Anda di halaman 1dari 41

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Republik Indonesia

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat

WILAYAH 2

Tahun Anggaran 2022-2024

1
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat

Kementerian Negara/Lembaga : Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Unit Eselon I / II : Direktorat Kesiapsiagaan Kedeputian Bidang


Pencegahan

Program : Program Ketahanan Bencana

Sasaran Program : Meningkatnya upaya pencegahan di daerah rawan


bencana.

Indikator Kinerja Program : Persentase Kabupaten/Kota yang menerapkan


upaya kesiapsiagaan

Kegiatan : Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Teknis


pada Lingkup Pencegahan Melalui Kesiapsiagaan

Sasaran Kegiatan : Meningkatnya upaya kesiapsiagaan bencana

Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah desa tangguh bencana yang


dikembangkan

Klasifikasi Rincian Output : Fasilitasi dan Pembinaan Pemerintah Desa

Indikator Klasifikasi Rincian : Jumlah desa yang mendapatkan fasilitasi


Output penguatan ketangguhan masyarakat

Rincian Output : Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat

Volume : 72

Satuan Ukur Keluaran (Output) : Desa/Kelurahan

2
A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah:
4. Peraturan Presiden RI Nomor 1 Tahun 2019 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2019
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi Nomor
13 Tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2021.
9. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 3 Tahun 2021
Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2019 Tetang
Perencanaan, Penyelenggaraan, Dan Evaluasi Terhadap Penghormatan,
Pelindungan, Dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas
10. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008
tentang Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17 Tahun 2011
tentang Pedoman Relawan Penanggulangan Bencana.
12. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2012
tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.
13. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 11 Tahun 2014
tentang Peran Serta Lembaga Usaha dalam Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana.
14. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 12 Tahun 2014
tentang Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana.
15. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2014
tentang Pengarustamaan Gender di Bidang Penanggulangan Bencana.
16. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 14 Tahun 2014
tentang Penanganan, Perlindungan dan Partisipasi Penyandang Disabilitas dalam
Penanggulangan Bencana.
17. Loan Agreement No. 8980-ID antara Pemerintah Indonesia dengan World Bank
tentang IDRIP tertanggal 7 Oktober 2020
18. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 60/PMK.02/2021 tentang
Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2022.

3
19. Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 94 Tahun
2021 tentang Standar Biaya Langsung Personel untuk Jasa Konsultansi Selain
Konstruksi di Lingkungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

B. Gambaran Umum
Indonesia merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Hal ini
dikarenakan secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak
pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, yaitu Lempeng Indo-Australia,
Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia
terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera - Jawa -
Nusa Tenggara – Maluku - Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua
dan dataran rendah serta rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus
rawan bencana seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah
longsor.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang
tinggi di dunia. Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat
menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang
sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami
tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-
gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya
(Puspito, 1994).
Selama kurun waktu 1600-2000 terdapat 105 kejadian tsunami yang 90 persen
diantaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung api dan 1
persen oleh tanah longsor (Latief dkk., 2000). Secara global, menurut laporan Bank
Dunia, Indonesia menempati urutan ke-35 sebagai negara dengan kejadian bencana
terbanyak. Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi
bencana tsunami mulai dari pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai
utara dan selatan pulau-pulau di Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara
Papua hingga seluruh pantai di Sulawesi.
Berdasarkan data dari Inarisk, terdapat 236 Kab/Kota memiliki risiko bencana
tsunami, 5.743 desa/kelurahan memiliki risiko sedang dan tinggi terhadap bencana
tsunami dengan jumlah penduduk yang berpotensi terdampak tsunami secara
langsung sebanyak 3,7 juta jiwa. Walaupun semua penduduk berisiko terkena dampak
bencana, beberapa kelompok tertentu secara tidak proporsional memiliki risiko lebih
tinggi, yaitu perempuan, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan
lainnya (seperti manula, anak-anak, dan lainnya yang diidentifikasi sesuai
dengan konteks daerah.
Kejadian bencana alam tahun 2018 di Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah dan
di sekitar Selat Sunda telah menyebabkan korban jiwa dan kerugian yang paling tinggi
dalam satu dekade terakhir. Menyusul peristiwa bencana tersebut, Pemerintah
Indonesia melaksanakan kerjasama dengan Bank Dunia untuk mendukung
pembiayaan dan bantuan teknis dalam pelaksanaan proyek investasi strategis

4
Peningkatan tata kelola risiko bencana di Indonesia dan kesiapsiagaan pemerintah dan
masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami melalui proyek Indonesia Disaster
Resilience Initiatives Project (IDRIP).
Proyek IDRIP bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana, khususnya bencana
gempabumi dan tsunami, dilaksanakan oleh BNPB dan BMKG melalui 3 komponen,
yaitu:
1. Komponen 1: Peningkatan Tata Kelola Risiko Bencana dan
Kesiapsiagaan Terhadap Bencana
Bertujuan untuk mendukung disain rencana induk MHEWS yang terkoordinasi;
melaksanakan program kesiapsiagaan bencana tingkat kota dan desa;
meningkatkan Pusdalops dan membangun Pusdalops di kabupaten/kota.
Komponen 1 terdiri dari 4 sub komponen, yaitu:
a. Sub Komponen 1.1: Peningkatan Pengetahuan Risiko Bencana. Sub
komponen 1.1 ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan
pemahanan tentang ancaman dan risiko bencana kepada masyarakat,
Pemerintah/pemerintah daerah, dunia usaha dan pemangku kepentingan
terkait dengan mendorong riset kebancanaan.
b. Sub Komponen 1.2: Peningkatan Kualitas Layanan Sistem Multi Ancaman
Bencana. Sub komponen ini didsain yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas layanan terhadap hasil pemantauan ancaman dari
Kementerian/Lembaga (K/L), khususnya terkait platform, melalui perluasan
system jaringan, peningkatan kualitas Analisa serta pembangunan platform
terintegrasi untuk penyebaran informasi peringatan dini.
c. Sub Komponen 1.3: Penyebaran Informasi dan Diseminasi . Sub Komponen
ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang risiko
bencana kepada masyarakat, inovasi tekologi dan penguatan kapasitas lokal
dalam rangka kesiapsiagaan bencana dan manajemen darurat.
d. Sub Komponen 1.4: Peningkatan Kemampuan Respon. Sub komponen ini
bertujuan untuk meningkatkan kapasitas manajemen tanggap darurat
bencana untuk dapat menganalisa dan menggunakan informasi risiko dan
informasi peringatan multi-ancaman untuk pengambilan keputusan, serta
untuk memperkuat kapasitas pemerintah pusat, pemerintah daerah
masyarakat dalam merespon informasi peringatan dini di 30 kabupaten/kota
dan 180 desa/kelurahan rawan tsunami.
2. Komponen 2: Layanan Peringatan Dini Geofisika
Bertujuan untuk meningkatkan layanan BMKG dengan mengembangkan layanan
informasi, produk peringatan, dan inisiatif pengembangan kapasitas
kelembagaan; serta meningkatkan dan memperluas jaringan pemantauan seismic,
system telekomunikasi dan TIK, dan system pemrosesan data. Komponen 2 terdiri
dari 3 Sub Komponen, yaitu;

5
Sub Komponen 2.1: Layanan Sistem Pengiriman, dengan kegiatan peralatan
yang diusulkan sesuai dengan blueprint InaTEWS yang merupakan target
jangka panjang yang harus dilakukan dan dicapai dimasa datang sehingga
InaTEWS dapat berperan sebagai global Player khususnya lingkup geofisika.
Sub Komponen 2.2: Jaringan Pemantauan dan Kapasitas Peringatan Dini,
yang bertujuan untuk memberikan dukungan teknologi, termasuk pengunaan
High Performance Computer (HPC) dan Big Data yang mendukung
percepatan peran BMKG dalam era 4.0 dengan disruptive innovation .
Sub-Komponen 2.3: Penguatan Kelembagaan dan Pengembangan Kapasitas
Pada sub-komponen ini , BMKG akan membentuk Project Management yang
berguna untuk mendetailkan tugas masing-masing pelaksana yang dibagi per
unit management berdasarkan kebutuhan dan fungsinya, baik dari sisi
administrative maupun sisi teknis.
3. Komponen 3
Komponen ini akan membantu koordinasi/pengelolaan proyek secara keseluruhan
dan peningkatan kapasitas pengelolaan program. Dalam dukungan implementasi
ini dilaksanakan pula terkait penyusunan buku laporan, baik terkait monitoring
evaluasi tahunan terhadap kegiatan IDRIP maupun buku laporan kepada publik
terkait pembelajaran kegagalan atau cerita sukses dari proyek ini atau testimoni
kebermanfaatan dari intermediate maupun end user. Komponen ini juga akan
digunakan untuk mendorong koordinasi antar lembaga teknis yang memiliki
kapasitas memantau risiko dan mengirimkan peringatan dini, serta untuk arah
pengembangan Sisperdimana kedepannya.
IDRIP sebagai sebuah investasi diarahkan untuk mendukung prioritas pembangunan
terkait peningkatan kapasitas Multihazard Early Warning System (MHEWS), dan sistem
manajemen darurat daerah, untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi peristiwa
bencana di masa depan, khususnya bencana geofisika, dan mendukung kesiapsiagaan
pemerintah di tingkat pusat dan daerah, serta ketangguhan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki perhatian serius atas
upaya-upaya peningkatan kapasitas masyarakat desa/kelurahan. Desa/Kelurahan
ialah pemerintah di tingkat paling bawah, dan masyarakatnya adalah pelaku utama
dalam upaya penanggulangan bencana, dan sekaligus menjadi kelompok pertama
yang menerima dampak bencana serta kelompok yang merespon pertama sekali (first
responder).
Sejalan dengan tujuan IDRIP tersebut, dalam rangka mendukung peningkatan
kesiapsiagaan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi
bencana, Direktorat Kesiapsiagaan akan melaksanakan kegiatan Fasilitasi Penguatan
Ketangguhan Masyarakat dengan fokus sasaran desa/kelurahan yang memiliki risiko
sedang dan tinggi tsunami.

C. Maksud dan Tujuan

6
Kegiatan Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat melalui IDRIP bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat secara inklusif di desa/kelurahan rawan tsunami
dan gempabumi yang memiliki tingkat risiko tsunami sedang dan tinggi. Adapun tujuan
yang hendak dicapai adalah:
1. Masyarakatmemiliki pengetahuan tentang kondisi ancaman bencana dilingkungan
sekitarnya, kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tsunami
yang inklusif.
2. Masyarakat dapat merespon informasi peringatan dini bencana tsunami dan
gempabumi secara tepat dan cepat yang inklusif.
3. Masyarakatmampu mengidentifikasi jalur-jalur untuk menyelamatkan diri ke
tempat yang aman ketika terjadi bencana secara inklusif.
4. Masyarakat dapat dan memiliki kemampuan melakukan evakuasi secara mandiri
ke tempat evakuasi sementara atau tempat yang lebih aman ketika terjadi bencana
secara inklusif.
D. Penerima Manfaat
Kegiatan Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat ini diharapkan akan dapat
memberikan manfaat langsung kepada masyarakat desa/kelurahan dan pemerintah
daerah yang menjadi sasaran lokasi pelaksanaan kegiatan ini dan secara tidak
langsung juga bermanfaat bagi pemerintah kabupaten/ kota dan desa/kelurahan
disekitarnya.
E. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari Kegiatan Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat
selama kurun waktu pelaksanaan tahun 2022-2024 terdiri atas:
1) Tersedianya data dasar (baseline) ketangguhan bencana tingkat desa.
2) Terbentuknya Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) tingkat desa/kelurahan
yang ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Desa.
3) Terbentuknya Relawan Penanggulangan Bencana tingkat desa/kelurahan yang
ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Desa.
4) Tersusunnya peta risiko tsunami tingkat desa/kelurahan berbasis partisipatif dan
inklusif..
5) Tersusunnya Rencana Aksi Komunitas untuk Pengurangan Risiko Bencana
Tsunami dan Gempabumi yang inklusif.
6) Terlaksananya edukasi dan sosialisasi keluarga tangguh bencana, minimal 80 KK
di setiap desa/kelurahan sasaran.
7) Terlaksananya upaya mitigasi bencana tsunami berbasis vegetasi.
8) Tersedianya SOP peringatan dini bencana berbasis masyarakat ditingkat
desa/kelurahan yang disusun secara partisipatif dan inklusif

7
9) Tersedianya peta/dokumen rencana evakuasi mandiri yang inklusif tingkat desa
dan terlaksananya uji coba atau simulasi evakuasi mandiri kepada seluruh warga
desa/kelurahan yang berada di lokasi risiko tsunami.
10) Laporan-laporan pelaksanaan kegiatan triwulan, tahunan dan laporan akhir
pelakasanaan kegiatan.

