Lukman Arif
Program Studi Ilmu Administrasi Publik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim
e-mail: lukman_arif.adneg@upnjatim.ac.id
ABSTRAK
Surabaya merupakan salah satu daerah di Indonesia yang berpotensi terjadi bencana alam/gempa.
Bencana ini akan membawa dampak yang berat bagi masyarakat yang seringkali diluar
kemampuannya. Kerusakan yang ditimbulkan dapat memasuki seluruh spektrum habitat sosial
dan alam, mulai dari perumahan dan tempat tinggal, air, makanan, kesehatan, sanitasi, dan
pengelolaan limbah hingga jaringan informasi dan komunikasi, pasokan daya dan energi, dan
infrastruktur transportasi. Ini merupakan tantangan bagi pemerintah daerah di wilayah terdampak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan mitigasi bencana yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Surabaya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan postpositivisme phenomenologi-interpretif dengan
paradigma kualitatif. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah upaya-upaya antisipatif yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam mengurangi resiko bencana gempa di Surabaya.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penelusuran literatur dan dokumen
yang relevan dengan fokus kajian. Sejalan dengan pendekatan penelitian yang dilakukan, maka
analisis data dilakukan dengan cara cara membuat telaah secara holistik, mencari esensi dan
membuat kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Mitigasi bencana gempa di
Surabaya dilakukan melalui upaya yang meliputi: a) Sosialisasi dan Simulasi bencana; b)
Membangun Informasi, Komunikasi, dan Koordinasi; c) Membangun Posko dan Sarana Tanggap
Bencana; d) Membangun Lingkungan Rawan Bencana; e) Reformasi Kebijakan Pembangunan
yang berorientasi para Resiko Bencana; f) Penguatan Kapasitas Kelembagaan. 2) Kegiatan
mitigasi bencana di Kota Surabaya dilakukan dengan pendekatan proaktif.
Kata Kunci: bencana; mitigasi bencana; pendekatan pemangku kepentingan ke arah proaktif
dan reaktif
87
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (1), April 2020
jika Kota Surabaya dilewati dua sesar aktif Mitigasi bencana memiliki tujuan: 1)
atau patahan yang bisa menimbulkan potensi Mengurangi dampak yang ditimbulkan,
gempa darat. Jika terjadi gempa, skalanya khususnya bagi penduduk; 2) Sebagai
bisa mencapai 6,5 skala richter (SR).”Sesar landasan (pedoman) untuk perencanaan
Waru dan sesar Surabaya berpotensi pembangunan; 3) Meningkatkan
menimbulkan gempa dan gempa itu pengetahuan masyarakat dalam menghadapi
menimbulkan kerusakan dan robohnya serta mengurangi dampak/resiko bencana,
bangunan," kata Ery kepada Kompas.com, sehingga masyarakat dapat hidup dan
Senin bekerja dengan aman. Selanjutnya
(15/10/2018). , https://regional.kompas.com/ beberapa kegiatan mitigasi bencana
read/2018/10/16/) . diantaranya adalah 1) pengenalan dan
Gempa bumi, banjir ataupun sunami pemantauan risiko bencana; 2) perencanaan
merupakan bahaya alam. Bahaya alam partisipatif penanggulangan bencana; 3)
menjadi bencana alam segera setelah pengembangan budaya sadar bencana; 4)
manusia, infrastruktur, atau bentuk modal penerapan upaya pisik , non pisik, dan
berwujud atau tidak berwujud lainnya pengaturan penanggulangan bencana; 5)
terancam dan / atau dihancurkan oleh identifikasi dan pengenalan terhadap sumber
bahaya tersebut (Alexander, 1997). Bencana bahaya atau ancaman bencana; 6)
alam ini dapat terjadi ketika kerentanan pemantauan terhadap pengelolaan sumber
alam dan kerentanan manusia memiliki daya alam; 7) pemantauan terhadap
koordinat yang sama dalam ruang dan waktu penggunaan teknologi tinggi; 8) pengawasan
(Alcantaraayala 2002; Alexander 1997, terhadap pelaksanaan tata ruang dan
2000; Smit et al. 2000). Bencana alam ini pengelolaan lingkungan hidup.
