Anda di halaman 1dari 14

u Halaman 137 - 150

IMPLEMENTASI PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS MASYARAKAT


(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh
di Desa Boboh Kecamatan Menganti)

Sapto Pramono dan M. Yusuf


Program Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Dr. Soetomo Surabaya
Email: saptopramono62@yahoo.com

Abstrak
Program penanggulangan bencana berbasis masyarakat desa tangguh di Desa Boboh Kecamatan
Menganti Kabupaten Gresik hingga saat ini masih menimbulkan beberapa permasalahan dalam
implementasinya di antaranya adalah: (1) Variabel Komunikasi, implementor masih belum mampu
menyampaikan informasi yang efektif, hal ini disebabkan minimnya fasilitas penunjang informasi di desa dan
rendahnya kepatuhan masyarakat terhadap pemerintah; (2) Variabel Sumber Daya, minimnya sumber daya
manusia yang tersedia, minimnya Anggaran kebencanaan dan fasilitas sarana dan prasarana yang kurang
memadai; (3) Variabel Disposisi, kurangnya kejujuran, komitmen dan tanggungjawab implementor hal ini
disebabkan belum adanya upaya yang sesuai harapan dan dibutuhkan masyarakat. Keseriusan implementor
yang masih rendah, karena tidak adanya tindak lanjut atau strategi yang digunakan implementor dan upaya-
upaya yang dilakukan masih sangat terbatas; (4) Variabel Birokrasi, terjalinnya hubungan baik antara
pemerintah daerah dan aparatur desa cukup baik, sistem koordinasi dapat terjalin, tidak berbelit-belit dan
penguatan lembaga masyarakat dapat diandalkan. Oleh karena itu pendekatan melalui paradigma
pengurangan risiko merupakan jawaban yang tepat untuk melakukan upaya penanggulangan bencana daerah.
Dalam paradigma ini setiap individu, masyarakat di daerah diperkenalkan dengan berbagai ancaman yang ada
diwilayahnya, bagaimana mengurangi ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability) yang dimiliki, serta
meningkatkan kemampuan (capacity) masyarakat dalam menghadapi setiap ancaman.
Kata Kunci : Implementasi, Penanggulangan, Bencana, Berbasis Masyarakat.

Implementation of Community-based disaster management

Abstract
Community-based disaster management program resilient village in the Boboh Village District of Menganti Gresik
is still causing some problems in the implementation of which is (1) Variable Communication, the implementor is still not
able to convey information effectively, this is due to the lack of facilities in the village and supporting information low
adherence to the government community; (2) Variable Resources, the lack of available human resources, lack of Budget
disaster and infrastructure facilities are inadequate; (3) Variable Disposition, lack of honesty, commitment and
responsibility of the implementor of this case due to the lack efforts to expectations and needs of society. The seriousness of
the implementor is still low due to lack of follow-up or strategy used implementor and the efforts made are still very limited;
(4) Variable Bureaucracy, good relations between the local government and village officials is quite good, the coordination
system can be established, uncomplicated and reliable strengthening public institutions. Therefore, the approach through
the paradigm of risk reduction is the right solution for local disaster relief efforts. In this paradigm individuals, local
communities are introduced to a variety of threats that exist territory, how to reduce the threat (hazard) and vulnerability
owned, as well as improve the ability (capacity) community in the face of any threat.
Keywords: Implementation, Mitigation, Disaster, Community-Based.

A. PENDAHULIAN terhadap bencana alam. Hal ini karena wilayah


Dilihat dari aspek geografisnya, Indonesia menjadi tempat pertemuan antara
kepulauan Indonesia terletak di antara benua dua rangkaian jalur pegunungan muda dunia
Asia dan benua Australia, serta di antara yaitu Sikrum Pasifik (pegunungan lipatan yang
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Letak mengelilingi Samudera Pasifik) dan Sirkum
geografis adalah letak suatu daerah atau Mediteran (Pegunungan lipatan yang mulai
wilayah dilihat dari kenyataan di permukaan dari pegunungan Atlas di Afrika utara sampai
bumi. Dengan demikian wilayah Indonesia Nikobar dan iklim yang tropis juga
berada di posisi silang yang mempunyai arti menyebabkan banyak tanah yang tidak stabil,
penting dalam kaitannya dengan iklim. Jika banyak tanah yang rusak.
ditinjau dari segi geologi, sebagian wilayah Iklim tropis dengan curah hujan yang
Indonesia merupakan daerah yang rawan cukup tinggi memudahkan terjadi pelapukan.

Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 137
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf

Dari sisi alam, bencana alam seperti longsor, adalah China dengan 71.297.700 disusul
misalnya disebabkan oleh curah hujan yang India, Amerika Serikat, Pakistan dan
cukup tinggi. Berdasarkan sisi non-alam Ethiopia.
Indonesia berpenduduk padat terutama di Laporan ESCAP-UNISDR meng-
Pulau Jawa dan Sumatera. Infrastruktur tidak ungkapkan bahwa negara-negara di Asia
didesain sesuai dengan kondisi alam tersebut. Pasifik empat kali lebih rentan dihantam
Bangunan rumah, juga bangunan besar banyak bencana alam ketimbang di Afrika, bahkan 25
disesuaikan dengan kondisi alam. Indonesia kali lebih rentan ketimbang di Eropa, dan
merupakan negara yang paling rawan bencana Amerika Utara. Laporan itu juga menilai
alam di dunia, demikian menurut United kerugian akibat bencana alam. Bagi Indonesia
Nations International Strategy for Disaster hal tersebut sangat terasa dari dampak
Reduction (UNISDR, Badan PBB untuk Strategi bencana. Besarnya kerusakan dan kerugian
Internasional Pengurangan Resiko Bencana). akibat dampak bencana sangat besar. Tsunami
Berbagai bencana alam mulai gempa bumi, Aceh (2004) menimbulkan kerusakan dan
tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah kerugian Rp 39 triliun. Berturut-turut gempa
longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah (2006) Rp 27
rawan terjadi di Indonesia. Bahkan Indonesia triliun, banjir Jakarta (2007) Rp 4,8 triliun,
menduduki peringkat pertama dalam paparan gempa bumi Sumatera Barat (2009) Rp 21,9
terhadap penduduk atau jumlah manusia yang triliun dan Erupsi Merapi tahun (2010) di luar
menjadi korban meninggal akibat bencana dampak lahar dingin Rp 3,56 triliun, disusul
alam. Inilah yang menjadikan Indonesia dengan Erupsi Sinambung, dan Kelud (2014).
sebagai negara dengan risiko dan dampak Sebuah angka yang sangat besar.
bencana alam tertinggi di dunia. Berikut Peristiwa bencana alam merupakan hal
peringkat negara terdampak bencana alam yang sulit dihindari dan tidak dapat
selengkapnya: diperkirakan secara tepat. Sulitnya prediksi
a) Bencana tsunami, dari 265 negara Indonesia tersebut disebabkan karena banyaknya faktor
peringkat pertama dengan 5.402.239 orang yang menyebabkan terjadinya bencana alam
terkena dampaknya. Mengalahkan Jepang baik yang secara alami maupun yang
(4.497.645), Bangladesh (1.598.546), India disebabkan oleh perilaku dan perbuatan
(1.114.388), dan Filipina (894.848). manusia di samping adanya kekurangan
b) Bencana tanah longsor, dari 162 negara pengertian atau pengetahuan tentang hal yang
Indonesia peringkat pertama dengan dapat menimbulkan kejadian bencana alam
197.372 orang terkena dampaknya seperti banjir, tanah longsor, gunung meletus,
mengungguli India (180.254), China masuk Indonesia, akibatnya Indonesia
(121.488), Filipina (110.704), dan Ethiopia memiliki bentukan alam yang indah, mulai dari
(64.470). pegunungan yang berjajar di sisi barat dan
c) Bencana gempa bumi, dari 153 negara selatan pulau-pulau Indonesia, lembah, tebing
Indonesia berada diurutan ke-3 dengan terjal, negara kepulauan, dan sebagainya.
11.056.806 orang terkena dampaknya Pertemuan tiga lempeng besar, yaitu Lempeng
setelah Jepang (13.404.870), dan Filipina Indo-Australia, Euro-Asia dan Lempeng Pasifik
(12.182.454). juga menyebabkan Indonesia termasuk jalur
d) Bencana banjir, dari 162 negara Indonesia Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik Dunia, yaitu
menduduki peringkat ke-6 dengan daerah yang sering mengalami gempa bumi
1.101.507 orang yang terkena dampaknya. dan letusan gunung berapi yang mengelilingi
Peringkat sebelumnya berurutan diduduki cekungan Samudera Pasifik. Ada 129 gunung
Bangladesh (19.279.960), India (15.859.640), api berada di wilayah Indonesia yang sekaligus
China (3.972.502), Vietnam (3.403.041), dan merupakan negara dengan jumlah gunung api
Kamboja (1.765.674) terbanyak di dunia.
e) Bencana angin topan, rangking pertama Letak geografis dan kondisi geologis ini,
dikuasai Jepang dengan 22.548.120 korban menyebabkan Indonesia menjadi salah satu
disusul oleh Filipina, China, India, dan negara yang sangat berpotensi sekaligus rawan
Taiwan bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir,
f) Bencana kekeringan, peringat pertama tanah longsor, badai, dan letusan gunung

