga
Swadaya
Masyarakat,
Media
Massa,
dan
Organisasi
Profesi,
c. Lembaga
Usaha.
2. Syarat
keanggotaan
Syarat
keanggotaan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
sebagai
berikut
:
a. Anggota
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
adalah
para
pemangku
kepentingan
yang
mendukung
upaya-‐upaya
pengurangan
risiko
bencana
dan
adaptasi
perubahan
iklim
di
wilayah
Provinsi
DKI
Jakarta.
b. Keanggotaan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
dapat
diperoleh
dengan
mengajukan
permohonan
keanggotaan
dan
diproses
sesuai
mekanisme
yang
telah
ditetapkan.
c. Keanggotaan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
dapat
berupa
keanggotaan
oragnisasi/
lembaga.
d. Keanggotaan
ditetapkan
oleh
dewan
pengurus
setelah
mendapatkan
rekomendasi/
referensi
dari
3
(tiga)
anggota
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta.
e. Keanggotaan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
tidak
dibatasi
waktu
kecuali
melanggar
prinsip-‐aturan
dasar
atau
mengundurkan
diri.
f. Setiap
anggoata
memiliki
hak
dan
kewajiban
yang
akan
diatur
lebih
lanjut
dalam
Peratuan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta.
BAB
III
STRUKTUR
ORGANISASI,
PERUBAHAN
STATUTA
DAN
PERATURAN
PERALIHAN
Pasal
12
Struktur
Organisasi
1. Dewan
Kehormatan
:
a. Institusi
pengurus
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
baik
dari
unsur
pemerintah,
masyarakat
dan
dunia
usaha
dapat
bertindak
sebagai
penasehat
serta
memfasilitasi
penyelesaian
masalah/persengketaan
antar
unsur
forum
dan/atau
di
dalam
institusi
Dewan
Pengurus.
b. Terdiri
atas
5
(lima)
individu
perseorangan
yang
memiliki
kapasitas
kepemimpinan
di
level
Provinsi
DKI
Jakarta,
atau
mewakili
golongan
tertentu
yang
dianggap
belum
terwakili
kepentingannya
di
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta.
c. Peran
dan
fungsi
dewan
kehormatan
diatur
lebih
lanjut
dalam
peraturan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta.
2. Dewan
Pengurus
:
a. Institusi
pengurus
dengan
mekanisme
kepemimpinan
kolektif
yang
terdiri
atas
5
(lima)
individu
perseorangan
dengan
mandat
organisasi
anggota
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
berdasarkan
musyawarah
dan
mufakat.
b. Presidium
dipimpin
oleh
seorang
Ketua.
c. Tugas
dan
Fungsi
Presidum
adalah
mengkoordinasikan
pelaksanaan
program
dan
bertanggung
jawab
atas
pencapaian
tujuan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta.
3. Untuk
menjalankan
urusan
harian,
maka
Presidium
membentuk
pelaksana
kesekretariatan
yang
dipimpin
oleh
seorang
Sekretaris
Jenderal
Forum-‐API
PRB
Provinsi
DKI
Jakarta.
Peran
dan
fungsi
Sekjen
diatur
lebih
lanjut
dalam
Peraturan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta.
4. Guna
membantu
tugas
kesekretariatan,
maka
Sekretaris
Jenderal
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
dibantu
oleh
ketua-‐ketua
bidang
dan
beberapa
anggota
sebagai
berikut
:
a. Bidang
1:
Pengembangan
Kapasitas
dan
Manajemen
Pengetahuan
b. Bidang
2:
Advokasi
c. Bidang
3:
Informasi
dan
Komunikasi
d. Bidang
4:
Partisipasi
dan
Pelembagaan
e. Bidang
5:
Pengembangan
Organisasi
Pasal
13
Masa
Kepengurusan
Periode
Kepengurusan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
adalah
3
(tiga)
tahun
dan
setelah
itu
dapat
dipilih
kembali
dalam
periode
kepengurusan
berikutnya.
Pasal
14
Pemberhentian
Pengurus
1. Pengurus
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
dapat
berhenti
apabila
:
a. Meninggal
Dunia
b. Mengundurkan
diri
c. Diberhentikan
2. Pemberhentian
oleh
Dewan
Pengurus
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
dilakukan
melalui
Musyawarah
Dewan
Kehormatan
yang
dihadiri
oleh
mayoritas
pimpinan
kolektif
(Presidium).