tidak hanya mempengaruhi masyarakat, Selanjutnya terkait dengan
tetapi juga aset fisik dan lingkungan pengelolaan penanganan bencana terdapat
terbangun karena kurangnya kesadaran para siklus atau tahapan dalam manajemen
pemangku kepentingan sebelum, selama dan bencana meliputi: 1) Tahap Prabencana
setelah bencana alam (Bosher et al. 2009). meliputi mitigasi dan kesiapsiagaan. Upaya
Menyadari dampak yang ini sangat penting bagi bagi masyarakat
ditimbulkan dari bencana, maka menjadi yang tinggal di daerah rawan sebagai
sebuah kewajiban bagi pemerintah pusat, persiapan menghadapi bencana.
provinsi dan kabupaten/kota untuk Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan
melakukan tindakan antisipatif sebelum yang dilakukan untuk mengantisipasi
datangnya bencana dengan harapan bencana melalui pengorganisasian; 2)
diantaranya dapat mereduksi dampak akibat Tanggap Darurat Bencana adalah
yang ditimbulkan oleh bencana itu sendiri. serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
Upaya untuk mengurangi akibat bencana itu segera pada saat kejadian bencana untuk
disebut dengan mitigasi bencana. Dalam PP menangani dampak buruk yang ditimbulkan;
No. 21 Tahun 2008 pada Pasal 1 ayat 6 dan 3) Tahap Pascabencana meliputi usaha
disebutkan Mitigasi bencana adalah upaya rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai upaya
untuk mengurangi resiko bencana, baik mengembalikan keadaan masyarakat pada
melalui pembangunan fisik maupun situasi yang kondusif, sehat, dan layak
penyadaran dan peningkatan kemampuan sehingga masyarakat dapat hidup seperti
menghadapi ancaman bencana. sedia kala sebelumbencana terjadi, baik
pisik dan psikologis.
88
Lukman Arif: Mitigasi Bencana Gempa Di Kota Surabaya (Kajian Tentang Upaya Antisipatif Pemerintah Kota
Surabaya Dalam Mengurangi Resiko Bencana )
89
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (1), April 2020
sunami adalah melakukan sosialisasi kepada terkait, diantaranya Satpol-PP, BPB Linmas,
masyarakat, dan sosialisasi ini disampaikan Dinas Perhubungan, BPBD Provinsi Jawa
kepada masyarakat melalui Timur, Kepolisian, TNI, Tagana, Basarnas,
kelurahan-kelurahan. Masyarakat harus siap dan warga Kecamatan Krembangan
dan terlatih menghadapi bencana.Kamipun Surabaya. Simulai dan mitigasi bencana
di pemerintahan, juga melatih para petugas, gempa ini bertujuan untuk memberikan
kami harus siap. egiatan sosialisasi bencana edukasi kepada masyarakat. Karena selama
gempa ini dilakukan BPB Linmas ini warga Surabaya belum terbiasa
bekerjasama dengan para ahli seperti ahli bagaimana mengambil suatu tindakan jika
Geologi ITS terjadi gempa. Mereka dilatih supaya tahu
(https://surabaya.tribunnews.com/2018/10/1 cara-caranya. Kalau ada bencana gempa apa
5/) yang harus dilakukan, apa saja yang perlu
Sosialisasi tentang Antisipasi dan diselamatkan dan hal-hal yang harus
Mitigasi Bencana khususnya Kota Surabaya dilakukan pasca bencana.
juga dilakukan di Gedung Auditorium
F.MIPA Universitas Negeri Surabaya
(30/1/2020) . Nanang selaku Staff dari
Bidang PK (perencanaan Kesiapsiagaan)
Badan Penanggulangan Bencana dan
Lindungan Masyarakat Kota Surabaya
menyampaikan bahwa bencana sendiri
sebenarnya “Tidak terlalu Berbahaya”,
Tingginya angka korban jiwa yang
disebabkan oleh bencana sendiri faktor
terbesarnya adalah kesalahan manusia,
yqang dimaksudkan adalah bahwa banyak
masyarakat yang belum mengetahui cara
untuk mengevakuasikan diri sendiri ke
tempat yang aman maupun melakukan Sumber : Humas Pemkot Surabaya
tindakan-tindakan untukmenjaga disi sendiri,
sehingga dapat mengurangi korban jiwa. Kegiatan edukasi mitigasi bencana ke
Oleh sebab itu pelatihan dan sosialisasi masyarakat ini rutin dilaksanakan setiap
tentang Mitigasi Bencana ini cukuppenting bulan. Bahkan ada beberapa institusi dan
bagi semua kalangan baik anak-anak warga masyarakat yang mengajukan agar
maupun orang dewasa sehingga terjadi diberi pelatihan dan sosialisasi bagaimana
bencana masyarakat dapat langsung kita-kiat menghadapi situasi bencana.