F. Ruang Lingkup Kegiatan dan Wilayah Sasaran.


1. Ruang Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat yang meliputi:
a. Kegiatan di tingkat regional/Provinsi
Kegiatan yang akan dilaksanakan ditingkat regional/provinsi terdiri atas:
1) Koordinasi dan sosialisasi dengan pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota. Kegiatan ini dilaksanakan melalui rapat koordinasi
dengan OPD tingkat provinsi dan kabupaten dengan melibatkan BPBD,
Bappeda, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Sosial dan Dinas
Kehutanan dan Llingkungan Hidup untuk mensosialisasikan rencana
pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat.
Dalam pertemuan koordinasi ini, pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota diharapkan sudah memberikan data dan rekomendasi
fasilitator provinsi dan fasilitator kabupaten/kota.
2) Rekrutmen FasilitatorProvinsi, dan Fasilitator Kabupaten/Kota,.
Rekrutmen fasilitator kabupaten/kota mengacu pada Panduan Rekrutmen
Fasilitator Daerah yang sudah ada di BNPB, rekomendasi dari BPBD
Provinsi dan Kabupaten/Kota, lebih diutamakan fasilitator yang sudah
pernah mendapatkan pelatihan pembekalan yang dilaksanakan oleh BNPB
atau BPBD, danmemastikan adanya keterwakilan fasilitator perempuan.
3) Peningkatan kapasitas pengelolaan proyek dan pelaksanaan kegiatan,
terdiri dari:
Pelatihan pengelolaan proyek kepada Ketua Koordinator Wilayah
(Team Leader), Koordinator, Wakil Koordinator, Tenaga Pendukung,
Fasilitator Provinsi, dan Fasilitator Kabupaten/Kota, dilaksanakan
dimasing-masing wilayah.
Training of Trainers (TOT) kepada Fasilitator Provinsi dan Fasilitator
Kabupaten/Kota yang diselenggarakan di masing-masing wilayah.
Kegiatan TOT ini akan melibatkan fasilitator nasional (fasnas) sebagai
trainer. Kegiatan TOT akan dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari guna
memberikan pembekalan kepada fasilitator Provinsi dan
kabupaten/kota yang nantinya akan melatih fasilitator desa/kelurahan
yang direkrut di masing-masing kabupaten/kota.

8
Fasilitator Provinsi dan fasilitator kabupaten/kota akan dilatih dengan
menggunakan modul-modul terkait desa tangguh bencana yang sudah
ada di BNPB, antara lain:
1. Modul Teknik Fasilitasi Desa Tangguh Bencana
2. Modul Advokasi Kebijakan PB tingkat Desa/Kelurahan
3. Modul Pengenalan Dasar Penanggulangan Bencana dan
Pengurangan Risiko Bencana.
4. Modul Pengembangn Forum PRB Desa/Kelurahan
5. Modul Pengembangan Tim Relawan PRB Desa/Kelurahan
6. Modul Penilaian Ketangguhan Bencana Desa dan Kelurahan
7. Modul Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif.
8. Modul Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
Desa/Kelurahan.
9. Modul Keluarga Tangguh Bencana
10. Modul Penyusunan Rencana Mitigasi Bencana
11. Modul Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif
12. Modul Penyusunan Rencana Evakuasi
13. Modul Latihan Penanganan Darurat Bencana.
14. Panduan Rekrutment Fasilitator
15. Sosialisasi mengenai inklusi sosial/ GEDSI dalam penguatan
ketangguhan bencana berbasis masyarakat.
16. Sosialisasi mengenai mekanisme FGRM dan umpan balik terkait
pelaksanaan IDRIP, termasuk Destana

4) Rapat koordinasi rutin triwulan-an dalam rangka monitoring


perkembangan pelaksanaan destana di masing-masing provinsi dengan
melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait di tingkat
Provinsi dan kabupaten/Kota, seperti BPBD, Bappeda, Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Sosial dan Dinas Kehutanan dan
Llingkungan Hidup.

b. Kegiatan di tingkat Kabupaten/Kota.


Kegiatan yang akan dilaksanakan ditingkat kabupaten terdiri atas:
1) Koordinasi dan sosialisasi dengan pemerintah kabupaten/kota dan
pemerintah desa/kelurahan. Kegiatan ini dilaksanakan melalui rapat
koordinasi dengan OPD tingkat kabupaten/kota dengan melibatkan BPBD,
Bappeda, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Sosial, Dinas

9
Kehutanan dan Llingkungan Hidup dan perwakilan pemerintah
desa/kelurahan dari desa/kelurahan yang menjadi sasaran guna
mensosialisasikan kegiatan Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat
secara inklusif yang akan dilaksanakan dilokasi
2) Rekrutmen Fasilitator desa/kelurahan. Rekrutmen Fasilitator
desa/kelurahan mengacu pada Panduan Rekrutmen Fasilitator
Desa/Kelurahan yang sudah ada di BNPB. Fasilitator Desa/Kelurahan
disetiap desa/kelurahan terdiri dari 1 orang laki-laki dan 1 orang
perempuan.
3) Pelatihan Fasilitator Pendamping Desa/Kelurahan. Fasilitator
Kabupaten/Kota yang telah mendapatkan pembekalan ditingkat regional
akan melatih Fasilitator Pendamping Desa/Kelurahan yang akan
mendampingi dan memfasilitasi masyarakat desa/kelurahan untuk
menghasilkan output yang diharapkan. Kegiatan pelatihan akan
dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari di masing-masing kabupaten/kota dan
didampingi oleh Fasilitator nasional. Fasilitator Pendamping
desa/kelurahan akan dilatih dengan menggunakan modul-modul terkait
desa tangguh bencana yang sudah ada di BNPB.

c. Kegiatan di tingkat Desa/Kelurahan


1) Penyelenggaraan sosialisasi kegiatan destana dan pengenalan dasar
penanggulangan bencana serta materi GEDSI kepada pemerintah desa,
forum/lembaga yang sudah ada ditingkat desa (termasuk kelompok PKK
desa).
2) Penilaian Ketangguhan Desa (PKD).
Penilaian Ketangguhan Desa (PKD) merupakan kegiatan awal dalam
kegiatan Destana yang bertujuan untuk memetakan kondisi dan
gambaran awal mengenai tingkat risiko, tingkat kerentanan dan tingkat
kapasitas desa dalam menghadapi ancaman tsunami sebagai data dasar
(baseline) tingkat ketangguhan bencana desa. Proses identifikasi
pelaksanaan dilaksanakan dengan partisipasi masyarakat dengan
melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) di tingkat
desa/kelurahan secara inklusif. Penilaian ketangguhan desa akan
dilaksanakan juga pada tahap akhir pelaksanaan destana untuk
mengukur dampak dari upaya ketangguhan yang telah dilaksanakan.
3) Pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB).
Fasilitasi pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana di
Desa/Kelurahan sasaran. Forum tersebut harus dapat dilembagakan
secara berkelanjutan di tingkat desa/ kelurahan dan memiliki koordinasi
yang jelas dengan Pemda, BPBD dalam penanganan darurat tanggap
bencana. Forum ini mencakup unsur pentahelix tingkat desa. Diharapkan
kedepannya, forum ini akan menjadi bagian dari keberlanjutan program
Destana dan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota (BPBD).

10
Legalisasi forum ini ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala
Desa.
4) Pembentukan Relawan PB desa/kelurahan.
Relawan PB tingkat desa/kelurahan dipilih berasal dari relawan-relawan
yang sudah ada di desa/kelurahan dengan keterwakilan wilayah,
kelompok umur, gender, dan kelompok rentan yang ditetapkan melalui
SK Kepala Desa. Proses pembentukan relawan dilaksanakan melalui
serangkaian pertemuan dengan keterlibatan aktif dari masyarakat.
5) Penyusunan peta risiko berbasis masyarakat.
Penyusunan peta risiko desa secara partisipatif dengan keterlibatan aktif
dari masyarakat. Masyarakat diberdayakan agar mampu mengenali
potensi ancaman bencana, lokasi-lokasi titik kumpul, lokasi bangunan-
bangunan strategis dan tempat evakuasi sementara di desa/kelurahan.
Pemahaman akan hal-hal di atas akan membantu ketangguhan
masyarakat. Penyusunan peta risiko dilaksanakan secara partisipatif dan
didampingi Fasilitator Pendamping Desa /Kelurahan. Peta risiko desa
yang dihasilkan dicetak dan dipasang di balai desa.
6) Penyusunan rencana aksi komunitas pengurangan risiko bencana (RAK
PRB).
Proses penyusunan Rencana Aksi Komunitas Pengurangan Risiko
Bencana (RAK-PRB) harus dilakukan secara partisipatif melibatkan unsur
pentahelix tingkat desa berdasarkan peta risiko bencana yang telah
disusun. Dokumen ini berisikan rencana kegiatan-kegiatan prioritas
desa/kelurahan dalam melaksanakan upaya-upaya PRB dalam jangka
waktu tertentu. RAK mempertimbangkan kondisi geografis dan
ketersediaan infrastruktur di wilayah desa/ kelurahan. Agar keberlanjutan
RAK PRB dapat terjamin, harus diintegrasikan menjadi bagian dalam
rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJMDes).
7) Pembentukan keluarga tangguh bencana (Katana) di desa/kelurahan.
Fasilitasi pemilihan dan penyiapan Keluarga Tangguh Bencana di
Desa/Kelurahan dengan kriteria pemilihan keluarga tangguh meliputi
pengetahuan resiko bencana, pengetahuan kedaruratan bencana,
pengetahuan akses informasi formal kebencanaan, pengetahuan lokasi
dan rute jalur evakuasi. Keluarga tangguh bencana yang terpilih akan
dibekali dengan kit (peralatan) kesiapsiagaan keluarga (dapat berupa tas
siaga bencana atau kit P3K).
8) Penyusunan SOP peringatan dini berbasis komunitas.
Penyusunan SOP peringatan bertujuan untuk memberikan panduan
kepada masyarakat dalam merespon informasi peringatan dini bencana.
Penyusunan SOP ini dilaksanakan berbasis kearifan lokal dengan
memperhatikan struktur dan budaya serta kebiasaan masyarakat
setempat dan memperhatikan prinsip inklusivitas. Kegiatan ini juga akan

11
mengidentifikasian mekanisme/ alat/kegiatan peringatan dini di tingkat
masyarakat berbasis kearifan lokal dan aset yang ada di masyarakat.
9) Penyusunan Rencana Evakuasi Mandiri tingkat desa dan uji coba/
simulasi evakuasi.
Proses penyusunan dokumen rencana evakuasi dilaksanakan melalui
peran aktif masyarakat untuk memastikan aksesbilitas jalur evakuasi,
serta dapat secara inkusif memenuhi kebutuhan anggota masyarakat
terutama dengan kerentanan tinggi Kegiatan ini meliputi pengenalan dan
pemetaan rambu evakuasi, rambu petunjuk jalur evakuasi dan rambu
tempat kumpul sementara tingkat desa. Disamping itu, setiap
keluarga/individu diberdayakan agar mampu memahami kondisi
ancaman lingkungan sekitarnya serta dapat mengindentifikasi jalur-jalur
untuk menyelamatkan diri ketika terjadi bencana. Kegiatan ini termasuk
pencetakan dan pemasangan peta jalur evakuasi di tempat-tempat
keramaian
Uji coba Rencana Evakuasi Mandiri dilakukan setelah tersusunnya
Rencana Evakuasi Mandiri Desa/Kelurahan, dimana ditentukan jalur
evakuasi, titik-titik lokasi rambu petunjuk arah jalur evakuasi, lokasi titik
kumpul/evakuasi dan SOP atau panduan pelaksanaan evakuasi dengan
struktur organisasinya. Proses penyusunan melibatkan masyarakat dan
juga kelompok rentan di masyarakat termasuk keluarga yang dinilai
paling rentan (disabilitas, manula, anak balita dan perempuan) untuk
mengetahui waktu pencapaian titik evakuasi dari lokasi rumah peserta uji
coba, dan kelengkapan serta keterujian rencana evakuasi mandiri yang
disusun
10) Mitigasi struktural/non-struktural. Salah satu upaya untuk mengurangi
risiko dan dampak bencana adalah melalui upaya mitigasi, baik mitigasi
struktural maupun non-struktural. Bentuk mitigasi struktural dapat
berupa konstruksi buatan maupun alami yang dapat mengurangi atau
meminimalisir dampak akibat bencana. Mitigasi non-struktural adalah
segala upaya/tindakan yang tidak berkaitan fisik untuk mengurangi risiko
dan dampak bencana, dapat berupa peraturan, kebijakan, sosialisasi,
peningkatan kapasitas pemerintah dan masyarakat, pelatihan dan
simulasi mitigasi bencana. Usulan kebutuhan mitigasi struktural mengacu
pada dokumen rencana aksi komunitas PRB yang telah disusun.
Kebutuhan mitigasi struktural yang diusulkan sudah memuat spesifikasi
detil. Bentuk mitigasi struktural dapat berupa mitigasi vegetasi,
pembuatan jalur evakuasi, tempat evakuasi sementara alami ataupun
papan informasi.
Dalam konteks pelaksanaan desa tangguh bencana IDRIP, untuk
mengurangi risiko bencana tsunami di wilayah pesisir selain upaya
mitigasi non-struktural, kegiatan ini juga akan mensasar upaya-upaya
mitigasi struktural, salah satunya adalah melalui pemanfaatan vegetasi