Pasal
15
Mekanisme
Pengambilan
Keputusan
1. Kongres
adalah
mekanisme
pengambilan
keputusan
tertinggi
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
yang
dilaksanakan
setiap
3
tahun
sekali.
2. Rapat
pengurus
adalah
mekanisme
pengambilan
keputusan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
yang
melibatkan
dewan
kehormatan
dan
dewan
pengurus
setiap
6
bulan.
3. Rapat
Dewan
Pengurus
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
yang
dilaksanakan
sesuai
dengan
kebutuhan.
Pasal
16
Tata
Urutan
Peraturan
dan/atau
Keputusan
Tata
urutan
peraturan
dan/atau
keputusan
yang
berlaku
di
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
adalah
sebagai
berikut
:
1. Statuta
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
2. Kode
Etik
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
3. Peraturan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
4. Keputusan
Dewan
Pengurus
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
Pasal
17
Keuangan
Keuangan
atau
pendanaan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
terdiri-‐dari:
1. Sumbangan
atau
hibah
yang
dapat
berupa
dana/jasa/fasilitas
yang
diperoleh
dari
para
pemangku
kepentingan
dan
bersifat
tidak
mengikat.
2. Dana
hasil
kegiatan
Forum
PRB-‐API
DKI
Jakarta
berupa
uang
atau
materi
yang
dapat
diuangkan
dengan
menggunakan
fasilitas
anggota
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta.
3. Iuran
anggota
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta.
4. Mekanisme
dan
ketentuan
jumlah
iuran
anggota
diatur
lebih
lanjut
dalam
peraturan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta.
Pasal
18
Perubahan
Statuta
Statuta
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
hanya
dapat
diubah
dalam
Kongres
Anggota
sebagai
forum
tertinggi
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta.
Pasal
19
Peraturan
Peralihan
1. Segala
peraturan
dan/atau
keputusan
yang
ada
masih
tetap
berlaku
selama
belum
diadakan
perubahan
menurut
statuta
ini.
2. Dalam
tenggang
waktu
3
(tiga)
tahun
atau
1
masa
periode
kepengurusan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
sejak
disahkannya
statuta
ini,
segala
peraturan
dan/atau
keputusan
sudah
disesuaikan
dengan
ketentuan
sebagaimana
diatur
dalam
statuta.
BAB
IV
PENUTUP
Pasal
20
Statuta
ini
mulai
berlaku
dan
mengikat
bagi
seluruh
anggota
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta
sejak
tanggal
ditetapkan
dan
disahkan
dalam
Kongres
dan
Deklarasi
Pembentukan
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta.
Hal-‐hal
yang
tidak
atau
belum
cukup
diatur
dalam
statuta
ini
akan
diatur
dan
ditetapkan
oleh
Rapat
Umum
Tahunan
Anggota
Forum
PRB-‐API
Provinsi
DKI
Jakarta.
Lampiran
4
;
Contoh
Statuta
Forum
PRB
Nusa
Tenggara
Timur
9
STATUTA
FORUM
PENGURANGAN
RISIKO
BENCANA
NUSA
TENGGARA
TIMUR
(FPRB
–
NTT)
A. LATAR
BELAKANG
2006
Total
Kejadian
2007
2008
2009
2010
9
Dokumen
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
Provinsi
Nusa
Tenggara
Timur
Untuk
itu
yang
dapat
kita
lakukan
adalah
bagaimana
mengintegrasikan
pengurangan
risiko
menjadi
prasyarat
dalam
keseluruhan
proses
pembangunan
di
NTT
.
Menyadari
akan
kondisi
bencana
yang
selalu
terjadi
setiap
tahun
,
tentu
dibutuhkan
regulasi
dan
komitmen
semua
pihak
untuk
terus
melakukan
upaya
mengurangi
risiko
yang
timbul.
Pemerintah
Daerah
Provinsi
NTT,
menyadari
dan
terus
berupaya
untuk
Mengurangi
dampak
buruk
yang
ditimbulkan
oleh
bencana.