Jurnal
138 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf

berapi. Secara umum, di Indonesia terdapat masyarakat sehingga kelembagaan lokal ini
peristiwa bencana yang terjadi berulang kali bisa berfungsi sebagai penyalur aspirasi
setiap tahun. Di samping itu, jumlah penduduk masyarakat lokal dengan pemerintah setempat
yang demikian besar telah pula mengakibatkan dan pusat.
bencana yang disebabkan oleh ulah manusia,
seperti kebakaran, kebakaran hutan,
pencemaran, kerusakan lingkungan, dan B. DEFINISI KEBIJAKAN PUBLIK
sebagainya. Istilah policy (kebijakan) seringkali
Namun demikian, pada saat ini konsep penggunaannya saling dipertukarkan dengan
penanggulangan bencana telah mengalami istilah-istilah lain seperti tujuan (goals),
perubahan yang cukup mendasar, pemaknaan program, keputusan, undang-undang,
terhadap bencana yang secara konvensional ketentuan-ketentuan, usulan-usulan dan
dianggap sebuah kejadian yang tidak dapat rancangan-rancangan besar (Wahab, 1997: 2).
dicegah, kemudian mengalami pergeseran United Nations atau Perserikatan Bangsa Bangsa
makna bahwa bencana dapat diduga (dalam Wahab, 1997: 2) mengartikan kebijakan
sebelumnya, sehingga dapat dilakukan upaya sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman
pencegahan dan pengurangan resiko. Rentang ini boleh jadi amat sederhana atau kompleks,
waktu dan fokus bantuan yang awalnya hanya bersifat umum atau khusus, luas atau sempit,
berorentasi bantuan secara fisik, teknis semata kabur atau jelas, longgar atau terperinci,
dan dilakukan pada saat tanggap darurat bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau
bencana, kemudian bergeser pada konsep privat, kebijakan dalam maknanya seperti ini
penanggulangan bencana berbasis masyarakat. mungkin berupa deklarasi mengenai suatu
Kerja-kerja penanggulangan bencana dasar pedoman bertindak, suatu arah tindak
dilakukan sejak sebelum bencana terjadi, yaitu tertentu, suatu program mengenai aktivitas-
melalui upaya pencegahan, peredaman risiko aktivitas tertentu atau suatu rencana.
dan peringatan dini. Bantuan juga lebih bersifat Ahli kebijakan Anderson (1979, dalam
menyeluruh termasuk pendampingan trauma Wahab, 1997: 3), merumuskan bahwa kebijakan
atau psiko-sosial. sebagai langkah tindakan yang secara sengaja
Dalam Wignyosoebroto dan Suyanto dilakukan oleh seorang aktor atau sejumlah
(2008), pengalaman ini banyak mengajarkan aktor berkenaan dengan adanya masalah atau
bahwa untuk mengantisipasi dan persoalan tertentu yang dihadapi. Sedangkan
menanggulangi bencana agar ancaman tidak Frederick (1963, dalam Wahab, 1997: 3)
menimbulkan beban penderitaan yang mendefinisikan “suatu tindakan yang
berlarut-larut yang dibutuhkan tentu bukan mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh
hanya empati, kepedulian, dan rasa belas seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
kasihan. Tetapi yang tak kalah penting adalah lingkungan tertentu sehubungan dengan
kesediaan kita semua untuk bekerja secara adanya hambatan-hambatan tertentu seraya
lebih profesional, terpadu dan terfokus, serta mencari peluang-peluang untuk mencapai
mencoba mengurangi dampak terjadinya tujuan atau mewujudkan sasaran yang
bencana dengaan mengembangkan upaya diinginkan”.
penanggulangan yang berbasis masyarakat Berdasarkan definisi di atas, dapatlah
desa tangguh. disimpulkan pengertian kebijakan sebagai
Mengapa berbasis masyarakat desa suatu pedoman untuk melaksanakan kegiatan
tangguh? Berbasis desa tangguh dalam hal ini yang dipilih oleh seseorang atau kelompok
pemberdayakan masyarakat dan melibatkan orang dan dapat dilaksanakan serta
aparatur desa untuk mengantisipasi bencana berpengaruh terhadap sejumlah besar orang
dan mengetahui tanda-tanda akan terjadinya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu
bencana yang pengetahuan ini didapatkan dari Adapun, pengertian kebijakan publik (public
kearifan lokal atau pun penyuluhan dari BPBD policy) kita bisa menemukan lebih dari selusin
daerah tersebut. Kearifan lokal (local wisdom) di definisi kebijakan publik, dan tidak ada dari
sini bisa berupa kelembagaan lokal satu definisi yang keliru, semuanya saling
masyarakat, di mana kelembagaan lokal melengkapi. Namun, untuk kebutuhan sendiri
merupakan lembaga yang paling dekat dengan menurut Nugroho dalam buku Public Policy

Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 139
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf

(2009: 85), merumuskan definisi sebagai 1) Tahap Penyusunan Agenda


berikut: Para pejabat yang dipilih dan diangkat
“Kebijakan publik adalah keputusan yang menempatkan masalah pada agenda
dibuat oleh negara, khususnya pemerintah, publik. Sebelumnya masalah-masalah ini
sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat
negara yang bersangkutan. Kebijakan publik masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada
adalah strategi untuk mengantar masyarakat akhirnya, beberapa masalah masuk ke
pada masa awal, memasuki masyarakat pada agenda kebijakan para perumus kebijakan.
masa transisi, untuk menuju pada masyarakat Pada tahap ini suatu masalah mungkin
yang dicita-citakan.” tidak disentuh sama sekali, sementara
Dengan demikian, kebijakan publik masalah yang lain ditetapkan menjadi
adalah sebuah fakta strategis daripada fakta fokus pembahasan, atau ada pula masalah
politis ataupun teknis. Sebagai sebuah strategi, karena alasan-alasan tertentu ditunda
dalam kebijakan publik sudah terangkum untuk waktu yang sama.
preferensi-preferensi politis dari para aktor 2) Tahap Formulasi Kebijakan
yang terlibat dalam proses kebijakan, Masalah yang masuk ke agenda kebijakan
khususnya pada proses perumusan. Sebagai kemudian dibahas oleh para pembuat
sebuah strategi, kebijakan publik tidak saja kebijakan. Masalah-masalah tadi
bersifat positif, namun juga negatif, dalam arti didefinisikan untuk kemudian dicari
pilihan keputusan selalu bersifat menerima pemecahan masalah terbaik. Pemecahan
salah satu dan menolak yang lain. Meskipun masalah tersebut berasal dari berbagai
terdapat ruang bagi win-win sangat terbatas alternatif atau pilihan kebijakan (policy
sehingga kebijakan publik lebih banyak pada alternatives/policy options) yang ada. Sama
ranah zero-sum-game, yaitu menerima yang ini, halnya dengan perjuangan suatu masalah
dan menolak yang lain. untuk masuk ke dalam agenda kebijakan,
dalam tahap perumusan kebijakan masing-
1. Proses Kebijakan masing, alternatif bersaing untuk dapat
Proses kebijakan publik merupakan dipilih sebagai kebijakan yang diambil
proses yang komplek arena melibatkan banyak untuk memecahkan masalah. Pada tahap
proses maupun faktor yang harus dikaji. Oleh ini, masing-masing aktor akan “bermain”
karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh untuk mengusulkan pemecahan masalah
minat untuk mengkaji kebijakan publik terbaik.
membagi proses-proses penyusunan kebijakan 3) Tahap Adopsi Kebijakan
publik ke dalam beberapa tahap. Tahap-tahap Dari sekian banyak alternatif kebijakan
kebijakan publik menurut Dunn (2000: 24-25) yang ditawaran oleh para perumus
adalah sebagai berikut: kebijakan, pada akhirnya salah satu dari
alternatif kebijakan tersebut diadopsi
Gambar 1. Tahap-tahap Kebijakan Publik
dengan dukungan dari mayoritas legislatif,
konsensus antara direktur lembaga atau
keputusan peradilan.
4) Tahap Implementasi Kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan
menjadi catatan-catatan elit, jika program
tersebut tidak diimplementasikan. Oleh
karena itu keputusan program kebijakan
yang telah diambil sebagai alternatif
pemecahan masalah harus diimplementasi-
kan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan
administrasi maupun agen-agen
pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan
yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-
unit administrasi yang memobilisasikan
Sumber: Dunn (2000:24-25) sumberdaya finansial dan manusia. Pada

Jurnal
140 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf

tahap implementasi ini berbagai pemerintah. Dengan demikian implementasi


kepentingan akan saling bersaing. Beberapa kebijakan tidak hanya bersangkut-paut dengan
impementasi kebijakan mendapat mekanisme operasional kebijakan ke dalam
dukungan para pelaksana (implementors), prosedur-prosedur birokrasi melainkan juga
namun beberapa yang lain mungkin akan terkait dengan masalah konflik, keputusan dan
ditentang oleh para pelaksana. bagaimanan suatu kebijakan itu diperoleh
5) Tahap evaluasi kebijakan kelompok sasaran.
Pada tahap ini kebijakan yang telah Dalam pandangan Anderson (1975),
dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, kebijakan publik bersifat non-self executing,
sejauh mana kebijakan yang dibuat telah artinya baru akan menimbulkan efek tertentu,
mampu memecahkan masalah. Kebijakan setelah melewati tahap implementasi atau
publik pada dasarnya dibuat untuk meraih diimplementasikan. Tanpa melalui tahap
dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, implementasi, kebijakan akan sekedar berupa
memecahkan masalah yang dihadapi impian atau rencana. Karena itu, studi
masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah kebijakan publik tidak dapat mengabaikan
ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang tahapan implementasi sebuah proses kebijakan
menjadi dasar untuk menilai apakah (Anderson, 1975:92). Bahkan dalam praktek
kebijakan publik telah meraih dampak yang sehari-hari, terjadinya kesenjangan antara
diinginkan. tujuan kebijakan dan hasil yang senyatanya
Model proses kebijakan lain yang dicapai, seringkali berakar pada tahap
dikembangkan dari pendekatan dalam teori implementasinya yang tidak berjalan dengan
sistem. Model formal proses kebijakan adalah baik.
dari “gagasan kebijakan”, “formalisasi dan Grindle (1980) memformulasikan
legalisasi kebijakan”, “implementasi”, baru “implementasi kebijakan” (policy
kemudian menuju pada kinerja atau mencapai implementation) sebagai upaya menciptakan
prestasi yang diharapkan, yang didapatkan keterkaitan yang memungkinkan tujuan
setelah dilakukan evaluasi kinerja kebijakan kebijakan publik dapat diwujudkan sebagai
seperti yang disampaikan pada gambar berikut hasil dari aktivitas pemerintah (Grindle,
ini: 1980:6), mengingat kebijakan publik pada
Gambar 2. umumnya hanya memuat pernyataan secara
Proses Kebijakan yang Ideal garis besar tentang tujuan/sasaran dan sarana-
sarana pencapainnya. Sehingga setiap
kebijakan publik perlu diterjemahkan ke dalam
program tindakan, agar tujuan/sasaran yang
tertuang dalam kebijakan tersebut dapat
tercapai.
Implementasi juga dapat dipandang
sebagai proses interaksi antara penentuan
tujuan kebijakan dan tindakan-tindakan yang
dilakukan demi tercapainya tujuan kebijakan
itu sendiri (Jones, 1991: 294-295). Definisi
serupa dikemukakan Jones (1991) sendiri yang
Sumber: Nugroho (2009: 389) menegaskan implementasi kebijakan adalah
serangkaian aktivitas yang ditujukan ke arah
2. Konsep Implementasi Kebijakan pelaksanaan suatu program (kebijakan),
Implementasi kebijakan dimaksudkan sehingga dapat menimbulkan hasil-hasil
untuk memahami apa yang terjadi setelah tertentu.
suatu program dirumuskan serta apa dampak Pressman dan Wildavsky dalam Wahab
yang timbul dari program kebijakan tersebut. (1997: 65) menyatakan bahwa sebuah kata kerja
Implementasi kebijakan tidak hanya terkait mengimplementasikan itu sudah sepantasnya
dengan persoalan administratif melainkan juga terkait langsung dengan kata benda
mengkaji faktor lingkungan yang berpengaruh kebijaksanaan. Sehingga bagi kedua pelopor
terhadap proses implementasi kebijakan studi implementasi ini maka proses untuk

Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 141
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf

melaksanakan kebijaksanaan perlu implementasi ini, secara ringkas dapat


mendapatkan perhatian yang seksama, dan disarikan pada bagan berikut:
oleh sebab itu adalah keliru kalau kalau proses
tersebut dengan sendirinya akan berjalan Gambar 3
mulus. Interaksi Faktor-Faktor Determinan
Berdasar sejumlah konsep tersebut, Implementasi
terminologi implementasi kebijakan (policy
implementation) mengandung makna utama
sebagai sebuah proses yang terdiri atas
serangkaian tindakan (aktivitas) spesifik yang
dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan/sasaran kebijakan. Makna
implementasi kebijakan sebagai sebuah proses
yang terdiri atas serangkaian aktivitas spesifik
ini, sejalan dengan kebijakan publik itu yang
bersifat non-self executing yang baru akan Sumber: Edward III, 1980: 148.
menimbulkan efek (hasil) setelah
diimplementasikan. Edward III dalam Agustino (2008:153),
salah satu pendekatan studi implementasi
3. Model Proses Implementasi Kebijakan adalah harus dimulai dengan pernyataan
Secara konseptual, pendekatan abstrak, seperti yang dikemukakan sebagai
terhadap studi implementasi dapat dilakukan berikut, yaitu:
dari beberapa sudut pandang atau model, a) Apakah yang menjadi prasyarat bagi
diantaranya adalah pendekatan berdasarkan: implementasi kebijakan?
Analisis kegagalan, Model Rasional (“top- b) Apakah yang menjadi faktor penghambat
down”), Kritik “bottom-up” terhadap model utama bagi keberhasilan implementasi
“top-down”, dan Teori “hybrid” (Parsons, 2005: kebijakan?
465). Mengingat budaya implementasi Untuk menjawab pertanyaan tersebut di
kebijakan di Indonesia lebih dominan atas, Edward III mengusulkan empat variabel
menganut model rasional (top-down), serta yang sangat mempengaruhi keberhasilan
sejalan dengan permasalahan dan tujuan implementasi kebijakan, yaitu:
penulisan ini, maka kajian pustaka dan 1) Communication (komunikasi): komunikasi
kerangka teori model proses implementasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan
kebijakan yang akan diuraikan berikut ini informasi, baik dari atas ke bawah maupun
adalah lebih dominan pada model rasional. dari bawah ke atas. Untuk menghindari
Dalam perkembangan penerapan terjadinya distorsi informasi yang
model rasional, beberapa studi yang dilakukan disampaikan atasan ke bawahan, perlu
untuk menjelaskan faktor atau faktor-faktor adanya ketetapan waktu dalam
determinan keberhasilan implementasi penyampaian informasi, harus jelas
kebijakan, telah mengalami perkembangan informasi yang disampaikan, serta
menuju kemajuan. Pada mulanya studi memerlukan ketelitian dan konsistensi
implementasi cenderung mengambil fokus dalam menyampaikan informasi,
lebih sempit, yaitu pada karakteristik birokrasi 2) Resourcess (sumber-sumber): sumber-
pelaksana (Grindle, 1980). Studi implementasi sumber dalam implementasi kebijakan
dalam perspektif ini misalnya yang dilakukan memegang peranan penting, karena
oleh Edward III (1980) yang mengidentfikasi implementasi kebijakan tidak akan efektif
adanya 4 (empat) faktor determinan utama bilamana sumber-sumber pendukungnya
yang akan mempengaruhi proses dan hasil tidak tersedia. Yang termasuk sumber-
implementasi kebijakan yaitu: komunikasi sumber dimaksud adalah: staf yang relatif
(communication); struktur birokrasi (bureaucratic cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian
structure); sumberdaya (resources); dan dan keterampilan untuk melaksanakan
disposisi (disposition) (Edward III, 1980:148). kebijakan; informasi yang memadai atau
Interaksi antar keempat faktor determinan relevan untuk keperluan implementasi;

Jurnal
142 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf

dukungan dari lingkungan untuk atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mensukseskan implementasi kebijakan; (d) mengganggu kehidupan dan penghidupan
wewenang yang dimiliki implementor masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
untuk melaksanakan kebijakan. alam atau faktor non alam maupun faktor
3) Dispotition or Attitude (sikap): berkaitan manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
dengan bagaimana sikap implementor korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
dalam mendukung suatu implementasi kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
kebijakan. Seringkali para implementor Definisi tersebut menyebutkan bahwa
bersedia untuk mengambil insiatif dalam bencana disebabkan oleh faktor alam, non
rangka mencapai kebijakan, tergantung alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-
dengan sejauh mana wewenang yang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga
dimilikinya. mendefinisikan mengenai bencana alam,
4) Bureaucratic structure (struktur birokrasi): bencana non alam, dan bencana sosial sebagai
suatu kebijakan seringkali melibatkan berikut :
beberapa lembaga atau organisasi dalam a) Bencana alam adalah bencana yang
proses implementasinya, sehingga diakibatkan oleh peristiwa atau
diperlukan koordinasi yang efektif antar serangkaian peristiwa yang disebabkan
lembaga-lembaga terkait dalam oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
mendukung keberhasilan implementasi, tsunami, gunung meletus, banjir,
sikap dan risorsis konstituen, dukungan kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
pejabat yang lebih tinggi dan komitmen dan b) Bencana non alam adalah bencana yang
kualitas kepemimpinan dari pejabat diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
pelaksana. peristiwa non alam yang antara lain berupa
Meskipun karakter birokrasi pelaksana gagal teknologi, gagal modernisasi,
dapat menimbulkan dampak penting terhadap epidemi, dan wabah penyakit.
hasil implementasi, tetapi studi implementasi c) Bencana Sosial adalah bencana yang
kebijakan yang berkembang berikutnya, diakibatkan oleh peristiwa atau
terdapat tendensi makin pentingnya perhatian serangkaian peristiwa yang diakibatkan
ke arah mengkaitkan karakteristik “isi oleh manusia yang meliputi konflik sosial
kebijakan” (content of policy) dan karakteristik antar kelompok atau antar komunitas
“lingkungan kebijakan” (context of policy). masyarakat, dan teror.
Pendekatan yang berfokus pada karakter Sementara bencana itu sendiri dikenal
birokrasi pelaksana, cenderung memandang dengan istilah disaster dan hazard. Dalam Course
seolah-olah setiap kebijakan memiliki problem on Disaster Risk Communication at Community
implementasi yang sama dan mengabaikan Level, Ho Chin Minh, Vietnam, 9-14 Februari
bahwa kebijakan yang berbeda, akan 2004, hazard dijelaskan bukan merupakan
memghadapi problem implementasi yang disaster, inti dari definisi disaster adalah faktor-
berbeda-beda pula (Grindle, 1980:148). faktor yang memungkinkan orang untuk
terkena dampak hazard. Faktor tersebut disebut
dengan kerentanan (Vulnerabilities). Dengan
C. PENGERTIAN BENCANA adanya kerentanan ini, hazard memicu
Secara etimologis, bencana adalah terjadinya disaster dalam masyarakat.
gangguan, godaan, tipuan, atau sesuatu yang Suatu bencana akan disebut sebagai
menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, hazard apabila bencana tersebut hanya
kerugian, penderitaan, malapetaka, kecelakaan menyerang area yang tidak berpenduduk,
dan marabahaya. Kata bencana selalu identik seperti gurun,antartika, atau pun diantartika.
dengan sesuatu dan situasi negatif yang dalam Tetapi bencana akan disebut disaster apabila
bahasa inggris sepadan dengan kata disaster. bencana tersebut memberikan dampak pada
Disaster berasal dari Yunani, disastro yaitu “dis” kehidupan manusia sebagaimana
yang bearti jelek, dan “astro” yang berarti menghancurkan hidup mereka dan tempat
bintang. Jadi dis-astro berarti peristiwa jatuhnya tinggal mereka, dengan kata lain hazard adalah
bintang-bintang ke bumi (an event precipitated by bencana yang tidak menimbulkan dampak
stars). Lebih lanjut bencana adalah peristiwa langsung pada manusia sedang disaster

Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 143
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf

merupakan bencana yang timbul ditempat sendiri, pemerintah mengembangkan


yang berpenduduk dan menimbulkan dampak program pengurangan risiko bencana berbasis
yang signifikan. komunitas, sesuai dengan tanggung-jawab
negara untuk melindungi segenap bangsa dan
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis seluruh tumpah darah Indonesia sebagaimana
Masyarakat diamanatkan alam Undang-Undang Dasar
Pengurangan risiko bencana berbasis Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Salah
masyarakat (PRB-BM) atau Community Base satu strategi yang akan digunakan untuk
Disaster Risk Reduction (CBDRR) merupakan mewujudkan ini adalah melalui pengembang-
kegiatan penyadaran dan kesiap-siagaan an desa-desa dan kelurahan-kelurahan yang
masyarakat dalam mengidentifikasi ancaman tangguh terhadap bencana yang selanjutnya
bencana dan menyusun rencana aksi setempat diatur dalam Peraturan Kepala Badan Nasional
untuk mengurangi risiko bencana. Adapun Penanggulangan Bencana No. 1 Tahun 2012
tujuan dari PRB-BM adalah: membangun tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan
kesadaran pemerintah dan masyarakat untuk Tangguh Bencana. Pengembangan
siaga menghadapi berbagai macam ancaman Desa/Kelurahan Tangguh Bencana juga
bencana; mendorong respon pemerintah sejalan dengan Visi Badan Nasional
daerah dan masyarakat dalam menghadapi Penanggulangan Bencana: “Ketangguhan
berbagai macam bencana alam, melalui bangsa dalam menghadapi bencana”.
program-program pengurangan risiko Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
bencana; menyelamatkan nyawa dan adalah desa/kelurahan yang memiliki
memperkecil risiko bencana. kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) menghadapi ancaman bencana, serta
merupakan sebuah konsep yang luas dan memulihkan diri dengan segera dari dampak
relatif baru. Ada beberapa definisi berbeda dari bencana yang merugikan, jika terkena bencana.
istilah ini dalam literatur teknis , tetapi PRB Dengan demikian sebuah Desa/Kelurahan
secara umum dipahami sebagai Tangguh Bencana adalah sebuah desa atau
pengembangan dan penerapan secara luas dari kelurahan yang memiliki kemampuan untuk
kebijakan-kebijakan, strategi-strategi dan mengenali ancaman di wilayahnya dan
praktik-praktik untuk meminimalkan mampu mengorganisir sumber daya
kerentanan dan risiko bencana di masyarakat. masyarakat untuk mengurangi kerentanan dan
PRB adalah sebuah pendekatan sistematis sekaligus meningkatkan kapasitas demi
untuk mengidentifikasi mengkaji dan mengurangi risiko bencana. Kemampuan ini
mengurangi risiko-risiko bencana. diwujudkan dalam perencanaan pem-
PRB bertujuan untuk mengurangi bangunan yang mengandung upaya-upaya
kerentanan-kerentanan sosial-ekonomi pencegahan, kesiapsiagaan, pengurangan
terhadap bencana dan menagani bahaya- risiko bencana dan peningkatan kapasitas
bahaya lingkungan maupun bahaya lain yang untuk pemulihan pasca keadaan darurat.
menimbulkan kerentanan. PRB merupakan Sesuai UU No. 24 tahun 2007 tentang
tanggung jawab lembaga-lembaga bantuan Penanggulangan Bencana, Pemerintah dan
kemanusiaan dan PRB harus menjadi bagian pemerintah daerah menjadi penanggung jawab
terpadu dari pekerjaan organisasi semacam ini, penyelenggaran penanggulangan bencana.
bukan sekedar kegiatan tambahan atau Pengembangan Desa/Kelurahan Tangguh
kegiatan terpisah yang dilakukan satu atau dua Bencana pada hakikatnya merupakan bagian
kali saja. Oleh karenanya, upaya PRB dari pelaksanaan tanggung jawab ini yang
sangatlah luas. Dalam setiap sektor dari kerja pengaturannya diserahkan kepada desa/
pembanggunan kemanusiaan terhadap kelurahan, dan menjadi tanggung jawab
peluang untuk melaksankan prakarsa- Pemerintah Desa atau Kelurahan. Pemerintah
prakarsa PRB. dan pemerintah daerah akan memfasilitasi
Mengingat korban terbesar dari program ini dengan menyediakan sumber
bencana adalah kaum miskin di tingkat daya dan bantuan teknis yang dibutuhkan
masyarakat dan yang pertama-tama ol e h de sa / k e l u r a h a n . P e n g e mb a n g a n
menghadapi bencana adalah masyarakat Desa/Kelurahan Tangguh Bencana harus

Jurnal
144 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf

tercakup dalam rencana pembangunan desa, dan mengutus perwakilan dari masyarakat dan
baik dalam Rencana Pembangunan Jangka aparatur desa untuk diklat kebencanaan di
Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Pemerintah Daerah tapi hanya pembekalan saja mas
Desa. dan setelah itu sudah kami pun menyebarkan
kemasyarakat disini apa yang kami peroleh dari
pembekalan tersebut, kalo hanya pembekalan seperti
D. IMPLEMENTASI PENANGGULANGAN itu masyarakat disini juga udah pada tahu mas
BENCANA BERBASIS MASYARAKAT bagaimana menangani bencana banjir. Di sini yang
DESA TANGGUH kami perlukan sebenarnya adanya bantuan dari
Berdasarkan teori implementasi Pemerintah Daerah untuk mengatasi penyebab
kebijakan publik yang dikemukakan oleh terjadinya banjir di Desa Boboh ya misalnya ada
George C. Edward III, yang mana di dalamnya bantuan normalisasi sungai agar aliran sungai lebih
terdapat empat faktor yang berperan dalam baik kan itu sangat membantu kami dari pada hanya
keberhasilan implementasi kebijakan, maka pembekalan saja” (wawancara tanggal 14 juli
penulis membandingkan keempat faktor 2014 dengan Sekertaris Desa Boboh, Bapak Drs.
tersebut dengan kondisi yang ada di lapangan. Sujoko).
Sedangkan beberapa masyarakat
1. Faktor Komunikasi berpendapat dengan apa yang telah
Komunikasi merupakan hal yang diungkapkan di atas, “Selama ini yang saya tahu
penting dalam pelaksanaan implementasi ada sosilisasi dari pihak Badan Penanggulangan
kebijakan. Komunikasi dalam kebijakan Bencana Daerah tentang kebencanaan tapi ya cuma
memuat beberapa dimensi yaitu: transformasi omongan begitu saja kurang manfaatnya mas
informasi, kejelasan informasi, dan konsistensi pembekalan seperti itu kurang membantu
informasi. Dalam konteks implementasi masyarakat bahkan masyarakat disini pun udah
Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat terbiasa dengan bencana yang ada disini menurut
Desa Tanguh di Desa Boboh, diperoleh saya bolehlah sosialisasi tapi kan akan lebih baik
informasi sebagai berikut: kalau ada sejenis pengumuman yang bisa dipasang
di masing-masing desa biar semua masyarakat tau
“Desa Tangguh di Kabupaten Gresik ada sekitar
kalau hanya perwakilan saja yang tau penyebaran
16 Desa Tangguh Bencana yang telah kami bina
informasinya lambat kan masing-masing ada
namun saat ini keadaan untuk membuat desa yang
kesibukan kerja kadang masyarakat sendiri kurang
benar-benar tangguh terhadap bencana kan tidak
kesadarannya kalau ada pengumumam penting
gampang mas, satu desa saja yang benar-benar
yang ditempelkan di desa belum sempat dibaca udah
tangguh terhadap bencana memerlukan pendanaan
sering disobek sama anak-anak kecil mas yang sering
yang tidak sedikit sementara anggaran dari
iseng”.
pemerintah sendiri terbatas belum lagi masalah
sumber daya manusianya. Tapi untuk saat ini kami Dengan kurangnya informasi yang
hanya mensosialisasikan kepada masyarakat melalui diperoleh masyarakat tentang Penanggulang-
perangkat desa setempat untuk memeperdayakan an Bencana akan menghambat implementasi
masyarakat agar menjadi tahu bagaimana Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
menghadapi bencana yang berpotensi di daerah Desa Tangguh. Sosialisasi yang dilakukan
masing-masing”. Ungkapan dari Kabid. pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan dianggap kurang efektif dan memicu ketidak-
Penaggulangan Bencana Daerah Kabupaten puasan masyarakat dalam penanggulangan
Gresik. Hal ini pun dibenarkan oleh perangkat bencana yang berpotensi di daerah. Untuk itu
Desa Boboh berpendapat bahwa tindakan dari ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pemerintah Daerah agar pemberian informasi
Kabupaten Gresik sering melakukan sosialisasi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat
tentang Penanggulangan Bencana di Desa Desa Boboh yaitu melalui:
Boboh Kecamatan Menganti (hasil wawancara a) Media cetak serta elektronik, antara lain:
tanggal 14 Juli 2014). koran, majalah tentang kebencanaan, atau
“Iya dari pihak Badan Penanggulangan komik untuk anak-anak. Bisa juga melalui
Bencana Daerah Kabupaten Gresik sering radio serta siaran televisi sehingga
melakukan penyuluhan kebencanaan mas seminggu penyebaran informasi akan lebih tepat
kadang dua kali mereka melakukan untuk sosialisasi sasaran.

Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 145
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf

b) Media lainnya, antara lain: brosur, stiker, “Jika terjadi bencana seperti tahun kemarin mas
spanduk maupun kegiatan PKK, arisan, yang sangat parah saya masih ingat kejadian itu
keagamaan, serta musyawarah desa pada tanggal 6 Desember 2013, ketinggian air pada
dengan melibatkan masyarakat ketua saat itu 1 meter. Dari Pihak Badan Penanggulangan
RT/RW yang selanjutnya akan diteruskan Bencana Daerah sendiri hanya membantu logistik
dengan rapat RT, agar Implementasi mas nasi bungkus, mie instan, selimut, obat-obatan,
Penanggulangan Bencana dapat berjalan kalau tenda ada satu bantuan dari BPBD sebagian
dengan baik. masyarakat ada yang tidur di Balai Desa, sebagian
Dari penjelasan di atas, dapat masyarakat juga ada yang terperangkap di dalam
disimpulkan bahwa implementor telah desa karena tidak bisa lewat kena genangan air tidak
melakukan tugasnya dengan baik melakukan ada jalan tembusan lagi terkadang yang menjadi
sosialisasi kepada Desa Binaan sesuai dengan masalah hewan ternak masyarakat jadi masyarakat
membuat penjagaan sendiri untuk mengamankan
apa yang diinginkan. Akan tetapi masih ada
hewan ternak tersebut. Upaya BPBD sendiri dalam
kekurangan yang harus dipertimbangkan
membantu pencegahan bencana masih berupa
kembali, yaitu kurangnya media sosialisasi
sosialisasi, pembuatan peta rawan bencana tapi
untuk diterapkan agar pelaksanaan
kalau memfasilitasi seperti setiap desa ada
penanggulangan bencana di desa berjalan
pelampung, perahu karet, normalisasi sungai,
dengan baik. gelangsing masih belum pernah dilakukan di sini
mas” (wawancara 16 juli 2014).
2. Faktor Sumber Daya
“Bantuan dari BPBD berupa sembako tetapi
Sumber daya berkaitan dengan
banyak juga lembaga lain yang membantu untuk
kesiapsiagaan dalam mendukung bahan logistik tetapi jika untuk fasilitas seperti
terlaksananya implementasi kebijakan yang posko, perahu karet, pelampung, yang diperlukan
sudah dibuat. Sumber daya berkaitan dengan saat terjadinya bencana tidak ada sama sekali,
beberapa aspek, antara lain: sumber daya terkadang kami kesulitan untuk mengungsikan
manusia, anggaran, fasilitas, informasi, dan masyarakat ke tempat yang tidak terkena banjir
kewenangan. Dari faktor sumber daya apalagi seperti orang yang sudah lanjut usia sangat
diperoleh informasi sebagai berikut: sulit mengamankannya mas karena tidak ada
“Badan Penanggulangan Bencana Daerah fasilitas yang bisa digunakan untuk penyelamatan
Kabupaten Gresik sendiri mempunyai Tim dan saat terjadinya bencana apalagi sulitnya mencari
Kasie di Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan jalan tembusan atau jalan alternatif karena hanya
yang berperan mengantisipasi bencana melalui ada jalan satu arah itu saja untuk keluar dan
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat pastinya sudah terendam air yang tingginya hampir
guna memperdayakan masyarakat agar tangguh 1,5 meter, ada pun jalan setapak mas yang bisa
terhadap bencana yang ada di lingkungan dilalui tapi jika kondisi berdesakan dengan
sekitarnya. Dan juga mengambil langkah-langkah masyarakat yang lain ini pun kurang kondusif”
kedaruratan dan pendistribusian logistik pada (wawancara tanggal 17 Juli 2014).
kejadian bencana serta rehabilitasi dan rekonstruksi Sumber daya anggaran dalam program
korban bencana. Namun sumber daya kami terbatas penanggulangan bencana telah di atur dalam
karena banyaknya desa yang harus kami bina untuk pasal 12 “biaya yang diperlukan bagi
menjadikan desa yang tangguh, sedang dalam pelaksanaan tugas lembaga lain dibebankan
proses dan saat ini upaya yang kami lakukan adalah kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
sebatas sosialisasi, pembuatan Peta Rawan Bencana Daerah dan sumber anggaran lain yang sah dan
di desa, penyelenggaraan upaya pencegahan dan
tidak mengikat. Dari 16 Desa Tangguh yang
kesiapsiagaan penanggulangan bencana, dan
telah di bina oleh Badan Penaggulangan
penyelenggaraan fasilitas dan program pencegahan
Bencana Daerah Kabupaten Gresik salah
dan kesiapsiagaan juga monitoring dan evaluasi
satunya adalah Desa Boboh Kecamatan
terhadap upaya pencegahan dan kesiapsiagaan
Menganti Kabupaten Gresik. Anggaran dalam
dalam menghadapi bencana. Dan implementasinya
di lapangan, masih ada masyarakat yang belum program penanggulangan bencana sangat
mendapatkan fasilitas yang memadai dalam terbatas, sehingga akan ada upaya terbaik bagi
menghadapi bencana di Desa Boboh, baik dari desa binaan di masa depan sesuai harapan di
sosialisasi juga dalam bentuk sarana dan prasarana setiap desa. Berdasarkan sumber daya fasilitas,
yang memadai dalam penanggulangan bencana”. Desa Boboh memiliki satu unit posko atas