12
pantai lokal yang dapat mereduksi dampak tsunami ataupun mitigasi
struktural lainnya sesuai kebutuhan dan kesepakatan masyarakat.
Proses pelaksanaan kegiatan mitigasi struktural dilaksanakan melalui
partisipasi aktif masyarakat dimana masyarakat akan difasilitasi untuk
mengidentifikasi bentuk mitigasi struktural buatan atau alami dapat
dimanfaatkan untuk mitigasi bencana tsunami. Masyarakat
desa/kelurahan akan difasilitasi dan didampingi oleh fasilitator sejak
tahapan perencanaan, pelaksanaan hingga pemeliharaan guna menjaga
keberlanjutan mitigasi struktural yang bangun.
Seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan ditingkat desa/kelurahan
dilaksanakan melalui metoda FGD dengan musyawarah warga/ musyawarah
desa dengan pola pendampingan masyarakat oleh Fasilitator Pendamping
Desa/Kelurahan.
11) Dokumentasi dan Publikasi kegiatan Fasilitasi Ketangguhan Masyarakat pada
tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Desa memperhatikan prinsip inklusivitas
dan muatan lokal– kegiatan ini untuk mempromosikan program yang
dijalankan dan penyebarluasan informasi untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran masyarakat,ilaksanakan dengan:
a) Pembuatan poster dan alat penyebaran informasi lain berupa cetakan
b) Pelaksanaan Radio Talkshow di tingkat Kabupaten/Kota
c) Penulisan berita terkait kegiatan di media lokal
d) Membuat video dokumentasi kegiatan tiap desa dan menjadi bagian dari
laporan akhir konsultan.
12) Pengakhiran Proyek Penguatan Kesiapsiagaan Bencana – kegiatan ini terkait
dengan penutupan proyek sesuai dengan periode waktu dan target-target
yang ditetapkan. Kegiatan ini meliputi:
a) Melakukan penyusunan laporan akhir proyek dan menyampaikan ke PMU;
b) Melakukan lokakarya pengakhiran proyek di tingkat provinsi termasuk
membangun komitmen para pemangku kepentingan untuk keberlanjutan
Destana dan Katana dalam lingkup penguatan kesiapsiagaan, termasuk
pemutakhiran data Rencana Kontijensi dan PKD;
c) Menyusun rencana pengakhiran (exit strategy) yang berbasis pada
keberlanjutan;
d) Melakukan serah terima aset proyek ke pihak terkait sesuai dengan
aturan yang berlaku.
Untuk pelaksanaan seluruh kegiatan dengan indikator yang telah ditentukan, maka
akan dibentuk struktur pengelola kegiatan. Gambaran detail strukturnya dicantumkan
di Lampiran 2 dokumen ini.
2. Ruang Lingkup Wilayah Sasaran

13
Pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat Wilayah II yang
didukung melalui pendanaan IDRIP akan menargetkan 72 desa/kelurahan memiliki
tingkat risiko bencana tsunami sedang dan tinggi serta merupakan pusat-pusat
pertumbuhan dan terdapat infrastruktur vital nasional di Provinsi Bali, DI Yogyakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, NTB, Papua dan Papua Barat. Sebaran
Kabupaten/Kota pelaksanaan fasilitasi penguatan ketangguhan masyarakat dapat
dilihat Tabel 1 dibawah, serta Desa/Kelurahan lokasi intervensi dapat dilihat pada
Lampiran 1 dokumen ini.
Tabel 1: Sebaran Lokasi Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat Wilayah II
WILAYAH PROVINSI KAB JUMLAH
DESA
II BALI JEMBRANA 6
II DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KULONPROGO 6
II JAWA BARAT SUKABUMI 6
II JAWA TENGAH CILACAP 6
II JAWA TIMUR PACITAN 6
II NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK TENGAH 3
II LOMBOK UTARA 7
II MATARAM 8
II NUSA TENGGARA TIMUR ALOR 6
II MANGGARAI BARAT 6
II PAPUA JAYAPURA 6
II PAPUA BARAT SORONG 6

Gambar 1. Lokasi Sasaran Kegiatan Destana IDRIP

14
G. Jadwal Rinci Pelaksanaan Kegiatan.
Kegiatan Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat akan dilaksanakan selama 18 (delapan belas) bulan di setiap desa, terhitung mulai
kontrak kerja dengan pihak pelaksana pekerjaan, dengan jadwal rincian pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
Tabel 2: Jadwal Rinci Pelaksanaan Kegiatan
WAKTU PELAKSANAAN
NO KEGIATAN
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
A. KEGIATAN DI TINGKAT REGIONAL/ PROVINSI
1 Rapat Persiapan Pelaksanaan dengan PIU
Rapat Koordinasi Rutin Konsultan Pelaksana
2 dengan PIU
Rapat Sosialisasi dan Koordinasi Persiapan dengan
3 pemda dan Kabupaten/Kota di Provinsi
4 Rekrutmen Faskab, Fasdes
5 Pelatihan Pengelolaan Proyek
TOT Fasiliator Provinsi dan Fasilitator Kabupaten
6 oleh Fasilitator Nasional
Rapat Koordinasi Rutin Pelaksanaan Kegiatan di
7 masing-masing Provinsi
B. KEGIATAN DI TINGKAT KABUPATEN/KOTA
Rapat Sosialisasi dan Koordinasi Persiapan dengan
8 pemda Kabupaten/Kota
Pelatihan Fasilitator Desa/Kelurahan oleh Fasilitator
9 Kabupaten/Kota
C. KEGIATAN DI TINGKAT DESA
10 Sosialisasi dan Koordinasi Tingkat Desa
11 Pengenalan Dasar PB Tingkat Desa
12 Pembentukan Forum PRB
13 Pembentukan dan Pengukuhan relawan PRB
14 Penilaian Ketangguhan Desa/Kelurahan - Awal
15 Penyusunan Peta Risiko partisipatif
16 Penyusunan Rencana Aksi Komunitas PRB
17 Peringatan Dini berbasis komunitas

15
WAKTU PELAKSANAAN
NO KEGIATAN
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
18 Penyusunan Dokumen Rencana Evakuasi
19 Sosialisasi dan Edukasi KATANA
20 Mitigasi Non-struktural - Mitigasi Berbasis Vegetasi
21 Simulasi/ Ui Coba Evakuasi Mandiri
22 Penilaian Ketangguhan Desa/Kelurahan - Akhir
D. PELAPORAN
22 Laporan Pendahuluan
23 Laporan Triwulan
24 Laporan Tahunan
25 Laporan Akhir Penyelesaian Kegiatan

16
H. Kualifikasi Personil dan Penugasan
Secara umum, kebutuhan sumber daya manusia untuk kegiatan dijabarkan sebagai
dalam matriks di bawah, dengan kualifikasi dan tugas detail masing-
masingdicantumkan dalam Lampiran 3 dokumen ini.
Tabel 3: Kualifikasi Personil

Kualifika Pengalam Pengalaman


No Posisi Pendidikan
si an Sejenis
Berpengalaman ekonomi,
10 Tahun.
Ketua dalam manajemen planologi,
Pengalaman
1 Koordinator S2 proyek dengan sosial,
sejenis min.
Wilayah posisi senior. rekayasa, studi
3 tahun
pembangunan
Berpengalaman
dalam ekonomi,
Koordinator 8 Tahun.
Pemberdayaan planologi,
Bidang Pengalaman
2 S1 Masyarakat, sosial,
Pemberdayaan sejenis min.
Pembangunan rekayasa, studi
Masyarakat 3 tahun
Berbasis pembangunan
Masyarakat
pengalaman
sebagai tenaga ahli
Gender dalam
8 Tahun. program
Koordinator
Pengalaman pendampingan
3 Bidang Gender S1 Sosial
sejenis masyarakat,
dan Sosial
min.3 tahun pelaksanaan
program berbasis
masyarakat
(participatory)
Berpengalaman
dalam
melaksanakan
pelatihan-pelatihan
Koordinator 8 Tahun.
dan Manajemen/
Bidang Pelatihan/ Pengalaman
4 S1 Pengembangan Sosial/Ekonomi
Penguatan sejenis
Kapasitas /Teknik
Kapasitas min.3 tahun
Kelembagaan
dalam proyek
pemberdayaan
masyarakat
Berpengalaman
sebagai ahli
8 Tahun.
Koordinator komunikasi dan Komunikasi/
Pengalaman
5 Bidang Advokasi S1 advokasi dalam Hubungan
sejenis
dan Komunikasi proyek Masyarakat
min.3 tahun
pemberdayaan
masyarakat.
Memiliki ekonomi,
5 Tahun.
6 Wakil Koordinator S1 pengalaman dalam planologi,
Pengalaman
Bidang proyek sosial,

17
Kualifika Pengalam Pengalaman
No Posisi Pendidikan
si an Sejenis
Pemberdayaan sejenis Pemberdayaan rekayasa, studi
Masyarakat min.1 tahun Masyarakat, pembangunan
Pembangunan
Berbasis
Masyarakat.
pengalaman
sebagai tenaga ahli
Gender dalam
5 Tahun. program
Pengalaman pendampingan
7 S1 Ilmu Sosial
sejenis masyarakat,
min.1 tahun pelaksanaan
Wakil Koordinator program berbasis
Bidang Gender dan masyarakat
Sosial (participatory)
Berpengalaman
dalam
melaksanakan
pelatihan-pelatihan
Wakil Koordinator 5 Tahun.
dan Manajemen/
Bidang Pelatihan/ Pengalaman
8 S1 Pengembangan Sosial/Ekonomi
Penguatan sejenis
Kapasitas /Teknik
Kapasitas min.1 tahun
Kelembagaan
dalam proyek
pemberdayaan
masyarakat
Berpengalaman
sebagai ahli
5 Tahun.
Wakil Koordinator
komunikasi dan Komunikasi/
Pengalaman
9 Bidang Advokasi & S1 advokasi dalam Hubungan
sejenis
Komunikasi (Mass proyek Masyarakat
min.1 tahun
Komunikasi antar pemberdayaan
stakeholder) masyarakat.
Memiliki
pengalaman
sebagai ekonomi,
5 Tahun.
koordinator planologi,
Fasilitator Pengalaman
10 S1 fasilitator/ sosial,
Provinsi sejenis 2
fasilitator dalam rekayasa, studi
tahun
proyek pembangunan
pemberdayaan
masyarakat
Memiliki ekonomi,
1 Tahun.
pengalaman planologi,
Fasilitator Pengalaman
11 S1 sebagai sosial,
Kabupaten/Kota sejenis 1
koordinator rekayasa, studi
tahun
fasilitator/ pembangunan

18
Kualifika Pengalam Pengalaman
No Posisi Pendidikan
si an Sejenis
fasilitator dalam
proyek
pemberdayaan
masyarakat

Tabel 4: Jangka Waktu Penugasan Personil


Masa Kerja
No Deskripsi Jumlah OB Total
Orang
Ketua Koordinator, Koordinator dan Fasilitator 54 18 972
1 Ketua Koordinator Team Leader 1 18 18
2 Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat 1 18 18
3 Koordinator Bidang Gender dan Sosial 1 18 18
4 Koordinator Bidang Pelatihan/Penguatan Kapasitas 1 18 18
5 Koordinator Bidang Advokasi dan Komunikasi 1 18 18
6 Wakil Koordinator Bidang Pemberdayaan 9 18 162
Masyarakat
7 Wakil Koordinator Bidang Gender dan Sosial 9 18 162
8 Wakil Koordinator Bidang Pelatihan/Penguatan 1 18 18
Kapasitas
9 Wakil Koordinator Bidang Advokasi & Komunikasi 9 18 162
(Mass Komunikasi antar stakeholder)
10 Fasilitator Provinsi 9 18 162
11 Fasilitator Kabupaten/Kota 12 18 216

Tenaga Pendukung 10 18 180


1 Office Manager 1 18 18
2 Manager Administras dan Keuangan 1 18 18
3 Tenaga Desain Grafis 1 18 18
4 Tenaga Administrasi Keuangan 2 18 36
5 Tenaga Administrasi Umum 2 18 36
6 Operator Komputer 1 18 18
7 Pramubakti 2 18 36
Total 64 1152

I. Kualifikasi Penyedia Jasa.


Untuk melaksanakan komponen kegiatan sebagaimana dimaksud di atas, penyedia
jasa harus memiliki kualifikasi sebagai berikut:

Administrasi:
1. Memiliki NIB, NPWP dan SIUP untuk perusahaan nasional.
2. Memiliki izin usaha sebagai penyedia Jasa Konsultansi Manajemen Lainnya (KBLI
70209) dan Jasa Penyelenggara Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi,
Pameran (KBLI 8230) untuk perusahaan nasional.

