Anda di halaman 1dari 2

PENTINGNYA PENDIDIKAN TANGGAP BENCANA DI INDONESIA

Oleh Amalia Putri


Dilihat dari faktor geologi maupun meteorologi, Indonesia merupakan negara yang rawan
akan bencana alam. Alasan mengapa Indonesia rawan terkena bencan alam dalam sektor
geologi dikarenakan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik bumi, yaitu
lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Samudera Pasifik. Pertemuan tiga lempeng tersebut
menyebabkan Indonesia rawan bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi. Serta
Indonesia berada di jalur Ring of Fire dunia yang meningkatkan kemungkinan banyak terjadi
bencana alam. Bentuk wilayah Indonesia yang 70% merupakan wilayah perairan juga meningkatkan
risiko Indonesia terdampak bencana alam tsunami yang disebabkan oleh gempa tektonik maupun
gempa vulkanik.

Serangkaian bencana yang kemungkinan terjadi di Indonesia membuat masyarakat harus memahami
bagaimana cara melalui maupun bagaimana bangkit dalam menghadapi bencana itu sendiri. Di sini
letak pentingnya sebuah pendidikan bencana.

Menurut data Bank Dunia menunjukkan sekitar 76 persen sekolah di Indonesia berada di daerah
rawan bencana. Artinya, sekitar 60 juta peserta didik bisa saja terkena dampak dari bencana.
Kemudian Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNBP) telah meminta pada Kementeerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuat kurikulum khusus penanggulangan bencana pada tingkat
sekolah.

Pemerintah Indonesia tak bisa mengabaikan fakta bahwa bencana menjadi salah satu masalah yang
penting di Indonesia. Bukan berarti pemerintah harus mencari cara untuk menghindari bencana
tersebut, melainkan pemerintah harus memberi sarana edukasi mengenai cara mengenali tanda akan
terjadinya bencana maupun cara megevakuasi diri untuk menurunkan tingkat risiko kerugian jiwa.

Pendidikan bencana itu sendiri sebenarnya sudah terakomodir di dalam kurikulum 2013. Namun,
menurut Sekretaris Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia, Avianto Amri, ada tiga hal utama
yang menunjukkan bahwa pedidikan kebencanaan terhambat, yaitu kemampuan guru yang masih
rendah dalam mengajarkan pendidikan kebencanaan, ketersedian materi ajar terkait pendidikan
bencana yang masih terbatas, serta lemahnya kebijakan yang ada terkait sekolah aman bencana.

Di sini lah perlu adanya peran penting dari lembaga-lembaga yang paham mengenai mitigasi bencana
untuk melakukan pelatihan pada para tenaga pengajar, serta tugas pemerintah untuk memfasilitasi
bahan ajaran mengenai mitigasi bencana itu sendiri. Selain itu, sebaiknya pendidikan tanggap bencana
tidak hanya diajarkan di sekolah, melainkan diberikan pula kepada masyarakat umum, terutama yang
berada di wilayah dengan risiko bencana tinggi.

Berkaca pada Jepang yang juga menjadi negara rawan bencana, mereka telah lebih dulu mengajarkan
pendidikan tanggap bencana. Sejak masih anak-anak, warga Jepang telah diajarkan bagaiman
harus bersikap ketika terjadi bencana. Hal ini tak lain bertujuan untuk meminimalisasi jumlah korban
akibat bencana alam.

Salah satu contoh keberhasilan dari simulasi yang diterapkan oleh negara sakura itu dapat dilihat pada
saat bencana tahun 2011 ketika gempa bumi berkekuatan 9 Magnitudo mengguncang Jepang yang
kemudian disusul oleh tsunami. Sebanyak 3000 siswa SD dan SMP di Unosumai. Kamaishi, Prefektur
Iwate berhasil selamat.
Hal tersebut bisa dijadikan pelajaran bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesadaran akan
pentingnya pendidikan tanggap bencana bagi sebuah negara yang rawan akan bencana alam. Bencana
yang dimaksud bukan hanya bencana besar seperti gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami.
Pendidikan tanggap bencana juga harus menyertai banjir dan tanah longsor. Hal ini dimaksudkan
untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya kesiapan menghadapi bencana yang datang tiba-
tiba.

Anda mungkin juga menyukai