RUMUSAN/RANCANGAN
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR :
/HUK/2011
TENTANG
PEDOMAN UMUM TARUNA SIAGA BENCANA
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA :
Menimbang
:
bahwa Taruna Siaga Bencana merupakan relawan berasal dari masyarakat dalam
penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial; bahwa Taruna Siaga Bencana sebagai
modal strategis berbasis masyarakat dalam kerangka sistem penanggulangan bencana nasional ;
bahwa perkembangan kuantitas dan kualitas anggota Taruna Siaga Bencana yang semakin
meningkat memerlukan pengelolaan lebih baik dan profesional di dalam pengaturan maupun
pelaksanaan tugas penanggulangan bencana; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial RI tentang
Pedoman Umum Taruna Siaga Bencana.
Mengingat
(disempurnakan oleh legal drafter team)
:
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara
Tahun 1985 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3298); Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana ........; Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tetang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4723); Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial ((Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4967); Keputusan Presiden RI Nomor ... Tahun 2009 tentang Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2; Peraturan Presiden RI Nomor 4 Tahun 2009, tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; Peraturan Presiden Nomor .... Tahun 2011
tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia; Peraturan
Menteri Sosial Nomor 82 Tahun 2006 Tentang Taruna Siaga Bencana (TAGANA); Peraturan
Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI;
Dunia usaha ....
Memperhatikan
:
Hasil Rekomendasi Forum Nasional Taruna Siaga Bencana Tahun 2009 di Bogor dan Tahun
2010 di Bandung.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
:
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN UMUM
TARUNA SIAGA BENCANA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
Taruna Siaga Bencana selanjutnya di singkat TAGANA adalah wadah relawan berasal dari
masyarakat yang memiliki kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana bidang
perlindungan sosial; Anggota TAGANA adalah seluruh warga negara Indonesia pria dan wanita
yang berusia 18 tahun keatas dan telah mengikuti pelatihan Dasar TAGANA; Forum Koordinasi
TAGANA adalah wadah kelembagaan tempat tukar informasi, pengalaman, serta koordinasi
kegiatan antar anggota TAGANA.
BAB II
AZAS, MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
TAGANA berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 3
TAGANA dibentuk dengan maksud untuk mendayagunakan dan memberdayakan generasi muda
dalam penanggulangan bencana.
Pasal 4
TAGANA bertujuan untuk membantu pemerintah dalam penanggulangan bencana baik sebelum,
pada saat dan sesudah terjadinya bencana.
Pasal 5
Ruang lingkup peraturan ini mengatur tentang tugas pokok dan fungdi TAGANA dan Forum
Koordinasi TAGANA, organisasi dan kepengurusan, tata cara pemilihan pengurus, pengendalian
dan atribut TAGANA.
BAB III
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Pasal 6
TAGANA mempunyai tugas membantu pemerintah dalam melaksanakan penanggulangan
bencana baik pada pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana serta tugas-tugas
penanganan permasalahan sosial jika diperlukan.
Pasal 7
(i)
(2)
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(3)
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(4)
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
Pasal 16
Forum Koordinasi TAGANA dimaksudkan sebagai sarana pertukaran informasi, koordinasi
untuk memadukan dan (mengintegrasikan), menyerasikan serta menyelaraskan berbagai
kepentingan dan kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh TAGANA.
Pasal 17
Forum Koordinasi TAGANA bertujuan memenuhi kebutuhan pengorganisasian Tagana yang
lebih terintegrasi dan proses bencana yang dihadapi.
Pasal 18
Forum Koordinasi TAGANA bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pengorganisasian, dan
pelaksanaan serta pengendalian kegiatan, sumber daya dan potensi yang dimiliki Tagana dalam
rangka kesiapsiagaan bencana, tanggap darurat dan pemulihan sosial sebagai akibat dampak
bencana, serta melaksanakan tugas-tugas penanganan permasalahan sosial di lapangan.
Pasal 19
Fungsi Forum Koordinasi TAGANA adalah :
(1) mengkoordinasikan perencanaan dan program kerja forum untuk pengintegrasian program
yang sedang dan akan dilaksanakan;
(2) melakukan pendataan nama dan alamat TAGANA serta potensi yang dimiliki anggota
TAGANA secara berjenjang kemudian diverifikasi Dinas/Institusi Sosial setempat menurut
kewilayahannya;
(3) menyiapkan rekruitmen, calon TAGANA, pelatihan kejuruan/spesialisasi serta TAGANA
Khusus, Jambore TAGANA, Apel Siaga TAGANA, Temu Nasional TAGANA;
(4) menyiapkan kaderisasi kepemimpinan dan kepengurusan forum;
(5) melaksanakan peningkatan profesonalisme anggota melalui latihan, simulasi, gladi dan
bentuk latihan lainnya;
(6) melakukan pertemuan berkala untuk membahas informasi kegiatan dan permasalahanpermasalahan yang muncul;
(7) mengkoordinasikan dan mengerahkan TAGANA untuk penanggulangan bencana baik
sebelum, pada saat tanggap darurat maupun pasca bencana;
(8) menginisiasi upaya penanggulangan bencana yang bersifat preventif proaktif, dan
responsif;
(9) mengembangkan jaringan kerja dengan pemangku kepentingan dalam penanggulangan
bencana;
(10) menggali sumber pembiayaan forum melalui berbagai sumber yang ada di wilayah kerja
yang tidak mengikat dengan sepengetahuan dan persetujuan Kementerian Sosial, Dinas/Institusi
Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota secara berjenjang;
(11) mengendalikan seluruh proses kegiatan penanggulangan bencana sesuai siklus
Penanggulangan Bencana.
Pasal 20
Masa Bhakti pengurus Forum :
(1) Forum Koordinasi TAGANA Nasional selama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali
untuk 1 (satu) kali periode masa jabatan;
(2) Forum Koordinasi TAGANA Provinsi selama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali
untuk 1 (satu) kali periode masa jabatan;
(3) Forum Koordinasi TAGANA Kab/Kota selama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali
untuk 1 (satu) kali periode masa jabatan;
(4) Forum Koordinasi TAGANA Kecamatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali
untuk 1 (satu) kali periode masa
Pasal 21
Syarat-syarat kepengurusan :
(1) Forum Koordinasi TAGANA Nasional :
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(2)
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(3)
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(5)
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(b)
Penasehat adalah Menteri Sosial RI;
(c)
Pembina Utama adalah Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian
Sosial RI;
(d)
Pembina Fungsional adalah Unit Kerja Eselon (UKE) 1 Kementerian Sosial berserta
Jajarannya;
(e)
Pembina Teknis adalah instansi terkait.
(2) Tingkat Provinsi :
(a) Pelindung TAGANA adalah Gubernur;
(b) Penasehat TAGANA adalah Kepala Dinas/Institusi Sosial Provinsi;
(c) Pembina Utama TAGANA Kepala Bidang yang menangani penanggulangan bencana pada
Dinas/Institusi Sosial Provinsi;
(d) Pembina Fungsional adalah para Kepala Bidang lain di lingkungan Dinas/Intitusi Sosial
Provinsi;
(e) Pembina Teknis adalah SKPD terkait.
(3) Tingkat Kabupaten/Kota :
(a) Pelindung TAGANA adalah Bupati/Walikota;
(b) Penasehat TAGANA adalah Kepala Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/Kota;
(c) Pembina Utama TAGANA Kepala Bidang yang menangani penanggulangan bencana pada
Dinas/Institusi Kabupaten/Kota;
(d) Pembina Fungsional adalah para Kepala Bidang lain di lingkungan Dinas/Intitusi Sosial
Kabupaten/Kota;
(e) Pembina Teknis adalah SKPD terkait.
(4) Tingkat Kecamatan :
(a) Pelindung TAGANA Kecamatan adalah Camat;
(b)Pembina TAGANA Kecamatan adalah Kepala Seksi yang menangani urusan Sosial di
kecamatan;
(c) Pembina Umum adalah Danramil, dan Kapolsek.
(5) Tingkat Desa / Kelurahan :
(a) Pelindung TAGANA Desa / Kelurahan adalah Kades / Lurah;
(b) Pembina TAGANA Desa / Kelurahan adalah Kepala Urusan yang menangani urusan Sosial
di Desa / Kelurahan;
(c) Pembina Umum adalah Babinsa dan Babinmas.
BAB VII
PENGENDALIAN
Pasal 23
(1) Kementerian Sosial RI bertugas sebagai regulator dan fasilitator bagi TAGANA.
(2) Pengendalian TAGANA dilakukan oleh Dinas/Institusi Sosial Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Kecamatan secara berjenjang.
(3) Dalam pelaksanaan tugas penanggulangan bencana TAGANA terlebih dahulu berkonsultasi
dengan Dinas/Institusi Sosial Provinsi, Kabupaten/Kota.
(4) Forum Koordinasi TAGANA adalah lembaga independen dimana antara Forum Koordinasi
Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan bersifat koordinatif.
BAB VIII
RAPAT RAPAT
Pasal 24
Pengambilan keputusan tertinggi di TAGANA diatur melalui :
(1)Tingkat Nasional
(a) Temu Nasional TAGANA
(b) Temu Nasional TAGANA Luar Biasa
(2)Tingkat Provinsi adalah Temu Wilayah
(a) Temu Wilayah TAGANA
(b) Temu Wilayah TAGANA Luar Biasa
(3) Tingkat Kabupaten/Kota adalah Temu Daerah
(a) Temu Daerah TAGANA
(b) Temu Daerah TAGANA Luar Biasa
(4)Tingkat Kecamatan adalah Temu Satuan
(a) Temu Satuan TAGANA
(b) Temu Satuan TAGANA Luar Biasa
BAB IX
ATRIBUT DAN KELENGKAPAN
ADMINISTRASI TAGANA
Pasal 25
Atribut TAGANA terdiri dari :
(1) Pakaian Dinas Harian (PDH), baju warna coklat kha-khi, lengan panjang, celana panjang
warna hitam, secara rinci diatur melalui Surat Keputusan Dirjen Banjamsos Nomor :
1135A/KEP/BJS/XI/2006.
(2) Pakaian Dinas Lapangan (PDL), kaos tanpa kerah dan celana warna biru setrip kuning,
secara rinci diatur melalui Surat Keputusan Dirjen Banjamsos Nomor :
1135A/KEP/BJS/XI/2006.
(3) Atribut lain yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial.
Pasal 26
Kelengkapan administrasi TAGANA terdiri dari :
(1) Kop Surat;
(2) Stempel/cap TAGANA.
BAB X
LAGU DAN IKRAR TAGANA
Pasal 27