BAB I
KERANGKA KERJA
A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
memberikan mandat kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) untuk mengerahkan sumber daya dalam upaya penanggulangan
bencana di Indonesia. Untuk mensinergikan berbagai pemangku
kepentingan penanggulangan bencana di Indonesia, pada tanggal 15
Januari 2014 BNPB bersama kementerian/lembaga terkait telah sepakat
membentuk klaster penanggulangan bencana sebagai berikut:
1. klaster kesehatan dengan koordinator Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan-Kementerian Kesehatan dengan wakil koordinator Pusat
Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Republik Indonesia;
2. klaster pendidikan dengan koordinator Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dengan wakil Kementerian Agama;
3. klaster pencarian dan penyelamatan dengan koordinator Badan
Search and Rescue Nasional dengan wakil koordinator Tentara
Nasional Indonesia;
4. klaster logistik dan peralatan koordinator dengan koordinator Deputi
Bidang Logistik dan Peralatan-BNPB dengan wakil koordinator
Kementerian Sosial;
5. klaster pengungsian dan perlindungan koordinator Kementerian
Sosial dengan wakil Kepolisian Republik Indonesia;
6. klaster sarana dan prasarana koordinator Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat;
7. klaster ekonomi koordinator Kementerian Pertanian Wakil
Koordinator Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM); dan
-2-
1. keadilan gender;
2. orang dengan Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno
Deficiency Syndrome;
3. perlindungan anak
4. dukungan kesehatan jiwa dan psikososial;
5. umur dan keragaman
6. lingkungan;
7. hukum dan keadilan; dan
8. kekerasan berbasis gender.
Secara detail dan terpisah dari pedoman ini, kelompok kerja yang
dibentuk akan memiliki standar, opersional, dan prosedur tersendiri
dengan memasukkan isu-isu lintasklaster tersebut. Pada fase tanggap
darurat, Klaster Pengungsian dan Perlindungan akan menjadi bagian dari
bidang operasi dalam struktur komando tanggap darurat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Tujuan
Klaster Pengungsian dan Perlindungan dibentuk untuk meningkatkan
koordinasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, masyarakat;
baik perempuan, anak perempuan, laki-laki, dan anak laki-laki, serta
lembaga usaha dalam mobilisasi sumber daya untuk pemenuhan hak dan
perlindungan bagi masyarakat terdampak bencana, secara menyeluruh
dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan.
D. Aktivasi
Menyadari kebutuhan sinergi antarberbagai pemangku kepentingan baik
dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat; baik
perempuan, anak perempuan, laki-laki, dan anak laki-laki, serta lembaga
usaha, maka Klaster Pengungsian dan Perlindungan dapat diaktifkan
untuk keseluruhan tahapan dalam penanggulangan bencana, yaitu pada
prabencana; saat bencana terjadi baik bencana skala kecil (tingkat
kabupaten/kota), menengah (tingkat provinsi), maupun besar (tingkat
nasional); serta pascabencana.
Bantuan dari komunitas internasional dapat berasal dari bantuan
lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah yang telah
berada di dalam negeri atau dikirimkan dari luar negeri. Untuk itu
Pemerintah Indonesia melalui BNPB telah menetapkan Peraturan Kepala
BNPB Nomor 22 Tahun 2010 untuk mengatur bantuan dari komunitas
internasional. Dalam hal bencana skala besar yang membutuhkan
bantuan internasional, maka klaster kemanusiaan internasional akan
diaktifkan pada saat adanya pernyataan resmi Pemerintah Indonesia
untuk menerima tawaran bantuan kemanusiaan internasional.
-5-
E. Elemen Koordinasi
Klaster Pengungsian dan Perlindungan terbentuk dengan elemen
koordinasi sebagai berikut:
1. Koordinator Klaster Pengungsian dan Perlindungan
Koordinator Klaster Pengungsian dan Perlindungan di tingkat
nasional adalah Kementerian Sosial dan di tingkat
provinsi/kabupaten/kota adalah dinas sosial yang bersama-sama
anggota klaster bertanggung jawab untuk memastikan pemenuhan
kebutuhan dasar sesuai dengan standar pelayanan minimum dan
prinsip kemanusiaan yang berlaku.