Bentuk
tanggung
jawab
pemerintah
daerah
NTT
dengan
telah
menghadirkan
Peraturan
Daerah
(Perda
)
penyelenggaraan
Penanggulangan
Bencana
No.16
tahun
2008.
Selain
itu
Pemerintah
Provinsi
NTT
juga
telah
menetapkan
isue
bencana
masuk
dalam
Rencana
Pembangunan
Jangka
menengah
Daerah
(RPJMD)
2014
–
2018
yaitu
misi
kedelapan.
Dalam
Misi
kedelapan
RPJMD
NTT,
pemerintah
daerah
provinsi
NTT
berupaya
untuk
mempercepat
Penanggulangan
Kemiskinan
,Bencana
dan
pengembangan
kawasan
perbatasan.
Upaya
–
upaya
yang
telah
dan
akan
dilaksanakan
dalam
proses
pembangunan
di
NTT
perlu
mendapat
dukungan
dari
seluruh
komponen
masyarakat
di
NTT.
Bentuk
tanggung
jawab
tersebut
perlu
diimplementasikan
dalam
aksi
nyata
,
terutama
turut
serta
mengambil
bagian
dalam
pengurangan
risiko
bencana
di
NTT
sesuai
bidang
kerja
masing
masing.
Berdasarkan
amanat
undang
–
undang
24
tahun
2007
dan
Perda
Penyelenggaraan
Penanggulangan
bencana
di
NTT
menegaskan
bahwa
tanggung
jawab
dalam
penyelenggaraan
penanggulangan
bencana
menjadi
tanggung
jawab
pemerintah
,
masyarakat
dan
dunia
usaha.
Untuk
mewujudkan
Bentuk
kerjasama
multi
pihak
tersebut
,
perlu
dibentuk
sebuah
wadah
koordinasi,komunikasi
dan
monitoring
evaluasi
berbagai
kegiatan
pembangunan
di
NTT.
Karena
itu,
pembentukan
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
(FPRB)
di
NTT
adalah
sesuatu
yang
niscaya
agar
kerja-‐kerja
pengurangan
risiko
bencana
lebih
terpadu,
terkoordinasi,
terarah
dan
berhasil
guna.
B. BENTUK
1. Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
adalah
lembaga
independent
yang
bekerja
untuk
mencapai
tujuan
bersama
forum.
2. Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
merupakan
wadah
bersama
yang
terdiri
dari
unsur
Pemerintah
,Masyarakat
dan
Dunia
usaha
yang
mendukung
upaya-‐upaya
pengurangan
risiko
bencana
di
Provinsi
Nusa
Tenggara
Timur.
C. NAMA
DAN
TEMPAT
1. Nama
Forum
adalah
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
(PRB)
NTT
secara
formal
didirikan
untuk
menjadi
platform
PRB
Provinsi.
2. Forum
PRB
NTT
berkedudukan
di
Kupang,
Ibu
Kota
Provinsi
Nusa
Tenggara
Timur
3. Sekretariat
Forum
PRB
–
NTT
bertempat
di
BPBD-‐NTT,
Jl.
Teratai
no.11
Kota
Kupang.
D. VISI
DAN
MISI
1. VISI
“Masyarakat
NTT
Hidup
Dalam
Kondisi
Aman
Bencana.”
2. MISI
a. Mendorong
masyarakat
untuk
sensitive
terhadap
risiko
bencana
melalui
advokasi
serta
penumbuhan
kesadaran
dan
pengetahuan
tentang
pengurangan
risiko
bencana.
b. Mengkoordinasikan
upaya
pengarusutamaan
pengurangan
risiko
bencana
ke
dalam
perumusan
kebijakan
publik.
c. Menggerakkan
sumber
daya
dan
kapasitas
semua
pemangku
kepentingan
baik
lokal,
regional,
nasional,
maupun
internasional.
E. TUJUAN
:
Mengkoordinasi
kegiatan
pengurangan
risiko
bencana
yang
dilakukan
oleh
semua
pemangku
kepentingan
di
Provinsi
NTT.