melakukan tindakan-tindakan yang aman. Disamping itu Pemkot Surabaya juga rutin
(bpblinmas.surabaya.go.id, 30/1/2020) memberikan edukasi mitigasi bencana ke
Disamping melakukan sosialisasi, sekolah-sekolah dengan membentuk sekolah
dalam upaya mengurangi resio akibat siaga bencana, ke tingkat kelurahan, hingga
bencana Pemerintah Kota Surabaya perusahaan atau mall-mall yang ada di
menyelenggarakan simulasi dan mitigasi Surabaya. Kegiatan ini juga melibatkan
bencana. Simulasi ini merupakan bentuk seluruh warga, mulai dari anak-anak, remaja,
edukasi mitigasi bencana kepada masyarakat. orang dewasa, hingga lansia. Sedang
Kegiatan ini melibatkan beberapa instansi
90
Lukman Arif: Mitigasi Bencana Gempa Di Kota Surabaya (Kajian Tentang Upaya Antisipatif Pemerintah Kota
Surabaya Dalam Mengurangi Resiko Bencana )
91
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (1), April 2020
keadaan air melalui alat yang disediakan oleh B. Membangun Informasi, Komunikasi,
Pemerintah Kota Surabaya. Disamping itu dan Koordinasi.
memberikan instruksi kepada jajarannya Membangun informasi, komunikasi,
terkait nelayan. Nelayan diminta agar tidak dan koordinasi dengan berbagai pihak yang
melaut selama cuaca masih belum stabil. kompeten merupakan sebuah keniscayaan
(https://surabaya.tribunnews.com/2018 dalam upaya dini menyiapkan masyarakat
/10/15/). Sosialisasi dan simulasi mitigasi kota Surabaya ketika bencana gempa terjadi.
benca yang melibatkan seluruh komponen Risma (Walikota Surabaya) mengaku akan
masyarakat termasuk masyarakat yang mempelajari potensi gempa tersebut dan
berada di pesisir pantai merupakan hal yang melakukan beberapa langkah antisipasi yang
tidak bisa diabaikan, mereka adalah bagian bisa dilakukan. "Kami saat ini akan
dari kelompok di tingkat masyartakat. berkoordinasi intens dengan ahli, akademi,
Menurut Tabish (2013); kelompok di tingkat dan pihak terkait," Pemerintah Kota
masyarakat atau pemerintah daerah adalah Surabaya akan terus berkoordinasi dengan
kelompok yang benar-benar memberikan para ahli gempa dan Badan Meteorologi,
bantuan kepada populasi yang terkena Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) untuk
dampak untuk mempersiapkan dan mengurangi risiko atau dampak dari adanya
menanggapi keadaan darurat. Di mana potensi
sistem nasional ada, kelompok-kelompok ini gempa.(https://republika.co.id/berita/q3s6o2
sering tidak menindaklanjuti dalam 399/)
pengembangan komponen masyarakat yang Apa yang diupayakan Risma atas
kuat. Akibatnya ketika bencana melanda, nama Pemerintah Kota Surabaya wajib
respons masyarakat akan kekurangan dilakukan dalam upaya melindungi
koordinasi dan pelatihan yang diperlukan warganya sebagai tindakan antisipatif dari
untuk menyediakan respons penyelamatan berbagai bencana yang kemungkinan akan
jiwa yang dibutuhkan. Organisasi dengan terjadi termasuk bencana gempa. Ini bagian
kehadiran luas yang sudah ada di tingkat dari amanat yang harus dijalankan oleh
masyarakat mungkin berada pada posisi birokrasi menghadapi situasi darurat.
