Abstrak
Program penanggulangan bencana berbasis masyarakat desa tangguh di Desa Boboh Kecamatan
Menganti Kabupaten Gresik hingga saat ini masih menimbulkan beberapa permasalahan dalam
implementasinya di antaranya adalah: (1) Variabel Komunikasi, implementor masih belum mampu
menyampaikan informasi yang efektif, hal ini disebabkan minimnya fasilitas penunjang informasi di desa dan
rendahnya kepatuhan masyarakat terhadap pemerintah; (2) Variabel Sumber Daya, minimnya sumber daya
manusia yang tersedia, minimnya Anggaran kebencanaan dan fasilitas sarana dan prasarana yang kurang
memadai; (3) Variabel Disposisi, kurangnya kejujuran, komitmen dan tanggungjawab implementor hal ini
disebabkan belum adanya upaya yang sesuai harapan dan dibutuhkan masyarakat. Keseriusan implementor
yang masih rendah, karena tidak adanya tindak lanjut atau strategi yang digunakan implementor dan upaya-
upaya yang dilakukan masih sangat terbatas; (4) Variabel Birokrasi, terjalinnya hubungan baik antara
pemerintah daerah dan aparatur desa cukup baik, sistem koordinasi dapat terjalin, tidak berbelit-belit dan
penguatan lembaga masyarakat dapat diandalkan. Oleh karena itu pendekatan melalui paradigma
pengurangan risiko merupakan jawaban yang tepat untuk melakukan upaya penanggulangan bencana daerah.
Dalam paradigma ini setiap individu, masyarakat di daerah diperkenalkan dengan berbagai ancaman yang ada
diwilayahnya, bagaimana mengurangi ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability) yang dimiliki, serta
meningkatkan kemampuan (capacity) masyarakat dalam menghadapi setiap ancaman.
Kata Kunci : Implementasi, Penanggulangan, Bencana, Berbasis Masyarakat.
Abstract
Community-based disaster management program resilient village in the Boboh Village District of Menganti Gresik
is still causing some problems in the implementation of which is (1) Variable Communication, the implementor is still not
able to convey information effectively, this is due to the lack of facilities in the village and supporting information low
adherence to the government community; (2) Variable Resources, the lack of available human resources, lack of Budget
disaster and infrastructure facilities are inadequate; (3) Variable Disposition, lack of honesty, commitment and
responsibility of the implementor of this case due to the lack efforts to expectations and needs of society. The seriousness of
the implementor is still low due to lack of follow-up or strategy used implementor and the efforts made are still very limited;
(4) Variable Bureaucracy, good relations between the local government and village officials is quite good, the coordination
system can be established, uncomplicated and reliable strengthening public institutions. Therefore, the approach through
the paradigm of risk reduction is the right solution for local disaster relief efforts. In this paradigm individuals, local
communities are introduced to a variety of threats that exist territory, how to reduce the threat (hazard) and vulnerability
owned, as well as improve the ability (capacity) community in the face of any threat.
Keywords: Implementation, Mitigation, Disaster, Community-Based.
Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 137
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf
Dari sisi alam, bencana alam seperti longsor, adalah China dengan 71.297.700 disusul
misalnya disebabkan oleh curah hujan yang India, Amerika Serikat, Pakistan dan
cukup tinggi. Berdasarkan sisi non-alam Ethiopia.
Indonesia berpenduduk padat terutama di Laporan ESCAP-UNISDR meng-
Pulau Jawa dan Sumatera. Infrastruktur tidak ungkapkan bahwa negara-negara di Asia
didesain sesuai dengan kondisi alam tersebut. Pasifik empat kali lebih rentan dihantam
Bangunan rumah, juga bangunan besar banyak bencana alam ketimbang di Afrika, bahkan 25
disesuaikan dengan kondisi alam. Indonesia kali lebih rentan ketimbang di Eropa, dan
merupakan negara yang paling rawan bencana Amerika Utara. Laporan itu juga menilai
alam di dunia, demikian menurut United kerugian akibat bencana alam. Bagi Indonesia
Nations International Strategy for Disaster hal tersebut sangat terasa dari dampak
Reduction (UNISDR, Badan PBB untuk Strategi bencana. Besarnya kerusakan dan kerugian
Internasional Pengurangan Resiko Bencana). akibat dampak bencana sangat besar. Tsunami
Berbagai bencana alam mulai gempa bumi, Aceh (2004) menimbulkan kerusakan dan
tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah kerugian Rp 39 triliun. Berturut-turut gempa
longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah (2006) Rp 27
rawan terjadi di Indonesia. Bahkan Indonesia triliun, banjir Jakarta (2007) Rp 4,8 triliun,
menduduki peringkat pertama dalam paparan gempa bumi Sumatera Barat (2009) Rp 21,9
terhadap penduduk atau jumlah manusia yang triliun dan Erupsi Merapi tahun (2010) di luar
menjadi korban meninggal akibat bencana dampak lahar dingin Rp 3,56 triliun, disusul
alam. Inilah yang menjadikan Indonesia dengan Erupsi Sinambung, dan Kelud (2014).