Jurnal
146 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf

bantuan pihak BPBD. implementor sangat mempengaruhi terhadap


Berdasarkan uraian di atas, dapat keberhasilan implemetasi sebuah kebijakan,
dianalisis sebagai berikut: kejujuran, dan komitmen akan membuat
a) Sumber Daya Manusia. masyarakat merasa dihargai dan tertolong dari
Dalam pemahaman tentang Desa Tangguh dampak dari bencana itu sendiri, berikut hasil
di Desa Boboh Kecamatan Menganti sendiri dari wawancara yang ditemukan dilapangan:
banyak masyarakat yang telah mampu “Untuk saat ini memang belum semua
untuk mandiri dalam menghadapi bencana terealisasi dengan baik kami masih memprosesnya
yang ada di lingkungan sekitarnya hal ini untuk lebih baik kedepannya agar tercipta desa yang
didukung juga dengan adanya Karang benar-benar tangguh terhadap bencana di daerah
Taruna Desa dan kegiatan Ibu-ibu PKK masing-masing Desa, untuk kabupaten Gresik
dalam membantu mengurangi resiko sendiri juga akan kami perhitungkan dari bencana
bencana dengan sosialisasi pencegahan yang diakibatkan oleh Pertrokimia mengingat
bencana dan pengolahan sampah. Kabupaten Gresik juga merupakan daerah industri”
b) Sarana dan Prasarana yang ada di Desa. (wawancara dengan Ibu Purwati, 2014).
Kurangnya sarana dan prasarana yang ada “Kami selaku perangkat desa di sini selalu
di desa membuat implementasi berupaya semaksimal mungkin untuk membantu
penanggulangan bencana yang dilakukan masyarakat kami di Desa Boboh guna mengatasi
di Desa Boboh menjadi kurang maksimal masalah bencana di sini dengan selalu memberikan
bantuan yang diperlukan oleh masyarakat.
karena kurangnya media komunikasi dan
Tentunya disesuaikan dengan kemampuan yang
informasi yang terbatas dan alat
ada. Jika tidak mampu memenuhi semua sarana-
perlengkapan lainya dalam menghadapi
prasarana yang ada, paling tidak berusaha terus-
bencana.
menerus untuk mencegah terjadinya bencana banjir
c) Anggaran di Desa Boboh.
misalnya dengan melakukan kerja bakti untuk
Dari pendanaan sendiri masih sangat membersihkan gorong-gorong, menanam pohon-
terbatas mengingat sumber pendapatan pohon pelindung dan sebagainya.
hanya dari Anggaran Pendapatan dan Demikian pula yang dikemukakan oleh
Belanja Daerah sekitar 15%, sedang dana Bapak Jumali Ketua RT Gantang:
kebencanaan nasional sebesar Rp 1,3 “Kejadian bencana di desa ini sudah sering
Triliun, sehingga dalam memfasilitasi terjadi ini juga membuat masyarakat desa lama-
kebutuhan yang memadai akan menjadi lama terbiasa dengan keadaan disini jika banjir
sulit dan terhambat. Dan dari sumber daya datang masyarakat sudah cepat-cepat mengungsi ke
manusia cukup memadai masyarakat daerah yang lebih aman, para pemuda di sini pun
maupun implementor dalam menjalankan sangat sigap dalam menolong sesama masyarakat
tugas masing-masing cukup mampu dalam yang terdampak bencana tetapi mau gimana lagi
menghadapi bencana yang ada. mas upaya yang bisa kami lakukan hanya
Dari hasil wawancara tersebut bisa menghadapi bencana yang ada, untuk berbuat lebih
disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan dengan keterbatasan sarana dan prasarana sangat
penanggulangan bencana di Desa Boboh, pihak sulit mengatasi bencana disini saya berharap dari
Implementor atau pelaksana kebijakan di desa semua pihak bisa berpartisipasi mengatasi bencana
masih belum memenuhi sarana dan prasarana apa lagi kalau bisa di cari masalahnya kan baik untuk
yang memadai untuk pencegahan bencana di masyarakat disini ya minimal ada sarana dan
daerah tersebut hal ini disebabkan masih prasarana yang mendukunglah kalau tenaga saya
lemahnya sumber daya yang ada khususnya siap untuk berpartisipasi. Suatu program yang
sumber daya finansial dan belum tersedianya bertujuan untuk merubah sikap dan perilaku relatif
sarana prasarana yang dibutuhkan masyarakat sulit diimplementasikan dari pada program yang
agar penanggulangan bencana dapat berjalan memberikan bantuan. Dengan adanya program
dengan baik misalnya tersedianya perahu Penanggulangan Bencana diharapkan mampu
karet, pelampung, gelangsing, dan normalisasi untuk membantu masyarakat dalam menghadapi
sungai. bencana, mengurangi resiko bencana atau hidup
berdampingan dengan bencana yang ada”.
3. Faktor Disposisi Berdasarkan hasil wawancara di atas
Sikap atau karakteristik dari dapat disimpulkan bahwa perubahan yang

Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 147
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf

diinginkan dengan adanya penanggulangan “Dari struktur birokrasi sendiri saya rasa sudah
bencana adalah mampu membuat masyarakat jelas arah mana dan sistem koordinasinya jelas
Desa Boboh benar-benar tangguh dalam antara pemerintah pusat ke pemerintah daerah
menghadapi bencana dan mampu mengurangi hingga ke tatanan paling bawah jelas ada
risiko bencana yang ada. Para implementor koordinasinya, hanya saja terkadang masih sulit
berusaha melakukan pencegahan bencana juga untuk menentukan langkah karena sistem yang
secara intensif dengan melakukan kerja bakti ada masih berketergantungan antara BPBD dengan
bersih-bersih gorong-gorong dan penanaman Pemda sendiri misalnya terjadi bencana untuk
pohon-pohon pelindung untuk mencegah memberikan bantuan akan sulit karena untuk
banjir. menyalurkan bantuan sistem birokrasinya harus
ada persetujuan terlebih dahulu ke Pemda
4. Faktor Struktur Birokrasi Kabupaten Gresik” (wawancara dengan Kasie
Struktur Birokrasi mempunyai Kesiapsiagaan, Bapak Samsul).
pengaruh yang cukup signifikan terhadap Kesimpulan hasil temuan di lapangan
implementasi kebijakan. Ada dua yang mengungkapkan beberapa permasalahan
menjadi dasar utama yaitu: Mekanisme atau yang muncul pada saat pelaksanaan
Prosedur yang dipakai oleh implementor, dan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
Standar Operasional Prosedur dalam Desa Tangguh Di Desa Boboh, yaitu masih
menjalankan Penanggulangan Bencana ditemukan masyarakat yang belum memahami
Berbasis Masyarakat Desa Tangguh. Struktur bagaimana penanggulangan bencana yang ada
Birokrasi yang semakin panjang akan semakin di daerah sekitar mereka, dan belum adanya
memperlambat proses implementasi. Struktur Standar Operasional Prosedur yang digunakan
Birokrasi yang penting dari setiap organisasi dalam penanggulangan bencana di Desa Boboh
adalah adanya Prosedur Operasi yang Standar dari Aparatur Desa dan BPBD Kabupaten
menjadi pedoman bagi setiap implementor Gresik.
dalam bertindak. Tabel 1. Matriks Edwards III:
Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
Struktur Birokrasi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap implementasi
kebijakan. Aspek Struktur Organisasi ini
melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan
Struktur Birokrasi itu sendiri. Aspek pertama
adalah mekanisme, dalam implementasi
kebijakan biasanya sudah dibuat Standard
Operation Procedur (SOP). SOP menjadi
pedoman bagi setiap implementator dalam
bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan
tidak melenceng dari tujuan dan sasaran Sumber: Analisa berdasarkan konsep Edward III
dalam penanggulangan bencana 2014.
kebijakan. Aspek kedua adalah Struktur
Birokrasi. Struktur Birokrasi yang terlalu
panjang dan terfragmentasi akan cenderung E. PENUTUP
melemahkan pengawasan dan menyebabkan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks dilakukan dalam Implemetasi Penanggulang-
yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas an Bencana Berbasis Masyarakat Desa Tangguh
organisasi menjadi tidak fleksibel. Berdasarkan di Desa Boboh Kecamatan Menganti
pendapat para ahli dalam mengemukakan Kabupaten Gresik yang mencangkup variabel
tahapan implementasi kebijakan tersebut , komunikasi, sumber daya, disposisi, dan
terlihat bahwa implementasi kebijakan adalah struktur birokrasi, maka dapat disimpulkan
tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh sebagai berikut:
individu atau pejabat-pejabat terhadap suatu 1) Faktor Komunikasi.
objek yang diarahkan untuk mencapai tujuan Komunikasi merupakan bagian terpenting
yang telah ditetapkan sebelumnya. dalam implementasi kebijakan, komunikasi
Berikut data yang diperoleh antara implementor dan masyarakat yang
dilapangan: menjadi sasaran sangat menentukan

