Anda di halaman 1dari 7

REFLEKSI :

Mengajak murid-murid untuk merasakan asyiknya bermain sambil belajar, baik yang berada didalam
kelas (indoor) maupun saat belajar di luar kelas outbond (outdoor).

REFLEKSI :

Sebagai sosok yang dapat mengetahui, memahami dan mengamalkan arti dari kata GURU yakni
digugu lan ditiru (menjadi panutan dan teladan yang baik) bagi murid-murid.

REFLEKSI :

Semua guru. Karena baik guru pelajaran maupun guru kelas pada saat masih di bangku sekolah dasar
sangatlah penting untuk kita taqdimi serta mengharapkan keridhaan dari beliau supaya berguna
segala hal (ilmu dan pengalaman) yang telah diberikan baik pada masa sekarangataupun di masa
yang akan datang.

REFLEKSI :

Menjadi seorang guru haruslah dapat mengajak murid-murid untuk merasakan asyiknya bermain
sambil belajar, baik yang berada didalam kelas (indoor) maupun saat belajar di luar kelas outbond
(outdoor).

Sosok guru dahulu pada saat saya menjadi murid ialah seseorang yang sangat ditaqdimi dan menjadi
contoh atau teladan yang baik untuk diterapkan dalah kebiasaan sehari-hari.

REFLEKSI :

Menyeragamkan semua tugas yang diberikan pada murid-murid dan memberikan deadline atau
batas waktu pengumpulan tugas tersebut.

REFLEKSI :

Jika saya diberikan kesempatan demikian, maka saya akan kembali mengulang pada pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Sebab pada saat saya mengajarkan murid-murid di
semester lalu saya merasa belum cukup optimal dalam memberikan wawasan dan pengetahuan ke-
Islaman serta belum cukup menguasai perangkat pembelajaran dari mulai rencana pembelajaran
hingga media belajar dan digunakan.

REFLEKSI :

Karena saya mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, media
pengantar pembelajaran yang biasa saya gunakan adalah laptop dan buku penunjang.
Bila perlu dapat disesuaikan dengan tempat dan kondisi belajar. Di saat melaksanakan pembelajaran
didalam kelas media yang digunakan adalah laptop, lcd proyector, speaker dan buku penunjang. Dan
jika saat belajar di luar kelas saya biasa menggunakan media olahraga, seperti bola dan tali.

REFLEKSI :

Dengan cara menjadikan hal baik kecil supaya menjadi kebiasaan, seperti contoh setelah membaca
doa sebelum belajar dan membaca surat-suratan pendek. Serta membiasakan sholat dhuha dan
zuhur berjamaah.

REFLEKSI :

Sebenarnya ada, yaitu pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Mengapa? Karena pada saat itu saya
menganggap bahwa dengan mempelajari PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) pun
sudah mencakup secara keseluruhan.

Akan tetapi, saat ini saya sadar bahwa isi dan tujuan dari kedua pelajaran tersebut sangatlah jauh
berbeda, dan keduanya pun sama-sama pentingnya.

REFLEKSI :

Pernah. Bukan ke arah "gagal" mungkin, tapi lebih ke "ada beberapa poin yang masih belum
dikuasai".

Ya, bisa dibilang murid tersebut memanglah istimewa. Dan pelajaran yang dapat diambil ialah kita
sebagai guru atau pendidik haruslah memiliki sifat sabar yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
profesi yang lainnya serta guru dituntut untuk lebih kreatif dan variatif lagi dalam menyampaikan
pembelajaran pada murid.

REFLEKSI :

Yang jelas, tidaklah bisa seorang murid dapat memahami dan mengerti tentang suatu pelajaran
apabila mereka belum timbul rasa cinta dan merasa asyik serta nyaman didalamnya. Maka dari itu,
selalu saya terapkan prinsip "jika engkau menyayangi sesuatu, maka akan tumbuh rasa cinta, dan
jika sudah cinta maka segala hal-hal positif lainnya akan dengan mudah dipahami dan bermakna".

REFLEKSI :

Saling sharing seputar pengalaman mengajar dan tips & trick untuk mengatasi berbagai permasalahn
yang muncul dan sering terjadi, baik pada saat di sekolah ataupun ketika proses pembelajaran
berlangsung.
REFLEKSI :

Betapa pentingnya untuk selalu membuka mata dan mengamati disekitar kita, berbagai hal-hal unik
dan menarik yang menggugah hati kita untuk terus mengulik dan mempelajari berbagai hal-hal baru
dan mempraktikannya bersama dengan murid-murid.

REFLEKSI :

Sudah sejak lama. Dan perasaannya ya seperti orang kebanyakan.. kadang sedikit nervous sampai
keringat dingin. Tapi, semakin sering kita dilatih selalu bertemu orang baru dan berbincang didepan
publik maka lambat laun akan terbiasa dan luwes.

