Anda di halaman 1dari 44

Kebijakan Sekolah

Aman Kabupaten
Cilacap
Drs. Muktyo
Yuwono
Dinas P dan K Kabupaten Cilacap
Supermarket Bencana
Longsor
Kekeringan
Tsunami
Gempa
Banjir Polusi Udara
Tanah Bergerak
Angin Lisus
Cilacap ???????????

 Letak Geografi :108º4’30“ – 109º22’30“ BT dan


7º30’20“ – 7º45’ LS , dengan luas wilayah
225.361 Km2 .
 Panjang garis pantai sekitar 105 km,
 24 Kecamatan,
 269 Desa dan 15 Kelurahan.
 RT dan RW. 10.445 Rukun Tetangga (RT) dan
 2.319 Rukun Warga (RW).
Topografi.
 Rendah ketinggian antara 6 – 12 m dpl: (Nusawungu, Binangun,
Adipala, Sebagian Kesugihan, Cilacap Utara, Cilacap Tengah, Cilacap
Selatan, Kampung Laut, dan Kawunganten.)
 Dataran Rendah dan sedikit Berbukit 8 – 75 m dpl Kec. Jeruklegi,
Maos, Sampang, Kroya, Kedungreja, dan Patimuan.
 Dataran Tinggi/Perbukitan 23 – 75 m dpl Kec. Cipari, Sidareja,
sebagian Gandrungmangu, dan sebagian Kawunganten dengan
ketinggian.
 Dataran Tinggi/Perbukitan 75 – 198 m dpl, Kec. Daeyeuhluhur,
Wanareja, Majenang, Cimanggu, Karangpucung,
SEBARAN POTENSI BENCANA DI KABUPATEN CILACAP
 TSUNAMI (Nusawungu, Binangun, Adipala, Sebagian Kesugihan, Cilacap Utara,
Cilacap Tengah, Cilacap Selatan, Kampung Laut, dan Kawunganten.)
 KEKERINGAN : Kec. Jeruklegi, Maos, Sampang, Kroya, Kedungreja, dan
Patimuan.
 KEBANJIRAN Kec. Cipari, Sidareja, sebagian Gandrungmangu, dan sebagian
Kawunganten dengan ketinggian.
 LONGSOR Kec. Daeyeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu, Karangpucung,
Longsor ( data BPBD Tahun 2017 )

 Terjadi di 64 Desa lebih dari 22 % dari 283 Desa


dan Kelurahan yaitu di Karangpucung,
Cimanggu, Majenang, Wanareja, dan
Dayeuhluhur.
 masih ada sejumlah desa di kecamatan lain
yang juga rawan longsor. Di antaranya, Cipari,
Sidareja, Gandrungmangu, dan Jeruklegi
B a n j i r dan kekeringan
Banjir 14 desa di 5 kecamatan :
• Sidareja,
• Kedungreja,
• Gandrungmangu
• Bantarsari
• Kawunganten.
Angin Kencang/Puting beliung
• Langkisau atau angin kencang yang arahnya tidak tetap
dilaporkan menerjang Desa Cimrutu, Kecamatan Patimuan,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Terjangan puting beliung itu
melumat rumah warga hingga tak berbentuk lagiJumat
(14/2/2020) malam
Tsu-Na-Mi
• berisiko tinggi terhadap bahaya tsunami di Indonesia karena

tsunami besar terjadi di wilayah


jika

Cilacap dan sekitarnya akan membawa


dampak yang parah pada daerah sepanjang
pantai yang dihuni penduduk dengan kepadatan yang tinggi.
• wilayah utama pembangunan Cilacap, terutama industri
pertambangan minyak terletak langsung menghadap garis
pantai Samudra Hindia. Di bawah dasar laut Samudra Hindia
tersebut, beberapa ratus kilometer sebelah selatan Cilacap,
• terletak salah satu zona utama tumbukan lempeng tektonik
bumi, yang merupakan sumber utama gempa bumi pencetus
tsunami.
• Karena itu para ahli geologi dan ilmuwan
tsunami menggolongkan Cilacap sebagai
daerah beresiko tinggi tsunami
CORONA ?????

Wabah Corona Virus/Covid-19 dikategorikan masuk


dalam bencana nonalam. Bencana Non alam
diakibatkan oleh rangkaian peristiwa nonalam berupa
gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit
SEKOLAH ??????
Mengapa ???
Bagaimana
Apa????

Siapa ??? Dimana???

Kapan???
Kenapa penting ??