Jurnal
148 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf

apakah program yang akan dilaksanakan masih belum baik dan belum sesuai
akan berjalan dengan baik atau tidak dan harapan masyarakat.
untuk Desa Boboh sendiri, dalam 3) Disposisi.
implementasi Penanggulangan Bencana Sikap implementor Penanggulangan
Berbasis Masyarakat Desa Tangguh faktor Bencana Berbasis Masyarakat Desa
komunikasi sudah cukup baik, namun Tangguh di Desa Boboh yang berkaitan
masih ditemui permasalahan yang timbul dengan komitmen dan kejujuran masih
di masyarakat terkait dengan komunikasi sangat rendah. Hal ini berkenaan dengan
yang masih kurang baik yaitu sebatas masih ditemukannya implementor yang
penyuluhan dan sosialisasi sehingga kurang berkomitmen dalam pelaksanaan
sebagian masyarakat masih belum Penanggulangan Bencana Berbasis
mengetahui adanya sosialisasi yang Masyarakat Desa Tangguh di Desa Boboh
diselenggarakan. Dan media lainnya yang serta keseriusan implementor masih belum
digunakan juga belum mampu untuk sesuai dengan harapan yang diinginkan
diaplikasikan oleh implementor seperti: masyarakat.
penyebaran brosur, pamflet, iklan dengan 4) Struktur Birokrasi.
media cetak (koran, majalah kebencanaan, Dalam Struktur Birokrasi yang ada dalam
buku bencana, komik, dan lain-lain), juga implementor Penanggulangan Bencana
media elektronik (siaran radio tentang Berbasis Masyarakat Desa Tangguh sudah
bencana, dan Televisi Kebencanaan). cukup baik, karena sudah adanya masing-
2) Faktor Sumber Daya. masing tugas dan fungsi yang telah
Desa Boboh memiliki sumber daya manusia ditentukan. Di Desa Boboh sendiri sudah
yang sangat baik hal ini dapat dilihat dari terbentuk Karang Taruna Desa, Lembaga
kesiapsiagaan masyarakat terhadap PKK, dan organisasi sosial yang berkaitan
bencana, kegiatan ibu-ibu PKK, dan Karang dengan kebencanaan itu sendiri, sehingga
Taruna Desa yang sangat tanggap terhadap sangat membantu dalam pelaksanaan
suatu peristiwa. Aparatur Desa pun ikut Penanggulangan Bencana Berbasis
turun langsung ke lokasi saat terjadi Masyarakat Desa Tangguh di Desa Boboh
bencana dan berperan aktif mensukseskan Kecamatan Menganti. Dalam menertibkan
Penanggulangan Bencana Berbasis masyarakat dan memberi penyuluhan
Masyrakat Desa Tangguh. Walaupun masih tentang kebencanaan relatif sangat mudah
sering ditemui permasalahan keterbatanan dilakukan karena sudah terorganisir
sumber daya manusia yang ada di desa dengan baik dari pemerintah pusat,
Boboh. Sebagai implementor BPBD pemerintah daerah bahkan hingga ke
Kabupaten Gresik sebagai pelaksana teknis kecamatan pun sudah jelas diatur sesuai
Penanggulangan Bencana Berbasis dengan tugas, fungsi, dan kewenangan
Masyarakat Desa Tangguh tidak hanya masing-masing.
terdapat pada unsur kapasitas teknis saja, Berdasarkan permasalahan yang ada
akan tetapi unsur tanggung jawab dan dalam penelitian ini, maka penulis dapat
komitmen yang kuat juga sangat penting memberikan rekomendasi sebagai berikut:
untuk melaksanakan Penanggulangan a) Faktor Komunikasi.
Bencana Berbasis Masyarakat Desa Implemetor harus meningkatkan kembali
Tangguh di Desa Boboh Kecamatan sosialisasi yang merata di daerah Desa
Menganti Kabupaten Gresik. Faktor Binaan sehingga akan menimbulkan
sumber daya anggaran dan fasilitas masih tingkat pemahaman yang sesuai dengan
belum sesuai dengan harapan yang harapan dengan memfasilitasi seperti:
diinginkan oleh masyarakat minimnya spanduk, brosur, papan pengumuman
anggaran kebencanaan menjadi desa, majalah kebencanaan, komik
penghambat implementasi kebencanaan, dan media elektronik, seperti
Penanggulangan Bencana Berbasis siaran televisi dan radio, sehingga
Masyarakat Desa Tangguh itu sendiri, masyarakat sebagai sasaran dapat
sehingga dalam memfasilitasi guna menerima informasi yang diharapkan
mengurangi resiko bencana yang terjadi berjalan dengan efektif.

Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 149
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf

b. Faktor Sumber Daya. baik tidak ada timpang tindih kekuasaan


Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang karena sudah teriorganisasi dengan baik.
lebih memahami Standar Operasional Konsep ke depan, akan melaksanakan
Prosedur (SOP) dalam Penanggulangan perlengkapan fasilitas sarana dan prasarana
Bencana sehingga tercipta masyarakat yang yang memadai sehingga pengurangan resiko
tangguh terhadap bencana dan siaga dalam bencana akan dapat diminimaliskan dan
penanggulangan bencana yang ada di korban bencana dapat ditekan agar masyarakat
daerah masing-masing. Berkenaan dengan bisa hidup berdampingan dengan bencana
sumber anggaran yang terbatas, yang ada di daerah masing-masing sesuai
implementor harus memprioritaskan dengan potensi bencana yang ada di daerah
program-program yang tepat guna tersebut. Dengan adanya Penanggulangan
disesuaikan dengan kebutuhan yang Bencana Berbasis Masyarakat Desa Tangguh
diperlukan, sehingga pengeluaran diharapkan masyarakat menjadi tangguh dan
anggaran kebencanaan menjadi efektif dan siap siaga dalam menghadapi bencana yang
efisien. Pemenuhan kebutuhan sarana dan ada, sehingga Penanggulangan Bencana
prasarana yang paling dibutuhkan oleh Berbasis Masyrakat Desa Tangguh bisa berjalan
desa masing-masing yang sekiranya tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan dan
memakan anggaran yang terlalu besar terciptanya masyarakat yang benar-benar
namun dapat diaplikasikan guna tangguh terhadap bencana.
mengurangi bencana yang ada di daerah
tersebut.
c) Faktor Disposisi. REFERENSI
Komitmen dan kejujuran dari aparatur Agustino, L. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik.
harus ditingkatkan kembali karena Bandung: Alfabeta.
kecenderungan perilaku implementor Anderson, J.E. 1975. Public Policy Making.
sangat mempengaruhi keberhasilan London: Nelson.
implementasi kebijakan, tanpa adanya Dunn, W.N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan
komitmen yang kuat akan melemahkan Publik, Yogyakarta: Gadjah Mada
kebijakan dan implementasi University Press.
Penanggulangan Bencana Berbasis Edward III, G.C. 1980. Implementing Public
Masyarakat Desa Tangguh. Keseriusan Policy, Washington D.C: Congressional
untuk membuat keberhasilan suatu Quartely, Inc.
kebijakan akan berjalan dengan baik bila Grindle, M.S. (ed.). 1980. Politic and Policy
implementor bersungguh-sungguh Implementation in The Third World. New
menjalankannya dengan baik dan Jersey: Princeton University Press.
mementingkan kepentingan masyarakat Jones, C.O. 1991. Pengantar Kebijakan Publik
sesuai dengan apa yang dibutuhkan, (Public Policy). Jakarta: Rajawali.
sehingga akan terwujud sasaran yang Nugroho, R.. 2009. Public Policy. Jakarta:
diharapkan. Gramedia.
d) Faktor Struktur Birokrasi. Wahab, A. 1997. Analisis Kebijaksanaan dari
Adanya kejelasan tugas, fungsi, dan Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan
kewenangan dari implementor, dan tidak Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
panjang sistem birokrasi yang tidak
panjang akan menimbulkan keberhasilan Peraturan-peraturan:
dalam pelaksanaan kebijakan. Sistem akan Peraturan Kepala Badan Nasional
berjalan dengan baik sesuai dengan Penanggulangan Bencana No. 1 Tahun
harapan. Untuk hal tersebut, 2012 tentang Pedoman Umum Desa/
diperlukannya sistem yang jelas tugas, dan Kelurahan Tangguh Bencana.
fungsi yang jelas, sehingga pelaksanaan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24
Penanggulangan Bencana Berbasis Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Masyarakat Desa Tangguh berjalan dengan Bencana.

Jurnal
150 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi

Anda mungkin juga menyukai