REFLEKSI :

Ya. Waktu itu saya dan teman-teman sekelas diberikan nasihat oleh guru BK SMP saya untuk selalu
"self-care" atau mawas diri. Dalam artian tidak mengagung-agungkan diri hingga sampai taraf
sombong dan angkuh, melainkan lebih kepada menjaga harkat dan martabat kita sebagai manusia
kodratnya adalah makhluk yang paling sempurna serta selalu amanah menjaga apa yang sudah
Tuhan titipkan untuk kita jaga saat ini dan hingga nanti.

REFLEKSI :

Memberikan "mini-quizz" untuk selanjutnya murid-murid berlomba menjawab pertanyaan yang


dilontarkan oleh guru.

REFLEKSI :

Projek dengan tema "Kearifan Lokal" yang mana secara tidak langsung dapat menjaga dan
melestarikan seni dan kebudayaan sekitar.

REFLEKSI :

Untuk kedepannya, semoga pendidikan Indonesia dapat lebih maju lagi dengan cara meningkatkan
mutu SDM (sumber daya manusia) serta menlengkapi bagian sarana prasarana penunjang.

REFLEKSI :

Lebih pada no. 1, 3, 4, dan 6 yaitu :

1. Dimensi Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa

3. Dimensi Bergotong Royong

4. Dimensi Mandiri
6. Dimensi Kreatif

Karena menurut saya, semakin menjadi dewasa kita akan semakin mengerucut dan memfokuskan
pada bidang dan soft-skill tertentu.

REFLEKSI :

Ternyata intisari dari Dimensi Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa tidaklah hanya
berfokus untuk meningkatkan tingkat keimanan kita semata. Akan tetapi lebih dari itu, yakni harus
menjaga kualitas diri (dimensi elemen diri & dimensi elemen akhlak pribadi) serta aturan bagaimana
sikap kita untuk memiliki kecintaan pada tanah air dan bangs aini (dimensi akhlak bernegara).

REFLEKSI :

Mengajarkan untuk memulai suatu pekerjaan haruslah didahulukan dengan memanjatkan doa
terlebih dahulu, agar diberikan kemudahan serta dihindarkan dari segala marabahaya pada saat
proses belajar-mengajar berlangsung.

REFLEKSI :

Sangat berkesan, memiliki kebanggaan tersendiri dan bersyukur sudah dilahirkan di negara dengan
begitu banyak kebudayaan yang sangat beragam.

REFLEKSI :

Ada yaitu tradisi sedekah bumi, yang masyarakat sekitar sebut dengan istilah "Babarit" yang
dilaksanakan setiap bulan Hapit dalam kalender Jawa atau disebut bulan Dzulqo'dah pada kalender
Hijriyah.

REFLEKSI :

Pada saat melaksanakan aksi "Sabtu Clean-Up" yakni seluruh warna sekolah turut serta dalam
membersihkan lingkungan sekolah dan menghias ruang kelas. Kami sebagai bapak dan ibu guru juga
memberikan contoh dan ikut berpartisipasi dalam membina siswa/murid untuk semangat dan ikhlas
dalam kegiatan tersebut.

REFLEKSI :

Setelah dibuatkan kelompok belajar dan membagi masing-masing murid dalam kelompoknya. Ada
saja murid yang kurang setuju dengan pembagian kelompok tersebut dan pada saat mengerjakan
tugas/projek berkelompok pun masih ada beberapa murid yang saling mengandalkan pada 1-2 orang
saja yang dianggapnya lebih pintar pada kelompom tersebut.
REFLEKSI :

Dapat mengerjakan tugas/ulangan sendiri tanpa bantuan teman yang lain, serta dapat mengambil
keputusan sendiri ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan yang saya rasa keduanya itu sama-sama
pentingnya.

REFLEKSI :

Waktu itu, pada saat saya mengajarkan materi tentang kisah Khulafaur Rasyidin pada murid kelas 6.
Ada salah satu murid yang menanyakan "siapa sebenarnya yang membunuh Khalifah Utsman bin
Affan?"

Seketika saya nge-blank dan mengalihkan pertanyaan tersebut untuk menjadi PR bersama dan akan
dibahas lebih lanjut pada pertemuan yang akan datang. Hehe

REFLEKSI :

Ya. Waktu saya menjadi murid dulu, saya sangat membenci yang namanya pelajaran Matematika.
Akan tetapi lambat laun, justru saya malah menaruh perhatian lebih pada pelajaran Matematika
ketimbang pelajaran lainnya.

Mungkin benar dengan perkataan, "Janganlah menyukai sesuatu dengan berlebihan karna suatu saat
hal itu yang justru sangat kamu benci, begitupun sebaliknya".

REFLEKSI :

Terdapat empat Indikator untuk terjadinya Transformasi dalam satuan pendidikan

Satuan pendidikan berpihak kepada tumbuh kembang murid

Satuan pendidikan menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, menyenangkan dan inklusif

Satuan pendidikan mengembangkan budaya refleksi berbasis data

Peningkatan hasil belajar murid, terutama kompetensi fondasi seperti literasi, numerasi, dan
karakter.

4 Lensa Refleksi :

1. Lensa Pemelajar
2. Lensa Diri
3. Lensa Rekan Sejawat
4. Lensa Teori/Literatur
Regulasi diri adalah pengaturan diri seseorang terhadap kemampuan berpikir, perilaku, emosi, dan
motivasi melalui penggunaan strategi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Keterampilan regulasi
diri adalah bagian dari kemandirian belajar

Tentunya kita berharap peserta didik kita mampu meregulasi dirinya dalam setiap kegiatan belajar.
Maka itu, sebagai pendidik kita perlu terlebih dahulu memiliki keterampilan regulasi diri agar bisa
menjadi teladan bagi peserta didik kita.

Pertanyaan 1: Apa yang baru saja saya pelajari?

Pertanyaan 2: Apa yang saya sudah mengerti?

Pertanyaan 3: Apa yang saya belum mengerti?

Pertanyaan 4: Bagaimana supaya saya mengerti?

Ada 5 langkah menyelesaikan masalah:

Langkah 1: Merumuskan masalah

Langkah 2: Mengagas alternatif solusi

Langkah 3: Menimbang alternatif solusi

Langkah 4: Mengimplementasi solusi

Langkah 5: Mengevaluasi solusi

Ada 5 disiplin kritis dari kerangka Digital Citizenship oleh Common Sense

Mengapa kerangka digital citizenship? Karena internet adalah kawasan wajib berpikir kritis.

Disiplin 1: Pelan-pelan dan berefleksi

Disiplin 2: Terbuka terhadap sudut pandang lain

Disiplin 3: Cari fakta dan bukti pendukung


Disiplin 4: Antisipasi berbagai dampak

Disiplin 5: Bertanggung jawab terhadap keputusan

Disiplin ini berlaku ketika menerima informasi apapun: offline maupun online.

Ini menuntut kita untuk berpikir: apa yang kurang dari cara berpikir saya (metakognisi). Metakoginisi
artinya proses merencanakan, memonitor, dan mengases pemahaman seseorang tentang proses
berpikirnya. Jika terlatih, kita sebagai pengajar atau pun peserta didik akan siap untuk menghadapi
situasi yang baru.

Membangun Trust: Karakter, Kompetensi, dan Konsistensi

Coach harus bisa menunjukkan bahwa ia terpercaya dan menciptakan suasana percaya (trust). Rasa
percaya (trust) akan mendukung relasi yang baik untuk peserta didik mengoptimalkan potensinya.
Dua hal penting untuk membangun kepercayaan yaitu Kepercayaan terhadap Diri (Self Trust) dan
Kepercayaan dalam Hubungan (Relationship Trust). Kepercayaan terhadap Diri (Self-Trust) terdiri
dari 2 prinsip yaitu karakter dan kompetensi. Kepercayaan dalam Hubungan (Relationship Trust)
terdiri dari karakter dan kompetensi yang diwujudkan dalam perilaku.

Komunikasi akan lebih efektif jika coach menunjukan kehadiran saat pembinaan berlangsung. Coach
perlu menerapkan filosofi coaching yaitu Truthfulness, Responsibility, Self-Control, Timelineness
(TRUST). Kehadiran artinya menghargai segala keunikan dan perbedaan coaching. Mendengarkan
aktif adalah keterampilan untuk coach secara sadar hadir untuk coachee (peserta didik).
Mendengarkan aktif tampil dari cara coach memberikan respon terhadap cerita coachee secara
verbal maupun non verbal.

Memberikan pertanyaan perlu dengan coaching mindset yaitu Client Centered (Berpusat pada
Klien), Curiosity (Rasa Ingin Tahu), Flexible (Fleksibel), Mindfulness (Waspada) dan New Possibilities
(Kemungkinan-kemungkinan Baru). Client Centered atau Berpusat pada Klien artinya coach tidak
mendominasi coachee (peserta didik). Curiosity atau Rasa Ingin Tahu artinya menumbuhkan rasa
ingin belajar dan mengembangkan diri. Flexibility atau Fleksibilitas artinya terbuka untuk menerima
dan belajar untuk beradaptasi. New possibilities atau Kemungkinan-kemungkinan Baru artinya
membantu coachee untuk memiliki keyakinan baru dan menemukan makna untuk pertumbuhan
dirinya.

Prinsip coaching adalah bertanya dan menginspirasi coachee. Umpan balik coaching berorientasi
pada masa depan atau konstruktif (feedforwarding). Coach perlu merefleksikan apakah proses
coaching sesuai dengan 8 kompetensi coaching menurut International Coaching Federation (ICF).
Dalam melakukan umpan balik perlu menggunakan 4 prinsip umpan balik konstruktif
(feedforwarding) yaitu langsung, spesifik, faktor emosi, dan apresiasi.

Anda mungkin juga menyukai