F. PRINSIP
1. Partisipasi
2. Kesetiakawanan
3. Solidaritas
4. Kesukarelaan
5. Terbuka
6. Toleransi
7. Kesetaraan
8. Non-‐diskriminatif
9. Komitmen
G. KEDUDUKAN
DAN
FUNGSI
1. KEDUDUKAN
1.1 Forum
PRB
NTT
memiliki
hubungan
koordinasi
dengan
BPBD-‐NTT
sebagai
mitra
strategis
dalam
Pengurangan
Risiko
Bencana
1.2 Forum
PRB
NTT
memiliki
hubungan
konsultatif
dengan
Planas
dan
hubungan
koordinasi
dengan
Forum
PRB
kabupaten
/
Kota
1.3 Forum
PRB
bertanggung
jawab
kepada
anggota
forum
itu
sendiri
melalui
mekanisme
pengambilan
keputusan.
2. FUNGSI
2.1 Memfasilitasi
penyusunan
dan
pengembangan
sistem
pengurangan
risiko
bencana,
khususnya
Rencana
Penanggulangan
bencana
dan
Rencana
Aksi
Daerah
Pengurangan
Risiko
Bencana
yang
selaras
dengan
Rencana
Aksi
Nasional
Pengurangan
Risiko
Bencana.
2.2 Mengkoordinasi
berbagai
pemangku
kepentingan
untuk
keberlanjutan
aktivitas-‐aktivitas
PRB
di
Provinsi
NTT.
2.3 Memonitor
dan
mengevaluasi
pelaksanaan
kegiatan-‐kegiatan
pengurangan
risiko
bencana.
2.4 Membangun
konsensus
para
pihak
atau
pemangku
kepentingan.
H. RUANG
LINGKUP
DAN
KEGIATAN
1. Ruang
Lingkup
Kegiatan
Forum
PRB
Provinsi
NTT
mempunyai
ruang
lingkup
kegiatan
yaitu:
a. Memfasilitasi
pendokumentasian
Pengalaman
dan
Praktek
terbaik
Pengurangan
risiko
bencana
yang
dilaksanakan
oleh
anggota
Forum
b. Memfasilitasi
Penyusunan
Rencana
Kerja
Forum
PRB
NTT
c. Memberikan
pertimbangan
berupa
rekomendasi
kepada
Pemerintah
Daerah
,Masyarakat
dan
dunia
usaha
terkait
pelaksanaan
Pengurangan
Risiko
Bencana
2. Kegiatan
-‐
Kegiatan
Forum
Kegiatan
Forum
mencakup
tiga
bidang
utama
yaitu
sebelum
bencana,
saat
tanggap
darurat
dan
pasca
bencana.
I. ORGANISASI
FORUM
Organisasi
Forum
terdiri
dari:
1.
Penasehat
a. Penasehat
adalah
individu
atau
perseorangan
yang
memiliki
kapasitas
kepemimpinan
dan
integritas
kepribadian
yang
baik
berjumlah
5
(lima)
orang.
b. Penasehat
memberikan
nasehat
dan
memfasilitasi
penyelesaian
sengketa
di
dalam
Forum
dan
badan
pengurus.
2.
Badan
Pengurus
a. Badan
pengurus
adalah
individu
atau
perseorangan
yang
menerima
mandat
forum
untuk
menjalankan
kepemimpinan
secara
kolektif
–
kolegial.
b. Badan
pengurus
berjumlah
sekurang-‐kurangnya
8
(Delapan)
orang
yang
terdiri
dari
seorang
Ketua,Wakil
Ketua,Sekretaris
,Bendahara
dan
empat
orang
koordinator
bidang
masing-‐masing:
1) Koordinator
bidang
Advokasi,
Regulasi
dan
Kebijakan,
2) Koordinator
bidang
Pengembangan
kapasitas
dan
manajemen
pengetahuan,
3) Koordinator
bidang
Partisipasi
dan
pelembagaan
4) Koordinator
bidang
Pengembangan
Organisasi
c. Masa
jabatan
Badan
Pengurus
selama
5
(lima)
tahun
dan
dapat
dipilih
kembali
dalam
musyawarah
Forum.
d. Badan
Pengurus
Forum
berwewenang
membentuk
manajemen
sekretariat.
3.
Anggota:
Anggota
Forum
terdiri
dari
lembaga/institusi/organisasi/kelompok/individu
yang
menyatakan
kesediaan
menjadi
anggota.