2. Tim Koordinasi
Tim Koordinasi dibentuk secara khusus bertugas untuk mendukung
Klaster Pengungsian dan Perlindungan terutama pada saat bencana
yang akan membutuhkan mobilisasi dan kapasitas koordinasi secara
luas. Tim Koordinasi terdiri dari:
a. perwakilan kementerian/lembaga Pemerintah serta
organisasi/lembaga/institusi nonpemerintah. Untuk
organisasi/lembaga/institusi nonpemerintah, anggotanya adalah
para wakil koordinator sub-klaster dan kelompok kerja (Diagram
1);
b. sekretaris/administrasi;
c. komunikasi dan informasi; dan
d. logistik/keuangan.
3. Koordinator Sub-Klaster
Untuk memfasilitasi koordinasi Klaster Pengungsian dan
Perlindungan, maka dibentuk 2 (dua) sub-klaster utama dengan
kelompok kerja secara khusus sesuai isu yang ditangani yaitu:
a. Sub-klaster Pengungsian yang terdiri dari:
1. kelompok kerja tempat penampungan (shelter);
2. kelompok kerja air, sanitasi dan promosi perilaku hidup
bersih dan sehat (WASH), untuk penyediaan hal-hal terkait
air, sanitasi, dan promosi perilaku hidup bersih dan sehat.
Permasalahan air, sanitasi, dan promosi perilaku hidup
bersih dan sehat secara fisik dilakukan melalui kerja
bersama antara kelompok kerja ini dengan klaster sarana
dan prasarana; sementara secara kualitas ditangani oleh
klaster kesehatan;
3. kelompok kerja manajemen pengungsian; dan
4. kelompok kerja keamanan.
F. Peran Koordinator
Para koordinator berperan untuk:
1. membentuk dan memelihara mekanisme koordinasi klaster/sub
klaster/kelompok kerja;
2. mengidentifikasi dan mengelola keanggotaan;
3. mengkoordinasikan kegiatan kunci terutama pengkajian
(assessment), pemantauan dan evaluasi, serta pertemuan koordinasi;
4. memastikan bahwa anggota klaster menjalankan kegiatan sesuai
standar yang menjadi rujukan atau pedoman; dan
5. memastikan ketersediaan bantuan pengungsian dan perlindungan
berdasarkan data terpilah berdasarkan jenis kelamin dan umur.
G. Struktur Koordinasi
Terdapat 2 (dua) sub-klaster yang difasilitasi para koordinator sub klaster:
1. sub klaster pengungsian; dan
2. sub klaster perlindungan.