terbaik untuk membantu masyarakat Pihak-pihak yang berkepentingan dalam
mempersiapkan diri terhadap bencana dan lingkup jajarannya maupun di luar
merespons ketika terjadi. Pengembangan lingkungan Pemeriah Kota Surabaya tetapi
rencana masyarakat berdasarkan penilaian memiliki nilai penting dalam menjaga
partisipatif atas risiko, kekuatan dan keselamatan warganya perlu terlibat dan
kerentanan terhadap berbagai bahaya dilibatkan. Komunikasi dan koordinasi perlu
menawarkan strategi terbaik untuk dijalin dengan baik dan intens untuk
mengurangi bencana di tingkat masyarakat. mendapatkan informasi-informasi penting
Partisipasi masyarakat sebelum, selama, dan dari pihak terkait yang bermanfaat bagi
setelah bencana dapat sangat mengurangi upaya memperkecil resiko akibat bencana.
angka kematian secara keseluruhan serta Terkait dengan aspek komunikasi
meningkatkan penggunaan sumber daya. dan koordinasi dan manfaatnya yang dapat
Apa pun jenis bencananya, jumlah terbesar diperoleh ini World Bank (2019)
nyawa dapat diselamatkan selama beberapa memberikan pernyataan bahwa
jam pertama setelah bencana. “Meningkatkan koordinasi antara lembaga
yang terlibat dalam perencanaan kota dan
Manajemen Resiko Bencana: Koordinasi
92
Lukman Arif: Mitigasi Bencana Gempa Di Kota Surabaya (Kajian Tentang Upaya Antisipatif Pemerintah Kota
Surabaya Dalam Mengurangi Resiko Bencana )
lembaga yang lebih baik diperlukan untuk bencana. Pemerintah Kota Surabaya
rencana induk ketahanan kota yang mendirikan 6 Posko Command Center 112
berkembang, meningkatkan data bencana Tanggap Bencana, Petugas datang 7 menit
dan spasial, dan memperbarui infrastruktur usai dapat laporan (Jatim.tribunnews.com,
publik dan rencana tata ruang. Lembaga 25 Januari 2019). Menurut wali kota yang
didorong untuk memungkinkan akses akrab disapa Risma ini, setiap posko akan
transparan ke informasi risiko utama, seperti mendapatkan fasilitas lengkap. Antara lain
risiko bahaya, perkiraan kerusakan, dan tenaga dokter, perawat, petugas Linmas,
skenario darurat. Informasi ini sangat PMK, dan ambulans. "Semua itu disiapkan
penting untuk perencanaan informasi risiko agar menjadi jujukan pertama jika
di seluruh kota dan mengkomunikasikan sewaktu-waktu terjadi sesuatu,". Selain itu,
risiko bencana kepada masyarakat, serta pemkot juga akan menyediakan genset,
meningkatkan kualitas informasi risiko. perahu karet, pelampung, dan tenda.
Terkait informasi penting yang Kemudian memasang alat berupa kamera
diharapkan dari proses komunikasi dan dan layar untuk memonitor cuaca.
koordinasi yang dilakukan oleh Pemasangan ini terutama di daerah yang
Pemerintah Kota Surabaya merupakan hal berdekatan dengan pesisir laut.
yangn sejalan dengan apa yang (https://republika.co.id/berita/q3s6o2399/).
dikemukakan oleh Tabish (2013); dia Disamping itu, Selain itu, Pemkot Surabaya
mengatakan “Prosedur paling penting yang juga memasang 15 unit seismograf (alat
berkaitan dengan informasi untuk bencana pendeteksi gempa) di Surabaya. "Kami akan
adalah pemantauan, pencatatan, pemrosesan, memasang 15 seismograf di 15 titik yang
berbagi, dan diseminasi. Sistem komunikasi ada di Kota
yang dinamis akan berfungsi untuk Surabaya," (https://regional.kompas.com/r
mengintegrasikan banyak kategori ead/2018/10/16/12000041/).
komunikasi yang berbeda seperti: transfer Apa yang dilakukan Pemerintah Kota
data dari stasiun pengamatan; pertukaran Surabaya dalam mengantisipasi
data antara pemasok dan pengguna; kemungkinan resiko bencana dengan
pertukaran informasi dan pengalaman; membangun sarana dan prasarana vital, baik
pelatihan dan konferensi video; dan kontrol posko, sumber daya manusia yang terampil,
tele (perintah).” Informasi-informasi yang maupun kelengkapan lainnya termasuk
disampaikan Tabish (2013) tersebut sarana teknologi informasi yang mampu
merupakan hal yang sangat penting bagi mendeteksi dini adanya bencana adalah
Pemerintah Kota Surabaya untuk disikapi merupakan bentuk komitmen yang tinggi.