Dalam rangka memberikan pelindungan


dan keselamatan kepada peserta didik,
pendidik, dan tenaga kependidikan dari
risiko bencana, perlu meningkatan
kesiapsiagaan dan mitigasi bencana di
satuan pendidikan
Dasar
1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4828);
3. Permendikbud Nomor 33 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Program
Satuan Pendidikan aman Bencana
4. Surat Edaran No. 4 Tahun 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia tentang Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona virus Disease (Covid 19);
Tujuan:

1. meningkatkan kemampuan sumber daya di Satuan Pendidikan dalam menanggulangi


dan mengurangi Risiko Bencana;
2. meningkatkan kualitas sarana dan prasarana Satuan Pendidikan agar aman terhadap
Bencana;
3. memberikan pelindungan dan keselamatan kepada Peserta Didik, Pendidik, dan
Tenaga Kependidikan dari dampak Bencana di Satuan Pendidikan;
4. memastikan keberlangsungan layanan pendidikan pada Satuan Pendidikan yang
terdampak Bencana;
5. memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik Risiko Bencana dan
kebutuhan Satuan Pendidikan;
6. memulihkan dampak Bencana di Satuan Pendidikan; dan
7. membangun kemandirian Satuan Pendidikan dalam menjalankan Program SPAB.
Penyelenggara SPAB

Semua Satuan Pendidikan jalur formal dan nonformal di


semua jenjang dan jenis pendidikan
Ruang lingkup

Ruang lingkup penyelenggaraan Program SPAB


meliputi:
1. Prabencana;
2. Situasi Darurat Bencana; dan
3. Pascabencana
KECAMATAN RAWAN BENCANA KABUPATEN CILACAP
1. Adipala : ( Banjir, Kekeringan, Tsunami, Gempa Bumi
2. Bantarsari : ( Banjir, Gempa Bumi
3. Binangun: ( Banjir, Polusi, Tsunami, Gempa Bumi
4. Cilacap Selatan : ( Banjir, Gempa Bumi, Tsunami, Polusi
5. Cilacap Tengah : ( Banjir, Gempa Bumi, Polusi, Tsunami )
6. Cilacap Utara: ( Banjir, Gempa Bumi, Polusi, Tsunami
7. Cimanggu : ( Banjir, Kekeringan, Tanah Longsor, Tanah Bergerak, Gempa Bumi,
8. Cipari : ( Banjir, Kekeringan, Longsor, Gempa Bumi, tang bergerak)
9. Dayeuhluhur :
10.Gandrungmangu
11.Jeruklegi
12.Kampunglaut
13.Karangpucung
14.Kawunganten
15.Kedungreja
16.Kesugihan
17.Kroya
18.Nmajenang
19.Maos
20.Nusawungu
21.Patimuan
22.Sampang
23.Sidareja
24.Wanarea
Photo: David Wardell/Save the Children Australia

2
Tiga Pilar Sekolah Aman yang Komprehensif
Sekolah Aman yang Komprehensif diatur melalui
kebijakan dan praktik pendidikan yang selaras
dengan penanggulangan bencana di sekolah tingkat
nasional, regional, kabupaten/kota, dan lokal.
Sekolah Aman yang Komprehensif bertumpu pada
tiga pilar:
1.Fasilitas Sekolah Aman
2.Manajemen Bencana di Sekolah
3.Pendidikan Pencegahan dan Pengurangan
Risiko Bencana
Landasan perencanaan Sekolah Aman yang
Komprehensif adalah kajian risiko
multibahaya. Perencanaan ini seharusnya
menjadi bagian dari Sistem Informasi
Manajemen Pendidikan di tingkat nasional,
subnasional, dan lokal. Ini merupakan
bagian dari analisis yang lebih luas terhadap
kebijakan dan manajemen di sektor
pendidikan yang memberikan basis bukti
untuk perencanaan dan tindakan.
Tujuan
Kerangka kerja Keamanan Sekolah Komprehensif bertujuan untuk
mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh semua bahaya terhadap
sektor pendidikan. Selama dekade terakhir, para aktivis pembela hak
anak telah bekerja sama untuk:

1. Meningkatkan akses yang setara dan aman ke pendidikan dasar


yang berkualitas, inklusif, dan terpadu bagi anak
2. Memantau dan mengevaluasi kemajuan inisiatif-inisiatif yang
mengurangi risiko bencana dan konflik
3. Meningkatkan ketersediaan dan akses bukti terkait bahaya (seperti
data sistem peringatan dini multibahaya dan informasi risiko
bencana)
4. Menggalakkan pengurangan risiko dan ketahanan di
sektor pendidikan. Ini juga mencakup fokus yang jelas
pada kesepakatan- kesepakatan utama internasional
(misalnya, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan
Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko
Bencana 2015-2030)
5. Memperkuat koordinasi dan jaringan untuk ketahanan,
dari tingkat lokal hingga tingkat nasional, regional, dan
internasional
6. Memperkuat tata kelola pendidikan dan partisipasi lokal
untuk mencegah dan mengurangi paparan bahaya dan
kerentanan terhadap semua bahaya dan risiko,
meningkatkan kesiapsiagaan tanggap bencana dan
Inti dari upaya-upaya tersebut adalah untuk mengakui hak-hak anak atas
kelangsungan hidup dan perlindungan, serta hak-hak mereka atas
keberlangsungan dan partisipasi pendidikan. Upaya-upaya tersebut dimaksudkan
agar berpusat pada anak, bersifat inklusif, partisipatif, dan berbasis bukti. Semua
anak harus dibantu untuk dapat berpartisipasi dalam semua aspek Sekolah
Aman yang Komprehensif. Dengan begitu, mereka dapat lebih terlindungi dan
energi, pengetahuan, serta ide-ide mereka dapat membantu membentuk
keberlanjutan jangka panjang.
Kerangka kerja Sekolah Aman yang Komprehensif menjadikan upaya terpadu
tersebut lebih terfokus. Tujuannya adalah agar para mitra di sektor pendidikan
bekerja dengan lebih efektif dan terhubung dengan upaya- upaya serupa di
tingkat global, regional, nasional, dan lokal di semua sektor.
Pilar 1 Fasiitas Sekolah Aman

Aktor kunci: Otoritas pendidikan dan perencanaan,


arsitek, insinyur, pekerja bangunan, dan warga
sekolah yang membuat keputusan tentang pemilihan
lokasi aman, desain, konstruksi, dan pemeliharaan
(termasuk akses yang aman dan berkelanjutan menuju
fasilitas).
SEKOLAH NEGERI
1. Memilih lokasi sekolah yang aman serta menerapkan desain dan
konstruksi tahan bencana yang inklusif agar setiap sekolah baru
menjadi sekolah aman.
2. Melaksanakan rencana kajian dan prioritas untuk memperkuat atau
mengganti sekolah yang tidak aman (termasuk merelokasi).
3. Meminimalisir reiko struktural , non struktural dan infrastruktur
agar bangunan dan fasilitas aman untuk menyelamatkan diri dan
evakuasi.
4. Menyertakan akses dan keamanan bagi orang dengan disabilitas
saat merancang dan membangun fasilitas sekolah.
5. Merancang sekolah agar memenuhi kebutuhan hunian sementara
jika direncanakan sebagai hunian sementara masyarakat, dan
memastikan perencanaan fasilitas pengganti yang sesuai untuk
kelangsungan pendidikan.
6. Melibatkan masyarakat dalam pembangunan dan penguatan
sekolah aman.
7. Memastikan agar akses anak ke sekolah bebas dari risiko fisik
(misalnya, jalur pejalan kaki atau penyeberangan jalan dan
sungai).
8. Menyesuaikan fasilitas air dan sanitasi dengan potensi risiko
(misalnya, toilet berjajar dan tadah hujan).
9. Menerapkan intervensi cerdas iklim untuk meningkatkan
keamanan air, energi, dan pangan (misalnya, panen air
hujan, panel surya, energi terbarukan, kebun sekolah).
10.Merencanakan pemantauan, pembiayaan, dan pengawasan
berkelanjutan untuk pemeliharaan fasilitas yang sedang
berlangsung dan keamanan.
11.Mencegah dan menanggapi serangan terhadap pendidikan,
termasuk penggunaan sekolah oleh pihak-pihak yang
terlibat konflik bersenjata.
Pilar 2. Manajemen Bencana di Sekolah

aktor kunci: Administrator sektor pendidikan dalam otoritas pendidikan tingkat


nasional dan subnasional, serta warga sekolah setempat yang berkolaborasi
dengan mitra penanggulangan bencana lainnya di tiap lingkungan yurisdiksi.
Di tingkat sekolah, para staf, siswa, dan orang tua yang semuanya terlibat dalam
menjaga lingkungan belajar yang aman. Mereka dapat melakukannya dengan
mengkaji dan mengurangi risiko struktural, nonstruktural, infrastruktural,
lingkungan, dan sosial, serta dengan mengembangkan kapasitas tanggap
bencana dan merencanakan kelangsungan pendidikan
Pilar 3. Pendidikan Pencegahan dan
Pengurangan Risiko Bencana: Aktor kunci:
Pengembang kurikulum dan materi pendidikan,
fakultas pendidikan keguruan, pelatih guru,
guru, gerakan pemuda, pemimpin kegiatan, dan
siswa yang berupaya mengembangkan dan
memperkuat budaya keamanan, ketahanan, dan
kohesi sosial.
Tanggungjawab Utama