sebagai negara dengan risiko dan dampak Sebuah angka yang sangat besar.
bencana alam tertinggi di dunia. Berikut Peristiwa bencana alam merupakan hal
peringkat negara terdampak bencana alam yang sulit dihindari dan tidak dapat
selengkapnya: diperkirakan secara tepat. Sulitnya prediksi
a) Bencana tsunami, dari 265 negara Indonesia tersebut disebabkan karena banyaknya faktor
peringkat pertama dengan 5.402.239 orang yang menyebabkan terjadinya bencana alam
terkena dampaknya. Mengalahkan Jepang baik yang secara alami maupun yang
(4.497.645), Bangladesh (1.598.546), India disebabkan oleh perilaku dan perbuatan
(1.114.388), dan Filipina (894.848). manusia di samping adanya kekurangan
b) Bencana tanah longsor, dari 162 negara pengertian atau pengetahuan tentang hal yang
Indonesia peringkat pertama dengan dapat menimbulkan kejadian bencana alam
197.372 orang terkena dampaknya seperti banjir, tanah longsor, gunung meletus,
mengungguli India (180.254), China masuk Indonesia, akibatnya Indonesia
(121.488), Filipina (110.704), dan Ethiopia memiliki bentukan alam yang indah, mulai dari
(64.470). pegunungan yang berjajar di sisi barat dan
c) Bencana gempa bumi, dari 153 negara selatan pulau-pulau Indonesia, lembah, tebing
Indonesia berada diurutan ke-3 dengan terjal, negara kepulauan, dan sebagainya.
11.056.806 orang terkena dampaknya Pertemuan tiga lempeng besar, yaitu Lempeng
setelah Jepang (13.404.870), dan Filipina Indo-Australia, Euro-Asia dan Lempeng Pasifik
(12.182.454). juga menyebabkan Indonesia termasuk jalur
d) Bencana banjir, dari 162 negara Indonesia Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik Dunia, yaitu
menduduki peringkat ke-6 dengan daerah yang sering mengalami gempa bumi
1.101.507 orang yang terkena dampaknya. dan letusan gunung berapi yang mengelilingi
Peringkat sebelumnya berurutan diduduki cekungan Samudera Pasifik. Ada 129 gunung
Bangladesh (19.279.960), India (15.859.640), api berada di wilayah Indonesia yang sekaligus
China (3.972.502), Vietnam (3.403.041), dan merupakan negara dengan jumlah gunung api
Kamboja (1.765.674) terbanyak di dunia.
e) Bencana angin topan, rangking pertama Letak geografis dan kondisi geologis ini,
dikuasai Jepang dengan 22.548.120 korban menyebabkan Indonesia menjadi salah satu
disusul oleh Filipina, China, India, dan negara yang sangat berpotensi sekaligus rawan
Taiwan bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir,
f) Bencana kekeringan, peringat pertama tanah longsor, badai, dan letusan gunung
Jurnal
138 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf
berapi. Secara umum, di Indonesia terdapat masyarakat sehingga kelembagaan lokal ini
peristiwa bencana yang terjadi berulang kali bisa berfungsi sebagai penyalur aspirasi
setiap tahun. Di samping itu, jumlah penduduk masyarakat lokal dengan pemerintah setempat
yang demikian besar telah pula mengakibatkan dan pusat.
bencana yang disebabkan oleh ulah manusia,
seperti kebakaran, kebakaran hutan,
pencemaran, kerusakan lingkungan, dan B. DEFINISI KEBIJAKAN PUBLIK
sebagainya. Istilah policy (kebijakan) seringkali
Namun demikian, pada saat ini konsep penggunaannya saling dipertukarkan dengan
penanggulangan bencana telah mengalami istilah-istilah lain seperti tujuan (goals),
perubahan yang cukup mendasar, pemaknaan program, keputusan, undang-undang,
terhadap bencana yang secara konvensional ketentuan-ketentuan, usulan-usulan dan
dianggap sebuah kejadian yang tidak dapat rancangan-rancangan besar (Wahab, 1997: 2).
dicegah, kemudian mengalami pergeseran United Nations atau Perserikatan Bangsa Bangsa
makna bahwa bencana dapat diduga (dalam Wahab, 1997: 2) mengartikan kebijakan
sebelumnya, sehingga dapat dilakukan upaya sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman
pencegahan dan pengurangan resiko. Rentang ini boleh jadi amat sederhana atau kompleks,
waktu dan fokus bantuan yang awalnya hanya bersifat umum atau khusus, luas atau sempit,
berorentasi bantuan secara fisik, teknis semata kabur atau jelas, longgar atau terperinci,
dan dilakukan pada saat tanggap darurat bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau
bencana, kemudian bergeser pada konsep privat, kebijakan dalam maknanya seperti ini
penanggulangan bencana berbasis masyarakat. mungkin berupa deklarasi mengenai suatu
Kerja-kerja penanggulangan bencana dasar pedoman bertindak, suatu arah tindak
dilakukan sejak sebelum bencana terjadi, yaitu tertentu, suatu program mengenai aktivitas-
melalui upaya pencegahan, peredaman risiko aktivitas tertentu atau suatu rencana.
dan peringatan dini. Bantuan juga lebih bersifat Ahli kebijakan Anderson (1979, dalam
menyeluruh termasuk pendampingan trauma Wahab, 1997: 3), merumuskan bahwa kebijakan
atau psiko-sosial. sebagai langkah tindakan yang secara sengaja
Dalam Wignyosoebroto dan Suyanto dilakukan oleh seorang aktor atau sejumlah
(2008), pengalaman ini banyak mengajarkan aktor berkenaan dengan adanya masalah atau
bahwa untuk mengantisipasi dan persoalan tertentu yang dihadapi. Sedangkan
menanggulangi bencana agar ancaman tidak Frederick (1963, dalam Wahab, 1997: 3)
menimbulkan beban penderitaan yang mendefinisikan “suatu tindakan yang
berlarut-larut yang dibutuhkan tentu bukan mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh
hanya empati, kepedulian, dan rasa belas seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
kasihan. Tetapi yang tak kalah penting adalah lingkungan tertentu sehubungan dengan
kesediaan kita semua untuk bekerja secara adanya hambatan-hambatan tertentu seraya
lebih profesional, terpadu dan terfokus, serta mencari peluang-peluang untuk mencapai
mencoba mengurangi dampak terjadinya tujuan atau mewujudkan sasaran yang
bencana dengaan mengembangkan upaya diinginkan”.
penanggulangan yang berbasis masyarakat Berdasarkan definisi di atas, dapatlah
desa tangguh. disimpulkan pengertian kebijakan sebagai
Mengapa berbasis masyarakat desa suatu pedoman untuk melaksanakan kegiatan
tangguh? Berbasis desa tangguh dalam hal ini yang dipilih oleh seseorang atau kelompok
pemberdayakan masyarakat dan melibatkan orang dan dapat dilaksanakan serta
aparatur desa untuk mengantisipasi bencana berpengaruh terhadap sejumlah besar orang
dan mengetahui tanda-tanda akan terjadinya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu
bencana yang pengetahuan ini didapatkan dari Adapun, pengertian kebijakan publik (public
kearifan lokal atau pun penyuluhan dari BPBD policy) kita bisa menemukan lebih dari selusin
daerah tersebut. Kearifan lokal (local wisdom) di definisi kebijakan publik, dan tidak ada dari
sini bisa berupa kelembagaan lokal satu definisi yang keliru, semuanya saling
masyarakat, di mana kelembagaan lokal melengkapi. Namun, untuk kebutuhan sendiri
merupakan lembaga yang paling dekat dengan menurut Nugroho dalam buku Public Policy
Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 139
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf
Jurnal
140 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf
Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 141
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf
Jurnal
142 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf
dukungan dari lingkungan untuk atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mensukseskan implementasi kebijakan; (d) mengganggu kehidupan dan penghidupan
wewenang yang dimiliki implementor masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
untuk melaksanakan kebijakan. alam atau faktor non alam maupun faktor
3) Dispotition or Attitude (sikap): berkaitan manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
dengan bagaimana sikap implementor korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
dalam mendukung suatu implementasi kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
kebijakan. Seringkali para implementor Definisi tersebut menyebutkan bahwa
bersedia untuk mengambil insiatif dalam bencana disebabkan oleh faktor alam, non
rangka mencapai kebijakan, tergantung alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-
dengan sejauh mana wewenang yang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga
dimilikinya. mendefinisikan mengenai bencana alam,
4) Bureaucratic structure (struktur birokrasi): bencana non alam, dan bencana sosial sebagai
suatu kebijakan seringkali melibatkan berikut :
beberapa lembaga atau organisasi dalam a) Bencana alam adalah bencana yang
proses implementasinya, sehingga diakibatkan oleh peristiwa atau
diperlukan koordinasi yang efektif antar serangkaian peristiwa yang disebabkan
lembaga-lembaga terkait dalam oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
mendukung keberhasilan implementasi, tsunami, gunung meletus, banjir,
sikap dan risorsis konstituen, dukungan kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
pejabat yang lebih tinggi dan komitmen dan b) Bencana non alam adalah bencana yang
kualitas kepemimpinan dari pejabat diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
pelaksana. peristiwa non alam yang antara lain berupa
Meskipun karakter birokrasi pelaksana gagal teknologi, gagal modernisasi,
dapat menimbulkan dampak penting terhadap epidemi, dan wabah penyakit.
hasil implementasi, tetapi studi implementasi c) Bencana Sosial adalah bencana yang
kebijakan yang berkembang berikutnya, diakibatkan oleh peristiwa atau
terdapat tendensi makin pentingnya perhatian serangkaian peristiwa yang diakibatkan
ke arah mengkaitkan karakteristik “isi oleh manusia yang meliputi konflik sosial
kebijakan” (content of policy) dan karakteristik antar kelompok atau antar komunitas
“lingkungan kebijakan” (context of policy). masyarakat, dan teror.
Pendekatan yang berfokus pada karakter Sementara bencana itu sendiri dikenal
birokrasi pelaksana, cenderung memandang dengan istilah disaster dan hazard. Dalam Course
seolah-olah setiap kebijakan memiliki problem on Disaster Risk Communication at Community
implementasi yang sama dan mengabaikan Level, Ho Chin Minh, Vietnam, 9-14 Februari
bahwa kebijakan yang berbeda, akan 2004, hazard dijelaskan bukan merupakan
memghadapi problem implementasi yang disaster, inti dari definisi disaster adalah faktor-
berbeda-beda pula (Grindle, 1980:148). faktor yang memungkinkan orang untuk
terkena dampak hazard. Faktor tersebut disebut
dengan kerentanan (Vulnerabilities). Dengan
C. PENGERTIAN BENCANA adanya kerentanan ini, hazard memicu
Secara etimologis, bencana adalah terjadinya disaster dalam masyarakat.
gangguan, godaan, tipuan, atau sesuatu yang Suatu bencana akan disebut sebagai
menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, hazard apabila bencana tersebut hanya
kerugian, penderitaan, malapetaka, kecelakaan menyerang area yang tidak berpenduduk,
dan marabahaya. Kata bencana selalu identik seperti gurun,antartika, atau pun diantartika.
dengan sesuatu dan situasi negatif yang dalam Tetapi bencana akan disebut disaster apabila
bahasa inggris sepadan dengan kata disaster. bencana tersebut memberikan dampak pada
Disaster berasal dari Yunani, disastro yaitu “dis” kehidupan manusia sebagaimana
yang bearti jelek, dan “astro” yang berarti menghancurkan hidup mereka dan tempat
bintang. Jadi dis-astro berarti peristiwa jatuhnya tinggal mereka, dengan kata lain hazard adalah
bintang-bintang ke bumi (an event precipitated by bencana yang tidak menimbulkan dampak
stars). Lebih lanjut bencana adalah peristiwa langsung pada manusia sedang disaster
Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 143
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf
Jurnal
144 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf
tercakup dalam rencana pembangunan desa, dan mengutus perwakilan dari masyarakat dan
baik dalam Rencana Pembangunan Jangka aparatur desa untuk diklat kebencanaan di
Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Pemerintah Daerah tapi hanya pembekalan saja mas
Desa. dan setelah itu sudah kami pun menyebarkan
kemasyarakat disini apa yang kami peroleh dari
pembekalan tersebut, kalo hanya pembekalan seperti
D. IMPLEMENTASI PENANGGULANGAN itu masyarakat disini juga udah pada tahu mas
BENCANA BERBASIS MASYARAKAT bagaimana menangani bencana banjir. Di sini yang
DESA TANGGUH kami perlukan sebenarnya adanya bantuan dari
Berdasarkan teori implementasi Pemerintah Daerah untuk mengatasi penyebab
kebijakan publik yang dikemukakan oleh terjadinya banjir di Desa Boboh ya misalnya ada
George C. Edward III, yang mana di dalamnya bantuan normalisasi sungai agar aliran sungai lebih
terdapat empat faktor yang berperan dalam baik kan itu sangat membantu kami dari pada hanya
keberhasilan implementasi kebijakan, maka pembekalan saja” (wawancara tanggal 14 juli
penulis membandingkan keempat faktor 2014 dengan Sekertaris Desa Boboh, Bapak Drs.
tersebut dengan kondisi yang ada di lapangan. Sujoko).
Sedangkan beberapa masyarakat
1. Faktor Komunikasi berpendapat dengan apa yang telah
Komunikasi merupakan hal yang diungkapkan di atas, “Selama ini yang saya tahu
penting dalam pelaksanaan implementasi ada sosilisasi dari pihak Badan Penanggulangan
kebijakan. Komunikasi dalam kebijakan Bencana Daerah tentang kebencanaan tapi ya cuma
memuat beberapa dimensi yaitu: transformasi omongan begitu saja kurang manfaatnya mas
informasi, kejelasan informasi, dan konsistensi pembekalan seperti itu kurang membantu
informasi. Dalam konteks implementasi masyarakat bahkan masyarakat disini pun udah
Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat terbiasa dengan bencana yang ada disini menurut
Desa Tanguh di Desa Boboh, diperoleh saya bolehlah sosialisasi tapi kan akan lebih baik
informasi sebagai berikut: kalau ada sejenis pengumuman yang bisa dipasang
di masing-masing desa biar semua masyarakat tau
“Desa Tangguh di Kabupaten Gresik ada sekitar
kalau hanya perwakilan saja yang tau penyebaran
16 Desa Tangguh Bencana yang telah kami bina
informasinya lambat kan masing-masing ada
namun saat ini keadaan untuk membuat desa yang
kesibukan kerja kadang masyarakat sendiri kurang
benar-benar tangguh terhadap bencana kan tidak
kesadarannya kalau ada pengumumam penting
gampang mas, satu desa saja yang benar-benar
yang ditempelkan di desa belum sempat dibaca udah
tangguh terhadap bencana memerlukan pendanaan
sering disobek sama anak-anak kecil mas yang sering
yang tidak sedikit sementara anggaran dari
iseng”.
pemerintah sendiri terbatas belum lagi masalah
sumber daya manusianya. Tapi untuk saat ini kami Dengan kurangnya informasi yang
hanya mensosialisasikan kepada masyarakat melalui diperoleh masyarakat tentang Penanggulang-
perangkat desa setempat untuk memeperdayakan an Bencana akan menghambat implementasi
masyarakat agar menjadi tahu bagaimana Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
menghadapi bencana yang berpotensi di daerah Desa Tangguh. Sosialisasi yang dilakukan
masing-masing”. Ungkapan dari Kabid. pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan dianggap kurang efektif dan memicu ketidak-
Penaggulangan Bencana Daerah Kabupaten puasan masyarakat dalam penanggulangan
Gresik. Hal ini pun dibenarkan oleh perangkat bencana yang berpotensi di daerah. Untuk itu
Desa Boboh berpendapat bahwa tindakan dari ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pemerintah Daerah agar pemberian informasi
Kabupaten Gresik sering melakukan sosialisasi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat
tentang Penanggulangan Bencana di Desa Desa Boboh yaitu melalui:
Boboh Kecamatan Menganti (hasil wawancara a) Media cetak serta elektronik, antara lain:
tanggal 14 Juli 2014). koran, majalah tentang kebencanaan, atau
“Iya dari pihak Badan Penanggulangan komik untuk anak-anak. Bisa juga melalui
Bencana Daerah Kabupaten Gresik sering radio serta siaran televisi sehingga
melakukan penyuluhan kebencanaan mas seminggu penyebaran informasi akan lebih tepat
kadang dua kali mereka melakukan untuk sosialisasi sasaran.
Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 145
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf
b) Media lainnya, antara lain: brosur, stiker, “Jika terjadi bencana seperti tahun kemarin mas
spanduk maupun kegiatan PKK, arisan, yang sangat parah saya masih ingat kejadian itu
keagamaan, serta musyawarah desa pada tanggal 6 Desember 2013, ketinggian air pada
dengan melibatkan masyarakat ketua saat itu 1 meter. Dari Pihak Badan Penanggulangan
RT/RW yang selanjutnya akan diteruskan Bencana Daerah sendiri hanya membantu logistik
dengan rapat RT, agar Implementasi mas nasi bungkus, mie instan, selimut, obat-obatan,
Penanggulangan Bencana dapat berjalan kalau tenda ada satu bantuan dari BPBD sebagian
dengan baik. masyarakat ada yang tidur di Balai Desa, sebagian
Dari penjelasan di atas, dapat masyarakat juga ada yang terperangkap di dalam
disimpulkan bahwa implementor telah desa karena tidak bisa lewat kena genangan air tidak
melakukan tugasnya dengan baik melakukan ada jalan tembusan lagi terkadang yang menjadi
sosialisasi kepada Desa Binaan sesuai dengan masalah hewan ternak masyarakat jadi masyarakat
membuat penjagaan sendiri untuk mengamankan
apa yang diinginkan. Akan tetapi masih ada
hewan ternak tersebut. Upaya BPBD sendiri dalam
kekurangan yang harus dipertimbangkan
membantu pencegahan bencana masih berupa
kembali, yaitu kurangnya media sosialisasi
sosialisasi, pembuatan peta rawan bencana tapi
untuk diterapkan agar pelaksanaan
kalau memfasilitasi seperti setiap desa ada
penanggulangan bencana di desa berjalan
pelampung, perahu karet, normalisasi sungai,
dengan baik. gelangsing masih belum pernah dilakukan di sini
mas” (wawancara 16 juli 2014).
2. Faktor Sumber Daya
“Bantuan dari BPBD berupa sembako tetapi
Sumber daya berkaitan dengan
banyak juga lembaga lain yang membantu untuk
kesiapsiagaan dalam mendukung bahan logistik tetapi jika untuk fasilitas seperti
terlaksananya implementasi kebijakan yang posko, perahu karet, pelampung, yang diperlukan
sudah dibuat. Sumber daya berkaitan dengan saat terjadinya bencana tidak ada sama sekali,
beberapa aspek, antara lain: sumber daya terkadang kami kesulitan untuk mengungsikan
manusia, anggaran, fasilitas, informasi, dan masyarakat ke tempat yang tidak terkena banjir
kewenangan. Dari faktor sumber daya apalagi seperti orang yang sudah lanjut usia sangat
diperoleh informasi sebagai berikut: sulit mengamankannya mas karena tidak ada
“Badan Penanggulangan Bencana Daerah fasilitas yang bisa digunakan untuk penyelamatan
Kabupaten Gresik sendiri mempunyai Tim dan saat terjadinya bencana apalagi sulitnya mencari
Kasie di Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan jalan tembusan atau jalan alternatif karena hanya
yang berperan mengantisipasi bencana melalui ada jalan satu arah itu saja untuk keluar dan
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat pastinya sudah terendam air yang tingginya hampir
guna memperdayakan masyarakat agar tangguh 1,5 meter, ada pun jalan setapak mas yang bisa
terhadap bencana yang ada di lingkungan dilalui tapi jika kondisi berdesakan dengan
sekitarnya. Dan juga mengambil langkah-langkah masyarakat yang lain ini pun kurang kondusif”
kedaruratan dan pendistribusian logistik pada (wawancara tanggal 17 Juli 2014).
kejadian bencana serta rehabilitasi dan rekonstruksi Sumber daya anggaran dalam program
korban bencana. Namun sumber daya kami terbatas penanggulangan bencana telah di atur dalam
karena banyaknya desa yang harus kami bina untuk pasal 12 “biaya yang diperlukan bagi
menjadikan desa yang tangguh, sedang dalam pelaksanaan tugas lembaga lain dibebankan
proses dan saat ini upaya yang kami lakukan adalah kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
sebatas sosialisasi, pembuatan Peta Rawan Bencana Daerah dan sumber anggaran lain yang sah dan
di desa, penyelenggaraan upaya pencegahan dan
tidak mengikat. Dari 16 Desa Tangguh yang
kesiapsiagaan penanggulangan bencana, dan
telah di bina oleh Badan Penaggulangan
penyelenggaraan fasilitas dan program pencegahan
Bencana Daerah Kabupaten Gresik salah
dan kesiapsiagaan juga monitoring dan evaluasi
satunya adalah Desa Boboh Kecamatan
terhadap upaya pencegahan dan kesiapsiagaan
Menganti Kabupaten Gresik. Anggaran dalam
dalam menghadapi bencana. Dan implementasinya
di lapangan, masih ada masyarakat yang belum program penanggulangan bencana sangat
mendapatkan fasilitas yang memadai dalam terbatas, sehingga akan ada upaya terbaik bagi
menghadapi bencana di Desa Boboh, baik dari desa binaan di masa depan sesuai harapan di
sosialisasi juga dalam bentuk sarana dan prasarana setiap desa. Berdasarkan sumber daya fasilitas,
yang memadai dalam penanggulangan bencana”. Desa Boboh memiliki satu unit posko atas
Jurnal
146 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf
Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 147
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf
diinginkan dengan adanya penanggulangan “Dari struktur birokrasi sendiri saya rasa sudah
bencana adalah mampu membuat masyarakat jelas arah mana dan sistem koordinasinya jelas
Desa Boboh benar-benar tangguh dalam antara pemerintah pusat ke pemerintah daerah
menghadapi bencana dan mampu mengurangi hingga ke tatanan paling bawah jelas ada
risiko bencana yang ada. Para implementor koordinasinya, hanya saja terkadang masih sulit
berusaha melakukan pencegahan bencana juga untuk menentukan langkah karena sistem yang
secara intensif dengan melakukan kerja bakti ada masih berketergantungan antara BPBD dengan
bersih-bersih gorong-gorong dan penanaman Pemda sendiri misalnya terjadi bencana untuk
pohon-pohon pelindung untuk mencegah memberikan bantuan akan sulit karena untuk
banjir. menyalurkan bantuan sistem birokrasinya harus
ada persetujuan terlebih dahulu ke Pemda
4. Faktor Struktur Birokrasi Kabupaten Gresik” (wawancara dengan Kasie
Struktur Birokrasi mempunyai Kesiapsiagaan, Bapak Samsul).
pengaruh yang cukup signifikan terhadap Kesimpulan hasil temuan di lapangan
implementasi kebijakan. Ada dua yang mengungkapkan beberapa permasalahan
menjadi dasar utama yaitu: Mekanisme atau yang muncul pada saat pelaksanaan
Prosedur yang dipakai oleh implementor, dan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
Standar Operasional Prosedur dalam Desa Tangguh Di Desa Boboh, yaitu masih
menjalankan Penanggulangan Bencana ditemukan masyarakat yang belum memahami
Berbasis Masyarakat Desa Tangguh. Struktur bagaimana penanggulangan bencana yang ada
Birokrasi yang semakin panjang akan semakin di daerah sekitar mereka, dan belum adanya
memperlambat proses implementasi. Struktur Standar Operasional Prosedur yang digunakan
Birokrasi yang penting dari setiap organisasi dalam penanggulangan bencana di Desa Boboh
adalah adanya Prosedur Operasi yang Standar dari Aparatur Desa dan BPBD Kabupaten
menjadi pedoman bagi setiap implementor Gresik.
dalam bertindak. Tabel 1. Matriks Edwards III:
Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
Struktur Birokrasi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap implementasi
kebijakan. Aspek Struktur Organisasi ini
melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan
Struktur Birokrasi itu sendiri. Aspek pertama
adalah mekanisme, dalam implementasi
kebijakan biasanya sudah dibuat Standard
Operation Procedur (SOP). SOP menjadi
pedoman bagi setiap implementator dalam
bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan
tidak melenceng dari tujuan dan sasaran Sumber: Analisa berdasarkan konsep Edward III
dalam penanggulangan bencana 2014.
kebijakan. Aspek kedua adalah Struktur
Birokrasi. Struktur Birokrasi yang terlalu
panjang dan terfragmentasi akan cenderung E. PENUTUP
melemahkan pengawasan dan menyebabkan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks dilakukan dalam Implemetasi Penanggulang-
yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas an Bencana Berbasis Masyarakat Desa Tangguh
organisasi menjadi tidak fleksibel. Berdasarkan di Desa Boboh Kecamatan Menganti
pendapat para ahli dalam mengemukakan Kabupaten Gresik yang mencangkup variabel
tahapan implementasi kebijakan tersebut , komunikasi, sumber daya, disposisi, dan
terlihat bahwa implementasi kebijakan adalah struktur birokrasi, maka dapat disimpulkan
tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh sebagai berikut:
individu atau pejabat-pejabat terhadap suatu 1) Faktor Komunikasi.
objek yang diarahkan untuk mencapai tujuan Komunikasi merupakan bagian terpenting
yang telah ditetapkan sebelumnya. dalam implementasi kebijakan, komunikasi
Berikut data yang diperoleh antara implementor dan masyarakat yang
dilapangan: menjadi sasaran sangat menentukan
Jurnal
148 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf
apakah program yang akan dilaksanakan masih belum baik dan belum sesuai
akan berjalan dengan baik atau tidak dan harapan masyarakat.
untuk Desa Boboh sendiri, dalam 3) Disposisi.
implementasi Penanggulangan Bencana Sikap implementor Penanggulangan
Berbasis Masyarakat Desa Tangguh faktor Bencana Berbasis Masyarakat Desa
komunikasi sudah cukup baik, namun Tangguh di Desa Boboh yang berkaitan
masih ditemui permasalahan yang timbul dengan komitmen dan kejujuran masih
di masyarakat terkait dengan komunikasi sangat rendah. Hal ini berkenaan dengan
yang masih kurang baik yaitu sebatas masih ditemukannya implementor yang
penyuluhan dan sosialisasi sehingga kurang berkomitmen dalam pelaksanaan
sebagian masyarakat masih belum Penanggulangan Bencana Berbasis
mengetahui adanya sosialisasi yang Masyarakat Desa Tangguh di Desa Boboh
diselenggarakan. Dan media lainnya yang serta keseriusan implementor masih belum
digunakan juga belum mampu untuk sesuai dengan harapan yang diinginkan
diaplikasikan oleh implementor seperti: masyarakat.
penyebaran brosur, pamflet, iklan dengan 4) Struktur Birokrasi.
media cetak (koran, majalah kebencanaan, Dalam Struktur Birokrasi yang ada dalam
buku bencana, komik, dan lain-lain), juga implementor Penanggulangan Bencana
media elektronik (siaran radio tentang Berbasis Masyarakat Desa Tangguh sudah
bencana, dan Televisi Kebencanaan). cukup baik, karena sudah adanya masing-
2) Faktor Sumber Daya. masing tugas dan fungsi yang telah
Desa Boboh memiliki sumber daya manusia ditentukan. Di Desa Boboh sendiri sudah
yang sangat baik hal ini dapat dilihat dari terbentuk Karang Taruna Desa, Lembaga
kesiapsiagaan masyarakat terhadap PKK, dan organisasi sosial yang berkaitan
bencana, kegiatan ibu-ibu PKK, dan Karang dengan kebencanaan itu sendiri, sehingga
Taruna Desa yang sangat tanggap terhadap sangat membantu dalam pelaksanaan
suatu peristiwa. Aparatur Desa pun ikut Penanggulangan Bencana Berbasis
turun langsung ke lokasi saat terjadi Masyarakat Desa Tangguh di Desa Boboh
bencana dan berperan aktif mensukseskan Kecamatan Menganti. Dalam menertibkan
Penanggulangan Bencana Berbasis masyarakat dan memberi penyuluhan
Masyrakat Desa Tangguh. Walaupun masih tentang kebencanaan relatif sangat mudah
sering ditemui permasalahan keterbatanan dilakukan karena sudah terorganisir
sumber daya manusia yang ada di desa dengan baik dari pemerintah pusat,
Boboh. Sebagai implementor BPBD pemerintah daerah bahkan hingga ke
Kabupaten Gresik sebagai pelaksana teknis kecamatan pun sudah jelas diatur sesuai
Penanggulangan Bencana Berbasis dengan tugas, fungsi, dan kewenangan
Masyarakat Desa Tangguh tidak hanya masing-masing.
terdapat pada unsur kapasitas teknis saja, Berdasarkan permasalahan yang ada
akan tetapi unsur tanggung jawab dan dalam penelitian ini, maka penulis dapat
komitmen yang kuat juga sangat penting memberikan rekomendasi sebagai berikut:
untuk melaksanakan Penanggulangan a) Faktor Komunikasi.
Bencana Berbasis Masyarakat Desa Implemetor harus meningkatkan kembali
Tangguh di Desa Boboh Kecamatan sosialisasi yang merata di daerah Desa
Menganti Kabupaten Gresik. Faktor Binaan sehingga akan menimbulkan
sumber daya anggaran dan fasilitas masih tingkat pemahaman yang sesuai dengan
belum sesuai dengan harapan yang harapan dengan memfasilitasi seperti:
diinginkan oleh masyarakat minimnya spanduk, brosur, papan pengumuman
anggaran kebencanaan menjadi desa, majalah kebencanaan, komik
penghambat implementasi kebencanaan, dan media elektronik, seperti
Penanggulangan Bencana Berbasis siaran televisi dan radio, sehingga
Masyarakat Desa Tangguh itu sendiri, masyarakat sebagai sasaran dapat
sehingga dalam memfasilitasi guna menerima informasi yang diharapkan
mengurangi resiko bencana yang terjadi berjalan dengan efektif.
Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015 149
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi
Implementasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
(Studi Pengembangan Penanggulangan Bencana Desa Tangguh di Desa Boboh Kecamatan Menganti)
u Sapto Pramono dan M. Yusuf
Jurnal
150 Ilmu Administrasi
Volume XII | Nomor 1 | April 2015
Media Pengembangan dan Prak tik Administrasi