19
3. Perusahaan penyedia jasa memiliki Sertifikat Badan Usaha Layanan Jasa
Konsultansi Manajemen dan Sertifikat MICE yang masih berlaku untuk perusahaan
nasional.
4. Memiliki status valid keterangan wajib pajak berdasarkan hasil konfirmasi status
wajib pajak untuk perusahaan nasional.
5. Laporan keuangan 3 (tiga) tahun terakhir yang sudah diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik.
6. Mempunyai atau menguasai tempat usaha/kantor dengan beralamat yang benar,
tetap dan jelas berupa milik sendiri atau sewa.
7. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri kepada kontrak yang
dibuktikan dengan akta pendirian perusahaan dan/atau perubahannya.

Kualifikasi Teknis
1. Pengalaman pekerjaan serupa berdasarkan jenis pekerjaan, kompleksitas pekerjaan,
metodologi, teknologi, atau karakteristik lainnya yang bisa menggambarkan
kesamaan, paling kurang 1 (satu) pekerjaan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir
baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak
yang dibuktikan dengan bukti kontrak/referensi dari pengguna yang dilengkapi dengan
nilai pekerjaan;

2. Calon Penyedia Jasa harus memiliki Sertifikat ISO 9001:2015 atau yang setara,
agar mendapatkan penyedia jasa yang memiliki sistem manajemen yang baik.

3. Calon Penyedia Jasa harus memiliki pengalaman minimal 1 (satu) kontrak kerja
dengan sifat pekerjaan sejenis pada bidang pengelolaan Sumber Daya Manusia
(SDM) terkait proyek pemberdayaan masyarakat, yang telah diselesaikan sebagai
penyedia utama/anggota KSO, penyedia Manajemen atau sub-penyedia dalam 10
(sepuluh) tahun terakhir terhitung sejak batas akhir pemasukan penawaran
dengan minimal nilai kontrak Rp. 46.000.000.000 (Empat Puluh Enam Milyar
rupiah) atau 2 (dua) kontrak kerja dengan sifat pekerjaan sejenis dengan masing-
masing minimal nilai kontrak Rp. 23.000.000.000 (Dua Puluh Tiga milyar rupiah)
dalam kurun waktu yang sama. Pemenuhan persyaratan kontrak kerja harus
dibuktikan dengan referensi pemberi kerja dan perjanjian KSO (jika KSO) yang
memuat porsi masing-masing anggota KSO). Dalam hal peserta lelang adalah
JV/KSO, persyaratan dapat dipenuhi oleh salah satu anggota JV/KSO;

4. Calon Penyedia Jasa harus mempunyai omzet tahunan rata-rata minimal senilai
Rp. 40.000.000.000 (Empat Puluh milyar rupiah) dalam 3 (tiga) tahun terakhir
(dihitung sebagai nilai total pembayaran sah yang diterima untuk kontrak yang
sedang berlangsung dan/atau telah selesai dalam 3 (tiga) tahun terakhir, dibagi 3).
Penerimaan proyek harus dibuktikan dengan SP2D/SP3 dan/atau bukti
penerimaan proyek lainnya yang sah yang dikeluarkan dari pihak pemberi kerja;

5. Calon Penyedia Jasa harus menunjukan kemampuan untuk mendapatkan akses,


atau memiliki sumber keuangan yang memadai untuk memenuhi perkiraan
kebutuhan cashflow pelaksanaan layanan jasa Kontrak terkait diluar kewajiban-
kewajiban lainnya dari Calon Penyedia Jasa. Sumber-sumber keuangan dimaksud
sebesar minimal Rp. 8.000.000.000 (Delapan milyar rupiah), dan harus dapat
dibuktikan dalam bentuk: i) Rekening koran Bank dari penyedia jasa dalam tiga (3)
bulan terakhir dan/atau ii) Perjanjian kredit (diluar dana untuk pembayaran Uang
Muka Kontrak) yang disertai dengan surat keterangan dari Bank yang menyatakan

20
ketersediaan dana sebesar yang dinyatakan dalam Perjanjian Kredit tersebut
untuk paket pekerjaan ini jika ditentukan sebagai pemenang;

6. Dalam hal Peserta Tender adalah sebuah Joint Venture (JV)/ Kerjasama Operasi
(KSO) maka untuk setiap anggota JV/KSO harus dijumlahkan untuk menentukan
terpenuhinya criteria kualifikasi minimum peserta dalam butir (e) dan (f), disamping
itu dipersyaratkan untuk anggota penanggungjawab (Lead Partner) dari JV/KSO
harus memenuhi minimal 40% dari yang dipersyaratkan dan untuk anggota
JV/KSO lainnya harus memenuhi minimal 15% dari yang dipersyaratkan untuk
kriteria butir 4 dan 5 diatas. Tidak terpenuhinya persyaratan ini akan menyebabkan
penolakan penawaran dari JV/KSO;

7. Dalam hal Peserta Tender adalah sebuah Joint Venture (JV)/ Kerjasama Operasi
(KSO) maka sebagai penanggungjawab (Lead Partner) dari JV/KSO adalah
penyedia jasa yang memiliki izin usaha sebagai penyedia Jasa Konsultansi
Manajemen Lainnya (KBLI 70209).

8. Joint Venture (JV)/ Kerjasama Operasi (KSO) dapat dilakukan dengan batasan
jumlah anggota maksimal 3 (tiga) perusahaan.

9. Kemampuan teknis dan manajerial perusahaan yang kuat dalam hal: (i) tahun
dalam bisnis inti (bantuan teknis, layanan konsultasi, dan layanan fasilitasi,
termasuk pelatihan dan pengembangan kapasitas), dan (ii) ketersediaan sumber
daya teknis, termasuk staf tetap dengan keterampilan dan keahlian yang relevan
untuk tugas ini.

10. Penyedia jasa juga harus dapat memenuhi ketentuan yang dilengkapi dengan surat
pernyataan kesanggupan untuk hal-hal sebagai berikut:

a. Menyediakan tempat kegiatan ditingkat provinsi dan kabupaten/kota minimal


setara hotel bintang 3.
b. Menyediakan tempat penginapan peserta pelatihan, panitia dan Narasumber
minimal setara hotel bintang 3.
c. Menyediakan kantor operasional regional berukuran minimal 200 meter persegi
dan dilengkapi dengan fasilitasi air bersih dan sanitasi, listrik, internet.
d. Menyediakan minimal 2 (dua) unit kendaraan operasional roda 4 (empat) jenis
MPV 7 penumpang minimal tahun produksi tahun 2020.
e. Menyediakan tiket pesawat pergi pulang bagi FasNas, narasumber, peserta dan
pelaksana/panitia dari homebase ke lokasi penyelenggaraan atau uang pengganti
transport darat sesuai peraturan yang berlaku.

J. Pelaporan
Semua laporan kegiatan harus disusun dengan kesimpulan dalam bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris. Khusus untuk Laporan Tahunan dan Laporan Final proyek disusun
dalam dua bahasa yakni Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Seluruh laporan proyek
dan keluarannya harus diungguh ke Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang dikelola
oleh Central Project Management Unit (CPMU) di BNPB. Jenis dan skema pelaporan
dijelaskan lebih lanjut di Lampiran 4.

21
K. Penerapan Protokol COVID-19
Pelaksanaan seluruh kegiatan IDRIP diperkirakan masih di masa periode pandemi
Covid-19. Meskipun pelaksanaan vaksin Covid 19 sudah mulai dilaksanakan,
penerapan protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah harus tetap
diterapkan. Protokol kesehatan yang diacu termasuk pengunaan masker, penjagaan
jarak dan kebersihan.

Jika melibatkan perjalanan, maka pihak yang melakukan perjalanan harus mengikuti
tes Covid-19 yang disyaratkan pemerintah saat itu, selain tiga hal di tas, juga
memperhatikan perlakukan pembatasan di daerah tujuan dan juga status dari daerah
asal dan daerah tujuan. Untuk kegiatan yang melibatkan para pemangku kepentingan
dalam sebuah pertemuan, protokol kesehatan juga harus diterapkan tanpa kecuali.
Panduan-panduan pelaksanaan protokol kesehatan yang berlaku dapat diakses di situs
Satuan Tugas Covid 19 atau situs BNPB.

L. Penutup
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat sebagai acuan bagi pelaksanaan kegiatan
Pelelangan Jasa Konsultan Manajemen untuk kegiatan Fasilitasi Penguatan
Ketangguhan Masyarakat Berbasis Komunnitas dan Keluarga Proyek IDRIP tahun
anggaran 2022-2024 di Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang dilaksanakan
tahun jamak (multi years).

Jakarta, 25 November 2022


Direktur Kesiapsiagaan

Pangarso Suryotomo

22
LAMPIRAN 1

DAFTAR DESA SASARAN FASILITASI PENGUATAN KETANGGUHAN


MASYARAKAT WILAYAH 2

NO PROVINSI KAB KEC DESA


1 BALI JEMBRANA JEMBRANA PERANCAK
2 BALI JEMBRANA MELAYA TUWED
3 BALI JEMBRANA MENDOYO DELOD BERAWAH
4 BALI JEMBRANA MENDOYO PENYARINGAN
5 BALI JEMBRANA NEGARA BANYUBIRU
6 BALI JEMBRANA NEGARA PENGAMBENGAN
7 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KULONPROGO GALUR KARANG SEWU
8 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KULONPROGO GALUR BANARAN
9 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KULONPROGO WATES KARANG WUNI
10 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KULONPROGO PANJATAN BUGEL
11 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KULONPROGO TEMON GLAGAH
12 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KULONPROGO TEMON JANGKARAN
13 JAWA BARAT SUKABUMI PALABUHANRATU PELABUHANRATU
14 JAWA BARAT SUKABUMI PALABUHANRATU JAYANTI
15 JAWA BARAT SUKABUMI CIEMAS CIWARU
16 JAWA BARAT SUKABUMI TEGAL BULEUD BUNIASIH
17 JAWA BARAT SUKABUMI TEGAL BULEUD TEGALBULEUD
18 JAWA BARAT SUKABUMI SIMPENAN LOJI
19 JAWA TENGAH CILACAP CILACAP SELATAN TEGALKAMULYAN
20 JAWA TENGAH CILACAP CILACAP SELATAN CILACAP
21 JAWA TENGAH CILACAP CILACAP TENGAH DONAN
22 JAWA TENGAH CILACAP KESUGIHAN SLARANG
23 JAWA TENGAH CILACAP KESUGIHAN KESUGIHAN KIDUL
24 JAWA TENGAH CILACAP CILACAP UTARA KARANGTALUN
25 JAWA TIMUR PACITAN NGADIROJO HADIWARNO
26 JAWA TIMUR PACITAN NGADIROJO SIDOMULYO
27 JAWA TIMUR PACITAN PACITAN SIDOHARJO
28 JAWA TIMUR PACITAN PACITAN PLOSO
29 JAWA TIMUR PACITAN PACITAN KEMBANG
30 JAWA TIMUR PACITAN SUDIMORO SUMBER REJO
31 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK TENGAH PUJUT KUTA
32 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK TENGAH PUJUT MERTAK
33 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK TENGAH PUJUT SENGKOL
34 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK UTARA PEMENANG GILI INDAH
35 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK UTARA TANJUNG TANJUNG
36 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK UTARA GANGGA GONDANG
37 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK UTARA TANJUNG SOKONG
38 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK UTARA TANJUNG SIGAR PENJALIN
39 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK UTARA TANJUNG JENGGALA
40 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK UTARA GANGGA GENGGELANG