dalam upaya mengurangi resiko dan Sejalan dengan apa yang diupayakan
kerentanan masyarakat dalam menghadapi Pemerintah Kota Surabaya terutama
bencana yang datangnya tiba-tiba. menyangkut manfaat dari sarana teknologi,
informasi yang digunakan disinggung oleh
C. Membangun Posko dan Sarana Tabish (2015) bahwa spektrum luas ICST
Tanggap Bencana (Information, Communication, Space, and
Kesiapsiagaan Pemerintah Kota Technology) yang digunakan dalam
Surabaya menghadapi kemungkinan kesiapsiagaan, mitigasi, dan manajemen
terjadinya bencana menunjukkan adanya bencana meliputi: Penginderaan jauh;
dukungan yang total dari sisi manajemen Sistem Informasi Geografis (SIG); Global
93
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (1), April 2020
Positioning System (GPS); sistem navigasi berinteraksi satu sama lain dan
satelit; komunikasi satelit; radio amatir dan lingkungannya, dapat memungkinkan
komunitas; siaran televisi dan radio; telepon perilaku manusia diintegrasikan ke dalam
dan faks; telepon seluler; internet, email; penilaian risiko, menciptakan skenario yang
dan paket perangkat lunak khusus, basis data lebih realistis dari dampak bencana alam
manajemen online, jaringan informasi (Jongman, 2018). Platform dan alat sumber
bencana. Aplikasi kritis ICST mencakup terbuka non-eksklusif memungkinkan
hal-hal berikut: untuk mengembangkan dan pengumpulan, penyortiran, analisis, dan
merancang sistem peringatan dini yang berbagi data risiko untuk perencanaan,
meliputi: memahami dan memetakan bahaya; kesiapan, atau respons bencana. (World
memantau dan memperkirakan peristiwa Bank, 2019)
yang akan datang; memproses dan
menyebarluaskan peringatan yang dapat D. Membangun Lingkungan Rawan
dimengerti kepada otoritas administratif dan Bencana.
penduduk, dan melakukan tindakan yang Berbagai upaya untuk memberikan
sesuai dan tepat waktu sebagai tanggapan perlindungan kepada masyarakat dari
atas peringatan tersebut. ancaman bencana perlu dilakukan seoptimal
Kemudian satu lagi fasilitas yang mungkin oleh penyelenggara pemerintahan
dimiliki dan disiapkan bisa dimanfaatkan baik nasional, regional maupun
untuk kepentingan pemantauan, dan risiko pemerintahan lokal. Upaya ini tidak hanya
komunikasi yaitu Drone. Drone yang dilakukan dengan menyediakan sarana dan
dimiliki Pemkot Surabaya ini memiliki prasarana yang ada memadai tetapi jugai
kemampuan terbang hingga 500 meter bagaimana memperlakukan aset dan kondisi
dengan waktu terbang hingga 15 menit yang ada untuk mampu mendukung dan
dengan satu baterai.( medcom.id. Pemkot mendorong segenap sumber daya alami
Surabaya Gunakan Drone Petakan Wilayah, yang dimiliki ini untuk kepentingan
akses 5 pebruari 2020). Alat-alat baru yang mengurangi resiko bencana.
dimiliki dan dimanfaatkan Pemkot Surabaya Pemerintah Kota Surabaya, dalam
dalam upaya antisipatif bencana ini upaya mengatasi potensi bencana gempa
merupakan percontohan inovatif. Ada mengaku telah meningkatkan koordinasi
kebutuhan untuk pendekatan baru yang dengan sejumlah ahli, termasuk BMKG.
didukung oleh pemerintah pusat dan Salah satu langkah untuk mengurangi
diimplementasikan di tingkat kota untuk potensi bencana gempa adalah
mendorong pembangunan perkotaan yang memperbanyak sumur. "Kami akan ikuti itu
tangguh. Inovasi dapat diterapkan, dengan termasuk dengan cara alamiah seperti
media sosial dan teknologi pintar yang lingkungan dengan membuat banyak
mendukung mitigasi risiko, peringatan dini sumur-sumur, taman, bikin embung sebagai
serta respons bencana. Perangkat lunak salah satu upaya untuk itu (mengurangi
Sistem Informasi Geografis (SIG) dan resiko bencana)," kata Risma. Lebih lanjut
alat-alat baru seperti teknologi drone dapat dia mengatakan bahwa, salah satu cara
berperan dalam menciptakan dan yang efektif, untuk mengantisipasi tsunami
menganalisis data spasial untuk perkiraan, adalah memperbanyak tanaman mangrove
pemantauan, dan risiko komunikasi (World dan cemara udang di bibir pantai. "Saya
Bank, 2013). Pemodelan berbasis agen, tidak mau kecolongan. Makanya kami
yang mensimulasikan bagaimana individu punya mangrove untuk cegah tsunami.