4. STRUKTUR
FORUM
PRB
PROVINSI
NTT
Pelindung/Penasehat
Ketua
Wakil
Ketua
I
dan
Sekretariat
Bidang
I
Bidang
II
Bidang
III
Bidang
IV
Advokasi,
Pengembangan
Partisipasi
dan
Pengembangan
Regulasi
dan
Kapasitas
dan
Pelembagaan
Organisasi
Kebijakan
5. Uraian
Tugas
Manajemen
5.1. Pelindung
/
Penasihat
a. Mengayomi
seluruh
unsur
dalam
satuan
organisasi
Badan
Pengurus
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
Nusa
Tenggara
Timur
b. Membina,
mengembangkan
dan
mendorong
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
berjalan
efektif
dan
efisien;
c. Memberikan
saran
/
masukan
baik
berupa
arahan
maupun
nasehat
dalam
mengkoordinasikan,mengintegrasikan,
mengsinkronisasikan
seluruh
unsur
satuan
organisasi
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
Di
Nusa
Tenggara
Timur
d. Melakukan
pertemuan
atau
rapat
koordinasi
FPRB
sekali
dalam
setahun
untuk
mendapatkan
masukan
dari
pengurus
forum
e. Memberikan
masukan
–
masukan
terhadap
pelaksanaan
program
Forum
.
f. Melakukan
rapat-‐rapat
khusus,
tentang
isue
–
isue
terkini
5.2.
Ketua
Memimpin
dan
mengkoordinir
Anggota
Badan
Pengurus
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
dalam
:
1. Membuat
rencana
kerja
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana.
2. Mengembangkan
jejaring
kerja
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
dengan
pihak
luar.
3. Berkoordinasi
dengan
para
Mitra
kerja.
4. Mengkoordinasikan
kegiatan
Badan
Pengurus
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
melalui
pertemuan
–
pertemuan
rutin
maupun
insidentil.
5. Bertanggung
jawab
atas
kelancaran
seluruh
kegiatan
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
Nusa
Tenggara
Timur.
6. Bersama
–
sama
Anggota
Badan
Pengurus
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
Nusa
Tenggara
Timur
melakukan
monitoring
dan
evaluasi.
7. Membuat
laporan
berkala.
8. Bersama
–
sama
Anggota
Badan
Pengurus
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
Nusa
Tenggara
Timur
mengembangkan
perangkat
kerja
seperti
peraturan
teknis,pembagian
kerja,mekanisme
kerja,perpaduan
kegiatan
dan
lain
–
lain.
5.3. Wakil
Ketua
I
Mewakili
ketua
dalam
mengorganisir
Bidang
I
(Advokasi,
Regulasi
dan
Kebijakan)
dan
Bidang
II
(Pengembangan
Kapasitas
Dan
Manajemen
Pengetahuan),
dalam
Hal:
1. Membuat
Rencana
Kerja
Bidang
I
dan
Bidang
II;
2. Mengembangkan
jejaring
kerja
sama
Bidang
I
dan
Bidang
II
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
dengan
pihak
luar;
3. Berkoordinasi
dengan
para
mitra
kerja
Bidang
I
dan
Bidang
II
;
4. Mengkoordinasikan
kegiatan
Badan
Pengurus
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
melalui
pertemuan-‐pertemuan
rutin
maupun
insidentil
Bidang
I
dan
Bidang
II;
5. Bertanggung
jawab
atas
kelancaran
seluruh
kegiatan
Bidang
I
dan
Bidang
II
;
6. Bersama
Anggota
Bidang
I
dan
Bidang
II
melakukan