Sesuai isu yang ditangani, maka dibentuk kelompok kerja di dalam sub-
klaster yang difasilitasi oleh para koordinator kelompok kerja. Kelompok
kerja terkait sub-klaster tersebut dapat dilihat pada stuktur koordinasi di
bawah ini:
-8-
Penanggung jawab:
dan POLRI
Perlindungan Anak
Tempat Penampungan (Shelter)
Perlindungan Penyandang
Disabilitas
Air, Sanitasi, dan Hygine
(WASH)
Perlindungan Lanjut Usia
Dukungan Psikososial
-9-
Penanggung jawab:
Dinas Sosial/Instansi Sosial dan
POLDA
Sub-Klaster Sub-Klaster
Pengungsian Perlindungan
Perlindungan Anak
Tempat Penampungan (Shelter)
Dukungan Psikososial
- 10 -
Ko-Koordinator Di tingkat
Nasional Provinsi/
Kelompok Koordinator di tingkat
Sub-Klaster (lembaga/ Kabupaten/Kota
Kerja nasional (Pemerintah)
organisasi non- - Koordinator
pemerintah) (Pemerintah)
Tempat Direktorat Perlindungan Sosial IFRC/PMI BPBD dan Dinas
Penampungan Korban Bencana Alam UNICEF Sosial
(Shelter) (PSKBA), Kementerian Sosial
Direktorat Perlindungan Sosial
Korban Bencana Sosial
(PSKBS), Kementerian Sosial
Manajemen Direktorat PSKBA, IOM
Pengungsian Kementerian Sosial Dompet Dhuafa
Pengungsian
Direktorat PSKBS,
Kementerian Sosial
Air, Sanitasi Direktorat PSKBA, UNICEF
dan Hygiene Kementerian Sosial OXFAM
(WASH) Direktorat PSKBS, MDMC
Kementerian Sosial
Keamanan Kepolisian Republik Indonesia Kepolisian
Daerah
Perlindungan Direktorat Kesejahteraan UNICEF Dinas Sosial,
Anak Sosial Anak, Kementerian Badan
Sosial Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan
Anak
Perlindungan Direktorat Orang dengan Handicap Dinas Sosial
Penyandang Kecacatan, Kementerian Sosial International
Disabilitas
Perlindungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Perlindungan Direktorat Kesejahteraan Yayasan Emong Dinas Sosial,
Lansia Lanjut Usia, Kementerian Lansia Komisi Daerah
Sosial Lanjut Usia
Perlindungan Direktorat Komunitas Adat Yakkum Dinas Sosial
Kelompok Terpencil, KEMENSOS Emergency Unit
Minoritas,
orang dengan Direktorat Rehabilitasi Korban Komisi Dinas Sosial
Human Penyalahgunaan Narkoba, Penanggulangan
Immunodeficienc Psikotropika, dan Zat Adiktif Aids Nasional
- 11 -
Ko-Koordinator Di tingkat
Nasional Provinsi/
Kelompok Koordinator di tingkat
Sub-Klaster (lembaga/ Kabupaten/Kota
Kerja nasional (Pemerintah)
organisasi non- - Koordinator
pemerintah) (Pemerintah)
y Virus/Acquired (NAPZA), Kementerian Sosial (KPAN)
Immuno
Deficiency
Syndrome,
Korban
NAPZA, dan
minoritas
seksual
A. Rincian Kegiatan
1. Kegiatan-kegiatan prabencana meliputi:
a. memastikan koordinasi, kolaborasi, dan sinergi yang sesuai
dengan semua mitra, melalui pembentukan/pemeliharaan
mekanisme koordinasi sektoral yang tepat, termasuk kelompok
kerja di tingkat nasional dan di tingkat lokal (provinsi,
kabupaten/ kota, dan komunitas)1;
b. melakukan kegiatan kesiapan kedaruratan, termasuk
perencanaan kontingensi yang memadai dan respon
kedaruratan;
1
Berdasarkan Undang-undang no. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
- 12 -
2
Sesuai Peraturan Kepala BNPB Nomor 8 Tahun 2011 tentang Standarisasi Data Kebencanaan.
- 13 -
B. Manajemen Informasi
Koordinator Klaster Pengungsian dan Perlindungan (Direktorat PSKBA dan
PSKBS) dengan dukungan Tim Koordinasi menangani manajemen
informasi terkait dengan pengungsian dan perlindungan secara
keseluruhan. Koordinator Klaster Pengungsian dan Perlindungan
memberikan informasi kepada BNPB/BPBD sebagai Koordinator
Antarklaster melalui komunikasi yang koheren yang melibatkan anggota
klaster.
D. Keamanan
Koordinator Klaster Pengungsian dan Perlindungan berkoordinasi dengan
BNPB, TNI, dan POLRI memastikan keamanan:
a. para staf kemanusiaan;
b. masyarakat terdampak bencana; dan
c. peralatan dan fasilitas yang digunakan.