94
Lukman Arif: Mitigasi Bencana Gempa Di Kota Surabaya (Kajian Tentang Upaya Antisipatif Pemerintah Kota
Surabaya Dalam Mengurangi Resiko Bencana )
Kalau berbatasan dengan laut 500 meter, di Dalam kesempatan ini juga disampaikan
Surabaya lebih dari 500 meter, sudah 1 mengenai tindakan tegas yang akan
kilometer. Kami juga buat tanggul dan diberikan kepada warga yang diketahu
menanami mangrove,".Selain itu, Thailand membuang sampai di sungai.(Surya.co.id. P,
berhasil menangkal tsunami karena 10 juli 2017). Upaya yang dilakukan Pemkot
menanam cemara udang di sepanjang pantai. Surabaya ini memang perlu dilakukan
Di Surabaya, Risma sudah melakukan terutama kepada masyarakat yang
penanaman cemara udang di sepanjang berada/tinggal di pinggiran sungai. Wilayah
pantai timur, Kenjeran. metro dan perkotaan menawarkan banyak
"Yang tidak mungkin ditanami peluang ekonomi. Tetapi banyak orang,
mangrove, kami tanami cemara udang. menghadapi perumahan yang tidak
Karena saya tahu persis itu bisa cegah itu terjangkau karena kemacetan dan harga
(tsunami). Saat saya di Phuket, Thailand itu tinggi, tidak punya banyak pilihan selain
ternyata juga efektif tangkal tsunami," kata tinggal di sepanjang tepi sungai atau di
Risma. permukiman informal, di mana risiko
(https://republika.co.id/berita/q3s6o2399/) bencana paling tinggi dan kualitas
Kuatnya komitmen dan keyakinan perumahan rendah. Ini berkontribusi pada
Pemerintah Kota Surabaya memperlakukan kerentanan kaum miskin yang tidak
alam dengan harapan dapat memberi proporsional terhadap bencana, yang
manfaat bagi upaya antisipatif dalam merongrong inklusivitas kota-kota
mencegah bencana perlu ditauladani oleh (Hallegatte et al 2017). Kondisi seperti
masyarakat Kota Surabaya dalam inilah yang harusnya menjadi kesadaran
memperlakukan alam. Setidaknya hal ini kolektif masyarakat terutama yang tinggal
bisa dilakukan oleh masyarakat Kota dipinggiran atau bantaran sungai terhadap
Surabaya mulai dari menjaga kebersihan pentingnya kesiapsiagaan bencana. Memang
kota, kebersihan sungai dan tidak tidak mudah untuk mewujudkan ini, tapi
membuang sampah tidak pada tempatnya. harus dilakukan kalau kita ingin
Perilaku yang nampaknya sepele tetapi akan mewujudkan masyarakat yang tangguh
dapat menyelamatkan warga masyarakat bencana.
sendiri dari bencana. Keikutsertaan
masyarakat dalam memperlakukan alam E. Reformasi Kebijakan Pembangunan
untuk kepentingan yang bermanfaat bagi yang berorientasi para Resiko
masyarakat sendiri merupakan sesuatu Bencana.
yang tidak jarang perlu pemahaman, Upaya untuk mengurangi resiko
dorongan dan bahkan perlu pemaksaan dari bencana atau mitigasi bencana dapat
pemerintah (pemerintah daerah) sebagai dilakukan melalui pelaksanaan kebijakan
institusi yang memiliki kewenangan baik menyangkut kebijakan penataan ruang,
memaksa kepada masyarakat. pengaturan pembangunan, pembangunan
Menyadari pentingnya keikutsertaan infrastruktur maupun kebijakan lainnya.
masyarakat dalam menjaga kebersihan Artinya perlu ada sinergi atau keselarasan
lingkungan ini, Pemerintah Kota segenap kebijakan yang ada dengan
melakukan sosialisasi mengenai fungsi upaya-upaya mitigasi bencana khususnya
sungai, pengelolaan sampah dan bahayanya gempa.
membuang sampah tidak pada tempatnya.