monitoring
dan
evaluasi
kegiatan
Bidang
I
dan
Bidang
II
7. Membuat
laporan
berkala
Bidang
I
dan
Bidang
II
8. Bersama
bidang
I
dan
II
mengembangkan
perangkat
kerja
seperti
peraturan
teknis,
pembagian
kerja,
mekanisme
kerja,
perpaduan
kegiatan
dan
lain-‐lain;
5.4. Wakil
Ketua
II
1. Mewakili
ketua
dalam
mengorganisir
bidang
III
(Partisipasi
dan
Pelembagaan)
dan
nidang
IV
(pengembangan
organisasi),
dalam
hal
:
2. Membuat
Rencana
Kerja
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
Mengorganisir
Bidang
III
(Partisipasi
dan
Pelembagaan)
dan
Bidang
IV
(Pengembangan
Organisasi);
3. Mengembangkan
Jejaring
Kerja
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
Dengan
Pihak
Luar
Mengorganisir
Bidang
III
(Partisipasi
dan
Pelembagaan)
dan
Bidang
IV
(Pengembangan
Organisasi);
4. Berkoordinasi
Dengan
Para
Mitra
Kerja
Mengorganisir
Bidang
III
(Partisipasi
dan
Pelembagaan)
dan
Bidang
IV
(Pengembangan
Organisasi);
5. Mengkoordinasikan
Kegiatan
Badan
Pengurus
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
melelui
pertemuan
–
pertemuan
rutin
maupun
insidentil
mengorganisir
Bidang
III
(Partisipasi
dan
Pelembagaan)
dan
Bidang
IV
(Pengembangan
Organisasi);
6. Bertanggung
Jawab
Atas
Seluruh
Kegiatan
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
Nusa
Tenggara
Timur
Bidang
III
(Partisipasi
dan
Pelembagaan)
dan
Bidang
IV
(Pengembangan
Organisasi);
7. Bersama
–
Sama
Anggota
Badan
Pengurus
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
Nusa
Tenggara
Timur
melakukan
monitoring
dan
evaluasi
mengorganisir
Bidang
III
(Partisipasi
dan
Pelembagaan)
dan
Bidang
IV
(Pengembangan
Organisasi);
8. Membuat
Laporan
Berkala
Mengorganisir
Bidang
III
(Partisipasi
dan
Pelembagaan)
dan
Bidang
IV
(Pengembangan
Organisasi);
9. Bersama
–
Sama
Anggota
Badan
Pengurus
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
Nusa
Tenggara
Timur
mengembangkan
perangkat
kerja
seperti
peraturan
teknis,
pembagian
kerja
,
mekanisme
kerja,
perpaduan
kegiatan
dan
lain
-‐
lain
mengorganisir
Bidang
III
(Partisipasi
dan
Pelembagaan)
dan
Bidang
IV
(Pengembangan
Organisasi);
5.5. Sekretariat
1. Membuat
rencana
kerja
di
bidang
kesekretariatan
badan
pengurus
forum
pengurangan
resiko;
2. Mengembangkan
mekanisme
penatausahaan
Badan
Pengurus
Forum
pengurangan
resiko
bencana
;
3. Membantu
ketua
dalam
pengelolaan
administrasi
dan
Aset
Badan
Pengurus
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana;
4. Mengembangkan
mekanisme
pengelolaan
keuangan
Badan
Pengurus
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana;
5. Memastikan
tertibnya
pembukuan
uang
masuk
dan
keluar
Badan
Pengurus
Forum
Pengurangan
Resiko
Bencana
sesuai
kaidah-‐
kaidah
yang
di
sepakati;
6. Membuat
Laporan
Keuangan
secara
rutin
kepada
Ketua;
7. Menghimpun
dan
mengelola
data
Organisasi
dan
program
untuk
di
laporkan
secara
rutin
kepada
ketua.