23
NO PROVINSI KAB KEC DESA
41 NUSA TENGGARA BARAT MATARAM SEKARBELA JEMPONG BARU
42 NUSA TENGGARA BARAT MATARAM SEKARBELA TANJUNG KARANG
43 NUSA TENGGARA BARAT MATARAM SEKARBELA TANJUNG KARANG PERMAI
44 NUSA TENGGARA BARAT MATARAM SEKARBELA KARANG PULE
45 NUSA TENGGARA BARAT MATARAM AMPENAN BINTARO
46 NUSA TENGGARA BARAT MATARAM SEKARBELA KEKALIK JAYA
47 NUSA TENGGARA BARAT MATARAM AMPENAN AMPENAN SELATAN
48 NUSA TENGGARA BARAT MATARAM AMPENAN BANJAR
49 NUSA TENGGARA TIMUR ALOR TELUK MUTIARA KALABAHI BARAT
50 NUSA TENGGARA TIMUR ALOR TELUK MUTIARA KALABAHI KOTA
51 NUSA TENGGARA TIMUR ALOR TELUK MUTIARA KALABAHI TIMUR
52 NUSA TENGGARA TIMUR ALOR TELUK MUTIARA WETABUA
53 NUSA TENGGARA TIMUR ALOR TELUK MUTIARA BINONGKO
54 NUSA TENGGARA TIMUR ALOR TELUK MUTIARA MUTIARA
55 NUSA TENGGARA TIMUR MANGGARAI BARAT BOLENG BATU TIGA
56 NUSA TENGGARA TIMUR MANGGARAI BARAT BOLENG GOLOSEPANG
57 NUSA TENGGARA TIMUR MANGGARAI BARAT BOLENG SEPANG
58 NUSA TENGGARA TIMUR MANGGARAI BARAT KOMODO GORONTALO
59 NUSA TENGGARA TIMUR MANGGARAI BARAT KOMODO MACANG TANGGAR
60 NUSA TENGGARA TIMUR MANGGARAI BARAT MACANG PACAR NANGA KANTOR
61 PAPUA JAYAPURA JAYAPURA ENTROP
SELATAN
62 PAPUA JAYAPURA JAYAPURA HAMADI
SELATAN
63 PAPUA JAYAPURA JAYAPURA UTARA BAYANGKARA
64 PAPUA JAYAPURA JAYAPURA UTARA GURABESI
65 PAPUA JAYAPURA JAYAPURA UTARA MANDALA
66 PAPUA JAYAPURA JAYAPURA UTARA TANJUNG RIA
67 PAPUA BARAT SORONG SORONG MANOI KLALIGI
68 PAPUA BARAT SORONG SORONG BARAT RUFEI
69 PAPUA BARAT SORONG SORONG MANOI MALAWEI
70 PAPUA BARAT SORONG SORONG BARAT KLAWASI
71 PAPUA BARAT SORONG SORONG KLASUUR
72 PAPUA BARAT SORONG SORONG KAMPUNG BARU

24
LAMPIRAN 2
ALUR PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

CPMU

PMU

PIU

PROJECT REGIONAL
KONSULTAN
MANAGEMENT MANAGEMENT
MONEV DESTANA
CONSULTANT (PMC) CONSULTANT DESTANA

Struktur Organisasi Regional Management Consultant (RMC)


Ketua Koordinator/
Team Leader
Officer Manager
Supporting Staff

Koordinator Bidang Koordinator Bidang Pelatihan/ Koordinator Bidang Koordinator Bidang


Pemberdayaan Masyrakat Capacity Building Advokasi & Koomunikasi Gender dan Sosial

Wakil Koordinator Bidang Wakil Koordinator Bidang Wakil Koordinator Bidang Wakil Koordinator Bidang Gender
Pemberdayaan Masyrakat Prelatihan/ Capacity Building Advokasi & Komunikasi dan Sosial

Fasilitator Provinsi

Fasilitator Kabupaten
Arahan/ Instruksi
Pelaporan
Pendamping Desa/ Koordinasi
Kelurahan

Kegiatan Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat (destana) berada di bawah


pengawasan dan pengendalian PMU Komponen 1 di BNPB yang bertanggungjawab kepada
CPMU IDRIP. Dalam melaksanakan kegiata Destana, Direktorat Kesiapsiagaan selaku Project
Implementing Unit (PIU) akan bertanggungjawab kepada PMU Komponen 1 yaitu Kedeputian
Bidang Pencegahan Badan Nasional Penaggulangan Bencana.

Direktorat Kesiapsiagaan akan mengelola beberapa penyedia jasa (regional management


consultant/RMC) yang akan membantu dalam melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan
destana di lapangan. Regional Management Consultant (RMC) akan dipimpin seorang Ketua
Koordinator Wilayah (Team Leader) dengan kompetensi di bidang kebencanaan dan

25
pengelolaan proyek, juga berfungsi sebagai Team Leader Wilayah akan didukung oleh
beberapa koordinator bidang yang diperlukan dalam kerangka mencapai tujuan kegiatan ini.
Koordinator yang diperlukan termasuk sebagai berikut:

1) Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat – memastikan proses pendampingan


dan pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat yang siap dan tangguh dalam
merespon bencana tsunami dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan perencanan
dan target serta sasaran yang telah ditentukan dalam perencanaan;
2) Koordinator Bidang Pelatihan/Pengembangan Kapasitas - untuk memastikan
tercapainya peningkatan kapasitas fasilitator provinsi, fasilitator kabupaten/kota dan
fasilitator desa/kelurahan serta meningkatkan pemahaman dan penguasaan fasilitator
dalam mengaplikasikan panduan, modul dan instrumen penguatan ketangguhan
masyarakat dan keluarannya dalam konteks terjadinya keberlanjutan kegiatan pasca
pelaksanaan proyek.
3) Koordinator Bidang Advokasi dan Komunikasi – untuk memastikan adanya upaya,
strategi sosialisasi, penyampaikan informasi dan edukasi kepada seluruh pihak terkait
pelaksanaan destana;
4) Koordinator Bidang Gender dan Sosial – untuk memastikan prinsip-prinsip
keseimbangan gender dilaksanakan dengan tepat di seluruh kegiatan yang
dilaksanakan, termasuk pemahaman yang tepat terkait standar-standar gender dan
ketidakseimbangan berbasis gender dan memastikan aspek inklusivitas terakomodir
dalam setiap pelaksanaan kegiatan.

Selanjutnya di tingkat provinsi, Team Leader akan dibantu oleh Fasilitator Provinsi di masing-
masing provinsi sasaran, yang akan melaksanakan pengelolaan kegiatan di tingkat provinsi,
yang akan mengelola dan mengkoordinir kegiatan pendampingan dan fasilitasi yang
dilaksanakan oleh Fasilitator Kabupaten/Kota, Fasilitator Pendamping Desa/Kelurahan akan
melakukan pendampingan kepada masyarakat dan pemerintah desa sasaran untuk mencapai
keluaran (output) yang telah ditetapkan.

Implementasi kegiatan ini tidak terlepas dari koordinasi yang harus dilaksanakan dengan
Pemerintah Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota. Koordinasi dilaksanakan secara kontinue sejak proyek dimulai di daerah
sasaran. Koordinasi ini penting sebagai bagian dari pengebangan kapasitas daerah dan
sekaligus pada konteks kesinambungan kegiatan pasca selesainya proyek.

Keterlibatan pemerintah daerah dan BPBD di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat juga
dilaksanakan dengan adanya kontribusi yang mendukung pelaksanaan kegiatan secara
keseluruhan. Dukungan BPBD di tingkat provinsi dan kabupaten/kota diharapkan dengan
penyediaan ruangan untuk kantor lapangan di provinsi dan kabupaten/kota sasaran program.

Sinergi yang baik antara pelaksanaan kegiatan dan dukungan pemerintah daerah dan BPBD
dapat dipastikan akan memungkinkan pencapaian target dan keluaran (output) yang telah
ditetapkan di tahapan perencanaan, selaras dengan indikator-indikator kegiatan.

26
LAMPIRAN 3

KEBUTUHAN PERSONIL
FASILITASI PENGUATAN KETANGGUHAN MASYARAKAT - WILAYAH 2

Posisi Ketua Koordinator Wilayah (Team Leader )


Laporan Direktur Kesiapsiagaan
Koordinasi Direktur Kesiapsiagaan, PIU, Pemerintah Provinsi, dan BPBD Provinsi
Durasi 18 Bulan
Lokasi Denpasar, Bali
Spesialisasi Pengurangan Risiko Bencana (Disaster Risk Management), Pengelolaan
Kebencanaan (Disaster Management)
Kualifikasi  Memiliki gelar minimal Master (S2) di bidang ekonomi, planologi, sosial,
rekayasa, studi pembangunan, atau pun yang relevan;
 Memiliki minimal 10 tahun pengalaman kerja akumulatif dengan
pengalaman kerja di bidang sejenis minimal 3 tahun termasuk
manajemen proyek dengan posisi senior di salah satu program regional
atau provinsi;
 Memiliki pengalaman dalam bidang pendampingan masyarakat,
pengurangan risiko bencana, dengan skala yang minimal sama;
 Memiliki pengalaman dalam berkerja di proyek yang didanai oleh donor
berupa hibah dan pinjaman (PHLN);
 Memiliki kemampuan manajemen, komunikasi interpersonal yang baik
dan mampu bekeja secara efektif dengan Bahasa Inggris dan Indonesia;
 Memiliki pengalaman bekerja di daerah sasaran lebih disukai;
 Menguasai/memahami budaya, kebiasaan, kearifan lokal dan Bahasa
daerah setempat lebih disukai;
 Memiliki kemampuan berkomunikasi dan mampu menulis dalam
Bahasa Indonesia untuk memperlancar proses komunikasi, koordinasi
dan kolaborasi di lapangan;
 Memiliki pengalaman kerja lebih dari 10 tahun tidak akan memberikan
nilai tambah.

Tugas  Melakukan pengelolaan proyek secara keseluruhan termasuk


perencanaan, implementasi, supervisi, monitoring, evaluasi dan
pengecekan kualitas pekerjaan sesuai dengan panduan dan dokumen-
dokumen perencanaan program IDRIP;
 Membantu PMU dan PIU untuk melaksanaan seluruh kegiatan yang telah
direncanakan di Rencana Kerja, termasuk Menyusun strategi
pelaksanaan, target, memastikan PMU memiliki anggaran operasi dan
menjalankan kegiatan, melaksanakan telaah kinerja triwlan dan
memberikan dukungan teknis, serta melaksanakan koordinasi dan
kolaborasi dengan dukungan advisory dan konsultan individu di CPMU;
 Menetapkan mekanisme pengecekan kualitas pekerjaan untuk
memastikan pelaksanaan yang berkualitas dan tepat waktu serta
mematuhi aturan dan kebijakan proyek yang telah ditentukan, dapat
merespon dengan cepat masalah yang timbul, memenuhi target dan
standar yang disyaratkan, memberikan arahan yang efektif dan
pemecahan persoalan dan mampu menjalin dan memastikan komunikasi
antara pusat dan daerah dapat berjalan baik;

27
 Mendukung PMU dan PIU untuk memastikan konsistensi kebijakan dan
panduan yang ada dengan pelaksanaan kegiatan di lapangan;
 Mendukung perencanaan program termasuk dukungan persiapan
anggaran dan revisinya, menentukan target-target tahunan untuk Key
Performance Indicator (KPI), Menyusun Rencana Kerja Tahunan (AWP),
melaksanakan pertemuan koordinasi dan diskusi dengan PMU, PIU dan
pemangku kepentingan di pusat dan daerah;
 Memastikan pemutakhiran perkembangan pelaksanaan kegiatan proyek
yang dilaksanakan secara teratur, memuat informasi yang handal dan
tepat waktu, ke dalam Sistem Manajemen Informasi (SIM) yang dikelola,
yang digunakan menjadi basis pelaporan pelaksanaan proyek dan dapat
dimanfaatkan semua pemangku kepentingan proyek IDRIP.
 Mengembangkan pendekatan-pendekatan yang inovatif, sesuai dengan
konteks lokasi, budaya dan kebiasaan berbasis pembelajaran dan
kebijakan-kebijakan berbasis kearifan local (Local Wisdom) dan
memperhatikan kelompok rentan, standar perlindugan lingkungan dan
sosial serta system pengaduan yang dapat diakses seluruh pemangku
kepentingan khususnya masyarakat sebagai pemangku kepentingan
langsung proyek.

Keluaran  Semua laporan proyek wilayah 2;


 Panduan Pelaksanaan kegiatan proyek IDRIP;
 Strategi, Rencana Pelaksanaan, Target untuk semua KPI dan
keluarannya;
 Rencana Pengelolaan Team Kerja termasuk pengawasan, monitoring,
evaluasi, dan pembelajaran;
 Rencana Pelaksanaan Pengembangan kapasitas;
 Target pencapaian dan penyerapan tahunan.
Akuntabilitas  Semua Indikator Kinerja Kunci (KPI) dan PDO
 Pelaksanaan proyek yang terkelola dengan baik termasuk
perencanaan, pelaksanaan, supervise, monitoring dan evaluasi
 Kinerja yang baik dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat Provinsi,
Kabupaten dan Desa/Kelurahan;
 Pelaporan kemajuan pekerjaan ke Sistem Informasi Manajemen (SIM)
tepat waktu.

Posisi Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat


Laporan Ketua Koordinator Wilayah (Team Leader )
Koordinasi Pemerintah Provinsi, BPBD Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan
BPBD Kabupaten/Kota
Durasi 18 Bulan
Lokasi Denpasar, Bali
Spesialisasi Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan Berbasis Masyarakat
(participatory approach)
Kualifikasi  Memiliki gelar minimal Sarjana (S1) di bidang ekonomi, planologi,
sosial, rekayasa, studi pembangunan, atau pun yang relevan;
 Memiliki minimal 8 tahun pengalaman kerja akumulatif dengan
pengalaman kerja di bidang sejenis minimal 3 tahun termasuk
manajemen proyek di tingkat regional atau provinsi;

28
 Memiliki pengalaman dalam bidang pendampingan masyarakat,
pelaksanaan program berbasis masyarakat (participatory) dalam
bidang pengelolaan kebencanaan atau pengurangan risiko bencana
(PRB);
 Memiliki pengalaman dalam berkerja di program atau proyek yang
didanai oleh donor berupa hibah atau pinjaman (PHLN);
 Memiliki kemampuan manajemen, komunikasi interpersonal yang baik
dan mampu bekeja secara efektif dan efisien;
 Memiliki pengalaman di wilayah yang sama lebih disukai;
 Memiliki pemahaman budaya, kebiasaan, kearifan lokal atau Bahasa
daerah setempat lebih disukai;
 Memiliki kemampuan berkomunikasi dan mampu menulis dalam
Bahasa Indonesia untuk memperlancar proses komunikasi,
koordinasi, dan pendampingan di lapangan;
 Memiliki pengalaman kerja lebih dari 8 tahun tidak akan memberikan
nilai tambah.