95
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (1), April 2020
Namun dalam fakta empirik memang kepentingan mitigasi bencana gempa ini.
dari sisi regulasi atau kebijakan ini masih Untuk itu Pemerintah Kota perlu melibatkan
dalam tahap upaya untuk mensinergikan parisipasi pihak swasta melalui peran
dengan kepentingan mitigasi bencana. Hal insentif, dan regulasi yang jelas. Kolaborasi
ini bisa diketahui dari Diseminasi SNI ini diharapkan mampu untuk memberikan
Tataruang yang disenggarakan ITS (Institut rasa aman dan nyaman bagi masyarakat,
Teknologi Surabaya) yang antara lain sebagai pihak yang akan terdampak
disampaikan bahwa selain SNI Gempa, manakala bencan tersebut terjadi.
penataan ruang ruang kota adalah salah satu Sektor swasta, yang sering mendorong
kunci utama dari mitigasi awal bencana itu pembangunan baru dan pembangunan
sendiri. Namun kenyataannya, integrasi kembali lahan, perlu memikul bagian
antara rencana tata ruang dan mitigasi tanggung jawab yang adil untuk ketahanan
bencana itui masih sangat rendah. Penyebab perkotaan. Insentif dan peraturan yang jelas
dari rendahnya intergrasi pada pada proses untuk proyek-proyek pembangunan (seperti
perencanaan ini salah satunya adalah yang terkait dengan drainase, penyimpanan
terfokusnya materi kebencanaan pada banjir atau permeabilitas retensi, kepatuhan
dan kebakaran saja. Sementara, potensi terhadap standar kode bangunan) perlu
kegempaan masih minim pembahasan. mendorong pengembang untuk merancang
Selain itu, menurut Adjie Pamungkas investasi yang diinformasikan dengan risiko.
(its.ac.id, 4 Oktober 2019: ) orientasi Aliran pembiayaan kota yang inovatif untuk
pembangunan Kota Surabaya juga masih infrastruktur drainase dan manajemen air
pada membangun atau memajukan, sehingga badai (misalnya, retribusi atau biaya
isu resiko hanya menjadi sampingan. Dari pengembang, skema insentif, skema kerja
sisi mitigasi bencana sendiri, pengurangan modal dalam pengembangan baru), program
resiko bencana difokuskan pada penyediaan untuk perkuatan infrastruktur penting
sarana dan prasarana saja dari pada aturan (misalnya, skema insentif atau hibah,
tata ruang. Oleh karena itu perlu menjadikan kemitraan swasta publik), atau Peluang
konsep manajemen resiko bencana sebagai menangkap nilai tanah dalam pengelolaan
visi dan misi dasar dalam kebijakan dan pengembangan dataran banjir, dapat
pembangunan. dipertimbangkan. kemakmuran dan
Pada bagian lain Pemerintah Kota livability. (World Bank, 2019)
Surabaya dalam hal ini Wisnu (Wakil Kebijakan terkait dengan perizinan, ini
Walikota Surabaya) mengakui beberapa titik merupakan paket kebijakan yang perlu
di Kota Surabaya memang rawan potensi diatur secara jelas. Saat ini Pemerintah Kota
gempa. Kawasan rawan gempa itu bakal Surabaya tentang kebijakan perijinan ini
dipetakan secara jelas.. Nantinya kawasan khususnya perizinan Ijin Mendirikan
yang belum padat hunian dijadikan sebagai Bangunan (IMB) masih menjadi masalah
Ruang Terbuka Hijau (RTH). Sedangkan publik dan akan masuk dalam agenda
wilayah yang sudah padat hunian akan kebijakan. Hal ini nampak dari sikap
ditetapkan standarisasi bangunan tahan Pemerintah Kota Surabaya yang
gempa. (radarsurabaya.jawapos.com, 4 Okt, disampaikan Wakil Walikota Surabaya
2019) bahwa “Sambil evaluasi Perda RTRWitu,
Kebijakan ke depan baik menyangkut seluruh bangunan di sekitar itu yang
tata ruang maupun kebijakan pembangunan memang di sesar aktif itunakan kita evaluasi
umumnya harus diselaraskan dengan tentang IMB-nya. IMB sebenarnya cukup,
96
Lukman Arif: Mitigasi Bencana Gempa Di Kota Surabaya (Kajian Tentang Upaya Antisipatif Pemerintah Kota
Surabaya Dalam Mengurangi Resiko Bencana )
cukup untuk melihat itu (antisipasi), tinggal dilibatkan. Artinya bahwa akan banyak
nanti standarisasi IMB-nya itu yang kita institusi atau instansi yang akan terlibat
perketat”(voaindonesia.com, 04/10/2019) dalam aktifitas mitigasi bencana. Yang
Fakta di atas menunjukkan adanya terpenting secara kelembagaan perlu ada
kondisi yang memang perlu dukungan dari koordinasi yang baik dari segenap unsur
segenap komponen masyarakat untuk instansi yang berkepentibngan atau terlibat
mendorong Pemerintah Kota Surabaya dalam pengelolaan bencana. Tidak terjadi
mengambil langkah cepat dalam tumpang tindih maupun salang tidak merasa
mewujudkan regulasi ini. Hal ini sejalan tanggung jawab dalam penanganan bencana.