5.6. Koordinator
Bidang
5.6.1
Bidang
advokasi,Regulasi
dan
Kebijakan
a. Menyusun
rencana
strategis
advokasi,
pengawalan,
pengembangan
dan
evaluasi
terhadap
perencanaan
pembanguann
yang
berperspektif
PRB
b. Melakukan
pengawalan
dan
pengkajian
terhadap
regulasi
dalam
usaha
PRB
di
Provinsi
NTT
c. Melakukan
pengawalan,
pengkajian
serta
turut
mendorong
kebijakan
dalam
usaha
PRB
di
Provinsi
NTT
5.6.2 Bidang
Pengembangan
Kapasitas
dan
Manajemen
Pengetahuan
a. Memastikan
peningkatan
kapasitas
pemerintah,
masyarakat
dan
dunia
usaha
b. Mengelola
dokumentasi
kegiatan
penyelenggaraan
penanggulangan
bencana
untuk
menghasilkan
dokumen
pembelajaran
(Kegiatan
Harian
Sekretariat)
c. Merancang
SOP
sesuai
prinsip-‐prinsip
PRB
pada
kegiatan
tanggap
darurat/rehabilitasi
dan
rekonstruksi
d. Pengembangan
Database
PRB
di
Forum
PRB
(Kegiatan
Harian
Sekretariat)
e. Mendorong
dan
memastikan
adanya
penelitian
–
penelitian
yang
berkaitan
dengan
PRB
f. Mendokumentasikan
dan
mempublikasikan
praktek
–
praktek
terbaik
PRB
g. Sebagai
salah
satu
pusat
pembelajaran
PRB
5.6.3 Bidang
Partisipasi
dan
Pelembagaan
a. Mengembangkan
wahana
belajar
bersama
pemerintah,
masyrakat
dan
dunia
usaha
b. Mengembangkan
mekanisme
“internalisasi”
PRB
c. Memastikan
pengembangan
kelembagaan
organisasi
masyarakat
dana
kelompok
rentan
terkait
PRB
d. Penyusunan
code
etik
untuk
mengatur
rumah
tangga
organsasi
e. Memastikan
keterlibatan
anggota
FPRB
di
dalam
forum
SKPD
Provinsi
NTT
f. Publikasi
Direktori
Forum
PRB
g. Pengembangan
jaringan
dengan
platform-‐platform
tingkat
nasional
(PRB,
Tematik,
dsb)
h. Mengembangkan
jejaring
informasi
didalam
dan
diluar
forum
5.6.4 Bidang
Pengembangan
Organisasi
a. Merencanakan,
mengembangkan
dan
mengimplementasikan
strategi
pengembangan
Forum
b. Menetapkan
dan
memelihara
sistem
yang
sesuai
untuk
mengukur
aspek-‐aspek
penting
kinerja
Forum
c. Memonitor,
mengukur
dan
melaporkan
tentang
rencana-‐
rencana
pengembangan
Forum
dan
pencapaiannya
di
dalam
bentuk-‐bentuk
/
format
dan
rentang
waktu
yang
telah
disetujui
d. Mengelola
dan
mengendalikan
pembelanjaan
per
bidang
sesuai
rencana
kegiatan
yang
sudah
disetujui
e. Bertindak
sebagai
penghubung
dengan
organisasi
lain
dalam
pengembangan
Forum
,
dan
untuk
memastikan
pihak
Luar
telah
mendapatkan
informasi
yang
tepat
tentang
sasaran,
tujuan
/
obyektif
dan
pencapaian-‐pencapaian
dari
pengembangan
Forum
J. MEKANISME
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
a. Musyawarah
Forum
adalah
mekanisme
pengambilan
keputusan
tertinggi
yang
dilaksanakan
5
(lima)
tahun
sekali.
b. Rapat
Forum
adalah
mekanisme
pengambilan
keputusan
yang
diselenggarakan
oleh
Badan
Pengurus
mimimal
1
(satu)
kali
dalam
setahun
dan
dihadiri
oleh
Badan
Penasehat.
c. Rapat
Harian
Badan
Pengurus
adalah
mekanisme
pengambilan
keputusan
yang
didahului
dengan
rapat
–
rapat
bidang
1.
TATA
URUTAN
PERATURAN
FORUM
Tata
urutan
peraturan
Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
Provinsi
NTT
adalah
sebagai
berikut:
a. Statuta
Forum.
b. Peraturan
Forum.
c. Keputusan
Badan
Pengurus.
2.
PERUBAHAN
STATUTA
Statuta
hanya
dapat
diubah
melalui
Musyawarah
Forum.
3.
ATURAN
PERALIHAN
a. Segala
peraturan
dan/atau
keputusan
yang
ada
masih
tetap
berlaku
selama
belum
diadakan
perubahan
menurut
statuta
ini.
b. Dalam
tenggang
waktu
1
(satu)
tahun
sejak
disyahkannya
statuta
ini,
segala
peraturan
dan/atau
keputusan
sudah
disesuaikan
dengan
ketentuan
sebagaimana
diatur
dalam
statuta.
K. PENUTUP
1. Hal-‐hal
yang
belum
diatur
dalam
statuta
ini
akan
diatur
di
kemudian
hari
sesuai
kebutuhan
forum.
2. Untuk
pertama
kalinya,
statuta
ini
mulai
berlaku
sejak
tanggal
disahkan.
Disahkan
di
Kupang,
Pada
tanggal
25
Maret
2014