Tugas  Melakukan perencanaan, supervisi, monitoring, evaluasi serta


pengecekan kualitas pekerjaan pendampingan masyarakat sesuai
dengan panduan dan dokumen-dokumen perencanaan program IDRIP
dalam melaksanakan kegiatan Destana dan Katana;
 Membantu PMU dan PIU untuk melaksanaan seluruh kegiatan yang
telah direncanakan di Rencana Kerja, termasuk Menyusun strategi
pelaksanaan dan target seluruh kegiatan pendampingan dan
pemberdayaan masyarakat dan memberikan dukungan teknis
pelaksanaan kegiatan di lapangan, serta melaksanakan koordinasi dan
kolaborasi dengan dukungan tim penasehat di CPMU;
 Menetapkan mekanisme pengecekan kualitas pekerjaan untuk
memastikan pelaksanaan yang berkualitas dan tepat waktu serta
mematuhi aturan dan kebijakan proyek yang telah ditentukan, dapat
merespon dengan cepat masalah yang timbul, memenuhi target dan
standar yang disyaratkan, memberikan arahan yang efektif dan
pemecahan persoalan dan mampu menjalin dan memastikan
komunikasi dengan daerah dapat berjalan baik;
 Mendukung Team Leader dan PIU untuk memastikan konsistensi
kebijakan dan panduan yang ada dengan pelaksanaan kegiatan di
lapangan terkait pemberdayaan masyarakat;
 Mendukung Team Leader dalam perencanaan program termasuk
menentukan target-target tahunan untuk Key Performance Indicator
(KPI), Menyusun Rencana Kerja Tahunan (AWP), melaksanakan atau
memfasilitasi pertemuan koordinasi dan diskusi dengan pemangku
kepentingan di regional dan daerah;
 Memastikan pemutakhiran perkembangan pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat/fasilitasi proyek yang dilaksanakan secara
teratur, memuat informasi yang handal dan tepat waktu ke Sistem
Manajemen Informasi (SIM), yang digunakan menjadi basis pelaporan
pelaksanaan proyek secara keseluruhan, dan dapat dimanfaatkan
semua pemangku kepentingan proyek IDRIP;
 Mendukung dan memberikan saran teknis terkait pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat kepada Koordinator Provinsi,
Koordinator Kabupaten dan Fasilitator, dimana diperlukan;

29
 Mengembangkan pendekatan-pendekatan yang inovatif, sesuai
dengan konteks lokasi, budaya dan kebiasaan berbasis pembelajaran
dan kebijakan-kebijakan berbasis kearifan lokal (Local Wisdom) dan
memperhatikan kelompok rentan, standar perlindungan lingkungan
dan sosial.

Keluaran  Laporan proyek wilayah 2 terkait pelaksanaan Pemberdayaan


Masyarakat dan pendampingan di program Destana dan Katana;
 Panduan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat;
 Strategi, Rencana Pelaksanaan, Target untuk semua KPI tekait;
 Rencana pengelolaan team kerja dan pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat termasuk supervisi, monitoring, evaluasi, dan
pembelajaran;
 Target pencapaian indikator kunci tahunan terkait.
Akuntabilitas  Semua Indikator Kinerja Kunci (KPI) terkait;
 Pelaksanaan proyek yang terkelola dengan baik termasuk
perencanaan, pelaksanaan, supervisi, monitoring dan evaluasi
 Kinerja yang baik dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat wilayah
(region), provinsi, kabupaten dan desa/kelurahan;
 Pelaporan kemajuan pekerjaan Pendampingan Masyarakat ke Sistem
Informasi Manajemen (SIM) yang tepat waktu.

Posisi Koordinator Bidang Pelatihan/Pengembangan Kapasitas


Laporan Ketua Koordinator Wilayah (Team Leader )
Koordinasi Pemerintah Provinsi, BPBD Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan
BPBD Kabupaten/Kota
Durasi 18 Bulan
Lokasi Denpasar, Bali
Spesialisasi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan (Institutional Capacity Building),
Kebijakan Publik dan Tata Kelola (Public Policy and Governance)
Kualifikasi  Memiliki gelar minimal Sarjana (S1) di bidang ekonomi, planologi,
sosial, rekayasa, studi pembangunan, atau pun yang relevan;
 Memiliki minimal 8 tahun pengalaman kerja akumulatif dengan
pengalaman kerja di bidang Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
(Institutional Capacity Building), atau Kebijakan Publik dan Tata Kelola
(Public Policy and Governance) minimal 3 tahun termasuk manajemen
proyek di tingkat regional atau provinsi;
 Memiliki pengalaman Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
(Institutional Capacity Building), Kebijakan Publik dan Tata Kelola
(Public Policy and Governance) dalam program pendampingan
masyarakat, pelaksanaan program berbasis masyarakat (participatory)
dalam bidang pengelolaan kebencanaan atau pengurangan risiko
bencana (PRB) lebih disukai;
 Memiliki pengalaman Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
(Institutional Capacity Building), atau Kebijakan Publik dan Tata Kelola
(Public Policy and Governance) di program atau proyek yang didanai
oleh donor berupa hibah atau pinjaman (PHLN);
 Memiliki kemampuan manajemen, komunikasi interpersonal yang baik
dan mampu bekeja secara efektif dan efisien;
 Memiliki pengalaman bekerja di wilayah yang sama lebih disukai;

30
 Memiliki pemahaman budaya, kebiasaan, kearifan lokal atau Bahasa
daerah setempat lebih disukai;
 Memiliki kemampuan berkomunikasi dan mampu menulis dalam
Bahasa Indonesia untuk memperlancar proses komunikasi,
koordinasi, dan pendampingan di lapangan;
 Memiliki pengalaman kerja lebih dari 8 tahun tidak akan memberikan
nilai tambah.

Tugas  Melakukan perencanaan kegiatan Pengembangan Kapasitas


Kelembagaan (Institutional Capacity Building) serta pengawasan
terhadap pelaksanaannya di lapangan sesuai dengan panduan dan
dokumen-dokumen perencanaan program IDRIP dalam melaksanakan
kegiatan Rencana Kontijensi, Destana dan Katana;
 Membantu PMU dan PIU untuk melaksanaan seluruh kegiatan yang
telah direncanakan di Rencana Kerja, khususnya terkait kegiatan
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan (Institutional Capacity
Building), termasuk Menyusun strategi pelaksanaan dan target seluruh
kegiatan, serta melaksanakan koordinasi dan kolaborasi dengan
dukungan tim penasehat di CPMU;
 Menetapkan mekanisme pengecekan kualitas pekerjaan terkait
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan (Institutional Capacity
Building), untuk memastikan pelaksanaan yang berkualitas dan tepat
waktu serta mematuhi aturan dan kebijakan proyek yang telah
ditentukan, dapat merespon dengan cepat masalah yang timbul,
memenuhi target dan standar yang disyaratkan, memberikan arahan
yang efektif dan pemecahan persoalan dan mampu menjalin dan
memastikan komunikasi dengan daerah dapat berjalan baik;
 Mendukung Team Leader dan PIU untuk memastikan konsistensi
kebijakan dan panduan yang ada dengan pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan (Institutional Capacity
Building) di lapangan;
 Mendukung Team Leader dalam perencanaan program termasuk
menentukan target-target tahunan untuk Key Performance Indicator
(KPI), Menyusun Rencana Kerja Tahunan (AWP), melaksanakan atau
memfasilitasi pertemuan koordinasi dan diskusi dengan pemangku
kepentingan di regional dan daerah;
 Memastikan pemutakhiran perkembangan pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan (Institutional Capacity
Building) yang dilaksanakan secara teratur, memuat informasi yang
handal dan tepat waktu ke Sistem Manajemen Informasi (SIM), yang
digunakan menjadi basis pelaporan pelaksanaan proyek secara
keseluruhan, dan dapat dimanfaatkan semua pemangku kepentingan
proyek IDRIP;
 Mendukung dan memberikan saran teknis terkait Pengembangan
Kapasitas Kelembagaan (Institutional Capacity Building) kepada
Koordinator Provinsi, Koordinator Kabupaten dan Fasilitator, dimana
diperlukan;
 Mengembangkan pendekatan-pendekatan yang inovatif, sesuai
dengan konteks lokasi, budaya dan kebiasaan berbasis pembelajaran
dan kebijakan-kebijakan berbasis kearifan lokal (Local Wisdom) dan
memperhatikan kelompok rentan, standar perlindungan lingkungan
dan sosial.

31
Keluaran  Laporan proyek wilayah 2 terkait pelaksanaan Pengembangan
Kapasitas Kelembagaan (Institutional Capacity Building);
 Panduan Pelaksanaan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
(Institutional Capacity Building);
 Strategi, Rencana Pelaksanaan, Target untuk semua KPI tekait;
 Rencana pengelolaan team kerja dan pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan (Institutional Capacity
Building) termasuk supervisi, monitoring, evaluasi, dan
pembelajaran;
 Target pencapaian indikator kunci tahunan terkait Pengembangan
Kapasitas Kelembagaan (Institutional Capacity Building).
Akuntabilitas  Semua Indikator Kinerja Kunci (KPI) terkait;
 Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
(Institutional Capacity Building) proyek yang terkelola dengan baik
termasuk perencanaan, pelaksanaan, supervisi, monitoring dan
evaluasinya;
 Kinerja yang baik dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan
Kapasitas Kelembagaan (Institutional Capacity Building) di tingkat
wilayah (region), provinsi, kabupaten dan desa/kelurahan;
 Pelaporan kemajuan pekerjaan ke Sistem Informasi Manajemen
(SIM) yang tepat waktu.

Posisi Koordinator Bidang Gender dan Sosial


Laporan Ketua Koordinator Wilayah (Team Leader )
Koordinasi Pemerintah Provinsi, BPBD Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan
BPBD Kabupaten/Kota
Durasi 18 Bulan
Lokasi Denpasar, Bali
Spesialisasi Isu-isu Gender: Keseimbangan Gender (Gender Equality), Kekerasan
Berbasis Gender (Gender-based Violence)
Kualifikasi  Memiliki gelar minimal Sarjana (S1) di bidang ekonomi, planologi,
sosial, rekayasa, studi pembangunan, atau pun yang relevan;
 Memiliki minimal 8 tahun pengalaman kerja akumulatif dengan
pengalaman kerja di bidang Keseimbangan Gender (Gender Equality),
Kekerasan Berbasis Gender (Gender-based Violence) minimal 3 tahun
termasuk manajemen proyek di tingkat regional atau provinsi;
 Memiliki pengalaman Keseimbangan Gender (Gender Equality),
Kekerasan Berbasis Gender (Gender-based Violence) dalam program
pendampingan masyarakat, pelaksanaan program berbasis
masyarakat (participatory), dalam bidang pengelolaan kebencanaan
atau pengurangan risiko bencana (PRB) lebih disukai;
 Memiliki pengalaman Keseimbangan Gender (Gender Equality),
Kekerasan Berbasis Gender (Gender-based Violence) di program atau
proyek yang didanai oleh donor berupa hibah atau pinjaman (PHLN);
 Memiliki kemampuan manajemen, komunikasi interpersonal yang baik
dan mampu bekeja secara efektif dan efisien;
 Memiliki pengalaman bekerja di wilayah yang sama lebih disukai;

32
 Memiliki pemahaman budaya, kebiasaan, kearifan lokal atau Bahasa
daerah setempat lebih disukai;
 Memiliki kemampuan berkomunikasi dan mampu menulis dalam
Bahasa Indonesia untuk memperlancar proses komunikasi,
koordinasi, dan pendampingan di lapangan;
 Memiliki pengalaman kerja lebih dari 8 tahun tidak akan memberikan
nilai tambah.

Tugas  Melakukan perencanaan kegiatan Keseimbangan Gender (Gender


Equality), Kekerasan Berbasis Gender (Gender-based Violence) serta
pengawasan terhadap pelaksanaannya di lapangan sesuai dengan
panduan dan dokumen-dokumen perencanaan program IDRIP dalam
melaksanakan kegiatan Rencana Kontijensi, Destana dan Katana;
 Membantu PMU dan PIU untuk melaksanaan seluruh kegiatan yang
telah direncanakan di Rencana Kerja, khususnya terkait kegiatan
Keseimbangan Gender (Gender Equality), Kekerasan Berbasis Gender
(Gender-based Violence) termasuk menyusun strategi pelaksanaan
dan target seluruh kegiatan, serta melaksanakan koordinasi dan
kolaborasi dengan dukungan tim penasehat di CPMU;
 Menetapkan mekanisme pengecekan kualitas pekerjaan terkait
Keseimbangan Gender (Gender Equality), Kekerasan Berbasis Gender
(Gender-based Violence), untuk memastikan pelaksanaan yang
berkualitas dan tepat waktu serta mematuhi aturan dan kebijakan
proyek yang telah ditentukan, dapat merespon dengan cepat masalah
yang timbul, memenuhi target dan standar yang disyaratkan,
memberikan arahan yang efektif dan pemecahan persoalan dan
mampu menjalin dan memastikan komunikasi dengan daerah dapat
berjalan baik;
 Mendukung Team Leader dan PIU untuk memastikan konsistensi
kebijakan dan panduan yang ada dengan pelaksanaan kegiatan
Keseimbangan Gender (Gender Equality), Kekerasan Berbasis Gender
(Gender-based Violence) di lapangan;
 Mendukung Team Leader dalam perencanaan program termasuk
menentukan target-target tahunan untuk Key Performance Indicator
(KPI), Menyusun Rencana Kerja Tahunan (AWP), melaksanakan atau
memfasilitasi pertemuan koordinasi dan diskusi dengan pemangku
kepentingan di regional dan daerah;
 Memastikan pemutakhiran perkembangan pelaksanaan kegiatan
Keseimbangan Gender (Gender Equality), Kekerasan Berbasis Gender
(Gender-based Violence) yang dilaksanakan secara teratur, memuat
informasi yang handal dan tepat waktu ke Sistem Manajemen
Informasi (SIM), yang digunakan menjadi basis pelaporan pelaksanaan
proyek secara keseluruhan, dan dapat dimanfaatkan semua pemangku
kepentingan proyek IDRIP;
 Mendukung dan memberikan saran teknis terkait Keseimbangan
Gender (Gender Equality), Kekerasan Berbasis Gender (Gender-based
Violence) kepada Koordinator Provinsi, Koordinator Kabupaten dan
Fasilitator, dimana diperlukan;
 Mengembangkan pendekatan-pendekatan yang inovatif, sesuai
dengan konteks lokasi, budaya dan kebiasaan berbasis pembelajaran
dan kebijakan-kebijakan berbasis kearifan lokal (Local Wisdom) dan

33
memperhatikan kelompok rentan, standar perlindungan lingkungan
dan sosial.

Keluaran  Laporan proyek wilayah 2 terkait pelaksanaan Keseimbangan Gender


(Gender Equality), Kekerasan Berbasis Gender (Gender-based
Violence);
 Panduan Pelaksanaan Keseimbangan Gender (Gender Equality),
Kekerasan Berbasis Gender (Gender-based Violence);
 Strategi, Rencana Pelaksanaan, Target untuk semua KPI tekait;
 Rencana pengelolaan team kerja dan pelaksanaan kegiatan
Keseimbangan Gender (Gender Equality), Kekerasan Berbasis Gender
(Gender-based Violence) termasuk supervisi, monitoring, evaluasi,
dan pembelajaran;
 Target pencapaian indikator kunci tahunan terkait Keseimbangan
Gender (Gender Equality), Kekerasan Berbasis Gender (Gender-based
Violence).
Akuntabilitas  Semua Indikator Kinerja Kunci (KPI) terkait;
 Pelaksanaan kegiatan Keseimbangan Gender (Gender Equality),
Kekerasan Berbasis Gender (Gender-based Violence) proyek yang
terkelola dengan baik termasuk perencanaan, pelaksanaan, supervisi,
monitoring dan evaluasinya;
 Kinerja yang baik dalam pelaksanaan kegiatan Keseimbangan Gender
(Gender Equality), Kekerasan Berbasis Gender (Gender-based
Violence) di tingkat wilayah (region), provinsi, kabupaten dan
desa/kelurahan;
 Pelaporan kemajuan pekerjaan ke Sistem Informasi Manajemen
(SIM) yang tepat waktu.

Posisi Fasilitator Provinsi


Laporan Ketua Koordinator Wilayah
Koordinasi Pemerintah Provinsi, BPBD Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan
BPBD Kabupaten/Kota
Durasi 18 Bulan
Lokasi Provinsi di Wilayah II
Spesialisasi Pengelolaan Kebencanaan, Pengurangan Risiko Bencana (PRB), atau
Pemberdayaan Masyarakat, atau Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
Kualifikasi  Memiliki gelar minimal Sarjana (S1) di bidang ekonomi, planologi,
sosial, rekayasa, studi pembangunan, atau pun yang relevan;
 Memiliki minimal 5 tahun pengalaman kerja akumulatif dengan
pengalaman kerja di bidang Pengelolaan Kebencanaan, Pengurangan
Risiko Bencana (PRB), atau Pemberdayaan Masyarakat, atau
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan minimal 2 tahun;
 Memiliki pengalaman Pengelolaan Kebencanaan, Pengurangan Risiko
Bencana (PRB), atau Pemberdayaan Masyarakat, atau Pengembangan
Kapasitas Kelembagaan dalam program pendampingan masyarakat,
pelaksanaan program berbasis masyarakat (participatory) lebih
disukai;

34
 Memiliki pengalaman Pengelolaan Kebencanaan, Pengurangan Risiko
Bencana (PRB), atau Pemberdayaan Masyarakat, atau Pengembangan
Kapasitas Kelembagaan di program atau proyek yang didanai oleh
donor berupa hibah atau pinjaman (PHLN);
 Memiliki kemampuan manajemen, komunikasi interpersonal yang baik
dan mampu bekeja secara efektif dan efisien;
 Memiliki pengalaman bekerja di wilayah yang sama lebih disukai;
 Memiliki pemahaman budaya, kebiasaan, kearifan lokal atau Bahasa
daerah setempat lebih disukai;
 Memiliki kemampuan berkomunikasi dan mampu menulis dalam
Bahasa Indonesia untuk memperlancar proses komunikasi,
koordinasi, dan pendampingan di lapangan;
 Memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun tidak akan memberikan
nilai tambah.

Tugas  Melakukan perencanaan kegiatan Pendampingan di Provinsi serta


pengawasan terhadap pengelolaannya/ pelaksanaannya di lapangan
sesuai dengan panduan dan dokumen-dokumen perencanaan program
IDRIP dalam melaksanakan kegiatan Rencana Kontijensi, Destana dan
Katana;
 Membantu PMU dan PIU untuk melaksanaan seluruh kegiatan yang
telah direncanakan di Rencana Kerja, khususnya terkait kegiatan
Pendampingan di Provinsi termasuk menyusun strategi pelaksanaan
dan target seluruh kegiatan, serta melaksanakan koordinasi dan
kolaborasi dengan dukungan tim penasehat di CPMU;
 Menetapkan mekanisme pengecekan kualitas pekerjaan terkait
Pendampingan di Provinsi, untuk memastikan pelaksanaan yang
berkualitas dan tepat waktu serta mematuhi aturan dan kebijakan
proyek yang telah ditentukan, dapat merespon dengan cepat masalah
yang timbul, memenuhi target dan standar yang disyaratkan,
memberikan arahan yang efektif dan pemecahan persoalan dan
mampu menjalin dan memastikan komunikasi dengan daerah dapat
berjalan baik;
 Mendukung Team Leader dan untuk memastikan konsistensi kebijakan
dan panduan yang ada dengan pelaksanaan kegiatan Pendampingan
di Provinsi di lapangan;
 Mendukung Team Leader dalam perencanaan program termasuk
menentukan target-target tahunan untuk Key Performance Indicator
(KPI), Menyusun Rencana Kerja Tahunan (AWP), melaksanakan atau
memfasilitasi pertemuan koordinasi dan diskusi dengan pemangku
kepentingan di provinsi dan kabupaten/kota;
 Memastikan pemutakhiran perkembangan pelaksanaan kegiatan
Pendampingan di Provinsi yang dilaksanakan secara teratur, memuat
informasi yang handal dan tepat waktu ke Sistem Manajemen
Informasi (SIM), yang digunakan menjadi basis pelaporan pelaksanaan
proyek secara keseluruhan, dan dapat dimanfaatkan semua pemangku
kepentingan proyek IDRIP;
 Mendukung dan memberikan saran teknis terkait pendampingan atau
fasilitasi keapda Koordinator Kabupaten dan Fasilitator, dimana
diperlukan;
 Mengembangkan pendekatan-pendekatan yang inovatif, sesuai
dengan konteks lokasi, budaya dan kebiasaan berbasis pembelajaran

35
dan kebijakan-kebijakan berbasis kearifan lokal (Local Wisdom) dan
memperhatikan kelompok rentan, standar perlindungan lingkungan
dan sosial.

Keluaran  Laporan proyek wilayah 2 terkait pelaksanaan Pendampingan di


Provinsi
 Panduan Pelaksanaan Pendampingan di Kabupaten/Kota;
 Strategi, Rencana Pelaksanaan, Target untuk semua KPI tekait;
 Rencana pengelolaan team kerja dan pelaksanaan kegiatan
Pendampingan di Provinsi termasuk supervisi, monitoring, evaluasi,
dan pembelajaran;
 Target pencapaian indikator kunci tahunan terkait Pendampingan di
Provinsi.
Akuntabilitas  Semua Indikator Kinerja Kunci (KPI) terkait;
 Pelaksanaan kegiatan Pendampingan di Provinsi proyek yang terkelola
dengan baik termasuk perencanaan, pelaksanaan, supervisi,
monitoring dan evaluasinya;
 Kinerja yang baik dalam pelaksanaan kegiatan Pendampingan di
tingkat provinsi, kabupaten dan desa/kelurahan;
 Pelaporan kemajuan pekerjaan ke Sistem Informasi Manajemen (SIM)
yang tepat waktu.

Posisi Fasilitator Kabupaten/Kota


Laporan Fasilitator Provinsi
Koordinasi Pemerintah Kabupaten/Kota, BPBD Kabupaten/Kota dan Pemerintah
Desa/Kelurahan
Durasi 18 Bulan
Lokasi Kabupaten/Kota di Wilayah II
Spesialisasi Pengelolaan Kebencanaan, Pengurangan Risiko Bencana (PRB), atau
Pemberdayaan Masyarakat, atau Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
Kualifikasi  Memiliki gelar minimal Sarjana (S1) di bidang ekonomi, planologi,
sosial, rekayasa, studi pembangunan, atau pun yang relevan;
 Memiliki minimal 4 tahun pengalaman kerja akumulatif dengan
pengalaman kerja di bidang Pengelolaan Kebencanaan, Pengurangan
Risiko Bencana (PRB), atau Pemberdayaan Masyarakat, atau
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan minimal 2 tahun;
 Memiliki pengalaman Pengelolaan Kebencanaan, Pengurangan Risiko
Bencana (PRB), atau Pemberdayaan Masyarakat, atau Pengembangan
Kapasitas Kelembagaan dalam program pendampingan masyarakat,
pelaksanaan program berbasis masyarakat (participatory) lebih
disukai;
 Memiliki pengalaman Pengelolaan Kebencanaan, Pengurangan Risiko
Bencana (PRB), atau Pemberdayaan Masyarakat, atau Pengembangan
Kapasitas Kelembagaan di program atau proyek yang didanai oleh
donor berupa hibah atau pinjaman (PHLN);
 Memiliki kemampuan manajemen, komunikasi interpersonal yang baik
dan mampu bekeja secara efektif dan efisien;
 Memiliki pengalaman bekerja di wilayah yang sama lebih disukai;

36
 Memiliki pemahaman budaya, kebiasaan, kearifan lokal atau Bahasa
daerah setempat lebih disukai;
 Memiliki kemampuan berkomunikasi dan mampu menulis dalam
Bahasa Indonesia untuk memperlancar proses komunikasi, koordinasi,
dan pendampingan di lapangan;
Tugas  Melakukan perencanaan kegiatan Pendampingan di Kabupaten dan
Desa/Kelurahan serta pengawasan terhadap pengelolaannya/
pelaksanaannya di lapangan sesuai dengan panduan dan dokumen-
dokumen perencanaan program IDRIP dalam melaksanakan kegiatan
Rencana Kontijensi, Destana dan Katana;
 Membantu PMU dan PIU untuk melaksanaan seluruh kegiatan yang
telah direncanakan di Rencana Kerja, khususnya terkait kegiatan
Pendampingan di Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan termasuk
menyusun strategi pelaksanaan dan target seluruh kegiatan, serta
melaksanakan koordinasi dan kolaborasi dengan dukungan tim
penasehat di CPMU;
 Menetapkan mekanisme pengecekan kualitas pekerjaan terkait
Pendampingan di Kabupaten/Kota untuk memastikan pelaksanaan
yang berkualitas dan tepat waktu serta mematuhi aturan dan
kebijakan proyek yang telah ditentukan, dapat merespon dengan cepat
masalah yang timbul, memenuhi target dan standar yang disyaratkan,
memberikan arahan yang efektif dan pemecahan persoalan dan
mampu menjalin dan memastikan komunikasi dengan daerah dapat
berjalan baik;
 Mendukung Team Leader, dan Tenaga Ahli Pendamping Provinsi untuk
memastikan konsistensi kebijakan dan panduan yang ada dengan
pelaksanaan kegiatan Pendampingan di Kabupaten dan
Desa/Kelurahan di lapangan;
 Mendukung Team Leader, dan Tenaga Ahli Pendamping Provinsi dalam
perencanaan program termasuk menentukan target-target tahunan
untuk Key Performance Indicator (KPI), Menyusun Rencana Kerja
Tahunan (AWP), melaksanakan atau memfasilitasi pertemuan
koordinasi dan diskusi dengan pemangku kepentingan di
kabupaten/kota, dan desa/kelurahan;
 Memastikan pemutakhiran perkembangan pelaksanaan kegiatan
Pendampingan di Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan yang
dilaksanakan secara teratur, memuat informasi yang handal dan tepat
waktu ke Sistem Manajemen Informasi (SIM), yang digunakan menjadi
basis pelaporan pelaksanaan proyek secara keseluruhan, dan dapat
dimanfaatkan semua pemangku kepentingan proyek IDRIP;
 Mendukung dan memberikan saran teknis terkait pendampingan atau
fasilitasi kepada Fasilitator Pendamping Desa/Kelurahan, dimana
diperlukan;
 Mengembangkan pendekatan-pendekatan yang inovatif, sesuai
dengan konteks lokasi, budaya dan kebiasaan berbasis pembelajaran
dan kebijakan-kebijakan berbasis kearifan lokal (Local Wisdom) dan
memperhatikan kelompok rentan, standar perlindungan lingkungan
dan sosial.

Keluaran  Laporan proyek wilayah 2 terkait pelaksanaan Pendampingan di


Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan;

37
 Panduan Pelaksanaan Pendampingan di Kabupaten/Kota dan
Desa/Kelurahan;
 Strategi, Rencana Pelaksanaan, Target untuk semua KPI tekait;
 Rencana pengelolaan team kerja dan pelaksanaan kegiatan
Pendampingan di Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan termasuk
supervisi, monitoring, evaluasi, dan pembelajaran;
 Target pencapaian indikator kunci tahunan terkait Pendampingan di
Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan.
Akuntabilitas  Semua Indikator Kinerja Kunci (KPI) terkait;
 Pelaksanaan kegiatan Pendampingan di Kabupaten/Kota dan
Desa/Kelurahan proyek yang terkelola dengan baik termasuk
perencanaan, pelaksanaan, supervisi, monitoring dan evaluasinya;
 Kinerja yang baik dalam pelaksanaan kegiatan Pendampingan di
tingkat kabupaten/kota dan desa/kelurahan;
 Pelaporan kemajuan pekerjaan ke Sistem Informasi Manajemen (SIM)
yang tepat waktu.

Posisi Fasilitator Desa/Kelurahan


Laporan Fasilitator Kabupaten/Kota
Koordinasi Pemerintah Kabupaten/Kota, BPBD Kabupaten/Kota dan Pemerintah
Desa/Kelurahan
Durasi 18 Bulan
Lokasi Desa/Kelurahan di Wilayah II
Spesialisasi Pengelolaan Kebencanaan, Pengurangan Risiko Bencana (PRB), atau
Pemberdayaan/Pendampingan Masyarakat
Kualifikasi  Memiliki gelar minimal Sarjana (S1) di bidang ekonomi, planologi,
sosial, rekayasa, studi pembangunan, atau pun yang relevan;
 Memiliki minimal 2 tahun pengalaman kerja akumulatif dengan
pengalaman kerja di bidang Pengelolaan Kebencanaan, Pengurangan
Risiko Bencana (PRB), atau Pemberdayaan Masyarakat, atau
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan kurang lebih 1 tahun;
 Memiliki pengalaman Pengelolaan Kebencanaan, Pengurangan Risiko
Bencana (PRB), atau Pemberdayaan Masyarakat, dalam program
pendampingan masyarakat, pelaksanaan program berbasis
masyarakat (participatory) lebih disukai;
 Memiliki kemampuan manajemen, komunikasi interpersonal yang baik
dan mampu bekeja secara efektif dan efisien;
 Memiliki pengalaman bekerja di wilayah yang sama lebih disukai;
 Memiliki pemahaman budaya, kebiasaan, kearifan lokal atau Bahasa
daerah setempat lebih disukai;
 Memiliki kemampuan berkomunikasi dan mampu menulis dalam
Bahasa Indonesia untuk memperlancar proses komunikasi, koordinasi,
dan pendampingan di lapangan;

Tugas  Melakukan kegiatan Pendampingan Desa/Kelurahan sesuai dengan


panduan dan dokumen-dokumen perencanaan program IDRIP dalam
melaksanakan kegiatan Rencana Kontijensi, Destana dan Katana;
 Membantu Tenaga Ahli Pendamping Kabupaten/Kota untuk
melaksanaan seluruh kegiatan yang telah direncanakan di Rencana
Kerja, khususnya terkait kegiatan Pendampingan Desa/Kelurahan

38
termasuk melaksanakan koordinasi dan kolaborasi dengan semua
pemangku kepentingan di Desa/Kelurahan sasaran;
 Melaksanakan mekanisme Pendampingan di Kabupaten/Kota untuk
memastikan pelaksanaan yang berkualitas dan tepat waktu serta
mematuhi aturan dan kebijakan proyek yang telah ditentukan, dapat
merespon dengan cepat masalah yang timbul, memenuhi target dan
standar yang ditentukan, dan menjalin serta memastikan komunikasi
dapat berjalan baik;
 Mendukung Tenaga Ahli Pendamping Kabupaten/Kota untuk
memastikan konsistensi kebijakan dan panduan yang ada dengan
pelaksanaan kegiatan Pendampingan di Kabupaten dan
Desa/Kelurahan serta masyarakat;
 Mendukung Tenaga Ahli Pendamping Kabupaten/Kota dalam
perencanaan program termasuk menentukan target-target tahunan
untuk Key Performance Indicator (KPI), dan melaksanakan atau
memfasilitasi pertemuan koordinasi dan diskusi dengan pemangku
kepentingan di desa/kelurahan;
 Memastikan pemutakhiran perkembangan pelaksanaan kegiatan
Pendampingan Desa/Kelurahan yang dilaksanakan secara teratur,
memuat informasi yang handal dan tepat waktu ke Sistem Manajemen
Informasi (SIM), yang digunakan menjadi basis pelaporan pelaksanaan
proyek secara keseluruhan, dan dapat dimanfaatkan semua pemangku
kepentingan proyek IDRIP;
 Mengembangkan pendekatan-pendekatan yang inovatif, sesuai
dengan konteks lokasi, budaya dan kebiasaan berbasis pembelajaran
dan kebijakan-kebijakan berbasis kearifan lokal (Local Wisdom) dan
memperhatikan kelompok rentan, standar perlindungan lingkungan
dan sosial.

Keluaran  Laporan proyek wilayah 2 terkait pelaksanaan Pendampingan


Desa/Kelurahan;
 Target pencapaian KPI tekait secara keseluruhan;
 Rencana pengelolaan team kerja dan pelaksanaan kegiatan
Desa/Kelurahan;
 Target pencapaian indikator kunci tahunan terkait Pendampingan di
Desa/Kelurahan.
Akuntabilitas  Semua Indikator Kinerja Kunci (KPI) terkait;
 Kinerja yang baik dalam pelaksanaan kegiatan Pendampingan di
tingkat desa/kelurahan;
 Pelaporan kemajuan pekerjaan ke Sistem Informasi Manajemen (SIM)
yang tepat waktu.

39
LAMPIRAN 4

PELAPORAN

Secara periodik pelaksana kegiatan yang akan melakukan pelaporan. Laporan-


laporan yang akan disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Laporan Pendahuluan
Laporan ini mencakup evaluasi dan pemahaman pelaksana terhadap proyek
secara keseluruhan mencakup, tetapi tidak terbatas pada, latar belakang,
kerangka kerja, metodologi, tantangan dan cara mengatasinya, keluaran dan
manfaat serta rekomendasi. Laporan ini dibuat dalam Bahasa Indonesia
dengan Rangkuman Eksekutif dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Laporan ini harus dikirimkan paling lambat 2 bulan setelah penandatanganan
kontrak.

2. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan haruslah dikirimkan sesuai dengan format Rangkuman
Eksekutif, yang mencakup kegiatan-kegiatan administratif, kemajuan
pekerjaan terakhir dan rencana kegiatan untuk bulan berikutnya. Pada periode
pengiriman Laporan Triwulan, Laporan Bulanan tidak perlu dikirimkan. Laporan
dalam Bahasa Indonesia dengan Eksekutif Summary Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris.

3. Laporan Triwulan
Laporan Triwulan mencakup kemajuan pelaksanaan selama tiga bulan,
pekerjaan-pekerjaan yang masih tertunda, masalah-masalah yang ditemui,
serta pemecahan atas masalah-masalah tersebut. Laporan harus dikirimkan
dalam bentuk fisik sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. Pelaksana kegiatan
dapat menyampaikan paparan terkait Laporan Triwulan ini kepada para pihak,
sesuai permintaan, untuk mewakili PIU atau PMU IDRIP BNPB. Laporan dibuat
dalam Bahasa Indonesia dengan Rangkuman Eksekutif dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris. Pada pelaporan Tahunan, pelaporan triwulan
tidak perlu dilakukan.

4. Laporan Tahunan
Laporan Tahunan ini memuat kemajuan tahunan terkait hasil (output) dan
dampat atau manfaat (outcome) yang sudah tercapai sejauh ini. Laporan harus
dikirimkan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris paling lambat tanggal
31 Januari setiap tahunnya dan dimasukkan ke dalam SIM. Laporan harus
dipaparkan kepada PMU an CPMU.

5. Laporan Akhir
Laporan ini memuat telaah yang komprehensif dari pelaksanaan proyek
menyangkut keluarannya, manfaatnya, pembelajaran, pengalaman dan
kesimpulan termasuk rekomendasi untuk perbaikan ke depannya. Laporan ini
harus disampaikan paling lama 30 hari sejak selesainya kontrak. Laporan ini

40
harus disampaikan sejumlah 15 eksemplar. Sebelum finalisasi laporan ini, draft
finalnya harus dipaparkan dihadapan Komite Pengarah. Laporan Finalnya
harus tersedia dalam Bahasa Inggris. Komite Penasehat Teknis (TAC) harus
menelaah draft final dan laporan final serta memberikan rekomendasi kepada
PMU untuk revisi atau menerima sebagai laporan akhir.

6. Laporan Khusus
Laporan Khusus disampaikan untuk kegiatan yang sifatnya tidak regular tetapi
diperlukan. Beberapa kegiatan yang menjadi basis laporan khusus antara lain
lesson learned atau laporan kejadian-kejadian khusus yang tidak regular.

7. Laporan Penyelesaian Proyek


Laporan Penyelesaian Proyek, proyek merupakan tanggung-jawab dari
CPMU, dengan dukungan Tim Penasehat. CPMU menyiapkan draftnya untuk
disetujui oleh Pemerintah Indonesia. Akan tetapi, Pelaksana Proyek Wilayah
proyek ikut mendukung penyusunan laporan ini dengan memberikan data dan
masukan dengan arahan dari PMU. Secara umum, Laporan ini akan mencakup
telaah atas kualitas dan temuan-temuan berbasis bukti, pembelajaran dan
rekomendasi, termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut: 1) dampak
proyek; 2) kesesuaian dan manfaat investasi; 3) efektivitas pelaksanaan, dan
4) kegunaan proyek. Tim Penasehat Teknis CPMU IDRIP akan menelaah draft
laporan dan memberikan rekomendasi kepada CPMU untu finalisasinya.
Laporan harus dibuat dalam Bahasa Inggris dan diperbanyak 10 (sepuluh)
eksemplar. Laporan dikirimkan 1 (satu) bulan setelah penyelesaian pekerjaan.

8. Data Proyek
Seluruh data proyek yang dihasikan dalam proses pelaksanaan tugas dan
kegiatan merupakan hak milik Pemerintah Indonesia, dan Pelaksana Wilayah
bertanggung jawab untuk persiapan data yang akurat dan layak,
penggunaannya, pemeliharaannya dan penyimpanan di dalam penyimpanan
data (database) SIM IRIP. Pelaksana Wilayah harus memastikan bawah data
dan informasi akan diserahkan kepada PMU setelah penyelesaian kontrak.

Perlu diperhatikan bahwa seluruh laporan yang dihasilkan seperti yang


dijelaskan di atas harus masuk ke dalam penyimpanan data (database) SIM
yang dikelola oleh CPMU. Penyimpanan laporan secara elektronik di SIM
serentak dilakukan penyampaian laporan fisik ke para pihak seperti disebutkan
di atas.

41

Anda mungkin juga menyukai