- 15 -
BAB II
MANAJEMEN DAN KOORDINASI
3
Website Kementerian Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, www.kemenkopmk.go.id
- 16 -
TINGKAT OPERASIONAL
Sub-Klaster dan Kelompok Koordinator di tingkat Koordinator di Ko-Koordinator dan
Kerja pusat tingkat propinsi/ Mitra
kabupaten/kota
dan Anak Anak KEMENSOS Pemberdayaan lainnya baik dari
Deputi Perlindungan Perempuan dan pemerintah, LSM,
Perempuan & Deputi Perlindungan dunia usaha, lembaga
Perlindungan Anak Anak PBB, dan masyarakat.
dengan
dukungan
lembaga lokal
yang bekerja
dalam
penanggulangan
bencana
Perlindungan Direktorat Dinas Sosial Handicap
Penyandang Rehabilitasi Sosial Dinas Kesehatan International
Disabilitas Orang dengan Badan dan anggota klaster
Kecacatan Pemberdayaan lainnya baik dari
KEMENSOS Perempuan dan pemerintah, LSM,
Deputi Perlindungan Perlindungan dunia usaha, lembaga
Perempuan & Deputi Anak PBB, dan masyarakat.
Perlindungan Anak dengan
dukungan
lembaga lokal
yang bekerja
dalam
penanggulangan
bencana
Perlindungan Direktorat Dinas Sosial Yayasan Emong
Lansia Kesejahteraan Lanjut Badan Lansia
dan anggota klaster
Usia KEMENSOS Pemberdayaan lainnya baik dari
Deputi Perlindungan Perempuan dan pemerintah, LSM,
Perempuan Perlindungan dunia usaha, lembaga
PBB, dan masyarakat.
Anak
dengan
dukungan
lembaga lokal
yang bekerja
- 19 -
TINGKAT OPERASIONAL
Sub-Klaster dan Kelompok Koordinator di tingkat Koordinator di Ko-Koordinator dan
Kerja pusat tingkat propinsi/ Mitra
kabupaten/kota
dalam
penanggulangan
bencana
Perlindungan Direktorat Dinas Sosial UNFPA
terhadap Rehabilitasi Sosial Badan
Kekerasan Tuna Sosial Pemberdayaan dan anggota klaster
Berbasis KEMENSOS Perempuan dan lainnya baik dari
Gender dan Deputi Perlindungan Perlindungan pemerintah, LSM,
Pemberdayaan Perempuan & Deputi Anak dunia usaha, lembaga
Perempuan Perlindungan Anak dengan PBB, dan masyarakat.
Kementerian dukungan
Perlindungan lembaga lokal
Perempuan dan Anak yang bekerja
dalam
penanggulangan
bencana
Dukungan Direktorat BPBD dan Dinas PUSKRIS UI
Psikososial Perlindungan Sosial Sosial dan anggota klaster
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
4
Critical mass adalah jumlah laki-laki dan perempuan yang cukup banyak untuk bisa memberikan suara untuk
membuat perbedaan dan mempengaruhi pengambilan keputusan.
- 22 -
6. Penghentian Intervensi/Terminasi
a. Menyusun laporan lengkap Komunikasi yang jelas Nasional/Prop/ Selama BPBD, Dinas
pelaksanaan kegiatan di lapangan. tentang strategi Kab/kota: respon Sosial
b. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penghentian Koordinator keadaan dan/atau
program untuk pengungsian dan program/intervensi Klaster darurat lembaga
perlindungan dalam tanggap darurat kepada klaster-klaster Pengungsian lainnya di
yang dilaksanakan oleh pihak-pihak lainnya dan tempat
terkait (pemerintah atau Perlindungan terdampak
masyarakat). dalam bencana
c. Menyerahkan laporan perkembangan koordinasi
kegiatan, pencapaian hasil, dengan
monitoring dan evaluasi dan Koordinator
rekomendasi serah terima/tindak Sub-Klaster
lanjut kepada Koordinator Klaster dan
untuk diserahkan kepada Komandan Koordinator
Pos Komando Penanganan Darurat Kelompok
Kerja.
- 23 -
BAB IV
PENUTUP
ttd.