dengan pernyataan World Bank (2019); Dari sisi sumber daya manusia, setiap
Pemerintah daerah dapat didukung untuk institusi yang terlibat dalam mitigasi
memperkuat penerbitan izin bangunan dan bencana, dari kegiatan simulasi yg
proses kepatuhan untuk memastikan bahwa dikemukakan pada bagian sebelumnya,
pembangunan mengikuti perencanaan, menunjukkan indikasi adanya upaya
desain, dan metode konstruksi berdasarkan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
informasi risiko. Menyusul bencana alam, orang-orang dari setiap instansi di
pendekatan “membangun kembali dengan lingkungan Pemerintah Kota Surabaya.
lebih baik” untuk upaya rekonstruksi harus Seperti kegiatan peningkatan pengetahuan,
diadopsi, memastikan bahwa aset yang keterampilan serta kedisiplinan anggota
rusak memperkuat ketahanan mereka BPB & Linmas Kota Surabaya diadakan
terhadap peristiwa di masa depan. Tanggung pembinaan dan pengendalian anggota
jawab yang jelas dalam sistem yang Satlinmas untuk kegiatan pengendalian
transparan, dengan sumber daya manusia perlindungan
yang terlatih dan bersertifikat untuk masyarakat.(bpblinmas.surabaya.go.id)
memantau kepatuhan, sangat penting untuk Tentang hal ini World Bank (2019)
melindungi kehidupan perkotaan dan menyatakan bahwa investasikan dalam
mengurangi kerugian ekonomi perkotaan kapasitas kelembagaan dan manusia:
karena kerusakan rumah dan bangunan Instansi pemerintah daerah di metro dan
umum perkotaan mengalami tantangan dalam
membangun dan mempertahankan kapasitas
F. Penguatan Kapasitas Kelembagaan teknis untuk mengakomodasi populasi yang
Dari sudut kelembagaan, tugas pokok terus bertambah. Kebutuhan itu sama
dan fungsi dalam rangka penanganan mendesaknya dengan kebijakan dan praktik
kebencanaan di Kota Surabaya adalah untuk ketahanan. Instansi pemerintah dapat
menjadi otoritas dan tanggung jawab Badan memperkenalkan sertifikasi dan insentif
Pananggulangan Bencana & Perlindungan bagi staf untuk meningkatkan keterampilan,
Masyarakat (BPB & Linmas). Tetapi dalam terutama pada perencanaan tata ruang yang
praktek pelaksanaan penangan bencana BPB terinformasi risiko, penegakan peraturan
& Linmas adalah bukan satu satunya zonasi dan kode bangunan, desain tangguh,
lembaga atau Organisasi Perangkat Daerah teknik teknis, perkuatan, dan manajemen
yang mandiri dan berwenang dalam risiko bencana. Organisasi profesional juga
menjalankan tugas tersebut. Seperti dalam dapat didorong untuk mengesahkan desainer
kegiatan simulasi tanggap bencana yang dan pengembang.
telah dikemukakan di atas beberpa insitusi
97
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (1), April 2020
98
Lukman Arif: Mitigasi Bencana Gempa Di Kota Surabaya (Kajian Tentang Upaya Antisipatif Pemerintah Kota
Surabaya Dalam Mengurangi Resiko Bencana )
99
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (1), April 2020
100