1. Mengembangkan pesan kunci nasional yang berbasis bukti dan

serta berorientasi pada tindakan


konsensus

untuk pengurangan risiko dan


ketahanan di keluarga. Hal ini akan
menjadi landasan bagi pendidikan
formal dan nonformal serta kampanye
dan sosialisasi kesadaran publik.
2. Melibatkan siswa dan staf daam kegiatan
nyata penanggulangan bencana di
sekolah dan masyarakat, termasuk
memetakan bahaya, mengembangkan
rencana kontingensi berbasis sekolah,
dan mengadakan simulasi sekolah rutin
untuk bahaya terkait.
3. Mengembangkan ruang lingkup dan
urutan memperinci hasil dan
kompetensi pembelajaran untuk
mengintegrasikan pencegahan dan
pengurangan risiko bencana ke
dalam kurikulum reguler di semua
tingkatan.
4. Memasukan pengurangan resiko ke
seluruh kurikulum dan
menyediakan pedoman untuk
mengintegrasikan pencegahan dan
pengurangan risiko bencana ke
dalam mata pelajaran yang
memuat topik terkait (carrier
subject).
5. Mengembangkan materi belajar mengajar yang berkualitas untuk
siswa dan guru. Bahas semua dimensi pendidikan pengurangan
risiko bencana:
 cara melakukan analisis risiko multibahaya (termasuk risiko
bahaya dengan penyebab alami dan manusia, serta kekerasan
dan konflik);
 memahami pendorong risiko dan langkah-langkah mitigasi
risiko;
 mengidentifikasi dan menyebarluaskan pesan kunci untuk
keamanan dan kesiapsiagaan;
 membangun kapasitas pengurangan risiko bencana
masyarakat;
 serta membangun kohesi sosial dan budaya keamanan dan
ketahanan.
6. Menyediakan pelatihan guru prajabatan
dan dalam jabatan tentang materi dan
metode kurikulum pengurangan risiko
bencana.
7. Mengembangkan strategi untuk
mendorong para guru agar
mengintegrasikan topik-topik ini ke
dalam kurikulum formal, serta
mengembangkan pendekatan nonformal
dan ekstrakurikuler bersama
masyarakat setempat.
Hasil yang diharapkan dari pengintegrasian
Sekolah Aman yang Komprehensif ke dalam
kebijakan dan paktek Pembangunan
Berkelanjutan dan pengurangan Resiko Bencana
1. Meningkatkan akses pendidikan yang setara, inklusif, dan aman
bagi semua anak.
2. Mengembangkan dan memperkuat institusi, mekanisme dan
jaringan koordinasi, dan kapasitas nasional untuk membangun
ketahanan terhadap bahaya dan ancaman yang dihadapi sektor
pendidikan di tingkat internasional, nasional, subnasional, dan
lokal.
3. Menyertakan pendekatan pengurangan resiko
bencana kedalam pelaksanaan program
kesiapsiagaan, tanggap darurat bencana, dan
pdan informasi risiko bencana emulihan di sektor
pendidikan
4. Memantau dan mengevaluasi kemajuan inisiatif
untuk mengurangi riisiko bencana dn konflik
5. Meningkatkan ketersediaan dan akses bukti
terkait bahaya, seperti data sistem peringatan
dini multi bahaya
Manajemen bencana dan tanggap
darurat di sekolah
1. Mengembangkan dan mensosialisasikan pedoman bagi otoritas pendidikan tentang kebijakan
dan praktik analisis risiko multibahaya untuk pengurangan risiko dan kesiapsiagaan bencana
berbasis sekolah, termasuk prosedur operasi standar, latihan simulasi, serta rencana
kontingensi dan kelangsungan pendidikan.
2. Mengembangkan dan mensosialisasikan pedoman pengurangan risiko dan kesiapsiagaan
bencana serta keamanan bagi keluarga, penyedia jasa pengasuhan anak di rumah, dan orang
tua.
3. Mengembangkan dan Mensosialisasikan dikusi dan pedoman penggunaan sekolah yang
terencana dan terbatas sebagai hunian sementara pascabencana, sementara melindungi
kelangsungan pendidikan dan investasi pengembangan pendidikan.
4. Mengembangkan dan mensosialisasikan sarana pemantauan dan evaluasi yang sesuai demi
akuntabilitas.
5. Mendorong pembuatan bukti terkait risiko di tingkat sekolah
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai